Anda di halaman 1dari 22

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

MAKALAH
Sejarah Terbentuknya Pancasila Dan Pentingnya Dalam Memandang
Keberagaman Di Indonesia

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Perkelompok Untuk Memenuhi


Tugas Diskusi Dan Presentasi Mata Kuliah Filsafat Pancasila
DOSEN PENGAMPU : Pdt. Hadi Saputra M.Th

Disusun Oleh :
• 21.26.48 ZEFANYA L. MANULLANG
• 21.26.43 VERSA V. PANGAMIANI
• 21.25.96 AULIA IKA IRIYANI
• 21.26.35 RILLI JOSSI VAENTALIA
• 21.26.19 MEMEI MELINDA
• 21.26.36 RIRI NOVRIANI
• 21.26.24 NOVIANI WULANDARI
• 21.26.40 STEVEN LELUNU D. BAEN
• 21.26.14 JERRY RAYMOND
• 21.26.28 OKTAVIANUS

Program Sarjana Studi Teologi

BANJARMASIN
AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR

Wabah Covid-19 ini sungguh menjadi kendala bagi kami untuk melaksanakan pembuatan tugas

Makalah dengan baik, tetapi kami tidak memaknai kendala ini dengan berhenti melangkahkan kaki

mengerjakan tugas dan tanggung jawab kami sebagai Mahasiswa/Mahasiswi, memang kami

dibatasi untuk berinteraksi tetapi kami manusia yang penuh motivasi, sehingga

kami tetap satu dalam visi dan misi kami sebagai Mahasiswa dan Mahasiswi, terimakasih

kepada Tuhan Yesus yang selalu menguatkan kami sehingga kami dapat mengerjakan tugas kami

dengan tepat waktu.

Pembuatan makalah ini sekaligus menyadarkan kami betapa pentingnya kerjasama dan

pentingnya kepemimpinan yang baik di dalam mencapai suatu tujuan, makalah ini dibuat untuk

memenuhi tugas yang di berikan oleh Pdt Hadi Saputra,M.Th mata kuliah Filsafat Pancasila,

Dalam membahas “Bagaimana Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia” dan judul yang

kami berikan sendiri yaitu, ”Sejarah Terbentuknya Pancasila Dan Pentingnya Dalam

Memandang Keberagaman Di Indonesia” , kami di dorong untuk berpikir kritis di dalam

memaknai pembahasan umum serta riset mengenai kasus yang berhubungan dengan Pancasila

yang akan kami bawakan di dalam makalah dan presentasi kami.

Banjarmasin, Agustus 2021

(Zefanya Lawrensi Manullang)


Pewakilan Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1. Sejarah Pancasila ....................................................................................... 3

2.1.1. Piagam Jakarta ................................................................................. 5

2.1.2. Perdebatan Dalam Penyampaian Ketidaksetujuan ........................... 6

2.1.3. Pengesahan Pengubahan Tujuh Kata Piagam Jakarta ...................... 8

2.2. Memaknai Ketuhanan Yang Maha Esa .....................................................10

2.3. Fungsi Pancasila Bagi Bangsa dan Negara ................................................11

2.4. Peristiwa Diskriminasi Di Padang .............................................................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................15

3.1. Kesimpulan Dan Saran ..............................................................................15

3.2. Daftar Pustaka ............................................................................................17

ii
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar Negara serta pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila mengandung lima dasar diantaranya yaitu,

Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial. Tiap sila memiliki makna

yang sangat penting dalam setiap unsur kehidupan bermasyarakat. Pancasila sebagai dasar

negara, falsafah bangsa, ideologi negara, sumber hukum dan sebagai kosensus final bagi negara

Indonesia. Jika tidak ada Pancasila maka tidak ada pemersatu bangsa dan semua berkat Pancasila

yang mempersatukan keberagaman.

Pada 1 Juni 1945, diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila yang di gagaskan oleh

Soekarno. Dalam kedudukannya sebagai pemimpin negara, Soekarno tidak melewatkan

kesempatan untuk mensosialisasikan Pancasila. Lewat berbagai kesempatan, seperti pidato dan

ceramah, selalu diberikan penjelasan asal usus dan perkembangan historis masyarakat dan

bangsa Indonesia, serta filosofi dan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan sehingga “lahirnya”

Pancasila. Di masa rezim Soekarno dengan demokrasi terpimpin ciptaannya, ia tidak mampu

menjalankan Pancasila secara konkret berdasarkan fungsi dan kedudukannya. Ketidakmampuan

Soekarno tersebut diperparah oleh kondisi negara yang belum mencapai stabilitas politik yang

baik. 1

1
Fais Yonas Bo’a dan Sri Handayani RW, Memahani Pancasila(Yogyakarta: Pustaka Belajar,2019), 4,
diakses tanggal 24 Agustus 2021,
https://books.google.co.id/books?id=7RB9DQAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pancasila&hl=id&sa=X&
redir_esc=y#v=onepage&q=pancasila&f=false

1
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana Pancasila dalam sejarahnya ?

1.2.2. Mengapa Piagam Jakarta berisikan hukum mengenai agama tertentu ?

1.2.3. Apa fungsi dari Pancasila ?

1.2.4. Bagaimana umat kristen dalam memaknai Pancasila sila ke-1 ?

1.2.5. Bagaimana melihat diskriminasi lewat teropong Pancasila ?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Menjelaskan Sejarah Pancasila sebagai dasar Negara

1.3.2. Menjelaskan fungsi dari penerapan Pancasila bagi Bangsa dan Negara

1.3.3. Menjabarkan pertentangan perumusan Piagam Jakarta

1.3.4. Mengetahui makna Pancasila sila ke-1(bagi bernegara dan bagi kristen)

1.3.5. Memberi Informasi mengenai isu diskriminasi, sebagai contoh intoleransi

2
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Pancasila

Proses lahirnya Pancasila itu sangatlah panjang, yang dimana untuk

memperjuangkan itu tidaklah mudah bagi para tokoh yang berperan di dalamnya. Nilai

Pancasila itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak lama, hanya saja pada waktu itu belum

diberi nama Pancasila. Kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “panca” yang

artinya lima dan “sila” yang artinya asas atau dasar. Istilah Pancasila itu pertama kali

diperkenalkan oleh agama Buddha pada zaman Majapahit. Pada saat itu Majapahit

mengalami kejayaan dibawah pemerintah kerajaan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389 M.

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, terutama di bidang sastra mengalami kemajuan.

Salah satu karya sastra yang terkenal pada saat itu adalah kitab Negarakertagama yang ditulis

oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M yang menceritakan tentang sumber sejarah

Majapahit.

Ditinjau dari istilah Pancasila yang ada dalam kitab Negarakertagama, Pancasila berisi

ajaran sebagai berikut :

1) Dilarang membunuh

2) Dilarang mencuri

3) Dilarang berzinah

4) Dilarang berdusta

5) Dilarang minum minuman keras2

2
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2014), hal. 138-139.

3
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi

dalam artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai Modal Rasionalitas Politik menengarai bahwa

benih nasionalisme sudah tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang sangat

menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoeanan Indonesia menghimbau agar segenap

suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian , disusul lahirnya

Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan momen-momen perumusan diri bagi bangsa

Indonesia.3

Pada abad ke-20 pemikiran kearah perumusan dasar negara dipikirkan, hal itu dapat dilihat

dari sidang BPUPKI dan sidang PPKI. Menurut catatan sejarah, beberapa tokoh yang berperan

dalam perumusan Pancasila, yaitu Muh. Yamin, Ir. Soekarno, KI Bagus Hadikusuma, dan Mr.

Soepomo menyampaikan usulan dasar negara berdasarkan pandangan masing-masing. Pada sidang

BPUPKI yang pertama tanggal 1 Juni Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar

negara yaitu:

1) Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

2) Internasionalisme atau Peri Kemanusian

3) Mufakat atau Demokrasi

4) Kesejahteraan Sosial

5) Ketuhanan yang Berkebudayaan4

Dari kelima butir inilah diberi nama Pancasila oleh Ir. Soekarno. Dan berdasarkan peristiwa inilah

kita memperingati hari lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni.

3
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan
Tinggi, Cetakan 1. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016), hal. 50.
4
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan
Tinggi, Cetakan 1. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016), hal. 52.

4
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

2.1.1. Piagam Jakarta

Piagam Jakarta (Jakarta Charter) dan dapat dikenal dengan istilah

Preambule merupakan hasil dari rapat yang diadakan panitia kecil atau yang disebut

Panitia Sembilan, yang 9 diantaranya adalah anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Piagam Jakarta disetujui pada tanggal 22 Juni 1945, dalam menyambut kemerdekaan Republik

Indonesia. Isi Piagam Jakarta sendiri secara garis besar memuat arah dan tujuan bernegara

serta draft awal rumusan Dasar Negara, yang kemudian akan dicantumkan pada
5
pembukaaan UUD 1945.

Berikut adalah Anggota Panitia sembilan ,yaitu :

• A.A. Maramis (seorang beragama Kristen juga Nasionalis-Sekuler).

• Ir. Soekarno(ketua), Mohammad Hatta(wakil ketua), Achmad Soebardjo dan M. Yamin

(beragama Islam juga Nasioanalis-Sekuler).

• Wahid Hasjim, Abdoel Kahar Moezakir, Abikusno Tjokrosoejoso, dan Haji Agus Salim

(beragama Islam juga Nasionalis-Islam).

Pada awal perumusan Dasar Negara, berikut isi dari Piagam Jakarta:

• Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat-Syariat Islam Bagi Pemeluk-

Pemeluknya.

• Kemanusiaan yang adil dan beradab.

• Persatuan Indonesia.

• Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5
https://www.suara.com/news/2021/05/05/123512/isi-piagam-jakarta-yang-memuat-rancangan-dasar-
negara?page=all / Diakses pada 23 Agustus 2021 / Pukul 20:25 WITA

5
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

• Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ke-5 poin inilah yang dicantumkan pada UUD 1945 alinea ke-4 sebagai asas dasar Negara.6

2.1.2. Perdebatan Dalam Penyampaian Ketidaksetujuan

Tujuh kata-kata itu sensitif serta dianggap menusuk hati orang-orang Indonesia non

muslim yang walau dalam perumusannya A.A Marimis selaku anggota perumusan non muslim

yang beragama Kristen tidak menggangap hal ini suatu masalah, dia tidak keberatan,tanggal 22

Juni ia ikut menanda-tanganinya. Isi Piagam Jakarta itu di dukung oleh orang-orang yang percaya

bahwa "Tak akan ada nation Indonesia tanpa umat Islam. Lebih dari itu, karena kalangan

Nasionalis Indonesia yang berjuang dalam lingkup Nasional yang mula pertama memang

berwatak Islam" demikian pernyataan Ki Bagoes menilai bahwa kemerdekaan Indonesia diraih

juga berkat perjuangan umat Islam. Inilah yang membuat sejumlah pembicara mengatakan bahwa

sila pertama pantas menggunakan hukum syariat, pernyataannya mewakili orang-orang yang

setuju dengan tujuh kata dari Piagam Jakarta serta didukung dengan fakta populasi umat Islam

yang mencapai 90% yang tidak dapat kita pungkiri.7 8

Dapat kita simpulkan bahwa umat Islam merasa sungguh berjasa serta membawa fakta bahwa

mereka adalah mayoritas yang “pasti” lebih banyak berkontribusi dalam membawa Indonesia

yang merdeka.

Di dalam proses pertentangannya ada satu tokoh yang saat pembentukkan BPUPKI

dan PPKI menjadi anggota yang mewakili wilayah kepulauan Maluku, wakil dari

6
https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl/4 / Diakses pada
23 Agustus 2021 / Pukul 21:05 WITA
7
https://tirto.id/piagam-jakarta-wakil-indonesia-timur-yang-menolak-syariat-islam-cq7n / Diakses pada 23
Agustus 2021 / Pukul 21:32 WITA
8
https://amp.kompas.com/nasional/read/2016/06/01/09210021/perubahan-urutan-pancasila-dan-perdebatan-
syariat-islam-di-piagam-jakarta / Diakses pada 23 Agustus 2021 / Pukul 21:44 WITA

6
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Indonesia Timur yang mengajukan aspirasinya, yaitu Johannes Latuharhary pada

tanggal 11 juli 1945 mengemukakan bahwa tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu seolah -

olah membedakan antar umat beragama serta juga akan berpengaruh buruk bagi pemeluk

agama lain, jika ke tujuh kata itu tidak dihapus, Indonesia Timur mengecam untuk

memisahkan diri dengan Indonesia atau akan berdiri sendiri,cerita singkatnya Johannes

mengajukan keberatannya yang dimana mewakili kaum nonmuslim kepada Muhammad

Hatta sehingga keluarlah penjelasan Muhammad Hatta seperti berikut :

"Sesungguhnya tujuh perkataan itu hanya mengenai penduduk yang beragama Islam saja,

pemimpin-pemimpin umat Kristen di Indonesia timur keberatan kalau tujuh kata itu dibiarkan

saja, sebab tertulis dalam pokok dari pokok dasar negara kita, sehingga menimbulkan kesan

seolah-olah dibedakan warga negara yang beragama Islam dan bukan Islam"

demikian penjelasan Muhammad Hatta.

Perdebatan antara golongan Nasionalis dan golongan Islam tidak dipungkiri adanya.

Dimana golongan Nasionalis menilai bahwa isi dari Piagam Jakarta kurang mencerminkan

masyarakat Indonesia yang beragam dan disatu sisi umat Islam menanggapi bahwa hal ini

baik dan tidak merugikan karena di ajukan bagi pemeluk agama Islam. 9

Namun tokoh Islam sadar membiarkan Indonesia Timur memisahkan diri akan

melemahkan diplomasi (perhubungan antar negara-negara) juga membuka peluang bagi

Belanda untuk menjajah Indonesia lagi, selain itu mereka juga mempertimbangkan akan

lemahnya Republik tanpa sokongan dari Indonesia Timur, yang artinya mempengaruhi segala

aspek kehidupan bangsa (aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan

9
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/100000769/piagam-jakarta-isi-dan-kontroversinya?page=all /
Diakses pada 23 Agustus 2021 / Pukul 21:58 WITA

7
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

keamanan), dan pada akhirnya tokoh-tokoh Islam pun melunakkan hati dan akhirnya terpaksa

akan menghapus “tujuh kata” tersebut.10

Memang sebenarnya terlihat berat sebelah/bias kalau kita hanya memikirkan “tujuh

kata” tersebut tapi dengan perumusan sedemikian rupa dengan dilanjutkan poin sila ke -3

dan ke-5, yaitu persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

sudah jelas saling bertentangan dan terkesan munafik (pendapat kami), saya pribadi sangat

mengapresiasi para tokoh-tokoh islam untuk kemudian merendahkan egonya. 11

2.1.3. Pengesahan Pengubahan Tujuh Kata Piagam Jakarta

Sejak tanggal 11 juli saat keluhan ketidaksetujuan disampaikan, proses pembahasan keluhan

pun terjadi sehingga Mohammad Hatta mengadakan rapat dengan mengumpulkan golongan

Islam. Pada saat rapat pendahuluan tersebut menyetujui bahwa peraturan dalam rangka syariat

Islam yang hanya diperuntukkan bagi umat Islam akan diajukan pada rancangan undang-undang

ke DPR, dan jika diterima oleh DPR maka akan mengikat umat beragama Islam saja, tetapi rapat

dengan menyepakati bahwa hukum Nasional seharusnya berlaku seluruh warga Negara

Indonesia.

Sidang pertama PPKI (18 Agustus) dilakukan di Pejambon. Sebelum rapat dimulai, Ir.

Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta meminta kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim,

Mr Kasman Singodimedjo dan Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk membahas lagi tentang

10
https://youtu.be/PMpoaFi4ij0/ Diakses pada 26 Agustus 2021/ Pukul 08:20 WITA
11
https://tirto.id/kasman-singodimedjo-terpaksa-menghapus-tujuh-kata-di-piagam-jakarta-cq7o / Diakses pada
24 Agustus 2021 / Pukul 08:00 WITA

8
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

rancangan UUD. Hal itu dikarenakan adanya kelompok yang tidak mau menerima kalimat

pertama sila pertama naskah Piagam Jakarta.12

Usulan M.Hatta ini disepakati oleh beberapa tokoh Islam, tokoh-tokoh Islam yang dimintai

persetujuan itu adalah Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Kasman Singodimejo, dan

Teuku Mohammad Hassan. Persoalan ini penting untuk diulas guna mengetahui mengapa

tokoh-tokoh Islam tersebut bersedia menerima tawaran Hatta untuk menghapus “tujuh kata” yang

telah disepakati melalui perdebatan alot.

Berdasarkan sebuah penelitian (Anshari: 1983, 48), Wahid Hasyim pada saat itu sebenarnya

tidak hadir, meskipun Hatta menyatakan bahwa Wahid Hasyim turut hadir. Mengenai

Mohammad Hassan, dapat dipahami jika ia menerima penghapusan "tujuh kata" tersebut

mengingat ia sama sekali tidak bisa dimasukkan dalam kelompok nasionalis Islam, dan apalagi

ia sama sekali tidak terlibat dalam BPUPKI maupun Panitia sembilan.

Dengan perjalanan pertentangan yang cukup menegangkan dan mencekam akhirnya sampai juga

pada Perubahan Rumusan sila pertama Pancasila pada Piagam Jakarta atau Piagam Charter, yang

pada sidang Pleno PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 telah menghasilkan 3 keputusan yang salah

satu diantaranya adalah menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 dengan sahnya pengubahan

kalimat “ Dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya “

menjadi kalimat “ Ketuhanan Yang Maha Esa “, memang dalam perubahannya membutuhkan

proses yang agaknya memberatkan hati bagi umat islam karena di hapusnya “tujuh kata” dalam

Piagam Jakarta tersebut, karena bagi mereka melakukan hukum syariat islam salah satu alasan

kenapa Indonesia harus merdeka.13

12
https://www.unud.ac.id/in/berita2052-Bung-Hatta-dalam-Merevisi-Sila-Ketuhanan-dengan-kewajiban-
menjalankan-syariat-Islam-bagi-pemeluk-pemeluknya-.html / Diakses pada 24 Agustus 2021 / Pukul 09:27 WITA
13
Ibid.,18-19

9
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Di dalam proses perubahannya, KH. A. Wahid Hasyim yang mengusulkan kepada para

pimpinan Islam untuk mengubah asas Ketuhanan dengan ditambah kata-kata Yang Maha Esa,

yang juga berimplikasi tauhid bagi umat Islam.

Dikutip dari buku Berangkat dari Pesantren tulisan Saifuddin Zuhri, K.H. A. Wahid Hasyim

menjelaskan sikapnya dengan argumen berikut :

• Kondisi saat itu sangat membutuhkan persatuan untuk menghadapi Belanda yang berusaha

kembali ke daerah jajahan mereka.

• Beliau telah menerima dengan pemahaman bahwa kewajiban mengikuti syariat Islam bagi

umat Islam akan mendapatkan tempatnya dalam penerapan yang jujur terhadap pasal 29

UUD 1945 yang menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama dan

mengamalkan menurut agamanya masing-masing.14

2.2. Memaknai “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Adapun Makna dari sila ke-1 bagi bangsa yang berbunyi 'Ketuhanan yang Maha Esa' yaitu

bermakna bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan

menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya, mewujudkan kehidupan yang selaras,

serasi, dan seimbang antar sesama manusia Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk

ciptaan Tuhan yang lainnya.15

Begitulah pemaknaan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa secara umum, dilansir dari

republika.co.id dengan judul artikel "7 Kata Piagam Jakarta tak Sepenuhnya Hilang dari

14
https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl/ Diakses
pada 24 Agustus 2021/ Pukul 09:50 WITA
15
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5646522/makna-sila-pertama-pancasila-ketuhanan-yang-
maha-esa-ini-penjelasannya/ Diakses pada 24 Agustus 2021/ Pukul 10:39 WITA

10
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Pancasila" Salah satu pelaku sejarah Prof Mr. Kasman Singodimedjo menyatakan, “Perubahan

tujuh kata rumus “Ke-Tuhanan” itu amat penting, karena “Yang Maha Esa” menentukan arti dari

Ketuhanan. Pancasila yang kini secara geruisloos menjadi filsafat negara kita itu, tidak mengenal

Ke-Tuhanan sembarang ketuhanan. Sekali lagi bukan ketuhanan sembarang ketuhanan, tetapi yang

dikenal oleh Pancasila ialah Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.16

Ketuhanan Yang Maha Esa sudah baik adanya karena mendorong kita untuk menjalani

keyakinan dan kepercayaan kita dengan baik dan juga bukan sembarang Ketuhanan, sebagai umat

Kristiani, Pancasila bukan sesuatu hal untuk membedakan aspek yang ada dalam kehidupan, justru

Pancasila sebagai pemersatu kita dimana Pancasila ini menjadi pedoman didalam hidup kita dan di

dalam iman kristiani kita juga percaya bahwa sila pertama ini mengandung nilai-nilai Firman Allah,

karena Allah mau kita untuk menjalankan ibadah kita sesuai penurutan kehendakNya, juga Tuhan

Allah nyata memberi kita kehendak bebas di dalam memutuskan pilihan kita, yang dimana sudah

sepatutnya kita juga memberikan kebebasan memilih sesuai dengan keinginan dan pertimbangan

masing-masing, termasuk kebebasan memeluk agama.

2.3. Fungsi Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara

Pancasila memiliki peranan penting sebagai filter (penyaring) nilai-nilai baru. Rakyat

Indonesia perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perkembangan

zaman, tetapi Pancasila diperlukan untuk mempertahankan nilai budaya asli. Pancasila

dapat digunakan untuk memilah mana saja nilai yang dapat diserap untuk kemudian

disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, Pancasila tidak kaku dan

16
https://republika.co.id/berita/qamldz282/7-kata-piagam-jakarta-tak-sepenuhnya-hilang-dari-pancasila-
part2/ Diakses pada 24 Agustus 2021/ Pukul 10:55 WITA

11
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

menutup jalan bagi adanya perubahan. Pancasila justru memberi kesempatan bagi nilai-nilai

baru, untuk tumbuh dalam Negara dengan tetap berada dibawah kepribadian bangsa.

Karena Pancasila masyarakat Indonesia memiliki landasan fundamental dalam

hidupnya, Pancasila juga bertujuan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Agar bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang baik, makmur, bersatu, Dapat mengatur segala kehidupan

masyarakat di Indonesia dan mempersatukan Indonesia. Peran Pancasila sendiri sangatlah

penting. Jika kehidupan bermasyarakat di Indonesia tidak di dasari oleh Pancasila, maka

tidak akan mungkin Indonesia mampu bertahan sampai sekarang dengan banyaknya

keanekaragaman.1718

2.4. Peristiwa Diskriminasi Di Padang

Diskriminasi menurut KBBI Kemdikbud adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama

warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya).

Diskriminasi jika menurut Oxford Learner's Dictionaries dapat menjadi sikap yang netral ataupun

buruk, tergantung pada perilaku diskriminasinya seperti apa.19 Contoh diskriminasi yang pernah

terjadi di Indonesia adalah viralnya berita dimana Siswi Non-muslim SMKN 2 Padang di Provinsi

Sumatera Barat diwajibkan memakai jilbab di sekolah (sekolah Negeri), pemakaian Jilbab dengan

alasan keseragaman dan peraturan sekolah. Hal ini tentu bertentangan dengan makna sila pertama

Pancasila. Peraturan bahwa siswi nonMuslim dianjurkan menggunakan jilbab di Padang ini sudah

17
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/070000769/arti-penting-pancasila-
sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul 20:38
WITA
18
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pancasila-sebagai-dasar-kehidupan-
warga-indonesia/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul 20:43 WITA
19
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5593209/diskriminasi-adalah-sikap-membatasi-ini-definisi-
dan-contohnya/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 12:08 WITA

12
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

berlangsung selama 15 tahun lebih. 20 Berdasarkan keterangan siswi bahwa ia sudah terbiasa

memakai jilbab walau ia umat Kristen, para siswi satu suara bahwa mereka mengikuti aturan yang

ada bukan karena unsur paksaan walau mereka punya pandangan berbeda-beda mengenai aturan

pemakaian jilbab tersebut , siswi A menganggap bahwa anjuran pemakaian jilbab ini tidak ada

unsur paksaan dan sudah terbiasa dengan anjuran ini sejak SMP, sedangkan B menganggap bahwa

dengan memakai jilbab menyesuaikan dengan teman-teman yang mayoritas dan dia memandang

jilbab hanya sebagai atribut, kemudian siswi C mengaku bahwa semenjak kelas 1 SD sudah

menggunakan hijab hingga SMK sekarang, saat ditanyai pendapat pribadi mau lepas jilbab atau

pakai jilbab ia menjawab dengan percaya diri ia lebih memilih tidak memakai jilbab karena orang

akan bersalah sangka mengenai keyakinannya, lalu siswi D menjelaskan bahwa awal aturan

pemakaian jilbab memang ada unsur paksaan tapi karena sudah terbiasa dan berada di lingkungan

Muslim hal inipun jadi biasa, orang tua D menanggapi bahwa rindu melepaskan jilbab,tetapi biar

nyaman di sekolah maka mengikuti aturan yang ada.21

Sudah jelas dari pernyataan beberapa siswi tersebut agaknya janggal dan ambigu, dikutip dari

komentar pada Channel Youtube “Jurnalis TKP” akun berinisial P berkomentar “Kalau sudah jadi

aturan sekolah itu pasti akan memaksa, harusnya masalah iman itu menjadi urusan pribadi”,lalu

dalam Channel Youtube “KompasTV” akun berinisial E berkomentar “ini namanya perbedaan

dituntut sama, keberagaman ditutupi seragam” dan akun beinisial F mengutip perkataan Soekarno

yang berisi “Indonesia ada karena keberagaman”.22 23

20
https://news.detik.com/berita/d-5345873/eks-walkot-padang-aturan-siswi-berjilbab-sudah-15-tahun-
kok-baru-ribut/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 20:33 WITA
21
https://youtu.be/du0mLiRcSc8/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 21:59 WITA
22
komentar channel Youtube Jurnalis TKP ,januari 2021,
https://youtu.be/du0mLiRcSc8 / Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 23:40 WITA
23
komentar channel Youtube KompasTV,januari 2021,
https://youtu.be/uqt_iCakDpM/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 22:37 WITA

13
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Kami melihat ada kejanggalan bahwa pernyataan tidak adanya unsur paksaan tidak benar

adanya, karena berdasarkan dari info yang kami dapat mengenai orang tua siswi yang dipanggil ke

sekolah,ia dipanggil dengan alasan karena anaknya tidak memakai jilbab saat belajar tatap muka,

pandangan kami jika memang tidak ada unsur paksaan seperti yang sekolah tersebut sampaikan

mengapa sampai melibatkan orangtua dan memanggil orang tua seolah-olah melanggar aturan

beribadah dalam kepercayaan/agama yang ia anut, salah satu orang tua siswi sangat keberatan

dengan hal ini karena menurutnya dengan anaknya memakai jilbab seakan-akan membohongi

identitas anaknya sebagai kristen, karena siswi kerap kali juga dikira sebagai seorang Muslim.24 25

Kami sangat terpukul saat mengetahui bahwa hal ini sudah berlangsung begitu lama, hanya

saja saat viral baru di tindak lanjuti, jika kita memandang dari teropong Pancasila kebijakan seperti

ini sudah tidak bijak adanya dan jelas tidak menghargai perbedaan beragama dan parahnya lagi

menormalkan intoleran dalam memandang perbedaan dalam hal ini agama, sebelumnya kita telah

belajar bahwa makna dari sila pertama Pancasila adalah menjalankan ibadah sesuai dengan

keyakinan masing-masing, kejadian ini sungguh memperlihatkan kurangnya jiwa Pancasialis di

dalam daerah tersebut bahkan peristiwa ini bisa dikatakan melanggar Hak Asasi Manusia(HAM),

coba pikirkan jika kejadian ini di putarbalikkan, apakah mereka mau disuruh untuk memakai

rosaria, kami yakin jawabannya tidak karena mereka tidak imani itu, dengan pernyataan ini sudah

sepatutnya lebih baik untuk menyarankan siswi yang juga umat beragama menjalani ibadahnya

sesuai dengan keyakinannya bukan malah menyarankan melakukan hal yang ia tidak imani.

24
https://youtu.be/FTxeSxRThEY/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 1:00 WITA
25
https://youtu.be/1u6k6XXcPt0 Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 1:21 WITA

14
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

BAB III

Penutup

3.1. Kesimpulan Dan Saran

3.1.1. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan hal yang kami dapat jabarkan secara singkat mengenai

pembahasan kami sebelumnya dan juga pandangan kami dalam melihat pembahasan yang

kami bawakan, Untuk mencapai sesuatu bagi kepentingan bersama memanglah

membutuhkan perjuangan, terteranya ‘tujuh kata’ tersebut dalam Piagam Jakarta pada

tanggal 22 juni 1945 merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima bahkan bagi sudut

pandang kami sebagai Mahasiswa/Mahasiswi, karena hukum dan dasar negara tidak

seharusnya hanya tertuju pada golongan tertentu karena dasar negara itu sifatnya Nasional.

Pada tanggal 11 juli penyuaran ketidaksetujuan telah sampai di telinga Moh.Hatta, suara

itu tidak didiami Moh.Hatta melainkan langsung ia proses bahkan dia membujuk golongan

islam untuk merubah “tujuh kata” dalam Piagam Jakarta sila ke-1, dan sampai akhirnya

perubahan diterima lalu disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang juga merupakan hari

pengesahan UUD 1945. Kami sungguh menghargai sikap dari pahlawan kita yang berusaha

untuk selalu mendengarkan suara keluh rakyat.

3.1.2. Saran

Hendaklah kita menjadi pelaku-pelaku Pancasila dan menghargai segala jasa para

pahlawan yang turut serta dalam memerdekakan Indonesia serta memikirkan segala aspek

untuk kepentingan kedamaian bangsa, maknai segala keputusan yang ada dengan positif dan

penuh harapan yang baik untuk kemajuan bangsa Indonesia serta juga menjunjung tinggi

15
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

keadilan bagi sesama kita dengan tidak membeda-bedakan, hidupilah nilai-nilai pancasila

seperti orang arif, dan juga turut mengajarkan dan mengajari diri sendiri untuk memaknai

Pancasila agar hidup keberagaman kita dijalani dengan damai seperti arti Bhineka Tunggal

Ika yaitu, berbeda-beda tetapi tetap satu jua,

Harapan kami juga bangsa Indonesia kedepannya menjadi Negeri yang lebih berjiwa

Pancasilais yang dimana pemerintah dan rakyat ikut serta di dalam menegakkan nilai-nilai

dan makna Pancasila, perbolehkan kami untuk memberi pendapat bagaimana agar intoleransi

di padang itu tidak terjadi lagi, kebijakan Pemerintah untuk melakukan penyuluhan dengan

cara mengecek peraturan serta pelajaran yang diberikan kepada anak didik/siswa-siswi

dimanapun mereka berada, dengan adanya penyuluhan dan pengecekan diharapkan agar

siswi memiliki haknya bukan hanya siswi mungkin juga siswa, kebijakan ini tidak hanya

untuk melihat jika ada peraturan mewajibkan pemakaian jilbab bagi Non Muslim di sekolah-

sekolah, dan juga bukan untuk kristen, melainkan untuk menegakkan nilai Pancasila yang

kian terpendam dikarenakan orang-orang yang tidak memiliki jiwa Pancasialis.

16
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

3.3. Daftar Pustaka

E-Books

Bo’a, Fais Yonas dan Sri Handayani RW, Memahani Pancasila, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar,2019), 4, diakses tanggal 24 Agustus 2021,
https://books.google.co.id/books?id=7RB9DQAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pancasila&hl
=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pancasila&f=false

Bo’a, Fais Yonas dan Sri Handayani Rw, Memahami Pancasila, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2019), 18-19, Diakses pada 24 Agustus 2021,
https://books.google.com/books/about/MEMAHAMI_PANCASILA.html?hl=id&id=POeTDwA
AQBAJ

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Indonesia. (Jakarta: Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan, 2014), hal. 138-139.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan


Tinggi, Cetakan 1. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2016), hal.
50

Artikel

Aditya, R. (2021 ). Isi Piagam Jakarta Yang Memuat Rancangan Dasar Negara,
https://www.suara.com/news/2021/05/05/123512/isi-piagam-jakarta-yang-memuat-rancangan-
dasar-negara?page=all, diakses pada 23 Agustus 2021 pukul 20:25 WITA

kumparan.com. (n.d.). Isi Piagam Jakarta Dan Perubahannya. berita hari ini.
https://kumparan.com/berita-hari-ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl,
diakses pada 23 Agustus 2021 pukul 21:05 WIB

tirto.id. Piagam Jakarta Wakil Indonesia Timur Yang Menolak Syariat Islam.
https://tirto.id/piagam-jakarta-wakil-indonesia-timur-yang-menolak-syariat-islam-cq7n, diakses
pada 23 Agustus 2021, pukul 21:32 WITA

Galih, B. (2016). Perubahan Urutan Pancasila Dan Perdebatan “Syariat Islam” Di Piagam Jakarta.
https://amp.kompas.com/nasional/read/2016/06/01/09210021/perubahan-urutan-pancasila-dan-
perdebatan-syariat-islam-di-piagam-jakarta, diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 21:44 WITA

Nailufar, Nibras Nada. (2020). Piagam Jakarta Isi Dan Kontroversinya.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/07/100000769/piagam-jakarta-isi-dan-
kontroversinya?page=all, diakses pada 23 Agustus 2021, pukul 21:58 WITA

17
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Matanasi, P. (2018). Kasman Singodimedjo Terpaksa Menghapus Tujuh Kata Di Piagam Jakarta.
https://tirto.id/kasman-singodimedjo-terpaksa-menghapus-tujuh-kata-di-piagam-jakarta-cq7o,
diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 08:00 WITA

Wiranata, Made A. “ Bung Hatta Dalam Merevisi Sila Ketuhanan Dengan Kewajiban
Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya”. https://www.unud.ac.id/in/berita2052-
Bung-Hatta-dalam-Merevisi-Sila-Ketuhanan-dengan-kewajiban-menjalankan-syariat-Islam-bagi-
pemeluk-pemeluknya-.html, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 09:27 WITA

kumparan.com. (n.d). Isi Piagam Jakarta Dan Perubahannya. https://kumparan.com/berita-hari-


ini/isi-piagam-jakarta-dan-perubahannya-1uhINQhU0sl, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul
09:50 WITA

Wulandari, T. (2020). Makna Sila Pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa Ini
Penjelasannya. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5646522/makna-sila-pertama-pancasila-
ketuhanan-yang-maha-esa-ini-penjelasannya, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 10:39 WITA

Ucu, Karta Raharja. (2020). “ 7 Kata piagam Jakarta tak sepenuhnya hilang dari pancasila ”.
https://republika.co.id/berita/qamldz282/7-kata-piagam-jakarta-tak-sepenuhnya-hilang-dari-
pancasila-part2, diakses pada 24 Agustus 2021, pukul 10:55 WITA

Aisyah, N. (2021). Diskriminasi Adalah Sikap Membatasi Ini Definisi Dan Contohnya.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5593209/diskriminasi-adalah-sikap-membatasi-ini-
definisi-dan-contohnya, diakses pada 29 Agustus 2021, pukul 12:08 WITA

Kampai, J. (2021). Eks Walkot Padang : Aturan Siswi Berjilbab Sudah 15 Tahun, Kok Baru
Ribut?. https://news.detik.com/berita/d-5345873/eks-walkot-padang-aturan-siswi-berjilbab-
sudah-15-tahun-kok-baru-ribut, diakses pada 29 Agustus 2021 pukul 20:33 WITA

Kompas.com (03/02/2020). Arti Penting Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan Hidup
sumbe: kemdikbud. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/070000769/arti-penting-
pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul
20:38 WITA

I Gusti Agung Ayu Aggita Putri (24 april 2020) Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Warga
Indonesia. https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pancasila-sebagai-dasar-kehidupan-
warga-indonesia/ Diakses pada 30 Agustus 2021 / Pukul 20:43 WITA

Video

PinterPolitik TV, 25 November 2019.Sejarah Piagam Jakarta,Mungkinkah Kembali? [Video]


Youtube. https://youtu.be/PMpoaFi4ij0/ Diakses pada 26 Agustus 2021/ Pukul 08:20 WITA

18
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis

Jurnalis TKP, 26 Januari 2021, Pengakuan Siswi Non Muslim Di SMKN 2 Padang Terkait Jilbab
[Video]Youtube. https://youtu.be/du0mLiRcSc8/ Diakses pada 29 Agustus 2021/ Pukul 21:59
WITA

Nadine Firaishe, 23 Januari, Geger Siswi Non Muslim SMKN 2 Padang Dipaksa Pakai Jilbab Oleh
Pihak Sekolah[Video]Youtube https://youtu.be/FTxeSxRThEY/ Diakses pada 29 Agustus 2021/
Pukul 1:00 WITA

KOMPASTV, 23 Januari 2021,Pengakuan Kepala Sekolah SMKN 2 Padang Soal Pemakasaan


Siswi Non Muslim Pakai Jilbab https://youtu.be/1u6k6XXcPt0 Diakses pada 29 Agustus 2021/
Pukul 1:21 WITA

19

Anda mungkin juga menyukai