TESIS
Oleh.
Aceng Ma’mun
NIM. 1004792
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
JANUARI 2013
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Dampak Pendekatan Bermain
Sosial ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Ace g Ma’ u
Gambar
Grafik
Tabel
PENDAHULUAN
untuk membantu individu ke arah kemandirian dalam arti bisa bertanggung jawab
secara pribadi maupun sosial. Proses pendidikan memerlukan waktu yang panjang
dan kesabaran.
lepas dari menciptakan generasi yang mandiri yang meliputi tiga aspek seperti
dijelaskan Giriwijoyo (2007) yaitu aspek jasmani, aspek rohani dan aspek sosial.
oleh Disman, (1990). Pate dan Trost, (1998) dalam Hanif, dkk (2009:60) yaitu :
proses pembelajaran, tetapi tidak serta merta tujuan tersebut dapat dicapai dengan
mulus. Banyak kritik yang disampaikan oleh para ahli pendidikan jasmani,
misalnya dalam penjas tidak terjadi proses ajar, sebagaimana dikemukakan Crum
(2004) dalam Uhamisastra (2010:4) „Bahkan ada kritik yakni dalam penjas itu
tidak berlangsung proses ajar. Sebagai akibat dari pengajaran yang tidak
dkk (1990) dalam Suherman (2009:60) yaitu jumlah siswa yang banyak,
sementara sarana dan prasarana terbatas, sehingga partisipasi siswa menjadi tidak
program penjas ditentukan oleh perencanaan dan kreativitas gurunya. Selain itu
melalui bermain.”
oleh peneliti pada siswa kelas 5B pada tanggal 8 Maret tahun pelajaran 2011-
2012. Dari jumlah siswa 31 orang, diketahui para siswa mempunyai katagori
kebugaran baik hanya berjumlah 3 orang atau 10 %, katagori sedang 7 orang atau
6 orang atau 19 %.
penjas, sudah merupakan isu nasional seperti dijelaskan dalam dokumen Diknas
(1995, 2004, SDI 2005-2007) dalam Suherman A. (2008:1) adalah ... tidak bisa
tutup mata bahwa kenyataan status kebugaran jasmani pelajar dan masyarakat
Indonesia masih tetap rendah dan bahkan cenderung menurun.‟ Hal itu, terlebih
masuk katagori kurang, 37,66 % masuk katagori sedang, dan 5,66 % masuk
katagori baik. Sementara itu, yang masuk katagori baik sekali 0 %.” Melihat
sekolah secara umum hanya mampu memberikan efek kebugaran jasmani kurang
yang kaya, serta meningkatkan pengertian siswa dalam pinsip-prinsip gerak serta
Salah satu model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar, adalah pendekatan bermain, hal tersebut dikemukakan oleh
bermain yang dikelola secara baik akan membentuk suatu tingkah laku
yang menetap dan diakui oleh orang lain sebagai karakter pribadi
seseorang.
gerak dominan.
7. Hasil penelitian Malathi Balakrishnan, et.al (2011) Studi ini meneliti efek
untuk berpartisipasi.
manfaat seperti bisa meningkatkan self esteem, berpikir kritis, pemahaman taktis,
sosial, karena penelitian di atas belum ada yang berkaitan langsung dengan
penelitian ini. Masalah yang terkait dengan program kebugaran jasmani dan
masalah ini akan serius lagi. Dengan demikian untuk menghindari agar masalah
tersebut tidak semakin merugikan, maka diperlukan usaha bersama baik oleh guru
status kebugaran jasmani yang memadai, seseorang pelajar dapat lebih konsentrasi
dalam belajarnya.” Hal serupa dijelaskan oleh Richard. et.al (2007) bahwa
“There is, however, some persuasive evidence to suggest that physical activity
can improve children’s concentration and arousal, which might indirectly benefit
Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang
memiliki kebugaran jasmani akan mampu berkonsentarsi lebih baik dan juga
physical activity may improve academic achievement in both children and adults.”
Hal yang sama dijelaskan Renstrom & Roux 1988 dalam Giriwijoyo, dkk.
(2007:93) yaitu “Terdapat bukti-bukti kuat bahwa remaja yang terlibat dalam
olahraga, memperlihatkan hasil akademik yang lebih baik dari pada yang tidak.”
pendidikan jasmani yang dikemas dalam aktivitas permainan, hal tersebut sesuai
secara sengaja dan terarah sehingga menjadi bagian dari skenario dalam proses
tujuan yang dangkal, seperti meraih kemenangan atau hiburan belaka, tetapi
“.Anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang akan dimainkan
situasi dengan rancangan khusus untuk tujuan tertentu dan hubungan interaktif
Keterampilan sosial sangat penting dimiliki oleh para siswa karena bisa
membentuk sikap lebih dewasa, tidak tergantung pada orang lain, dan bisa
tetapi apabila anak tidak dapat mencapai keterampilan sosialnya secara matang,
maka yang timbul adalah sikap-sikap yang kurang sesuai dengan dimensi
bersifat minder; (2) senang mendominasi orang lain; (3) bersifat egois/selfish; (4)
karena bisa menimbulkan motivasi dan kesenangan para siswa sehingga akan
tujuan pembelajaran.
Kebugaran dan keterampilan sosial sangat penting diteliti karena harus dimiliki
“Bisa melatih pengendalian diri, membina ketekunan dan motivasi diri. Seseorang
yang mempunyai sikap tersebut bisa mengatasi masalah dengan kerugian sekecil
dijelaskan Birch & Ladd, 1997; Wentzel, 1991b dalam Michelle Hsiu, et.al
(2010:1) yaitu „Most researchers believe that young children with good peer
relationships have an easier time adjusting to the school environment and have
better academic performance.’ Sebagian besar peneliti percaya bahwa anak muda
dengan hubungan teman sebaya yang harmonis memiliki waktu lebih mudah
sehingga bisa meningkatkan frekuensi dan intensitas lebih tinggi dalam aktivitas
melatih dan memelihara organ-organ tubuh untuk dapat tetap berfungsi normal
dasar ?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
sekolah dasar.
D. Manfaat Penelitian
keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis
1. Bagi guru, melalui pendekatan bermain, belajar akan lebih efektif dalam
A. Metode Penelitian
mengetahui suatu hasil dari suatu perlakuan yang diuji cobakan, sehingga masalah
menit.
B. Desain Penelitian
O M X1 O
O M X2 O
Gambar 3.1
Desain Eksperimen The Matching –Only Pre-test and Post-test
Control Group Design
Keterangan gambar :
X1 = Treatmen kelompok pendekatan bermain
X2 = Kelompok kontrol pendekatan tradisional
= Tes terdiri dari perkembangan sosial dan kebugaran jasmani
M = Matching
Secara skematis, langkah-langkah penelitian dijelaskan Gay (1996:91-98)
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah objek penelitian atau yang dijadikan sumber data dari suatu
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SDN I Langensari dan Citrasari
2. Sampel Penelitian
wakil populasi yang diteliti”. Sesuai dengan penjelasan tersebut penulis memilih
adalah kelas VB SDN I Langensari dengan jumlah 34 orang putra dan putri
sedangkan kelompok kontrol diambil dari SDN Citrasari dengan kelas yang sama
yaitu kelas VB dengan jumlah siswa 32 orang serta rentang usia antara 10 – 12
tahun. Teknik penarikan sampling menggunakan cluster random sampling, hal ini
atau menyangkut personel yang akan membantu dalam kelancaran kegiatan ini.
2012 serta penelitian dilaksanakan tiga kali dalam seminggu, setiap hari Senin,
Kendala dalam waktu pembelajaran yang tadinya hanya satu kali pertemuan
dalam seminggu akan tetapi tuntutan penelitian harus tiga kali dalam seminggu,
maka upaya peneliti adalah meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas,
pada kelas eksperimen dan kontrol, hal ini disiasati dengan cara pendistribusian
waktu pembelajaran, tanpa mengganggu mata pelajaran yang lain karena hanya
penjelasan tentang istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Tactical Games yang dikemukakan oleh Griffin, Mitchell, dan Oslin (1997) di United
States. Dasar teori dari pendekatan ini sama dengan pendekatan Teaching Games for
Approach.
2. Kebugaran Jasmani
tahun 1984, dan kelompok umur yang berlaku untuk norma klasifikasi pada
3. Perkembangan Sosial
dari penelitian ini yaitu aspek disiplin dan kerjasama Aspek ini dijelaskan
oleh Baileya, et.al (2009:9) bahwa : “It is claimed that purposeful engagement in
F. Instrumen Penelitian
jasmani siswa SD adalah tes kebugaran jasmani yang diterbitkan oleh Depdiknas.
1. Lari 40 meter
4. Loncat tegak
angket Skala Likert (Rummated Rating) dalam Nurhasan (2001), aspek yang
Untuk mengukur sikap skala yang sering digunakan adalah skala Likert. Skala ini
terdiri atas pemyataan terhadap suatu objek dengan pola respons terentang dalam lima altematif
(2) setuju,
sebagian lagi pemyataan itu tidak menyenangkan. Pemberian skor pada setiap katagori
jawaban yaitu :
a. Untuk pernyataan yang positif, pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yaitu
: 5,4,3,2,1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi
skor 4, tiada pendapat diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju
diberi skor 1.
b. Untuk pernyataan yang negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan
jawaban, dengan urutan yaitu: 1,2,3, 4,5 untuk alternatif pilihan jawaban sangat
setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tiada pendapat diberi skor 3, tidak setuju
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Perkembangan Sosial
Variabel Sub
Deskriptor Penyebaran soal
penelitian variable
Perkembangan Disiplin Memperhatikan peraturan 3,10,47,81,12,26,84,66,27,86,106,11
Sosial. sekolah
Sutresna Menyiapkan peralatan sekolah 1,9,25,46,114,116,120,123,
(2002) Mengerjakan tugas 65,68,78,2,115,118,125,132
Kerjasama Partisipasi dalam PBM 4,6,28,31,48,67,70,79,83,8,85,29,96,7
Kerjasama keseharian 49,69,80,82,98,64,30,14,32,95,71,15,
117,119,121,124,126,128,130,127,129
,131
Kebersihan kelas 50,87,63,13,5,103
Baileya, et.al Tanggung Penanaman tanggung jawab 37,42,55,75,90,102,109,43,111,
(2009) jawab dalam belajar 38,56,113,76, 44,107,39,
Penanaman tanggung jawab 103,92,45,57,40,59
dalam kebersihan
Menepati janji 24,41,58,77,
Membereskan peralatan penjas 91,23
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Angket Perkembangan Sosial (Lanjutan)
Tabel 3.2
Program Pembelajaran
Tabel 3.2
Program Pembelajaran (Lanjutan)
Tabel 3.2
Program Pembelajaran (Lanjutan)
diukur. Jenis validitas yang ingin diketahui dalam angket ini adalah validitas
konstruksi dan isi. Validitas konstruksi dilakukan melalui analisis rasional atau
yang dibuat mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Setelah pengujian
Uji validitas butir memiliki tujuan untuk mengetahui apakah item-item tes
yang digunakan baik atau tidak. Cara pengujiannya dilakukan dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total. Teknis analisis yang
digunakan untuk menguji validitas butir adalah korelasi Product Moment dari
Pearson. Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien
korelasi yang diperoleh > 0,3. Sebaliknya jika < 0,3 maka dinyatakan tidak valid
Untuk mencari validitas dan reliabilitas tes kebugaran sudah ada tes baku
Uji coba instrument atau angket dilakukan pada siswa kelas V SDN 3
Kecamatan Lembang pada tanggal 24 September 2012, hasil uji validitas terdapat
dalam lampiran A.
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua teknik, yaitu tes kebugaran jasmani
Tes kebugaran yang digunakan adalah tes yang sudah terstandar yaitu
TKJI yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen pengumpul data
Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17. Dalam penelitian ini
yang ditempuh yaitu deskripsi data melalui rekapitulasi dan tabulasi data, dari cara
tersebut dilanjutkan kepada uji normalitas data, uji homogenitas data, dan uji dua
rata-rata dengan uji-t. Untuk uji-t disajikan dua pengujian, yaitu paired sample t-
test dan independent sample t-test. Paired sample t-test dilakukan untuk
mengetahui perbedaan hasil tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok.
tradisional.
informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data
juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis
statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-
Uji normalitas dari output yang dihasilkan program SPSS 17 terdapat lima
Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.S Level Plot. Ke lima uji analisis ini
sebenarnya saling mendukung satu sama lainnya. Untuk uji normalitas, penulis
jumlah sampel lebih atau di atas 30 orang atau termasuk pada kategori kelompok
pengujian Shapiro-Wilk, untuk jumlah sampel di atas 30 orang atau sampel besar
Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji
homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari
sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan
jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data.
Karena syarat dari uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi
adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive
explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang
diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis
dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan
homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil tes
dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari model
setelah pengolahan, diperoleh dua uji, yaitu uji-f (Varians) dan uji-t (Uji kesamaan
dua rata-rata). Tahapan analisis statistik untuk melihat perbedaan secara signifikan
pada tahapan ini adalah menggunakan komparasi sampel dengan teknik anova
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah penulis
lakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari hasil penelitian ini. Hal tersebut
berdasarkan fakta dan data yang ada yang penulis peroleh. Adapun
B. Saran
2. Bagi sekolah
lapangan penjas.
berbeda dan lebih luas apakah dari segi usia dan tingkat pendidikan juga
lagi. Dengan keterbatasan yang ada penelitian ini bisa dijadikan bahan
Adisapoetra, dkk. (1999). Panduan Teknis Tes & Latihan Kesegaran Jasmani.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Iptek Olahraga. Kantor Menteri
Pemuda dan Olahraga.
Anderson. (2012). Games Approach Help Tennis Players Transfer Skills Learned
In Practice To Matches. Tersedia :
http://www.humankinetik.com/hk_print-preview?CurrentLA-En&p
Angga, Ade (1996). Teknik Dasar dan Kombinasi Permainan Bola Voli. FPOK
IKIP. Bandung.
Anwar (2010) Penjas Diusulkan Masuk Mata Kuliah di Kampus. Asisten Deputi
Lembaga Keolahragaan pada Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan
IPTEK Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Republik
Indonesia . Tersedia:
http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=articl
Asep dan Allemand Mark (2004). Games Approach Engages Athletes and
Minimizes Boredom. Tersedia:
http.//www.asep.com/news/show Article.efm?ID-50.
Baileya Richard, at al. (2007) The Educational Benefits Claimed For Physical
Education And School Sport: An Academic Review. Journal Physical
Education and Sport Pedagogy Special Interest Group. Tersedia :
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=12&did=1796465301&SrchMode
=1&sid=8&Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=P
QD&TS=1310634466&clientId=83698
Bucher Charles and Thaxton Nolan (1981) Physical Education and Sport.
Change and Challenge. The C.V. Mosby Company.
Curtner, at.al (1996) Using Games Invention With Elementary Children . Journal
of Physical Education, Recreation & Dance 67. 3 (Mar 1996): 33. Turn on
hit highlighting for speaking browsers. Hide highlighting. Tersedia :
http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/215770200/135B8
9E41414DCFAA8C/4?accountid=13771
David Kirk and MacPhail. (2002).Teaching Games for Understanding and Situated
Learning: Rethinking the Bunker-Thorpe Model. Loughborough University
Dyson Ben. L Linda. Griffin, and Hastie Peter (2004). Sport Education, Tactical
Games, and Cooperative Leraning: Theoretical and Pedagogical
Considerations. Tersedia:
http://www.questia.com/google Scholar.qst?docId=
Fraenkel and Norman E. Wallen. (1993). How To Design And Evaluate Research
In Education. Secon Edition. McGraw-Hill. Inc
Giriwijoyo, dkk. (2010). Ilmu Faal Olahraga. Jurusan PKO. FPOK. UPI.
Gordon Dryden dan Jeannette. (2002). The Learning Revolution: To Change the
Way the World Learns. New Zealand: The Learning Web.
Hanif, dkk. (2009). Komnas Penjasor. Menuju Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Berbasis Riset. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik
Indonesia.
Harvey Stephen and Hans Van Der Mars. (2010). Teaching and Assessing
Racquet Games Using "Play Practice" Part 1: Designing the Right
Games. . Journal of Physical Education, Recreation & Dance. Reston: Apr
2010. Vol. 81, Iss. Tersedia :
http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/215770200/135B8
9E41414DCFAA8C/4?accountid=13771
Indroasyoko (2010) Pengaruh Gaya Hidup Aktif, Kebugaran Jasmani, dan Aspek
Psikologis Terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Politeknik
Manufaktur Negeri Bandung. Tesis. UPI.
Juliantine Tite, Subroto Toto, Yudiana Yunyun (2012) Belajar dan Pembelajaran
Penjas. FPOK. UPI.
Jurimae Toivo dan Jurimae Jaak (2000). Growth, Physical Activity, And Motor
Development In Prepubertal Children. CRC Press. Boca Raton. London.
New York. Wasingtton, D.C.
Lutan Rusli dan Cholik Toho (1996/1997) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Depdikbud. Dirjen Dikti. Bagian Proyek Penembangan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. (Primary School Teacher Development Project)
IBRD:Loan 3496-IND
Lutan Rusli (2001). Olahraga dan Etika Fair Play. Dirjen Pemberdayaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Olahraga. Dirjen Olahraga. Depdiknas.
Mahendra. (2008). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bahan Ajar Pada
Diklat PLPG. Program Sertifikasi Guru Penjas Rayon X- Prov. Jawa
Barat
Michelle Hsiu, Chen Liu, Grace Goc Karp, Debby Davis (2010) Teaching
Learning-Related Social Skill in Kindergarten Physical Education.
Tersedia :
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=12&did=1796465301&SrchMode
=1&sid=8&Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=P
QD&TS=1310634466&clientId=83698.
Mikdar (2006:4). Hidup Sehat : Nilai Inti Berolahraga. Dirjen Dikti. Direktorat
Ketenagaan. Depdiknas.
Muchtar Remmy (1992). Olahraga Pilihan Sepak Bola. Depdikbud. Dirjen Dikti.
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Mutohir dan Maksum (2007) Sport Development Index. (Konsep, Metodologi dan
Aplikasi) Alternatif Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan Bidang
Keolahragaan. Penerbit PT. Index . Jakarta
Paul Webb, et.al (2002). Teaching Games for Understanding (TGfU) in Primary
and Secondary Physical Education. Fakultas of Education. University of
Wollongong, NSW.2522 Australia. Tersedia:
http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1075&context=edupapers
&sei-redir=1&referer=
Sodikun (1992) Olahraga Pilihan Bola Basket. Depdikbud Dirjen Dikti Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan
Standar Isi Satuan Pendidik Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar SD/MI. Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Jakarta. 2006. Tersedia :
http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Standar%20Isi%20SD%281%29.pdf
Sukintaka, dkk (1979). Permainan dan Metodik Buku I Untuk SGO. Depdikbud.
Remadja Karya Offset. Bandung
Sukintaka ( 1992 ) Teori Bermain Untuk D.2 PGSD Penjaskes. Depdikbud Dirjen
Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Sutresna Nina (2002) Pembelajaran Bola Basket Mini Siswa Kelas Unggulan
(Studi Eksperimental di SDN Soka 34 Bandung Jawa Barat. Disertasi.
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Untuk Anak Umur 10-12 Tahun. Depdiknas.
Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta
Toho dan Maksum (2007). Sport Development Index (Konsep, Metedologi dan
Aplikasi) Penertbit PT. INDEKS
Yudiana dan Subroto Toto (2010) Permainan Bola Voli. FPOK. UPI.
Yusuf Syamsu (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.