MAKALAH
Sejarah Terbentuknya Pancasila Dan Pentingnya Dalam Memandang
Keberagaman Di Indonesia
Disusun Oleh :
• 21.26.48 ZEFANYA L. MANULLANG
• 21.26.43 VERSA V. PANGAMIANI
• 21.25.96 AULIA IKA IRIYANI
• 21.26.35 RILLI JOSSI VAENTALIA
• 21.26.19 MEMEI MELINDA
• 21.26.36 RIRI NOVRIANI
• 21.26.24 NOVIANI WULANDARI
• 21.26.40 STEVEN LELUNU D. BAEN
• 21.26.14 JERRY RAYMOND
• 21.26.28 OKTAVIANUS
BANJARMASIN
AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR
Wabah Covid-19 ini sungguh menjadi kendala bagi kami untuk melaksanakan pembuatan tugas
Makalah dengan baik, tetapi kami tidak memaknai kendala ini dengan berhenti melangkahkan kaki
mengerjakan tugas dan tanggung jawab kami sebagai Mahasiswa/Mahasiswi, memang kami
dibatasi untuk berinteraksi tetapi kami manusia yang penuh motivasi, sehingga
kami tetap satu dalam visi dan misi kami sebagai Mahasiswa dan Mahasiswi, terimakasih
kepada Tuhan Yesus yang selalu menguatkan kami sehingga kami dapat mengerjakan tugas kami
Pembuatan makalah ini sekaligus menyadarkan kami betapa pentingnya kerjasama dan
pentingnya kepemimpinan yang baik di dalam mencapai suatu tujuan, makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas yang di berikan oleh Pdt Hadi Saputra,M.Th mata kuliah Filsafat Pancasila,
Dalam membahas “Bagaimana Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia” dan judul yang
kami berikan sendiri yaitu, ”Sejarah Terbentuknya Pancasila Dan Pentingnya Dalam
memaknai pembahasan umum serta riset mengenai kasus yang berhubungan dengan Pancasila
i
DAFTAR ISI
ii
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar Negara serta pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila mengandung lima dasar diantaranya yaitu,
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial. Tiap sila memiliki makna
yang sangat penting dalam setiap unsur kehidupan bermasyarakat. Pancasila sebagai dasar
negara, falsafah bangsa, ideologi negara, sumber hukum dan sebagai kosensus final bagi negara
Indonesia. Jika tidak ada Pancasila maka tidak ada pemersatu bangsa dan semua berkat Pancasila
Pada 1 Juni 1945, diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila yang di gagaskan oleh
kesempatan untuk mensosialisasikan Pancasila. Lewat berbagai kesempatan, seperti pidato dan
ceramah, selalu diberikan penjelasan asal usus dan perkembangan historis masyarakat dan
bangsa Indonesia, serta filosofi dan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan sehingga “lahirnya”
Pancasila. Di masa rezim Soekarno dengan demokrasi terpimpin ciptaannya, ia tidak mampu
Soekarno tersebut diperparah oleh kondisi negara yang belum mencapai stabilitas politik yang
baik. 1
1
Fais Yonas Bo’a dan Sri Handayani RW, Memahani Pancasila(Yogyakarta: Pustaka Belajar,2019), 4,
diakses tanggal 24 Agustus 2021,
https://books.google.co.id/books?id=7RB9DQAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pancasila&hl=id&sa=X&
redir_esc=y#v=onepage&q=pancasila&f=false
1
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
1.3.2. Menjelaskan fungsi dari penerapan Pancasila bagi Bangsa dan Negara
1.3.4. Mengetahui makna Pancasila sila ke-1(bagi bernegara dan bagi kristen)
2
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB II
PEMBAHASAN
memperjuangkan itu tidaklah mudah bagi para tokoh yang berperan di dalamnya. Nilai
Pancasila itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak lama, hanya saja pada waktu itu belum
diberi nama Pancasila. Kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “panca” yang
artinya lima dan “sila” yang artinya asas atau dasar. Istilah Pancasila itu pertama kali
diperkenalkan oleh agama Buddha pada zaman Majapahit. Pada saat itu Majapahit
mengalami kejayaan dibawah pemerintah kerajaan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389 M.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, terutama di bidang sastra mengalami kemajuan.
Salah satu karya sastra yang terkenal pada saat itu adalah kitab Negarakertagama yang ditulis
oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M yang menceritakan tentang sumber sejarah
Majapahit.
Ditinjau dari istilah Pancasila yang ada dalam kitab Negarakertagama, Pancasila berisi
1) Dilarang membunuh
2) Dilarang mencuri
3) Dilarang berzinah
4) Dilarang berdusta
2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2014), hal. 138-139.
3
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi
dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas Politik menengarai bahwa
benih nasionalisme sudah tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat
menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoeanan Indonesia menghimbau agar segenap
suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian , disusul lahirnya
Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagi bangsa
Indonesia.3
Pada abad ke-20 pemikiran kearah perumusan dasar negara dipikirkan, hal itu dapat dilihat
dari sidang BPUPKI dan sidang PPKI. Menurut catatan sejarah, beberapa tokoh yang berperan
dalam perumusan Pancasila, yaitu Muh. Yamin, Ir. Soekarno, KI Bagus Hadikusuma, dan Mr.
Soepomo menyampaikan usulan dasar negara berdasarkan pandangan masing-masing. Pada sidang
BPUPKI yang pertama tanggal 1 Juni Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar
negara yaitu:
4) Kesejahteraan Sosial
Dari kelima butir inilah diberi nama Pancasila oleh Ir. Soekarno. Dan berdasarkan peristiwa inilah
3
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan
Tinggi, Cetakan 1. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016), hal. 50.
4
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan
Tinggi, Cetakan 1. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016), hal. 52.
4
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Preambule merupakan hasil dari rapat yang diadakan panitia kecil atau yang disebut
Panitia Sembilan, yang 9 diantaranya adalah anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Piagam Jakarta disetujui pada tanggal 22 Juni 1945, dalam menyambut kemerdekaan Republik
Indonesia. Isi Piagam Jakarta sendiri secara garis besar memuat arah dan tujuan bernegara
serta draft awal rumusan Dasar Negara, yang kemudian akan dicantumkan pada
5
pembukaaan UUD 1945.
• Wahid Hasjim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikusno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim
Pada awal perumusan Dasar Negara, berikut isi dari Piagam Jakarta:
Pemeluknya.
• Persatuan Indonesia.
5
https://www.suara.com/news/2021/05/05/123512/isi-piagam-jakarta-yang-memuat-rancangan-dasar-
negara?page=all / Diakses pada 23 Agustus 2021 / Pukul 20:25 WITA
5
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Ke-5 poin inilah yang dicantumkan pada UUD 1945 alinea ke-4 sebagai asas dasar Negara.6
Tujuh kata-kata itu sensitif serta dianggap menusuk hati orang-orang Indonesia non
muslim yang walau dalam perumusannya A.A Marimis selaku anggota perumusan non muslim
yang beragama Kristen tidak menggangap hal ini suatu masalah, dia tidak keberatan,tanggal 22
Juni ia ikut menanda-tanganinya. Isi Piagam Jakarta itu di dukung oleh orang-orang yang percaya
bahwa "Tak akan ada nation Indonesia tanpa umat Islam. Lebih dari itu, karena kalangan
Nasionalis Indonesia yang berjuang dalam lingkup Nasional yang mula pertama memang
berwatak Islam" demikian pernyataan Ki Bagoes menilai bahwa kemerdekaan Indonesia diraih
juga berkat perjuangan umat Islam. Inilah yang membuat sejumlah pembicara mengatakan bahwa
sila pertama pantas menggunakan hukum syariat, pernyataannya mewakili orang-orang yang
setuju dengan tujuh kata dari Piagam Jakarta serta didukung dengan fakta populasi umat Islam
Dapat kita simpulkan bahwa umat Islam merasa sungguh berjasa serta membawa fakta bahwa
mereka adalah mayoritas yang “pasti” lebih banyak berkontribusi dalam membawa Indonesia
yang merdeka.
Di dalam proses pertentangannya ada satu tokoh yang saat pembentukkan BPUPKI
dan PPKI menjadi anggota yang mewakili wilayah kepulauan Maluku, wakil dari
6
https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl/4 / Diakses pada
23 Agustus 2021 / Pukul 21:05 WITA
7
https://tirto.id/piagam-jakarta-wakil-indonesia-timur-yang-menolak-syariat-islam-cq7n / Diakses pada 23
Agustus 2021 / Pukul 21:32 WITA
8
https://amp.kompas.com/nasional/read/2016/06/01/09210021/perubahan-urutan-pancasila-dan-perdebatan-
syariat-islam-di-piagam-jakarta / Diakses pada 23 Agustus 2021 / Pukul 21:44 WITA
6
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
tanggal 11 juli 1945 mengemukakan bahwa tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu seolah -
olah membedakan antar umat beragama serta juga akan berpengaruh buruk bagi pemeluk
agama lain, jika ke tujuh kata itu tidak dihapus, Indonesia Timur mengecam untuk
memisahkan diri dengan Indonesia atau akan berdiri sendiri,cerita singkatnya Johannes
"Sesungguhnya tujuh perkataan itu hanya mengenai penduduk yang beragama Islam saja,
pemimpin-pemimpin umat Kristen di Indonesia timur keberatan kalau tujuh kata itu dibiarkan
saja, sebab tertulis dalam pokok dari pokok dasar negara kita, sehingga menimbulkan kesan
seolah-olah dibedakan warga negara yang beragama Islam dan bukan Islam"
Perdebatan antara golongan Nasionalis dan golongan Islam tidak dipungkiri adanya.
Dimana golongan Nasionalis menilai bahwa isi dari Piagam Jakarta kurang mencerminkan
masyarakat Indonesia yang beragam dan disatu sisi umat Islam menanggapi bahwa hal ini
baik dan tidak merugikan karena di ajukan bagi pemeluk agama Islam. 9
Namun tokoh Islam sadar membiarkan Indonesia Timur memisahkan diri akan
Belanda untuk menjajah Indonesia lagi, selain itu mereka juga mempertimbangkan akan
lemahnya Republik tanpa sokongan dari Indonesia Timur, yang artinya mempengaruhi segala
aspek kehidupan bangsa (aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
9
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/100000769/piagam-jakarta-isi-dan-kontroversinya?page=all /
Diakses pada 23 Agustus 2021 / Pukul 21:58 WITA
7
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
keamanan), dan pada akhirnya tokoh-tokoh Islam pun melunakkan hati dan akhirnya terpaksa
Memang sebenarnya terlihat berat sebelah/bias kalau kita hanya memikirkan “tujuh
kata” tersebut tapi dengan perumusan sedemikian rupa dengan dilanjutkan poin sila ke -3
dan ke-5, yaitu persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
sudah jelas saling bertentangan dan terkesan munafik (pendapat kami), saya pribadi sangat
Sejak tanggal 11 juli saat keluhan ketidaksetujuan disampaikan, proses pembahasan keluhan
pun terjadi sehingga Mohammad Hatta mengadakan rapat dengan mengumpulkan golongan
Islam. Pada saat rapat pendahuluan tersebut menyetujui bahwa peraturan dalam rangka syariat
Islam yang hanya diperuntukkan bagi umat Islam akan diajukan pada rancangan undang-undang
ke DPR, dan jika diterima oleh DPR maka akan mengikat umat beragama Islam saja, tetapi rapat
dengan menyepakati bahwa hukum Nasional seharusnya berlaku seluruh warga Negara
Indonesia.
Sidang pertama PPKI (18 Agustus) dilakukan di Pejambon. Sebelum rapat dimulai, Ir.
Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta meminta kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim,
Mr Kasman Singodimedjo dan Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk membahas lagi tentang
10
https://youtu.be/PMpoaFi4ij0/ Diakses pada 26 Agustus 2021/ Pukul 08:20 WITA
11
https://tirto.id/kasman-singodimedjo-terpaksa-menghapus-tujuh-kata-di-piagam-jakarta-cq7o / Diakses pada
24 Agustus 2021 / Pukul 08:00 WITA
8
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
rancangan UUD. Hal itu dikarenakan adanya kelompok yang tidak mau menerima kalimat
Usulan M.Hatta ini disepakati oleh beberapa tokoh Islam, tokoh-tokoh Islam yang dimintai
persetujuan itu adalah Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan
Teuku Mohammad Hassan. Persoalan ini penting untuk diulas guna mengetahui mengapa
tokoh-tokoh Islam tersebut bersedia menerima tawaran Hatta untuk menghapus “tujuh kata” yang
Berdasarkan sebuah penelitian (Anshari: 1983, 48), Wahid Hasyim pada saat itu sebenarnya
tidak hadir, meskipun Hatta menyatakan bahwa Wahid Hasyim turut hadir. Mengenai
Mohammad Hassan, dapat dipahami jika ia menerima penghapusan "tujuh kata" tersebut
mengingat ia sama sekali tidak bisa dimasukkan dalam kelompok nasionalis Islam, dan apalagi
Dengan perjalanan pertentangan yang cukup menegangkan dan mencekam akhirnya sampai juga
pada Perubahan Rumusan sila pertama Pancasila pada Piagam Jakarta atau Piagam Charter, yang
pada sidang Pleno PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 telah menghasilkan 3 keputusan yang salah
satu diantaranya adalah menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 dengan sahnya pengubahan
menjadi kalimat “ Ketuhanan Yang Maha Esa “, memang dalam perubahannya membutuhkan
proses yang agaknya memberatkan hati bagi umat islam karena di hapusnya “tujuh kata” dalam
Piagam Jakarta tersebut, karena bagi mereka melakukan hukum syariat islam salah satu alasan
12
https://www.unud.ac.id/in/berita2052-Bung-Hatta-dalam-Merevisi-Sila-Ketuhanan-dengan-kewajiban-
menjalankan-syariat-Islam-bagi-pemeluk-pemeluknya-.html / Diakses pada 24 Agustus 2021 / Pukul 09:27 WITA
13
Ibid.,18-19
9
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Di dalam proses perubahannya, KH. A. Wahid Hasyim yang mengusulkan kepada para
pimpinan Islam untuk mengubah asas Ketuhanan dengan ditambah kata-kata Yang Maha Esa,
Dikutip dari buku Berangkat dari Pesantren tulisan Saifuddin Zuhri, K.H. A. Wahid Hasyim
• Kondisi saat itu sangat membutuhkan persatuan untuk menghadapi Belanda yang berusaha
• Beliau telah menerima dengan pemahaman bahwa kewajiban mengikuti syariat Islam bagi
umat Islam akan mendapatkan tempatnya dalam penerapan yang jujur terhadap pasal 29
UUD 1945 yang menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama dan
Adapun Makna dari sila ke-1 bagi bangsa yang berbunyi 'Ketuhanan yang Maha Esa' yaitu
bermakna bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan
menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya, mewujudkan kehidupan yang selaras,
serasi, dan seimbang antar sesama manusia Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk
Begitulah pemaknaan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa secara umum, dilansir dari
republika.co.id dengan judul artikel "7 Kata Piagam Jakarta tak Sepenuhnya Hilang dari
14
https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl/ Diakses
pada 24 Agustus 2021/ Pukul 09:50 WITA
15
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5646522/makna-sila-pertama-pancasila-ketuhanan-yang-
maha-esa-ini-penjelasannya/ Diakses pada 24 Agustus 2021/ Pukul 10:39 WITA
10
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Pancasila" Salah satu pelaku sejarah Prof Mr. Kasman Singodimedjo menyatakan, “Perubahan
tujuh kata rumus “Ke-Tuhanan” itu amat penting, karena “Yang Maha Esa” menentukan arti dari
Ketuhanan. Pancasila yang kini secara geruisloos menjadi filsafat negara kita itu, tidak mengenal
Ke-Tuhanan sembarang ketuhanan. Sekali lagi bukan ketuhanan sembarang ketuhanan, tetapi yang
Ketuhanan Yang Maha Esa sudah baik adanya karena mendorong kita untuk menjalani
keyakinan dan kepercayaan kita dengan baik dan juga bukan sembarang Ketuhanan, sebagai umat
Kristiani, Pancasila bukan sesuatu hal untuk membedakan aspek yang ada dalam kehidupan, justru
Pancasila sebagai pemersatu kita dimana Pancasila ini menjadi pedoman didalam hidup kita dan di
dalam iman kristiani kita juga percaya bahwa sila pertama ini mengandung nilai-nilai Firman Allah,
karena Allah mau kita untuk menjalankan ibadah kita sesuai penurutan kehendakNya, juga Tuhan
Allah nyata memberi kita kehendak bebas di dalam memutuskan pilihan kita, yang dimana sudah
sepatutnya kita juga memberikan kebebasan memilih sesuai dengan keinginan dan pertimbangan
Pancasila memiliki peranan penting sebagai filter (penyaring) nilai-nilai baru. Rakyat
Indonesia perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perkembangan
zaman, tetapi Pancasila diperlukan untuk mempertahankan nilai budaya asli. Pancasila
dapat digunakan untuk memilah mana saja nilai yang dapat diserap untuk kemudian
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, Pancasila tidak kaku dan
16
https://republika.co.id/berita/qamldz282/7-kata-piagam-jakarta-tak-sepenuhnya-hilang-dari-pancasila-
part2/ Diakses pada 24 Agustus 2021/ Pukul 10:55 WITA
11
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
menutup jalan bagi adanya perubahan. Pancasila justru memberi kesempatan bagi nilai-nilai
baru, untuk tumbuh dalam Negara dengan tetap berada dibawah kepribadian bangsa.
hidupnya, Pancasila juga bertujuan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Agar bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang baik, makmur, bersatu, Dapat mengatur segala kehidupan
penting. Jika kehidupan bermasyarakat di Indonesia tidak di dasari oleh Pancasila, maka
tidak akan mungkin Indonesia mampu bertahan sampai sekarang dengan banyaknya
keanekaragaman.1718
warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya).
Diskriminasi jika menurut Oxford Learner's Dictionaries dapat menjadi sikap yang netral ataupun
buruk, tergantung pada perilaku diskriminasinya seperti apa.19 Contoh diskriminasi yang pernah
terjadi di Indonesia adalah viralnya berita dimana Siswi Non-muslim SMKN 2 Padang di Provinsi
Sumatera Barat diwajibkan memakai jilbab di sekolah (sekolah Negeri), pemakaian Jilbab dengan
alasan keseragaman dan peraturan sekolah. Hal ini tentu bertentangan dengan makna sila pertama
Pancasila. Peraturan bahwa siswi nonMuslim dianjurkan menggunakan jilbab di Padang ini sudah
17
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/070000769/arti-penting-pancasila-
sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul 20:38
WITA
18
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pancasila-sebagai-dasar-kehidupan-
warga-indonesia/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul 20:43 WITA
19
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5593209/diskriminasi-adalah-sikap-membatasi-ini-definisi-
dan-contohnya/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 12:08 WITA
12
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
berlangsung selama 15 tahun lebih. 20 Berdasarkan keterangan siswi bahwa ia sudah terbiasa
memakai jilbab walau ia umat Kristen, para siswi satu suara bahwa mereka mengikuti aturan yang
ada bukan karena unsur paksaan walau mereka punya pandangan berbeda-beda mengenai aturan
pemakaian jilbab tersebut , siswi A menganggap bahwa anjuran pemakaian jilbab ini tidak ada
unsur paksaan dan sudah terbiasa dengan anjuran ini sejak SMP, sedangkan B menganggap bahwa
dengan memakai jilbab menyesuaikan dengan teman-teman yang mayoritas dan dia memandang
jilbab hanya sebagai atribut, kemudian siswi C mengaku bahwa semenjak kelas 1 SD sudah
menggunakan hijab hingga SMK sekarang, saat ditanyai pendapat pribadi mau lepas jilbab atau
pakai jilbab ia menjawab dengan percaya diri ia lebih memilih tidak memakai jilbab karena orang
akan bersalah sangka mengenai keyakinannya, lalu siswi D menjelaskan bahwa awal aturan
pemakaian jilbab memang ada unsur paksaan tapi karena sudah terbiasa dan berada di lingkungan
Muslim hal inipun jadi biasa, orang tua D menanggapi bahwa rindu melepaskan jilbab,tetapi biar
Sudah jelas dari pernyataan beberapa siswi tersebut agaknya janggal dan ambigu, dikutip dari
komentar pada Channel Youtube “Jurnalis TKP” akun berinisial P berkomentar “Kalau sudah jadi
aturan sekolah itu pasti akan memaksa, harusnya masalah iman itu menjadi urusan pribadi”,lalu
dalam Channel Youtube “KompasTV” akun berinisial E berkomentar “ini namanya perbedaan
dituntut sama, keberagaman ditutupi seragam” dan akun beinisial F mengutip perkataan Soekarno
20
https://news.detik.com/berita/d-5345873/eks-walkot-padang-aturan-siswi-berjilbab-sudah-15-tahun-
kok-baru-ribut/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 20:33 WITA
21
https://youtu.be/du0mLiRcSc8/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 21:59 WITA
22
komentar channel Youtube Jurnalis TKP ,januari 2021,
https://youtu.be/du0mLiRcSc8 / Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 23:40 WITA
23
komentar channel Youtube KompasTV,januari 2021,
https://youtu.be/uqt_iCakDpM/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 22:37 WITA
13
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Kami melihat ada kejanggalan bahwa pernyataan tidak adanya unsur paksaan tidak benar
adanya, karena berdasarkan dari info yang kami dapat mengenai orang tua siswi yang dipanggil ke
sekolah,ia dipanggil dengan alasan karena anaknya tidak memakai jilbab saat belajar tatap muka,
pandangan kami jika memang tidak ada unsur paksaan seperti yang sekolah tersebut sampaikan
mengapa sampai melibatkan orangtua dan memanggil orang tua seolah-olah melanggar aturan
beribadah dalam kepercayaan/agama yang ia anut, salah satu orang tua siswi sangat keberatan
dengan hal ini karena menurutnya dengan anaknya memakai jilbab seakan-akan membohongi
identitas anaknya sebagai kristen, karena siswi kerap kali juga dikira sebagai seorang Muslim.24 25
Kami sangat terpukul saat mengetahui bahwa hal ini sudah berlangsung begitu lama, hanya
saja saat viral baru di tindak lanjuti, jika kita memandang dari teropong Pancasila kebijakan seperti
ini sudah tidak bijak adanya dan jelas tidak menghargai perbedaan beragama dan parahnya lagi
menormalkan intoleran dalam memandang perbedaan dalam hal ini agama, sebelumnya kita telah
belajar bahwa makna dari sila pertama Pancasila adalah menjalankan ibadah sesuai dengan
dalam daerah tersebut bahkan peristiwa ini bisa dikatakan melanggar Hak Asasi Manusia(HAM),
coba pikirkan jika kejadian ini di putarbalikkan, apakah mereka mau disuruh untuk memakai
rosaria, kami yakin jawabannya tidak karena mereka tidak imani itu, dengan pernyataan ini sudah
sepatutnya lebih baik untuk menyarankan siswi yang juga umat beragama menjalani ibadahnya
sesuai dengan keyakinannya bukan malah menyarankan melakukan hal yang ia tidak imani.
24
https://youtu.be/FTxeSxRThEY/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 1:00 WITA
25
https://youtu.be/1u6k6XXcPt0 Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 1:21 WITA
14
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB III
Penutup
3.1.1. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan hal yang kami dapat jabarkan secara singkat mengenai
pembahasan kami sebelumnya dan juga pandangan kami dalam melihat pembahasan yang
membutuhkan perjuangan, terteranya ‘tujuh kata’ tersebut dalam Piagam Jakarta pada
tanggal 22 juni 1945 merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima bahkan bagi sudut
pandang kami sebagai Mahasiswa/Mahasiswi, karena hukum dan dasar negara tidak
seharusnya hanya tertuju pada golongan tertentu karena dasar negara itu sifatnya Nasional.
Pada tanggal 11 juli penyuaran ketidaksetujuan telah sampai di telinga Moh.Hatta, suara
itu tidak didiami Moh.Hatta melainkan langsung ia proses bahkan dia membujuk golongan
islam untuk merubah “tujuh kata” dalam Piagam Jakarta sila ke-1, dan sampai akhirnya
perubahan diterima lalu disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang juga merupakan hari
pengesahan UUD 1945. Kami sungguh menghargai sikap dari pahlawan kita yang berusaha
3.1.2. Saran
Hendaklah kita menjadi pelaku-pelaku Pancasila dan menghargai segala jasa para
pahlawan yang turut serta dalam memerdekakan Indonesia serta memikirkan segala aspek
untuk kepentingan kedamaian bangsa, maknai segala keputusan yang ada dengan positif dan
penuh harapan yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia serta juga menjunjung tinggi
15
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
keadilan bagi sesama kita dengan tidak membeda-bedakan, hidupilah nilai-nilai pancasila
seperti orang arif, dan juga turut mengajarkan dan mengajari diri sendiri untuk memaknai
Pancasila agar hidup keberagaman kita dijalani dengan damai seperti arti Bhineka Tunggal
Harapan kami juga bangsa Indonesia kedepannya menjadi Negeri yang lebih berjiwa
Pancasilais yang dimana pemerintah dan rakyat ikut serta di dalam menegakkan nilai-nilai
dan makna Pancasila, perbolehkan kami untuk memberi pendapat bagaimana agar intoleransi
di padang itu tidak terjadi lagi, kebijakan Pemerintah untuk melakukan penyuluhan dengan
cara mengecek peraturan serta pelajaran yang diberikan kepada anak didik/siswa-siswi
dimanapun mereka berada, dengan adanya penyuluhan dan pengecekan diharapkan agar
siswi memiliki haknya bukan hanya siswi mungkin juga siswa, kebijakan ini tidak hanya
untuk melihat jika ada peraturan mewajibkan pemakaian jilbab bagi Non Muslim di sekolah-
sekolah, dan juga bukan untuk kristen, melainkan untuk menegakkan nilai Pancasila yang
16
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
E-Books
Bo’a, Fais Yonas dan Sri Handayani RW, Memahani Pancasila, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar,2019), 4, diakses tanggal 24 Agustus 2021,
https://books.google.co.id/books?id=7RB9DQAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pancasila&hl
=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pancasila&f=false
Bo’a, Fais Yonas dan Sri Handayani Rw, Memahami Pancasila, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2019), 18-19, Diakses pada 24 Agustus 2021,
https://books.google.com/books/about/MEMAHAMI_PANCASILA.html?hl=id&id=POeTDwA
AQBAJ
Artikel
Aditya, R. (2021 ). Isi Piagam Jakarta Yang Memuat Rancangan Dasar Negara,
https://www.suara.com/news/2021/05/05/123512/isi-piagam-jakarta-yang-memuat-rancangan-
dasar-negara?page=all, diakses pada 23 Agustus 2021 pukul 20:25 WITA
kumparan.com. (n.d.). Isi Piagam Jakarta Dan Perubahannya. berita hari ini.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl,
diakses pada 23 Agustus 2021 pukul 21:05 WIB
tirto.id. Piagam Jakarta Wakil Indonesia Timur Yang Menolak Syariat Islam.
https://tirto.id/piagam-jakarta-wakil-indonesia-timur-yang-menolak-syariat-islam-cq7n, diakses
pada 23 Agustus 2021, pukul 21:32 WITA
Galih, B. (2016). Perubahan Urutan Pancasila Dan Perdebatan “Syariat Islam” Di Piagam Jakarta.
https://amp.kompas.com/nasional/read/2016/06/01/09210021/perubahan-urutan-pancasila-dan-
perdebatan-syariat-islam-di-piagam-jakarta, diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 21:44 WITA
17
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Matanasi, P. (2018). Kasman Singodimedjo Terpaksa Menghapus Tujuh Kata Di Piagam Jakarta.
https://tirto.id/kasman-singodimedjo-terpaksa-menghapus-tujuh-kata-di-piagam-jakarta-cq7o,
diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 08:00 WITA
Wiranata, Made A. “ Bung Hatta Dalam Merevisi Sila Ketuhanan Dengan Kewajiban
Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya”. https://www.unud.ac.id/in/berita2052-
Bung-Hatta-dalam-Merevisi-Sila-Ketuhanan-dengan-kewajiban-menjalankan-syariat-Islam-bagi-
pemeluk-pemeluknya-.html, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 09:27 WITA
Wulandari, T. (2020). Makna Sila Pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa Ini
Penjelasannya. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5646522/makna-sila-pertama-pancasila-
ketuhanan-yang-maha-esa-ini-penjelasannya, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 10:39 WITA
Ucu, Karta Raharja. (2020). “ 7 Kata piagam Jakarta tak sepenuhnya hilang dari pancasila ”.
https://republika.co.id/berita/qamldz282/7-kata-piagam-jakarta-tak-sepenuhnya-hilang-dari-
pancasila-part2, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 10:55 WITA
Aisyah, N. (2021). Diskriminasi Adalah Sikap Membatasi Ini Definisi Dan Contohnya.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5593209/diskriminasi-adalah-sikap-membatasi-ini-
definisi-dan-contohnya, diakses pada 29 Agustus 2021, pukul 12:08 WITA
Kampai, J. (2021). Eks Walkot Padang : Aturan Siswi Berjilbab Sudah 15 Tahun, Kok Baru
Ribut?. https://news.detik.com/berita/d-5345873/eks-walkot-padang-aturan-siswi-berjilbab-
sudah-15-tahun-kok-baru-ribut, diakses pada 29 Agustus 2021 pukul 20:33 WITA
Kompas.com (03/02/2020). Arti Penting Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan Hidup
sumbe: kemdikbud. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/070000769/arti-penting-
pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul
20:38 WITA
I Gusti Agung Ayu Aggita Putri (24 april 2020) Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Warga
Indonesia. https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pancasila-sebagai-dasar-kehidupan-
warga-indonesia/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul 20:43 WITA
Video
18
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Jurnalis TKP, 26 Januari 2021, Pengakuan Siswi Non Muslim Di SMKN 2 Padang Terkait Jilbab
[Video]Youtube. https://youtu.be/du0mLiRcSc8/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 21:59
WITA
Nadine Firaishe, 23 Januari, Geger Siswi Non Muslim SMKN 2 Padang Dipaksa Pakai Jilbab Oleh
Pihak Sekolah[Video]Youtube https://youtu.be/FTxeSxRThEY/ Diakses pada 29 Agustus 2021/
Pukul 1:00 WITA
19