Dosen Pengampu :
Hakim Prasasti Lubis, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Mayang Andini Destria R.N.
(201202002)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Hakim Prasasti Lubis, S.Pd., M.Pd.. Pada makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca maupun penulis dan dapat
digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran yang mungkin
dapat terlaksanakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karenanya, diharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbedaan ragam resmi dan tidak resmi.
2. Mengetahui isi dan bentuk pesan.
3. Mengetahui hubungan peristiwa tutur dengan latar peristiwa.
4. Mengetahui rincian dalam konteks wacana.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan yang dimaksud dengan ragam tidak resmi adalah ragam bahasa yang
biasa digunakan dalam suasana tidak resmi, misalnya percakapan sehari-hari. Ciri-ciri
dari ragam tidak resmi yaitu :
1. Digunakan dalam situasi tidak resmi
2. Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak lengkap.
2
1. Pemuda yang berbaju hitam itu sangat menyeramkan dari tadi hilir mudik di
depan rumahnya.
2. Gadis yang berambut panjang itu telah menawan hatinya.
3. Pandangannya tertuju kepada laki- laki yang tegap, berkumis tebal, dengan dahi
lebar.
b. Rincian Emosional
Rincian emosional berhubungan erat dengan makna didalam semantik. Makna
(perasaan) berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan. Rincian
emosional dalam konteks wacana menyangkut masalah perasaan (emosi). Contoh:
1. Gadis yang cantik mungil itududuk bersimpuh diatas pemadani.
2. Anak bandel itu, sekarang masuk dalam lingkungan anak – anak baik dan jujur.
3. Guru galak itu sedang sakit, jadi kami merasa ketakutan kehilangan beliau.
c. Rincian Perbuatan
Rincian perbuatan mencakup ragam tindakan yang dilakukan atau dialami oleh
pelaku dalam konteks wacana. Rincian perbuatan menujukkan atau mengacu pada
unsur sebagai ciri atau pewatas acuan (orang, binatang, benda tertentu). Contoh:
1. Wanita yang sedang berjalan itu, guru saya.
2. Pria yang berjalan itu, anaknya sudah tua.
3. Gadis kecil yang sedang menyanyi itu, kemarin terjatuh.
d. Rincian Campuran
Rincian campuran terjadi antara rincian emosional dan perbuatan, fisik dan
perbuatan, atau fisik dan emosional, dsb. Upaya yang digunakan merupakan
campuran dari rincian fisik, perbuatan dan emosional. Oleh karena itu disebut
campuran. Contoh:
1. Mila yang cantik itu mengambil gelas di dapur. Ia berbaju hijau pada waktu itu,
serta rambutnya yang ikal sebatas bahu membuat wajah bulat itu bertambah menarik.
Gelas itu di berikan kepada temannya yang berkumis tipis berperawakan mungil
seperti perempuan, tangannya gemetar menuangkan wiski ke dalam gelas tadi (dikutip
dari Djajasudarma).
2. Safira yang sedang membaca surat itu, berbaju merah dengan bunga- bunga
hitam, mencerminkan wajah yang cerah, dan bertingkah laku lincah. Safira anak
pejabat yang sangat kaya di desa itu. Safira yang cantik bertubuh langsing itu menjadi
kesayangan orang tuanya.