Anda di halaman 1dari 27

AUDIT ENTITAS ISLAM

DRS. MUHAMMAD ASHARI, SE., Ak., M.SA., CA.

MAKALAH

“AUDIT KEPATUHAN SYARIAH PADA ASURANSI SYARIAH”

OLEH: KELOMPOK 2

1. HARPIANI HASDAR (A031181033)


2. HASTRINA (A031181333)
3. HUSNUL KHATIMAH (A031181021)
4. NUR AZIKIN (A031181019)
5. NURHADIJA (A031181348)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Audit Kepatuhan Syariah pada Asuransi Syariah”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhamad SAW yang
telah membawa kita kejalan yang lurus seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas partisipasi


mahasiswa dalam presentasi makalah, dan dimana diharapkan bisa mengambil
pelajaran dan manfaat dari makalah serta bisa mengembangkan kompetensi dalam
pengetahuan dan pembelajaran tentang konsep audit kepatuhan syariah khususnya
pada lembaga asuransi syariah.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi


kami dan bagi para pembaca.

Makassar, 30 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2

A. Audit Kepatuhan Syariah pada Asuransi Syariah ........................................2


B. Akad/Kontrak pada Asuransi Syariah ..........................................................8
C. Produk dan Jasa pada Asuransi Syariah .....................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................23

A. Kesimpulan ................................................................................................23
B. Saran ..........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali
dengan lahirnya perbankan syariah, yaitu Bank Muamalat pada tahun 1992.
Selanjutnya diikuti lahirnya asuransi syariah pertama di Indonesia PT
Syarikat Takaful Indonesia (STI) pada tahun 1994. Asuransi syariah
Takaful didirikan atas inisiasi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI), Departemen Keuangan RI serta beberapa pengusaha Muslim
Indonesia.
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan (al-birri wal taqwa) atau disebut juga sebagai
sharing of risk. Dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada
kumpulan dana tabarru’, mudharib (perusahaan asuransi) diawasi secara
teknis dan operasional oleh komisaris, dan secara syar’i diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan
syariah. ini dikarenakan transaksi-transaksi yang berlaku pada asuransi
syariah sangat khusus jika dibandingkan dengan asuransi konvensional.
Pelaksanaan fungsi kepatuhan dalam Asuransi syariah yakni proses
meyakinkan kadar kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah yang berlaku,
memitigasi risiko operasional yang akan muncul dan memperkuat system
pengendalian internal, juga memastikan bahwa aktivitas-aktivitas yang
dilakukan tidak melanggar syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara
menyeluruh terhadap aktivitas lembaga asuransi syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana audit kepatuhan Syariah pada asuransi Syariah?
2. Bagaimana akad/kontrak pada asuransi Syariah?
3. Apa saja produk dan jasa pada asuransi Syariah?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui audit kepatuhan Syariah pada asuransi Syariah
2. Untuk mengetahui akad/kontrak pada asuransi Syariah
3. Untuk mengetahui produk dan jasa pada asuransi syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Audit Kepatuhan Syariah pada Asuransi Syariah


Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dikatakan bahwa:
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.
Dari definisi tadi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Asuransi
syariah merupakan usaha tolong menolong dan saling melindungi antar
sesama umat manusia dengan cara menghibahkan sejumlah dana ke dalam
bentuk rekening dana tabarru’ atau dana kebajikan untuk tolong menolong,
yang dapat dimanfaatkan atau diberikan jika salah satu dari kumpulan umat
manusia tadi mengalami suatu risiko tertentu dalam kehidupan ini seperti
kecelakaan, sakit, cacat atau meninggal dunia. Perjanjian antar kumpulan
umat manusia tadi di ikat dalam suatu akad yang sesuai dengan prinsip
Syariah yang tentunya berbeda dengan asuransi konvensional. Adapun
perbedaannya dapat kita lihat pada tabel berikut:

No Prinsip yang Asuransi Asuransi


Digunakan Konvensional Syariah
1. Konsep dan Akad Perusahaan asuransi Konsep kerjasama
yang digunakan (Penanggung) dari sekumpulan
mengikatkan diri orang untuk saling
kepada Tertanggung membantu, saling
dengan menerima premi menjamin, dengan
asuransi untuk tujuan cara
proteksi dengan mengeluarkan
akad Jual Beli dana tabarru'
(dana sosial)

2
(Mu'awadah, Idz'aan, dengan akad
Gharar, dan Mulzim) Tabarru’ dan
Akad Tijarah
(Mudharabah,
Wakalah, Wadiah,
Syirkah)
2. Dewan Pengawas Tidak ada Ada, berfungsi
Syariah (DPS) mengawasi
pelaksanaan
operasional
perusahaan agar
sesuai dengan
prinsip syariah
3. Sistem Transfer of Risk, yaitu Sharing of Risk, di
Perlindungan transfer risiko dari mana terjadi
Resiko Tertanggung kepada proses saling
Penanggung menanggung
antara satu peserta
dengan peserta
lainnya
5. Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan Ada pemisahan
dana, yang berakibat dana pengelola
terjadinya dana hangus dan peserta,
sehingga tidak ada
dana hangus
6. Status Dana dari premi peserta Dana milik
Kepemilikkan seluruhnya menjadi peserta, Asuransi
Dana milik perusahaan Syariah hanya
sebagai pemegang
amanah
mengelola dana

3
7. Sumber Sumber biaya klaim Sumber biaya
Pembayaran Klaim adalah rekening klaim dari
perusahaan rekening tabarru',
di mana peserta
saling
menanggung
8. Profit Keuntungan dari Keuntungan
Surplus Underwrting, bukan milik
Komisi Reasuransi, dan perusahaan tetapi
Hasil Investasi adalah dilakukan Bagi
milik perusahaan Hasil dengan
peserta

Urgensi Audit Kepatuhan Syariah dalam Asuransi syariah yakni


proses meyakinkan kadar kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah yang
berlaku, memitigasi risiko operasional yang akan muncul dan memperkuat
system pengendalian internal. Menurut Harahap (2002), ada tiga tahapan
audit kepatuhan syariah yaitu:

1. Perencanaan
Auditor harus memahami tentang jalannya bisnis lembaga keuangan
islam dalam hal ini asuransi syariah. Menurut Junaidi (2018:14) asuransi
syariah merupakan praktek tanggung menanggung diantara peserta untuk
mendapatkan rasa aman, nyaman untuk menghadapi resiko yang
kemungkinan menimpa mereka berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Setelah
mengetahui dan memahami definisi dari asuransi syariah, hal penting juga
yang harus diketahui adalah sifat akad/kontrak yang digunakan untuk
berbagai jenis produk/layanan yang diberikan. Hal ini akan menjadi dasar
auditor untuk mengidentifikasi teknik yang tepat, sumber daya dan ruang
lingkup untuk mengembangkan program audit. Program audit kemudian
akan mengidentifikasi kegiatan utama yang akan dilakukan, tujuan dari

4
setiap kegiatan dan teknik yang akan digunakan, termasuk teknik sampling
dalam rangka mencapai tujuan audit.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang terkait dilakukan setelah
perencanaan dibuat secara matang. Auditor syariah menjadikan aturan
kepatuhan syariah menjadi pedoman dalam menilai kesesuaian
akad/kontrak dan produk yang dibuat dan dijalankan oleh asuransi syariah.
Pedoman yang dimaksud yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia yang mengatur tentang Asuransi Syariah, aturan
stakeholder terkait seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Standar
yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organizations for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI).
Menurut Rahman (2008) dalam Wardayati (2016), terdapat
metodologi pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan
pemeriksaan terhadap lembaga keuangan syariah:
a. Pendekatan Prinsip Halal and Haram
Salah satu dari metode audit kepatuhan syariah adalah
mengobservasi secara ketat kehalalan dan ketiadaan keharaman
sebagaimana yang diperintahkan Allah. Prinsip- prinsip syariah
merefleksikan bahwa aturan ketuhanan melarang keras prinsip bunga
(riba), ketidakpastian (gharar), judi (maisir) dan komoditas terlarang
seperti khamar dan babi. Metode ini menempatkan prinsip-prinsip
syariah pada aturan legal yang fundamental seputar transaksi bisnis dan
keuangan yang dinilai benar.
b. Pendekatan akad
Unsur-unsur halal dan haram berhubungan pada instrumen
keuangan yang ditentukan oleh legalitas akad atau kontrak islami. Akad
dapat didefiniskan sebagai penghubung permohonan (ijab) dan
penerimaan (qabul). Adapun kontrak yang terjadi tersebut berdasarkan
pada pemenuhan empat prinsip akad, yaitu: pembeli dan penjual, harga,
objek akad dan ijab qabul.

5
c. Pendekatan dokumentasi legal
Tujuan dari dokumentasi legal ini adalah sebagai sarana
memberikan rasa aman dalam pelaksanaan transaksi, di mana hak-hak,
kewajiban, dan tanggung jawab secara jelas terpaparkan pada kontrak.
Untuk meyakinkan bahwa produk baru dan seluruh akad produk
perbankan syariah sepenuhnya patuh pada prinsip-prinsip syariah,
badan kebijakan pemantauan syariah mengidentifikasi elemen-elemen
yang dilarang dalam kontrak, seperti:
- Keterpaksaan (ikrah).
- Kekeliruan dan kesalahan (ghalat/khata’): untuk pihak-pihak yang
terlibat dan objek akad.
- Ketidaksetaraan (ghubn): baik yang dampaknya serius maupun
tidak.
- Muslihat (taghrir): yang bersifat verbal maupun non-verbal.
- Barang/asset yang illegal.
- Tujuan/motivasi yang illegal
3. Pelaporan
Menurut AAOFI, Auditor harus meninjau dan menilai kesimpulan
yang diambil dari bukti audit yang diperoleh sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Elemen dasar laporan Auditor
adalah sebagai berikut: Judul, Alamat yang dituju, pembuka atau pengantar
paragraf, paragraf lingkup, referensi untuk asifis dan standar nasional yang
relevan, deskripsi pekerjaan auditor, paragraf opini, tanggal laporan, alamat
auditor, dan tanda tangan auditor.
Accounting and Auditing Organizations for Islamic Financial
Institutions (AAOIFI) juga telah membuat standar yang dapat menunjang
proses audit terkhusus dalam pendekatan pelaporan yang dibuat oleh
lembaga keuangan islam yakni:
a) Objective and Principles of Auditing (Tujuan Dan Prinsip Audit).
Tujuan utama dari audit IFI terletak pada pernyataan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan disusun dalam semua hal material
sesuai dengan Prinsip Syariah Peraturan dan standar akuntansi dari

6
AAOIFI serta relevan dengan standar akuntansi nasional dan praktek di
negara di mana lembaga keuangan beroperasi. Hal ini dilakukan agar
auditor memberikan pandangan yang benar dan adil terhadap laporan
keuangan. Auditor harus sesuai dengan kode dan etika sebagai akuntan
profesional yang diterbitkan oleh AAOIFI dan Federasi Internasional
akuntan yang tidak bertentangan dengan aturan Islam dan prinsip-
prinsip. Adapun prinsip-prinsip etis yang mengatur tanggung jawab
profesional auditor meliputi:
- Kebenaran
- Integritas
- Kepercayaan
- Keadilan
- Kejujuran
- Independen
- Obyektifitas
- Professional competence
- Due care
- Kerahasiaan
- Profesional behavior
- Standar teknis
b) Tanggung jawab auditor untuk mempertimbangkan penipuan dan
kesalahan dalam audit laporan keuangan.
Standar ini memberikan pedoman pada karakteristik penipuan dan
kesalahan serta tanggung jawab auditor dalam menetapkan prosedur
minimum yang berhubungan dengan penipuan dan kesalahan.
Tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan disusun dalam semua hal yang material, sesuai
dengan aturan Islam dan prinsip-prinsip Syariah, standar akuntansi dari
AAOIFI dan standar nasional yang relevan dan persyaratan perundang-
undangan.

7
c) Prosedur Audit berkelanjutan.
Ada beberapa metodologi langkah-langkah penting yang harus
diambil untuk memiliki HAS dari Lembaga Keuangan Islam. Adapun
metodologi tersebut harus diawali dengan pertimbangan awal karena
pertimbangan awal merupakan pertimbangan yang sangat penting
dalam menjaga tata kelola perusahaan yang baik dan memastikan
kepatuhan syariah. Pertimbangan awal tersebut sebagai berikut:
• Continuous of Monitoring and Auditing.
Pemantauan ini akan membantu memastikan kebijakan, prosedur
dan proses bisnis beroperasi secara efektif dan membantu pihak
manajemen menilai efektivitas pengendalian internal. Hal Ini
biasanya melibatkan pengujian otomatis kegiatan sistem dalam
proses bisnis yang diberikan terhadap aturan kontrol dan frekuensi
didasarkan pada siklus bisnis yang mendasarinya. Sementara audit
kontinu adalah kinerja otomatis pengendalian dan penilaian risiko
pada setiap hari terus-menerus.
• Meta Control
Meta Control adalah tingkat kontrol ekstra sebagai sistem
peringatan.
• Independent and objectivity.
Hal ini penting bagi auditor untuk memastikan proses audit terus
menerus memiliki sistem checks and balances untuk menjaga
obyektivitas pekerjaan mereka selama audit.
B. Akad/Kontrak pada Asuransi Syariah
Pada dasarnya saat melakukan transaksi asuransi syariah, maka di
dalamnya menggunakan akad untuk mencapai sebuah kesepakatan. Dalam
hal ini, akad yang diberikan harus sesuai dengan syariah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Berdasarkan
Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 21/DSN-MUI/X/2001 dijelaskan
bahwa akad tersebut adalah:

8
1. Akad Tijarah
Akad tijarah merupakan akad yang dilakukan dengan tujuan
komersial. Bentuk akadnya menggunakan mudharabah. Jenis akad tijarah
dapat diubah menjadi jenis akad tabarru' bila pihak yang tertahan haknya,
dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak
yang belum menunaikan kewajibannya. Akad tijarah ini bertujuan untuk
mengelola uang premi yang telah diberikan kepada perusahaan asuransi
syariah yang berkedudukan sebagai pengelola (Mudarib), sedangkan
nasabahnya berkedudukan sebagai pemilik uang (shahibul mal). Ketika
masa perjanjian habis, maka uang premi yang diakadkan dengan akad
tijarah akan dikembalikan beserta bagi hasilnya (Fatwa DSN No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).
➢ Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam Akad Tijarah:
1) Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap baik secara tertulis
maupun lisan tentang akad atau transaksi yang dilakukan.
2) Melihat apakah akad telah sesuai dengan fatwa DSN–MUI dan
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
3) Menguji apakah perhitungan bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip
syariah.
4) Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian akad ini.
5) Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat yang meliputi:
a. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap
hukum.
b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
- Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan
tujuan kontrak (akad).
- Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
- Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

9
c. Modal merupakan sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib dengan tujuan modal tersebut
dikelola dengan syarat sebagai berikut:
- Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
- Modal dapat berupa uang atau barang yang dinilai. Apabila
modal yang diberikan dalam bentuk aset, maka aset tersebut
harus dinilai pada waktu akad.
- Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan
kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
d. Keuntungan merupakan jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari
modal. Adapun syarat keuntungan yang harus dipenuhi, yaitu:
- Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh
disyaratkan hanya untuk satu pihak.
- Keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak yang disepakati dan harus dalam
bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan.
Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.
e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan
(muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, berikut yang
harus diperhatikan:
- Kegiatan usaha ialah hak eksklusif mudharib, tanpa campur
tangan penyedia dana, namun ia memiliki hak untuk melakukan
pengawasan.
- Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola
sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah, yaitu keuntungan.
- Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah, dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

10
6) Memastikan bahwa uang atau modal yang diberikan oleh mudharib
digunakan atau disalurkan untuk jenis kegiatan usaha yang bertentangan
dengan syariah antara lain adalah:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ ialah segala bentuk akad yang bertujuan dalam
kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
Kemudian akad dalam akad tabarru meliputi; akad hibah dan akad tabarru’
tidak bisa berubah menjadi akad tijaroh. Dalam akad tabarru’ (hibah),
peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta
lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai
pengelola dana hibah berdasarkan (Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001
tentang Pedoman Umum Asuransi Syari'ah).
Akad Tabarru' ialah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari
satu peserta kepada Dana Tabarru' untuk tujuan tolong menolong diantara
para peserta,yang tidak bersifat clan bukan untuk tujuan komersial
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan
Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah). Menurut fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:
53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi Syari’ah
menyatakan bahwa kedudukan para Pihak dalam akad tabarru’ yaitu sebagai
berikut:
a. Dalam akad tabarru’(hibah), peserta memberikan dana hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa
musibah.

11
b. Peserta secara individu adalah pihak yang berhak menerima dana
tabarru’ (mu’amman/mutabarra’ lahu, dan secara kolektif selaku
penanggung (mu’ammin/mutabarri’).
c. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar
akad wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.
➢ Akad Tabarru' wajib memuat ketentuan berikut:
a. Kesepakatan para peserta untuk saling tolong menolong (tn'awuni).
b. Hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu.
c. Hak dan kewajiban peserta secara kolektif dalam kelompok.
d. Cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/ klaim.
e. Ketentuan terkait boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh
peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh peserta.
f. Ketentuan tentang alternatif dan persentase pembagian Surplus
Underwriting.
g. Ketentuan lain yang disepakati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah).

Untuk akad tijarah dan akad tabarru’ ini, terdapat beberapa akad
yang mengkuti dalam pelaksanaannya. Akad-akad tersebut terdiri atas:

1. Akad Wakalah bil Ujrah


Akad Wakalah bil Ujrah merupakan akad Tijarah yang memberikan
kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana
Tabarru' atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang
diberikan dengan imbalan berupa ujrah (fee). Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip
Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah.Akad Wakalah bil Ujrah diperbolehkan dalam praktek
asuransi syariah yang dilakukan antara perusahaan asuransi syariah dan
peserta di mana posisi perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dan
memperoleh fee karena telah mendapatkan kuasa dari peserta.

12
Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 52/DSN-
MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah Dan
Reasuransi Syari’ah,
➢ Objek Wakalah bil Ujrah antara lain:
a. Kegiatan administrasi
b. Pengelolaan dana
c. Pembayaran klaim
d. Underwriting
e. Pengelolaan portofolio risiko
f. Pemasaran
g. Investasi
➢ Akad Wakalah bil Ujrah wajib memuat beberapa hal di bawah ini:
a. Objek yang dikuasakan pengelolaannya.
b. Hak dan kewajiban peserta secara kolektif dan/atau peserta secara
individu sebagai mutoakkil (pemberi kuasa).
c. Hak dan kewajiban perusahaan sebagai toakil (penerima kuasa)
termasuk kewajiban perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian
yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan
pengelolaan nvestasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja,
kelalaian, atau wanprestasi yang dilakukan perusahaan.
d. Batasan kuasa atau wewenang yang diberikan peserta kepada
perusahaan.
e. Besaran, dan waktu pemotongan ujrah (fee).
f. Ketentuan lain yang disepakati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2010 Tentaang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah).
➢ Kedudukan dan ketentuan para pihak dalam Akad Wakalah bil Ujrah:
a. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat
kuasa untuk mengelola dana.
b. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan
tabarru’, bertindak sebagai muwakkil(pemberi kuasa) untuk mengelola
dana.

13
c. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak
sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana.
d. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang
diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa).
e. Akad Wakalah merupakan salah satu akad yang bersifat amanah (yad
amanah) dan bukan tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak
menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee
yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
f. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak mendapatkan bagian
dari hasil investasi, karena akad yang digunakan ialah akad Wakalah
(Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 52/DSN-MUI/III/2006Tentang
Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah Dan Reasuransi
Syari’ah).
2. Akad Mudharabah Musytarakah
Akad Mudharabah Musytarakah merupakan turunan dari akad
Tijarah yang memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib untuk
mengelola investasi dana Tabarru' atau dana Investasi peserta, yang
digabungkan dengan kekayaan perusahaan, sesuai dengan kuasa atau
wewenang yang diberikan dengan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang
besarnya ditentukan berdasarkan komposisi kekayaan yang digabungkan
dan telah disepakati sebelumnya dalam (Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip
Syariah).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional No: 51/DSN-MUI/III/2006
tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah menyatakan
bahwa akad tersebut bisa dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah karena
hal ini merupakan bagian dari mudharabah yang merupakan gabungan dari
akad Mudharabah dan Musytarakah. Pada dasarnya Akad Mudharabah
Musytarakah adalah salah satu akad yang mana modal perusahaan asuransi
syariah dan nasabah digabungkan untuk diinvestasikan dan posisi
perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola.

14
➢ Akad Mudharabah Musytarakah harus memenuhi beberapa hal berikut:
a. Hak dan kewajiban peserta secara kolektif atau peserta secara individu
sebagai shahibul mal (pemilik dana).
b. Hak dan kewajiban perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana)
termasuk kewajiban perusahaan untuk menanggung semua kerugian
yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang dilakukan
karena kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanprestasi yang
dilakukan perusahaan.
c. Batasan wewenang yang diberikan peserta kepada perusahaan.
d. Cara dan waktu penentuan besar kekayaan peserta dan kekayaan
perusahaan.
e. Bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi.
f. Ketentuan lain yang disepakati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor
18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi Dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah).
➢ Kedudukan para pihak dalam akad Mudharabah Musytarakah:
a. Perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan
sebagai musytarik (investor).
b. Peserta (pemegang polis) dalam produk saving, bertindak sebagai
shahibul mal(investor).
c. Para peserta (pemegang polis) secara kolektif dalam produk non saving,
dapat digunakan untuk produk tabungan maupun non tabungan.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 51/DSN-
MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi
Syariah).
C. Produk dan Jasa pada Asuransi Syariah
Di abad ke-21 ini tentu kata asuransi sudah tak asing di telinga kita
khususnya asuransi syariah yang saat ini tren perekonomian nya semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Asuransi syariah adalah usaha saling tolong
menolong (ta’awuni) dan melindungi (takafuli) diantara para peserta
melalui pembentukan kumpulan dana (tabarru’) yang dikelola sesuai
dengan prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu, adalah pengertian

15
produk asuransi syariah menurut Astra, 2017. Sesuai dengan namanya,
asuransi syariah tidak boleh mengandung unsur gharar, maysir, dan riba,
Zulmu, riswah, barang haram dan perbuatan maksiat.

Cara mendapatkan produk asuransi syariah:

Sumber: sikapiuangmu.ojk.go.id

Salah satu jenis asuransi syariah di Indonesia adalah asuransi takaful


dimana memiliki banyak jenis produk dan tiap produk yang ditawarkan
memiliki manfaat dan kegunaanya masing-masing. Tiap masyarakat dapat
memilih produk asuransi syariah sesuai dengan kebutuhannya. Produk
asuransi Takaful sendiri terdiri atas asuransi takaful individu, asuransi
takaful grup dan asuransi takaful umum.
1. Produk Takaful Individu
Menurut Sudarsono, 2008 menyatakan bahwa produk takaful individu
terbagi atas dua yaitu produk takaful individu tabungan (saving) dan produk
takaful individu non-tabungan (non-saving).
a. Produk-Produk Tabungan
Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis
berikut ini:
a) Takaful Dana Investasi. Takaful Dana Investasi yang menjamin dan
memberikan perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi ahli
waris bila nasabah meninggal dunia lebih awal. Menurut Sudarsono,

16
2008 takaful dana investasi merupakan suatu bentuk perlindungan untuk
perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana
dalam mata uang rupiah atau US Dolar sebagai dana yang
diperuntukkan bagi ahli waris jika ditakdirkan meninggal dunia lebih
awal atau sebagai bekal untuk hari tuanya.
b) Takaful Dana Haji. Takaful Dana Haji yang dipergunakan sebagai
perlindungan dana perorangan yang berencana menunaikan ibadah haji.
Takaful dana haji merupakan bentuk perlindungan perorangan yang
merencanakan pengumpulan dalam mata uang rupiah atau US dolar
untuk biaya ibadah melaksanakan ibadah haji.
c) Takaful Dana Siswa. Takaful Dana Siswa yang memberikan jaminan
dana pendidikan mulai sekolah dasar sampai sarjana. Manfaat dana
asuransi takaful ini adalah:
- Jika mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka dana
rekening tabungan telah disetor menjadi bagian keuntungan atas
hasil investasi rekening tabungan.
- Jika peserta meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli waris akan
mendapatkan dana rekening tabungan yang telah disetor dan
menjadi bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan.
- Bila anak Hidup sampai dengan 4 tahun diperguruan tinggi yang
bersangkutan akan mendapatkan dana pendidikan sesuai dengan
ketentuan, maka dana pendidikan yang belum sempat diterima akan
dibayarkan pada ahli warisnya.
- Apabila peserta hidup sampai akhir perjanjian dan bila anak sebagai
penerima Hidup sampai 4 tahun diperguruan tinggi maka menerima
hibah akan mendapatkan dana pendidikan sesuai table. Meninggal
sebelum seluruh dana pendidikan diterima maka peserta akan
mendapatkan semua saldo rekening tabungan dan keuntungan atas
investasi rekening tabungan.
d) Takaful Dana Jabatan yang memberikan jaminan santunan bagi ahli
waris dari nasabah yang menduduki jabatan penting bila nasabah

17
meninggal dunia lebih awal atau tidak bekerja lagi dalam masa
jabatannya.
b. Produk Non-Tabungan
a) Takaful Al-khairat Individu diperuntukkan bagi perorangan yang
menyediakan santunan untuk ahli waris bila peserta mengalami
musibah kematian dalam masa perjanjian. Tarif premi sesuai dengan
usia dan kontrak dengan ketentuan:
- Maks usia peserta 50 tahun
- Maks usia peserta + kontrak 65 tahun
- Minimal premi 150.000/tahun
b) Takaful Kecelakaan Diri Individu merupakan program yang dilakukan
perorangan yang menyediakan santunan untuk ahli waris jika peserta
mengalami musibah kematian karena kecelakaan dalam masa
perjanjian/kontrak.
c) Takaful Kesehatan Individu merupakan program bagi perorangan yang
menyediakan dana santunan rawat inap dan operaso jika peserta sakit
dalam masa perjanjian.
2. Takaful Group
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan untuk
pribadi dan kelompok, misal kelompok dalam sebuah perusahaan yang dibagi
menjadi beberapa jenis berikut ini:
a. Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi
karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran bersama
dengan keberangkatan bergilir. Asuransi jenis ini merupakan program bagi
karyawan melalui iuran bersama dan keberangkatannya secara bergilir.
Manfaat takaful ini adalah:
a) Apabila peserta meninggal dalam masa perjanjian maka ahli warisnya
akan memperoleh:
- Sebelum pergi haji, yakni ahli waris ditunjuk dapat menggantikan
peserta untuk menunaikan ibadah haji sesuai jadwal yang ditentukan
tanpa harus membayar iuran (bebas premi).

18
- Sesudah naik haji, yakni ahli waris akan mendapat santunan sebesar
jumlah iuran yang sudah dibayar peserta tanpa harus membayar
iuran dan takaful akan membayar rekening tabungan peserta sebesar
biaya haji yang ditetapkan pemerintah di tahun tersebut.
b) Bila peserta mengundurkan diri sebelum masa pembayaran selesai,
maka:
- Peserta yang belum berangkat haji sebelum 2 tahun maka akan
mendapatkan seluruh iuran yang telah dibayarkan setelah dikurangi
biaya pengolahan dan premi tabarru.
- Peserta yang belum berangkat haji sesudah 2 tahun, maka peserta
akan mendapatkan seluruh iuran yang sudah dibayar.
- Peserta yang telah berangkat haji wajib melunasi kekurangan dan
sebesar jumlah iuran yang direncanakan dikurangi iuran yang telah
dibayarkan sebelumnya.
b. Takaful Kecelakaan Siswa
Takaful Kecelakaan Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari
resiko kecelakaan yang berakibat cacat bahkan yang mengakibatkan
meninggal dunia. Takaful ini adalah suatu bentuk perlindungan yang
ditujukan kepada sekolah/perguruan tinggi atau lembaga pendidikan non
formal dengan maksud menyediakan santunan kepada siswa/mahasiswa
jika mengalami musibah karena kecelakaan yang mengakibatkan cacat
tetap total maupun sebagian atau meninggal.
a) Bila peserta mengalami musibah kecelakaan dalam masa perjanjian
yang mengakibatkan peserta cacat tetap total atau sebagian maka
kepada peserta akan diberikan manfaat takaful sesuai dengan
persentase yang sudah ditentukan.
b) Bila peserta ditakdirkan meninggal pada masa perjanjian karena suatu
kecelakaan, maka kepada ahli warisnya akan dibayarkan dana
santunan meninggal sebesar manfaat takaful yang direncanakan.
c) Bila semua peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta
akan mendapatkan bagian keuntungan atas rekening khusus/tabarru’
yang ditentukan asuransi takaful keluarga, jika ada.

19
c. Takaful Wisata dan Perjalanan
Takaful Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi peserta
wisata dari resiko kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia atau
cacat seumur hidup. Apabila peserta mengalami musibah kecelakaan
selama wisata yang mengakibatkan peserta:
a) Luka dan memerlukan perawatan dokter, maka biaya perawatan
tersebut akan diganti oleh asuransi takaful yang besarnya sudah
ditentukan.
b) Mengalami cacat tetap total dan sebagian maka peserta akan diberikan
manfaat takaful sesuai dengan persentase yang sudah ditentukan.
c) Ditakdirkan meninggal, maka ahli warisnya akan diberikan santunan
meninggal sebesar manfaat takaful yang direncanakan.
d. Takaful Kecelakaan Group, yang memberikan proteksi santunan karyawan
dalam perusahan, organisasi atau perkumpulan lainnya. Takaful ini
merupakan bentuk perlindungan suatu kumpulan yang ditujukan
perusahaan, organisasi, perkumpulan yang menyediakan santunan kepada
karyawan apabila mengalami kecelakaan dalam masa perjanjian.
a) Bila peserta meninggal dalam masa perjanjian karena kecelakaan,
maka ahli warisnya akan dibayarkan dana santunan meninggal sebesar
manfaat takaful yang direncanakan.
b) Bila peserta mengalami kecelakaan dalam masa perjanjian yang
mengakibatkan peserta cacat total atau sebagian, maka peserta akan
diberikan manfaat takaful sesuai dengan persentase yang ditentukan.
c) Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening khusus/tabarru’ yang
ditentukan oleh asuransi takaful kelaurga, jika ada.
e. Takaful Pembiayaan, untuk proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang
meninggal dalam masa perjanjian. Takaful ini merupakan bentuk
perlindungan kumpulan yaitu berupa jaminan pelunasan hutang apabila
yang bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian. Manfaat
takaful ini yakni:

20
a) Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian maka sisa
pinjaman yang belum dibayar tak menjadi kewajiban asuransi takaful
keluarga.
b) Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening khusus/tabarru’ yang
ditentukan oleh asuransi takaful keluarga, jika ada.
f. Takaful Majelis Taklim merupakan suatu bentuk perlindungan bagi
majelis taklim yang bermaksud menyediakan santunan untuk ahli waris
jamaah apabila yang bersangkutan ditakdirkan meninggal dalam masa
perjanjian. Manfaat takaful ini yaitu:
a) Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli
warisnya akan mendapatkan dana santunan meninggal dari asuransi
takaful keluarga sesuai jumlah yang direncanakan peserta.
b) Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening khusus/tabarru’ yang
ditentukan oleh asuransi takaful keluarga, jika ada.
3. Takaful Umum
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan
perencanaan yang bersifat umum dan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Takaful Kebakaran, untuk perlindungan dari kerugian yang disebabkan
api. Takaful ini memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau
kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan
percikan api, sambaran petir, ledakan dan kejatuhan pesawat terbang
berikut risiko yang ditimbulkannya dan juga dapat diperluas dengan
tambahan jaminan yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan.
a) Gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi, badai dan angin topan,
tanah longsor. Dan kerusakan karena genangan air
b) Hura-hura, pemogokan umum dan kerusuhan
c) Gangguan usaha atau kerugian akibat kebakaran
d) Terbakar sendiri untuk stok barang.
b. Takaful Kendaraan Bermotor, untuk perlindungan terhadap kerugian
pada kendaraan bermotor. Takaful ini memberikan kerugian terhadap

21
kerusakan dan kerugian atas kendaraan yang dipertanggungjawabkan
akibat terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan, secara sebagian
(partial loss) maupun secara keseluruhan akibat dari kecelakaan atau
tindak pencurian serta tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga.
c. Takaful Rekayasa, untuk perlindungan terhadap kerugian pada
pekerjaan pembangunan baik pembangunan rumah, villa, dan bangunan
lainnya. Takaful ini memberikan perlindungan terhadap kerugian dan
kerusakan sebagai akibat yang berkaitan dengan pekerjaan
pembangunan beserta alat-alat berat, pemasangan kontruksi baja/mesin
dan akibat beroperasinya mesin produksi serta tanggungjawab hukum
kepada pihak ketiga.
d. Takaful Pengangkutan, untuk perlindungan dari kerugian pada semua
barang setelah dilakukan pengangkutan baik darat, laut, dan udara.
Takaful memberi perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan
pada barang-barang atau pengiriman uang sebagai akibat alat
pengangkutan mengalami musibah atau kecelakaan selama dalam
perjalanan melalui laut, udara atau darat.
e. Takaful Rangka Kapal, untuk perlindungan dari kerusakan mesin
khususnya mesin kapal dan rangka kapal yang disebabkan kecelakaan
atau musibah. Takaful aneka tambang memberikan perlindungan
terhadap kerugian dan atau kerusakan pada rangka kapal dan mesin
kapal akibat kecelakaan dan berbagai bahaya lainnya yang dialami.
Jaminan risiko tambahan, dengan dikenakan tambahan premi untuk
kerugian atau kerusakan yang diakibatkan terhadap risiko atas uang
tambang, risiko perang, dan risiko tanggung gugat dari pihak ketiga.
f. Asuransi Takaful Aneka memberikan perlindungan terhadap kerugian
dan kerusakan akibat dari risiko yang tidak diperhitungkan di polis-polis
takaful yang telah ada. Jenis jaminan risiko asuransi aneka adalah
takaful penyimpanan uang, takaful tanggung gugat, takaful jaminan
ketidakjujuran, dan takaful lainnya seperti takaful kebongkaran dan
takaful reklame.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dikatakan bahwa:
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk asset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah. Urgensi Audit Kepatuhan Syariah dalam
Asuransi syariah yakni proses meyakinkan kadar kepatuhan pada prinsip-
prinsip syariah yang berlaku, memitigasi risiko operasional yang akan
muncul dan memperkuat system pengendalian internal. Menurut Harahap
(2002), ada tiga tahapan audit kepatuhan syariah yaitu perencanaan,
pemeriksaan, dan pelaporan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
akad-akad yang melekat pada asuransi syariah adalah akad tijarah dan akad
tabarru’, sedangkan akad yang mengikuti akad tijarah maupun akad tabarru’
adalah akad Mudharabah Musyarakah dan akad Wakalah bil Ujrah. Produk-
produk asuransi syariah terdiri dari Asuransi Takaful individu, Asuransi
Takaful Grup dan Asuransi Takaful Umum.
B. SARAN
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
belum sempurna. Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, untuk kesempurnaan makalah ini dan penyusun juga
berharap pembaca dapat mengambil manfaat dan meningkatkan wawasan
serta pengetahuan terkait audit kepatuhan syariah pada asuransi Syariah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Junaidi. 2018. Akad-Akad di dalam Asuransi Syariah. Journal of Sharia


Economic Law Institut Agama Islam Negeri Kudus. Volume 1, Nomor 1
Amanah Gita. Konsep Asuransi Syariah. Diakses 31 Oktober 2021 pada
http://www.amanahgitha.com/konsep-asuransi-syariah/
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah Dan Reasuransi Syari’ah
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad
Tabarru’Pada Asuransi Syari’ah
Khusaini, Suriani. 2017. Bab 8 Produk Asuransi Syariah. Diakses pada 30 Oktober
2021.nhttps://www.academia.edu/37251931/BAB_8_PRODUK_ASUR
ANSI_SYARIAH_pdf.
Lifepal. 2021. Asuransi Syariah – Sistemnya di Indonesia, Jenis, dan Produknya.
Diakses pada 30 Oktober 2021. https://lifepal.co.id/media/asuransi-syariah-
di-indonesia/.
MUI,DSN. 2001. Fatwa Dewan Syariah Nasional No:21/DSN-MUI/X/2001
tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Diakses pada 30 Oktober
2021.nhttp://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/21
Pedoman_Asuransi_Syariah.pdf.
Sikapi Uangmu. 2019. Asuransi Syariah. Diakses pada 30 Oktober 2021.
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20564.

24

Anda mungkin juga menyukai