Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

TINEA KRURIS
Disusun oleh:
Eriza Luthfansyah, S.Ked
1765050063

Pembimbing:
DR. Dr. Ago Harlim, MARS., Sp.KK., FINSDV., FAADV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMIN


PERIODE PEMBELAJARAN JARAK JAUH 30 MARET 2020 – 02 MEI 2020
PERIODE TATAP MUKA 31 SEPTEMBER 2020 – 19 SEPTEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
Gonorrhea
(Masalah Diagnosis)
Eriza Luthfansyah
1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

Pendahuluan
Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat disebabkan
oleh proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discharge, disuria, atau gatal pada
ujung uretra. Temuan fisik yang paling sering ditemukan berupa discharge uretra, sedangkan
temuan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear
dengan pengecatan Gram pada apusan uretra atau dari sedimen pancaran urin awal. Infeksi
uretritis sering diklasifikasikan menjadi Uretritis Gonococcal dan Uretritis Non-gonococcal
(disebut pula uretritis non spesifik) (Khairani, 2010).
Urethritis non gonococcal terjadi pada hampir 80% kasus urethritis, sedangkan urethritis
gonococcal terjadi pada 20% kasus urethritis. Etiologi dari urethritis non gonococcus antara lain:
Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urelitikum, Mycoplasma genitalium, Trichomonas
vaginalis, virus herpes simpleks, Candida albicans, dan bakteri lain (seperti E. Colli, spesies
haemophilus, kuman gram positif (Recant, 2007).
Urethritis gonococcal adalah infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrheae.
Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter
mendekati 0,8 μm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi
yang cekung akan berdekatan. Kultur selama 48 jam pada media yang diperkaya (misalnya
Mueller-Hinton, modified Thayer-Martin), koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau,
meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, tidak
berpigmen dan tidak bersifat hemolitik (Jawetz, 1996).
Gonococcus menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rektum, dan
tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan; hal ini
diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis. Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan nanah
yang berwarna krem kuning dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epididimis.
Pada infeksi yang tidak diobati, sementara supurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-
kadang mengakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada wanita,
infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, mengakibatkan sekret
mukopurulen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba uterina dan menyebabkan salpingitis,
fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas terjadi pada 20% wanita yang menderita salpingitis
gonococci. Servisitis kronis atau proktitis akibat gonococci sering tanpa gejala (Jawetz, 1996).
Ada beberapa perbedaan antara manifestasi klinis urethritis gonorrhea dan urethritis non
gonorrhea. Masa inkubasi untuk urethritis gonorrhea adalah 2-8 hari, sedangkan urethritis non
gonorrhea 7-14 hari. Onset untuk urethritis gonorrhea adalah secara tiba-tiba, sedangkan
urethritis non gonorrhea bertahap. Dysuria yang terjadai urethritis non gonorrhea bersifat
ringan, sedangkan pada urethritis gonorrhea bersifat berat. Duh yang keluar pada urethritis non
gonorrhea bersifat purulen, sedangkan pada urethritis gonorrhea bersifat mukopurulen. Duh
yang keluar pada urehtritis non gonorrhea lebih sedikit dibandingkan dengan urethritis
gonorrhea. (Recant, 2007)
Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson),
parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper).
Namun,penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat pula
menjalar keatas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang
dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior, dapat mengenai trigonum
kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria terminal, dan
hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan
kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu
orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis. Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi yang
timbul biasanya berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan
mungkin prostatitis (Julistia, 2011).
Diagnosis urethritis gonorrhea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis,
dan pemeriksaan laboratorium. Pada pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram
negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intraseluler dan ekstraseluler, dan terdapat
peningkatan leukosit polimorfonuklear (leukosit >5/lpb pada spesimen duh urethra dan >10/lpb
pada urin). Bahan pemeriksaan di ambil dari duh tubuh, pada pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan
rectum (Julistia, 2011).
Pengobatan Gonorrhea berdasarkan buku atlas Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
untuk gonorrhea tanpa komplikasi antara lain : ciprofloxacin 500 mg oral single dose, ofloxacine
400 mg, cefixime 400 mg oral single dose, dan ceftriaxone 125 mg IM single dose. Bila dicurigai
adanya infeksi campuran dengan chlamydia dapat ditambahkan : Erythromycin 4 x 500 mg oral
selama 7 hari, doxycycline 2 x 100 mg/hari per oral selama 7 hari. Untuk gonorrhea dengan
komplikasi meningitis dan endocarditis diberikan ceftriaxone 1-2 g IV setiap 12 jam, untuk
meningitis dilanjutkan 10-14 hari, dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu.
Jika terjadi artritis, tenosynovitis dan dermatitis dapat diberikan antara lain : ciprofloxacin 500
mg IV setiap 12 jam, ofloxacine 400 mg setiap 12 jam, cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam, dan
ceftriaxone 1 g IM / IV tiap 24 jam (Murtiastutik, 2007).
Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan hubungan
seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik
selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore, seseorang dapat terkena kembali, karena
tidak akan terbentuk imunitas untuk gonore. Sarankan juga pasangan seksual pasien untuk
diperiksa untuk mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.
Status Pasien

● Nama/ No. RM : Tn. E

● Jenis Kelamin : Pria

● Umur : 24 tahun

● Alamat : Ciracas

● Pekerjaan : Tidak bekerja

● Pendidikan terakhir : SMA


● Agama : Muslim
● Suku : Jawa
● Status Pernikahan : Belum Menikah

Anamnesis

Autoanamnesis/Aloanamnesis : Autoanamnesis

Tanggal : Senin, 7 September 2020

Keluhan Utama : Nanah pada saat ingin berkemih

Keluhan Tambahan : Terasa nyeri dan panas saat berkemih

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Klinik Sejahtera Ciracas pada tanggal 7 September 2020 dengan
keluhan utama berupa ditemukan nya nanah pada saat ingin berkemih disertai dengan rasa nyeri
dan panas pada saat pasien berkemih

Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluhkan adanya cairan berwarna putih seperti nanah pada
saat ingin berkemih di pagi hari dan mengeleuhkan juga adanya rasa nyeri dan panas saat
berkemih. Keluhan nanah dirasakan terutama pada pagi hari, jumlah nanah pada pasien lebih
banyak bila pasien mencoba mengurut penis pasien. Pasien bercerita awalnya pasien melakukan
hubungan seksual dengan salah satu PSK di daerah ciracas. Pasien terakhir bersenggama dengan
PSK tersebut 4 hari yang lalu. Pasien belum pernah datang untuk berobat dikarenakan ini
merupakan pertama kalinya dan baru 2 hari mengalami keluhan. Pasangan PSK pasien
merupakan seorang wanita. Pasien mengaku melakukan hubungan seks melalui oral dan vaginal
yang dilakukan tanpa kondom. Dalam 1 bulan terakhir pasien belum pernah melakukan
hubungan seksual dengan wanita lain dikarenakan pekerjaan pasien sebagai pelaut. Pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri pada bagian sendi maupun daerah genital, bintil bintil di tangan pun
disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit diabetes melitus, riwayat
penyakit hipertensi, riwayat penyakit hipertiroid, dan riwayat penyakit kulit dan kelamin lainnya
disangkal. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi, baik terhadap obat, debu, maupun terhadap
makanan tertentu. Pasien menyangkal adanya mengonsumsi obat – obat tertentu dalam jangka
panjang sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan Pribadi

Pasien mandi dua kali sehari, namun tidak jarang untuk mandi satu kali dalam sehari.
Pasien mengganti pakaian dalam dua kali sehari, namun tidak jarang pula untuk mengganti
pakaian dalam satu kali sehari. Pasien tidak pernah memakai handuk atau pakaian secara
bergantian antar sesama penghuni rumah. Setelah melakukan kegiatan pasien, yaitu bekerja
sebagai kru kapal, pasien tidak langsung mandi, namun istirahat terlebih dahulu sebelum mandi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien yang tinggal dalam satu rumah tidak ada yang mengalami keluhan
seperti. Pasien.
Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 81x/menit

Suhu : 36.8ºC

Pernafasan : 18x/menit

Berat Badan : 70 kg

Tinggi Badan : 177 cm

Kepala dan Leher

Rambut : Lebat dan hitam, tersebar merata

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Mulut : Tidak tampak geographic tongue

Leher : Tidak teraba adanya perbesaran kelenjar getah bening. Tidak


teraba benjolan

Thorax dan Abdomen

Thorax
Inspeksi : bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : vokal fremitus simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, BJ 1 & 2 reguler
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : mendatar
Palpasi : supel, nyeri tekan
Perkusi : timpani, nyeri, ketok (-)
Auskultasi : bising usus (+), normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), warna kuku dalam batas normal, pitting nails
(-), onikolisis (-) Pembesaran KGB (-)

Pemeriksaan Fisik Tambahan

1. Fenomena Auspitz (-)


2. Fenomena tetesan lilin (-)
3. Fenomena Kobner (-)
4. Pemeriksaan sensibilitas terhadap rasa raba, rasa nyeri, dan perbedaan suhu adalah
baik
Status Dermatologi/Venerologi

Gambar 1. Duh tubuh keluar dari OUE (Pasien pribadi dr. Syahfori W. M.,SC, Sp.KK)

Lokasi : Orificium uretra eksternum (OUE)


Distribusi : Lokal
Ruam : Tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang
keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-)
Status Veneriologis
lnn : tidak diitemukan pembesaran di inguinal
Corpus penis : tidak ditemukan kelainan
Preputium : (-) pasien telah disirkumsisi
Glans penis : tidak ditemukan kelainan
OUE : tidak ditemukan kelainan
Scrotum : tidak ditemukan kelainan
Epididimis : tidak ada nyeri tekan
Testis : tidak ada nyeri tekan
Discharge : purulen, berwarna putih kekuningan
Diagnosa Banding

1. Urethritis Gonorrhoe
2. Urethritis non Gonorrhoe

Pemeriksaan Penunjang

Pewarnaan gram discharge :


- Leukosit >5 per lapang pandang besar
- Ditemukan bakteri diplococcus gram negatif intraseluler dan ekstraseluler
Diagnosis Kerja

Urethritis Gonorrhoe

Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada pasien yaitu:
1. Kausatif : - Cefixime 1x400 mg selama 5 hari
- Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari
2. KIE : - Obat diminum sesuai dosis
- tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan,
atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual

Resep

RESEP
R/ Cefixime 400mg No. V
S 1 ddI
R/ Doxycyclin 100mg No. XIV
S 1 ddII

Pro : Tn. E
Umur : 24 Tahun
Prognosis

Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam
Ad functionum : Dubia ad Bonam
Ad cosmeticum : Dubia ad Bonam
Pembahasan

Gonore adalah suatu peyakit menular seksual yang bersifat akut, disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif, berbentuk biji kopi, letaknya intra atau ekstra
seluler (Murtiastutik, 2007). N. gonorrhoeae terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10%
CO2, dengan suhu 35°C dan pH optimum 7,2-7,6. N. gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan
keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan yang
eksudatif dan juga dapat masuk ke aliran darah (Barakah, 2005).
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore. Penyakit ini dapat mengenai
laki-laki maupun wanita. Gejala yang didapatkan pada laki-laki: keluhan sakit waktu kencing,
orifisium uretra yang oedema dan eritematus, sekret uretra yang purulen. Uretritis akut pada
pria ini dapat menimbulkan komplikasi berupa cowperitis (sakit pada perineum), disuri,
prostatitis (akut: nyeri yang sangat pada perineum dan suprasimfiser, sakit sewaktu defekasi,
kronis: gejala seperti pada akut namun lebih ringan), epididimitis (febris, sakit sehingga sukar
berjalan, odema pada epididimitis, kenyal dan rata kulit skrotum menunjukkan tanda radang
akut, funikulitis odema dan rata), orkho-epididimitis (oedema dan batas tidak jelas), tysonitis &
littritis (terjadi abses para uretra), seminal vesikulitis, sistitis (polakisuri, yang prominen terminal
hematuri). Gonore pada wanita: sebagian besar wanita yang menderita gonore asimtomatik.
Gonore pada wanita sering mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala
keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan disuri yang ringan. Mungkin juga disertai
keradangan kandung seni dengan gejala polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal
hematuri (Barakah, 2005). Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis,
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat
hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi
nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis (Julistia, 2011)

Dari pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan duh tubuh berwarna putih kekuningan,
purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-). Pemeriksaan
fisik ini menunjang ke arah diagnosis urethritis gonorrhea. Status veneriologis: tidak ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening; tidak ditemukan kelainan pada corpus penis, preputium,
glans penis, OUE, skrotum; tidak ada nyeri tekan pada epididimis dan testis; serta didapatkan
discharge purulen berwarna putih kekuningan.
Untuk menegakkan diagnosis dari Urethritis Gonorrhoe dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pengecatan gram. Bahan pemeriksaan didapatkan dari apusan duh penderita. Pada
pengecatan gram ini didapatkan kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang
terletak intra dan ekstraseluler, dan didapatkan leukosit >5 per lapang pandang besar. Pasien
kemudian didiagnosis sebagai uretritis GO dengan dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosis banding dari Urethritis Gonorrhoe adalah Urethritis Non Gonorrhoe yang dapat
disingkirkan dengan penemuan kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang
terletak intra dan ekstraseluler, dan melalui riwayat perjalanan penyakit penderita. Diagnosis
banding dari infeksi gonokokus genitourinari pada perempuan antara lain: infeksi Trichomonas
vaginalis (biasanya memberi gambaran salin positif untuk protozoa), infeksi Candida albicans
(gambarannya gatal dengan eksudat kental atau curdy, dan diagnosis ditentukan dari
kultur/smear organism), Garnerella vaginalis/ bacterial vaginosis (ditandai dengan sindrom well
define, sekret malodorous, keabu-abuan dan acidic, pada pemeriksaan smear ditemukan clue
cell, yields a fishy, amine odor pada alkalinisasi dengan potassium hidroksida). Semua pasien
dengan duh tubuh vagina harus dikultur untuk gonokokus. Walaupun inflamasi vaginitis jarang
terjadi bersamaan dengan gonorrhoe tetapi infeksi campuran sering terjadi. Pada laki-laki,
uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T. vaginalis dan C. Albicans dapat
menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat menyebabkan urethritis pada
populasi umum yang sering dikenal sebagai nongonococcal atau nonspecific atau
postgonococcal urethritis. Urethritis dengan identifikasi patogen (kecuali gonokokus) disebut
nongonococcal urethritis (NGU) (Julistia, 2011).
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi kausatif : Cefixime 1x400 mg
selama 5 hari dan Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari. Pemberian obat ini sesuai dengan
referensi yaitu pemberian cefixime untuk gonorhea dan doxycyclin jika dicurigai ada infeksi oleh
chlamydia.
KIE yang diberikan pada pasien ini yaitu obat diminum sesuai dosis, tidak melakukan
hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila
berhubungan seksual, serta dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan (istri) penderita.
Prognosis dari penyakit ini adalah baik dikarenakan tidak adanya komplikasi yang
menyebabkan kecacatan ataupun yang mengancam jiwa, akan tetapi dapat rekurensi kembali
apabila pasien tidak menerapkan KIE yang diberikan

Rangkuman

Dalam kasus didapatkan seorang pria berusia 24 tahun, datang dengan keluhan adanya
nanah pada lubang kencing dan nyeri pada saat berkemih yang terasa panas. Keluhan dirasakan
sejak 1 hari yang lalu. Diawali pada saat pasien ingin berkemih di pagi hari lalu pasien melihat
adanya nanah pada lubang kencing dan terasa nyerasa nyeri seperti terbakar. Pasien tidak
merasakan adanya keluhan seperti demam, nyeri sendi, nyeri kepala maupun nyeri dada.
Keluhan serupa belum pernah dirasakan sebelumnya. Pasien belum pernah melakukan hubungan
seksual dalam 1 bulan kecuali dengan PSK tersebut, tidak memakai kondom dan melakukan
hubungan seksual oral dan vaginal. Pada status venerology Tampak duh tubuh berwarna putih
kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE)

DAFTAR PUSTAKA
Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2016.

Barakah, Jusuf, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi III. SMF Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Hal :
133-137.

Jawetz, M. & A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 281-285 EGC, Jakarta
Julistia, Renita. 2011. Uretritis Gonore Akut. http://www.scribd.com/doc/
44487945/Uretritis-Gonore-Akut. Diakses tanggal 12 September 2020. Jam 20.00.

Khairani, Erika. 2010. Uretritis Non Spesifik. http://www.scribd.com/doc/


47739961/uretritis-non-GO. Diakses tanggal 13 September. Jam 14.00.

Murtiastutik, Dwi, dkk. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. SMF Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Airlangga University Press. Hal : 226-228.

Recant, R. 2007. Urethritis. http://depts.washington.edu/nnptc/core_training


/clinical/PDF/Urethritis2007.pdf. Diakses tanggal 13 September. Jam 15.00.

Anda mungkin juga menyukai