PENDAHULUAN
Pada awal bulan Maret 2020 merupakan awal masuknya Corona Virus atau COVID-19
ke Indonesia, hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan salah satunya di bidang
pelayanan kesehatan juga mengalami dampak dari pandemi Corona Virus atau COVID-19.
Dalam rangka peningkatan layanan kesehatan terutama di masa pandemic COVID-19 ini,
memerlukan ketersediaan sarana prasarana dan sumber daya manusia yang memenuhi
standar.
kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya, hal ini berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan nomor-43-
Puskesmas Banjaran Nambo DTP merupakan salah satu puskesmas yang berada di
tanah puskesmas : 9.625 M2. Luas wilayah kerja Puskesmas Banjaran Nambo DTP : 2.473,44
Peningkatan kualitas pelayanan publik dipengaruhi oleh aspek sumber daya kesehatan
organisasi pemerintah yang berhubungan langsung dengan masyarakat sangat perlu untuk
pelaksanaan tugas Puskesmas sangat tergantung kepada sarana prasarana dan sumber daya
tentang-puskesmas yang mengatur sarana prasarana dan Sumber Daya Manusia diatur dalam
1. Pasal 10 ayat (4) harus memenuhi persyaratan lokasi bangunan, prasarana, peralatan,
Pasal 16 (2) Jumlah dan jenis peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
Pasal 16 (3) Pada kondisi infrastruktur belum memadai, jumlah dan jenis peralatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat menyesuaikan dengan alat lain
3. Pasal 17 (1) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
Pasal 17 (2) dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas: a. perawat; b. bidan; c. tenaga promosi
medik.
4. Pasal 18 (1) Puskesmas harus menghitung kebutuhan ideal terhadap jumlah dan
jenjang jabatan dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter gigi, dan masing-
masing jenis Tenaga Kesehatan lainnya serta tenaga nonkesehatan dalam rangka
terhadap jumlah dan jenjang jabatan dokter dan/atau dokter layanan primer, dokter
gigi, dan masing-masing jenis Tenaga Kesehatan lainnya serta tenaga nonkesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui analisis beban kerja dengan
Secara umum yang dimaksud sarana prasarana adalah seperangkat alat yang digunakan
untuk suatu kegiatan, alat tersebut bisa berupa alat utama atau alat yang yang membantu
proses kegiatan, sehingga tujuan dari kegiatan tersebut dapat tercapai. Sarana prasarana
bukan hanya meliputi seperangkat alat atau barang saja, tapi bisa juga suatu tempat atau
• Menciptakan kenyamanan.
• Menciptakan kepuasan.
• Meningkatkan produktivitas.
Dokter, bidan dan perawat merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung
dengan pasien selama 24 jam dalam memberikan pelayanan kesehatan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya. Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Banjaran Nambo DTP belum memadai yang berkontribusi langsung terhadap
ketidaknyamanan bagi petugas kesehatan. . Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan
kemampuan fisik, keahlian, dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres
(Wedho, 2010).
Menurut Nasir dan Muhith (2011), stres ialah ketegangan yang disebabkan oleh fisik, emosi,
sosial, ekonomi, pekerjaan atau keadaan, peristiwa serta pengalaman yang sulit untuk
bertahan.
Nasarudin (2010) menyatakan bahwa stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang
Stres dapat berasal dari dalam diri sendiri, keluarga, komunitas atau lingkungan sekitar dan
pekerjaan (Smet, 2004). Stres yang dialami ketika bekerja disebut dengan stres kerja.
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mendefinisikan stres
kerja sebagai suatu kondisi fisik dan emosional yang berbahaya yang terjadi ketika pekerjaan
yang dilakukan tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan kebutuhan pekerjaan
(NIOSH, 2008).
Stress kerja merupakan bentuk respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan dan tuntutan
pekerjaan yang melebihi kemampuan yang dimiliki baik berupa tuntutan fisik atau
lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu pelaksanaan tugas yang muncul dari interaksi
antara individu dengan pekerjaannya, dan dapat merubah fungsi fisik serta psikis yang
normal sehingga dinilai membahayakan dan tidak menyenangkan (Widyasari, 2010). Stres
Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) terdapat lima kategori besar sebagai faktor
penyebab stres, yaitu faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi,
pengembangan karier, hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan organisasi. Penyebab
stres kerja menurut Mangkunegara (2002), antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu
berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang
tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab,
konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam kerja.
Kinerja dokter, bidan dan perawat merupakan suatu bagian yang sangat penting dari
sistem pelayanan kesehatan, seiring dengan berkembangnya zaman, dokter, bidan dan
apresiasi dan antisipasi bangsa Indonesia disektor kesehatan, khususnya di bagian pelayanan
dokter, bidan dan perawat saat ini jauh dari memadai dalam menghadapi tantangan di era
pandemic covid 19 . Pada masa pandemic covid 19 harus memiliki instansi yang kuat,
sumber daya manusia yang bermutu dalam jumlah yang cukup memadai, birokrasi dalam
pemerintah dan kompensasi kesehatan. Dampak dari pandemic covid 19 terhadap pelayanan
kesehatan akan menjadi lebih baik apabila diarahkan pada terciptanya pelayanan kesehatan
yang bermutu, sarana prasarana yang lengkap dan sumber daya manusia khususnya dokter,
perawat dan bidan yg cukup . Dengan hal ini maka instansi kesehatan hendaknya
mempersiapkan berbagai syarat penting dalam mengantisipasi dampak era pandemic covid 19
tersebut.
dan membandingkannya dengan kenyataan di puskesmas banjaran nambo DTP maka penulis
ingin meneliti sarana prasarana dan beban kerja yang berdampak pada stress kerja dan kinerja
pegawai di puskesmas banjaran anmbo DTP yang merujuk pada standar pmk-nomor-43-
PONED.
• Menganalisa beban kerja Dokter, perawat dan bidan di Puskesmas Banjaran Nambo
• Mengetahui pengaruh sarana prasarana dan beban kerja terhadap stress kerja di
• Mengetahui pengaruh sarana prasarana dan beban kerja terhadap stress kerja serta
Tidak
No. Pertanyaan Setuju % % Jumlah
Setuju
B. Stres Kerja
melakukan pembenahan dan perbaikan untuk memberikan pelayanan terbaik dan mampu
memberi rasa aman terhadap keselamatan, kesehatan, kemudahan dan kenyamanan bagi
penggunanya. Dari latar belakang permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut.
• Apakah sarana prasarana Puskesmas Banjaran Nambo DTP dan PONED sudah
43-tahun-2019-tentang-puskesmas
• Apakah beban kerja Dokter, perawat dan bidan di Puskesmas Banjaran Nambo
• Apakah ada pengaruh sarana prasarana dan beban kerja terhadap stress kerja di
• Apa implikasi pada kinerja karyawan dari pengaruh sarana prasarana dan beban
kerja terhadap stress kerja di Puskesmas Banjaran Nambo DTP dan PONED
DTP dan PONED sudah sesuai atau belum dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI nomor-43-tahun-2019-tentang-puskesmas
• Pelaporan analisa beban kerja dokter , perawat dan bidan Puskesmas Banjaran
berbagai pihak. Manfaat yang dimaksud meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Hasil penelitian akan berguna bagi para akademis dalam mengembangkan teori
manajemen sumber daya manusia, terutama mengenai sarana prasarana,beban kerja, stress
kerja dan kinerja untuk menghasilkan teori baru, serta untuk meningkatkan kualitas kinerja
penelitian ini dapat menemukan faktor-faktor dari sarana prasarana dan beban kerja terhadap
stress kerja serta implikasinya terhadap kinerja karyawan di puskesmas Banjaran Nambo
dalam pelayanan.
a. Tersedianya gambaran ketersediaan sarana prasarana dan alat kesehatan secara menyeluruh
b. Tersedianya bahan acuan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana ketersediaan dan
BAB II
Kajian pustaka ini merupakan pengembangan dari teori-teori yang sudah ada yang digunakan
sebagai landasan teori yang berkaitan dengan manajemen Sumber daya manusia, sarana
prasarana, beban kerja, stress kerja serta kinerja pegawai. Selain itu disampaikan pula
Pengaruh sarana prasarana dan beban kerja terhadap stress kerja serta implikasinya pada
kinerja pegawai di Puskesmas Banjaran Nambo DTP . Tulisan yang berhubungan dengan
sarana prasarana ,beban kerja, stress kerja dan kinerja pegawai akan digunakan sebagai bahan
acuan pustaka dan merupakan dasar penulisan selanjutnya bagi penelitian ini. Diharapkan
hasil dari penelitian yang akan dilakukan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan selanjutnya.
Teori Manajemen
Istilah manajemen sendiri berasal dari bahasa Latin manui, yang berarti tangan yang pegang
kendali kuda agar sang kuda dapat diarahkan mencapai tujuan dengan baik. Menurut
Kadarman & Udaya (dalam Aditama 2010: 14) manajemen adalah suatu rentetan langkah
yang terpadu yang mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu system yang bersifat
seluruh system organisasi. Ekonomi berarti kegiatan dalam system organisasi ini bertujuan
memenuhi kebutuhan hakiki manusia. Teknis berarti dalam kegiatan ini digunakan alat dan
Menurut Stoner, Freeman, Gilbert (2008: 8-9) menyatakan bahwa manajemen adalah
kebiasaan yang dilakukan secara sadar dan terus menerus dalam membentuk organisasi.
Semua organisasi mempunyai orang yang bertanggung jawab terhadap organisasi dalam
mencapai sasarannya.
menggunakan sumber daya organisasi. Manajemen pada dasarnya memiliki empat kerangka,
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
Peranan manajemen sangat besar terhadap keberhasilan suatu usaha dan perusahaan.
Dewasa ini manajemen tumbuh berkembang menjadi salah satu ilmu yang penting dan
mutlak dibutuhkan oleh setiap perusahaan. Semakin besar perusahaan, akan semakin besar
pula jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akibatnya peranan manajemen akan bertambah
besar pula. Manajemen adalah suatu keistimewaan dalam menangani masalah waktu dan
hubungan manusia ketika hal tersebut muncul dalam organisasi atau perusahaan.
mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian manajemen, diantaranya adalah sebagai
berikut :
pengendalian
dahulu.
Bila dilihat dari definisi di atas jelaslah bawa manajemen adalah merupakan suatu proses
dilandasi ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bantuan orang
lain di dalam pencapaian tujuan organisasi atau kelompok, dan juga merupakan suatu proses
rangkaian kegiatan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dapat berlangsung secara efektif dan
efisisen.
Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi–fungsi manajemen dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: menurut Terry dalam
(Kasmir, 2016)
1. Planning (Merencanakan)
Perencanaan memiliki makna yang beragam bagi setiap orang. Dalam bagian ini
beberapa pengertian perencanaan yang dikemukakan oleh beberapa pakar, Hill dan
tanggung jawab untuk mengimplementasikan tindakan kepada orang atau unit tertentu,
“a process that helps managers set objectives for the future and map out the activities
Dengan demikian, perencanaan dalam pengertian ini merupakan proses yang membantu
manajer menetapkan tujuan untuk masa yang akan datang dan memetakan aktivitas dan
berikut :
a. Tujuan
Sasaran atau target yang ingin dicapai organisasi dalam waktu tertentu. Suatu
organisasi mungkin ingin meningkatkan integritas pelayanan publik dari 6,5 menjadi
b. Tindakan
masyarakat.
Tindakan yang direncanakan tidak bisa dijalankan tanpa alokasi sumber daya yang
cermat. Tim manajemen harus menyadari bahwa kendala sumber daya yang
secara realistis bisa dicapai. Dan anggaran, merupakan cara mengalokasikan dan
d. Implementasi
2. Organizing (organisasi )
Setiap organisasi agar dapat mencapai sasaran dan tujuan secara efektif harus dkelola
dengan baik, dengan kata lain fungsi manajemen harus dilaksanakan dengan efektif.
is the primary mechanism managers use to activate plans. Organizing creates and
resources are to be used. A thorough organizing effort helps managers minimize costly
organisasi dengan menunjukan sumber daya mana yang harus digunakan untuk
aktivitas tertentu, dan kapan, dimana, serta bagaimana sumber daya itu digunakan.
pemborosan, seperti duplikasi usaha dan sumber daya organisasi yang menganggur.
tersebut
“an organizational structure formally dictates how jobs and task aredivided and
perusahaan/organisasi.
Dalam tingkat tertentu struktur organisasi menjadi landasan bagi hampir semua
di antara pegawai, tugas-tugas yang dilakukan pegawai, tipe kelompok yang digunakan
organisasi, kebebasan yang dimiliki pegawai untuk berinovasi dan mencoba hal-hal
baru, bagaimana kekuasaan dan pengaruh dibagi dalam organisasi, dan seterusnya.
Struktur organisasi juga punya dampak yang signifikan terhadap kinerja keuangan dan
3. Actuating (menggerakkan)
Penggerakan secara erat berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) yang pada
tantangan dan tuntutan besar. Nilai, sikap, harapan, kebutuhan, ambisi, kepuasan
seseorang dan interaksi dengan orang lain dan dengan lingkungan fisik semuanya
terlibat dalam upaya penggerakkan. Pentingnya SDM suatu organisasi terletak pada
kemampuan merespon dengan tepat dan sukarela terhadap tujuan dan peluang kinerja
dan dalam upaya ini SDM memperoleh kepuasan baik dari menyelesaikan pekerjaan
maupun berada dalam lingkungan kerja tertentu. Hal ini menuntut bahwa orang yang
tepat, dengan perpaduan pengetahuan dan keterampilan yang tepat, pada tempat, dan
pada waktu yang tepat, melakukan pekerjaan yang diperlukan. Sebuah organisasi terdiri
atas manusia yang berkumpul bersama untuk memperoleh keuntungan timbal balik, dan
(1) orang secara utuh dengan kebutuhan dan masa depan, dan
(2) bukan hanya kontributor saat ini tetapi juga kontributor jangka panjang bagi
4. Controlling (mengendalikan )
make them consistent with the expectations estabilished in plans and to help them
Menurut definisi ini, pengendalian organisasi merupakan proses yang sistematis yang
dengan cara ini manajer mangatur aktivitas organisasi agar aktivitas itu konsisten
dengan harapan yang ditetapkan dalam rencana dan membantu aktivitas itu agar
perform organization activities that will further the organization’s goals. It is also a
process for detecting and correcting unintentional performance errors and intentional
memotivasi dan menginspirasi orang untuk menjalankan aktivitas organisasi yang akan
dan mengoreksi kesalahan kinerja yang disengaja, dan tidak disengaja seperti pencurian
Dari dua definisi tersebut, ada beberapa hal esensial mengenai pengendalian:
b. Tujuan pengendalian adalah agar aktivitas selaras atau konsisten dengan harapan-
Teori Organisasi
sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar
yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
Ciri-ciri dari organisasi adalah :
3) Adanya tujuan.
4) Adanya sasaran.
Organisasi merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-orang dapat bersama
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan tanpa adanya organisasi menjadi saat
bagi orang-orang untuk melaksanakan suatu kerja sama, sebab setiap orang tidak
mengetahui bagaimana cara bekerja sama tersebut akan dilaksanakan. Pengertian tempat
di sini dalam arti yang konkrit, tetapi dalam arti yang abstrak, sehingga dengan demikian
tempat sini adalah dalam arti fungsi yaitu menampung atau mewadai keinginan kerja
sama beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian umum, maka
sebagainya.
Suatu organisasi merupakan proses kerja sama sedikitnya antar dua orang. Dalam
praktek, jika kerja sama tersebut di lakukan dengan banyak orang, maka organisasi itu di
susun harus lebih sempurna dengan kata lain proses kerja sama di lakukan dalam suatu
organisasi, mempunyai kemungkinan untuk di laksanakan dengan lebih baik hal ini
berarti tanpa suatu organisasi maka proses sama itu hanya bersifat sementara, di mana
hubungan antar kerja sama antara pihak-pihak bersangkutan kurang dapat diatur dengan
sebaik-baiknya.
Dengan adanya organisasi maka tugas dan kedudukan masing-masing orang atau pihak
hubungan satu dengan yang lain akan dapat lebih jelas, dengan demikian kesimpulan
dobel pekerjaan dan sebagainya akan dapat di hindarkan. Dengan kata lain tanpa orang
yang baik mereka akan bingung tentang apa tugas-tugasnya dan bagaimana hubungan
yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan cenderung lebih baik hasilnya dari pada
Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang merupakan
wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan atau sasaran organisasi memiliki banyak
komponen yang melandasi diantaranya terdapat banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis
pekerjaan dan kesadaran rasional dari anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi
mereka masing-masing. Berikut ini peneliti akan kemukakan beberapa pengertian organisasi
“Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah
batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus
berikut: “Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu”. Sementara itu
Waldo yang dikutip oleh Silalahi (2013:124) menyatakan definisi organisasi adalah :
wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi”. Sedangkan pengertian
wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu fungsi
tertentu. Hubungan yang berstruktur ini disebut hirarki dan konsekuensi dari hirarki
sistem kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama
untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur
tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara
Sumber Daya Manusia merupakan terjemahan dari “human resources”, tetapi ada pula ahli
yang menyamakan Sumber daya manusia dengan “manpower” (tenaga kerja). Sebagian orang
Dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Menurut Werther dan Davis dalam Sutrisno (2009:1) Sumber daya manusia adalah pegawai
yang siap, mampu dan siaga dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Timbulnya kebutuhan
Menurut Hadari Nawawi yang dikutip oleh Sulistiyani dan Rosidah (2003:9), yang dimaksud
1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai
modal baik non material ataupun non finansial di dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan
eksistensinya.
Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki
(rasio, rasa dan karsa). Semua potensi Sumber Daya Manusia berpengaruh pada upaya
informasi, tersedianya modal dan bahan tetapi jika tanpa Sumber Daya Manusia,
organisasi akan sulit untuk mencapai tujuan. Bagi organisasi untuk menjadi unggul
Tiga sumber daya kritis tersebut menurut Ruki (2003) dalam Sutrisno (2009:
5) adalah:
2. Human Resources, yaitu sumber daya yang berbentuk dan berasal dari manusia atau
3. Informational Resource, yaitu sumber daya yang berasal dari berbagai informasi yang
Menurut Griffin dan Ebert (2007:214) manajemen Sumber daya manusia adalah serangkaian
aktivitas organisasi yang diarahkan pada usaha untuk menarik, mengembangkan dan
mempertahankan angkatan kerja yang efektif. Manajemen Sumber daya manusia berlangsung
dalam konteks lingkungan yang rumit dan selalu berubah serta semakin dianggap penting
secara strategis.
Manajemen Sumber daya manusia Menurut Handoko (2010:03) manajemen Sumber daya
mengembangkan, memotivasi, dan memelihara kinerja yang tinggi dalam organisasi menurut
Marihot Tua (dalam Sunyoto, 2013:1). Dimana Sumber daya manusia dengan keseluruhan
penentuan dan pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk
dukungannya terhadap peningkatan efektivitas organisasi dengan cara yang secara etis dan
sosial dapat dipertanggung jawabkan. Manusia merupakan sumber daya yang penting dalam
organisasi, efektifitas organisasi sangat ditentukan oleh manajemen manusia. Dikutip dari
1. Sumber daya manusia adalah harta yang paling penting yang dimiliki organisasi,
2. Keberhasilan ini sangatlah mungkin dicapai jika peraturan atau kebijaksanaan dan
prosedur yang bertalian dengan manusia dari perusahaan tersebut saling berhubungan,
3. Kultur dan nilai organisasi, suasana organisasi dan perilaku manajerial berasal dari kultur
tersebut sehingga memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang
terbaik.
organisasi tersebut terlibat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Mondy (2008), dalam dunia kompetitif, dewasa ini dimana-mana perusahaan
bersaing untuk mendapatkan bakat terbaik, mengembangkan merek Sumber daya manusia
yang tepat sangatlah penting yang mengacu pada citra atau budaya perusahaan yang
bersangkutan.
Proses manajemen Sumber daya manusia bermula dari perencanaan, penarikan, seleksi,
pelatihan dan pengembangan, evaluasi prestasi, promosi dan demosi. Perencanaan dimulai
pemberhentian atau pensiun dan merencanakan pelatihan dan pengembangan tenaga kerja.
Seleksi ditujukan untuk memilih tenaga kerja yang diinginkan. Pelatihan ditujukan untuk
menjaga dan meningkatkan prestasi kerja saat ini. Sementara pengembangan ditujukan untuk
Dapat disimpulkan bahwa manajemen Sumber daya manusia merupakan suatu proses yang
terdiri dari :
1. Rekrutmen
atas pekerjaan yang belum terisi. Sumber pelamar berasal dari dalam dan luar organisasi
2. Seleksi
informasi yang akan memperkirakan tingkat keberhasilan kerja para pelamar dan
validasi atas penentuan nilai prediktif atas informasi terjadi pada tahap ini. Tahapannya
dapat melalui pengisian formulir, tes tertulis, wawancara ataupun teknik lainnya (Griffin
3. Pengembangan
bagi para karyawan baru. Para manajer harus mengambil langkah untuk melatih dan
mengembangkan lebih lanjut keterampilan kerja yang diperlukan. Selain itu, setiap
perusahaan memiliki beberapa sistem penilaian dan umpan balik kinerja. Namun
terkadang hasil dari penilaian ini terkadang menuntut prosedur untuk menurunkan taupun
4. Pemeliharaan
berdisiplin tinggi dan bersikap loyal sangat membantu dalam menunjang tercapainya
adalah usaha untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan
sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk menunjang
5. Penggunaan
Penggunaan Sumber daya manusia menekankan pada pelaksanaan tugas dan pekerjaan
oleh aparatur agar lebih efektif dan efisien serta jenjang peningkatan posisi aparatur
(Sedarmayanti, 2009:6).
Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat menentukan bagi kelangsungan dan
kemajuan suatu organisasi, sebab meskipun seluruh sumber daya lainnya tersedia tetapi
apabila tidak ada kesiapan dari sumber daya manusianya organisasi tersebut dipastikan tidak
Sumber daya manusia di organisasi perlu dikelola secara profesional agar terwujud
menyatakan bahwa :
“Mengelola sumber daya manusia. Dari keseluruhan sumber daya yang tersedia dalam
suatu organisasi, baik organisasi publik maupun swasta, sumber daya manusialah
yang paling penting dan sangat menentukan. Sumber daya manusia merupakan satu-
masyarakat terpenuhi”.
sumber daya manusia, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat”.
tujuan organisasi”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia
adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana mendayagunakan sumber daya manusia
Menurut.Flippo dalam Moh. Masud (2013: 12), bahwa manajemen sumber daya manusia
memiliki dua fungsi yaitu fungsi manajerial dan fungsi operatif untuk mengelola personalia
suatu organisasi agar tujuan tercapai. Empat fungsi manajerial yang diperlukan oleh
manusia agar sesuai dengan kebutuhan organisasi dan efektif serta efisien dalam
semua pegawai agar mau bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu
pegawai agar mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana
yang dibuat.
Secara berurutan ada 6 fungsi operatif dalam manajemen sumber daya manusia yang
meliputi:
Berfungsi untuk memperoleh jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) personalia yang
3. Fungsi kompensasi manajemen sumber daya manusia; Berfungsi untuk mengkaji dan
melaksanakan sistem balas jasa yang memadai adil bagi personalia atas dasar
seseorang dengan suatu organisasi, baik itu pensiun, pengunduran diri ataupun sebab
lainnya.
b. Analisis jabatan
c. Penarikan pegawai
d. Penempatan kerja
b. Pengembangan (karir)
- gaji/upah
- insentif
- keuntungan (benefit)
- pelayanan/kesejahteraan (services)
3. Integrasi mencakup:
a. kebutuhan karyawan
b. motivasi kerja
c. kepuasan kerja
d. disiplin kerja
e. partisipasi kerja
a. komunikasi kerja
d. konseling kerja
5. Pemisahan tenaga kerja mencakup: pemberhentian karyawan/pegawai
Menurut Rivai dan Sagala (2014:16) peranan MSDM dalam menjalankan aspek sumber daya
manusia harus dilakukan dengan baik sehingga kebijakan dan praktik dapat berjalan sesuai
Rekrutmen atau penarikan adalah proses menarik perhatian sejumlah calon karyawan
potensial dan mendorong mereka agar melamar pekerjaan pada sebuah organisasi.
pelamar yang cocok dengan posisi yang ditawarkan dan dengan organisasi. Hasil
proses seleksi adalah para calon karyawan yang paling memenuhi syarat di antara
para pelamar.
Kompensasi atau balas jasa didefinisikan sebagai semua imbalan yang diterima oleh
diberikan kepada karyawan itu dapat berupa kombinasi dari bentuk-bentuk berikut ini.
a. Gaji atau upah yakni uang yang diterima oleh seseorang sebagai imbalan atas
pekerjaannya.
b. Insentif dan bagi hasil yakni uang atau barang yang diberikan kepada karyawan, di
c. Tunjangan dan pelayanan yakni imbalan finansial tambahan selain gaji/ upah pokok,
kesehatan.
e. keselamatan kerja meliputi upaya untuk melindungi para pekerja dari cidera akibat
kecelakaan kerja. Kesehatan kerja adalah terbebasnya para pekerja dari penyakit dan
f. Hubungan industrial atau hubungan pekerja adalah sebuah sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang atau jasa yang terdiri atas
Penelitian sumber daya manusia adalah studi sistematis tentang sumber daya manusia,
tujuan organisasi.
7. Mengevaluasi kinerja.
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, menjadi suatu hal
yang penting bagi setiap Puskesmas untuk memenuhi standar agar pelayanan
aspek sarana prasarana dan alat kesehatan perlu dipantau dan dievaluasi secara
kuantitas maupun kualitas. Untuk itu Profil Sarana Prasarana dan Alat
Kesehatan Puskesmas di Kota Palembang Tahun 2019 ini dapat menjadi salah
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 999) menyatakan bahwa sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
Pengertian Sarana dan Prasarana Menurut KBBI (2007: 999) sarana adalah segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, alat,
media. Mulyasa (2004: 49) memaparkan bahwa yang disebut dengan sarana belajar
merupakan segala peralatan yang secara langsung digunakan oleh guru atau siswa
dalam proses belajar mengajar contohnya seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi,
serta media pembelajaran. Selain itu, menurut Tholib (2000: 97) sarana pendidikan
adalah peralatan yang secara langsung yang dapat mencapai tujuan pendidikan,
Menurut KBBI (2007: 999) prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan
sebagainya). Berbeda dengan pendapat Daryanto (2008: 51) secara bahasa yang
disebut dengan prasarana berarti alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai
tujuan dalam pendidikan misalnya : lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan
olahraga, uang dan sebagainya. Adapun prasarana belajar menurut Makin &
Baharuddin (2010: 84) adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 893) menyatakan bahwa Prasarana pendidikan
jasmani adalah suatu yang diperlukan dalam pendidikan jasmani, yang bersifat semipermanen
(perkakas) dan dapat dipindah-pindahkan maupun yang bersifat permanen (fasilitas) yang
“segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau
mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu
sifat tersebut adalah susah dipindahkan. 10 Agus S. S (2004: 4) menyatakan bahwa Prasarana
atau perkakas adalah “segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani, dapat dipindahkan (bisa semi permanen) tetapi berat dan sulit. Antaralain adalah
matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis
meja, trampolin. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah rusak,
kecuali kalau memang tempatnya terbatas sehingga harus selalu bongkar pasang.
Beban kerja adalah banyaknya jumlah pekerjaan yang harus dilakukan dengan waktu
yang telah ditetapkan untuk memenuhi sarana pelayanan yang berkualitas. Beban kerja juga
merupakan fungsi dan waktu, kompleksitas, dan volume dari intervensi yang harus dilakukan
Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan dengan demikian
beban kerja yang harus di tanggung oleh perawat tergantung pada tugas perawat dalam suatu
Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik dan beban kerja mental. Beban kerja fisik
didefinisikan sebagai reaksi manusia untuk pekerjaan fisik eksternal. Beban kerja fisik
tergolong kedalam beban kerja eksternal yaitu beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang
keseimbangan antara beban kerja, jumlah pasien dan tenaga perawat. Untuk
melayani pasien dan lamanya waktu untuk menyelesaikan tugas, dapat diketahui
Lama perawatan pasien di rumah sakit akan mempengaruhi beban kerja perawat.
Dengan menggunakan data administrasi rumah sakit akan dihitung rata-rata lama
tindakan keperawatan dalam waktu yang bersamaan, maka semakin besar beban
kerja perawat
Beban kerja tidak diukur dari jumlah klien yang dirawat, tetapi dari tingkat
sehingga beban kerja perawat semakin meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi beban
kerja adalah faktor keterampilan manajemen perawat. Sehingga beban kerja dapat disebabkan
karena meningkatnya tuntutan kepada perawat dan kurangnya jumlah perawat (Holden,
2011).
Upaya untuk mengurangi beban kerja yang tinggi salah satunya dengan menyediakan
tenaga kerja yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya. Pelayanan keperawatan yang
bermutu dapat dicapai apabila terdapat keseimbangan antara jumlah perawat dengan beban
Menurut Damos dalam wicaksana (2016) menegaskan hal tersebut dalam beberapa
Pertama adalah kebutuhan kerja dan pembagian tugas, yaitu antara fungsi sistem dan
manusia merupakan langkah awal dalam desain sistem dan pembagian ini akhirnya akan
menimbulkan tuntutan situasi pada pekerja. Selama desain sistem dilakukan, tim yang
mendesain memutuskan fungsi mana yang diberikan pada manusia dan mana yang
diberikan pada sistem. Sekali telah dilakukan, tim yang mendesain memutuskan fungsi
mana yang diberikan pada manusia dan mana yang diberikan pada sistem. Sekali telah
dilakukan pembagian, fungsi dan juga desain dari kendali dan display akan mengarahkan
tugas dari pekerja. Tugas yang dibagi kepada pekerja merepresentasikan pekerjaan
pekerja. Teknik faktor manusia dari analisa tugas (task analysis) berpusat pada
pemahaman bagaimana tugas ini akan memangaruhi keseluruhan kerja dari pekerja, dan
sejauh mana tugas-tugas tersebut tak dapat dikerjakan pada tingkat yang diinginkan.
Task (tugas) dapat memengaruhi beban kerja yang dirasakan oleh pekerja melalui
banyak cara. Misalnya, melalui tindakan apa yang harus dilakukan oleh seseorang
pekerja dalam memenuhi tugasnya, melalui jumlah dan tipe dari tugas yang akan
ditampilkan, melalui jumlah dan tipe dari tugas yang akan ditampilkan, melalui
keterbatasan waktu yang tersedia dalam menyelesaikan tugas maupun melalui tingkat
akurasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas. Kesemua hal di atas menjadi faktor
Kedua adalah konteks lingkungan, yaitu tugas yang dikerjakan oleh pekerjaan
tidaklah dikerjakan sendiri. Suatu tugas dilakukan di dalam suatu keadaan yang berbeda-
beda yang dapat memengaruhi tingkat kesulitan yang dialami oleh pekerja. Bagaimana
penting terhadap kinerja dan beban kerja. Beberapa faktor ekternal yang dapat mengubah
tuntutan situasi dan memengaruhi tingkat kesulitan yakni lingkungan ekternal dimana
tugas dilakukan (misalnya panas, kelembaban, suara, penerangan, getaran, dan gaya
gravitasi), desain dari unit pertukaran informasi manusia-mesin (misalnya tipe dan
ukuran dari display dan kendali, serta bentuk susunannya), desain dari pengemasan
manusia (misalnya pakaian pelindung, posisi duduk) serta desain dari keseluruhan
a. Pekerja
yang dapat memengaruhi kinerja. Kondisi sementara yaitu merujuk kepada kondisi
awal misalnya kondisi kesegaran tubuh seseorang, yang bisa saja berpengaruh kepada
pelaksanaan tugas. Sifat/bawaan menetap, yaitu tidak hanya kondisi sementara, kondisi
seorang pekerja dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang tidak mudah berubah,
ini akan berinteraksi dan berinteraksi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk
mencapai tujuan dari tugas. Individu berbeda-beda di dalam hal tujuan, sejauh apa
tujuan tersebut sudah terpuaskan hingga saat ini, dan sejauh mana pemenuhan tugas
mengenai kecepatan dan akurasi yang dibutuhkan saat menyelesaikan tugas. Faktor-
faktor ini akhirnya menentukan tingkat motivasi dalam pemenuhan tugas dan sebagai
akibatnya, menentukan sejauh mana usaha yang secara sukarela diberikan oleh individu
tersebut. Kapasitas proses berfikir dari seorang individu dibedakan dari pengetahuan
peralatan) dapat dianggap sebagai sumber yang dimiliki oleh individu yang dapat
individu harus melibatkan proses dinamis lainnya untuk mengingat dan memanipulasi
menganalisa beban kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas baik
yang merupakan beban kerja fisik maupun mental yang bermacam-macam dan muncul akibat
meningkatkan kebutuhan akan pengukuran subjektif yang dapat digunakan dalam lingkungan
Dalam penerapan SWAT akan memberikan skala subjektif yang sederhana dan
mudah dilakukan untuk mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan
oleh pekerja. SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi dimensional
dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu (time load),
beban mental (mental effort load), dan beban psikologis (psychological stress load). Masing-
masing terdiri dari 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi (mastini dalam wicaksana,
2016). Yang dimaksud dengan dimensi secara definisi adalah sebagai berikut:
1. Time load adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring tugas. (Beban waktu rendah, beban waktu sedang, beban
waktu tinggi)
2. Mental Effort Load adalah mendukung atau memperkirakan seberapa banyak usaha
mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas (beban
usaha mental rendah, beban usaha mental sedang, beban usaha mental tinggi).
Indikator beban kerja dapat di perhitungkan dari beberapa aspek, menurut (Adipradana,
2008 ) yaitu:
1. Aspek Fisik
Kondisi kesahatan pegawai harus tetap dalam keadaan sehat saat melakukan
pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan dukungan sarana tempat kerja
yang nyaman dan memadai, pekerjaan yang sesuai dengan jumlah pekerjaan yang
Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi vital tubuh.
Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan
sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah padahal secara
moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan
aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak daripada kerja otot.
perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2002). Stres pekerjaan dapat disebabkan
oleh beban kerja dan kondisi kerja (Lazarus, dalam Abraham & Shanley, 1992). Dari
hasil survei yang dilakukan Dewe (1989), lima sumber stres kerja perawat adalah
beban kerja berlebihan, kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, kesulitan
dan merawat pasien yang gagal untuk membaik Manifestasi dari stres tersebut akan
diekspresikan dalam tindakan yang terburu-buru dan tidak optimal. Adapun dampak
lain dari stres, antara lain penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, kecelakaan kerja,
absenteisme, lesu kerja dan gangguan jiwa ( Abraham & Shanley, 1997).
Menurut Anwar Prabu (1993, h.93), stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan
atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam mengahdapi pekerjaannya. Menurut
Gibson dkk (1996, h.339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan
psikologi yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar
(lingkungan), situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau
fisik berlebihan kepada seseorang. Menurut Panji Anoraga (2001, h.108), stres kerja
adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu
terancam. Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Tenaga kerja
yang menentukan sejauhmana situasi yang dihadapi merupakan situasi stres atau
tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil
a. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak oraganisasi atau perusahaan
karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang
Sebenarnya stres kerja tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam kehidupan
manusia. Selye membedakan stres menjadi 2 yaitu distress yang destruktif dan
menimbulkan efek yang negatif. Stres dapat berkembang menjadikan tenaga kerja
sakit, baik fisik maupun mental sehingga tidak dapat bekerja lagi secara optimal
Penyebab Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996, h.343-350) menyatakan bahwa
penyebab stres kerja ada empat yaitu sebagai berikut a. Lingkungan fisik Penyebab
stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi. b.
Individual Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari: 1. Konflik
peran Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima pesan-
pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai. Misalnya
adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak cocok. 2.
Peran Ganda Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi
tertentu mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Peran ganda adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus
berlebihan Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki
terlalu banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih
kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu
tinggi. 4. Tidak adanya kontrol Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja
adalah tidak adanya pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan
kerja, pengambilan keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan
kendali jadwal merupakan hal yang penting. 5. Tanggung jawab Setiap macam
tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang, namun tipe yang berbeda
Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan dengan peran ganda yang
tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang- orang dan
kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk
organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak adanya kebijakan khusus. Menurut
Carry Cooper (dikutip dari Jacinta F, 2002) menyatakan bahwa sumber stres kerja ada
empat yaitu sebagai berikut: a. Kondisi pekerjaan 1. Kondisi kerja yang buruk
berpotensi menjadi penyeba karyawan mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman,
panas, sirkulasi udara kurang memadahi, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. 2.
kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada
dalam tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat
Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan.
Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi atau berbahaya bagi
sebagainya. b. Konflik Peran Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan
tidak tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidakpuasan
meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja mengalami stres lebih tinggi
dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi konflik peran
sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. c. Pengembangan Karir Setiap orang
pasti punya harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Namun
cita- cita dan perkembangan karir banyak sekali yang tidak terlaksana. d. Struktur
tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan tanggung
jawab, aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik perusahaan yang
tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan menjadi stres.
Pengendalian yang buruk terhadap penyebab stres kerja dapat berakibat pada penyakit
dan menurunnya penampilan dan produktivitas. Stres kerja dapat disebabkan oleh
beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas
pengawasan yang rendah, iklim kerja yang tidak menentu, autoritas yang tidak
memadahi yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai
antara karyawan dengan perusahaan, dan frustasi (Anwar Prabu, 1993, h.93). Menurut
pekerjaan yaitu sebagai berikut: a. Faktor – faktor instrinsik dalam pekerjaan Meliputi
tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising, vibrasi (getaran),
higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup: 1. Kerja shif atau kerja malam Kerja
shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift
lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja
pagi, siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin
menyebabkan gangguan perut. 2. Beban kerja Beban kerja berlebih dan beban kerja
terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. 3. Peran terhadap risiko dan bahaya
Risiko dan bahaya dikaitkan dengan jabatan tertentu merupakan sumber stres. Makin
besar kesadaran akan bahaya dalam pekerjaannya makin besar depresi dan kecemasan
pada tenaga kerja. b. Peran individu dalam organisasi Setiap tenaga kerja mempunyai
kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan- aturan yang ada dan
sesuai yang diharapkan atasannya. Namun tenaga kerja tidak selalu berhasil
Ketaksaan peran dirasakan jika seseorang tenaga kerja tidak memiliki cukup
informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau tidak
Hubungan dalam pekerjaan Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu
aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari satu
kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan
berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang
ditemui terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau barperan serta
dalam organisasi. f. Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan Kategori pembangkit
stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seorang yang dapat berinteraksi
dengan peristiwa- peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan
demikian memberikan tekanan pada individu. Isu tentang keluarga, krisis kehidupan,
konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan semuanya dapat merupakan
tekanan pada individu dalam pekerjaannya. g. Ciri individu Stres ditentukan oleh
individunya sendiri, sejauhmana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Menurut
Sarafino (dikutip dari Bart Smet, 1994) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu
temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor
akanmerasa stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka
terima. Sedangkan menurut Igor S (1997, h.248), menyatakan bahwa stres kerja dapat
disebabkan oleh: a. Intimidasi dan tekanan dari rekan sekerja, pimpinan perusahaan
dan klien. b. Perbedaan antara tuntutan dan sumber daya yang ada untuk
Beban lebih. f. Faktor- faktor yang diterapkan oleh diri sendiri seperti target dan
harapan yang tidak realistis, kritik dan dukungan terhadap diri sendiri. 2.3.3 Gejala
Stres Kerja Menurut Igor S (1997, h.249) menyatakan bahwa ada beberapa gejala-
gejala dari stres kerja, yaitu sebagai berikut: a. Menolak perubahan. b. Produktivitas
rasa dan pengendalian. d. Kurang tidur, kehilangan nafsu makan dan menurunnya
nafsu seks e. Tidak menyukai tempat bekerja dan orang- orang yang bekerja bersama
anda. 2.3.4 Dampak Stres Kerja Menurut Gibson dkk (1996, h.363) menyatakan
bahwa dampak dari stres kerja banyak dan bervariasi. Dampak positif dari stres kerja
diantaranya motifasi pribadi, rangsangan untuk bekerja lebih keras, dan meningkatnya
inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, banyak efek yang mengganggu
dan secara potensial berbahaya. Cox membagi menjadi 5 kategori efek dari stres
kerja, yaitu sebagai berikut: a. Subyektif berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi,
apatis, rasa bosan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan
diri yang rendah, gugup, kesepian. b. Perilaku berupa mudah mendapat kecelakaan,
Fisiologis berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas, dan dingin. e.
Organisasi berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing, dari mitra
menyatakan bahwa stres kerja dapat juga mengakibatkan hal- hal sebagai berikut: a.
banyak diantara tenaga kerja di dalam organisasi atau perusahaan mengalami stres
kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. b. Dampak
kesehatan seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
ketegangan dan kekuatiran yang terus menerus yang disebut stres kronis. Stres kronis
stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh
karena itu sering salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan,
pendapat dan penilaian, kritik, nasehat, bahkan perilaku orang lain. Orang stres sering
mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa
tuntutan pengguna jasa rumah sakit saat ini berbeda dengan beberapa tahun yang lalu.
Pengguna jasa rumah sakit saat ini tidak hanya menuntut kesembuhan, tetapi juga
menuntut pelayanan yang cepat, sopan dan ramah. Pihak pasien menuntut sprei harus
selalu bersih, meminta spuit dan jarum yang disposable dan mereka harus melihat
perawat membukanya dari kemasan utuh. Bahkan perawat yang tidak menggunakan
Beban kerja yang banyak disertai tuntutan dari pihak keluarga pasien
dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas
kerjanya sesuai dengan pendidikan yang diperoleh, shift yang digunakan untuk
mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari,
Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari penyebab timbulnya stres
kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain
bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada perawat yang
bekerja di rumah sakit. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kecemasan,
Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di tiap Ruang Rawat Inap di
RSUD Sidikalang terdapat berbagai macam kategori stres kerja pada tatanan yang
mengalami stres kerja sedang, 55,6% perawat di ruang perawatan anak mengalami
stres kerja ringan, 57,1% perawat di ruang kebidanan mengalami stres kerja kategori
ringan dan 50% perawat di ruang perawatan penyakit dalam mengalami stres kerja
kategori ringan.
Hal ini juga merupakan stres bagi keluarga pasien sehingga keluarga pasien
beban dan situasi kerja perawat. Kondisi ini pula menjadi penyebab lain stres bagi
perawat. Selain itu kondisi pasien yang kritis, ruang IGD dan ICU yang dilengkapi
jantung, respirator dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius,
serta menuntut ketrampilan khusus untuk dapat melaksanakan pekerjaan di IGD dan
ICU. Kondisi kerja tersebut juga merupakan stressor yang kuat terhadap stres
produktifitas dan kualitas asuhan keperawatan di ruang IGD dan ICU perlu adanya
penelitian tentang hubungan beban kerja dengan stres perawat di ruang IGD dan ICU
RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran. Stres dapat didefinisikan sebagai
suatu respon yang dibawa oleh berbagai peristiwa eksternal dan dapat berbentuk
pengalaman positif atau pengalaman negatif (Selye,1976 dalam Jagaratnam dan
stres sebagai suatu tuntutan yang muncul karena adanya kapasitas adaptif antara
pikiran dan tubuh atau fisik manusia. Stres kerja menurut Robbins (2006: 799) adalah
tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. Sedangkan menurut Anwar Parabu
Mangkumegara (2008: 38) “stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa
jantung dan napas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan
perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara
Meliputi perubahan sosial atau teknologi, relokasi, kondisi ekonomi dan keuangan, ras,
Meskipun organisasi terbentuk dari keompok dan individu, terdapat dimensi yang lebih
makrolevel dapat dikategorikan menjadi kebijakan dan strategi organisasi, struktur dan
desain organisasi serta kondisi kerja. Beberapa contoh mengenai stresor organisasi
3. Stressor Kelompok
Kohevitas atau kebersamaan merupakan hal penting pada karyawan, terutama pada
tingkat organisasi yang lebih rendah. Jika karyawan tidak mengalami kesempatan
kebersamaan karena desain kerja atau karena adanya anggota kelompok yang
Dengan berbagi masalah dan kebahagiaan bersama-sama, mereka jauh lebih baik.
Jika jenis dungan sosial ini berkurang pada individu, maka situasi ini akan membuat
stres.
4. Stressor individu
Stres yang timbul dari watak individu dan berhubungan dengan tugas dan perkerjaan
Dalam kehidupan stres adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Manusia
terjadinya stres.
Kontribusi terbesar pada stress kerja berputar di sekitar perubahan mendasar yang terjadi di
banyak organisasi atau perusahaan. Akibat semakin ketatnya persaingan, para karyawan
diminta untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas lebih baik dan kuantitas lebih besar
dalam waktu yang lebih singkat dan sumber daya yang lebih sedikit.
produk barang atau penyampaian jasa. Informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu
hal yang sangat penting digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kinerja yang dilakukan
organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi
dalam kenyataanya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang
tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasi. Pengertian kinerja dalam
organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidak memperhatikan, kecuali jika keadaan
sudah menjadi sangat buruk atau segala sesuatu menjadi serba salah. Kadang beberapa atasan
atau manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja yang ada sehingga perusahaan
Kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku kerja yang telah dicapai dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu”.
Dari pengertian di atas dalam kinerja terkandung arti bahwa kinerja merupakan hasil kerja
dan perilaku kerja seseorang dalam suatu periode, biasanya 1 tahun. Kemudian kinerja dapat
di ukur dari kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Artinya dalam kinerja mengandung unsur standar pencapaian harus terpenuhi, sehingga, bagi
yang mencapai standar yang telah di tetapkan berarti berkinerja baik atau sebaliknya bagi
yang tidak tercapai dikategorikan berkinerja kurang atau tidak baik. (Kasmin, 2016).
Untuk menambah pemahaman tentang kinerja berikut ini kutipan pendapat dari
kinerja.
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja.
Colquit mengatakan performance “the value of the set of employee behaviors that contribute,
adalah nilai dari seperangkat perilaku karyawan yang berkontribusi, baik secara positif atau
negatif terhadap pemenuhan tujuan organisasi. Dan kinerja juga ditentukan oleh tiga faktor
yaitu:
negatif.
Menurut Robbins kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan atau ability
(A), Motivasi (M), dan kesempatan atau Opportunity (O) yaitu kinerja = f (A x M x O),
artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Sementara itu
yang dimaksut dengan dimensi kinerja menurut Gomes, dalam (Nursalam,2014) adalah:
1. Quantity of work: jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang
ditentukan
6. Dependability: kesadaran dan kepercayaan dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja
tanggung jawabnya
integritas pribadi.
Pengertian kinerja dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh ahli manajemen sumber
daya manusia adalah hasil kerja dan perilaku kerja. Jika kinerja berdasarkan hasil, maka yang
dilihat adalah jumlah kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan oleh seseorang. Jika kinerja
dilihat dari perilaku kerja, maka yang dinilai adalah perilaku karyawan dalam menjalankan
kewajibannya yang berkontribusi, baik secara positif atau negatif terhadap pemenuhan tujuan
perusahaan seperti yang dikemukakan oleh Colquit. Kinerja karyawan juga diartikan sebagai
suatu pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Kinerja juga dikatakan sebagai
suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu unjuk keterampilan seseorang dalam mengerjakan
pekerjaannya.
2.1.7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja baik hasil maupun perilaku kerja (Kasmir,
Kemampuan atau skill yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan.
pekerjaannya secara benar, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Artinya karyawan yang
memiliki kemampuan dan keahlian yang lebih baik, maka akan memberikan kinerja baik
pula, demikian pula sebaliknya bagi karyawan yang tidak memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaannya secara benar, maka akan memberikan hasil yang kurang
baik pula, yang pada akhirnya akan menunjukkan kinerja yang kurang baik. Dengan
2. Pengetahuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang pekerjaan secara baik akan memberikan
hasil pekerjaan yang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya dengan pengetahuan
demikian pula sebaliknya jika karyawan tidak atau kurang memiliki pengetahuan tentang
pekerjaanya, maka pasti akan mengurangi hasil atau kualitas pekerjaannya yang pada
3. Rancangan kerja
Rancangan pekerjaan yang akan memudahkan karyawan dalam mencapai tujuannya.
Artinya jika suatu pekerjaan memiliki rancangan yang baik, maka akan memudahkan
untuk menjalankan pekerjaan tersebut secara tepat dan benar. Sebaliknya jika suatu
pekerjaan tidak memiliki rancangan pekerjaan yang baik, maka akan memudahkan untuk
menjalankan pekerjaan tersebut secara tepat dan benar. Pada dasarnya rancangan
4. Kepribadian
Kepribadian atau karakter yang dimiliki setiap orang berbeda-beda satu sama lainnya.
Seseorang yang memiliki kepribadian atau karakter yang baik, akan dapat melakukan
pekerjaan juga baik. Demikian pula sebaliknya bagi karyawan yang memiliki kepribadian
atau karakter yang buruk, akan bekerja dan pada akhirnya hasil pekerjaanya pun tidak atau
kurang baik dan tentu saja hal ini akan memengaruhi kinerja yang ikut buruk pula. Artinya
5. Motivasi kerja
Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan. Jika
karyawan memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya atau dorongan dari luar dirinya
(misalnya dari pihak perusahaan), maka karyawan akan terangsang atau terdorong untuk
melakukan sesuatu dengan baik. Pada akhirnya dorongan atau rangsangan baik dari dalam
maupun dari luar diri seseorang akan menghasilkan kinerja yang baik, demikian pula
sebaliknya jika karyawan tidak terdorong atau terangsang untuk melakukan pekerjaannya
maka hasilnya akan menurunkan kinerja karyawan itu sendiri. Dengan demikian dapat
untuk melakukan suatu pekerjaan maka kinerja akan meningkat, demikian pula sebaliknya
makin tidak termotivasi seseorang untuk melakukan pekerjaannya, maka kinerjanya akan
turun.
6. Kepemimpinan
memerintah bawahannya untuk mengerjakan sesuatu tugas dan tanggung jawab yang
mendidik dan membimbing tentu akan membuat karyawan senang dengan mengikuti apa
yang diperintahkan.
7. Gaya kepemimpinan
Merupakan gaya atau sifat seseorang pemimpin dalam menghadapi atau memerintahkan
bawahannya. Sebagai contoh gaya atau sikap seorang pemimpin yang demokratis tentu
berbeda dengan gaya pemimpin yang otoriter. Dalam praktiknya gaya kepemimpinan ini
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi organisasinya. Misalnya untuk organisasi tertentu
dibutuhkan gaya otoriter atau demokrasi, dengan alasan tertentu pula. Gaya kepemimpinan
8. Budaya Organisasi
Kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang berlaku dan dimiliki oleh suatu organisasi
berlaku dan diterima secara umum serta harus dipatuhi oleh segenap anggota suatu
perusahaan atau organisasi. Kepatuhan anggota organisasi untuk menuruti atau mengikuti
kebiasaan atau norma ini akan memengaruhi kinerja seseorang atau kinerja organisasi.
Demikian pula jika tidak mematuhi kebiasaan atau norma-norma maka akan menurunkan
9. Kepuasan Kerja
Perasaan senang atau gembira, atau perasaan suka seseorang sebelum dan setelah
melakukan suatu pekerjaan, jika karyawan merasa senang atau gembira atau suka untuk
bekerja, maka hasil pekerjaannya pun akan berhasil baik. Demikian pula jika seseorang
tidak senang atau gembira dan tidak suka atas pekerjaannya, maka akan ikut memengaruhi
hasil kerja karyawan. Jika dengan demikian kepuasan kerja dapat memengaruhi kinerja.
Suasana atau kondisi di sekitar lokasi tempat bekerja lingkungan kerja dapat berupa
ruangan,layout, sarana dan prasarana, serta hubungan kerja dengan sesama rekan kerja.
Jika lingkungan kerja dapat membuat suasana nyaman dan memberikan ketenangan
maka akan membuat suasana kerja menjadi kondusif. Sehingga dapat meningkatkan hasil
kerja seseorang menjadi lebih baik, karena bekerja tanpa gangguan. Namun sebaliknya
jika suasana atau kondisi lingkungan kerja tidan memberikan kenyamanan atau
ketenangan, maka akan berakibat suasana kerja menjadi terganggu yang pada akhirnya
11. Loyalitas
perusahaannya dalam kondisi yang kurang baik. Karyawan yang setia juga dapat
kepada pihak lain. Karyawan yang setia atau loyal tentu akan dapat mempertahankan
ritme kerja, tanpa terganggu oleh godaan dari pihak pesaing. Loyalitas akan terus
membangun agar terus berkarya menjadi lebih baik dengan merasa bahwa perusahaan
seperti miliknya sendiri. Pada akhirnya loyalitas akan memengaruhi kinerja karyawan.
12. Komitmen
Kepatuhan karyawan untuk menjalankan kebijakan atau peraturan perusahaan dalam
dibuat. Dengan mematuhi janji atau kesepakan tersebut membuatnya berusaha untuk
bekerja dengan baik dan merasa bersalah jika tidak dapat menepati janji atau
kesepakatan yang telah dibuatnya akan memengaruhi kinerjanya. Jadi komitmen dapat
kerja dalam hal ini dapat berupa waktu, misalnya masuk kerja selalu tepat waktu.
Kemudian disiplin dalam mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya sesuai dengan
perintah yang harus dikerjakan. Karyawan yang disiplin akan memengaruhi kinerja.
Kinerja dalam tinjauan teori keperilakukan mencakup 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge)
yaitu:
telah dipelajarinya
f. Evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifiksi pencarian materi yang di dapat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, test atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur Dari subyek penelitian atau
responden.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berupa respon positif
diberikan
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas. Lepas dari pekerjaan itu benar
d. Bertanggung jawab, atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan
3. Praktik (practice)
mempraktikkan apa yang diketahui (dinilai baik). Halini disebabkan oleh beberapa
alasan, antara lain: sikap untuk terwujud dalam tindakan tergantung pada saat itu, sikap
akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pada pengalaman orang lain, sikap
akan diikuti atau tidak dengan suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya
a. Persepsi, mengenal dan memilih obyek sehubungan dengan tindakan yang akan di
ambil
b. Respon terpimpin, dapat melakukan praktik sesuai dengan urutan yang benar sesuai
contoh
c. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan praktik dengan benar secara
d. Adaptasi, praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya sesuatu
berbeda dengan pengetahuan dan sikap. Untuk mengukur praktik yang paling akurat
Penilaian kerja dapat digunakan sebagai informasi untuk menilai efektif manajemen
sumber daya manusia dengan melihat kemampuan personel dan pengambilan keputusan
dalam pengembangan personil. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya
oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitasnya.
Menurut Nursalam, (2011) manfaat penilai kinerja terdiri dari enam hal, yaitu:
1. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun kelompok, dengan
2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan akan mempengaruhi
karya dan prestasi, yaitu melalui umpan balik terhadap prestasi mereka
pelatihan staf yang lebih tepat. Rumah sakit akan mempunyai tenaga yang trampil
tentang pekerjaannya atau hal lain yang kaitannya melalui jalur komunikasi dan
Manfaat tersebut, berlaku untuk semua perawat yang mempunyai potensi dan
kemampuan, sehingga dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung jawab yang
lebih besar pada masa yang akan datang, atau mendapatkan imbalan yang lebih baik. Bagi
karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauan, motivasi, dan sikap yang kurang baik,
maka perlu diberikan pembinaan berupa teguran atau konseling oleh atasannya langsung.
Beban kerja yang berlebihan menyebabkan stres yang berhubungan dengan peran seorang
karyawan dalam suatu perusahaan dapat berakibat negatif menurunnya komitmen organisasi
bahwa stres kerja mempunyai hubungan negatif dengan komitmen organisasi. Khatibi et al.
(2009: 5) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara stres kerja dan
komitmen organisasi, dengan meningkatnya stres kerja maka komitmen organisasinya akan
kepuasan kerja pada karyawan. Demikian juga menurut Flanagan (2006: 1), terdapat
hubungan terbalik antara stres kerja dengan kepuasan kerja dan stres kerja merupakan
mengindikasikan bahwa hubungan kausal yang kuat antara stres dan kepuasan kerja
(semakin tinggi stres semakin rendah kepuasan) dan antara kepuasan dengan
Meliputi perubahan sosial atau teknologi, relokasi, kondisi ekonomi dan keuangan, ras,
2. Stressor organisasi
Meskipun organisasi terbentuk dari keompok dan individu, terdapat dimensi yang lebih
makrolevel dapat dikategorikan menjadi kebijakan dan strategi organisasi, struktur dan
desain organisasi serta kondisi kerja. Beberapa contoh mengenai stresor organisasi
3. Stressor Kelompok
Kohevitas atau kebersamaan merupakan hal penting pada karyawan, terutama pada
tingkat organisasi yang lebih rendah. Jika karyawan tidak mengalami kesempatan
kebersamaan karena desain kerja atau karena adanya anggota kelompok yang
Dengan berbagi masalah dan kebahagiaan bersama-sama, mereka jauh lebih baik. Jika
jenis dungan sosial ini berkurang pada individu, maka situasi ini akan membuat stres.
4. Stressor individu
Stres yang timbul dari watak individu dan berhubungan dengan tugas dan perkerjaan
yang dijalaninya, dapat berupa konflik peran, kerancuan, kecenderungan individu, tipe
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
mengetahui tentang sarana prasarana, beban kerja, stress kerja serta kinerja pegawai di
langkah-langkah atau prosedur tertentu yang cukup dalam metode penelitian. Dalam
metode penelitian ini tercakup metode dan pendekatan yang dipergunakan sumber data,
lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta cara memperoleh
berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka.
Menurut Sugiono (2009: 1) “Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah metode penelitian
yang dipergunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti
Kemudian menguji hipotesis mengenai pengaruh sarana prasarana dan beban kerja
terhadap stress kerja serta implikasinya pada kinerja pegawai di Puskesmas Banjaran
Nambo DTP
Metode penelitian ini menggunakan survey yaitu penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang di
ambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif dan
digunakan adalah bersifat deskriptif dan verifikatif, metode survey deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran ciri-ciri variabel. Sesuai
dengan tujuan penelitian pertama sampai keempat, penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
nomor-43-tahun-2019-tentang-puskesmas
• Bagaimana beban kerja Dokter, perawat dan bidan di Puskesmas Banjaran Nambo
penelitian ini bersifat verifikatif, pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu
hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dan mengolah data, sehingga
7. Seberapa besar pengaruh sarana prasarana beban kerja terhadap stress kerja di
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah dokter, perawat dan bidan di di Puskesmas
Banjaran Nambo DTP dan PONED yang berlokasi di Jl. Raya Banjaran desa
Pada sub definisi variabel dan operasionalisasi variabel menjelaskan tentang variabel-
variabel penelitian harus didefinisikan secara jelas, sehingga tidak menimbukan pengertian
ganda, definisi variabel juga memberi batasan sejauh mana penelitian yang akan dilakukan.
menjadi konsep, dimensi, indikator, ukuran, dan lain-lain yang diarahkan untuk memperoleh
Dalam penelitian ini ada tiga pokok variabel yang akan diteliti, yaitu variabel X,Y dan
(variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbunya variabel terikat. Sarana prasarana adalah seperangkat alat
yang digunakan untuk suatu kegiatan, alat tersebut bisa berupa alat utama atau alat
yang yang membantu proses kegiatan, sehingga tujuan dari kegiatan tersebut dapat
tercapai.
2. Beban kerja sebagai variabel bebas (independen) (X2). Beban kerja adalah banyaknya
jumlah pekerjaan yang harus dilakukan dengan waktu yang telah ditetapkan untuk
memenuhi sarana pelayanan yang berkualitas. Beban kerja terdiri dari dimensi: aspek
fisik, aspek mental (psikologis), dan aspek pemanfaatan waktu. (Adipradana, 2008).
3. Stress kerja sebagai variabel intervening (Y), adalah variabel yang secara teoritis
dependen. Stress kerja adalah ketegangan yang disebabkan oleh fisik, emosi, sosial,
ekonomi, pekerjaan atau keadaan, peristiwa serta pengalaman yang sulit untuk
bertahan. Dimensi kepuasan kerja yaitu: Pekerjaan, Gaji, Promosi, Supervisi, Rekan
4. Kinerja Dokter sebagai variabel dependen (variabel terikat) (Z) adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Kinerja Dokter adalah
Nambo DTP. Yaitu: kualitas kerja, pengetahuan, keterampilan, sikap dan keselamatan
pasien. .