Anda di halaman 1dari 17

Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan Matematika


15 - 16 November 2018

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC


AUDITORY VISUALISATION INTELLECTUALY UNTUK
MENINGKATKAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 MOGA PADA MATERI
PROGRAM LINEAR

Untung Teguh Budianto


SMA Negeri 1 Moga, Pemalang, untung.teguh@gmail.com

Abstrak. Daya serap ujian nasional pada materi program linear SMA Negeri 1 Moga di tahun 2017
dan 2018 sangat rendah, rendahnya daya serap ini diduga dari karena kurang efektifnya strategi
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. Oleh karena itu perlu menggunakan strategi
pembelajaran yang lebih efektif sehingga penguasaan matematika khususnya materi program linear
oleh siswa akan lebih baik serta motivasi belajar siswa juga mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap mampu untuk meningkatkan hasil
belajar dan meningkatkan motivasi belajar matematika adalah model pembelajaran SAVI. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar pada materi program linear bagi siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Moga
Kabupaten Pemalang tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari dua siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kedua
siklus menggunakan model pembelajarn SAVI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Demikian pula hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan baik di siklus I maupun di siklus II bila dibandingkan dengan kondisi awal. Rerata hasil
belajar pada kondisi awal adalah 47,22 meningkat menjadi 71,97 pada siklus I meningkat lagi pada
siklus II menjadi 77,56.

Kata Kunci: motivasi belajar, hasil belajar, program linear, SAVI.

1. Pendahuluan

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan di SMA Negeri 1 Moga menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika khususnya materi program linear menunjukkan hasil yang masih sangat rendah, hal ini
ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan yang masih jauh dari harapan, nilai yang diperoleh jauh di
bawah 70 atau di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah serta hasil analisis dari Puspendik terhadap
daya serap di ujian nasional khususnya materi program linear adalah 35,44 pada tahun 2017 dan 35,12
pada ujian nasional tahun 2018. Selain hasil belajar yang rendah menurut pengamatan peneliti dan
beberapa guru menilai bahwa motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran juga rendah, siswa
cenderung tidak mau belajar, tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan tidak
memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.

Rendahnya penguasaan matematika ini diduga karena kurang efektifnya strategi pembelajaran yang
selama ini dilaksanakan. Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk mencari strategi pembelajaran

812
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

yang lebih efektif sehingga penguasaan matematika khususnya materi program linear oleh siswa akan
lebih baik serta motivasi belajar siswa juga mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Salah satu
strategi pembelajaran yang dianggap mampu untuk meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan
motivasi belajar matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory
Visualisation Intellectualy (SAVI).

Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah apakah melalui model pembelajaran SAVI
dapat meningkatkan hasil belajar materi program linear bagi siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1
Moga Tahun Pelajaran 2018/2019 dan apakah model pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi belajar bagi siswa XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Moga Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan dari penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Moga Tahun Pelajaran 2018/2019 ini adalah
(1) meningkatkan hasil belajar materi program linear bagi siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Moga
Tahun Pelajaran 2018/2019, (2) meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1
Moga Tahun Pelajaran 2018/2019. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan
ini adalah (1) siswa dapat meningkatkan hasil belajar materi program linear melalui model
pembelajaran SAVI, (2) siswa dapat meningkatkan motivasi belajar melalui model pembelajaran SAVI.

2. Kajian Teori

2.1 Motivasi Belajar

Menurut Sjukur (2012) motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas, tujuan, dan arah motivasi
yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa dan guru. Motivasi dapat
berupa motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang
berasal dari diri seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar
seseorang misalnya lingkungan, orang lain, dan sebagainya. Motivasi berguna untuk mendorong,
mengarahkan, dan menggerakkan tingkah laku. Motivasi menentukan keberhasilan seseorang dalam
menggapai cita-cita yang diinginkan, sehingga motivasi seorang siswa terhadap pembelajaran sangat
diperlukan untuk menggapai keberhasilannya dalam belajar yakni mendapatkan hasil belajar yang baik.

2.2 Hasil Belajar

Menurut Subrata (1995) kegiatan belajar adalah memberikan dampak membawa kepada perubahan,
bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru, dan bahwa perubahan itu
terjadi karena usaha dengan sengaja. Sedangkan menurut Usman (2000) belajar merupakan perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya dan
antara individu dengan lingkungan. Sehingga belajar dapat didefinisikan sebagai usaha sadar untuk
mendapatkan perubahan, baik perubahan pada pengetahuan, keterampilan maupun pada tingkah laku.

2.3 Model Pembelajaran SAVI

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik
adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi,
menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang
berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, mandiri, dan hidup.

813
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

Model pembelajaran Somatic Auditory Visual Intellectualy dari kata Somatic, Auditory, Visual, dan
Intellectualy. Model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
melakukan aktivitas fisik. Pendekatan pembelajaran ini akan mengajak siswa belajar dengan berbuat
dan bergerak, berbicara dan mendengar, mengamati dan menggambarkan serta memecahkan masalah,
sehingga siswa akan menggunakan semua inderanya untuk belajar. Metode yang dapat dipakai pada
pendekatan ini diantaranya diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Penerapan pendekatan ini diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa (Meier, 2002).

Menurut Suyatno (2007) prinsip-prinsip model pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut : (a)
pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, (b) pembelajaran berarti berkreasi bukan
mengkonsumsi, (c) kerjasama membantu proses pembelajaran, (d) pembelajaran berlangsung pada
benyak tingkatan secara simultan, (e) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan
umpan balik, (f) emosi positif sangat membantu pembelajaran, (g) otak-citra menyerap informasi secara
langsung dan otomatis.

Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dengan kelompok/individu dalam empat tahap

1. Tahap persiapan
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman
belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Tahap Penyampaian
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang
menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera.

3. Tahap Pelatihan
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa dalam mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan
serta keterampilan baru dengan berbagai cara.

4. Tahap penampilan hasil


Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau
keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil
akan terus meningkat.

Menurut Shoimin (2014) kelebihan pembelajaran SAVI antara lain: (a) meningkatkan kecerdasan secara
terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual, (b) ingatan
siswa terhadap materi yang dipelajari lebih kuat, karena siswa membangun sendiri pengetahuannya, (c)
suasana dalam pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak
bosan dalam belajar, (d) memupuk kerja sama, dan diharapkan siswa yang lebih pandai dapat membantu
siswa lain yang kurang pandai, (e) menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, (f)
mampu meningkatkan kreativitas dan kemampuan psikomotor siswa, (g) memaksimalkan konsentrasi
siswa, (h) siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat, (i) melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan
mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. Sedangkan kekurangannya adalah
penerapan pembelajaran ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang
menyeluruh dan harus sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga membutuhkan biaya pendidikan yang
relatif besar dan karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga kesulitan menemukan
jawaban ataupun gagasannya sendiri.

814
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dilakukan secara partisipasif yaitu dibantu
rekan sejawat. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus merujuk pada model Kemmis dan Mc Taggart,
meliputi: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, seperti pada gambar berikut:

Gambar 1. Model PTK Kemmis dan McTaggart (Pujiono, 2008)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah yang beralamat
di Jalan Camping Sight, Banyumudal, Pemalang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
pada bulan Agustus s.d. Oktober 2018 dengan dua siklus. Siklus pertama dengan tiga kali pertemuan,
siklus kedua dengan dua kali pertemuan, dan masing-masing siklus diakhiri dengan pengambilan data
hasil belajar.

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Moga tahun pelajaran 2018/2019 yang
berjumlah 36 siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui teknik tes dan angket, (1) tes yang diberikan kepada siswa yaitu berupa tes
tertulis berbentuk soal uraian dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi program
linear. Dari hasil tes yang diperoleh, didapat skor total untuk setiap siswa, kemudian dihitung nilai rata-

815
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

rata kelas, (2) angket yang dimaksud adalah sekumpulan pertanyaan untuk mengetahui motivasi belajar
siswa.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket dan tes.
Teknik angket digunakan untuk mendapatkan data motivasi belajar, sedangkan teknik tes digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Data motivasi belajar siswa selama pembelajaran yang diperoleh dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor angket
M=
Jumlah total skor angket

Kemudian untuk menentukan kategori motivasi siswa diperoleh dari tabel berikut :

Tabel 5 Pedoman Kriteria Motivasi Siswa


Indeks Motivasi Kriteria
0< M ≤ 0,5 Rendah
0,5 < M ≤ 0,7 Sedang
0,7 < M ≤ 1 Tinggi

Data hasil belajar siswa setiap siklus dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai hasil belajar,
untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak.

3.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah bila terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yakni:
(1) peningkatan kualitas proses yaitu motivasi belajar siswa meningkat dan (2) peningkatan kualitas
hasil yang menyangkut skor rata-rata hasil tes belajar siswa, dimana jika hasil tes belajar menunjukkan
adanya peningkatan rata-rata maka siklus penelitian dihentikan.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Setelah kegiatan tindakan pada siklus I, dari pengamatan yang dilakukan ada beberapa kelemahan yang
terjadi pada siklus I yakni (1) ada kelompok yang dalam diskusi tidak berjalan maksimal, karena anggota
kelompok tersebut adalah siswa-siwa yang berkemampuan rendah, maka pada siklus II dilakukan
perbaikan tindakan yaitu untuk kelompok yang sudah selesai menyelesaikan diskusi atau LKS
membantu kelompok lain yang kesulitan dalam menyelesaikan LKS, (2) banyak siswa yang masih
belum paham tentang titik-titik pojok pada daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua
variabel, karena itu pada siklus II untuk menampilkan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear
dua variabel dengan menggunakan software Geogebra agar siswa lebih memahami bentuk dan titik-titik
pojok pada daerah penyelesaian.

4.1 Motivasi Siswa

Berdasarkan hasil angket motivasi siswa, setelah dianalisis dapat disajikan dalam tabel dan diagram
berikut:

816
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

Tabel 2 Data Hasil Pembandingan Motivasi Siswa Kelas XI MIPA 1 dari


Pra siklus, Siklus I ke Siklus II
No Kategori Motivasi Pra siklus Siklus I Siklus II
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Rendah 4 11,11% 2 5,56% 0 0%
2 Sedang 28 77,78% 24 66,67% 23 63,89%
3 Tinggi 4 11,11% 10 27,78 13 36,11%

Untuk memperjelas adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari pra siklus, siklus I ke siklus II dapat
dilihat dari gambar berikut:

Rendah Sedang Tinggi

30 28
24 23
25

20
15 13
10
10
4 4
5 2
0
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 2. Diagram Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI


MIPA 1 dari Pra Siklus ke Siklus I ke Siklus II

Dari tabel dan diagram di atas terlihat bahwa motivasi belajar pada pra siklus proses pembelajaran
kekatifan siswa : kategori tinggi 4 siswa (11,11%), sedang 29 siswa (77,78%) dan rendah 4 siswa
(11,11%). Setelah proses pembelajaran pada siklus I meningkat menjadi : kategori tinggi 10 siswa
(27,78%), sedang 24 siswa (66,67%) dan rendah 2 siswa (5,56%), kemudian setelah dilakukan tindak
lanjut pada proses siklus II meningkat lagi menjadi: tinggi 13 siswa (36,11%), sedang 23 siswa
(63,89%) dan rendah 0 siswa (0%), hal ini dimungkinkan karena pada saat pembelajaran siswa merasa
senang, mereka dapat saling membantu jika ada kesulitan di dalam belajar.

4.2 Hasil Belajar

Dari hasil pre test, tes hasil belajar pada siklus I, kemudian tes hasil belajar pada siklus II dapat disajikan
sebagai berikut:

Tabel 2 Peningkatan Hasil Belajar Dari Pra siklus, Siklus I, Siklus II


No Uraian Pra siklus Siklus I Siklus II
1 Tuntas 5 21 27
2 Belum Tuntas 31 15 9
3 Nilai Tertinggi 80 100 96
4 Nilai Terendah 10 50 50
5 Rata-rata 47,22 71,97 77,56

817
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

100
96
77,56
80
71,97
50 47,22
27 31
21
15 10
5 9

TUNTAS BELUM TUNTAS NILAI NILAI RATA-RATA


TERTINGGI TERENDAH

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 3. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Dari Pra siklus, Siklus I, Siklus II

Dari tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat, sesuai indikator
keberhasilan penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada program linear.

Efektivitas model pembelajaran SAVI dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar sudah diduga
sebelumnya karena dalam model pembelajaran ini ada beberapa kelebihan diantaranya suasana dalam
pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak bosan dalam
belajar, memupuk kerja sama, dan diharapkan siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa lain yang
kurang pandai, menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, mampu meningkatkan
kreativitas dan kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan konsentrasi siswa, siswa akan
termotivasi untuk belajar lebih giat, melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat
dan berani menjelaskan jawabannya (Shoimin, 2014). Hal ini juga dengan penelitian (Esti, 2014) yang
menyatakan bahwa pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika.

Berdasarkan pencapaian tersebut, yakni: motivasi belajar dan hasil belajar siswa meningkat, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI dalam penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil.

5. Simpulan Dan Saran

Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada motivasi dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus I dan dilanjutkan siklus II dapat disimpulkan :

1. Penggunaan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIPA 1
SMA Negeri 1 Moga Tahun Pelajaran 2018/2019 mata pelajaran matematika pada materi program,
yakni rerata hasil belajar meningkat dari 47,22 pada hasil pretes pada pra siklus menjadi 71,97 pada
siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 77,56.

2. Penggunaan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XI MIPA 1 SMA
Negeri 1 Moga Tahun Pelajaran 2018/2019 mata pelajaran matematika pada materi program linear,
yakni

818
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

a. siswa dengan kategori motivasi tinggi meningkat, pada kegiatan pra siklus terdapat 4 siswa
(11,11%) naik menjadi 10 orang (17,78%) dan naik lagi pada siklus II menjadi 13 siswa (36,11%)

b. siswa dengan kategori motivasi sedang meningkat, pada kegiatan pra siklus terdapat 28 siswa
(77,78%) naik menjadi 24 orang (66,67%) dan naik lagi pada siklus II menjadi 23 siswa (63,89%)

c. siswa dengan kategori motivasi rendah meningkat, pada kegiatan pra siklus terdapat 4 siswa
(11,11%) naik menjadi 2 orang (5,56%) dan naik lagi pada siklus II menjadi 0 siswa (0%)

Saran

Berdasar simpulan penelitian di atas, peneliti memberikan saran: (1) pembelajaran SAVI perlu
diterapkan pada materi lain tidak hanya pada materi program linear; (2) untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa perlu diterapkan model-model pembelajaran yang bervariasi tidak hanya ekspositori; dan
(3) perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk tingkat kelas yang berbeda agar penggeneralisasian
kesimpulan penelitian ini dapat secara menyeluruh diterapkan pada bidang studi matematika.

Daftar Pustaka

Esti, Y. (2014). Penerapan Pendekatan Pembelajaran SAVI Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Matematika. Ekuivalen, 282 - 287.

Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.

Pujiono, S. (2008). Desain Penelitian Tindakan Kelas Dan Teknik Pengembangan Kajian Pustaka. Diambil
kembali dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/1.%20PPM%20Makalah%20MAN%20&%20UNY.pdf

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sjukur, S. (2012). Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK.
Jurnal Pendidikan Fokasi, 368-378.

Subrata, S. (1995). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suyatno. (2007). Aneka Model Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surabaya: Unesa.

Usman, M. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

819
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

PENGEMBANGAN MEDIAGRAMA UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS, MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 26 KOTA
JAMBI

Yul Pendri
SDN 26, Jl. Slamet Riyadi RT 18 Legok, Kota Jambi, pendriguchi2@gmail.com

Abstrak. Pondasi dasar pendidikan dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah induk dari
perkembangan proses pembelajaran yang ada saat ini. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
Karso, dan Tut Wurihandayani. Pendidik berfungsi sebagai contoh, teladan, motivator, katalisator,
dan fasilitator. Tujuannya memberikan pengalaman kepada siswa agar memiliki kemampuan dan
keterampilan. Seorang pendidik diharapkan mampu menciptakan iklim pembelajaran yang aktif,
kreatif, inovatif dan menyenangkan (PAIKEM). Tiga tahapan belajar dikemukakan oleh bruner
yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Menciptakan suatu iklim pembelajaran yang mampu
memfasilitasi semua gaya belajar dan karakteristik siswa menjadi fokus untama bagi pendidik.
Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas IV SDN 26 Jambi diperoleh data kurang memuaskan.
Siswa belum mampu menguasai materi yang berakibat pada rendahnya hasil belajar. Upaya yang
dilakukan adalah menciptakan inovasi pembelajaran yaitu MEDIAGRAMA. Pengembangan
mengacu pada langkah pengembangan Borg dan Gall. Berdasarkan hasil analisis aplikasi praktis
diperoleh data angket penggunaan MEDIAGRAMA mencapai 92,90%. Sedangkan hasil berlajar
melalui tes tertulis mencapai 90,32% dengan kriteria sangat baik. Begitupun proses pembelajaran,
Indikator kemunculan aktivitas belajar melalui observasi mencapai 85,00%, sedangkan untuk
motivasi belajar mencapai 86,67%. Dengan demikian, rangkaian permainan dengan menggunakan
media ini mampu memancing aktivitas dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika
sehingga beribas pada hasil belajar yang sesuai harapan.

Kata Kunci: MEDIAGRAMA, Aktivitas, Motivasi, Hasil Belajar

1. Pendahuluan
Pondasi dasar pendidikan yang dikemukakan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara
adalah induk dari perkembangan proses pembelajaran yang ada saat ini. Dalam hal ini, pendidik
berfungsi sebagai contoh, teladan, motivator, katalisator, dan fasilitator bagi siswanya dalam
mempelajari pengetahuan di sekolah dasar. Berkenaan dengan hal diatas, seorang pendidik diharapkan
mampu menciptakan iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan (PAIKEM)
disetiap proses pembelajaran yang dilakukan

Agar proses pembelajaran bisa memfasilitasi semua karakteristik siswa, pendidik diharapkan mau dan
mampu berinovasi sehingga pembelajaran semangkin sempurna. Bruner mengemukakan tiga tahapan
belajar yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Berkenaan dengan pendapat bruner diatas, sebagai pendidik
diharapkan benar-benar mampu memahami semua kewajiban dan hal-hal yang mendukung
terlaksananya sebuah proses dalam menjalankan kewajibannya. Dalam hal ini, menciptakan suatu iklim
pembelajaran yang mampu memfasilitasi semua gaya belajar dan karakteristik siswa menjadi prioritas
dan fokus untama bagi pendidik. Pada akhirnya sebuah proses pembelajaran yang dilakukan akan
menjadi keniscayaan dalam pencapian hakekat belajar bagi semua siswa. I see, I know, I do, and I
understand dapat dibudayakan disetiap tahap perkembangan siswa.

870
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas IV SDN 26 Kota Jambi diperoleh data yang kurang
memuaskan, dimana masih banyak siswa yang belum mampu menguasai materi setelah proses
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan kurangnya aktivitas dalam proses
pembelajaran, sehingga berpengaruh pada rendahnya motivasi siswa terhadap pembelajaran
matematika. Faktor utama terkait masalah diatas adalah belum maksimalnya upaya yang dilakukan
dalam menciptakan iklim pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan
demikian, dirasa perlu untuk melakukan pembaharuan yang mampu mengatasi permasalahan tersebut
agar tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan harapan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menciptakan inovasi media pembelajaran yaitu
MEDIAGRAMA. Media yang dikembangkan diharapkan mampu memfasilitasi semua siswa dalam
upaya pencapaian kompetensi yang diharapkan. Selain itu, media ini juga dirancang agar bisa
menciptakan proses berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi yang berimbas pada peningkatan keaktifan,
kreatifitas, mampu berinovasi, dan yang pastinya digunakan dengan metode permainan yang
menyenangkan sehingga berimbas pada interaksi sosial antar siswa serta menjunjung tinggi nilai-nilai
sportifitas. Selain itu, pengembangan media ini adalah sebagai upaya menanamkan nilai-nilai karakter
bangsa yang meliputi religiuitas, nasionalisme, kemandirian, gotongroyong, dan integritas.

Penelitian pengembangan ini adalah menciptakan sebuah produk dalam bentuk MEDIAGRAMA
sebagai upaya menciptakan inovasi pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Selain itu, tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan MEDIAGRAMA
yang dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 26 Kota
Jambi. Untuk mengetahui pengembangan MEDIAGRAMA yang dapat meningkatkan aktivitas, motivasi
dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 26 Kota Jambi. Untuk mengetahui efektifitas
MEDIAGRAMA yang dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas
IV SDN 26 Kota Jambi.

MEDIAGRAMA merupakan akronim dari Media Diagram melalui Permainan Zuma. Dasar
penggunaan MEDIAGRAMA sebagai nama dari media yang dikembangkan adalah (1) media
merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan
tujuan agar semua keberagaman karakteristik dan gaya belajar siswa bisa difasilitasi; (2) Diagram
merupakan produk yang dihasilkan dengan cara mengolah dan menyajikan data baik melalui diagram
batang maupun diagram garis; (3) Zuma adalah permainan online menyenangkan yang dimodifikasi
menjadi permainan tradisional dan dekat dengan keseharian anak-anak.

Permainan dengan menggunakan MEDIAGRAMA dibagi menjadi dua tahapan. Tahapan pertama
merupakan permainan dengan berpatokan kepada warna kelereng, sedangkan tahapan keduanya dengan
cara melihat nilai atau angka yang ditempati oleh setiap kelereng yang jatuh kewadah angka dibagian
bawah alat. Penggunakan MEDIAGRAMA, maka berikut ini adalah petunjuk penggunan
MEDIAGRAMA.

1.1 Permainan tahap pertama.


a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok disimbolkan dengan warna yang berbeda
b. Setiap kelompok mendapat kesempatan 5 kali menembak kelereng sesuai dengan warna
kelompoknya

871
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

c. Siswa yang menembak harus berdiri di ujung lapangan tembak, kemudian meletakkan peluru dititik
bidik.
d. Siswa menembak kelereng dengan menngunakan stik.
e. Apabila kelereng yang tertembak tidak sesuai dengan warna kelompoknya, maka kelereng tersebut
menambah poin bagi kelompok lain yang warnanya sama.
f. Kelereng yang jatuh ke lubang dikumpulkan oleh anggota kelompoknya, kemudian dimasukkan ke
tabung diagram.
g. Pemenang dari permainan tahap 1 adalah kelompok yang mendapatkan kelereng dengan warna yang
sesuai dengan kelompoknya dan memperoleh diagram tertinggi dibatang diangram.

1.2 Permainan tahap kedua.


a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok disimbolkan dengan warna yang berbeda
b. Setiap kelompok mendapat kesempatan 5 kali menembak kelereng warna apasaja
c. Siswa yang menembak harus berdiri di ujung lapangan tembak, kemudian meletakkan peluru dititik
bidik.
d. Siswa menembak kelereng dengan menngunakan stik.
e. Setiap kelereng yang jatuh kelubang akan menempati nomor-nomor yang ada dibawahnya.
f. Anggota kelompoknya mencatat dan menjumlahkan angka yang ditempati kelereng yang ditembak
oleh teman satu teamnya.
g. Setelah mendapatkan hasil akhir, setiap kelompok mengisi tabung diagram dengan pasir warna
sesuai angka yang diperolehnya.
h. Langkah selanjutnya menempelkan karton warna yang telah disediakan ke batang diagram,
kemudian mengguntingnya sesuai ukuran yang ada di batang diagram.
i. Katon yang sudah digunting, kemudian ditempelkan dengan menggunakan lem pada tempat yang
telah disediakan.
j. Siswa mempresentasikan diagram yang diperolehnya secara berkelompok.

MEDIAGRAMA bisa dinyatakan sebagai inovasi yang baru dalam pembelajaran dan belum pernah ada
sebelumnya. Proses penemuan MEDIAGRAMA berawal ketika penulis menemukan dan
mengembangkan ide disaat bermain game zuma. Game zuma merupakan permainan yang menarik dan
butuh ketelitian dan ketangkasan untuk menuntaskan semua tantangan dalam game tersebut. Disaat itu,
muncul keinginan membuat game tersebut dalam bentuk yang kongkrit. Game zuma dan permainan
kelereng yang diketahui oleh anak-anak bisa dijadikan sebagai permainan menarik untuk pemahaman
konsep dalam pembelajaran matematika.

Terdapat tiga bagian utama pada MEDIAGRAMA, yaitu Papan Permaian Zuma, Wadah Bilangan, Pipa
Diangram, Papan Diagram, dan Kertas Tempel.

872
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

a. Papan Permaian Zuma

Gambar 2 Papan Permainan Zuma


b. Wadah Bilangan

Gambar 3. Wadah Bilangan


c. Pipa Diagram

Gambar 4 Pipa Diagram Permainan


d. Papan Diagram

Gambar 5 Papan Penyajian Diagram

873
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

e. Kertas Tempel

Gambar 6 Kertas Tempel Pembuatan Diagram Batang dan Garis

2. Metodologi Penelitian
Tahapan pengembangan mengacu pada teori pengembangan Borg dan Gall (1989). Langkah-
langkahnya adalah penelitian dan pengumpulan data, perancangan, pengembangan produk awal, uji
coba awal, revisi produk utama, uji lapangan utama, revisi produk operasional, revisi produk akhir,
disemunasi dan implementasi produk. Pola pengembangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 7 Model research and development Borg dan Gall

2.1 Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian dan pengumpulan data dilaksankan dengan melakukan observasi langsung pada siswa kelas
IV SDN 26 Kota Jambi. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan analisis kebutuhan baik
bagi sekolah, guru, maupun siswa yang ada di sekolah tersebut. Langkah yang dilakukan adalah
melakukan diskusi dengan kepala sekolah, guru, dan siswa. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, penulis
kemudian menetapkan hal yang paling utama adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.

874
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

2.2 Perencanaan

Tahapan perencanan, ada beberapa hal yang penulis lakukan, yakni merumuskan tujuan, menentukan
materi pembelajaran yang sesuai dengan media yang dikembangkan, membuat rancangan media,
menentukan dan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, serta membuat instrument uji coba media.
Pengembangan MEDIAGRAMA ini sebagai upaya untuk menyampaikan materi pembelajaran
matematika khususnya dalam mengolah dan menyajikan data dalam bentuk diagram batang dan garis.
Sungguhpun demikian, MEDIAGRAMA ini dikembangkan juga mempertimbangkan unsur
kebermanfaatan terhadap materi lain dari berbagai kompetensi dasar yang ada di semua muatan
pembelajaran. Data hasil pengembangan MEDIAGRAMA didapatkan oleh dua orang validator ahli, dua
orang observer, dan semua guru yang menghadiri pada saat diseminasi media ini. Semua data yang
didapatkan melalui lembar validasi, lembar observasi, serta catatan anecdote selama proses
pengembangan media, kemudian dianalisis serta dilaporkan dengan menggunakan metode seskriptif
kuantitatif dan kualitatif.

2.3 Pengembangan Produk Awal

Sebagai perwujudan dari rancangan pengembangan MEDIAGRAMA, penulis membuat produk awal
dengan menggunakan kertas karton, plastic, dan sterofom. Pada saat mengembangkan media, diperoleh
hasil yang tidak maksimal. Bahan yang digunakan tidak cocok dan sulit jika diaplikasikan di dalam
kelas. Oleh sebab itu, penulis mengganti bahan-bahan yang digunakan agar media yang dikembangkan
lebih berkualitas dan tahan. Bahan yang digunakan adalah pipa bening, kayu, fiber, penggaris/meteran,
dinamo, batrai, kabel dan kelereng. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah gunting, carter, lem,
solder, dan gunting.

2.4 Uji Coba Awal

Uji coba tahap awal dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas dan ketahanan produk. Uji coba
dilakukan oleh penulis dihadapan guru-guru disekolah tempat tugas penulis dan disaksikan oleh
validator ahli. Selain itu, MEDIAGRAMA juga dicoba oleh beberapa guru di sekolah tersebut.

2.5 Revisi Produk Utama

Seteah melakukan uji coba, penulis mendapatkan masukan dan saran dari validator ahli dan beberapa
teman agar produk tersebut dikembangkan lagi agar lebih sempurna. Fokus utama pada perbaikan
produk berupa pengembangan agar bisa digunakan pada materi lain dari muatan pembelajaran yang
berbeda. Hasil validasi instrumen yang sangat baik dengan kriteria penskoran adalah sangat valid.
Namun demikian, masih ada beberapa indikator yang harus diperbaiki serta menjadi pertimbangan bagi
peneliti untuk penyempurnaan MEDIAGRAMA.

2.6 Uji Lapangan Utama

Uji lapangan bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kebermanfaatan produk yang dikembangkan.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental (eksperimen semu) dengan desain penelitian
one-shot case study, dimana penulis memberikan perlakuan tertentu pada subjek, setelah itu dilakukan
pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal.

875
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

2.7 Revisi Produk Operasional

Jika hasil uji coba lapangan utama belum memenuhi kriteria pengembangan yang diharapkan, maka
peneliti harus melakukan revisi produk dan kembali melakukan uji lapangan utama. Hal ini akan terus
dilakukan hingga mencapai tujuan minimal dari pengembangan MEDIAGRAMA.

2.8 Uji Lapangan Operasional

Tujuan uji lapangan produk operasional adalah untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran
(mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan media yang diciptakan)
serta untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan telah siap digunakan.

2.9 Revisi Produk Akhir

Revisi akhir MEDIAGRAMA dilakukan setelah melewati rangkaian semua tahapan sebelumnya. Hal
ini merupakan sebagai final produk yang siap diaplikasikan pada objek penelitian. Dalam hal ini, objek
penelitian adalah siswa kelas IV SDN 26 yang terletak di Jl. Slamet Riyadi RT.18 Kelurahan Legok
Kecamatan Danau Sipin Kota Jambi. Jumlah siswa adalah 31 orang yang terdiri dari 14 siswa laki-laki
dan 17 siswi perempuan.

2.10 Diseminasi dan Implementasi Produk

Tahapan akhir pengembangan MEDIAGRAMA ini adalah melakukan diseminasi pada forum pendidik
di kota Jambi. Dalam hal ini, Kelompok Kerja Guru (KKG) gugus melati merupakan tempat dilaksankan
diseminasi. Peserta diseminasi terdiri dari semua anggota KKG, kepala sekolah dan pengawas yang
hadir pada saat dilaksankannya diseminasi produk.

3. Hasil dan Pembahasan


Penggunaan MEDIAGRAMA mendapat respon yang sangat memuaskan bagi sebagian besar siswa.
Tidak ada satupun siswa mengisi angket pada kolom kurang setuju dan tidak setuju. Sebagian besar
mengisi angket pada kolom sangat setuju penggunaan MEDIAGRAMA pada setiap indikator. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Data Hasil Pengisian


Angket
150,00 90,32 96,77 93,55 90,32 93,55
100,00 9,68 3,23 6,45 9,68 6,45
50,00
0,00
Sen Mu San Me Me
an… da… ga… m… m…
Sangat Setuju 90,32 96,77 93,55 90,32 93,55
Setuju 9,68 3,23 6,45 9,68 6,45

Sangat Setuju Setuju

Gambar 17 Diagram Data Hasil Pengisian Angket

876
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

Melihat paparan data pada diagram diatas dapat disimpulkan bahwa, penggunaan MEDIAGRAMA pada
siswa kelas IV SDN 26 Kota Jambi berhasil menciptakan proses pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan. Jika dirata-ratakan hasil pengisian angket untuk setiap indikatornya, maka diperoleh
persentase 92,90% menyatakan sangat setuju dengan penggunaan MEDIAGRAMA .

3.1 Hasil Penilaian Proses.

Penilaian proses mengacu pada pencapian hasil dari lembar observasi aktivitas dan motivasi belajar
siswa. Jika dilihat dari perolehan data, pencapaian aktivitas dan motivasi belajar siswa cukup baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada masing-masing diagram dibawah ini.

Aktivitas Belajar Motivasi Belajar


150,00 95 90
100,00 90,00
80,00 80,00 80,00 80,00 90 86,67
100,00
50,00 83,33
85
0,00 80
75
Antusiasme Percaya diri Rasa senang

Aktivitas Belajar Motivasi Belajar

Gambar 18 Diagram Data Hasil Observasi

Proses pembelajaran juga menunjukkan hasil yang sangat positif. Dari data yang disajikan melalui
diagram batang diatas, diperoleh hasil untuk aktivitas belajar dan motivasi belajar yang sangat baik.
Dari enam indicator kemunculan aktivitas belajar siswa, persentase rata-rata mencapai 85,00%,
sedangkan untuk motivasi belajar diperoleh persentase 86,67%.

3.2 Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan setelah proses pembelajaran, terdapat peningkatan hasil
belajar siswa sebagaimana yang terlihat pada grafik dibawah ini.

Hasil Belajar Siswa Kelas


IV.B
100,00%
90,32%
50,00% 64,52%

0,00%
sebelum sesudah

Gambar 19 Perbandingan hasil belajar siswa

Diagram diatas menunjukkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 26 Kota Jambi mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Dimana peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes sebelumnya mencapai
25,8%. Dengan demikian, pengembangan MEDIAGRAMA juga mampu memberikan dampak positif

877
Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika
15 - 16 November 2018

terhadap aspek kognitif siswa kelas IV SDN 26 Kota Jambi. Hasil berlajar yang diperoleh melalui tes
tertulis mencapai 90,32% dengan kriteria keberhasilan sangat baik dan memuaskan

4. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data analisis hasil aplikasi pratis MEDIAGRAMA pada siswa kelas IV SDN 26
Kota Jambi, maka diperoleh hasil bahwa penggunaan MEDIAGRAMA pada proses pembelajaran
sangatlah efektif dan mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna. Berhasil menciptakan proses
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, karena dalam proses pembelajarannya
digunakan berbagai metode. Mampu memberikan dampak positif kepada semua siswa dan terbukti bisa
memfasilitasi semua keberagaman siswa baik karakteristik indvidu maupun gaya belajarnya. Dengan
menggunakan pola bermain sambil belajar, penggunaan MEDIAGRAMA mampu meningkatkan
aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan MEDIAGRAMA
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Daftar Pustaka
Adnan, Ismail. 2009. Education Game. Yogyakarta: Pro U Media.

Almira Amir. (2016) Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal eksakta volume 2
nomor 1

Anita Woolfolk. 2009. Educational Psychology: Active Learning Edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi
kesepuluh. Cetakan pertama

Arief S Sadiman, dkk. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arifin, Z., (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Asmani, J.M. 2010. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Jogjakarta: Diva Press.

Borg, W.R. dan Gall, M.D. 1989. Educational Research: An Introduction, Fifthy Edition. New York: Longman

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan Depdikbud.

Hakim, Thursan. 2008. Belajar Secara Evektif. Pustaka Pembangunan Swadana Nusantara: Jakarta

http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori-belajar-bruner/ diakses tanggal 11 April 2018

Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan.
Bandung : Bahan Pelatihan, UIN Sunan Gunung Djati.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran “Sebuah Pendekatan Baru”. Jakarta: Gaung Persada Press.

Mualdin Sinurat, dkk. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbantuan Program Flash Untuk
Meningkatkan Kemampuan Matematik Siswa SMP. Jurnal Tabularasa Pps Unimed Vol.12 No.2

Sardiman, A.M., (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sudjana, N., (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

878

Anda mungkin juga menyukai