Anda di halaman 1dari 53

Oleh : RONI FARFIAN, ST, MPSDA

1
OUTLINE

01 PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


DAN LATAR BELAKANG

02 GAMBARAN UMUM

03 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

04 RENCANA KERJA

05 ANALISIS DATA DAN SYSTEM TATA AIR


OUTLINE PLAN DRAINASE

2
01
LATAR BELAKANG &
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3
LEGALITAS TERKAIT SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

01 1. Undang-undang Dasar RI - Tahun 1945


2. Undang –Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya AIr
3. Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
4. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
5. Buku Sistem Drainase Perkotaan Tahun 2012, Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementrian Pekerjaan Umum
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang
Penyelenggaran Sistem Drainase Perkotaan
7. Permen PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Sumber Air dan Bangunan Pengairan,
8. Permen PUPR No. 26/PRT/M/2015 tentang Pengalihan Alur Sungai
dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai,
9. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum
10.Pola Wilayah Sungai Citarum
11.RTRW Kab. Bandung 2016
4
PERMASALAHAN UMUM DRAINASE BALEENDAH
• Kecamatan Baleendah adalah salah satu kecamatan di kabupaten bandung yang dilalui oleh
sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat.
01 • Selain itu wilayah kecamatan Baleendah juga dilintasi oleh sungai Cisangkuy
• Kapasitas tampungan saluran drainase utama yang tidak mencukupi dan elevasi topografi
Kecamatan Baleendah yang relatif lebih rendah dari elevasi banjir di Sungai Citarum
diindikasikan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir dan genangan di wilayah ini.

• Tahun 2018 Kolam Cieunteung Foto


FotoUdara
Udara
selesai dibangun dengan luas 5,5 Ha 5/13/2019
Kejadian Banjir
untuk mengantisipasi genangan di 3/13/2016
kawasan sekitarnya.
• Namun saat ini kondisi eksisting
sistem drainase di kawasan sebelah
barat dari Kolam Cienteung belum
tertata dengan baik sehingga
genangan masih terjadi.
• Air tidak dapat mengalir secara
gravitasi ke Kolam Cieunteng
• Diperlukan penyusunan Sistem
Drainase Perkotaan Baleendah husus
di DAS Cigado yang terintegrasi
dengan Sistem Kolam Cieunteun dan
Sistem Sungai Cisangkuy dan Citarum

5
RUANG LINGKUP KAJIAN
Ruang Lingkup Kajian Saluran Drainase Perkotaan Baleendah :
01 1. Pengidentifikasikan peraturan dan kebijakan dalam pembangunan drainase
2. Pengambilan data sekunder
3. Menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, dimensi saluran,
penampang saluran, permasalah utama yang terjadi pada masing-masing
saluran;
4. Membuat peta genangan termasuk didalamnya penyebab, besaran
kerusakan/kerugian, luas, tinggi, lama, frekuensi dan waktu kejadian
genangan;
5. Melakukan analisis kondisi terhadap sistem drainase;
6. Melakukan analisis kebutuhan seperti rencana alur saluran, kala ulang
masing- masing saluran, debit rencana serta analisis perbedaan antara
kebutuhan dan kondisi yang ada;
7. Memberikan rekomendasi baik secara struktural dan non struktural yang
mendetail dan dapat dipertanggungjawabkan.

6
02
GAMBARAN UMUM

7
KONDISI WILAYAH KAJIAN
Secara administratif kecamatan Baleendah terdiri dari delapan wilayah setingkat kelurahan/desa :
• Terdiri dari 5 kelurahan yaitu kelurahan Jelekong, kelurahan Manggahang, kelurahan
02 Baleendah, kelurahan Andir dan kelurahan Warga Mekar.
• Terdiri dari 3 desa yaitu desa Malakasari, desa Bojongmalaka dan desa Rancamanyar.
• Total luas Kecamatan Baleendah adalah 41.46 Km2 atau 4146 Ha D
• Kelurahan Jelekong : kelurahan dengan luas wilayah terbesar A= 694 Ha atau 20,31%
• Desa Malakasari : Desa terkecil dengan luas wilayah 175,60 Ha atau hanya 5,14%

8
KONDISI TOPOGRAFI
• Ketinggian wilayah Kecamatan Baleendah beragam berkisar antara 600 - 715 m DPL
• Wilayah utara dan barat didominasi oleh hamparan sehingga bayak dijadikan lahan
02 persawahan, wilayah ini meliputi Desa Rancamanyar, Bojongmalaka, Malakasari dan sebagian
kecil Kelurahan Andir.
• D
Wilayah selatan merupakan wilayah perbukitan yang terhampar dari sisi barat hingga timur
yang meliputi kelurahan Baleendah, Manggahangg Jelekong dan Warga Mekar.

9
KONDISI TOPOGRAFI
Kemiringan lereng di Kec. Baleendah termasuk ke dalam kategori datar/landai
• Klasifikasi Lereng 0 - <8 Datar/Landai 54.64%
02 • Klasifikasi Lereng 8 - <15 Agak Miring 12.09%
• Klasifikasi Lereng 15 - <25 Miring 8.20%
• Klasifikasi Lereng 25 - <45 Curam
• Klasifikasi Lereng 45 ke atas Terjal
17.00%
8.08%
D

10
Karakteristik Iklim dan Curah Hujan
• PCH Ciherang-Cangkuang merupakan satu-satunya PCH yang mempengaruhi
02 hidrologi Kecamatan Baleendah
• Ketersediaan data curah hujan : hujan harian untuk 10 tahun (2008 sd 2017)
D
Hujan
No. Tahun Harian
Maksimum (mm)
1 2008 69
2 2009 75
3 2010 113
4 2011 36
5 2012 135
6 2013 125
7 2014 87
8 2015 47
9 2016 80
10 2017 81

11
Tata Guna Lahan

02

Perubahan Tata Guna Lahan


di Kec. Baleendah dari tahun
2005 s.d 2014 : terjadi
peningkatan persentase
luasan dari lahan terbangun
dan tegalan/ladang,
sedangkan lahan sawah
mengalami
pengurangan/penurunan.
12
Permasalahan Drainase Eksisting
Berdasarkan hasil investigasi lapangan, Permasalahan drainase dan banjir di Kecamatan
02 Baleendah diuraikan sebagai berikut :
• Sistem drainase yang ada kurang berfungsi dengan baik dan memerlukan penataan
baik lay-out maupun kapasitas (dimensi).
D
• Saluran drainase sekunder dan tersier di beberapa lokasi tertutup oleh jalan dan
bangunan.’
• Sistem drainase di Baleendah dipengaruhi oleh kondisi elevasi muka air di Sungai
Citarum dan sebagian wilayah dipengaruhi pula oleh kondisi elevasi muka air di
Sungai Cisangkuy.
• Kejadian banjir terjadi diakibatkan oleh luapan dari saluran drainase dan Sungai
Citarum serta Sungai Cisangkuy.
• Lokasi banjir di Kecamatan Baleendah ini tipikal banjir daerah low-land. Di mana saat
elevasi muka air banjir di mainstream (Sungai Citarum) dan Sungai Cisangkuy tinggi
saluran drainase tidak dapat membuang air ke mainstream.

13
Permasalahan Drainase Eksisting

02

• Lokasi Genangan I (Daerah Cieunteung) : menggenangi Desa Baleendah dan Desa Andir.
Banjir di kawasan ini disebabkan luapan dari Sungai Cigado dan Sungai Citarum serta Sungai Cisangkuy. Estimasi luas
genangan (berdasarkan analisis citra google) = 82.1 Ha
• Lokasi Genangan II (Andir) : menggenangi Desa Andir
Banjir di kawasan ini disebabkan luapan dari Sungai Citarum dan Sungai Cisangkuy, serta permasalahan drainase
lokal. Estimasi luas genangan (berdasarkan analisis citra google) = 147 Ha
• Lokasi Genangan III : menggenangi Desa Bojongmalaka, Andir, dan Rancamanyar
Banjir di kawasan ini disebabkan luapan dari Sungai Citarum serta permasalahan drainase lokal. Estimasi luas
genangan (berdasarkan analisis citra google) = 78.1 Ha
• Lokasi Genangan IV : menggenangi Desa Bojongmalaka dan Rancamanyar.
Banjir di kawasan ini disebabkan luapan drainase lokal yang dipengaruhi tidak dapat mengalirnya air ke sungai
Citarum saat elevasi muka airnya tinggi. Estimasi luas genangan (berdasarkan analisis citra google) = 10.9 Ha 14
03
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

15
KERANGKA PIKIR – OULINE PLAN
Proses penyusunan rencana induk drainase perkotaan perlu memperhatikan:
1) Sistem drainase yang ada (existing drainage).
03 2) Pekerjaan drainase yang sedang dilaksanakan (on going project).
3) Perencanaan drainase yang ada (existing plans).
4) Proses penanganan pekerjaan Existing dan New Plans
5) Proses penangan perencanaan drainase baru untuk kota metropolitan, kota besar dan kota yang
mempunyai nilai strategis harus melalui penyusunan : i) Rencana Induk Sistem Drainase (Drainage
Master Plan), ii) Studi Kelayakan (studi kelayakan), iii) Rancangan teknik terinci (DED) dan iv)
implementation.
6) Proses penanganan perencanaan drainase baru untuk kota sedang dan kota kecil harus melalui
penyusunan: i) outline plan, ii) rancangan teknik terinci (DED) dan iii) implementation.

16
KERANGKA PIKIR – OULINE PLAN

7) Outline plan paling sedikit memuat:


03
• inventarisasi kondisi awal sistem drainase, termasuk daerah-daerah genangan;
• kajian dan analisis drainase dan konservasi air;
• rencana sistem jaringan drainase perkotaan;
• skala prioritas dan tahapan penangan;
• perencanaan dasar; dan
• pembiayaan.
8) Untuk kota yang telah mempunyai master plan atau outline plan, karena
perkembangan kota yang demikian cepat akibat urbanisasi atau sebab lain, maka
sebelum menyusun master plan baru atau outline plan baru, perlu mengevaluasi
dengan seksama master plan atau outline plan yang ada sebelum memutuskan
menyusun master plan atau outline plan baru.

17
Bagan Alir Tata Cara
Perencanaan Pembuatan Rencana Induk Drainase Perkotaan
03

18
Bagan Alir Tata Cara
Perencanaan Pembuatan Rencana Induk Drainase Perkotaan
03 Data Hidrologi Catchment Area Data Spasial Data Hidraulika Data Teknis Lainnya

19
TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
03
Pengumpulan Data:
- Peta Dasar
PERSIAPAN
- Peta Geologi Perencana Detail:
1. Administrasi - Data Hidroklimatologi - Perhitungan Hidraulik
2. Teknis Saluran
3. Penyusunan Rencana - Pemodelan
Kerja - Perencanaan Bangunan
Review Data Sekunder: Analisis Hidrologi:
- Peta Sistem Tata Air - Curah Hujan Rencana
- Identifikasi Sarana dan - Intensitas Curah Hujan
N
Pengumpulan Data Prasarana Drainase - Analisis Deibt Rencana Penyusunan Alternatif
Sekunder dan Review - Daerah Layanan Lay-out Jaringan
Studi Terdahulu - Kondisi topografi Drainase
- Tata Guna Lahan
Diskusi
- Proyeksi Demografi dan
Perkembangan Kota
- Normalisasi saluran dan
gorong-gorong
Identifikasi Kondisi Eksisting - Peninggian Elevasi jalan di Y
Sistem Drainase: lokasi genangan Pemilihan
- kapasitas saluran tidak - Penertiban bangunan liar Alternatif Lay-out
Orientsi lapangan dan memadai - Implementasi Perda tentang Dokumen Perencanaan:
Survey Pendahuluan - Geometri jalan di lokasi bangunan atau jalan masuk di 1. Laporan-laporan
genangan berupa cekungan atas saluran 2. Peta dan Gambar
- Bangunan Liar pada saluran - Pengerukan saluran
- Sampah dan sedimentasi - Implementasi Perda tentang
partisipasi masyarakat dalam
pemeliharaan saluran
Dokumen Tender:
1. Volume Pekerjaan (BOQ)
Identifikasi Topografi 2. Rencana Anggaran
Biaya (RAB)
1. Topografi - Peta Topografi
- Kontur Trase Rancana 3. Spesifikasi Teknis
2. Trase Saluran Rencana - Potongan Memanjang
3. Penampang Mamangjang - Potongan Melintang
dan Melintang

PENGUMPULAN DATA DAN


PEKERJAAN PERSIAPAN ANALISIS DATA SYSTEM PLANNING PERENCANAAN RINCI
KEGIATAN LAPANGAN

20
Survei Topografi
✓ Pengukuran penampang memanjang sungai / saluran
03 ✓ Pengukuran potongan melintang dengan jarak 50 m.
BAGAN ALIR KEGIATAN PENGUKURAN TOPOGRAFI

MULAI

Inventarisasi Data Sekunder


Persiapan dan Checking Mobilisasi Personil - Peta Rupa Bumi Indonesia 1 : 50.000
Kalibrasi Peralatan dan Peralatan - Data BenchMark Eksisting
- Peta Studi Terdahulu

Penyusunan Tim Kerja

Orientasi Lapangan

Inventarisasi BM eksisting & Pengukuran Situasi Pengukuran Long & Cross Pengukuran Situasi Detail
Pemasangan BM & CP Baru Sungai Section Sungai Rencana Bangunan

Pengolahan Data & Penggambaran


- Situasi sungai 1:1.000
- Long & cross section 1: 1000 & 1:100
- Situasi detail bangunan 1:500
- Deskripsi BM

Mutual Check
Data & Peta

Laporan Penunjang
Topografi
- Deskripsi BM
- Gambar situasi sungai & renc. bangunan
- Gambar long & cross section

SELESAI
21
Analisa Hidrologi
• Analisis Curah Hujan
03
• Analisa Frekuensi Curah Hujan menggunakan
perhitungan: Ketentuan Teknis Kala Ulang berdasarkan Tipologi Kota
– Distribusi normal
– Distribusi Gumbel
– Distribusi Log Pearson III
• Analisis Intensitas Curah Hujan dan Intensity
Duration Frequency
• Analisis Debit Rencana

INTENSITAS CURAH HUJAN

I : Intensitas curah hujan (mm/jam)


t : Lamanya curah hujan / durasi curah
hujan (jam)
R24 : Curah hujan rencana dalam suatu
periode ulang, yang nilainya didapat
dari tahapan sebelumnya (tahapan
analisis frekuensi)

22
ANALISIS DEBIT RENCANA DI SALURAN DRAINASE
Rational Method:
Simple Symmetrical Triangle
03
Triangular Runoff Hydrograph
Tc=2 hours; Qp=200 cfs

Q = 0.00278 ∙ C ∙ I ∙ A 250

Q = Debit puncak rencana (m3/det) 200

C = Koefisien limpasan

Q (cfs)
150

I = Intensitas (mm/jam) diperoleh dari IDF 100

Curve berdasarkan waktu konsentrasi. 50

A = Luas catchment area (ha) 0


0 1 2 3 4
Time (hrs)
0
Rainfall

Losses,
(in/hr)

Rainfall-excess,

Equilibrium range
(watershed area is constant)

Tringular runoff hydrograph


(duration of rainfall-excess, D >
Runoff rate

the time of concentration, )


(cfs)

Volume of runoff

Assume. Contributing area varies linearly with time.


23
Routing Hidrologi di Kolam / Storage
03
Menggunakan HEC-HMS

• Storage Representations
• Storage vs. Discharge
• Storage vs. Elevation
• Surface Area vs. Elevation
• Discharge Representations
• Spillways, Weirs
• Orifices, Sluice gates
• Pumps

24
SIMULASI HIDROLIK BANJIR DAN GENANGAN

Model yang akan digunakan adalah model 1D (di sungainya) dan pemodelan
03
banjir 2D (di Lahan nya).

PEMODELAN HIDRODINAMIK 1 D PEMODELAN HIDRODINAMIK 2D


(MODUL HD DAN ST) (BANJIR DI LAHAN)

•CROSS SECTION •DIGITAL ELEVATION MODEL


•NETWORK •BOUNDARY CONDITION
•BOUNDARY CONDITION
GABUNGAN PEMODELAN
1D DAN 2D

•DAERAH GENANGAN BANJIR


•ELEVASI MUKA AIR DI FLOOD PLAIN & SALURAN
•WAKTU GENANGAN
•KEDALAMAN RATA-RATA GENANGAN

INPUT OUTPUT

Skema Tahapan Pemodelan Banjir


25
Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Tinggi dari Elevasi Muka Air
03 Badan Air Penerima (Tipe A)

• Pengelolaan drainase pada kawasan dengan kondisi elevasi lahan lebih tinggi
daripada elevasi muka air badan air penerima (Elevasi Lahan > Elevasi Muka
Air Badan Penerima), dilakukan dengan sistem gravitasi.
• Pematusan dapat dilakukan setiap saat, baik pada kondisi elevasi muka air
banjir (MAB)/maksimun/pasang maupun muka air normal (MAN) badan air
penerima.Ilustrasi kondisi hidrotopografi untuk lahan perkotaan Tipe A

26
Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Rendah dari Elevasi Muka Air
Badan Air Penerima (Tipe B)
03

• Kawasan perkotan dengan karakteristik lahan lebih rendah dari elevasi muka air
badan air penerima, secara fisik akan menyebabkan sebagian atau seluruh
wilayah menjadi rawan akan genangan dan banjir, sehingga pengelolaan
drainase diarahkan pada penggunaan sistem polder.
• Sistem polder adalah suatu sistem yang secara hidrolis terpisah dari
sekelilingnya, baik secara alamiah maupun buatan, yang dilengkapi dengan
tanggul, sistem drainase internal, pompa dan/atau waduk, serta pintu air.

27
Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi MAN dan MAB
03 Badan Air Penerima (Tipe C)

• Tipologi kawasan perkotaan terletak pada posisi antara elevasi muka air normal
(MAN) dan muka air banjir (MAB) dari badan air penerima, sehingga dampak
limpasan dari badan air penerima bersifat fluktuatif.
• Dalam penerapannya, tipologi ini juga menggunakan sistem polder yang
dilengkapi pemanfaatan tanggul, pintu air dan pompa, dengan fungsi danmanfaat
masing-masing.

28
SISTEM POLDER
Polder : suatu kawasan atau lahan reklamasi dengan kondisi awal
mempunyai muka air tanah tinggi yang diisolasi secara hidrologis dari
03 daerah di sekitarnya dan kondisi muka air (air permukaan dan air
tanah) dapat dikendalikan. Kondisi lahannya sendiri dibiarkan pada
elevasi asalnya atau sedikit ditinggikan.

SIFAT-SIFAT POLDER
POMPANISASI • Polder merupakan daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air yang
Pemilihan jenis pompa dimulai dari debit air berasal dari luar kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan (dan
dan head yang di pompakan, sifat air dan kadang-kadang air rembesan) pada kawasan itu sendiri yang
lahan yang tersedia, data tesebut di perlukan dikumpulkan.
untuk perencanaan pompa drainase adalah: • Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah
• Data debit air dan head yang di tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali
pompakan untuk menentukan type pada pembuangannya (dengan penguras atau pompa) untuk
pompa (Diagram Pemilihan Pompa). mengendalikan aliran ke luar.
• Data sifat air diperlukan untuk • Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air bawah permukaan)
menentukan material pompa. tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya dan dinilai
• Data lahan yang tersedia diperlukan berdasarkan elevasi lahan, sifat-sifat tanah, iklim, dan tanaman.
untuk menentukan type pompa
submersible, pompa axial, pompa mixed
flow atau pompa ulir.

• Pada dasarnya pompa drainase


mempunyai karakteristek debit besar dan
head relatif rendah.
• Secara umum pompa yang sesuai di
gunakan untuk pompa drainase adalah
pompa axial, pompa mixed flow, pompa
ulir dan pompa submersible.
29
04
ANALISIS DATA

30
INVENTARISASI KONDISI SALURAN DRAINASE

04

31
SISTEM LAY OUT JARINGAN TATA AIR – KEC BALEENDAH
• Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder, tersier beserta bangunan
04 pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar masyarakat
• Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke
badan air penerima.
• Badan Penerima Air di Sistem Tata Air Kecamatan Baleendah adalah Sungai Citarum dan Sungai Cisangkuy
• Terdapat 25 Sistem Drainase Primer yang berada di Kecamatan Baleendah
• Dianalisis terhadap data DEMNAS (8m x 8m) dan sistem jaringan sungai dari peta BIG 1:25.000

32
ANALISIS HIDROLOGI
HUJAN EKSTRIM (2009 SD
2018)
IDF - MONONOBE
05

R24 Max
Rank P (%) TR
(mm)
1 122.9 9.09 11.00 220.00 I DF ( 2 0 0 9 SD 2 0 1 8 )
2 112.6 18.18 5.50 200.00 TR 02 TR 05 TR 10
3 88.9 27.27 3.67 180.00
INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)

4 85.2 36.36 2.75 160.00


5 83 45.45 2.20 140.00

6 77.7 54.55 1.83 120.00

7 73.5 63.64 1.57 100.00


80.00
8 73.5 72.73 1.38
60.00
9 68.4 81.82 1.22
40.00
10 62 90.91 1.10
20.00
0.00
TR 10 121.03 mm 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 440 480 520 560 600 640 680 720
TR 05 106.14 mm WAKTU (MENIT)

TR 02 82.17 mm
Daerah Tangkapan Air
05 Daerah tangkapan air (DTA) adalah wilayah dimana air hujan yang turun diatas
wilayahnya akan mengalir secara grafitasi ke titik muara sistim saluran
drainase pada DTA. Sifat dari DTA yang berupa bentuk, kerapatan saluran
drainase, kemiringan lahan, jenis tanah dan penggunaan lahan akan sangat
berpengaruh pada besarnya aliran permukaan atau debit banjir.
Batas Daerah Tangkapan Air (DTA)

Blok Bangunan Blok Bangunan

Aliran permukaan Aliran permukaan

Blok Bangunan Blok Bangunan

Aliran sungai
34
DAERAH TANGKAPAN AIR
DAN TATA LETAK SISTEM TATA AIR DRAINASE
05 KECAMATAN BALEENDAH – DAS CIGADO

Kriteria Penentuan Catchment Area masing-masing Drain :


• Memanfaatkan saluran alami dan atau saluran
buatan yang sudah ada
• Arah Aliran (Flow Direction) menjadi acuan dalam
delineasi CA
• Batas Tinggi Lahan dan Batas Jalan
• Lo → Flow Length
• Slope Percent

35
Analisis Debit Drainase Q = 0.00278 ∙ C ∙ I ∙ A Tc = to = td
To → Kirpich
Catch- Cr Lo Intensitas Intensitas
Slope Lo L saluran to (jam) to td tc Periode Qhujan
No. NAMA ment (koef. run (jrk run off Saluran Inlet (mm/jam) (mm/jam)
medan (jrk run off m) (m) Kirpich (mnt) (mnt) (mnt) Ulang (m^3/s)
(A) Ha off) km) (Mononobe) IDF-BMKG
05 1
2
C1A
C1B
38.22
1.44
0.80
0.85
0.217
0.007
957.4
63.28
0.957
0.063
SP1 - R1
SP1 - R2
638.7
658.4
0.115
0.053
6.93
3.20
7.10
7.32
14.03
10.52
5
5
96.96
117.46
128.07
141.81
10.89
0.48
3 C2A 6.52 0.85 0.068 173.91 0.174 SP2 - R1 631.5 0.049 2.92 7.02 9.93 5 122.04 144.76 2.23
4 C2B 8.95 0.85 0.023 245.24 0.245 SP2 - R2 419.4 0.096 5.76 4.66 10.42 5 118.23 142.87 3.02
5 C2C 9.48 0.85 0.046 214.47 0.214 SP2 - R3 420.5 0.066 3.98 4.67 8.65 5 133.80 151.18 3.39
6 C2D 2.36 0.85 0.052 116.08 0.116 SP2 - R4 237.9 0.039 2.36 2.64 5.00 5 192.74 169.48 0.94
7 C2E 1.95 0.85 0.031 116.28 0.116 SP2 - R4 237.9 0.048 2.89 2.64 5.53 5 180.37 166.85 0.77
8 C2E_ 1.07 0.85 0.129 74.28 0.074 Oxbow 100.000 0.020 1.18 1.11 2.29 5 324.21 183.07 0.46
9 C2F 2.53 0.85 0.037 163.95 0.164 SP1 - R3 753.6 0.059 3.52 8.37 11.89 5 108.26 137.39 0.82
10 C2G 5.65 0.85 0.051 183.62 0.184 Folder Cisangkuy 100.000 0.057 3.40 1.11 4.52 5 206.43 171.93 2.30
11 C3 2.30 0.85 0.136 81.71 0.082 SP3 651.9 0.021 1.25 7.24 8.49 5 135.48 141.37 0.77
12 C4A1 32.33 0.85 0.034 588.37 0.588 SS1 1488.4 0.162 9.71 16.54 26.25 5 63.85 99.49 7.60
13 C4A2 Ka 1.62 0.85 0.003 130.75 0.131 SP4ka - R1 240.8 0.136 8.14 2.68 10.82 5 115.28 141.37 0.54
244.0
14 C4A2 Ki 1.32 0.85 0.002 174.25 0.174 SP4ki - R1 246.9 0.185 11.12 2.74 13.86 5 97.72 130.03 0.41
15 C4B 2.11 0.85 0.004 171.08 0.171 SS4B 179.6 0.147 8.82 2.00 10.82 5 115.31 141.38 0.70
16 C4C 7.79 0.85 0.001 255.32 0.255 SS4CG 387.7 0.321 19.25 4.31 23.56 5 68.62 105.78 1.95
17 C4D 4.56 0.85 0.003 254.19 0.254 SS4D 194.4 0.215 12.90 2.16 15.06 5 92.49 125.67 1.35
18 C4E1 3.11 0.85 0.005 148.50 0.148 SS4E1 112.5 0.116 6.99 1.25 8.24 5 138.21 153.24 1.13
19 C4E2 6.50 0.85 0.005 407.74 0.408 SS4E2 548.3 0.262 15.71 6.09 21.81 5 72.25 109.88 1.69
20 C4F 3.84 0.85 0.005 120.50 0.120 SS4F 644.3 0.100 6.01 7.16 13.17 5 101.12 132.62 1.20
21 C4G 3.95 0.85 0.003 156.12 0.156 SP4ki - R2 364.2 0.142 8.54 4.05 12.59 5 104.21 134.78 1.26
22 C4H 4.62 0.85 0.004 478.99 0.479 SS4H 568.0 0.321 19.31 6.31 25.62 5 64.88 100.96 1.10
23 C4Ika 5.45 0.85 0.004 509.82 0.510 SP4ka - R4 196.7 0.318 19.10 2.19 21.29 5 73.42 111.10 1.43
24 C4Iki 2.58 0.85 0.004 407.74 0.408 SP4ki - R3 292.0 0.275 16.49 3.24 19.73 5 77.22 114.73 0.70
25 C4J1 2.33 0.85 0.001 145.80 0.146 SS4J1 279.6 0.196 11.80 3.11 14.90 5 93.13 126.17 0.69
26 C4K 2.42 0.85 0.005 146.98 0.147 SP4ka - R5 196.7 0.113 6.78 2.19 8.97 5 130.64 149.59 0.85
27 C4L1 1.56 0.85 0.005 121.40 0.121 SS4LN - R1 188.3 0.099 5.94 2.09 8.04 5 140.55 154.27 0.57
28 C4L2 0.61 0.85 0.001 61.49 0.061 SS4LN - R2 74.6 0.123 7.38 0.83 8.21 5 138.57 153.40 0.22
SP4ki - R4 88.0
29 C4M 0.61 0.85 0.006 99.71 0.100 SP4ki - R5 393.1 0.080 4.79 4.37 9.16 5 128.81 148.63 0.22
30 C4N1 1.26 0.85 0.003 144.30 0.144 SP4ki - R6 274.5 0.148 8.89 3.05 11.94 5 107.94 137.19 0.41
31 C4N2 0.88 0.85 0.009 105.98 0.106 SS4LN - R3 96.0 0.073 4.41 1.07 5.48 5 181.50 167.11 0.35
32 C5A 46.72 0.80 0.233 769.55 0.770 SS5A 782.6 0.095 5.71 8.70 14.40 5 95.27 128.03 13.30
33 C5B 16.85 0.85 0.066 304.54 0.305 SS5B 434.6 0.075 4.53 4.83 9.36 5 126.96 147.62 5.88
34 C5C 10.57 0.85 0.013 476.52 0.477 SS5C 364.5 0.199 11.96 4.05 16.01 5 88.76 122.02 3.05
35 C5D 7.52 0.85 0.009 279.75 0.280 ST5D 413.0 0.154 9.22 4.59 13.81 5 97.97 130.23 2.31
36 C5E 2.84 0.85 0.007 126.95 0.127 SS5E 112.0 0.091 5.45 1.24 6.69 5 158.80 161.01 1.08
37 C5F 8.12 0.85 0.012 157.12 0.157 SS5F 253.0 0.089 5.32 2.81 8.13 5 139.44 153.78 2.95
222.79
259.4
267.9
38 C5G 6.83 0.85 0.009 157.12 0.157 SP5 - R4 805.2 0.099 5.96 8.95 14.90 5 93.12 126.16 2.04
39 C5H 9.37 0.85 0.009 290.66 0.291 SP5 - R4 805.2 0.156 9.35 8.95 18.29 5 81.23 118.10 2.61
40 C6B 7.74 0.85 0.045 145.78 0.146 SP5 - R4 805.2 0.050 2.98 8.95 11.93 5 108.04 139.64 2.56
148.75
289.3
41 C6A 4.84 0.85 0.057 255.00 0.255 SP6 - R3 639.3 0.070 4.18 7.10 11.28 5 112.10 139.64 1.60
42 C7A 8.94 0.85 0.061 169.30 0.169 SP7 - R1 603.5 0.049 2.97 6.71 9.67 5 124.21 146.05 3.09
43
44
C7B
C7C
6.83
12.11
0.85
0.85
0.067
0.084
161.05
190.36
0.161
0.190
SP7 - R2
SP7 - R3
572.7
193.3
0.046
0.048
2.76
2.88
6.36
2.15
9.13
5.03
5
5
129.13
192.13
148.80
169.36
2.40
4.85
36
DEBIT DRAINASE Q = 0.00278 ∙ C ∙ I ∙ A

05

37
DEBIT DRAINASE Q = 0.00278 ∙ C ∙ I ∙ A
0

05
Rainfall
Losses,

(in/hr)
Rainfall-excess,

Equilibrium range
(watershed area is constant)

Tringular runoff hydrograph


(duration of rainfall-excess, D >
Runoff rate

the time of concentration, )


(cfs)

Volume of runoff

Assume. Contributing area varies linearly with time.

Hidrograf Rational - SP2 R3 Hidrograf Rational - SP1-R1


10.00 20.00
18.00
8.00 16.00
14.00
Q (m3/dt)

Q (m3/dt)

6.00 12.00
10.00
4.00 8.00
6.00
2.00 4.00
2.00
0.00 0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240
(menit) (menit)

38
DIMENSI SALURAN
05

Saluran Primer
Tipe
ratio = Elv Hulu Elv Hilir Q Beban Total As P V sal FB Q sal dQ=Qsal-
NAMA Saluran b (m)
b/h
h (m) 1/m
(m) (m)
Petak Yang Masuk
(m3/dt)
S sal. n manning
(m2) (m)
R hidrolis
(m/s) (m) (m3/s) Qhjn
Chek
(u-ditch)

SP1 - R1 U Ditch 2.60 0.93 2.80 0 663.54 662.87 C1A + C4A1 18.49 0.001 0.025 7.28 2.60 2.80 2.57 0.50 18.74 0.25 ok
SP1 - R2 U Ditch 2.80 1.40 2.00 0 662.87 660.6 SP1 - R1 + C1B + C4F 20.17 0.003 0.025 5.60 2.80 2.00 3.73 0.50 20.88 0.71 ok
SP1 - R3 U Ditch 2.80 1.04 2.70 0 660.6 659.6 SP1 - R2 + C2F 20.99 0.001 0.025 7.56 2.80 2.70 2.83 0.50 21.36 0.36 ok
SP2 - R1 U Ditch 1.20 1.20 1.00 0 664.3 662.01 C2A 2.23 0.004 0.025 1.20 1.20 1.00 2.41 0.50 2.89 0.66 ok
SP2 - R2 U Ditch 1.40 0.78 1.80 0 662.01 661.45 SP2 - R1 + C2B 5.25 0.001 0.025 2.52 1.40 1.80 2.16 1.50 5.45 0.20 ok
SP2 - R3 U Ditch 1.40 0.78 1.80 0 661.45 659.73 SP2 - R1 + C2B + C2C 8.64 0.004 0.025 2.52 1.40 1.80 3.79 0.50 9.54 0.90 ok
SP2 - R4 U Ditch 2.00 0.88 2.30 0 659.73 659.45 SP2 - R1 + C2B + C2C + C2D + C2E 10.35 0.001 0.025 4.60 2.00 2.30 2.39 0.50 11.00 0.65 ok
SP3 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 660.3 659 C3 0.77 0.002 0.025 1.00 1.00 1.00 1.79 0.50 1.79 1.02 ok
SP4ka - R1 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.26 660.75 C4A2 Ka 0.54 0.002 0.025 1.00 1.00 1.00 1.84 0.50 1.84 1.30 ok
SP4ka - R2 U Ditch 1.20 1.00 1.20 0 660.75 660.51 SP4ka - R1 + C4D 1.89 0.001 0.025 1.44 1.20 1.20 1.42 0.50 2.04 0.15 ok
SP4ka - R4 U Ditch 1.40 0.88 1.60 0 659.92 659.71 SP4ka - R2 + C4Ika 3.33 0.001 0.025 2.24 1.40 1.60 1.79 0.50 4.00 0.68 ok
SP4ka - R5 U Ditch 1.40 1.00 1.40 0 659.71 659.28 SP4ka - R4 + C4K 4.18 0.002 0.025 1.96 1.40 1.40 2.34 0.50 4.59 0.41 ok
SP4ki - R1 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 662.18 661.79 C4A2 Ki 0.41 0.002 0.025 1.00 1.00 1.00 1.59 0.50 1.59 1.18 ok
SP4ki - R2 U Ditch 1.00 0.83 1.20 0 661.79 661.334 SP4ki - R1 + C4G 1.66 0.001 0.025 1.20 1.00 1.20 1.60 0.50 1.92 0.25 ok
SP4ki - R3 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.334 659.98 SP4ki - R2 + C4Iki 2.37 0.005 0.025 1.00 1.00 1.00 2.72 0.50 2.72 0.36 ok
SP4ki - R4 U Ditch 1.40 0.88 1.60 0 659.98 659.9 SP4ki - R3 + C4H 3.47 0.001 0.025 2.24 1.40 1.60 1.65 0.50 3.70 0.23 ok
SP4ki - R5 U Ditch 1.40 1.00 1.40 0 659.9 659.33 SP4ki - R4 +C4M 3.68 0.001 0.025 1.96 1.40 1.40 1.91 0.50 3.74 0.05 ok
SP4ki - R6 U Ditch 1.40 0.78 1.80 0 659.33 659.1 SP4ki - R5 +C4N1 4.09 0.001 0.025 2.52 1.40 1.80 1.71 0.50 4.32 0.23 ok
SP5 - R1 U Ditch 2.00 0.91 2.20 0 663.41 662.87 C5A 13.30 0.002 0.025 4.40 2.00 2.20 3.33 0.50 14.66 1.35 ok
SP5 - R2 U Ditch 2.00 1.11 1.80 0 662.87 661.38 SP5 - R1 + C5D 15.62 0.006 0.025 3.60 2.00 1.80 4.49 0.50 16.15 0.53 ok
SP5 - R3 U Ditch 2.20 1.10 2.00 0 661.38 660.4 SP5 - R2 + C5E 16.70 0.004 0.025 4.40 2.20 2.00 3.84 0.50 16.90 0.20 ok
SP5 - R4 U Ditch 2.80 0.80 2.75 0 660.40 658.20 SP5 - R3 + C5G + C5H + C6B + SP6 - R3 31.50 0.003 0.025 7.70 2.80 2.75 4.10 0.50 31.60 0.10 ok
SP6 - R1 U Ditch 1.20 1.00 1.20 0 663.93 663.2 C5C 3.05 0.005 0.025 1.44 1.20 1.20 3.16 0.50 4.56 1.51 ok
SP6 - R2 U Ditch 1.40 0.88 1.60 0 663.20 662.09 SP6 - R1 + C5F 6.00 0.004 0.025 2.24 1.40 1.60 3.39 0.50 7.59 1.59 ok
SP6 - R3 U Ditch 1.60 1.00 1.60 0 662.3 660.34 SP6 - R2 + C6A 7.60 0.003 0.025 2.56 1.60 1.60 3.03 0.50 7.76 0.16 ok
SP7 - R1 U Ditch 1.20 1.00 1.20 0 664.32 662.18 C7A 1.48 0.004 0.025 1.44 1.20 1.20 2.69 0.50 3.87 2.39 ok
SP7 - R2 U Ditch 1.40 1.00 1.40 0 662.18 660.16 SP7 - R1 + C7B 3.88 0.004 0.025 1.96 1.40 1.40 2.97 0.50 5.83 1.94 ok
SP7 - R3 U Ditch 1.60 0.80 2.00 0 660.16 659.5 SP7 - R2 + C7C 8.73 0.003 0.025 3.20 1.60 2.00 3.71 0.50 11.87 3.14 ok

39
DIMENSI SALURAN
05

Saluran Sekunder
Tipe
SALURAN ratio = Elv Hulu Elv Hilir Q Beban Total As P V sal FB Q sal dQ=Qsal-
NAMA Saluran b (m)
b/h
h (m) 1/m
(m) (m)
Petak Yang Masuk
(m3/dt)
S sal. n manning
(m2) (m)
R hidrolis
(m/s) (m) (m3/s) Qhjn
Chek
PRIMER (u-ditch)

SS1 SP-1 - R1 U Ditch 2.20 1.00 2.20 0 660.6 659.6 C4A1 7.60 0.001 0.025 4.84 2.20 2.20 1.75 0.50 8.49 0.89 ok
SS4B SP4ka - R2 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.5 660.75 C4B 0.70 0.004 0.025 1.00 1.00 1.00 2.58 0.50 2.58 1.88 ok
SS4CG SP4ki - R2 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.66 660.64 C4C 1.95 0.003 0.025 1.00 1.00 1.00 2.05 0.50 2.05 0.10 ok
SS4D SP4ka - R3 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.85 661.56 C4D 1.35 0.001 0.025 1.00 1.00 1.00 1.55 0.50 1.55 0.19 ok
SS4E1 SP4ka - R5 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.6 660.98 C4E1 1.13 0.006 0.025 1.00 1.00 1.00 2.97 0.50 2.97 1.84 ok
SS4E2 SP4ka - R5 U Ditch 1.00 0.83 1.20 0 660.98 660.15 C4E2 1.69 0.002 0.025 1.20 1.00 1.20 1.76 0.50 2.11 0.42 ok
SS4F SP4ki - R4 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.76 659.96 C4F 1.20 0.003 0.025 1.00 1.00 1.00 2.11 0.50 2.11 0.91 ok
SS4H SP4ki - R4 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.55 659.96 C4H 1.10 0.003 0.025 1.00 1.00 1.00 2.12 0.50 2.12 1.01 ok
SS4J1 SP4ka - R3 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 661.66 661.36 C4J1 0.69 0.001 0.025 1.00 1.00 1.00 1.31 0.50 1.31 0.62 ok
SS4LN - R1 SP4ki - R6 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 659.6 659.41167 C4L1 0.57 0.001 0.025 1.00 1.00 1.00 1.26 0.50 1.26 0.70 ok
SS4LN - R2 SP4ki - R6 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 659.41167 659.33708 C4L2 0.10 0.001 0.025 1.00 1.00 1.00 1.26 0.50 1.26 1.16 ok
SS4LN - R3 SP4ki - R6 U Ditch 1.00 1.00 1.00 0 659.33708 659.25 C4N2 0.35 0.001 0.025 1.00 1.00 1.00 1.20 0.50 1.20 0.86 ok
SS5A SP5 - R1 U Ditch 2.00 0.74 2.70 0 661.8 661 C5A 13.30 0.001 0.025 5.40 2.00 2.70 2.48 0.50 13.39 0.09 ok
SS5B SP5 - R2 U Ditch 1.20 0.86 1.40 0 664.85 661.49 C5B 5.88 0.008 0.025 1.68 1.20 1.40 4.40 0.50 7.39 1.52 ok
SS5C SP5 - R3 U Ditch 1.00 0.71 1.40 0 662.28 661.38 C5C 3.05 0.002 0.025 1.40 1.00 1.40 2.49 0.50 3.48 0.43 ok
ST5D SP5 - R3 U Ditch 1.00 0.71 1.40 0 661.85 660.33 C5D 2.31 0.004 0.025 1.40 1.00 1.40 3.04 0.50 4.25 1.94 ok
SS5E SP5 - R4 U Ditch 1.00 0.71 1.40 0 661.75 661.67 C5E 1.08 0.001 0.025 1.40 1.00 1.40 1.34 0.50 1.87 0.79 ok
SS5F SP5 - R4 U Ditch 1.40 1.00 1.40 0 661.62 661.32 C5F 2.95 0.001 0.025 1.96 1.40 1.40 1.72 0.50 3.38 0.43 ok

40
TIPOLOGI LAHAN VS MUKA AIR BANJIR SUNGAI CITARUM
DI KECAMATAN BALEENDAH
05 • Sungai Citarum memiliki beberapa anak sungai yang memberikan kontribusi debit
banjir yang besarannya berbeda setiap anak-anak sungai tersebut sesuai dengan
parameter daerah tangkapan sungainya.
• Terdapat 13 anak sungai yang merupakan sungai orde 2 dari Sungai Citarum.

41
TIPOLOGI LAHAN VS MUKA AIR BANJIR SUNGAI CITARUM
DI KECAMATAN BALEENDAH
05
• Rujukan debit banjir Q20 dan MAB TR20 di sepanjang Sungai Citarum hasil
pemodelan banjir 1D dan 2D oleh Tim LAPPI ITB – Tahun 2014

42
TIPOLOGI LAHAN VS MUKA AIR BANJIR SUNGAI CITARUM
DI KECAMATAN BALEENDAH
05 Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi
MAN dan MAB
Badan Air Penerima (Tipe C)

• Dampak limpasan dari badan air penerima bersifat


fluktuatif.
• Dalam penerapannya, tipologi ini juga menggunakan
sistem polder yang dilengkapi pemanfaatan
tanggul, pintu air dan pompa, dengan fungsi
danmanfaat masing-masing.

MAB
Elev Lahan :
+ 658 sd 661

43
TIPOLOGI LAHAN VS MUKA AIR BANJIR SUNGAI CITARUM
DI KECAMATAN BALEENDAH
05 Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi
MAN dan MAB
Badan Air Penerima (Tipe C)

• Dampak limpasan dari badan air penerima bersifat


fluktuatif.
• Dalam penerapannya, tipologi ini juga menggunakan
sistem polder yang dilengkapi pemanfaatan tanggul,
pintu air dan pompa, dengan fungsi danmanfaat
masing-masing.

MAB Elev Lahan :


+ 658 sd 661

44
TIPOLOGI LAHAN VS MUKA AIR BANJIR SUNGAI CITARUM
DI KECAMATAN BALEENDAH
05
Lahan Kawasan Perkotaan Terletak Antara Elevasi
MAN dan MAB
Badan Air Penerima (Tipe C)
• Dampak limpasan dari badan air penerima bersifat
fluktuatif.
• Dalam penerapannya, tipologi ini juga menggunakan
sistem polder yang dilengkapi pemanfaatan tanggul,
pintu air dan pompa, dengan fungsi danmanfaat
masing-masing.

Elev Lahan :
MAB + 656 sd 661

45
TIPOLOGI LAHAN VS MUKA AIR BANJIR SUNGAI CITARUM
DI KECAMATAN BALEENDAH
05 Lahan Kawasan Perkotaan Lebih Tinggi dari
Elevasi MAN dan MAB
Badan Air Penerima (Tipe A)
• Pengelolaan drainase dengan sistem gravitasi
• Pematusan dapat dilakukan setiap saat, baik
pada kondisi elevasi muka air banjir (MAB)
maupun muka air normal (MAN)
Elev Lahan :
+ 659 sd 661

46
EVALUASI SISTEM DRAINASE PRIMER CIGADO (KAWASAN
CIEUNTEUNG)
05

ASUMSI DAN BATASAN

• Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi secara hidraulik terhadap


Saluran Primer Cigado dengan melakukan simulasi hidrodinamik
1D/2D
• Sistem saluran dievaluasi terhadap beban debit rencana dari
Saluran Skunder.
• Pada simulasi ini dianggap tidak ada limpasan dari Sungai Citarum
maupun Sungai Cisangkuy.

47
EVALUASI SISTEM DRAINASE PRIMER CIGADO (KAWASAN
CIEUNTEUNG)
05 HASIL PEMODELAN DI SALURAN
• Berpotensi terjadi limpasan di hamper sepanjang Saluran Primer Cigado
• Limpasan terjadi pada ruas antara patok G17 sampai dengan G5 dan ruas antara patok G1
sampai dengan B3.
• Potensi tinggi limpasan di atas tanggul antara 0.11 m sampai dengan 0.95 m
• Debit puncak ke Kolam Cieunteung = 24.6 m3/detik

48
EVALUASI SISTEM DRAINASE PRIMER CIGADO
(KAWASAN CIEUNTEUNG) S. Citarum
05

POTENSI GENANGAN BANJIR


• Luas= 1.35 Ha,
• Rata-rata kedalaman = 1.06 m
• Kedalaman maksimum = 2.4 m

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SP. Ciigado
• SP. Cigado yang ada sekarang kurang mampu
mengkapasitasi debit yang direncanakan.
• Genangan banjir yang terjadi selain dipengaruhi oleh
limpasan dan kondisi elevasi muka air banjir di Sungai
Cisangkuy juga disebabkan permasalahan system
drainase di Kawasan ini.
• Perlu peningkatan kapasitas dari SP. Cigado dan
disarankan untuk mempertimbangkan reduksi beban
debit SP. Cigado dengan mengalihkan sebagian beban
tersebut ke Saluran Primer baru. 49
CEK MODEL DRAINASE PRIMER
(KAWASAN CIEUNTEUNG)
05 Plot elevasi muka air banjir hasil pemodelan hidraulik

SP.2 Banjaran Kiri

SP.1 Banjaran Kanan

50
CEK MODEL DRAINASE PRIMER
(KAWASAN CIEUNTEUNG)
05 Plot elevasi muka air banjir hasil pemodelan hidraulik

SP.4 Anggadireja Kanan

SP.4 Anggadireja Kiri

51
CEK MODEL DRAINASE PRIMER
(KAWASAN CIEUNTEUNG)
05 Plot elevasi muka air banjir hasil pemodelan hidraulik

SP.5 Cigado

SP.6 Siliwangi
PAGAR

B.5
661

660
120 1600 120

885

1600

LUBANG ANGKAT

885 1448

150
150
170

1840
1600/1600

bidang persamaan
reference level
656.00
659.297

660.366
660.348

660.246

660.482

660.536

659.495
ELEVASI TANAH ASLI
ORIGINAL GROUND LEVEL

JARAK (m)
0.02

2.39 6.62 1.92 8.34 2.08


DISTANCE (m)

52
CEK MODEL DRAINASE PRIMER
(KAWASAN CIEUNTEUNG)
05 Plot elevasi muka air banjir hasil pemodelan hidraulik

SP.5 Cigado

53

Anda mungkin juga menyukai