Anda di halaman 1dari 5

Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686

PENDAHULUAN

BERBAGAI FAKTOR PENGHAMBAT Latar Belakang


IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI
KESEHATAN DI INDONESIA Searah dengan berlangsungnya era
informasi, pengelolaan sistem informasi
Heru Santoso Wahito Nugroho kesehatan (SIK) yang ditopang oleh
(Jurusan Kebidanan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
(Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya) telah bertambah luas implementasinya.
Sahrir Sillehu Banyak ditemukan rumah sakit, dinas
(STIKes Maluku Husada) kesehatan dan puskesmas yang
memanfaatkan TIK untuk mendukung proses
kerja dalam organisasi, sebagai contoh
ABSTRAK sistem informasi rumah sakit, sistem
informasi puskesmas, serta sistem informasi
Pendahuluan: Masih banyak permasalahan dinas kesehatan (Sanjaya, 2011). Tetapi
dalam penerapan sistem informasi semenjak datangnya era desentralisasi pada
kesehatan di Indonesia yaitu “redundant” tahun 2004, penggunaan SIK berbasis TIK di
data, duplikasi kegiatan, kualitas data, data rumah sakit, puskesmas, dinas kesehatan
tidak sesuai dengan kebutuhan, kabupaten/kota serta dinas kesehatan
ketidaktepatan waktu laporan, umpan balik provinsi sering tanpa menggunakan
yang tidak optimal, pemanfaatan informasi pedoman yang baku (menggunakan versi
yang rendah, dan sumberdaya yang tidak masing-masing). Hingga sekarang terdapat
efisien. Studi ini bertujuan mengidentifikasi beraneka software SIK dari dinas kesehatan
faktor-faktor penghambat implementasi kabupaten/kota dengan data, struktur, dan
sistem informasi kesehatan di Indonesia fungsi yang bermacam-macam, sehingga
berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu. komunikasi antara software tersebut tidak
Metode: Studi menerapkan metaanalisis dapat dibangun. Kondisi ini menyebabkan
terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu terjadinya kesulitan dalam rekapitulasi data
tentang faktor penghambat dalam pada tingkat provinsi (Kemenkes RI, 2012a).
implementasi sistem informasi kesehatan, Evaluasi pada tahun 2010 menunjukkan
lalu diklasifikasikan berdasarkan adanya hasil bahwa banyaknya SIK yang “stand
kesamaan ciri. Hasil: Ditemukan adanya alone” (berdiri sendiri) dan dipadu dengan
faktor penghambat dari lima macam sistem informasi yang lain (dari kementerian
komponen yaitu: 1) health informastion lain, pemerintah daerah, donatur, dll.)
system resorces (sumberdaya manusia, menimbulkan duplikasi dalam pencatatan
keuangan, logistik, serta teknologi informasi dan pelaporan, ditandai dengan adanya 301
dan komunikasi), 2) indicators, 3) data tipe laporan dari 8 jenis software SIK yang
management, 4) information products harus dilaporkan oleh dinas kesehatan
(produk-produk informasi), dan provinsi (Kemenkes RI, 2012a).
dissemination and use. Di sisi lain tidak Problema yang masih banyak ditemukan
ditemukan faktor penghambat dari dalam penerapan SIK dewasa ini adalah
komponen data resources. Kesimpulan: belum terwujudnya efisiensi, ditandai
faktor penghambat implementasi sistem dengan: 1) adanya “redundant” data, 2)
informasi kesehatan di Indonesia mencakup duplikasi kegiatan, 3) kualitas data yang
komponen sumberdaya, indikator, rendah, 4) adanya data yang tidak sesuai
manajemen data, produk informasi, dan dengan kebutuhan, 5) ketidaktepatan waktu
diseminasi dan penggunaan. Saran: laporan, 6) sistem umpan balik yang tidak
Diharapkan upaya peningkatan sistem optimal, 7) pemanfaatan data/informasi yang
informasi kesehatan diprioritaskan pada rendah pada tingkat daerah untuk advokasi,
faktor sumberdaya sistem karena komponen perencanaan program, monitoring, dan
ini berdampak bagi komponen-komponen manajemen, serta 8) penggunaan
berikutnya, khususnya manajemen data, sumberdaya yang tidak efisien. Kondisi
produk informasi, serta diseminasi dan tersebut di atas disebabkan oleh: 1) kondisi
penggunaan. “overlapping” dalam pengumpulan dan
pengolahan data, 2) pengelolaan data dan
Kata kunci: informasi yang belum terintegrasi dan
Sistem informasi kesehatan, penghambat terkoordinasi dengan baik (Kemenkes RI,
implementasi 2012a).

115 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan


Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686

Tujuan Studi Tabel 1. Hasil Identifikasi Berbagai Faktor


Penghambat Implementasi Sistem Informasi
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi Kesehatan di Indonesia
faktor-faktor penghambat implementasi
sistem informasi kesehatan di Indonesia Jenis Sistem
berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu. No Informasi dan Faktor Penghambat
Sumber
METODE STUDI 1 Sistem Informasi  Keterampilan SDM
Pelayanan  Adaptasi SDM dari
Kesehatan di proses manual ke
Dalam studi ini digunakan metode Rumah Sakit sistem komputer
metaanalisis terhadap beberapa hasil (Wajirah, 2010)  Ketersediaan biaya
penelitian yang berhubungan dengan  Masalah sistem
adanya faktor penghambat dalam 2 Sistem Informasi  Kendala infrastruktur
implementasi sistem informasi kesehatan. Layanan TIK
Hasil-hasil penelitian yang dipilih mencakup Kesehatan Dasar  Kesadaran stakeholder
beberapa setting implementasi sistem di Jawa Tengah di bidang layanan
informasi antara lain di rumah sakit, (Firdaus, 2012) kesehatan
masyarakat, sekolah, puskesmas, serta 3 Sistem Informasi  Keterbatasan SDM
fasilitas transportasi. Hasil-hasil penelitian ini Kesehatan Gigi (tidak seimbang
juga berasal dari wilayah-wilayah yang dan Mulut (UKGS) dengan volume tugas
(Hayat, 2013) dan kegiatan)
berbeda yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah,
 Kurangnya fasilitas
dan Sumatera Utara.
 Kurangnya kepedulian
Hasil-hasil penelitian ini kemudian pengelola institusi
dibandingkan dan dilakukan 4 Sistem Informasi  Kurangnya perangkat
pengklasifikasian faktor penghambat Manajemen komputer
berdasarkan adanya kesamaan ciri. Puskesmas  Kurangnya kualitas
(SIMPUS). SDM
HASIL STUDI (Rahmanita, 2014).  Kurangnya anggaran
5 Sistem Informasi  Informasi yang belum
Berikut ini disajikan tentang faktor-faktor Rekam Medis lengkap
penghambat implementasi sistem informasi (Rohaeni, 2014).  Informasi tak relevan
kesehatan di Indonesia. Data diperoleh dari dengan kebutuhan
pengguna
berbagai wilayah di Indonesia, dan berasal
 Pengetahuan pengguna
dari beberapa macam setting informasi yang
 Harapan pengguna
berkaitan dengan bidang kesehatan  Sikap pengguna
sebagaimana disajikan pada Tabel 1.  Software yang belum
sempurna
PEMBAHASAN  Kebijakan pimpinan
 Perubahan
Berdasarkan hasil metaanalisis dari perencanaan
keenam laporan penelitian terdahulu, dapat  Kurangnya pengawasan
diketahui bahwa pada dasarnya ada dan evaluasi.
beberapa kesamaan esensi dari beberapa 6 Sistem Informasi  Laporan ganda
faktor yang telah dilaporkan sebagai Kesehatan Kereta (elektronik dan manual)
API (Supriyanto &  Kecepatan akses
penghambat implementasi sistem informasi
Kurniadi, 2014) jaringan
kesehatan. Dalam hal ini, klasifikasi disusun
 Sistem pelaporan yang
berdasarkan komponen sistem informasi tidak lengkap
menurut WHO (2008) yaitu: 1) health  Kurangnya bandwith
informastion system resorces (sumberdaya  Informasi kurang
sistem informasi kesehatan), 2) indicators relevan
(indikator-indikator), 3) data resources  Penyajian informasi
(sumberdaya data), 4) data management belum sesuai (fitur tak
(pengelolaan data), 5) information products lengkap)
(produk-produk informasi), serta 6)  Sistem belum dapat
dissemination and use (diseminasi dan memberikan informasi
yang diinginkan
penggunaan). Berikut ini disajikan klasifikasi
 Informasi belum dapat
faktor menjadi 6 kelompok besar, mengacu dipercaya
kepada komponen di atas:  Belum dapat
menampilkan
1. kesederhanaan

116 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan


Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686

1. Health informastion system resorces kegiatan masih dilakukan secara manual,


Menurut WHO (2008), faktor yang terutama akibat kurangnya komputer
termasuk dalam kategori ini adalah SDM, yang mendukung proses pengolahan
keuangan, dukungan logistik, serta TIK. data. Rahmanita (2014) juga melaporkan
Faktor hasil metaanalisis yang termasuk kurangnya perangkat komputer sebagai
dalam sub komponen SDM adalah salah satu penghambat utama dalam
keterampilan SDM dalam menjalankan implementasi sistem informasi
teknologi, kemampuan adaptasi SDM kesehatan.
dalam mengikuti proses perubahan dari Faktor penghambat yang termasuk
sistem manual menuju sistem berbasis dalam sub komponen TIK adalah adanya
komputer (Wajirah, 2010), keterbatasan kendala infrastruktur TIK sebagaimana
SDM dalam arti tidak mampu untuk disampaikan oleh Firdaus (2012),
mengakomodir ketidakseimbangan sedangkan Wajirah (2010) menyebutnya
antara volume tugas dan kegiatan. secara lebih umum sebagai masalah
Dalam hal ini, tugas dan kegiatan yang sistem. Infrastruktur TIK ini penting
harus dilakukan bermacam-macam, karena merupakan tulang punggung bagi
bahkan kadang-kadang karena proporsi sistem informasi termasuk di dalamnya
pembagian tugas yang tidak merata sistem informasi kesehatan. Infrastruktur
mengakibatkan mereka harus sering TIK ini didukung oleh berbagai perangkat
meninggalkan beberapa pekerjaan yang keras (komputer, printer, perangkat
lebih penting kebutuhannya (Hayat, komunikasi kabel dan nirkabel) yang
2013). kesemuanya dihubungkan dalam suatu
Rohaeni (2014) juga mengemukakan network (jaringan), baik berupa jaringan
adanya kendala SDM yakni lokal (offline) maupun jaringan global
pengetahuan, harapan, dan sikap (online). Tanpa adanya infrastruktur TIK
pengguna. Ketiga hal di atas tergolong yang baik, maka sistem informasi
sebagai hambatan dari faktor perilaku kesehatan tidak akan dapat berjalan
SDM. Secara umum keseluruhan faktor dengan baik.
di atas dapat dikatakan sebagai faktor 2. Indicators
kualitas SDM yang terlibat dalam Indikator-indikator sebagai komponen
implementasi sistem informasi kesehatan kedua merupakan dasar bagi
sebagaimana yang disampaikan oleh perencanaan dan strategi sistem
Rahmanita (2014) dalam laporan informasi kesehatan. Indikator
penelitiannya. dibutuhkan untuk menjaring determinan-
Hasil metaanalisis yang termasuk dalam determinan kesehatan; input, output, dan
sub komponen kedua adalah faktor outcome dari sistem kesehatan; serta
keuangan. Wajirah (2010) melaporkan status kesehatan. Sebagai contoh,
sub komponen ini sebagai hambatan indikator dari kualitas pelayanan
ketersediaan biaya dalam penerapan kesehatan bagi ibu hamil atau antenatal
sistem, sedangkan Rahmanita (2014) care (ANC) adalah K1 dan K4
menyebutnya sebagai faktor kurangnya (Kemenkes RI, 2012b).
anggaran. Hal tersebut logis karena Hasil metaanalisis yang tergolong
pembangunan sistem informasi sebagai masalah dalam komponen
kesehatan membutuhkan anggaran untuk indikator adalah sistem pelaporan yang
penyediaan hardware (perangkas keras) tidak lengkap serta penyajian informasi
berupa komputer, printer, jaringan dll., belum sesuai (fitur tidak lengkap)
software (perangkat lunak) berupa sistem (Supriyanto & Kurniadi, 2014). Sebagai
komputer, program-program yang contoh, di lapangan ditemukan bahwa
dibutuhkan dll., serta brainware menu tentang laboratorium belum
(perangkat otak) yakni menyiapkan terdapat di dalam sistem informasi
pelaku-pelaku yang akan menjalankan kesehatan. Ditemukan juga bahwa
sistem mencakup pengembang sistem, rujukan rawat inap dan rawat jalan belum
analis sistem, serta operator sistem, dipisahkan, sehingga pelaporan tidak
yang dalam hal ini memerlukan biaya dapat dipantau secara langsung oleh
untuk pendidikan, pelatihan, serta pihak manajemen institusi.
pembinaan lainnya. 3. Data resources
Faktor penghambat yang termasuk sub Secara umum, komponen sumber data,
komponen logistik, yakni kurangnya terdiri atas dua kategori utama yaitu data
fasilitas (Hayat, 2013). Dalam hal ini, berbasis populasi (sensus, registrasi
fasilitas yang kurang memadai masih kependudukan, dan survei populasi), dan
dapat menghambat proses pengolahan data berbasis institusi (catatan individual,
data dan pelaporan, sehingga beberapa

117 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan


Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686

pelayanan, dan sumberdaya) (WHO, yang efektif bagi manajemen kesehatan


2008). terkait.
Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa 6. Dissemination and use
tidak ada kendala yang berkaitan dengan Dalam hal ini, nilai dari informasi
sumber data. Pada dasarnya dalam kesehatan dapat ditingkatkan dengan
program kesehatan di Indonesia, sumber membuat informasi menjadi siap diakses
data dari populasi maupun dari institusi oleh para pengambil keputusan serta
sudah tersedia. memberikan insentif bagi penggunaan
4. Data management informasi.
Manajemen data mencakup semua Jelas bahwa produk informasi yang
aspek pengelolaan data mulai dari dihasilkan oleh sistem akan disebarkan
pengumpulan, penyimpanan, jaminan kepada pengguna akhir dan akan
kualitas dan aliran data, menuju digunakan sebagai dasar bagi
pemrosesan, kompilasi, dan analisis. pengambilan keputusan, khususnya bagi
Dalam hal ini, masih banyak ditemukan para pengelola, pimpinan, atau
masalah di lapangan. Adanya stakeholder (pemangku kepentingan).
perubahan-perubahan rencana Untuk itu mereka harus care (peduli)
merupakan salah satu penghambat bagi dalam arti mereka merasakan pentingnya
kelancaran proses pengelolaan data produk informasi, sehingga akan care
dalam sistem. Kurangnya pengawasan juga sistem yang menghasilkan informasi
dan evaluasi juga ditengarai sebagai tersebut.
penghambat proses manajemen data Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa
(Rohaeni, 2014). masih ada pimpinan ataupun stakeholder
Adanya laporan ganda (manual dan yang belum peduli terhadap
elektronik, kendala kecepatan akses, implementasi sistem informasi
kurangnya bandwith, belum adanya kesehatan, sebagaimana dilaporkan oleh
simplicty (kesederhanaan) juga tentang kurangnya kesadaran
menyebabkan proses pengelolaan data stakeholder (Firdaus, 2012) dan
menjadi terganggu (Supriyanto & kurangnya kepedulian pengelola institusi
Kurniadi, 2014). Kendala-kendala pada (Hayat, 2013).
proses pengelolaan data ini pada
gilirannya akan berdampak pada kualitas KESIMPULAN DAN SARAN
informasi yang dihasilkan.
5. Information products Hasil studi menunjukkan bahwa faktor-
Sistem informasi kesehatan akan akan faktor penghambat implementasi sistem
mentransmorfasikan data kesehatan informasi kesehatan di Indonesia mencakup
menjadi informasi kesehatan. Dengan komponen sumberdaya sistem, indikator,
kata lain, informasi merupakan produk manajemen data, produk informasi, serta
atau hasil dari proses transformasi data. diseminasi dan penggunaan, serta tidak
Informasi kesehatan ini penting karena ditemukan faktor penghambat dari segi
akan menjadi dasar bagi bukti dan sumber data.
pengetahuan untuk membangun tindakan Berdasarkan kesimpulan tersebut
kesehatan (WHO, 2008). disarankan agar upaya peningkatan
Hasil metaanalisis yang termasuk dalam diprioritaskan pada faktor sumberdaya
komponen di atas adalah ditemukannya sistem (SDM, keuangan, dukungan logistik,
informasi yang belum lengkap (Rohaeni, serta TIK) karena komponen ini merupakan
2014) dan informasi yang tidak relevan determinan bagi komponen-komponen
dengan kebutuhan (Rohaeni, 2014; berikutnya, khususnya manajemen data,
Supriyanto & Kurniadi, 2014), sistem produk informasi, serta diseminasi dan
belum dapat memberikan informasi yang penggunaan.
diinginkan, serta informasi masih belum
dapat dipercaya (Supriyanto & Kurniadi, DAFTAR PUSTAKA
2014).
Kondisi-kondisi di atas dapat Firdaus, OM. 2012. Arsitektur Sistem
menurunkan kualitas informasi, padahal Informasi Layanan Kesehatan Dasar
informasi ini penting bagi dasar Terintegrasi di Jawa Barat. Seminar
pengambilan keputusan, sebagaimana Nasional Teknologi Informasi dan
disampaikan oleh Lippeveld, et al., 2000) Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012). hal.
bahwa informasi kesehatan merupakan 113-118. Yogyakarta: Universitas Atma
dasar bagi pengambilan keputusan pada Jaya
semua jenjang. Dalam hal ini, sistem Hayat, FN. 2013. Sistem Informasi
informasi harus dijadikan sebagai alat Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut

118 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan


Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686

pada Program Usaha Kesehatan Gigi


Sekolah (UKGS) di Puskesmas
Colomadu I Tahun 2013. Skripsi.
Surakarta: Prodi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kemenkes RI, 2012a. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
192/MENKES/SK/VI/2012. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Kemenkes RI. 2012b. Pedoman
Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Lippeveld T, Sauerborn R, Bodart C. 2000.
Design and Implementation of Health
Information Systems. Geneva: World
Health Organization.
Rahmanita, H. 2014. Implementasi Program
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) dalam Meningkatkan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Skripsi. Medan: Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
Rohaeni, N. 2014. Analisis Penerapan
Sistem Informasi Rekam Medis di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Bandung:
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Konsentrasi Administrasi
Rumah Sakit, Universitas Padjadjaran.
Sanjaya, G. Y., 2011. Sistem Informasi
Kesehatan Nasional: Penguatan
Kompetenasi Tenaga SIK di Indonesia,
Melalui Program Kolaborasi dengan
Universitas. Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, Triwulan III, pp. 14-
19.
Supriyanto, Kurniadi A. 2014. Evaluasi
Kinerja Sistem Informasi Kesehatan
Kereta Api (SIKESKA) Ditinjau dari
Aspek Persepsi Pengguna Sistem dalam
Mendukung Manajemen di Klinik PT KAI
Area 4 Semarang Tahun 2014.
Semarang: Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro.
Wajirah. 2010. Sistem Informasi Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kabupaten Cilacap.
Skripsi. Surakarta: Jurusan Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
WHO, 2008. Framework and Standards for
Country Health Information Systems.
Geneva: World Health Organization.

119 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai