Anda di halaman 1dari 15

Tugas Proses Produksi 2

Catatan Kuliah Pekan 4

Disusun Oleh :

Nama : Bayu Wiga Anugrah

NPM : G1C020027

Prodi : Teknik Mesin

Mata kuliah : Proses Produksi 2

Dosen Pengampu : A.Sofwan FA, S.T., M.Tech., Ph.D

UNIVERSITAS BENGKULU
PROVINSI BENGKULU
2021
PEMBENTUKAN

Deformasi Material

Proses deformasi atau pembentukan adalah membentuk material dalam keadaan


padat.

Macam-macamnya ada: forging (tempa),swaging (menempa-putar), rolling (canai),


extrussion (lesak), wire drawing (menarik kawat), deep drawing (menarik kedalaman), sheet
forming/ stretching (membentuk lembaran), bending (tekuk), shearing (gunting)

Kompetisi proses-proses:

TEMPA lawan PENGECORAN lawan PROSES SERBUK

EKSTRUSI lawan PENGELASAN PELAT

Siapapun boleh memilih tempa atau proses serbuk atau pengecoran. Masing-masing memiliki
keunggulan, di samping ada keterbatasan. Demi keunggulan yang ingin dicapai dan dengan
menerima keterbatasan, atau menyiasati keterbatasan, maka suatu proses dipilih

Alasan memilih proses pembentukan:

 geometri: panjang, tipis (sulit untuk pengecoran)


 sedikit limbah: hampir 100% produktivitasnya
 toleransi dan permukaan akhir: biasanya bagus
 stuktur mikro: halus dan memperbaiki sifat mekanik
 energi dan biaya: suhu operasi di bawah titik leleh, lebih murah.
 Kelemahan proses pembentukan:
 tinggi gaya yang digunakan dan sistem kendali yang rumit. Modal tinggi dan perkakas
mahal
 tahapan berlipat, sulit mengerjakan bentuk yang rumit
 sebab pengerasan oleh pengerjaan (work hardening) sering memerlukan proses
annealing (pelunakan) untuk tahap deformasi lanjutan.

Mekanisme Deformasi

Gaya pembentukan secara umum dihitung dari tegangan pembentukan. Tegangan


pembentukan teoritis adalah FLOW STRESS.

Tegangan pembentukan disebut dengan FLOW STRESS

Flow stress adalah tegangan yang dihitung menurut laju peregangan, atau strain rate, pangkat
koefisien pengerasan regangan dikali sebuah konstanta peregangan. Istilah masing-masing
dibahas pada kurva log tegangan sebenarnya lawan log regangan sebenarnya.

FLOW STRESS

Sigma Flow stress

 K koefisien kekuatan
 n eksponen pengerasan regangan

Menghitung n dan K dari kurva uji tarik.

Langkah-langkah:

1. ubah beban (P) vs peregangan (delta L) ke tegangan sebenar (sigma) vs regangan


sebenar (epsilon). Caranya:
a. Hitung luas penampang yang tegak lurus arah penarikan, sebagai A (mm^2).
b. Beban (kilogram, kg) ubah ke tegangan tarik teknis (s) dengan menghitung: s
= P/A,lalu ubah ke tegangan sebenarnya (, sigma) dengan menghitung:
sigma = s(e + 1), kemudian ubah ke log sigma, atau ln sigma (ln adalah
logaritma natural)
c. Peregangan (delta L) ubah ke regangan teknis (e) dengan menghitung: e =
delta L / panjang gauge length. Kemudian ubah e ke regangan sebenar
(epsilon) dengan menghitung: epsilon = ln (delta L . panjang gauge length)
atau epsilon = ln (e + 1)
2. Hitung dan plot log (true stress) vs log (true strain) atau ln (true stress) vs ln (true
strain)
3. rumus sigma = K.epsilon^n ubah ke bentuk log, maka didapat Log sigma = log K + n
log epsilon
4. Menentukan harga Koefisien Kekuatan, K Pilih titik di mana epsilon 1, atau log
epsilon nol, maka log sigma = log K, atau sigma = K. Menentukan harga K dengan
cara: pilih bagian yang linier pada kurva log sigma vs log epsilon, tarik garis linier tsb
sampai memotong garis tegak yang berdiri di atas epsilon = 1. Titik perpotongan itu
tarik horizontal ke sumbu Y atau sumbu sigma, maka di sanalah harga K atau
koefisien kekuatan.
5. Menentukan eksponen laju peregangan, n.Pilih bagian yang linier pada kurva log
sigma vs log epsilon. Lalu buat segitiga siku-siku di bawah bagian yang linier. Garis
datar pada segitiga ini sejajar dengan sumbu x (sumbu log strain), dari kiri ke kanan.
Paling kiri tandai sebagai x0, paling kanan tandai sebagai x1. Garis vertikal pada
segitiga ini sejajar dengan sumbu y. Paling bawah dimulai dari x1, tandai dengan y0,
lalu tarik ke atas sampai menimpa garis kurva yang linier, tandai dengan y1. Sekarang
hitung n = (y1 – y0)/ (x1 – x0), atau n = (log sigma ujung – log sigma pangkal) / (log
epsilon ujung – log epsilon pangkal) di mana ujung dan pangkal masih berada pada
bagian linier dari kurva log sigma vs log epsilon.
PERBEDAAN PROSES PEMBENTUKAN HOT DAN PEMBENTUKAN COLD

Tm maksudnya melting point (temperature)


Kurva-kurva uji tarik di atas ingin memberi tahu bahwa gaya deformasi untuk baja adalah
yang paling tinggi, sementara untuk tembaga yang dianil memerlukan gaya deformasi yang
lebih rendah. Lalu berapa besar perubahan bentuk yang dapat dicapai? Untuk baja di setiap
tahapnya hanya 10 sampai dengan 15%. Sedangkan untuk tembaga yang dianil perubahan
bentuk dapat mencapai 30% sampai dengan 40%.

KETERBATASAN DEFORMASI COLD

Cold deformation menyebabkan work hardening (peningkatan kekerasan akibat dikenai


deformasi)

Regangan elastisnya rendah ( 0.1%) sehingga seringkali diabaikan pada kebanyakan


proses.

Proses pembentukan umumnya menggunakan arah tekan untuk menghindari necking yang
biasa terjadi pada arah tarik). Arah tekan memungkinkan regangan plastis yang besar,
biasanya 10-an sampai 100-an persen.

HOT WORKING
Kurva tegangan-regangan pada suhu tinggi

Gambar di atas menjelaskan bahwa pada hot working

 Flow stress steady-state terjadi sebagai hasil akumulasi dislokasi (oleh work
hardening) dan penghilangan dislokasi (oleh recovery dinamik). Fenomena ini biasa
terjadi pada paduan alumunium.
 Paduan yang lain (seperti baja) mengalami rekristalisasi dinamik. Yaitu butiran baru
terbentuk, berkembang, dan diikuti work hardening. Siklus ini berlangsung secara
kontinyu, sehingga menurunkan flow stress.
 Baik recovery maupun rekristalisasi dinamik bergantung kepada strain rate dan
temperatur. Yakni proses dikendalikan difusi yang diaktivkan oleh thermal (diffusion-
controlled thermally activated process)

MENJELASKAN tiga DAERAH: RECOVERY, RECRYSTALLIZATION, dan


GRAIN GROWTH
Keterangan Gambar

Dengan dikenai deformasi cold, struktur mikro logam akan berbentuk pipih, se arah dengan
arah deformasi. Ketika dikenai panas yang hangat maka akan terjadi fenomena RECOVERY,
pada tahap recovery (pemulihan), kekuatan dan kekerasan tidak berubah, struktur mikro
belum berubah, masih pipih, keuletan sedikit diperbaiki. Yang sangat berubah adalah
resistivity (ketahanan listrik) semakin turun dengan cepat, dan juga jumlah energi yang
disimpan semakin berkurang dengan cepat.
Bila panas ditahan lebih lama, atau tinggi temperatur diberikan lebih tinggi, daerah
RECRYSTALLIZATION akan tercapai. Di sini sifat-sifat banyak yang berubah dengan
jelas.struktur mikro masih pipih, dengan sedikit ada penumpulan di bagian-bagian yang
berstruktur tajam. Bila waktu ditahan lebih lama lagi, atau suhu yg diberikan lebih tinggi lagi,
maka akan terjadi GRAIN GROWTH, butir-butir berubah bentuk menjadi equi-axial, yaitu
sama panjang ke semua arah butir.

mengapa struktur mikro berubah dengan diberi panas dan waktu? Karena sebab deformasi
dingin, di dalam bahan disimpan energi yang besar, yang siap untuk melangsungkan proses
difusi bila cukup panas dan cukup waktu. Ketika ada panas yang cukup, proses difusi
berlangsung, maka terjadilah 3 fenomena di atas.

ANALISIS GAYA PEMBENTUKAN


Pemodelan proses pembentukan digunakan untuk analisis:
 perancangan komponen
 evaluasi sensitivitas terhadap suhu, kecepatan, gesekan
 prediksi historis temperatur dan deformasi sepanjang komponen

Penodelan proses deformasi menggunakan metoda elemen hingga (FEM) atau dinamika
fluida komputasi (CFD), memadukan aliran metal dan aliran panas.

PEMODELAN MELALUI PERCOBAAN: Menggunakan grid, jala-jala, atau kue lapis-lapis


METODA ANALITIK

Metoda analitik memerlukan penyederhanaan masalah, untuk mendapat sense keseluruhan


yang cepat tentangbagaimana proses yang terjadi.

Penghitungan analitik sederhana untuk memprediksi gaya, input energi, dan kenaikan suhu,
menggunakan dua pendekatan:

 analisis kesetimbangan (equilibrium anlaysis): untuk mendapatkan medan gaya yang


memenuhi keadaan setimbang dan memberi Yield di setiap titik
 analisis batas teratas (upper bound analysis): untuk mendapatkan medan displacement
(pereganagn) yang memenuhi compatibility sehingga deformasi mungkin terjadi,
dengan menyamakan kerja internal dengan kerja eksternal.
Pendekatan yang sederhana: memandang kurva tarik tegangan-regangan (uni aksial, satu
sumbu) sebagai plastis kaku sempurna. Yakni regangan elastis diabaikan dan tegangan yield
selalu konstan.

Proses deformasi pastilah kejadian 3 dimensi, sehingga analisisnya memerlukan:

 kriteria luluh, yield criterion, yang dipakai untuk setiap keadaan tegangan (stress
state), dalam menentukan kapan plastic flow terjadi
 aturan flow, flow rule, dihubungkan dengan plastic strain (atau strain-rate) terjadap
keadaan tegangan.

Stress state dalam 3 D

Untuk setiap general stress state dapat ditemukan se-pasang sumbu-sumbu utama (principal
axes).
Tensor tegangan untuk 3 sumbu ini terdiri dari 3 tegangan utama sepanjang 3 sumbu, tanpa
ada tegangan di arah diagonal (shear)

Lingkaran Mohr yang memungkinkan sumbu-sumbu berotasi dalam 2 dimensi di sekitar


sebuah sumbu utama yang tidak dilukis (karena ke arah mata) sbb:

A. KRITERIA-kriteria LULUH, YIELD CRITERIA

Yield criterion: adalah batas elastisitas di bawah tegangan-tegangan yang mungkin


berkombinasi.

Rata-ratanya, atau tegangan hydrostatis didefinisikan m = 1/3(1 +2 +3 )

Tegangan hydrostatis tidak memberi efek yielding pada metal (meskipun memberi efek pada
polimer, dan berakibat retakan).

Stress state berikutnya dipisahkan kepada komponen hydrostatis dan deviatorik:

Stress state berikutnya dipisahkan kepada komponen hydrostatis dan deviatorik:

Yield criterion kini menjadi sebuah kondisi di sekitar tensor tegangan deviatorik.

Yakni yield terjadi ketika beberapa fungsi tensor stress deviatorik mencapai harga kritis.

Kriteria Yield Tresca

Yield terjadi ketika tegangan geser maksimum mencapai harga kritis.


Bila Y tegangan yield pada tarikan satu sumbu, dengan lingkaran Mohr didapat:

Max [harga mutlak(sigma1 – sigma2), harga mutlak (sigma2 – sigma3), harga mutlak
(sigma3 – sigma1)] = Y

Biasanya tegangan-tegangan utama pada kondisi: sigma1 > sigma2 > sigma3 sehingga
sigma1 - sigma3 = Y

Kriteria von Mises

Yield terjadi ketika energi regangan geser elastis mencapai harga kritis.

Keadaan ini berlaku:

(sigma1 – sigma2)^2 + (sigma2 – sigma3)^2 + (sigma3 – sigma1)^2 = 2Y^2

Bila tegangan Yield adalah geser murni, k

Tegangan-tegangan utama adalah

Sigma1 = +k; sigma2 = 0; sigma3 = -k

Lingkaran Mohr untuk geser murni

Dua kriteria Yield ditulis dalam geser murni:

Tresca:

sigma1 – sigma3 = Y = 2k
Von Mises:

(sigma1 – sigma2)^2 + (sigma2 – sigma3)^2 + (sigma3 – sigma1)^2 = 2Y^2 = 6k^2 = k√3

Untuk menguji manakah dari dua kriteria yang terbaik, dengan mengukur Y dan k pada
sampel material yang sama (dan di bawah kombinasi tarikan dan geseran).

Perbedaan antara dua kriteria tersebut relatif kecil, hampir 15%.

B. REGANGAN PLASTIS DAN ATURAN FLOW

Deformasi plastis diasumsikan mempertahankan nilai volume.

Dalam perubahan regangan-regangan utama

d(epsilon1) + d(epsilon2) + d(epsilon3) = 0

Ketika kriteria Yield dipenuhi, aturan flow diperlukan untuk menghubungan regangan plastis
kepada tegangan.

Dalam bahan isotropis, sumbu-sumbu tegangan utama dan laju regangan berhimpit.

Aturan flow Levy-Mises menyatakan: bahwa perubahan regangan plastis pada setiap arah
utama adalah proporsional dengan komponen tegangan deviatorik pada arah tersebut. Yakni:

[d(epsilon1), d(epsilon2), d(epsilon3)] = lambda (sigma1 – sigma m, sigma2 – sigma m,


sigma3 – sigma m)

Hubungan ini dapat ditulis sebagai

d(epsilon1)/ (sigma1 – sigma m) = d(epsilon2)/(sigma2 – sigma m) = d(epsilon3)/ (sigma3 –


sigma m)

Catatan solusi matematika di atas dibahas di Matematika Teknik II bab Persamaan


Differensial Parsial

Menuliskan hubungan di atas dalam tiga tegangan utama:

d(epsilon1)/ [sigma1 – ½(sigma2 – sigma3)] = d(epsilon2)/ [sigma2 – ½(sigma1 – sigma3)] =


d(epsilon3)/ [sigma3 – ½(sigma1 – sigma2)]
Kondisi Plane Strain (Regangan Bidang)

Dalam lukisan regangan bidang, satu dimensi geometri yang terkena deformasi adalah jauh
lebih besar daripada bagian yang lain, sehingga tidak ada regangan pada arah tersebut.

Regangan bidang adalah upaya penyederhanaan yang biasa digunakan dalam rolling, slab
extrussion, drawing, sebagian forging, dan pemesinan.

Jika regangan utama pada arah 2 adalah NOL, yakni epsilon2 = 0, maka dari persamaan
Levy-Mises:

d(epsilon2)/ [sigma2 – ½(sigma1 – sigma3)] = tidak nol dan tertentu

sehingga

sigma2 = ½ (sigma1 + sigma3)

Yakni sigma2 akan menjadi tegangan utama intermediat dan sigma1 > sigma2 > sigma3

Tegangan geser maskimum akan menjadi ½ (sigma1 - sigma3) pada bidang yang membentuk
sudut 45° dengan sumbu 1 dan sumbu 3

Dengan kirteria yield Tresca: sigma1 - sigma3 = Y = 2k

Dengan kriteria yield Von Mises: sigma1 - sigma3 = 2Y/√3 = 2k

Sehingga untuk kasus regangan bidang, dua kriteria tersebut memberi hasil yang sama, dalam
hal tegangan geser yield murni, k.

Dengan menggunakan sistem tegangan yield uni-aksial Y, mereka berbeda 15%. HargaYield
yang lebih besar diberikan oleh kriteria von Mises, 2Y/√3. Harga ini disebut dengan tegangan
yield regangan bidang.

Anda mungkin juga menyukai