Anda di halaman 1dari 53

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Handout Ekologi Lahan Basah

sungai

Disusun Oleh

Aslamiah (1810129120017)
Emita Fitriani (1810129220008)
1
Rizqi Rusmadania (1810129120015)
Yuli Marlina Silaen (1810129120006)
Nur Alfina Laili (181012932006)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
PETUNJUK PENGGUNAAN HANDOUT EKOLOGI LAHAN BASAH ..................3
CAPAIAN PEMBELAJARAN .........................................................................................4
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................7
A. TINJAUAN UMUM ............................................................................................7
B. PROSES TERBENTUK SECARA UMUM………………………………………………………9
C. CIRI-CIRI FISIK, KIMIA, BIOLOGI KAWASAN SUNGAI .................. 12
D. JENIS JENIS SUNGAI ................................................................................. 15
E. TIPE-TIPE KARAKTERISTIK LAHAN BASAH (SUNGAI) .................................... 17
F. EKOSISTEM LAHAN BASAH (SUNGAI) ................................................... 18
II. FLORA DAN FAUNA PENGHUNI................................................................... 20
A. FLORA ................................................................................................................ 20
B. FAUNA .............................................................................................................. 28
III. FUNGSI DAN MANFAAT ............................................................................. 34
A. FUNGSI ............................................................................................................. 34
B. MANFAAT ......................................................................................................... 35
IV. POTENSI, PELUANG, ANCAMAN DAN TANTANGAN ............................ 36
A. POTENSI DAN PELUANG ............................................................................. 37
B. ANCAMAN DAN TANTANGAN ................................................................... 38
V. PENGELOLAAN DAN KONSERVASI .............................................................. 40
A. PENGELOLAAN ................................................................................................ 40
B.KONSERVASI ..................................................................................................... 41
RANGKUMAN ............................................................................................................... 44
SOAL EVALUASI .............................................................................................................. 45
KUNCI JAWABAN ............................................................................................................ 48
GLOSARIUM ................................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 51

2
PETUNJUK PENGGUNAAN HANDOUT EKOLOGI LAHAN BASAH

Petunjuk Penggunaan Buku ajar ini dirancang untuk pelaksanaan pembelajaran

mandiri maupun pada proses tatap muka dikelas atau pembelajaran klasikal. Apabila

digunakan pada pembelajaran mandiri, ikutilah petunjuk berikut agar memudahkan

dalam mempelajarinya.

1. Handout ini terdiri dari lima kegiatan belajar. Kegiatan belajar pertama, menguraikan

tentang Kajian Umum, Ciri-Ciri (Fisik, Kimia Dan Biologi) Kawasan Lahan Basah Sungai,

Jenis-Jenis Lahan Basah Sungai, Tipe-Tipe Lahan Basah Sungai, Dan Ekosistem Lahan

Basah Sungai. Kegiatan belajar kedua, menguraikan Flora dan Fauna Penghuni Lahan

Basah Sungai. Kegiatan belajar ketiga, menguraikan tentang Peluang, Ancaman Dan

Tantangan. Kegiatan belajar keempat, menguraikan tentang Fungsi Dan Manfaat Lahan

Basah Sungai. Kegiatan belajar kelima, menguraikan tentang Pengelolaan Dan

Konservasi Lahan Basah Sungai.

2. Untuk pencarian materi kegiatan belajar, kamu bisa melihatnya pada daftar isi.

3. Pelajari materi serta poin-poin pembelajaran secara berurutan, karena masing-masing

poin saling berkaitan.

4. Handout ini dilengkapi dengan kegiatan ayo selidiki, ayo mengamati dan juga

pertanyaan-pertanyaan yang menguji kemampuan berpikir kritis anda. Jawablah

pertanyaan yang tersedia dan Cocokkan hasil jawabanmu dengan kunci jawaban yang

ada pada Handout ini.

5. Selama mempelajari isi Handout ini, kamu bisa menggunakan referensi lain atau

meminta keterangan dari teman sekelas maupun dari guru

3
CAPAIAN PEMBELAJARAN

KOMPETENSI INTI

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong

royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian tampak mata

KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,

merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,

menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori.

4
INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari Handout ini, peserta didik diharapkan dapat:

1) Menjelaskan pengaruh adanya lahan basah sungai bagi ekosistem.

2) Mendeskripsikan ciri-ciri fisik, kimia, dan biologi lahan basah sungai.

3) Mengidentifikasi jenis-jenis, tipe-tipe, dan ekosistem lahan basah sungai.

4) Mengklasifikasi flora dan fauna di kawasan lahan basah sungai.

5) Menganalisis manfaat dan fungsi lahan basah sungai.

6) Menganalisis potensi, peluang, ancaman, dan tantangan dari lahan basah

sungai.

7) Menganalisis pengelolaan dan konservasi lahan basah sungai.

5
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Melalui literatur materi, peserta didik dapat menjelaskan pengaruh adanya

lahan basah sungai bagi ekosistem dengan benar.

2. Melalui literatur materi, peserta didik dapat mendeskripsikan ciri-ciri fisik,

kimia, dan biologi lahan basah sungai dengan baik dan benar.

3. Melalui literatur materi, peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis, tipe-

tipe, dan ekosistem pada lahan basah sungai dengan tepat.

4. Melalui pengamatan, Peserta didik dapat mengklasifikasi flora dan fauna di

kawasan lahan basah sungai dengan tepat.

5. Melalui diskusi kelompok, diharapkan mampu menganalisis manfaat dan fungsi

lahan basah sungai di lingkungan sekitar peserta didik.

6. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dapat mengaitkan hubungan potensi &

peluang dengan ancaman & tantangan dari lahan basah sungai dengan benar.

7. Melalui studi literatur kasus, peserta didik dapat menyeleksi pengelolaan dan

konservasi lahan basah sungai secara tepat.

6
I. PENDAHULUAN

A. TINJAUAN UMUM

1. Pengertian lahan basah

Kalian pasti pernah mendengar istilah lahan basah, apa yang


kalian ketahui mengenai lahan basah dan apa perbedaannya
dengan lahan yang lain?

Sumber daya lahan (land resources) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari

iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya yang berpengaruh pada

tanah (Sitorus, 1995). Sumber daya tanah sendiri merupakan sumberdaya alam yang sangat

penting bagi kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya alam diperlukan dalam setiap

kehidupan.

Lahan adalah hamparan di muka bumi berupa suatu tembereng, (segment) yang

berarti suatu perpaduan sejumlah sumberdaya alam dan sumber daya buatan. Lahan juga

merupakan wahana sejumlah ekosistem. Lahan merupakan suatu wilayah (regional), yang

berupa suatu lingkungan buatan masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain, salah

satu jenis lahan adalah lahan basah. Lahan basah dapat diartikan sebagai suatu wilayah

genangan atau wilayah penyimpanan air, (Gambar 3). Contoh lahan basah seperti daerah

rawa-rawa, mangrove (hutan bakau), payau, daerah genangan banjir, hutan genangan serta

wilayah sejenis lainnya. Menurut Hardjasoemantri (1991) dalam Pramudianto (2011), lahan

basah yang banyak diketahui oleh masyarakat adalah lahan basah seperti rawa-rawa, air

payau, tanah gambut tetapi Masyarakat beranggapan lahan ini merupakan wilayah yang tidak

menarik bahkan dianggap berbahaya. Padahal, kenyataannya ekosistem lahan basah banyak

7
menyimpan berbagai satwa dan tumbuhan liar yang sebagian besar menggantungkan

hidupnya pada keberadaan lahan basah ini. Sebagai contoh jenis serangga yang tinggal di

kawasan ini yang menjadikannya tempat tinggal (habitat) sehingga mampu membentuk

ekosistem tersendiri. Bahkan faktanya, dibandingkan dengan ekosistem di tempat lainnya,

ternyata ekosistem lahan basah boleh dikatakan yang terkaya dalam menyimpan jenis flora

dan fauna lho dan memiliki banyak kegunaan.

Penggunaan lahan (land use) adalah setiap kegiatan (interfensi) manusia terhadap

lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk makanan maupun kebutuhan

lainnya (Sitorus, 1995). Dalam hal ini dapat berupa penggunaan lahan seperti tanah

pertanian, tanah hutan, padang rumput dan sebagainya. Jadi pemanfaatannya lebih kepada

masyarakat. Lahan basah daratan meliputi daerah yang jenuh atau tergenang oleh air yang

pada umumnya bersifat tawar baik secara permanen maupun musiman, terletak di darat

atau dikelilingi oleh daratan, dan tidak terkena pengaruh air laut.

Tipe lahan basah yang termasuk kelompok ini antara lain: danau, telaga, sungai, air

terjun, rawa air tawar, danau-danau musiman, kolam dan rawa yang asin di daratan (Judih,

2006). Lahan basah merupakan habitat yang dijadikan sebagai tempat berkembangbiak dan

berinteraksi burung.

Gambar 1. Lahan basah (Wetland)

(Sumber : id.wikipedia/lahan basah)

8
2. Pengertian Sungai

Sungai dapat didefinisikan sebagai saluran di permukaan bumi yang terbentuk secara

alamiah yang menjadi tempat air dari darat mengalir ke laut. Di dalam Bahasa Indonesia,

kita hanya mengenal satu kata “sungai”. Sedang di dalam Bahasa Inggris dikenal kata

“stream” dan “river”. Kata “stream” dipergunakan untuk menyebutkan sungai kecil, sedang

“river” untuk menyebutkan sungai besar.

Sungai berdasarkan kondisi fisiknya akan terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Bagian hulu : pada kondisi hulu aliran air deras, batu-batuan juga besar dan erosi yang

terjadi adalah erosi vertikal ke bawah (air terjun).

2. Bagian tengah : Pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga sudah

tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping/horizontal.

3. Pada bagian hilir : pada bagian ini aliran air sudah tenang, batu-batuan juga sudah

berubah menjadi kental/pasir dan sudah jarang terjadi erosi.

Gambar 2. Sungai dari hulu ke hilir

(Sumber : Harirustianto.blogspot.com/sungai dari hulu ke hilir)

B. PROSES TERBENTUK SECARA UMUM


Selain berdasarkan kondisi, air sungai dapatberasal karena beberapa hal seperti Air

sungai bisa berasal dari air hujan (terutama di daerah tropis) dan bisa pula berasal dari es

yang mencair di gunung atau pegunungan (terutama di daerah empat musim). Oleh karena

9
itu, debit air sungai bisa sangat dipengaruhi oleh musim. Bagi kita di Indonesia yang berada

di daerah tropis, depit air sungai akan tinggi bila musim hujan dan rendah di musim

kemarau. Sementara itu, di daerah empat musim, debit aliran sungai meningkat ketika

musim dingin berakhir karena salju mencair.

Gambar 3. Mekanisme air sungai

(Sumber : aqdhianti.blogspot.com/sungai)

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalir di permukaan bumi dan

kemudian masuk ke dalam alur sungai dan mengalir sebagai aliran sungai. Kawasan di

permukaan bumi yang bila turun hujan air itu masuk ke suatu aliran sungai tertentu disebut

sebagai Daerah Aliran Sungai atau dikenal sebagai DAS. Jadi, besar atau kecilnya debit air

sungai, selain ditentukan oleh tingginya curah hujan juga ditentukan oleh luas DAS..

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan

wilayah/kawasan yang dibatasi oleh sebauh punggung bukit yang menerima, mengumpulkan

air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar

pada sungai utama ke laut atau danau.

Menurut Dictionary of Scientific and Technical Term, DAS (Watershed) diartikan

sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air kesatu sungai utama. Linsley (2000) menyebut

DAS sebagai “A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system

10
of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through

a single outlet”. Sementara itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa “A watershed is a

geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for

technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface

water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and

property regimes, and farmers whose actions may affect each other’s interests”.

Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa DAS merupakan salah satu

ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi

secara baik dan di dalamnya terdapat keseimbangan dalam dan luar dari material dan

energi. Selain itu pengelolaan, DAS juga bisa sebagai suatu unit pengelolaan sumber daya

alam (SDA) yang bertujuan untuk peningkatan produksi pertanian dan kehutanan yang

maksimal dan berkelanjutan (lestari) dengan upaya menekan kerusakan seminimum mungkin

agar distribusi aliran air sungai yang berasal dari DAS dapat merata sepanjang tahun.

Aliran sungai di suatu kawasan atau di dalam DAS dapat kita umpamakan seperti

sebatang pohon. Sungai utama adalah batang pohon, dan anak-anak sungai adalah cabang-

cabang pohon dan rantingnya. Ibarat sebatang pohon, makin besar sungai itu, maka makin

banyak pula anak-anak sungai yang mengalirkan aliran airnya ke dalam sungai utama. Jadi,

makin besar sebuah sungai berarti makin banyak cabang dan anak-anak sungainya. Dengan

demikian pula dengan debit sungai, makin banyak cabang atau anak sungai, Pada sistem

aliran sungai, cabang sungai yang paling luar atau yang terjauh dari sungai induk disebut

sengan sungai orde satu. Pertemuan antara dua sungai orde satu menghasilkan sungai orde

dua dan seterusnya sampai ke sungai induk. Diantara pertemuan sungai tersebut biasanya

terdapat sistem drainase pengairan yang disebut kanal.

11
Tahukah kalian kalau sungai ternyata memiliki
beberapa sifat, apa saja itu? Yuk, kita cari
tahu dengan membaca materi dibawah ini.

C. CIRI-CIRI FISIK, KIMIA, BIOLOGI KAWASAN SUNGAI


1) SIFAT FISIKA SUNGAI

Beberapa kanal dalam perairan sungai biasanya banyak digunakan dalam hal mencuci

maupun mandi, oleh karenanya sebelum menggunakan air sungai, kita juga perlu melihat ciri

fisik, kimia serta biologi kawasan sungai tersebut. Perairan pada sungai termasuk kedalam

perairan iotik (mengalir) yang dipengaruhi oleh suhu. Suhu disini dipengaruhi oleh tingkat

intentitas cahaya matahari yaitu semakin tinggi intentitas cahaya semakin tinggi pula

suhunya dan sebaliknya. Intensitas cahaya juga berhubungan dengan kedalaman yaitu

semakin dalam suatu periran maka akan semakin rendah tingkat intensitas cahayanya.

Selain kedalaman dan intensitas, Kecepatan arus juga berpengaruh terhadap jumlah

spesies yang hidup yaitu ada beberapa spesies yang nyaman dengan arus yang deras dan ada

spesies yang kurang begitu nyaman terhadap arus yang deras bahkan mati.

Gambar 4. Perairan Iotik

Sumber : www.dicto.id /perairan iotik

12
Ada dua jenis utama dari aliran dalam perairain iotik sungai yaitu aliran laminar dan

aliran turbulen. Aliran laminar hanya terjadi pada air yang bergerak sangat lambat.

Sedangkan Aliran turbulen terjadi pada air yang bergerak cepat. Pada perairan sungai juga

sering ditemui berbagai zat kimiawi yang berperan penting dalam keberlangsungan

kehidupan disungai

2) SIFAT KIMIA SUNGAI

Sungai selain dipengaruhi oleh intensitas Cahaya, suhu dan kedalaman. Sungai juga

dipengaruhi oleh kandungan kimiawi seperti kandungan garam didalamnya. Kandungan Garam

yang dimaksud adalah banyaknya ion yang terlarut dalam sungai seperti garam dapur (NaCl).

Ion lain yang turut berpengaruh seperti : natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium

(Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3), ion-ion ini akan mempengaruhi besar

serta kecilnya pH suatu sungai(Effendi, 2003)

Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan adalah keadaan keseimbangan antara

asam dan basa dalam agar air bisa tetap netral pada pH yang normal (Sekitar 7) (Saeni,

1989). Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai

pH sekitar 7-8,5.

Gambar 5. pH air

(Sumber : filterairmurah246.blospot.com/pH air)

13
3) SIFAT BIOLOGI PADA SUNGAI

Gambar 6. Ekosistem Sungai

(Sumber : ekosistem.co.id/sungai)

Keadaan sungai selain dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimianya, sungai juga

dipengaruhi oleh sifat biologisnya yang berhubungan dengan faktor biotik (hidup) dan

abiotic (tak hidup) yang ada pada sungai. Contohnya Organisme hidup ialah Ikan, lumut,

plankton, tumbuhan air, dll. Sedangkan pada faktor abiotik (tak hidup) contohnya ialah Air,

Oksigen, batu-batuan, tanah dasar perairan, cahaya, dan lain-lain.

Sungai juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia di daerah aliran sungai (DAS).

Manusia biasanya memanfaatkan sungai sebagai kebutuhan sehari-hari disekitar seperti

mandi, mencuci pakaian bahkan bisa jadi tempat pembuangan sampah yang harusnya tidak

dilakukan karena baik secara langsung atau tidak, sampah dari aktivitas manusia tersebut,

akan masuk ke dalam sungai. Sampah atau limbah tersebut mengakibatkan menurunnya

kualitas air yang menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya sepertihewan

makrobentos terganggu.

Hewan makrobentos adalah golongan invertebrata yang sebagian besar atau seluruh

hidupnya berada di dasar perairan, Pada umumnya hewan makrobentos ini berupa larva

insekta, Mollusca (kerang), dan lain-lain

14
Hewan makrobentos tersebut bisa digunakan sebagai indikator pencemaran organik

di suatu perairan, karena pencemaran sampah tersebut memberikan pengaruh spesifik

terhadap masing-masing spesies hewan makrobentos itu.

Pada sungai yang tercemar oleh sampah, pada umumnya hewan makrobentos

perrifiton akan mengalami perubahan komposisi. Perubahan ini disebabkan oleh

menyusutnya tubuh hewan golongan tersebut.

Hewan makrobentos merupakan indikator atau aspek biologi yang baik untuk

mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi pada suatu perairan. Pertumbuhan dan

perkembangbiakan hewan makrobentos sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas

kejernihan pada air dari beragam sungai yang terdapat diseluruh dunia (Hafini, 2002).

D. JENIS JENIS SUNGAI


Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan
menjadi tiga macam yaitu:
a) Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata

air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

b) Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.

Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)

boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang

berhulu di Peguungan Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di

Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.

c) Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser),

dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan

sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

15
Gambar 7. Sungai Hujan Gambar 8. Sungai Gletser Gambar 9. Sungai Campuran

(Wonosari) (Greenland) (Papua)

(Wikipedia)

Jenis Sungai menurut Jumlah Airnya


1) Sungai Permanen

Sungai Permanen adalah jenis sungai yang memiliki debit air yang relatif konstan

atau sama banyaknya sepanjang tahun. Contoh : Sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan

Mahakam di Kalimantan. Serta Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.

Gambar 10. Sungai Permanen (Barito)

(Sumber : slideshare.net/dinamika hidrosfer)

2) Sungai Periodik

Sungai Periodik adalah jenis sungai yang debit airnya tidak konstan. Pada waktu musim

hujan air sungainya banyak, sedangkan di musim kemarau debit airnya relatif kecil.

16
Contoh :Sungai Bengawan Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah. Serta Sungai Progo

dan Sungai Code di DI Yogyakarta.

Gambar 11 . Sungai Bengawan Solo (Wikipedia)

3. Sungai Episodik

Sungai Episodik adalah jenis sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan airnya

akan menjadi banyak pada musim hujan. Contoh : Sungai Batanghari, di Pulau Sumbar

Gambar 12. Sungai Batanghari,

Sumber (Wikipedia)

E. Tipe-tipe Karakteristik Lahan Basah (Sungai)


Tipe Sungai menurut Pola Alirannya:

1) Pola Aliran Radial (Menjari)

Pola aliran pada sungai ini terlihat berbentuk seperti jari. Bentuk ini dibedakan

menjadi dua, yaitu radial sentrifugal dan radial sentripetal.

17
2) Pola Aliran Dendritik

Pola aliran pada sungai ini tidak teratur. Biasanya sungai dengan pola aliran

dendritik terdapat di daerah dataran atau daerah pantai.

3) Pola Aliran Trelis

Pola aliran sungai jenis ini menyerupai sirip. Sungai dengan pola aliran trelis ini

terdapat di daerah pegunungan lipatan.

4) pola Aliran Rectanguler

Pola aliran pada sungai jenis ini saling membentuk sudut siku, pada daerah

patahan atau pada batuan yang memiliki tingkat kekerasannya berbeda.

5) Pola Aliran Anular

Pola aliran anular ini merupakan pola aliran yang semula merupakan aliran radial

sentrifugal, kemudian muncul sungai subsekuen yang sejajar, sungai obsekuen,

dan resekuen. Pola aliran sungai anular terdapat di daerah dome stadium

dewasa.

Gambar 13. Tipe Pola Aliran Sungai

(Sumber : rimbakita.com/pola aliran sungai)

Berbagai Pola aliran pada sungai tersebut akan menghasilkan ekosistem-


ekosistem sungai yang khas sesuai pola aliran

F. EKOSISTEM LAHAN BASAH (SUNGAI)


Lahan basah berdasarkan pembentukannya terbagi menjadi dua yaitu dalam bentuk

alami dan bentuk buatan, seperti persawahan, tambak, kolam industri. Baik lahan basah

alami maupun buatan ternyata keberadaannya sangat penting bagi ekosistem dunia. Bahkan

18
penduduk di beberapa bagian dunia ini sangat bergantung pada lahan ini. Contohnya adalah

masyarakat Asia yang sebagian besar hidupnya tergantung pada beras yang ditanam di

lahan basah, selain itu ekosistem sungai tak terlepas dari hubungan produsen seperti

pepohonan dan rumputan disekitar sungai dengan hewan-hewan disekitar sungai

(Pramudianto, 2011).

Gambar 18. Ekosistem Sungai

(Irwanto, 2011)

AYO SELIDIKI !
Apakah tempat tinggal kalian dekat sungai? Coba
kalian ceritakan bagaimana aktivitas masyarakat
sekitar terhadap sungai. Menurut kalian apakah
aktivitas masyarakat tersebut dapat mempengaruhi
ekosistem sungai? Mengapa demikian?

19
II. FLORA DAN FAUNA PENGHUNI

Identifikasilah flora dan fauna yang berkonteks lahan


basah disekitar lingkungan kalian dan adakah perbedaan
maupun ciri khas dari masing-masing?

A. FLORA
Ketapang (Terminalia catappa L)

Klasifikasi (Plantamor)

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Myrtales

Famili: Combretaceae

Genus: Terminalia

Spesies: Terminalia catappa L.

Morfologi

20
1. Daun

Terminalia catappa memiliki bentuk tangkai daun seperti bentuk

tangkai daun tumbuhan pada umumnya, yaitu berbentuk silinder dengan

sisi agak pipih dan menebal pada pangkalnya.

Terminalia catappa memiliki helaian daun bundar telur terbalik. Helaian

di pangkal berbentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu

tulang daun di sisi bawah. Helaian serupa dengan kulit, licin di atas dan

berambut halus di sisi bawah.

2. Akar

Terminalia catappa termasuk tumbuhan dikotil karena memiliki akar

tunggang (radix primaria). Akar Terminalia catappa termasuk akar

tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu akar tunggang berbentuk

kerucut panjang yang tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak

sehingga memberi kekuatan pada batang dan dapat membuat daya

serap terhadap air dan zat makanan menjadi lebih besar.

3. Batang

Bentuk batang bulat, sifat permukaan batang beralur (sulcatus), yaitu

jika membujur batang terdapat alur alur yang jelas, arah tumbuh

batangnya, Terminalia catappa memiliki arah tumbuh batang yang tegak

lurus (erectus), yaitu memiliki arah lurus ke atas, Percabangan pada

Terminalia catappa termasuk percabangan simpodial karena batang

pokok sukar ditentukan, dalam perkembangan selanjutnya mungkin akan

menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat

pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Sedangkan untuk

arah tumbuh cabangnya, Terminalia catappa memiliki cabang yang

21
mendatar (horizontalis), yaitu antara cabang dengan batang pokok

memebentuk sudut kurang lebih 90⁰C.

Kebiasaan Hidup/Perilaku

Ketapang menggugurkan daunnya dua kali dalam satu tahun, sehingga

tumbuhan ini bisa bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.

Hydrilla

Klasifikasi (Plantamor)

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Hydrocharitales

Famili: Hydrocharitaceae

Genus: Hydrilla

Spesies: Hydrilla verticillata (L.f). Royle

Morfologi

Hydrilla (rumput air) adalah jenis tanaman air yang hanya terdiri dari satu

22
spesies. Meskipun beberapa ahli botani membaginya menjadi beberapa

spesies yaitu : H. asiatica, H. japonica, H.lithuanica,

dan H.ovalifolica. Hydrilla verticillata memiliki rimpang putih kekuningan

yang tumbuh di sedimen bawah air sampai dengan kedalaman 2 m.

Kayu Akasia

Klasifikasi (Plantamor)

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae

Genus: Acacia

Spesies: Acacia mangium Willd.

Morfologi

Rendah lapisan mahkota pohon, sampai 27 m tinggi dengan diameter

setinggi dada 45 cm. Dengan stipules. Daun bulat, alternatif,

sederhana, paralel berurat gundul, halus. Bluette sekitar 5 mm, kuning,

benang sari banyak membongkar (benang sari) bunga diatur dalam

23
kätzchenartigem perbungaan. Buah sekitar 90 mm, hijau, lengan

bergelombang.

Habitat

Tumbuh pada ketinggian 200 m. Di Kalimantan diperkenalkan, biasanya di

perkebunan atau di pinggir jalan, sekarang juga di hutan sekunder.

Kelapa

Klasifikasi (Plantamor)

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Arecales

Famili: Arecaceae

Genus: Cocos

Spesies: Cocos nucifera L.

24
Morfologi

Pohon dengan batang tunggal atau kadangkadang bercabang. akar

serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif

pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua

tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar

(tidak konsentrik), berkayu. Daun tersusun secara majemuk, menyirip

sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada

batang, warna daun hijau kekuningan. Buah besar, diameter 10 cm

sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat.

Habitat

Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai

ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini

telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh

hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan mengalami

perlambatan pertumbuhan.

Pisang

25
Klasifikasi (Plantamor)

Kingdom: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Zingiberales

Famili: Musaceae

Genus: Musa

Spesies: Musa acuminata Colla

Morfologi

Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil

tahunanberbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu

ini merupakan tumpukkan palepah daun yang tersusun secara rapat

teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem

ujung memanjang lalu membentuk bunga dan buah. Bagain bawah pisang

menggembung berupa umbi yaitu bonggol. Pucuk lateral muncul dari

kuncup pada banggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang.

Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokrapi. Pisang

mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bungadibungkus oleh

seludang berwarna merah kecokelatan. Ciri-cir daun pisang adalah daun

bangun memanjang bentuk jorong, yaitu daun yang mempunyai

perbandingan panjang dan lebar adalah satu stengah sampai dua

berbanding satu, bentuk ujung daun tumpul, bentuk pangkal daun

membulat dan berpelepah, tepi daun rata, daging aun seperti kertas,

pertulangan daun menyirip, permukaan daun bagian atas licin sedangkan

permukaan daun bagian bawah licin berselaput lilin, warna daun bagian

26
atas berwarna hijau cerah sedangkan bagian daun atas jijau suram.

Habitat

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu jenis buah-buahan

tropis yang tumbuh subur dan mempunyai wilayah penyebaran merata

di seluruh wilayah Indonesia.

Tumbuhan Paku

Klasifikasi

Kingdom: Plantae

Divisi: Pteridophyta

Kelas: Pteridopsida

Ordo: Polypodiales

Famili: Athyriaceae

Genus: Athyrium

Spesies: Athyrium filix-femina

Morfologi

27
Tumbuhan paku, paku-pakuan, atau pakis-pakisan adalah sekelompok tumbuhan

dengan sistem pembuluh sejati tetapi tidak pernah menghasilkan biji untuk

reproduksi seksualnya

B. FAUNA
Capung

Klasifikasi (Wikipedia)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Odonata

Family : Libellulidae

Genus : Orthetrum

Spesies : Orthetrum sabina

Morfologi

O Thetrum sabina ini memiliki panjang abdomen 35 mm dengan

panjang torax 13 mm, panjang sayap depan dan belakang masing-

masing 33 mm dan 32 mm dengan lebar sayap depan dan belakang

masing-masing 8 mm dan 10 mm. Torax yang dimiliki capung ini

28
berwarna hijau tua dengan garis-garis hitam pada bagian lateral

dan kakinya berwarna hitam. Abdomen ramping dengan warna hitam

dan putih, segmen pertama hingga ketiga berwarna sama dengan

toraxnya. Sedangkan embelan berwarna putih .sayap yang dimiliki

orthetrum sabina adalah transparan dengan disetiap ujung sayap

terdapat pteristigma yang berwarna coklat dengan fenula tidak

berwarna.

P ada bagian kepala terdapat, mata, mulut, dan gigi. Dengan

matanya menyatu digaris tengah. Mulutnyaberkembang sesuai dengan

fungsinya sebagai pemangsa, bagian depan terdapat labrum (bibir

depan), dibelakang labrum terdapat sepasang mandibula (rahang)

yang kuat untuk merobek mangsanya. D belakang mandibula terdapat

sepasang maxilla yang berguna untuk membantu pekerjaan mandibula

, dan bagian mulut yang paling belakang adalah labium yang

menjadi bibir belakang.

Habitat

Hidup di dua habitat yaitu pada saat pradewasa dalam air dan saat

dewasa berada di dekat air. Sebagian besar spesies ditemukan di

dekat air atau kolam, sungai, rawa-rawa dan di padang rumput,

hutan dan perbukitan

29
Keong Sawah

Klasifikasi (Wikipedia)

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Family : Ampullariidae

Genus : Pila

Spesies : Pila ampullacea

Morfologi

Keong Gondang (Lat.: Pila ampullacea) adalah keong air tawar yang tersebar

di di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Cangkang besar mengkilap,

berbentuk seperti bola tenis, berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan,

dihiasi jalur-jalur coklat. Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai keong

gondang, siput sawah, siput air, atau tutut

Habitat

Daratan dan area berair

30
Ikan Tawes

Klasifikasi (Wikipedia)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

kelas : Actinopterygii

ordo : Cypriniformes

family : Cyprinidae

genus : Barbonymus

spesies : B. gonionotus

Morfologi

Tawes (Barbonymus gonionotus Bleeker, 1850) adalah sejenis ikan air tawar

anggota suku Cyprinidae. Ikan ini merupakan salah satu jenis yang penting dan

populer dikembangkan dalam akuakultur sebagai ikan konsumsi. Secara alami tawes

menyebar luas di Indocina dan kepulauan Sunda.

Habitat

Kebayakan Tawes hidup di perairan air tawar, juga biasanya dibudidayakan di

kolam-kolam

31
Kumbang Buah

Klasifikasi (Wikipedia)

Kingdom: Animalia

Filum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Nitidulidae

Genus : Epilachna

Spesies : Epilachna admirabili

Morfologi

Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan

spesies serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies

yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam

kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang

(sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan

memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan

8 juta.

Habitat

Hampir di semua habitat kecuali di laut dan daerah kutub

32
AYO MENGAMATI !

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang.


2. Pergilah ke tanah lapang terdekat, pastikan tanah lapang harus memuat
berbagai komponen biotik dan abiotik.
3. Identifikasilah Flora dan Fauna yang ada disana
4. Identifikasilah faktor abiotik yang ada disana dengan cara
a. Suhu tanah
 Lubangi tanah yang akan kamu masukkan soil thermometer pada
luasan 1m x 1m
 Masukkan soil thermometer kedalam tanah yang telah kamu lubangi
 Tunggulah beberapa menit
 Catatlah hasil yang ada.
b. Kelembaban Udara dan Tanah
 Letakkan lah Hygrometer dan pH meter pada luasan 1mx1m
 Tunggulah beberapa menit
 Catat hasil yang ada

Isilah Tabel dibawah ini berdasarkan hasil pengamatan kamu

a. Faktor Biotik
No Jenis Jenis Deskripsi Deskripsi Famili Famili
Flora Fauna Flora Fauna Flora Fauna

1 …. … … … …. ….

2 …. … … … …. ….

3 …. … … … …. ….

b. Faktor Abiotik
No Kelembaban pH tanah Suhu udara Suhu tanah
Udara
1 …. …. …. ….

2 …. …. …. ….

3 …. …. …. ….

33 1. Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan mu !


Jawab:
…………………………………………………………………………………………………………………
III. FUNGSI DAN MANFAAT

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mempelajari


karakteristik serta ragam flora fauna pada lahan basah
sungai. Menurut kalian apakah ada fungsi serta manfaat
yang khas dari setiap ragam lahan basah sungai tadi?

A. FUNGSI
Berdasarkan studi literatur fungsi sungai, diataranya :

1) Bidang transportasi, untuk kepentingan umum, dengan titik berat sebagai

saluran irigasi dan jalur transfortasi.

2) Bidang Pertanian, berfungsi sebagai sarana pengairan lahan pertanian dan

jalur transportasi (Rochgiyanti, 2011).

Gambar 15. Sungai

(Dokumentasi Pribadi)

34
B. MANFAAT
Berdasarkan hasil obervasi dan wawancara dengan masyarakat yang tinggal

disekitar sungai memilki manfaat diantaranya :

1) Bisa dimanfaatkan warga sekitar untuk MCK, sebagai jalur transportasi air

dan memancing ikan, sarana hiburan berenang, dll.

Gambar 16. Memancing di sungai (Pertanianku.com)

Gambar 17. Mencuci pakaian di sungai (detik.com)

35
AYO DISKUSI !

1. Buatlah kelompok berjumlah 3-4 orang


2. Diskusikan lah pertanyaan dibawah ini:
a) Menurut kalian apakah sungai itu penting? Mengapa bisa demikian?
Jawab:………………………………………………………………………………………………………….

b) Jika penting, adakah lagi yang juga merasakan kebermanfaatan sungai


selain manusia? Jelaskan secara rinci siapa saja dan digunakan untuk apa?
Jawab:………………………………………………………………………………………………………….

c) Berikan contoh nyata dari fungsi sungai yang ada disekitar tempat tinggal
kalian !
Jawab:………………………………………………………………………………………………………….

d) Berdasarkan manfaat sungai yang telah kalian pelajari, apakah dampak dari
kebiasaan masyarakat tersebut terhadap keberlangsungan organisme
didalam sungai?
Jawab:………………………………………………………………………………………………………….

e) Mengingat aktivitas masyarakat yang kurang baik dalam memanfaatkan


sungai, menurut kalian apakah air sungai yang ada disekitar tempat tinggal
kalian masih layak untuk digunakan? Berikan solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut !

[Type the document title] | [Pick the date]


Jawab:………………………………………………………………………………………………………….

36
IV. POTENSI, PELUANG, ANCAMAN DAN TANTANGAN

Identifikasilah Potensi, Peluang,Ancaman dan tantangan yang perlu


dikaji terkait lahan basah sungai disekitar lingkungan kalian serta
bagaimana cara memanfaatkan potensi serta peluang dan
menanggulangi ancaman dan tantangan?

A. POTENSI DAN PELUANG

1) POTENSI

Masyarakat sekitar lahan basah terutama sungai terbiasa mengkonsumsi dan

menjual hasil ikannya. Ikan haruan (gabus) dan ikan lundu adalah yang terbanyak

dimanfaatkan. Banyak penduduk yang menjual kedua macam ikan ini di teras

rumahnya atau berjaja di atas jukung (perahu dayung khas Kalimantan). Ada pula

yang khusus menangkap kedua macam ikan liar ini di sungai-sungai dekat hutan

rawa dan bakau yang jauh dari perumahan penduduk. Dari hasil menangkap ikan ini

digunakan untuk biaya hidup dan biaya sekolah anak-anaknya (Faidah, 2017). Selain

itu, sungai disekitar tempat tinggal masyarakat juga berpotensi sebagai sistem

penanaman, misal pertanian, perkebunan, atau lahan baru (Nurhidayah, Haris,

Apriko, & Desi, 2018)

2) PELUANG

Sungai dilingkungan lahan basah seperti Sungai Alalak adalah sebuah potensi

besar, yang jika dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal akan menciptakan

peluang kewirausahaan. Kewirausahaan dapat memunculkan wirausaha yang

keberadaannya akan membawa perubahan pada pendapatan keluarga melalui usaha

yang ditekuninya. Dengan kata lain kewirausahaan dalam pemanfaatan kekayaan

37
alam lahan basah bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan (Faidah, 2017).

Kewirausahaan yang disertai kemauan dan tekad yang kuat untuk melakukan

upaya upaya memenuhi kebutuhan hidup atas dasar kemampuan dengan cara

manfaatkan segala potensi yang dimiliki akan berpeluang untuk mendatangkan

pundi-pundi rupiah bagi keluarga, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup,

mengingat kondisi tempat tinggal masyarakat tepian sungai Alalak yang sebagian

besar terbuat dari kayu dan berdiri di atas sungai (Faidah, 2017).

B. ANCAMAN DAN TANT ANGAN

1) ANCAMAN

Lingkungan lahan basah sungai (Anjir, Handil, Saka dan Ray) dibeberapa

tempat yang kami datangi dan melalui wawancara dengan masyarakat sekitar, kami

memperoleh data bahwa masyarakat masih memiliki kebiasaan membuang sampah

kesungai. Sepanjang observasi yang kami lakukan masyarakat sekitar sungai belum

memiliki tempat khusus untuk pembuangan sampah. Selain itu, sebagian besar warga

juga masih menggunakan jamban dipinggir sungai untuk buang air. Kebiasaan tersebut

dapat mencemari air sungai, sehingga sampah dan kebiasaan masyarakat sekitar

sungai kami anggap sebagai ancaman utama. Hal ini diperkuat oleh Susmarkanto

(2002), bahwa sumber pencemaran sungai disebabkan oleh limbah rumah tangga

[Type the document title] | [Pick the date]


(permukiman) dan buangan limbah manusia yang berupa sampah, air kotor (tinja),

buangan deterjen dan sisa minyak.

Berdasarkan literatur pencemaran sungai juga bisa disebabkan oleh limbah

industri. Menurut Soerjani (1991) pencemaran yang diakibatkan oleh buatan limbah

industri menyebabkan pencemaran kualitas air berupa:

a) Turunnya kandungan O2 yang larut kedalam air

b) Naiknya kekeruhan air dan warna air.

38
c) Tingginya kadar pH dan meningkatnya toksinitas (keracunan).

2) TANTANGAN

Ditinjau dari sudut pandang antropologis (sosial budaya), kecenderungan orang

atau masyarakat untuk membuang limbah dan kotoran ke sungai telah menjadi adat

atau kebiasaan, sejak dahulu kala jauh sebelum adanya sarana dan prasarana sanitasi

lingkungan seperti : jamban keluarga (WC) dan Tempat Sampah (TPS dan TPA).

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan,

Mentalitet dan Pembangunan, dikemukakan bahwa adat adalah wujud ideal dari

kebudayaan yang berfungsi sebagai pengatur kelakuan manusia. Oleh karena sistem

kelakuan atau perilaku masyarakat membuang limbah atau sampah tersebut sudah

berlangsung lama (turun temurun), maka tindakan atau konsepsi itu telah menjadi

sistem nilai budaya (culture value system) yang mempengaruhi pola berpikir mereka

dan menjadi pedoman berperilaku (Koentjaraningrat, 1974)

Idealnya manusia memanfaatkan air sungai untuk keperluan hidup sehari-hari,

seperti : mandi, cuci dan sumber air minum, tetapi dilain pihak mereka

mempergunakan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Kebiasaan membuang

sampah ke sungai tampaknya masih melekat dalam alam pikiran manusia sampai

sekarang ini. Bukan hanya dilakukan oleh orang desa yang masih lugu dan

berpendidikan rendah saja, melainkan juga orang-orang kota dan para industriawan

di kota-kota besar yang berpendidikan tinggi dan modern sekalipun. Semuanya masih

mempunyai pola pikir primitif yaitu sungai adalah tempat untuk membuang limbah,

polutan atau kotoran baik yang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah industri.

39
AYO
AYODISKUSI
DISKUSI! !

Gambar: Aliran Sungai

1) Buatlah kelompok beranggota 3-4 orang !


2) Amati keadaan sungai sekitar tempat tinggal kalian ! Pernahkah
keadaan sungainya berwarna hijau seperti gambar diatas ?
3) Cari tahu apa penyebab dan dampaknya terhadap Organisme sungai !
4) Apakah tercemarnya sungai memiliki hubungan yang erat terhadap
berkurangnya populasi ikan gabus saat ini?
5) Apa yang terjadi jika ikan gabus punah dari perairan Kalimantan
selatan?

V. PENGELOLAAN DAN KONSERVASI


A. PENGELOLAAN
Pengeloaan yang di lakukan pemerintah untuk mengatasi pencemaraan sungai yaitu :

1) Gerakkan penyuluhan, pembinaan, dan pengarahan terhadap warga di skitar [Type the document title] | [Pick the date]

aliran sungai yang difokuskan pada usaha-usaha untuk mengurangi

pembuangan limbah rumah tangga ke sungai, pembuangan sampah fisik, dan

penggunaan obat-obatan pembasmi hama secara berlebihan.

2) Gerakkan penyuluhan, pembinaan, dan pengarahan terhadap para pemilik

industri yang difokuskan pada usaha-usaha agar meeka mempunyai sisteem

pengelolaan limbah.

40
3) Gerakkan pembersihan sampah fisik dan pengerukan sungai

4) Gerakkan pengujian ilmiah terhadap terhadap tingkat bahaya air sungai yang

sudah tercemar dan realisasi usaha-usaha untuk mengatasi berdasarkan

teknologi yang mungkin digunakan.

5) Gerakkan pengontrolan atau survise berkata dari pemerintah setempat untuk

memantau keadaan air sungai.

6) Gerakkan pemeliharaan daerah aliran sungai. (Nugroho dan Sari, 2017).

B.KONSERVASI
Pencemaraan air sungai tidak harus terjadi sampai pada tahap yang

mengkhawatirkan jika setiap masyarakat menyadari akan fungsi sungai. Berikut

beberap usaha yang harus dilakukan masyarakat untuk melestarikan sungai.

1) Melestarikan Hutan di Hulu Sungai

Pepohonan agar tidak menimbulkan erosi tanah disekitar hulu sungai sebaiknya

tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi area permukiman.

Apabila terjadi erosi otomatis akan membawa tanah, pasir, dan sebagainya ke

aliran sungai hulu ke hilir, sehingga menyebabkan pendangkalan sungai.

2) Tidak Buang Air di Sungai atau Kali

Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah.

Ekskresi juga merupakkan salah satu media yang paling baik untuk

perkembangan bibit penyakit dari penyakit ringan samapi penyakit berat dan

kronis.

3) Tidak Membuang Sampah ke Sungai

Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran

air menjadi mampet dan sungai menjdi cepat dangkal yang memicu terjadinya

banjir di musim penghujan.

41
4) Tidak Membuang Limbah Rumah Tangga dan Industri

Limbah yang dibuang asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai

gangguan masyarakat mulai bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air

tanah, gangguan kulit.

Upaya-upaya pemerintah yang dapat di lakukan untuk penanganan langsung

terhadap pelestarian sungai.

1) Penghijauan, yaitu melakukan penanaman bibit pohon disisi kanan maupun sisi

kiri kali.

2) Perbaikan saluran drainase pada saluran yang kondisinya rusak dan aliran

airnya kurang baik sepanjang 60 meter

3) Pembuatan biogas agar limbah kotorann sapi yang dibuang ke sungai telah

menjadi bio yang tidak membahayakan kualitas airnya.

4) Perbaikan sarana air baku. (Nugroho dan Sari, 2017)

[Type the document title] | [Pick the date]

42
AYO SELIDIKI !

Amati Fenomena di bawah ini

1. Buatlah kelompok yang berangoota 3-4 orang !


2. Analisis lah penyebab dan akibat dari fenomena yang terjadi pada gambar
diatas !
3. Tuliskan solusi terbaik yang bisa kelompokmu berikan untuk lingkungan
sekitarmu jika fenomena diatas terjadi !
Jawab:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………..

43
RANGKUMAN

a. Lahan basah dapat diartikan sebagai suatu wilayah genangan atau wilayah
penyimpanan air, memiliki karakteristik terresterial dan aquatic.
b. Sungai dapat didefinisikan sebagai saluran di permukaan bumi yang terbentuk
secara alamiah yang melalui saluran itu air dari darat mengalir ke laut.
c. Sungai berdasarkan kondisi fisiknya akan terbagi menjadi 3 yaitu : Bagian hulu
bagian tengah dan bagian hilir.
d. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu hamparan wilayah/kawasan yang
dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui
anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.
e. Jenis sungai berdasarkan sumber air, yaitu : sungai hujan, sungai glester dan
sungai campuran.
f. Jenis sungai berdasarkan jumlah air, yaitu : Sungai permanen, sungai periodik
dan sungai Episodik
g. Tipe sungai menurut pola alirannya, yaitu : Pola aliran dendritik,
Trelis,Rectanguler dan anular

44
Soal Evaluasi

1. Bacalah sebuah cuplikan kasus dibawah ini dengan cermat!

Polemik Pencemaran Sungai Martapura, Walikota Ibnu Akui Kecolongan

20 Januari 2020, KANALKALIMANTAN.COM,BANJARMASIN-


Dugaan pencemaran Sungai Martapura dengan pembuangan limbah oli yang
merupakan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya) menjadi perhatian
serius Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina. Sumber pembuangan limbah B3
berasal dari sebuah rumah tua di pinggir jalan Kapten Pierre Tendean. Di
ketahui, oli tersebut di tampung terlebih dahulu di halaman rumah itu.
Ibnu pun berharap agar dugaan pencermaran lingkungan ini dapat diproses
penanganannya.

Berdasarkan kasus di atas :


a. Apa yang terjadi jika limbah oli masuk ke sungai ?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………………………………..
b. Kandungan apa hingga limbah oli di katakan berbahaya dan bisa mencemari
lingkungan ?
Jawab: ………………………………………………………………………………………………………………………..

2. Bacalah sebuah kasus dibawah ini dengan cermat!

Lima Tahun Air Sungai di Kalsel Tercemar Berat

Jum’at, 002 Februari 2020 oleh Radar Banjarmasin.


PROKAL.CO, BANJARMASIN - Capaian buruk suramnya mutu
air sungai di Kalimantan Selatan tercatat dalam bingkai data.
Hasil penelitian Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran
dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK RI menyebutkan,
selama lima tahun berturut-turut sungai-sungai besar di
provinsi ini tercemar.

45
Sungai-sungai yang dimaksud, yaitu Sungai Barito, Sungai
Martapura, dan Sungai Nagara. Tim pemantau dari PPKL KLHK RI
mendapati fakta bahwa sejak 2013 hingga 2017, tiga sungai besar
Banua tersebut menyandang status tercemar berat.
Lantas, apa akar masalahnya? Kepala Seksi Pemantauan
Lingkungan Hidup DLHD Kalimantan Selatan, Masripani
memaparkan tak terkendalinya jumlah bakteri fecal coliform serta
total coliform di sungai-sungai besar di Kalimantan Selatan
menjadi salah satu biang penyebab. Lantas, tim PPKL KLHK RI tak
segan-segan menetapkan status cemar berat.
"Bakteri datang dari limbah kotoran hewan dan manusia.
Masih banyak jamban sungai," kata Masripani. Selain pembuangan
langsung limbah kotoran, aktivitas membuang sampah sembarangan
juga menjadi faktor pemicunya.
Dijelaskannya, jika mengacu Peraturan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 5 Tahun 2007 tentang Peruntukan dan Baku Mutu
Air Sungai, ambang batas jumlah bakteri fecal coli hanya 100.
Untuk bakteri total coliform, ambang batasnya berada dalam
angka 1000.
Mirisnya, melihat data hasil pemantauan kualitas air sungai
tahun 2017 yang dikerjakan oleh DLHD Provinsi Kalsel, pernah
terdapat sampel air sungai yang jumlah parameter bakteri fecal
coli mencapai angka 494. Bahkan, untuk total coliform menembus

[Type the document title] | [Pick the date]


angka 29400. Itu terjadi di Sungai Martapura. Pada saat
pemantauan kualitas air bulan Maret 2017 silam.
Selain tak terkontrolnya penyebaran bakteri fecal coli serta
total coliform, aktivitas pembuangan limbah pertambangan batu

Berdasarkan kasus diatas sebagai generasi muda apa bisa yang kalian lakukan untuk
mengurangi pencermaran air di sungai Kalimantan Selatan ?
Jawab:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….........

46
3. Jika potensi sungai di Kalimantan Selatan terutama sungai Martapura di
kembangkan sebagai pariwisata, apakah akan mengancam keseimbangan
ekosistem sungai? Mengapa demikian?
Jawab: ……………………………………………………………………………………………………………………………

4.

Gambar Sungai Martapura

Analisis lah sungai martapura diatas !

a. Termasuk kedalam jenis dan pola sungai apa?


b. Sungai tersebut bermuara dari mana dan memiliki daerah hulu
kemana?

5. Pada zaman dahulu, fosil manusia purba banyak ditemukan dilembah aliran
sungai, misalnya situs Sangiran di daerah Sungai Bengawan Solo, dibandingkan
didaerah Hutan, Perbukitan maupun dibawah lereng pegunungan. Hal ini
diperkuat dengan masih banyaknya pemukiman warga yang tinggal dipinggiran
sungai. Menurut analisa kalian, apa yang melatarbelakangi manusia lebih
memilih tinggal didekat aliran sungai, padahal banyak daerah lain yang mungkin
memiliki kelebihan tersendiri jika disbanding dengan sungai yang sewaktu-
waktu bisa terjadi abrasi maupun banjiri?
Jawab: …………………………………………………………………………………………………………………………….

6. Ada 2 buah sungai yang bernama sungai A dan sungai B. Disungai A hanya di
temukan sedikit jenis flora dan fauna namun populasinya sangat banyak,
sedangkan di sungai B banyak sekali jenis flora dan fauna yang ditemukan dan
memiliki jumlah pupulasi yang banyak. Dari pernyataan tersebut mengapa
sungai A dan sungai B keragaman jenis dan pupulasi flora dan faunanya
berbeda?
Jawab: …………………………………………………………………………………………………………………………..

47
Kunci Jawaban

1. a) Suatu sungai pasti terdapat yang namanya ekosistem, jika limbah bekas oli
masuk akan meracuni organisme yang terdapat dalam sungai hingga
ekosistem tersebut terganggu yang akan menyebakan masalah baik itu
untuk manusia maupun makhluk hidup lainnya.

b) Oli mengandung bahan-bahan kimia, di antaranya hydro karbon dan sulfur.


Karena bekerja melumasi logam-logam, oli bekas juga mengandung sisa
bahan bakar, tembaga, besi, alumunium, magnesium dan nikel. Jika oli bekas
dibuang begitu saja, maka kandungan-kandungan yang terdapat di
dalamnya, akan melekat ke dalam tanah atau bercampur dengan air, lalu
akan diserap oleh tumbuhan atau hewan yang memakan tumbuhan tersebut.
Jika zat ini masuk ke dalam tubuh dapat berakibat kerusakan ginjal,
syaraf, dan kanker.

2. Kita bekerjasama dengan suatu instansi memberi pendekatakan/pembinaan


kepada masyarakat disekitar sungai agar tidak mencemari lingkungan,
kemudian memberikan penjelasan tentang bahayanya dampak sungai yang
tercemar. Selain itu juga, diharapkan pemerintah bisa lebih tegas dengan
industri yang membuang limbah sembarangan. Memberikan solusi terhadap
pengelolaan limbah yang tepat bagi masyarakat maupun industri. Konservasi
yang bisa dilakukan yaitu mengubah kotoran hewan sebagai biogas. Dan
sebenarnya kotoran manusia juga bisa di kelola, hanya saja terkesan aneh.

3. Pengelolaan dalam mengembangkan potensi sungai sebagai pariwisata akan


mengancam keseimbangan ekosistem sungai. Karena akan selalu dihadapkan

[Type the document title] | [Pick the date]


dengan tantangan, diantaranya kebiasaan masyarakat yang membuang sampah
sembarangan. Jika dijadikan pariwisata tentu banyak masyarakat yang datang
membawa berbagai barang, perlengkapan dan makanan, seperti snack,
minuman botol, dll selama menjelajah. Walaupun ada peringatan “Dilarang
Buang Sampah Sembarangan” tetap saja akan selalu ada oknum yang
melanggar. Jika tidak di kelola dengan baik, sampah-sampah tersebut akan
menumpuk dan bisa mengancam keseimbangan sungai itu sendiri.

4. Sungai Martapura merupakan jenis sungai Permanen dan memiliki pola


Rektangular. Sungai Martapura memiliki muara dari Sungai Barito dan
memiliki hulu sungai ke Waduk Riam Kanan.

48
5. Latar belakang manusia memilih hidup dipinggiran sungai adalah
 Sungai memberikan sumber makanan, seperti ikan.
 Sungai juga bisa menjadi sumber air bersih untuk mandi, cuci, bahkan
minum.
 Sungai menjadi sumber pengairan untuk lahan pertanian.
 Sungai juga bisa menjadi sarana perjalanan transportasi.
 Sungai jika dikelola dengan baik bisa dijadikan sebagai lokasi
pariwisata.

6. Setiap sungai mempunyai aspek fisika, kimia dan biologi yang berbeda. Karena
aspek tersebut flora dan faunanya juga berbeda. Setiap flora dan fauna
mempunyai kriteria tersendiri untuk bisa hidup di suatu daerah. Jika daerah
itu terlalu ekstrim bagi kehidupan, misal terlalu asam atau terlalu basa.
Seperti di sungai A memiliki sifat sungai yang cukup ekstrim bagi flora dan
fauna sehingga flora dan fauna yang memiliki ketahanan hidup yang kuat atau
adaptasi yang kuat saja yang bisa hidup disana. Oleh karena itu, keragaman
jenis flora dan faunanya sedikit tapi populasinya banyak. Sedangkan sungai B
memiliki sifat sungai yang kurang ekstrim atau ideal bagi flora dan fauna
untuk hidup, sehingga keragaman jenis dan populasi flora dan faunanya
banyak.

49
GLOSARIUM
Istilah Penjelasan

DAS Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai

suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh

pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima,

mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara

Jukung Perahu kecil

Kanal Saluran air buatan

Klasifikasi Penyusunan bersistem dengan kelompok dengan kaidah

tertentu

Morfologi Pengetahuan tentang bentuk

[Type the document title] | [Pick the date]

50
DAFTAR PUSTAKA

Agus widada dan S Enceng. 2003. Kumpulan Informasi Hama Tanaman. Bogor
: Pustaka Widada Agus.

Arisandi, Yohana, & Y, A. (2008). Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka


Buku Murah

Armando, & Rochim. (2009). Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas.


Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya

Badan POM RI. (2010). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta:

Sagung Seto

Chooi, O. H. (2008). Rempah ratus: khasiat makanan dan ubatan. Kuala


Lumpur: Prin-AD SDN. BHD

Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta:


Puspa Swara

Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus


Agriwidya

Dwiyanti, R. (2013). Mengenal Tanaman Pelindung Di Sekitar Kita. Bali:


Udayana University Press

Effendi. (2003). Sistem Perairan Indonesia. Press: bogor

Gunawan, S. G. (2007). Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gayabaru: Jakarta

Hasim, I. (2009). Tanaman Hias Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana

Wana

Hafini. (2002). Biokimia. Ahmad media utama: Magelang

51
Hogarth, PJ. 2007. The biology of mangroves and seagrasses. 2nd edition.

Oxford University Press. New York, USA: 273 pp

http://plantamor.com/species/search

Ifri. (2000). Ekosistem Sungai. Mukhtamar media: Surabaya

Irwanto. (2011). Macam-Macam Ekosistem. IPB press: Bogor

Judih. (2006). Ekologi Lahan Basah. Iser press: Yogyakarta

Karyati, & Adhi, M. A. (2018). Jenis-jenis Tanaman Bawah di Hutan Pendidikan


Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda: Mulawarman
Universty Press.

Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan.

Gramedia: Jakarta

Kusuma, G. A., Longdong, S. N., & Tumbol, R. A. (2012). Uji Daya Hambat Dari
Ekstrak Tanaman Pacar Air (Impatiens balsamica L) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Ilmiah PS.
Agrobisnis Perikanan UNSRAT, Manado, 1-20

Landry, CL. 2005. Androdioecy in white mangrove (Laguncularia racemosa)

maintenance of a rare breeding system through plant-pollinator

interactions. Ph.D. Thesis. Ann Arbor, MI, USA: University of Michigan

[Type the document title] | [Pick the date]


Linsley. (2000). Bentuk-Bentuk Sungai Dan Jenisnya. Pustaka Indo: Bandung

Muhlisah, F. (1999). Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya

Nurhidayah, Haris, Apriko, & Desi. (2018). Profil Desa Peduli Gambut. Dinas

Desa: Saka Tamiang

Nugroho,F., & Sari, P.R. (2017). Seluk Beluk Sungai. Sukorhajo: CV Sidunata

52
Patty, Novita. 2006. Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) Di Situ

Gintung Ciputat : Tangerang.

Pramudianto. (2011). Sungai Dan Penerapannya. Penerbit Ade:Tasikmalaya

Pratiwi, D. A. (2004). Botani II. Jakarta: Erlangga

Prihmantoro, H. (1997). Tanaman Hias Daun. Jakarta: Penebar Swadaya

Rochgiyanti. (2011). Fungsi Sungai Bagi Mayarakat di Tepian Sungai Kuin Kota

Banjarmasin. Jurnal Komunitas. 3 (1) 52-54. ISSN: 2086-5465

Sitorus. (1995). Pemberdayaan Lahan Basah. PT. Media Indah: Jakarta

Soeapomo, T., & Gembong. (2002). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah


Mada

Soerjani, M. (1991) .Kearifan Manusia Dalam Pembangunan Berwawasan

Lingkungan. PPSM & L Universitas Indonesia: Jakarta

Sudarnadi, H. (1995). Tumbuhan Monokotil. Jakarta: PT. Penebar Swadaya

Wijayakusuma, H. (2005). Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta:


Puspa Swara

Winarsih, S. (2008). Mengenal Gulma. Jakarta: ALPIRIN

Yuniarti. (2010). Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit Acasia Manium Wild


Sebagai Antifungsi dan Pengujiannya Terhadap Fusarium sp dan
Ganoderma sp. Kajian Pemanfaatan Ekstrak Kulit, 190-198

53

Anda mungkin juga menyukai