(HUKUM TERMODINAMIKA)
Disusun oleh:
Kelompok 5
2021/2022
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Apa yang anda rasakan saat memakai baju berwarna hitam, lalu berjalan di
bawah teriknya matahari? Pastinya anda akan merasakan panas yang luar biasa, pada
bab ini kita akan mempelajari tentang perkembangan ilmu panas, dan juga akan
membahas tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan ilmu panas.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah perkembangan ilmu panas (termodinamika)?
2) Siapa sajakah ilmuwan yang bejasa dibalik perkembangan ilmu panas
(termodinamika)?
3. Tujuan
1) Agar pembaca dan pelaku pendidikan dapat memahami sejarah perkembangan
fisika, secara khusus pada perkembangan ilmu panas (termodinamika)m
2) Mengenali ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dibalik perkembangan ilmu panas
(termodinamika).
II. PEMBAHASAN
1. Sejarah Termodinamika
Pada dasarnya, termodinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang panas
sebagai energi yang mengalir. Oleh karena itu, sejarah berkembangnya ilmu
termodinamika berawal sejak manusia mulai “memikirkan” tentang panas. Adalah
Aristoteles (350 SM)seorang filsuf dan ilmuwan Yunani yang mengatakan bahwa
panas adalah bagian dari materi atau materi tersusun dari panas. Konsep dan
pemikiran Aristoteles tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa apapun materi yang
ada di alam ini tersusun atas panas.
Beberapa abad kemudian, penalaran yang dilakukan oleh Aristoteles
diteruskan oleh Galileo Galilei (1593). Galileo berhipotesa bahwa panas adalah
sesuatu yang dapat diukur. Hal itu dapat dibuktikan penemuannya berupa termometer
air. Perlu diketahui bahwa konsep dan pemikiran Aristoteles bukanlah berdasarkan
eksperimen namun merupakan teori yang dihasilkan berdasarkan intuisi dari
pemikirannya. Berbeda dengan Aristoteles, Galileo mendasarkan teorinya dengan
eksperimen yang dilakukan (walaupun percobaannya sangat bersifat sederhana)
sehingga antara teori dan eksperimen saling mendukung satu sama lain. Setelah
beberapa abad penemuan Galileo tersebut, Sir Humphrey Davy dan Count Rumford
(1799)berhasil menyimpulkan bahwapanas adalah sesuatu yang mengalir. Kesimpulan
ini mendukung prinsip kerja termometer, tapi membantah pernyataan Aristoteles. Jika
dikaji dengan baik kita dapat menyimpulkan bahwa seharusnya Hukum Ke-Nol
Termodinamikadirumuskan saat itu, tapi karena termodinamika belum berkembang
sebagai ilmu, maka belum terpikirkan oleh para ilmuwan mengenai hukum yang
bekerja “pada panas yang mengalir” tersebut.
Pada tahun 1756 Joseph Black mengemukakan teorinya tentang panas atau
yang lebih sering dikenal dengan Asas Black pada termodinamika. Eksperimen yang
dilakukan Joseph Black yaitu pada proses pembekuan dan pendidihan air dan
campuran air-alkohol yang mengawalinya pada konsep kalor laten leburan. Dia
melakukan penelitian yang sama untuk kalor laten penguapan, yang merupakan awal
dari konsep kapasitas kalor atau kalor spesifik.
Pada tahun 1778, Thomas Alfa Edison memperkenalkan mesin uap pertama
yang mengkonvesi panas menjadi kerja mekanik. Selanjutnya, mesin tersebut
disempurnakan oleh Sardi Carnot (1824). Saat itu, Cranot berupaya menemukan
hubungan antara panas yang digunakan dan kerja mekanik yang dihasilkan. Hasil
pemikirannya merupakan titik awal perkembangan ilmu termodinamika klasik dan
beliau dianggap sebagai Bapak Termodinamika.
Pada 1802, Gay-Lussac pertama kali merumuskan hukum bahwa gas
berkembang secara linear dengan tekanan tetap dan suhu yang bertambah (biasanya
banyak dikenal sebagai Hukum Charles).
Pada tahun 1802 Joseph Louis Gay-Lussac menyelidiki pemuaian gas yang
dipanaskan. Dia mengulangi percobaan Alexander Caesar Charles. Gay-Lussac
menemukan bahwa bila gas dipanaskan pada tekanan tetap, volumenya bertambah
besar sebanding dengan suhu mutlak. Bila suhunya dinaikkan dua kali lipat, maka
volumenya bertambah dua kali lipat. Hukum ini ditemukan pada tahun 1787, tetapi
Charles tidak mempublikasikannya dalam buku oleh karena itu,hukum itu kadang-
kadang disebut hukum Gay Lussac. Pada 24 Agustus 1804 Gay Lussac dan Jean
Baptiste Biot naik balon udara dan mencapai ketinggian 4000 m. Bulan berikutnya
Gay Lussac sendirian naik balon udara dan mencapai ketinggian 7016 m, untuk
menyelidiki berbagai macam tekanan dan suhu udara.
Pada tahun yang sama Julius Robert Mayer untuk pertama kali mengajukan
bahwa kalor atau sering kita ucapkan sebagai panas merupakan salah satu bentuk
energi. Mayer menyimpulkan bahwa di daerah tropis diperlikan lebih sedikit
pembakaran makanan untuk menjaga agar tubuh konstan,dan panas dari pembakaran
makanan itu lebih banyak dipakai untuk melaksanakan kerja dari individu.Jika
ternyata kalor dapat diubah menjadi usaha,hal ini berarti bahwa keduanya merupakan
bentuk energi. Mayer mempublikasikan pemikirannya itu tahun 1842.
Pada tahun 1845, James P. Joule merumuskan Hukum Kekekalan Energi,
yaitu "Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan." Dia menyimpulkan
bahwa panas dan kerja adalah dua bentuk energi yang satu sama lain dapat dikonversi.
Kesimpulan ini didukung pula oleh Rudolf Clausius, Lord Kelvin (William
Thomson), Helmhozt, dan Robert Mayer.
Selanjutnya, para ilmuwan ini merumuskan hukum pertama termodinamika
(1850). Setahun sebelumnya, Lord Kelvin telah memperkenalkan istilah
termodinamika melalui makalahnya: “An Account of Carnot’s Theory of the Motive
Power of Heat”.Buku pertama tentang termodinamika ditulis oleh William Rankine
pada tahun 1859, inti dari buku yang ditulis oleh Rankine “perubahan energi dalam
dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi panas
yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem”.
Pada tahun 1824 Carnot menemukan dan merumuskan hukum kedua
termodinamika dan memberikan model universal atas mesin panas, sebuah mesin,
yang mengubah energi panas ke dalam bentuk energi lain, misalnya energi kinetik
(sekarang bernama siklus Carnot). Untuk selanjutnya Sadi Carnot melalui teorinya itu
meneruskan mesin uap buatan Thomas Alva Edison.
Setelah mempelajari mesin Carnot, Lord Kelvin, Planck, menyimpulkan
bahwa pada suatu mesin siklik tidak mungkin kalor yang diterima mesin diubah
semuanya menjadi kerja, selalu ada kalor yang dibuang oleh mesin. Hal ini karena
adalah sifat sistem yang selalu menuju ketidakteraturan, entropi meningkat. Saat itu
hukum kedua termodinamika diperkenalkan (1860). Menurut Clausius, besarnya
perubahan entropi yang dialami oleh suatu sistem, ketika sistem tersebut mendapat
tambahan kalor (Q) pada temperatur tetap dinyatakan melalui konsep berikut: “total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya”.
Pada volume tetap kesetimbangan dalam sebuah sistem akan cenderung
berubah dalam arah untuk melawan perubahan suhu yang ditentukan pada sistem ini.
Penurunan suhu menyebabkan lepasnya panas dan menaikkan suhu menyebabkan
penyerapan panas. Asas kesetimbangan bergerak ini digeneralisasi 1885 oleh Henri
Louis le Chatelier yang memperluas dengan perubahan volume untuk perubahan
tekanan yang dipaksakan; ini dikenal sebagai asas van 't Hoff-Le Chatelier. Selama
tahun 1873-1976, fisikawan matematika Amerika Josiah Willard Gibbs menerbitkan
tiga makalah, salah satunya adalah On the Equilibrium of Heterogeneous Substances.
Makalah tersebut menunjukkan bahwa proses termodinamika dapat dijelaskan secara
matematis, dengan mempelajari energi, entropi, volume, temperatur dan tekanan
sistem, sedemikian rupa untuk menentukan apakah suatu proses akan terjadi secara
spontan, Equilibrium Gibbs menandakan awal termodinamika kimia dengan
mengintegrasikan fenomena kimia, fisika, listrik, dan elektromagnetik menjadi satu
sistem yang koheren. Karya ilmiah ini memperkenalkan konsep-konsep seperti
potensi kimia, aturan fase, dan lain-lain, yang membentuk dasar kimia fisik modern.
On the Equilibrium of Heterogeneous Substances awalnya diterbitkan di
sebuah jurnal Amerika Serikat yang relatif kurang terkenal, yaitu Transactions of the
Connecticut Academy, dalam beberapa bagian pada tahun 1875 sampai 1878 (meski
sebagian besar sumber menyebut "1876" sebagai tahun penerbitannya).Karya ilmiah
ini masih belum diketahui publik sampai akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa
Jerman oleh Wilhelm Ostwald dan bahasa Perancis oleh Henry Louis Le Chatelier.
Pada abad ke-19, James P. Joule mempelajari cara memanaskan air dalam
sebuah wadah menggunakan roda pengaduk dan membandingkan memanasnya air
akibat putaran roda pengaduk dengan memanasnya air dalam wadah yang disentuhkan
dengan nyala api atau sumber listrik. Berdasarkan percobaannya, Joule
menyimpulkan bahwa panas atau kalor bukan energi (kalor bukan suatu jenis energi
tertentu, seperti energi kinetik, energi potensial, energi kimia dll).Panas atau kalor
adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu.Jadi ketika panas atau kalor
mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah,
sebenarnya energi yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang
bersuhu rendah. Perpindahan energi terhenti setelah benda-benda yang bersentuhan
mencapai suhu yang sama atau keseimbangan termal. Secara umum, proses
perpindahan panas dapat diklasifikasikan dalam 3 cara yaitu, secara konduksi,
konveksi dan radiasi.
Pada awal abad ke-20, ahli kimia seperti Gilbert N. Lewis, Merle Randall, dan
EA Guggenheim mulai menerapkan metode matematis Gibbs tersebut untuk analisis
proses kimia yang disebut termodinamika kimia. Pada tahun 1885, Boltzman
menyatakan bahwa energi dalam dan entropi merupakan besaran yang menyatakan
keadaan mikroskopis sistem. Pernyataan ini mengawali berkembangnya
termodinamika statistik, yaitu pendekatan mikroskopis tentang sifat termodinamis
suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan partikel-partikel yang menyusunnya.
Termodinamika statistik merupakan cabang termodinamika yang menyediakan
penafsiran tingkat molekul terhadapbesaran-besaran termodinamika seperti kerja,
kalor, dan entropi. Masalah mendasar dalam termodinamika statistik adalah
penentuan distribusi energi E di antara N sistem identik.Dasar-dasar termodinamika
statistik ditetapkan oleh fisikawan seperti James Clerk Maxwell, W. Nernst, Ludwig
Boltzmann, Max Planck, Rudolf Clausius dan J. Willard Gibbs. Pada tahun 1906
Giauque dan W. Nernst merumuskan hukum ketiga termodinamika yaitu: “pada saat
suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum”
Pada tahun 1911, Einstein menyatakan bahwa massa merupakan perwujudan
dari energi ( E=mc 2). Hal ini kemudian dibenarkan oleh ilmuwan mekanika kuantum
(1900-1940) bahwa radiasi sebagai bentuk energi bisa bersifat sebagai partikel.
Pernyataan ini seakan-akan membenarkan penalaran Aristoteles sebelumnya bahwa
materi = energi. Pada tahun 1950, para ilmuwan, seperti Carl Anderson menemukan
adanya partikel antimateri yang bisa memusnahkan materi.
SISTEM
Lingkungan
W+
W-
Gambar 1. Penjelasan Hukum I Termodinamika
c) Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah
dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.
d) Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.
Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna
pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Konsep Suhu
Konsep suhu alias temperatur sebenarnya berawal dari rasa panas dan dingin
yang dialami oleh indera peraba kita. Berdasarkan apa yang dirasakan oleh indera
peraba, kita bisa mengatakan suatu benda lebih panas dari benda yang lain. Atau suatu
benda lebih dingin dari benda lain. Ukuran panas atau dinginnya suatu benda ini
dikenal dengan julukan suhu alias temperatur. Benda yang terasa panas biasanya
memiliki suhu yang lebih tinggi. Semakin dingin suatu benda, semakin rendah
suhunya. Sebaliknya, semakin panas suatu benda, semakin tinggi suhunya. Tetapi
ukuran panas atau dinginnya suatu benda yang hanya didasarkan pada sentuhan
(indera peraba) ini sebenarnya tidak terlalu jelas. Apa yang dirasakan oleh setiap
orang bisa saja berbeda. Demikian juga, walaupun menyentuh benda yang sama,
panas yang dirasakan oleh bagian tubuh yang berbeda bisa saja berbeda.
Asas Black
Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph
Black. Asas ini menjabarkan:
Apabila dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih
panas melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu keduannya
sama.
Banyaknya kalor yang dilepas benda yang lebih panas = banyaknya kalor yang
diterima benda yang lebih dingin.
Sebuah benda untuk menurunkan ∆T akan melepaskan kalor yang sama besarnya
dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan benda itu untuk menaikkan suhunya
sebesar ∆T juga
III. KESIMPULAN
IV. DAFTAR PUSTAKA
Sudarbi, M. H. (2015). Sejarah Perkembangan Fisika. Kupang: Universitas Nusa
Cendana.
Tanelab. N. J. I. (2015). Sejarah Fisika Perkembangan Fisika Klasik, Fisika Modern,
Ilmu Mekanika, Ilmu Panas, Ilmu Optik, dan Ilmu Astronomi. Kupang: Universitas
Nusa Cendana.
Mutia. I. F. (2019). Hukum I Termodinamika.
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Termodinamika-
anto/topik1.html. Diakses pada hari Minggu Tanggal 24 Oktober 2021 pukul 21.43
WIB.
V. TANYA JAWAB