1|Page
Aliran Filsafat
Moral
1. Aliran-Aliran Filsafat Dan Etika
Sumber :
° http://digilib.uin-suka.ac.id/1276/
° http://mpippsuinmaliki.blogspot.com/2011/04/books-review-aliran-aliran-filsafat-
dan.html
Beberapa teori mungkin tertarik pada Moral Actualism karena mereka tertarik
Modal Actualism.Moral Actualism sendiri datang dalam dua bentuk, kuat dan lemah.
Tapi hanya satu dari bentuk-bentuk yang ketat actualist. Hanya satu bentuk yang
mengambil posisi bahwa orang-orang penting secara moral jika hanya mereka yang
melakukan akan ada di dunia unik yang sebenarnya. Yang lain memiliki kita katakan
bahwa orang-orang bukan masalah moral jika dan hanya jika mereka akan ada - yaitu,
akan menjadi "yang sebenarnya" –maka telah bertindak di bawah pengawasan . Untuk
itu, saya akan meninggalkan istilah Moral Actualism ( Kuat dan Lemah) di belakang
dan menggunakan hanya Pengecualian (Alpha dan Beta) sebagai gantinya.
Independen, maka, metafisika kami, Pengecualian dapat segera menyerang kita
sebagai commonsensical.
Seperti antara Inklusi dan Eksklusi, setidaknya, itu adalah Pengecualian yang
tampaknya memiliki kemampuan untuk mengenali perbedaan moral penting antara
"Michael W. Hoppe sebagai orang yang bahagia" dan "membuat orang bahagia."
Inklusi, dengan perbandingan, tampaknya benar-benar fantastis. Menurut Inklusi, kita
harus menyertakan bagaimana hanya mungkin terpengaruh, tepat di samping
bagaimana kita sendiri dipengaruhi, dalam membuat perhitungan kita tentang apa
yang kita haruskan.Caspar Kelinci menunjukkan bahwa Moral Actualism -
Pengecualian - sama saja dengan pendekatan berbasis orang, yang meliputi (antara
lain) intuisi berbasis orang. Lihat Kelinci (2007). Bahkan, bagaimanapun,
Pengecualian adalah salah satu cara untuk mengartikulasikan pendekatan berbasis
orang. Variabilism adalah alternatif dan cara yang jauh lebih dipertahankan
mengartikulasikan baik intuisi itu sendiri dan pendekatan. Lihat catatan 17 di atas dan
bagian bawah .
Banyak teori menemukan actualism modal pandangan yang menarik. Bentuk
yang sangat ketat pandang yang mungkin tampak memaksa kita untuk mengadopsi
Moral Actualism (Alpha) atau memberhentikan sebagai omong kosong upaya untuk
mengatakan bahwa dunia di mana seseorang ada bisa lebih baik (atau lebih buruk)
untuk orang tersebut dari dunia di mana orang yang tidak pernah ada sama sekali.
Tapi pendekatan yang sangat ketat seperti tampak bermasalah. Sebuah semantik
masuk akal, actualist atau tidak, harus memahami kalimat "JFK bisa memiliki anak
lagi yang senator tapi bisa astronot sebagai gantinya." Lihat McMichael (1983).Untuk
menghindari mengemis pertanyaan mendukung Inklusi - atau melawan Inklusi,
dengan membuat suara Inklusi seperti ide konyol bahwa kita harus merajut dan
panggang kue cokelat bagi seseorang yang tidak akan pernah ada sama sekali - sangat
penting untuk tidak membaca posisi moral tertentu substantif dalam cara ini berbicara
tentang hanya mungkin. Kita bisa, dengan kata lain, berbicara tentang hanya mungkin
karena "memiliki kepentingan" atau "menimbulkan kerugian" - bahkan jika pada
akhir hari kita simpulkan, dengan Exclusionists, bahwa mereka kepentingan dan
kerugian yang benar-benar tanpa arti moral atau , dengan Variabilists, bahwa
beberapa dari mereka kepentingan dan kerugian memiliki arti moral, tetapi beberapa
tidak. Singkatnya, tujuan berbicara dengan cara ini adalah untuk mencapai kejelasan
tambahan, tidak mengemis pertanyaan.
6. Pemikiran tentang hukum dan moral dalam filsafat Cina periode Han awal (206 SM
- 6 M)
Sumber :
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&
typ=html&buku_id=7004&obyek_id=4
Pemikiran tentang hukum dan moral dalam filsafat Cina periode Han awal
(206 SM - 6 M)
Hubungan antara hukum dan moral merupakan salah satu masalah penting
dalam filsafat hukum. tidak ada dan tidak pernah ada pemisahan total hukum dari
moralitas. Oleh karenanya hukum yang dipisahkan dari keadilan dan moralitas
bukanlah hukum. hukum tanpa moral adalah kezaliman. Moral tanpa hukum adalah anarki
dan utopia yang menjurus kepada peri-kebinatangan. Hanya hukum yang dipeluk oleh
kesusilaan dan berakar pada kesusilaan yang dapat mendirikan kesusilaan. Dalam banyak
literatur dikemukakan bahwa tujuan hukum atau cita hukum tidak lain daripada keadilan.
Sistem hukum yang tidak memiliki akar substansial pada keadilan dan moralitas pada
akhirnya akan terpental. Gustav Radbruch, di antaranya menyatakan bahwa cita hukum tidak
lain daripada keadilan.Selanjutnya ia menyatakan “Est autem jus a justitia, sicut a matre sua
ergo prius fuit justitia quam jus”, yang diterjemahkan: “Akan tetapi hukum berasal dari
keadilan seperti lahir dari kandungan ibunya, oleh karena itu keadilan telah ada sebelum
adanya hukum.” Menurut Ulpianus, Justitia est perpetua et constans voluntas jus suum
cuique tribuendi, yang diterjemahkan secara bebas, keadilan adalah suatu keinginan yang
terus-menerus dan tetap untuk memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya.
Kompleksitas masalah yang muncul tentang pokok soal tersebut menuntut
sebuah tinjauan komprehensif menyangkut konsep-konsep tentang manusia,
masyarakat, politik, dan etika. Kajian terhadap filsafat Han Awal dengan latar corak
filsafat Cina yang selalu terkait dengan filsafat manusia dan etika politik, diharapkan
memberi sumbangan bagi kajian sistematis dari filsafat hukum dan filsafat komparatif
.Penelitian filsafat ini merupakan penelitian kepustakaan yang dilakukan melalui tiga
tahap yaitu :
Penelitian ini berjudul “Upacara Adat Beati dalam Perspektif Filsafat Moral”.
salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia pada masa praaksara dapat
kita jumpai pada upacara-upacara adat Upacara adat Beati adalah upacara adat yang
dilaksanakan oleh masyarakat Gorontalo. Proses penanaman Karakter Nilai Budaya Bersih
dan lainnya dilakukan melalui proses belajar baik itu jalur pendidikan formal, informal, dan
non formal. Upacara ini adalah sebuah ritual yang dilaksanakan sebagai bentuk perubahan
status seorang gadis kecil menjadi gadis remaja. Tujuan penelitian ini adalah menggali
berbagai makna etis dalam setiap prosesi dan simbol yang digunakan dalam upacara adat
beati. Objek formal penelitian ini adalah etika atau filsafat moral sedangkan objek
berasal dari buku atau penelitian sebelumnya yang membahas tentang upacara
adat Beati. Langkah metodis penelitian ini adalah materialnya adalah upacara adat beati.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka, di mana seluruh data yang digunakan
inventarisasi, kategorisasi, dan analisis data dengan menggunakan pendekatan
Hermeneutika dengan unsur-unsurnya yang deskripsi, interpretasi dan refleksi kritis.
Deskripsi digunakan untuk menggambarkan latar belakang historis, tahapan-tahapan dan
tujuan upacara adat beati. Interpretasi digunakan untuk menginterpretasikan seluruh
prosesi dan berbagai simbol dalam menemukan makna filosofisnya. Refleksi kritis atau
heuristika ditujukan untuk menemukan sesuatu yang baru dari langkah sebelumnya.
Dalam konteks peneltian ini adalah upacara adat beati dalam perspektif Filsafat
Moral.Tahapan-tahapan penelitian ini dirangkum dalam tiga pertanyaan berikut: Pertama,
mengapa upacara adat beati penting bagi masyarakat Gorontalo? Kedua, apa hakikat
nilai-nilai moral yang terkandung dalam upacara adat beati? Ketiga, apa kontribusi
upacara adat beati dalam pengembangan moral masyarakat?. Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa makna berbagai prosesi upacara adat beati merupakan akulturasi
antara nilai-nilai religius dan nilai-nilai budaya yang ditunjukkan dengan: Pertama,
prosesi dan simbol yang mendeskripsikan hubungan manusia dengan Tuhan. Kedua,
simbol dan prosesi upacara adat beati yang bermakna etika hubungan manusia dengan
sesama manusia, ajaran moral untuk saling membantu dan menghargai. Ketiga,
mengandung makna etis tentang hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara umum
makna etis yang terkandung dalam upacara adat beati adalah agar setiap gadis yang
dibeati harus menjalani kehidupannya dengan baik dan benar untuk memperoleh
kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
Upacara adat Beati pun sangat membutuhkan peranan masing-masing individu.
Semua akan sulit terciptatanpa adanya persatuan dan kesatuan dari dan antar suku
penganut kebudayaan.Perkembangan jaman yang begitu pesat sejatinya bukan menjadi
penghambat pelestariankebudayaan bangsa Indonesia. Karna sebagai manapun
perkembangan dunia ini terjadi,sejatinya dari kebudayaan warisan leluhur itulah bangsa
ini tercipta maka sepatutnya teruskita lestarikan sampai ke generasi-generasi selanjutnya.
° http://garuda.dikti.go.id/
° https://www.google.com/search?q=Aliran-
Aliran+Dalam+Filsafat+Musdiani%2C+Musdiani&ie=utf-8&oe=utf-8
Franz Magnis Suseno, SJ. adalah seorang Rohaniawan, lahir pada tahun 1936
di Eckersdorf, Jerman. Sejak tahun 1961 tinggal di Indonesia. Ia menekuni berbagai
bidang keilmuan seperti filsafat, teologi, dan teori politik di Pullach, Yogyakarta, dan
Munchen. Franz Magniz Susena sekarang adalah guru besar filsafat di sekolah tinggi
filsafat Driyakarya Jakarta. Dia juga mengajar di pascasarjana Universitas Indonesia,
dosen tamu pada Gexwister-School-Institut Universitas Munchen, pada Hochshule for
Philosophie, Munchen Jerman, dan pada Fakultas Teologi Universitas Insbruch
Jerman. Sekitar 18 buku serta lebih dari 200 karangan populer dan ilmiyah sudah
ditulisnya, terutama di bidang etika, filsafat politik, dan filsafat Jawa. Antara lain,
Berfilsafat Dari Konteks yang diterbitkan oleh Gramedia tahun 1991, didalam buku
ini terdapat kedudukan filsafat maupun etika dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hal pemikiran tentang etika berpandangan bahwa etika bisa mencapai
puncaknya yang luhur dalam humanisme-nya, karena etika secara konsekuen
mengakui dan menghendaki kesamaan derajat semua orang. Etika mengajarkan
bahwa terhadap siapapun hendaknya bersikap baik hati, dengan tidak memandang
warna kulit, suku, budaya, dan agama. Wanita berhak atas perlakuan sama dengan
pria, buruh harus dihormati hak-haknya, musuh berhak atas belas kasih dan
pengampunan. Dengan kerangka berfikir seperti itu, moralitas manusia menemukan
kesadaran akan hak-hak asasi setiap orang sebagai manusia. Dan Franz merumuskan
cita-cita negara sedunia dan persaudaraan universal.
Menurut Franz Magnis Suseno etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik
berkaitan dengan pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah-istilah moral. Dalam
arti yang lebih luas etika diartikan keseluruhan mengenai norma dan penelitian yang
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya
menjalankan kehidupannya.
Tokoh lain yang mengutarakan tentang pengertian etika adalah Aristoteles.
Etika menurutnya adalah ilmu tentang tindakan tepat dalam bidang khas manusia.
Objek etika adalah alam yang berubah terutama alam manusia, oleh karena itu etika
bukan merupakan episteme atau bukan ilmu pengetahuan. Tujuan etika bukanlah
dispisisifikan kepada pengetahuan, melainkan praxis, bukan mengetahui apa itu hidup
yang baik, melainkan membuat orang untuk hidup yang lebih baik. Pendapat ini
bertentangan dengan Franz yang menganggap bahwa etika merupakan ilmu yang
sistematis.
Secara historis etika sebagai usaha dari filsafat, yang lahir dari kerusakan
tatanan moral di lingkungan kebudayaan Yunani 2500 tahun lalu. pada zaman ini
pandangan-pandangan lama tentang baik dan buruk tidak lagi dipercayai, maka para
filosof yang peka terhadap kondisi ini mulai mempertanyakan kembali norma-norma
dasar bagi perilaku manusia. Frans berpendapat bahwa etika bukanlah suatu sumber
tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiaran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Karena etika yang
merupakan pemikiran secara filsafat itu mempunyai lima ciri khas yaitu bersifat
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif. etika disini yang dimaksudkan
adalah merupakan filsafat moral, atau suatu pemikiran secara rasional, kritis,
mendasar dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral. Etika memberikan pengertian
mengapa seseorang mengikuti moralitas tertentu, atau bagaimana seseorang dapat
mengambil sikap yang bertanggungjawab berhadapan dengan berbagai moralitas.
11. Nilai-Nilai Moral Dalam Lirik Musik Dangdut Rhoma Irama Antara Tahun 1970-
1980
Sumber : http://eprints.walisongo.ac.id/122/
Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang Jenis : jurnal
Penulis : M.Mustolehudin
Tahun 2012
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa di dalam lirik-lirik musik dangdut
Rhoma Irama antara tahun 1970-1980 terdapat nilai-nilai moral yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan individu,kehidupan keluarga, kehidupan
masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara, serta dalam kehidupan
beragama.Fakta-fakta dalam kehidupan manusia di Indonesia banyak terjadi kasus-
kasus amoral yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat maupun norma-
norma yang berasal dari hukum (wahyu) Tuhan. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam
lirik-Lirik musik dangdut Rhoma Irama antara lain: nilai amanah, nilai benar (as-
Ṣiddīq), nilai kejujuran, nilai keadilan(al-„adl), nilai kasih sayang (al-Raḥmah), nilai
persaudaraan, nilai persatuan dan nilai toleransi (tasamuh).
Nilai-nilai moral tersebut relevan untuk diimplementasikan dalam segala
zaman.hal ini disebabkan yang menjadi rujukan utama dalam lirik-lirik musik dangdut
tersebut adalah bersumber dari al-quran dan hadis.nilai-nilai moral yang terkandung
dalam lirik-lirik musik dangdut rhoma irama dapat diimplementasikan dalam
kehidupan individu,keluarga,kehidupan masyarakat,kehidupan berbangsa dan
bernegara,dan dalam kehidupan beragama.
Ulama-ulama pada masa lalu ,dalam menyampaikan pesan-pesan moral
(agama) tidak terbatas pada text suci (al-quran),hadis nabi,dan kitab-kitab akhlaq,akan
tetapi juga melalui karya sastra.salah satu tokoh islam yang menggunakan media puisi
atau syair untuk menyampaikan ajaran agama islam (moral) adalah ibnu
miskawaih.sebagaimana ulama‟ dan pujangga,rhoma irama menjadikan rilik musik
sebagai media penyampaian nilai-nilai religi.melalui lirik musik,rhoma irama
berusaha mengekspresikan karyanya melalui iringan genre musik dangdut.
Jadi,antara moral,etika dan akhlak sama-sama membahas tentang nilai baik
dan buruk ,benar salah dari tindakan / perilaku manusia.nilai moral manusia dapat
tercermin dalam perilaku ketuhanan.nilai moral adalah ketika seorang dalam
perilakunya ,bertindak pada jalan tengah.seseorang dinilai memiliki nilai moral ketika
dalam hidupnya memilih jalan hidup sufi,yaitu mereka yang jiwanya senantiasa
berada pada jalan kebenaran ,dapat membedakan antara yang hak dan yang
batil,sehingga ia akan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.
Terdapat berbagai aliran filsafat moral,antara lain :aliran naturalism,aliran
hedonism,aliran utilitarism,aliran teologis,aliran idealisme,aliran vitalisme,aliran
pragmatisme,aliran evolusionisme dan lain-lain.
Tujuan dari aliran aliran tersebut pada akhirnya berujung pada bagaimana
manusia memperoleh kebahagiaan.kebahagiaan dapat diperoleh melalui nilai-nilai
moral .semakin bermoral manusia akan semakin mendapatkan kebahagiaan.moral
dapat juga diperoleh melalui musik .jadi moral dan musik saling berhubungan .moral
terkait dengan nilai-nilai etika,sedangkan musik terkait dengan nilai-nilai
estetika,kehalusan,keselarasan,dan keindahan.
Rhoma irama merupakan raja dangdut indonesia,ia dilahirkan pada 11
dsember 1946 di tasikmalaya jawa barat .sejak kecil rhoma irama telah dikenalkan
dengan musik.awal perjalanan karirnya diawali dengan kelompok “tornado” dan grup
musik “varia irama melody”.genre musik rhoma irama ,dalam lirik musik ciptannya
sebagian besar berisi tentang pesan-pesan moral dan sebagian yang lain berisi tentang
cinta,kritik sosial terhadap kehidupan masyarakat,bangsa dan dalam kehidupan
agama.data tentang musik ciptaannya diketahui dalam ensiklopedi indonesia
berjumlah 300 lagu.diantaranya yang terkaitan dengan nilai moral dalam kehidupan
individu adalah lagu ; setetes air hina, begadang, darah muda, banyak jalan menuju
Roma, rupiah, ingkar, tersesat, Lāilāha illallāh, takwa, kematian, dan sebujur
bangkai.nilai-nilai moral tersebut tetap relevan untuk diimplementasikan pada masa
lampau,masa kini dan masa yang akan datang.
12. Studi Pemikiran Filsafat Moral Raghib Al Isfahani (W. 1108 M)
Sumber :
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&q=Studi+Pemikiran+Filsafat+Moral+Ra
ghib+Al+Isfahani+%28W.+1108+M%29&btnG=
13. Pemikiran Etika Ibnu Miskawaih Dan J.J. Rousseau (Studi Perbandingan Filsafat
Moral)
Sumber :
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&q=Pemikiran+Etika+Ibn+Miskawaih+Dan+J.J
.+Rousseau+%28Studi+Perbandingan+Filsafat+Moral%29&btnG
penulis : Dra. Muhmidayeli, M. Ag
jenis : jurnal
Language : Indonesia
Subject : Ilmu Agama Islam
Published : 2000-05-06
Location : digilibuinsukaacid
penerbit : Yogyakarta – UIN
Pada dasarnya, manusia adalah mahluk spritual karena selalu terdorong oleh
kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan “mendasar” atau “pokok”. Mengapa saya
dilahirkan? Apakah makna hidup saya? Buat apa saya melanjutkan hidup saat lelah,
depresi atau merasa terkalahkan? Kata spritualitas agama berarti berkenaan dengan
mental (kesadaran), perasaan, moralitas dan nilai-nilai luhur lainnya yang bersumber
dari ajaran agama. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan respon agama-agama,
dikhususkan pada agama Kristen dan gama Islam terhadap spritualisme.
Gerakan spritual merupakan reaksi dari dosa-dosa kapitalisme dan
imperialisme serata eksploitasi terhadap lingkungan dan masyarakat.Sebuah gerakan
yang memiliki visi yang berkaitan erat dengan penghayatan akan makna hidup dan
penghayatan terhadap kesadaran kosmis. Kesadaran yang disebut New Age ini telah
membawa penghayatan baru, bahwa “kembali kepada ke pusat” ,pada hakekatnya
berkaitan dengan keperluan akan tumbuhnya kesadaran kosmis. Dalam banyak
ajarannya dikatakan bahwa pusat diri manusia itu bersifat transenden, jadi ada dalam
kesadaran rohani, soul consciousness. Sehingga apa yang disebut “kembali ke pusat”,
adalah proses kembalinya diri kepada keadaan yang awal secara rohani yaitu yang
sempurna secara spiritual, atau sebagaimana yang kutip oleh Ruslani sebuah istilah
Frithjof Schuon dalam bukunya Understanding Islam, 1979, disebut sebagai man as
such, manusia sebagaimana adanya, manusia yang masih berada dalam fitrah-nya .
Spiritualisme dari pandangan filsafat memberi pengertian bahwa yang
hakekatnya adalah roh (immateri), bukan benda. Aliran ini dibangun oleh Plato (SM).
Lawannya ialah materialisme, bahwa yang hakekat ialah materi, karena roh adalah
perwujudan dari materi. Sedang spiritualisme dari pandangan agama ditafsirkan
dengan makna yang beragam oleh banyak orang. Namun spiritualitas merupakan
potensi kemanusiaan yang tidak mungkin hilang dalam kondisi dan situasi apapun.
Spiritualitas akan terus berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia, yang berada
di puncak rasionalitas, dan berada di sebuah “era” disebut globalisasi dan era
postmodern.
Manusia Barat mengalami keterasingan terhadap hal-hal yang bersifat
duniawi, lantas mereka berupaya mencari sesuatu yang sifatnya bathiniah (spiritual)
dan transenden. Ajaran Kristen lebih menekankan pada dimensi spiritualisme dari
agama. Dalam perkembangannya kemudian lebih melembagakan dan memasukkan
aspek dunia di dalamnya. Nabi Muhammad SAW, membawa ajaran yang seimbang
antara dunia dan akhirat. Dalam Islam, segala bentuk tata kehidupan umat Islam
mempunyai spiritualitas, sejauh didasarkan pada kesadaran keesaan Tuhan,
sebagaimana diajarkan oleh para Zahid dan Sufi yang menanamkan rasa takut disertai
rasa pengharapan (al-khauf wa al-raja), kepatuhan (ath-tha‟ah) dan cinta (al-hubb)
kepadaNya. Dengan demikian, semua tindakan manusia timbul dari kesadaran
bathiniah sebagai mahkluk teomorfis.