Anda di halaman 1dari 12

NAMA : DEVI NUR ISMAYA

NIM : 2013112008

KELAS :A

MAKUL : MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH

Asuransi Syariah Untuk Melindungi Usaha UMKM

Jika berbicara bank kita pasti mengetahui perbedaan bank syariah dengan bank
konvensional. Sedangkan asuransi adalah pengelolaan resiko. Mengapa harus asuransi?  karena
adanya resiko baik seperti kecelakaan, kehilangan rumah, dan kendaraan sangat perlu
diasuransikan karena mempunyai resiko.

Resiko ada karena adanya masalah keuangan dan untuk menghindari ketidak
tersediaannya uang. Pengertian Asuransi adalah berkaitan dengan resiko atau transfer of risk.
Asuransi atau risk financing transfer berarti mentransfer resiko dengan cara membayar premi.
Konsep asuransi konvensional adalah transfer of risk. Pengelolaan asuransi tertanggung
membuat perjanjian dengan penanggung dan tidak ada konsep tolong menolong. Di
konvensional, premi masuk ke pendapatan. Kemudian perusahaan asuransi akan mentransfer ke
perusahaan asuransi lain yang disebut dengan reasuransi.

Secara filosofi syariah, transfer of risk tidak dibenarkan, sesuai dengan QS. Al- Maidah
ayat 2. Pengertian Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi, dan tolong menolong
diantara sejumlah orang atau peserta melalui pembentukan kumpulan dana dengan akad tabarru
yang dikelola sesuai dengan prinsip syariah. Sesungguhnya Konsep tolong menolong dalam
asuransi syariah sesuai dengan Al-Qur’an dan ajaran nabi, namun konsep tolong menolong yang
di lembagakan seperti asuransi syariah memang belum ada pada jaman rasulullah.

Secara konsep, para peserta asuransi syariah memberikan premi, premi tersebut dibagi 2
yaitu ujroh dan dana tolong menolong. Ujroh digunakan untuk membayar pegawai dalam
pengelolaan uang dana tolong menolong. Uang dana tolong menolong digunakan untuk
menolong para peserta yang telah diikhlaskan oleh peserta untuk klaim. Pengelolaan resiko yaitu
berbagi resiko finansial diantara peserta, perusahaan asuransi bertindak sebagai operator, pool of
fund (Pengumpulan dana) dalam mengelola dana tabarru. Dana Tabaru digunakan untuk klaim
dan boleh di investasikan di reksadana (pasar modal) dan deposito (perbankan). Dalam Tabarru
seharusnya uang yang tidak boleh didiamkan, tetapi harus diinvestasikan dan dananya harus
liquid atau mudah dicairkan.

Asuransi mikro sebenarnya bukan hal baru, istilah ini muncul bersamaan dengan aktivitas
gerakan microfinance. Microfinance tujuannya untuk memberikan keterjangkauan bagi
kelompok menengah kebawah. Asuransi mikro selalu terkait terhadap perlindungan masyarakat
yang berpenghasilan rendah baik jiwa dan harta dengan harga premi dan pertanggungan yang
rendah.

Dari sebuah data, 40% dari 51 jt industri sebagian besar mengalami permasalahan akses
permodalan, sisanya dari manajemen, dan produksi. Asuransi mikro bertahap dan sedang
menggodok produk yang lebih dari sekedar kebutuhan basic, melalui lembaga keuangan mikro
baik itu jiwa, kesehatan, dan harta. Sehingga, usaha microfinance mencakup asuransi mikro,
melalui perusahan atau industri yang mempunyai hutang akan dipenuhi oleh asuransi. Asuransi
mikro syariah juga dapat membantu debitur saat meninggal dan meninggalkan hutang maka hal
tersebut bukan menjadi tanggungan ahli waris tetapi menjadi tanggungan asuransi.

Potensi Asuransi Mikro di Indonesia dapat digambarkan melalui piramida pendapatan


penduduk. Sebagian besar penduduk yg berada di piramida bawah dilayani oleh lembaga-
lembaga oleh bank dan asuransi konvensional. Sedangkan untuk yang menengah seperti bank
BRI, untuk kalangan paling bawah justru luput dari pengamatan.

Manfaat asuransi mikro secara Sosial mencoba memberikan perlindungan sosial ekonomi
masyarakat. Sedangkan manfaat secara bisnis yaitu segmen market yang dilayani akan
berkembang dan akan membutuhkan asuransi dengan mempunyai investasi di awal dengan brand
image. Bagaimana cara memasarkan produk asuransi oleh allianz dengan melalui perantara yang
bergandengan dengan BPR, koperasi, dan modal Ventura. Sehingga terjadi perlindungan
terhadap portofolionya dan allianz mendapat keuntungan dari asuransi tersebut.

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan segmentasi pasar asuransi


syariah antara lain :
a. Tantangan pengembangan produk
Dengan harga murah dan bersaing dengan produk asuransi yang lain.
b. Tantangan dalam pemasaran
Masyarakat menganggap bahwa asuransi adalah program pemerintah dan kurang tertarik
sehingga hal tersebut merupakan tantangan bagi allianz dalam memasarkan produk asuransi. 

Asuransi syariah tidak membedakan segmentasi pasar antara mahasiswa dan non
mahasiswa, namun jika ingin menjadi nasabah atau bermitra dengan perusahaan asuransi syariah
harus melalui partner-partner dari perusahaan asuransi syariah tersebut. Untuk menggarap
pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia yang masih besar potensinya, tahun depan beberapa
perusahaan asuransi direncakanan untuk melakukan spin of dari induknya karena sampai saat ini
masih unit.

Untuk merambah pasar luar negeri, sampai saat ini asuransi syariah Indonesia belum bisa
mencatatkan dalam jumlah yang cukup signifikan, namun hal ini tetap dilaksanakan dengan
transparan dan di awasi oleh DPS. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sebuah inovasi
produk yang hingga saat ini masih sangat terbatas, kedepan inovasi produk diharapkan yang
tetap mengutamakan prinsip syariah

Pemanfaatan Asuransi untuk Perkuatan Modal Bagi Koperasi dan UMKM

Sejauh pengalaman yang dipraktekkan oleh perusahaan asuransi di Indonesia bahwa


produk asuransi itu memberi faedah berupa :
a. manfaat Polis
b. manfaat dasar
c. Manfaat tambahan
Ini artinya bahwa asuransi itu bukan sekedar menyediakan faedah tunggal sebagaimana
melekat pada nilai kontrak suatu produk asuransi. Dalam banyak situasi, asuransi ternyata telah
didayaagunakan, khususnya oleh UMKM dan Koperasi untuk kelancaran proses kredit ke bank
ataupun memanfaatkan instrumen produk asuransi untuk perkuatan modal KUMKM.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi secara praktek sebenarnya
sudah mengembangkan pembiayaan untuk mendapatkan dana segar ataupun menarik kredit
dengan fasilitasi asuransi jiwa dan atau asuransi kerugian. Model pemanfaatan asuransi jiwa atau
asuransi kerugian untuk perkuatan modal usaha yang dilakukan KUMKM, diantaranya adalah:
a. Pemanfaatan produk asuransi jiwa untuk perkuatan modal oleh UKM :
1. Meminjam (kredit) dana cash ke perusahaan asuransi sebesar prosentase nilai tunai,
sebagaimana tertera dalam polis asuransi.
2. Menjual (menutup) polis asuransi untuk memperoleh nilai cash.
3. Menjual (tutup) polis asuransi dan memperoleh nilai tunai tunai dan membuka kembali
(baru).
4. Sebagai keamanan (proteksi) kredit bagi lembaga pembiayaan koperasi dan UKM

b. Pemanfaatan asuransi untuk perkuatan modal koperasi :


1. Koperasi meminjam uang ke bank untuk disalurkan kepada anggota, sebagai ;
a) Kredit termasuk didalamnya ada asuransi.
b) Anggota disyaratkan untuk membuka asuransi.
c) Anggota sudah memiliki asuransi
2. Bank meminjamkan dananya ke koperasi yang memiliki asuransi :
a) Kredit termasuk didalamnya ada asuransi.
b) Anggota disyaratkan untuk membuka asuransi.
c. Pemanfaatan asuransi kerugian untuk perkuatan modal oleh UKM :
1. Mengambil kredit kepada lembaga pembiayaan non bank dan obyek yang dibiayai
diasuransikan.
2. Meminjam (kredit) tunai sebesar nilai tunai tahun berjalan, dimana tertanggung masih
memegang Polis.

Model Pemanfaatan Asuransi untuk Perkuatan Modal

Hubungan antara pihak-pihak yang terkait dengan asuransi, yaitu perusahaan asuransi,
Koperasi dan UKM, bank, dan lembaga pembiayaan non bank, sejauh ini merupakan hubungan
tiga serangkai yang saling membutuhkan dan membangun hubungan simbiosis mutualisme.

UKM untuk mendorong kelancaran akses pembiayaan pada bank dan lembaga keuangan
non bank membutuhkan tersedianya bentuk asuransi jiwa atau kerugian yang dapat
dipergunakan untuk menambah kepercayaan diri dan kepercayaan bank dalam merealisasikan
kredit kepada UKM.

Sebaliknya bank dan lembaga keuangan non bank mengembangkan pola kredit yang
didalamnya didukung oleh adanya asuransi jiwa ataupun kerugian yang dewasa ini dikenal
dengan bancasurance. Disamping itu bank juga menganggap lebih aman (safety) bilamana
Koperasi dan UKM juga sebagai pemegang pertanggungan asuransi baik jiwa maupun kerugian.

Pada sisi lain perusahaan asuransi menyediakan produk asuransi jiwa dan kerugian yang
inovatif, sejalan dengan tingkat pertumbuhan kebutuhan pelaku sektor riil yaitu koperasi dan
UKM, juga kebutuhan sebagai tuntutan persyaratan kredit yang diinternalisasikan oleh institusi
keuangan, yaitu bank dan lembaga keuangan non bank.
Atas dasar kaitan hubungan simbiosis mutualistis tersebut dan dengan mempertimbangkan
tingkat keragaan persepsi, pilihan pengalihan risiko dan tingkat kemampuan koperasi dan UKM
merealisir asuransi/pertanggungan jiwa dan atau kerugian, berikut ini dianjurkan beberapa
model pemanfaatan optimalisasi asuransi untuk pembiayaan.
Asuransi Mikro Syariah Jadi Solusi Lindungi Usaha UMKM

PADANG, Muslimdaily.net – Di banyak Negara Muslim, sebagian besar masyarakatnya masih


hidup dalam kemiskinan dan kurangnya akses ke jasa keuangan, salah satunya asuransi, yang
dapat membantu mereka untuk mencegah semakin buruknya kondisi perekonomian mereka. Di
beberapa Negara seperti Indonesia, menciptakan produk asuransi yang sesuai dengan prinsip
syariah dan dapat menyentuh masyarakat menengah ke bawah adalah sebuah kebutuhan yang
perlahan mulai mendapatkan perhatian dan prioritas.

Kesadaran untuk berasuransi syariah, pada umumnya, dan khususnya asuransi mikro syariah
masih sangat rendah. Hal ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan pelaku UMKM untuk
membeli produk asuransi syariah, meskipun premi yang terjangkau dan manfaat yang signifikan
merupakan penentu utama preferensi antara asuransi konvensional dan asuransi syariah.

Dalam rangka menyatukan persamaan sudut pandang tentang asuransi mikro syariah antara BMT
dan perusahaan asuransi, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) aktif melakukan  business
matching di sejumlah daerah di tanah air yang dihadiri oleh puluhan BMT. Di antara agenda
business matching di sejumlah daerah yang dimulai sejak 2013 lalu, sampai bulan April 2014 ini
MES sudah menyelenggarakan 3 Business Matching di 3 daerah yaitu Malang (28 November
2013), Batam (15 April 2014), dan Padang (23 April 2014).

Kegiatan Business Matching Islamic Micro Insurance merupakan rangkaian dari kegiatan
roadshow Seminar Asuransi Syariah oleh MES tahun 2014 di enam kota seluruh Indonesia.
“Kegiatan Business Matching Islamic Micro Insurance di Padang adalah yang kedua di tahun
2014 setelah minggu lalu dilaksanakan di Kota Batam dan masih akan diselenggarakan lagi di
empat kota lainnya, yaitu Banjarmasin, Palangkaraya, Medan dan Cirebon” ini pungkas Herry
Aslam, Staf Program Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah kepada redaksi di Jakarta.
Melalui upaya ini, MES berharap dapat menggiring opini BMT di tanah air bahwa asuransi
mikro syariah sangat penting sebagai salah satu strategi mitigasi resiko bagi usaha nasabahnya.
Dengan begitu, diharapkan dapat timbul awareness atau kesadaran dari para pelaku keuangan
mikro syariah di tanah air terhadap manajemen resiko.

Selama agenda Business Matching ini berjalan, puluhan BMT diberi wawasan tentang
pentingnya mitigasi resiko nasabah melalui asuransi mikro syariah dan mereka menyatakan siap
menggunakan asuransi mikro syariah ini. Sebanyak 20 BMT di Malang, 4 BMT di Batam dan 41
BMT di Padang mulai meningkat kesadarannya untuk menggunakan instrumen asuransi mikro
syariah.

BMT se Kota Padang bahkan menjajaki kemungkinan kerjasama microtakaful seperti yang telah
diinisiasi oleh Pengurus Wilayah MES Sumatera Barat.

Rais, Sekretaris eksekutif Pengurus Wilayah MES Sumatera Barat menjelaskan “Business
Matching ini dihadiri para manager dan pengurus 41 BMT dari 50 BMT yang diundang. Dari 41
BMT yang hadir dalam acara ini, semuanya menyepakati untuk menggunakan produk micro
insurance, karena hal ini dinilai sangat bermanfaat bagi kami sebagai pengelola dan khususnya
bagi nasabah BMT.”

Lebih lanjut ia menjelaskan “Islamic micro insurance merupakan suatu hal yang baru bagi para
pengelola BMT di Kota Padang, dengan adanya forum ini menjadi peluang tersendiri bagi para
pengelola BMT di Kota Padang khususnya untuk perlindungan bagi para nasabahnya yang
sebelumnya belum pernah terpikirkan”.

Ramadhani, salah seorang praktisi senior BMt di Kecamatan Pauh Kota Padang
mengekspresikan antusiasmenya untuk menggunakan asuransi mikro syariah sebagai sarana
melindungi nasabahnya dari resiko kredit macet.

“Komunikasi antara BMT dan perusahaan asuransi syariah dalam Business Matching seperti ini
sangat dibutuhkan. Ke depannya BMT kami akan menggunakan produk asuransi mikro syariah
untuk melindungi pembiayaan bermasalah karena banyak di antara nasabah kami yang
mengalami gagal bayar disebabkan kematian atau resiko usaha seperti kebakaran,” Jelasnya.
Dengan semakin berkembangnya Lembaga Keuangan Mikro syariah di seluruh pelosok
Indonesia, ke depannya MES akan serius menjajaki kemungkinan kerjasama antara perusahaan
asuransi syariah yang menyediakan produk asuransi mikro syariah dengan seluruh BMT di tanah
air melalui acara roadshow ke berbagai daerah. Dengan langkah ini, diharapkan dapat
mempertemukan kebutuhan antar kedua pihak dalam satu forum.

“MES masih akan terus mengadakan Business Matching dengan pelaku Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (BMT) pada tahun 2014 ini di berbagai wilayah di Indonesia antara lain
Banjarmasin, Palangkaraya, Medan dan Cirebon dan memungkinkan bagi perusahaan asuransi
syariah yang ingin bekerjasama.” Tutur Ari Permana, Wakil Direktur Eksekutif Pengurus Pusat
Masyarakat Ekonomi Syariah.

“Perkembangan lembaga keuangan syariah di Sumatera Barat cukup baik dari segi peningkatan
aset, dan pembiayaan. Untuk itu ke depan perlu dikembangkan untuk memberikan perlindungan
bagi nasabah berupa asuransi mikro syariah. Selain itu, industri keuangan mikro syariah di
Sumbar juga mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat, terutama dari walikota terpilih
Padang, Mahyeldi Ansharullah yang sejak awal merupakan penginisiasi berdirinya BMT-BMT
di Sumatera Barat,” ujar Reza Sadat, Sekretaris Umum Pengurus Wilayah MES Sumatera Barat.
[Puri Hukmi]

Sejuta UKM Dibidik Punya Asuransi Mikro


Feni Freycinetia Fitriani Jum'at, 12/06/2015 20:13 WIB

Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan sejuta UMK termasuk pedagang mikro kecil,
pedagang asongan, pemilik lapak, hingga pelaku usaha rumahan berskala mikro terlindungi
asuransi mikro.
Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan sejuta UMK termasuk
pedagang mikro kecil, pedagang asongan, pemilik lapak, hingga pelaku usaha rumahan berskala
mikro terlindungi asuransi mikro.

Asisten Deputi Urusan Asuransi dan Jasa Keuangan Kementerian Koperasi dan UKM Toto
Sugiyono di Yogyakarta, Jumat, mengatakan secara bertahap semua pelaku UMK akan
diproteksi melalui asuransi.

"Kami sebelumnya sudah menggandeng OJK dan asosiasi asuransi untuk mengembangkan
asuransi mikro yang didisain khusus bagi pelaku KUMK," katanya dalam siaran pers yang
diterima Bisnis, Jumat (12/6/2015).

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM jumlah pelaku UMKM mencapai 56,5 juta
dan jumlah koperasi sebanyak 206.288 unit dengan anggota 35.237.990 orang.

Sejumlah implementasi yang telah diwujudkan di antaranya sudah ditandatanganinya


Memorandum of Understanding antara Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) yang
diwakili PT Jaya Proteksi Takaful dengan Koperasi Batik Senopati.

Sebelumnya, Kemenkop bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan asosiasi asuransi
meluncurkan produk asuransi mikro yang didisain khusus bagi pelaku KUMK yaitu asuransi
Anti Bangkrut atau Si Abang yang terdiri dari SiAbang Erupsi dan SiAbang Gempa Tsunami.

Harga premi sebesar Rp40.000 pertahun per unit usaha dengan klaim apabila terjadi risiko
kerugian diakibatkan oleh kebakaran dan bencana alam dibayarkan sebesar Rp5 juta per unit
SiAbang.

"Asuransi mikro ini khusus didisain untuk memproteksi kerugian terhadap aset dan usaha pelaku
UMK pasca bencana alam misalnya kebakaran," katanya.

Toto menambahkan, asuransi mikro merupakan instrumen proteksi bagi UMKM yang
diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sederhana fitur dan administrasinya.
Di samping itu, asuransi mikro juga dirancang mudah diperoleh, ekonomis harganya, serta dapat
segera dalam pembayaran klaimnya.

Asuransi mikro dapat diselenggarakan oleh perusahaan asuransi berbadan hukum di Indonesia
yang telah memperoleh izin usaha dari OJK dan dapat melakukan kerja sama dengan beberapa
perusahaan asuransi untuk menyediakan produk asuransi bersama atau asosiasi asuransi.

Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Choirul Djamhari pihaknya juga
sedang merancang pembiayaan non bank bagi KUMK di antaranya melalui Pegadaian, lembaga
ventura, penjaminan, dan perusahaan leasing.

"Kita tunggu masing-masing dari perusahaan ini untuk merancang produk baru," katanya.

Anda mungkin juga menyukai