IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI INDONESIA Searah dengan berlangsungnya era informasi, pengelolaan sistem informasi Heru Santoso Wahito Nugroho kesehatan (SIK) yang ditopang oleh (Jurusan Kebidanan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) (Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya) telah bertambah luas implementasinya. Sahrir Sillehu Banyak ditemukan rumah sakit, dinas (STIKes Maluku Husada) kesehatan dan puskesmas yang memanfaatkan TIK untuk mendukung proses kerja dalam organisasi, sebagai contoh ABSTRAK sistem informasi rumah sakit, sistem informasi puskesmas, serta sistem informasi Pendahuluan: Masih banyak permasalahan dinas kesehatan (Sanjaya, 2011). Tetapi dalam penerapan sistem informasi semenjak datangnya era desentralisasi pada kesehatan di Indonesia yaitu “redundant” tahun 2004, penggunaan SIK berbasis TIK di data, duplikasi kegiatan, kualitas data, data rumah sakit, puskesmas, dinas kesehatan tidak sesuai dengan kebutuhan, kabupaten/kota serta dinas kesehatan ketidaktepatan waktu laporan, umpan balik provinsi sering tanpa menggunakan yang tidak optimal, pemanfaatan informasi pedoman yang baku (menggunakan versi yang rendah, dan sumberdaya yang tidak masing-masing). Hingga sekarang terdapat efisien. Studi ini bertujuan mengidentifikasi beraneka software SIK dari dinas kesehatan faktor-faktor penghambat implementasi kabupaten/kota dengan data, struktur, dan sistem informasi kesehatan di Indonesia fungsi yang bermacam-macam, sehingga berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu. komunikasi antara software tersebut tidak Metode: Studi menerapkan metaanalisis dapat dibangun. Kondisi ini menyebabkan terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu terjadinya kesulitan dalam rekapitulasi data tentang faktor penghambat dalam pada tingkat provinsi (Kemenkes RI, 2012a). implementasi sistem informasi kesehatan, Evaluasi pada tahun 2010 menunjukkan lalu diklasifikasikan berdasarkan adanya hasil bahwa banyaknya SIK yang “stand kesamaan ciri. Hasil: Ditemukan adanya alone” (berdiri sendiri) dan dipadu dengan faktor penghambat dari lima macam sistem informasi yang lain (dari kementerian komponen yaitu: 1) health informastion lain, pemerintah daerah, donatur, dll.) system resorces (sumberdaya manusia, menimbulkan duplikasi dalam pencatatan keuangan, logistik, serta teknologi informasi dan pelaporan, ditandai dengan adanya 301 dan komunikasi), 2) indicators, 3) data tipe laporan dari 8 jenis software SIK yang management, 4) information products harus dilaporkan oleh dinas kesehatan (produk-produk informasi), dan provinsi (Kemenkes RI, 2012a). dissemination and use. Di sisi lain tidak Problema yang masih banyak ditemukan ditemukan faktor penghambat dari dalam penerapan SIK dewasa ini adalah komponen data resources. Kesimpulan: belum terwujudnya efisiensi, ditandai faktor penghambat implementasi sistem dengan: 1) adanya “redundant” data, 2) informasi kesehatan di Indonesia mencakup duplikasi kegiatan, 3) kualitas data yang komponen sumberdaya, indikator, rendah, 4) adanya data yang tidak sesuai manajemen data, produk informasi, dan dengan kebutuhan, 5) ketidaktepatan waktu diseminasi dan penggunaan. Saran: laporan, 6) sistem umpan balik yang tidak Diharapkan upaya peningkatan sistem optimal, 7) pemanfaatan data/informasi yang informasi kesehatan diprioritaskan pada rendah pada tingkat daerah untuk advokasi, faktor sumberdaya sistem karena komponen perencanaan program, monitoring, dan ini berdampak bagi komponen-komponen manajemen, serta 8) penggunaan berikutnya, khususnya manajemen data, sumberdaya yang tidak efisien. Kondisi produk informasi, serta diseminasi dan tersebut di atas disebabkan oleh: 1) kondisi penggunaan. “overlapping” dalam pengumpulan dan pengolahan data, 2) pengelolaan data dan Kata kunci: informasi yang belum terintegrasi dan Sistem informasi kesehatan, penghambat terkoordinasi dengan baik (Kemenkes RI, implementasi 2012a).
115 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686
Tujuan Studi Tabel 1. Hasil Identifikasi Berbagai Faktor
Penghambat Implementasi Sistem Informasi Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi Kesehatan di Indonesia faktor-faktor penghambat implementasi sistem informasi kesehatan di Indonesia Jenis Sistem berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu. No Informasi dan Faktor Penghambat Sumber METODE STUDI 1 Sistem Informasi Keterampilan SDM Pelayanan Adaptasi SDM dari Kesehatan di proses manual ke Dalam studi ini digunakan metode Rumah Sakit sistem komputer metaanalisis terhadap beberapa hasil (Wajirah, 2010) Ketersediaan biaya penelitian yang berhubungan dengan Masalah sistem adanya faktor penghambat dalam 2 Sistem Informasi Kendala infrastruktur implementasi sistem informasi kesehatan. Layanan TIK Hasil-hasil penelitian yang dipilih mencakup Kesehatan Dasar Kesadaran stakeholder beberapa setting implementasi sistem di Jawa Tengah di bidang layanan informasi antara lain di rumah sakit, (Firdaus, 2012) kesehatan masyarakat, sekolah, puskesmas, serta 3 Sistem Informasi Keterbatasan SDM fasilitas transportasi. Hasil-hasil penelitian ini Kesehatan Gigi (tidak seimbang juga berasal dari wilayah-wilayah yang dan Mulut (UKGS) dengan volume tugas (Hayat, 2013) dan kegiatan) berbeda yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Kurangnya fasilitas dan Sumatera Utara. Kurangnya kepedulian Hasil-hasil penelitian ini kemudian pengelola institusi dibandingkan dan dilakukan 4 Sistem Informasi Kurangnya perangkat pengklasifikasian faktor penghambat Manajemen komputer berdasarkan adanya kesamaan ciri. Puskesmas Kurangnya kualitas (SIMPUS). SDM HASIL STUDI (Rahmanita, 2014). Kurangnya anggaran 5 Sistem Informasi Informasi yang belum Berikut ini disajikan tentang faktor-faktor Rekam Medis lengkap penghambat implementasi sistem informasi (Rohaeni, 2014). Informasi tak relevan kesehatan di Indonesia. Data diperoleh dari dengan kebutuhan pengguna berbagai wilayah di Indonesia, dan berasal Pengetahuan pengguna dari beberapa macam setting informasi yang Harapan pengguna berkaitan dengan bidang kesehatan Sikap pengguna sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Software yang belum sempurna PEMBAHASAN Kebijakan pimpinan Perubahan Berdasarkan hasil metaanalisis dari perencanaan keenam laporan penelitian terdahulu, dapat Kurangnya pengawasan diketahui bahwa pada dasarnya ada dan evaluasi. beberapa kesamaan esensi dari beberapa 6 Sistem Informasi Laporan ganda faktor yang telah dilaporkan sebagai Kesehatan Kereta (elektronik dan manual) API (Supriyanto & Kecepatan akses penghambat implementasi sistem informasi Kurniadi, 2014) jaringan kesehatan. Dalam hal ini, klasifikasi disusun Sistem pelaporan yang berdasarkan komponen sistem informasi tidak lengkap menurut WHO (2008) yaitu: 1) health Kurangnya bandwith informastion system resorces (sumberdaya Informasi kurang sistem informasi kesehatan), 2) indicators relevan (indikator-indikator), 3) data resources Penyajian informasi (sumberdaya data), 4) data management belum sesuai (fitur tak (pengelolaan data), 5) information products lengkap) (produk-produk informasi), serta 6) Sistem belum dapat dissemination and use (diseminasi dan memberikan informasi yang diinginkan penggunaan). Berikut ini disajikan klasifikasi Informasi belum dapat faktor menjadi 6 kelompok besar, mengacu dipercaya kepada komponen di atas: Belum dapat menampilkan 1. kesederhanaan
116 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686
1. Health informastion system resorces kegiatan masih dilakukan secara manual,
Menurut WHO (2008), faktor yang terutama akibat kurangnya komputer termasuk dalam kategori ini adalah SDM, yang mendukung proses pengolahan keuangan, dukungan logistik, serta TIK. data. Rahmanita (2014) juga melaporkan Faktor hasil metaanalisis yang termasuk kurangnya perangkat komputer sebagai dalam sub komponen SDM adalah salah satu penghambat utama dalam keterampilan SDM dalam menjalankan implementasi sistem informasi teknologi, kemampuan adaptasi SDM kesehatan. dalam mengikuti proses perubahan dari Faktor penghambat yang termasuk sistem manual menuju sistem berbasis dalam sub komponen TIK adalah adanya komputer (Wajirah, 2010), keterbatasan kendala infrastruktur TIK sebagaimana SDM dalam arti tidak mampu untuk disampaikan oleh Firdaus (2012), mengakomodir ketidakseimbangan sedangkan Wajirah (2010) menyebutnya antara volume tugas dan kegiatan. secara lebih umum sebagai masalah Dalam hal ini, tugas dan kegiatan yang sistem. Infrastruktur TIK ini penting harus dilakukan bermacam-macam, karena merupakan tulang punggung bagi bahkan kadang-kadang karena proporsi sistem informasi termasuk di dalamnya pembagian tugas yang tidak merata sistem informasi kesehatan. Infrastruktur mengakibatkan mereka harus sering TIK ini didukung oleh berbagai perangkat meninggalkan beberapa pekerjaan yang keras (komputer, printer, perangkat lebih penting kebutuhannya (Hayat, komunikasi kabel dan nirkabel) yang 2013). kesemuanya dihubungkan dalam suatu Rohaeni (2014) juga mengemukakan network (jaringan), baik berupa jaringan adanya kendala SDM yakni lokal (offline) maupun jaringan global pengetahuan, harapan, dan sikap (online). Tanpa adanya infrastruktur TIK pengguna. Ketiga hal di atas tergolong yang baik, maka sistem informasi sebagai hambatan dari faktor perilaku kesehatan tidak akan dapat berjalan SDM. Secara umum keseluruhan faktor dengan baik. di atas dapat dikatakan sebagai faktor 2. Indicators kualitas SDM yang terlibat dalam Indikator-indikator sebagai komponen implementasi sistem informasi kesehatan kedua merupakan dasar bagi sebagaimana yang disampaikan oleh perencanaan dan strategi sistem Rahmanita (2014) dalam laporan informasi kesehatan. Indikator penelitiannya. dibutuhkan untuk menjaring determinan- Hasil metaanalisis yang termasuk dalam determinan kesehatan; input, output, dan sub komponen kedua adalah faktor outcome dari sistem kesehatan; serta keuangan. Wajirah (2010) melaporkan status kesehatan. Sebagai contoh, sub komponen ini sebagai hambatan indikator dari kualitas pelayanan ketersediaan biaya dalam penerapan kesehatan bagi ibu hamil atau antenatal sistem, sedangkan Rahmanita (2014) care (ANC) adalah K1 dan K4 menyebutnya sebagai faktor kurangnya (Kemenkes RI, 2012b). anggaran. Hal tersebut logis karena Hasil metaanalisis yang tergolong pembangunan sistem informasi sebagai masalah dalam komponen kesehatan membutuhkan anggaran untuk indikator adalah sistem pelaporan yang penyediaan hardware (perangkas keras) tidak lengkap serta penyajian informasi berupa komputer, printer, jaringan dll., belum sesuai (fitur tidak lengkap) software (perangkat lunak) berupa sistem (Supriyanto & Kurniadi, 2014). Sebagai komputer, program-program yang contoh, di lapangan ditemukan bahwa dibutuhkan dll., serta brainware menu tentang laboratorium belum (perangkat otak) yakni menyiapkan terdapat di dalam sistem informasi pelaku-pelaku yang akan menjalankan kesehatan. Ditemukan juga bahwa sistem mencakup pengembang sistem, rujukan rawat inap dan rawat jalan belum analis sistem, serta operator sistem, dipisahkan, sehingga pelaporan tidak yang dalam hal ini memerlukan biaya dapat dipantau secara langsung oleh untuk pendidikan, pelatihan, serta pihak manajemen institusi. pembinaan lainnya. 3. Data resources Faktor penghambat yang termasuk sub Secara umum, komponen sumber data, komponen logistik, yakni kurangnya terdiri atas dua kategori utama yaitu data fasilitas (Hayat, 2013). Dalam hal ini, berbasis populasi (sensus, registrasi fasilitas yang kurang memadai masih kependudukan, dan survei populasi), dan dapat menghambat proses pengolahan data berbasis institusi (catatan individual, data dan pelaporan, sehingga beberapa
117 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686
pelayanan, dan sumberdaya) (WHO, yang efektif bagi manajemen kesehatan
2008). terkait. Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa 6. Dissemination and use tidak ada kendala yang berkaitan dengan Dalam hal ini, nilai dari informasi sumber data. Pada dasarnya dalam kesehatan dapat ditingkatkan dengan program kesehatan di Indonesia, sumber membuat informasi menjadi siap diakses data dari populasi maupun dari institusi oleh para pengambil keputusan serta sudah tersedia. memberikan insentif bagi penggunaan 4. Data management informasi. Manajemen data mencakup semua Jelas bahwa produk informasi yang aspek pengelolaan data mulai dari dihasilkan oleh sistem akan disebarkan pengumpulan, penyimpanan, jaminan kepada pengguna akhir dan akan kualitas dan aliran data, menuju digunakan sebagai dasar bagi pemrosesan, kompilasi, dan analisis. pengambilan keputusan, khususnya bagi Dalam hal ini, masih banyak ditemukan para pengelola, pimpinan, atau masalah di lapangan. Adanya stakeholder (pemangku kepentingan). perubahan-perubahan rencana Untuk itu mereka harus care (peduli) merupakan salah satu penghambat bagi dalam arti mereka merasakan pentingnya kelancaran proses pengelolaan data produk informasi, sehingga akan care dalam sistem. Kurangnya pengawasan juga sistem yang menghasilkan informasi dan evaluasi juga ditengarai sebagai tersebut. penghambat proses manajemen data Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa (Rohaeni, 2014). masih ada pimpinan ataupun stakeholder Adanya laporan ganda (manual dan yang belum peduli terhadap elektronik, kendala kecepatan akses, implementasi sistem informasi kurangnya bandwith, belum adanya kesehatan, sebagaimana dilaporkan oleh simplicty (kesederhanaan) juga tentang kurangnya kesadaran menyebabkan proses pengelolaan data stakeholder (Firdaus, 2012) dan menjadi terganggu (Supriyanto & kurangnya kepedulian pengelola institusi Kurniadi, 2014). Kendala-kendala pada (Hayat, 2013). proses pengelolaan data ini pada gilirannya akan berdampak pada kualitas KESIMPULAN DAN SARAN informasi yang dihasilkan. 5. Information products Hasil studi menunjukkan bahwa faktor- Sistem informasi kesehatan akan akan faktor penghambat implementasi sistem mentransmorfasikan data kesehatan informasi kesehatan di Indonesia mencakup menjadi informasi kesehatan. Dengan komponen sumberdaya sistem, indikator, kata lain, informasi merupakan produk manajemen data, produk informasi, serta atau hasil dari proses transformasi data. diseminasi dan penggunaan, serta tidak Informasi kesehatan ini penting karena ditemukan faktor penghambat dari segi akan menjadi dasar bagi bukti dan sumber data. pengetahuan untuk membangun tindakan Berdasarkan kesimpulan tersebut kesehatan (WHO, 2008). disarankan agar upaya peningkatan Hasil metaanalisis yang termasuk dalam diprioritaskan pada faktor sumberdaya komponen di atas adalah ditemukannya sistem (SDM, keuangan, dukungan logistik, informasi yang belum lengkap (Rohaeni, serta TIK) karena komponen ini merupakan 2014) dan informasi yang tidak relevan determinan bagi komponen-komponen dengan kebutuhan (Rohaeni, 2014; berikutnya, khususnya manajemen data, Supriyanto & Kurniadi, 2014), sistem produk informasi, serta diseminasi dan belum dapat memberikan informasi yang penggunaan. diinginkan, serta informasi masih belum dapat dipercaya (Supriyanto & Kurniadi, DAFTAR PUSTAKA 2014). Kondisi-kondisi di atas dapat Firdaus, OM. 2012. Arsitektur Sistem menurunkan kualitas informasi, padahal Informasi Layanan Kesehatan Dasar informasi ini penting bagi dasar Terintegrasi di Jawa Barat. Seminar pengambilan keputusan, sebagaimana Nasional Teknologi Informasi dan disampaikan oleh Lippeveld, et al., 2000) Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012). hal. bahwa informasi kesehatan merupakan 113-118. Yogyakarta: Universitas Atma dasar bagi pengambilan keputusan pada Jaya semua jenjang. Dalam hal ini, sistem Hayat, FN. 2013. Sistem Informasi informasi harus dijadikan sebagai alat Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut
118 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
Volume V Nomor 2, Mei 2015 ISSN: 2089-4686
pada Program Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) di Puskesmas Colomadu I Tahun 2013. Skripsi. Surakarta: Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kemenkes RI, 2012a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 192/MENKES/SK/VI/2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI. 2012b. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lippeveld T, Sauerborn R, Bodart C. 2000. Design and Implementation of Health Information Systems. Geneva: World Health Organization. Rahmanita, H. 2014. Implementasi Program Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Medan: Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Rohaeni, N. 2014. Analisis Penerapan Sistem Informasi Rekam Medis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Bandung: Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit, Universitas Padjadjaran. Sanjaya, G. Y., 2011. Sistem Informasi Kesehatan Nasional: Penguatan Kompetenasi Tenaga SIK di Indonesia, Melalui Program Kolaborasi dengan Universitas. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Triwulan III, pp. 14- 19. Supriyanto, Kurniadi A. 2014. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Kesehatan Kereta Api (SIKESKA) Ditinjau dari Aspek Persepsi Pengguna Sistem dalam Mendukung Manajemen di Klinik PT KAI Area 4 Semarang Tahun 2014. Semarang: Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Wajirah. 2010. Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Cilacap. Skripsi. Surakarta: Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. WHO, 2008. Framework and Standards for Country Health Information Systems. Geneva: World Health Organization.