Anda di halaman 1dari 6

DASAR-DASAR WACANA

Dosen Pengampu :
Hakim Prasasti Lubis, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Mayang Andini Destria R.N.
(201202002)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS EFARINA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Hakim Prasasti Lubis, S.Pd., M.Pd.. Pada makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca maupun penulis dan dapat
digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran yang mungkin
dapat terlaksanakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.

Pematangsiantar, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

2.1 Perbedaan Ragam Resmi dan Ragam Tidak Resmi.................................2

2.2 Isi dan Bentuk Pesan....................................................................................2

2.3 Hubungan Peristiwa Tutur dengan Latar Peristiwa.................................2

2.4 Rincian dalam Konteks Wacana.................................................................2

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wacana adalah salah satu bagian dari strata kebahasan yang menduduki posisi
tertinggi. Berdasarkan pernyataan itu, dapat dikatakan bahwa wacana merupakan
satuan bahasa terlengkap, yang dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar.
Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi
dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir
yang nyata.
Berdasarkan media penyampaian yang digunakan dalam komunikasi, wacana dapat
dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Ujaran lisan dapat pula dibedakan menjadi ragam resmi dan tidak resmi.
Jelaskan pernyataan tersebut!
2. Mengapa isi dan bentuk pesan harus sesuai pada tempatnya?
3. Mengapa peristiwa tutur sangat erat hubungannya dengan latar peristiwa?
4. Menurut Djajasudarma (2006:36) rincian dalam konteks wacana dapat kita lihat
dari (a) rincian ciri luar (fisik), (b) rincian emosional, (c) rincian perbuatan, dan
(d) rincian campuran. Jelaskan!

1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbedaan ragam resmi dan tidak resmi.
2. Mengetahui isi dan bentuk pesan.
3. Mengetahui hubungan peristiwa tutur dengan latar peristiwa.
4. Mengetahui rincian dalam konteks wacana.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Ragam Resmi dan Ragam Tidak Resmi


Ujaran lisan dapat dibedakan menjadi dua, yakni ragam resmi dan tidak resmi.
Maksud dari ragam resmi di dalam ujaran lisan yakni ragam bahasa yang biasa
digunakan dalam suasana resmi atau formal, misalnya pidato kenegaraan atau pidato
dala acara formal. Ciri-ciri dari ragam resmi yakni sebagai berikut :
1. Digunakan dalam situasi resmi
2. Nada bicara yang cenderung datar
3. Kalimat yang digunakan kalimat lengkap.

Sedangkan yang dimaksud dengan ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang
biasa digunakan dalam suasana tidak resmi, misalnya percakapan sehari-hari. Ciri-ciri
dari ragam tidak resmi yaitu :
1. Digunakan dalam situasi tidak resmi
2. Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak lengkap.

2.2 Isi dan Bentuk Pesan


Isi dan bentuk pesan dikatakan harus sesuai pada tempatnya adalah agar tidak
terjadinya kesalahpahaman terhadap konteks atau isi pesan yang akan disampaikan.
Selain itu, pesan akan lebih mudah diterima atau dimengerti oleh pendengar.

2.3 Hubungan Peristiwa Tutur dengan Latar Peristiwa


Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam
satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur,
dengan satu pokok tuturan di dalam tempat dan situasi tertentu. Sedangkan latar
peristiwa adalah suatu keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana dalam cerita.
Peristiwa tutur dan latar peristiwa sangat berhubungan erat karena keduanya sama
sama menjelaskan mengenai tempat dan situasi yang terjadi di dalam suatu wacana.
Itulah mengapa peristiwa tutur sering dikaitkan erat dengan latar peristiwa.

2.4 Rincian Dalam Konteks Wacana


Menurut Djajasudarma (2006:36) rincian dalam konteks wacana dapat kita lihat dari
(a) rincian ciri luar (fisik), (b) rincian emosional, (c) rincian perbuatan, dan (d) rincian
campuran.
a. Rincian ciri luar (fisik)
Rincian fisik dapat melibatkan ciri – ciri yang dimiliki oleh manusia, benda,
binatang secara fisik, atau cirri luar yang menyangkut milik atau cirri luar bagian dari
tubuh yang menonjol secara fisik. Contohnya adalah:

2
1. Pemuda yang berbaju hitam itu sangat menyeramkan dari tadi hilir mudik di
depan rumahnya.
2. Gadis yang berambut panjang itu telah menawan hatinya.
3. Pandangannya tertuju kepada laki- laki yang tegap, berkumis tebal, dengan dahi
lebar.

b. Rincian Emosional
Rincian emosional berhubungan erat dengan makna didalam semantik. Makna
(perasaan) berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan. Rincian
emosional dalam konteks wacana menyangkut masalah perasaan (emosi). Contoh:
1. Gadis yang cantik mungil itududuk bersimpuh diatas pemadani.
2. Anak bandel itu, sekarang masuk dalam lingkungan anak – anak baik dan jujur.
3. Guru galak itu sedang sakit, jadi kami merasa ketakutan kehilangan beliau.

c. Rincian Perbuatan
Rincian perbuatan mencakup ragam tindakan yang dilakukan atau dialami oleh
pelaku dalam konteks wacana. Rincian perbuatan menujukkan atau mengacu pada
unsur sebagai ciri atau pewatas acuan (orang, binatang, benda tertentu). Contoh:
1. Wanita yang sedang berjalan itu, guru saya.
2. Pria yang berjalan itu, anaknya sudah tua.
3. Gadis kecil yang sedang menyanyi itu, kemarin terjatuh.

d. Rincian Campuran
Rincian campuran terjadi antara rincian emosional dan perbuatan, fisik dan
perbuatan, atau fisik dan emosional, dsb. Upaya yang digunakan merupakan
campuran dari rincian fisik, perbuatan dan emosional. Oleh karena itu disebut
campuran. Contoh:
1. Mila yang cantik itu mengambil gelas di dapur. Ia berbaju hijau pada waktu itu,
serta rambutnya yang ikal sebatas bahu membuat wajah bulat itu bertambah menarik.
Gelas itu di berikan kepada temannya yang berkumis tipis berperawakan mungil
seperti perempuan, tangannya gemetar menuangkan wiski ke dalam gelas tadi (dikutip
dari Djajasudarma).
2. Safira yang sedang membaca surat itu, berbaju merah dengan bunga- bunga
hitam, mencerminkan wajah yang cerah, dan bertingkah laku lincah. Safira anak
pejabat yang sangat kaya di desa itu. Safira yang cantik bertubuh langsing itu menjadi
kesayangan orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai