Dosen Pengampu :
Yudi Herdiansah, ST., MT.
NID. 412163181
Disusun Oleh :
ARI FARIZ PERDANA NURUL AINI FATMAWATI
2411161136 2411161137
ACHMAD SALMAN ALFARISI
2411161148
(Kelompok 36)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil studio Perancangan
Bangunan Gedung yang berjudul “Perancangan Bangunan Gedung BCA KCU
Djuanda, Bandung”. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil pembelajaran yang
sudah didapat pada saat perkuliahan dan studio Perancangan Bangunan Gedung
berlangsung.
Laporan Tugas Besar ini dibuat oleh Penulis untuk memenuhi dan melengkapi
salah satu tugas mata kuliah Perancangan Bangunan Gedung serta untuk melihat
sampai mana pemahaman penulis tentang perancangan bangunan gedung yang
sudah didapatkan oleh dosen pengampu yang bersangkutan selama 1 (satu)
semester ini.
Penulis tentunya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
pada mata kuliah Perancangan Bangunan Gedung yaitu Bapak Yudi Herdiansah,
ST., MT dan Bapak Prima Sukma Yuana, ST., MT. karena tanpa bimbingannya
penulis tidak mungkin bisa menyelesaikan sebuah perancangan bangunan gedung
ini dengan baik. Serta penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain
yang sudah membantu dalam penyelesaian laporan ini yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik
dari segi materi maupun teknik penulisan yang disajikan. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala kritik dan
saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan tentunya untuk penulis sendiri.
Cimahi, 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 5. 14 Detail penulangan bentang panjang .......................................... 5-48
Gambar 5. 15 Detail penulangan bentang pendek ........................................... 5-48
Gambar 5. 16 Penulangan tangga plot A-A .................................................... 5-52
Gambar 5. 17 Penulangan tangga plot B-B ..................................................... 5-52
Gambar 5. 18 Penulangan tangga plot C-C……………………………….......5-52
Gambar 6. 1 Detailing penulangan balok C41 ................................................... 6-3
Gambar 6. 2 Detailing penulangan kolom C27 .................................................. 6-3
Gambar 6. 3 Detailing penulangan join ............................................................. 6-3
Gambar 6. 4 Detail penulangan bentang panjang ............................................... 6-4
Gambar 6. 5 Detail penulangan bentang pendek ................................................ 6-4
Gambar 6. 6 Penulangan tangga plot A-A ......................................................... 6-4
Gambar 6. 7 Penulangan tangga plot B-B.......................................................... 6-5
Gambar 6. 8 Penulangan tangga plot C-C.......................................................... 6-5
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Bangunan ................. 2-4
Tabel 2.2 Beban Hidup Pada Lantai Gedung ..................................................... 2-5
Tabel 2.3 Faktor Keutamaan Gempa ................................................................. 2-6
Tabel 2.4 Kategori Resiko Bangunan ................................................................ 2-7
Tabel 2.5 Data Tanah di Titik 1......................................................................... 2-8
Tabel 2.6 Data Tanah dititik 2 ........................................................................... 2-8
Tabel 2.7 Klasifikasi Situs ................................................................................ 2-9
Tabel 2.8 Tabel faktor R, Cd, Ω0, sistem struktur ........................................... 2-10
Tabel 2.9 Koefisen Situs Fa ............................................................................. 2-11
Tabel 2.10 Koefisien Situs Fy .......................................................................... 2-12
Tabel 2.11 Perhitungan Respons Spektrum ..................................................... 2-13
Tabel 2.12 Kategori Desain Seismik Periode 1 detik ....................................... 2-14
Tabel 2.13 Kombinasi Pembebanan ................................................................ 2-15
Tabel 3.1 Tebal Minimum Non-Prategang atau Pelat Satu Arah Bila Lendutan
tidak Dihitung ................................................................................................... 3-1
Tabel 3.2 Tebal minimum pelat tanpa balok interior.......................................... 3-3
Tabel 4.1 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung.................... 4-2
Tabel 4.2 Momen Inersia untuk Kondisi Penampang Retak............................... 4-2
Tabel 4.3 Modal Partisipasi Masa Kondisi Retak .............................................. 4-3
Tabel 4.4 Modal Partisipasi Masa Kondisi Utuh (Un-Crack) ............................. 4-4
Tabel 4.5 Nilai Periode Analisis Struktur .......................................................... 4-4
Tabel 4.6 Nilai Wt ............................................................................................ 4-8
Tabel 4.7 Hasil Vx dan Vy Dinamik akibat beban gempa dari hasil ETABS dalam
kondisi crack .................................................................................................... 4-9
Tabel 4.8 Simpangan Antar Lantai Ijin (∆𝒂) .................................................... 4-11
Tabel 4.9 Pengecekan Story Drift .................................................................... 4-11
vii
Tabel 5. 1 Rekapitulasi Momen pada Balok ...................................................... 5-4
Tabel 5. 2 Asumsi Konfigurasi Tulangan Kondisi 1 .......................................... 5-5
Tabel 5. 3 Asumsi Konfigurasi Tulangan Kondisi 2 .......................................... 5-7
Tabel 5. 4 Asumsi Konfigurasi Tulangan Kondisi 3 .......................................... 5-9
Tabel 5. 5 Asumsi Konfigurasi Tulangan Kondisi 4 ........................................ 5-12
Tabel 5. 6 Asumsi Konfigurasi Tulangan Kondisi 5 ........................................ 5-15
Tabel 5. 7 Konfigurasi Tulangan Minimum..................................................... 5-17
Tabel 5. 8 Momen Nominal Penampang ......................................................... 5-21
Tabel 5. 9 Rekapitulasi momen akibat beban .................................................. 5-22
Tabel 5. 10 Tabel Nilai Mpr ............................................................................ 5-23
Tabel 5. 11 Gaya geser di muka kolom interior kiri dan kanan ........................ 5-25
Tabel 5. 12 Diameter tulangan sengkang yang digunakan ............................... 5-26
Tabel 5. 13 Diameter tulangan sengkang yang digunakan ............................... 5-27
Tabel 5. 14 Diameter tulangan sengkang yang digunakan ............................... 5-28
Tabel 5. 15 Rekapitulasi Gaya-Gaya Dalam Hasil Analisis ETABS ................ 5-30
Tabel 5. 16 Konfigurasi penulangan kolom ..................................................... 5-31
Tabel 5. 17 Tulangan Confinement .................................................................. 5-34
Tabel 5. 18 Tulangan hoops yang diperlukan .................................................. 5-39
Tabel 5. 19 Beban SDL Pelat .......................................................................... 5-42
Tabel 6. 1 Simpangan Arah X ........................................................................... 6-1
Tabel 6. 2 Simpangan Arah Y ........................................................................... 6-2
Tabel 6. 3 Kuat Lentur Balok C41..................................................................... 6-2
viii
BAB 1 Pendahuluan
Pada tugas Perancangan Bangunan Gedung ini mahasiswa diwajibkan untuk bisa
mendesain Bangunan Gedung minimal lima lantai dengan denah arsitektur yang
sudah didapatkan sebelumnya dan dengan bantuan berupa software. Pada tugas
kami, kami mengerjakan bangunan gedung dengan judul Proyek Pekerjaan
Pembangunan Gedung Setiabudi Tower Hotel.
1-1
4. Agar lebih paham dalam menggunakan software yang digunakan seperti
ETABS atau SAP.
5. Memiliki kemampuan menganalisa dalam mendesain struktur gedung tahan
gempa.
Adapun lingkup dan batasan masalah dari tugas bangunan Gedung ini adalah
sebagai berikut:
1. Elemen struktur merupakan beton bertulang
2. Perencanaan struktur di dasarkan pada standar yang yg di tetapkan yaitu SNI
(Standart Nasional Indonesia).
3. Permodelan struktur menggunakan program ETABS atau SAP
4. Zona wilayah gempa di modelkan adalah zona diwilayah Kota Bandung.
1-2
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang, maksud dan
tujuan, ruang lingkup dan batasan masalah, denah lokasi gedung dan sistematika
penulisan.
BAB 6 PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis dari perkuatan struktur bangunan gedung
dan saran-saran yang mendukung guna meningkatkan perkuatan struktur yang
telah dirancang sehingga dapat optimal dalam menerima gaya-gaya yang berkerja
pada gedung tersebut.
1-3
BAB 2 Kriteria Desain
2-1
2.3. Data Gedung
Adapun pendeskripsian gedung dari Gedung SetiaBudi Tower Hotel, yang
berlokasi di Jl. Setiabudi No. 123, Bandung, Jawa Barat, yaitu sebagai berikut:
a. Nama Gedung : Gedung Setiabudi Tower Hotel
b. Lokasi : Jl. SetiaBudi No.123, Bandung, Jawa Barat
c. Material Bangunan : Beton Bertulang
d. Sistem Struktur : SRPMK
e. Fungsi Bangunan : Bangunan Perhotelan
f. Jumlah Lantai : 11
Tinggi Lantai Total : 45,9 m
Lobby :5m
Ballroom : 4,5 m
SPA & Karaoke : 3,5 m
Lantai 1 : 3,5 m
Lantai 2 : 3,5 m
Lantai 3 : 3,5 m
Lantai 4 : 3,5 m
Lantai 5 : 3,5 m
Lantai 6 : 3,5 m
Lantai 7 : 3,5 m
Lantai 8 : 3,5 m
Dak Atap : 3.5 m
g. Jenis Atap : Dak Beton
h. Sistem Penghubung Lantai : Tangga dan Lift
i. Jenis Tanah : Tanah Lunak
j. Penutup Lantai : Keramik
k. Kategori Resiko : Kelas D
l. Fungsi Tiap Lantai :
1) Lobby : Kitchen, Restaurant, Toilet, Office,
Reception, Main Lobby, Lift, Tangga
2-2
2) Ballroom : Grand Ballroom, Audio Room, Meeting Room, Toilet, Lift,
Tangga
3) SPA & Karaoke : Karaoke & Lounge, Audio Room, Fitness, Lift, Tangga,
Roofing Deck
4) Lantai 1 : Kamar Hotel, Children Playground, Lift, Tangga
5) Lantai 2-8 : Kamar Hotel, Lift,
6) Lantai Atap : Lounge Restaurant, Swimming Pool, Sky Restaurant, Lift,
Tangga.
= 29725,41 MPa
2-3
2.6. Pembebanan
2.6.1. Beban Gravitasi
2.6.1.1. Beban Mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin, serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu
(PPURG 1987). Beban mati terbagi menjadi dua macam yaitu:
1. Berat Sendiri (Self Weight) yang meliputi: Beban Balok, Kolom, Shear wall,
dan pelat.
Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Bangunan
Bahan Bangunan
Beton bertulang 2.400 kg/m3
Komponen Gedung
Adukan, per cm tebal :
a) Dari semen 21 kg/m2
b) Dari kapur semen merah atau tras 17 kg/m2
Dinding pasangan batako berlubang :
c) Tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2
d) Tebal dinding 10 cm (HB10) 120 kg/m2
Dinding pasangan batako tidak berlubang :
e) Tebal dinding 15 cm 300 kg/m2
f) Tebal dinding 10 cm 200 kg/m2
Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-
rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau
pengaku), terdiri dari :
g) Semen asbes (etemit dan bahan lain
sejenis), dengan kaca tebal maksimum 4 11 kg/m2
mm
h) Kaca, dengan tebal 3-5 mm 10 kg/m2
Penutup atap dengan DAK
Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso
dan beton tanpa adukan, per cm tebal 24 kg/m2
Sumber: PPURG 1989
2. Beban Mati Tambahan (Superimposed Dead Load)
Beban mati tambahan adalah beban tambahan lain yang membebani struktur
secara tetap, antara lain finishing dan dinding. Dalam perencanaan ini beban mati
tambahan yang diperhitungkan antara lain :
a. Beban mati tambahan (SDL) pada pelat:
1) Pasir/1 cm = 0,01 x 16 kN/m2
= 0,16 kN/m2
2-4
2) Spesi/3 cm = 0,03 x 22 kN/m2
= 0,66 kN/m2
3) Keramik / 1 cm = 0,01 x 22 kN/m2
= 0,22 kN/m2
4) Plafond = 0,20 kN/m2
5) Mechanical Electrical = 0,25 kN/m2
Total beban mati tambahan (SDL) pada pelat adalah 1,40 kN/m2.
b. Beban mati tambahan pada balok:
1) Dinding pasangan bata ½ bata = 2,5 kN/m 2
2) Dinding partisi = 0,2 kN/m2
3) Dinding full kaca = Berat Jenis x Tebal x Tinggi
= 2579 x 0,012 x 5m
= 154,74 kg/m
4) Dinding = Berat Jenis x Tebal x Tinggi
= 2400 x 0.019 x 3.5m
= 159.6 kg/m
5) Reaksi Tangga
a) Beban mati tambahan (SDL) = 2362,42 kg/m
b) Beban hidup = 1275,356 kg/m
c) Beban mati = 4079,533 kg/m
2-5
Merata Terpusat
Hunian atau Pengguna Psf Lb (kN)
(kN/m2)
a) Loteng yang tidak dapat
didiami tanpa gudang
b) Loteng yang tidak dapat 10 (0,48)l
didiami dengan gudang
c) Loteng yang dapat didiami 20 (0,96)m
dan ruang tidur
d) Semua ruang kecuali tangga 30 (1,44)
dan balkon
Semua hunian rumah tinggal lainnya 40 (1,92)
a) Ruang pribadi dan koridor
yang melayani mereka
b) Ruang 2-6ublic- 2-6ublic
dan koridor yang melayani 40 (1,92)
mereka
100 (4,79)
Semua hunian rumah tinggal lainnya
Ruang 2-6ublic- 2-6ublic dan koridor 100 (4,79)
yang melayani mereka
Sumber: SNI 03-1727-2013
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tapi tidak dibatasi
untuk, antara lain:
- Fasiliitas pertanian, peternakan, dan perikanan I
- Fasilitas Sementara
- Gudang Penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
kategori resiko I, II, IV termasuk tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung Perkantoran II
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan/mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Sumber: SNI 03:1726:2012
Jenis tanah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan nilai N-SPT yang didapatkan
dari pengujian lapangan. Pada bangunan Gedung Setiabudi Tower Hotel
merupakan tanah lunak.
Tabel 2.5 Data Tanah di Titik 1
TITIK 1
NO di (m) N-SPT d/N
1 0 0 0
2 2 0 0
3 4 2 2
4 6 1.5 4
5 8 2.1 3.810
6 10 8 1.250
7 12 9.8 1.224
8 14 13 1.077
9 16 16 1
10 18 18 1
TITIK 1
NO di (m) N-SPT d/N
11 20 26 0.769
12 22 35 0.629
13 24 40.2 0.597
14 26 50 0.520
15 28 50 0.560
16 30 50 0.600
JUMLAH 19.036
RATA-RATA 12.608
JENIS TANAH SE
TITIK 2
NO di (m) N-SPT d/N
1 0 0 0
2 2 0 0
3 4 1.3 3.077
4 6 1.8 3.333
5 8 2 4
2-8
6 10 3 3.333
7 12 4 3
8 14 6.3 2.222
9 16 12 1.333
10 18 15 1.200
11 20 23 0.870
12 22 24 0.917
13 24 22 1.091
14 26 22 1.182
15 28 26 1.077
16 30 37 0.811
JUMLAH 27
RATA-RATA 8.744
JENIS TANAH SE
Dari hasil perhitungan data tanah di atas maka di dapatkan nilai rata – rata yang
digunakan untuk menentukan nilai jenis tanah.
c. Klasifikasi Kelas Situs (Sa, Sf) dapat dilihat pada tabel 2.5 klasifikasi tanah
yang akan dibangun.
Tabel 2.7 Klasifikasi Situs
Kelas Situs (m/detik) atau (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N/A N/A
SB (batua) 750nsampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
350 sampai 750 0.5 >100
padat dan batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 750 15 sampai 50 50 sampai 100
<175 <15 <50
2-9
Kelas Situs (m/detik) atau (kPa)
setiap profil lapisan tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah
dengan karakteristik sebagai berikut:
- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
SF (tanah khusus yang seperti mudah likuifaksi, lempung sensitif. Tanah tersementasi
membutuhkan lemah.
investigasi geoteknik dan - Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H>3 m)
analsis respons - Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H>7,5 m dengan
respons spesifik situs indeks plastisitas Pi > 75)
yang mengikuti 6.10.1 Lapisan lempung lunak setengah teguh dengan ketebalan H > 35
m dengan Su < 50 kPa
Karena dari perhitungan sebelumnya didapatkan pada titik 1 didapat nilai rata – rata
sebesar 12,068 maka tanah termasuk kedalam jenis tanah lunak (SE) dan
didapatkan pada titik 2 didapat nilai rata – rata sebesar 8,744 maka tanah termasuk
kedalam jenis tanah lunak (SE).
2-10
menengah
7. Rangka beton pemikul
3 3 2,5 TB TI TI TI TI
momen biasa
8. Rangka beton dan baja
komposit pemikul momen 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
khusus
9. Rangka baja dan beton
pemikul momen 5 3 4,5 TB TB TI TI TI
menengah
10. Rangka baja dan beton
terkekang parsial pemikul 6 3 5,5 48 48 30 TI TI
momen
11. Rangka baja dan beton
komposit pemikul momen 3 3 2,5 TB TI TI TI TI
biasa
12. Rangka baja canai dingin
pemikul momen khusus 3,5 3 3,5 10 10 10 10 10
dengan pembautan
Sumber: SNI 03:1726:2012
2-11
Parameter respon spectral percepatan gempa MCEr terpetakan untuk
perioda pendek (Ss) : 1,450 g
Parameter respon spectral percepatan gempa MCEr terpetakan untuk
perioda 1,0 detik (S1) : 0,486 g
Koefisien situs Fa : 0,9
Tabel 2.10 Koefisien Situs Fy
Dengan mendistribusikan nilai S1 = 0,486 pada tabel koefisien situs Fv, dan
dengan data yang sudah ada, Fa = 1,0 maka didapat nilai Fv setelah
diinterpolasi adalah 2,4.
𝑆𝐷 = 2 3 × 𝑆𝑀 (2.2)
𝑆𝐷
𝑇 = 0,2 × (2.3)
𝑆𝐷
0,7776 𝑔
= 0,2 ×
0,87 𝑔
= 0,179 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑆𝐷
𝑇 = (2.4)
𝑆𝐷
0,7776 𝑔
=
0,87 𝑔
= 0,894 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Pada T = 0 detik, didapat :
𝑇
𝑆 = 𝑆𝐷 0,4 + 0,6 (2.5)
𝑇
= 0,87(0,4 + 0,6 )
,
= 0,348 𝑔
2-13
1,6 0,486 3,3 0,236
1,7 0,457 3,4 0,229
1,8 0,432 3,5 0,222
1,9 0,409 3,6 0,216
2 0,389 3,7 0,210
2,1 0,370 3,8 0,205
2,2 0,353 3,9 0,199
2,3 0,338 4 0,194
2-14
Kategori desain seismik pada gedung ini itu berada pada kategori risiko II maka
masuk pada golongan D.
i. Kombinasi Pembebanan
Berdasarkan SNI 03-1727-2013 bangunan gedung dan struktur lainnya harus
dirancang menggunakan ketentuan pasal 2.3 atau 2.4. Bila elemen struktur
dirancang berdasarkan material standar atau spesifikasi tertentu, harus dirancang
secara khusus menurut pasal 2.3 dan pasal 2.4.
Kombinasi pembebanan dibuat berdasarkan beban-beban rencana yang akan
terjadi pada struktur gedung, kemudian untuk mensimulasikan arah pengaruh
pembebanan gempa rencana yang tidak menentu terhadap struktur bangunan
gedung, pengaruh pembebanan gempadalam arah utama harus dianggap efektif
100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa
dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas
hanya 30%. Berikut adalah kombinasi pembebanannya :
Tabel 2.13 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi D SDL LL Eqx Eqy
1 1.4 1.4 - - -
2 1.2 1.2 1.6 - -
3 1.426 1.426 1 0.39 1.3
4 1.078 1.078 1 0.39 -1.3
5 1.322 1.322 1 -0.39 1.3
6 0.974 0.974 1 -0.39 -1.3
7 1.426 1.426 1 1.3 0.39
8 1.322 1.322 1 1.3 -0.39
9 1.078 1.078 1 -1.3 0.39
10 0.974 0.974 1 -1.3 -0.39
11 1.126 1.126 - 0.39 1.3
12 0.778 0.778 - 0.39 -1.3
13 1.022 1.022 - -0.39 1.3
14 0.674 0.674 - -0.39 -1.3
15 1.126 1.126 - 1.3 0.39
16 1.022 1.022 - 1.3 -0.39
17 0.778 0.778 - -1.3 0.39
18 0.674 0.674 - -1.3 -0.39
2-15
Setelah kombinasi pembebanan diatas di masukan, maka akan ditambah lagi satu
kombinasi yaitu “Envelope” untuk menyeleksi 18 kombinasi dibawah yang sesuai
dengan struktur, dimana :
DL (Dead Load) = Beban mati
SDL (Super Dead Load) = Beban mati tambahan
LL (Live Load) = Beban hidup
QEx,y = Beban gempa arah x,y
SDs = Nilai SDs
ρ = 1,3
2-16
0,974 DL + 0.974 SDL+ 0,974 SDL+1 LL - 0,39 QEx – 1,3 QEy
7. 1,2 DL+1,2 SDL + 1 LL + 1 (ρ. Qex + 0,2 SDs.DL) + 0,3 (ρ. QEy + 0,2
SDs.DL)
1,2 DL +1,2 SDL+ 1 LL + 1 (ρ. Qex + 0,2.0,87.DL) + 0,3 (ρ. QEy +
0,2.0,87.DL)
1,426 DL + 1,426 SDL+1 LL + 1,3 QEx + 0,39 QEy
8. 1,2 DL + 1,2 SDL+ 1 LL - 1 (ρ. Qex + 0,2 SDs.DL) - 0,3 (ρ. QEy + 0,2
SDs.DL)
1,2 DL + 1,2 SDL+ 1 LL - 1 (ρ. Qex + 0,2.0,87.DL) - 0,3 (ρ. QEy +
0,2.0,87.DL)
1,322 DL + 1,322 SDL+ 1 LL + 1,3 QEx – 0,39 QEy
9. 1,2 DL + 1,2 DL+ 1 LL + 1 (ρ. Qex + 0,2 SDs.DL) - 0,3 (ρ. QEy + 0,2
SDs.DL)
1,2 DL + 1,2 SDL+ 1 LL + 1 (ρ. Qex + 0,2.0,87.DL) - 0,3 (ρ. QEy +
0,2.0,87.DL)
1,078 DL + 1,078 SDL+1 LL – 1,3 QEx + 0,39 QEy
10. 1,2 DL + 1,2 SDL+ 1 LL - 1 (ρ. Qex + 0,2 SDs.DL) + 0,3 (ρ. QEy + 0,2
SDs.DL)
1,2 DL + 1,2 SDL+ 1 LL - 1 (ρ. Qex + 0,2.0,87.DL) + 0,3 (ρ. QEy +
0,2.0,87.DL)
0,974 DL + 0,974 SDL+1 LL – 1,3 QEx – 0,39 QEy
11. 0,9 DL + 0,9 SDL+0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) + 1 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL + 0,9 SDL+0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) + 1 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
1,126 DL + 1,126 SDL+ 0,39 QEx + 1,3 QEy
12. 0,9 DL - 0,9 SDL+0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL – 0,9 SDL+0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
0,778 DL + 0,778 SDL+0,39 QEx – 1,3 QEy
13. 0,9 DL + 0,9 SDL+ 0,9 SDL+0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2
SDs.DL)
0,9 DL + 0,9 SDL+ 0,9 SDL+0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) - 1 (ρ. QEy -
0,2.0,87.DL)
1,022 DL -1,022 SDL+ 0,39 QEx + 1,3 QEy
2-17
14. 0,9 DL - 0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) + 1 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL - 0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) + 1 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
0,674 DL - 0,39 QEx – 1,3 QEy
15. 0,9 DL + 1 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) + 0,3 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL + 1 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) + 0,3 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
1,126 DL + 1,3 QEx + 0,39 QEy
16. 0,9 DL - 0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL - 0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
1,022 DL + 1,3 QEx – 0,39 QEy
17. 0,9 DL + 0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL + 0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) - 1 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
0,778 DL – 1,3 QEx + 0,39 QEy
18. 0,9 DL - 0,3 (ρ. Qex - 0,2 SDs.DL) + 1 (ρ. QEy - 0,2 SDs.DL)
0,9 DL - 0,3 (ρ. Qex - 0,2.0,87.DL) + 1 (ρ. QEy - 0,2.0,87.DL)
0,674 DL – 1,3 QEx – 0,39 QEy
2-18
BAB 3 Preliminary Design
Tabel 3.1 Tebal Minimum Non-Prategang atau Pelat Satu Arah Bila Lendutan
tidak Dihitung
Tebal minimum, h
Tertumpu Satu ujung Kedua ujung
Kamtilever
sederhana menerus menerus
Komponen struktur Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan dengan
partisi atau konstruksi lainnya yang mungkin rusak oleh lendutan yang
besar.
Pelat massif satu-arah l/20 l/24 l/28 l/10
Balok/pelat rusuk satu-
l/16 l/18,5 l/21 l/8
arah
Sumber : SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5 Tabel 9.5
Dari tabel diatas maka perhitungan pelat digunakan perhitungan balok atau pelat
rusuk satu – arah dengan tebal pada h satu ujung menerus dan kedua ujung
menerus.
3.1.1.1. Balok Induk
a. Perhitungan untuk balok satu ujung menerus
=
,
= 486,486 𝑚𝑚 ≈ 500 𝑚𝑚
= 250 𝑚𝑚 ≈ 300 𝑚
3-1
b. Perhitungan untuk balok dua ujung menerus
= 428,571 𝑚𝑚 ≈ 450 𝑚𝑚
= 225 𝑚𝑚
Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa dimensi balok yang dipilih yang
terbesar yaitu 500 mm, lalu untuk mencari lebar penampang baloknya dihitung
dengan bmin = ½ h sesuai dengan peraturan gempa. Dan hasil dari perhitungan
diatas didapat dimensi balok 500 x 300 mm.
= 250 𝑚𝑚
= 125 𝑚𝑚 ≈ 150 𝑚𝑚
Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa dimensi balok anak yaitu 250 mm,
lalu untuk mencari lebar penampang baloknya dihitung dengan bmin = ½ h sesuai
dengan peraturan gempa. Dan hasil dari perhitungan diatas didapat dimensi balok
250 x 150 mm.
=
3-2
= 437,5 𝑚𝑚 ≈ 450 𝑚𝑚
= 225 𝑚𝑚 ≈ 250 𝑚𝑚
Dari perhitungan diatas didapat dimensi balok kantilever h = 450 mm dan b = 250
mm. Tetapi untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan maka dimensi balok
kantilever diambil ukuran yang sama dengan dimensi balok induk, yaitu h = 500
mm dan b = 300 mm.
Berikut adalah perhitungan untuk mencari rasio dimensi panjang terhadap pendek:
a. Penentuan cara analisis pelat
Ln panjang = 4500 mm
3-3
Ln pendek = 3500 mm
arah.
b. Penentuan tebal pelat
Untuk mendesain ketebalan minimum pelat dua arah harus dipilih area panel
dengan bentang yang terpanjang, dimana bentang tersebut akan menerima beban
yang paling besar. Berdasarkan tabel 9.5 SNI 2847-2013 untuk penggunaan
tegangan leleh baja dengan fy = 420 MPa, maka untuk perhitungannya sebagai
berikut:
Ln panjang = 4500 mm
hmin = = = 125 𝑚𝑚
Untuk pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada semua
sisinya, tebal minimumnya, hmin, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk rasio kekakuan lentur rata-rata (𝛼𝑓𝑚) ≤ 0,2 maka tebal pelatnya yaitu
125 mm.
2. Untuk 0,2 ≤ 𝛼𝑓𝑚 ≤ 2,0, maka tebal pelat (h) tidak boleh kurang dari
persamaan (3.1) berikut:
𝑓𝑦
𝑙𝑛 (0,8 +
)
ℎ= 1400 ≥ 125 𝑚𝑚 (3.1)
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
Sebelum menentukan hmin, terlebih dahulu menghitung rasio kekakuan (𝛼𝑓)
sebagai berikut:
2
Potongan 1-1
125
3500
3 3 375 500
4
4
2250 2250
4500 4500
Gambar 3.2 Luas Pelat Lantai Gambar 3.1 Potongan Gambar 3.2
3-4
Setelah menghitung semua αf lalu didapat αfm = 4,095, maka αfm > 2,0 dan
dihitung dengan persamaan (3.2) sebagai berikut:
,
hmin = > 90 𝑚𝑚 (3.2)
( , )
= ( , )
= 104,054 > 90 𝑚𝑚
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa tebal pelat dengan 125 mm
dapat memenuhi dari kriteria tersebut.
3-8
3.2.3. Pembebanan Pada Tangga
Beban mati tambahan (SDL):
Keramik =24 kg/m2 = 24 kg/m2
Spesi =21 x 3 = 68 kg/m2
Pasir =16 x 3 = 48 kg/m2
Mekanikal elektrikal =25 kg/m2 = 25 kg/m2
Plafon penggantung =18 kg/m2 = 18 kg/m2
Total Beban Mati Tambahan pada Tangga = 178 kg/m 2
Distribusi beban mati tambahan (SDL) dan beban hidup pada tangga dan bordes
dengan SAP2000 ditunjukan pada gambar dibawah ini
3-9
3.3. Permodelan Struktur
Gambar permodelan struktur perancangan Gedung Setia Budi Tower Hotel,
Bandung dapat dilihat pada gambar 3.4 sampai Gambar 3.9
3-10
Gambar 3.7 Gambar Lantai Spa
3-11
Gambar 3.9 Denah Lantai 7-8
3-12
Gambar 3.11 Pembebanan Struktur
3-13
BAB 4 Analisis Struktur
4-1
Nilai maksimum periode bangunan (Ta maksimum) ditentukan oleh persamaan (4.4)
berikut:
Tamaksimum = Cu Taminimum (4.4)
Dimana untuk menentukan nilai Cu ditentukan berdasarkan parameter percepatan
respons spectrum desain pada 1 detik (SD1) pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang Dihitung
Parameter percepatan respons spektrum desain
pada 1 detik, SD1 Koefesien Cu
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Untuk menentukan waktu getar alami fundamental atau nilai Taminimum disesuaikan
dengan tipe struktur yang digunakan untuk mendapatkan nilai Ct dan x pada tabel
dibawah ini:
Waktu getar alami ini hasil modal dengan program EABS untuk kondisi
penampang retak, sesuai ketentuan SNI-2847-2013 pasl 10.10.4.1
Tabel 4.2 Momen Inersia untuk Kondisi Penampang Retak
10.10.4.1 Properti berikut boleh digunakan untuk komponen struktur dalam suatu struktur:
(a) Modulus elastisitas ………………………………………………….………... Ec dari 8.5.1
(b) Momen inersia, I
Komponen struktur tekan:
Kolom …………………………………………………………………………. 0,70 Ig
Dinding-Tak retak …………………………………….………………………. 0,70 Ig
-Retak ………………………………………………………………… 0,35 Ig
Komponen strutur lentur:
Balok ………………………………………………………………………….. 0,35 Ig
Pelat datar (flat plates) dan slab datar (flat slabs) ………….…………………. 0,25 Ig
(c) Luas …………………………………..……………………………...……………. 1,0 Ag
Berdasarkan gambar diatas, maka untuk kolom digunakan Ie = 0,7 Ig dan untuk
balok digunakan Ie = 0,35 Ig dan untuk pelat digunakan Ie = 0,35 Ig.
4-2
Analisis perhitungan waktu getar alami fundamental diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Taminimum = 0,1 N
= 0,1 (11)
= 1,1
b. Tamaksimum = Cu x Taminimum
= 1,4 (1,1)
= 1,54
Berikut merupakan tabel analisis nilai periode sesuai arah yang didapat dari
software ETABS. Kemudian cek periode yang terjadi dimana :
Tamin < T < Tamax
Tabel analisis nilai periode pada saat kondisi retak (crack) yang didapat dari hasil
analisis dengan bantuan software ETABS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Modal Partisipasi Masa Kondisi Retak
Modal Partisipasi Masa Kondisi Retak (Crack)
Periode
Mode (detik) Ux Uy Sum Ux Sum Uy
Tabel analisis nilai periode pada saat kondisi tidak retak (un-crack) yang didapat
dari hasil anallisis dengan bantuan software ETABS adalah sebagai berikut:
4-3
Tabel 4.4 Modal Partisipasi Masa Kondisi Utuh (Un-Crack)
Modal Partisipasi Masa Kondisi Utuh (Un-Crack)
Periode
Mode (detik) Ux Uy Sum Ux Sum Uy
1 1.678 0 0.6954 0 0
2 1.136 0.0035 8.77E-06 0 0.0035
3 0.778 0.6131 0 0 0.6166
4 0.553 5.06E-06 0.1441 0 0.6166
5 0.342 0.0088 0.0018 0 0.6254
6 0.323 0.0001 0.0786 0 0.6255
7 0.218 0.0004 0.0343 0 0.6258
8 0.201 0.155 0.0002 0 0.7809
9 0.181 0.08 1.71E-06 0 0.8608
10 0.152 2.60E-06 0.014 0 0.8608
11 0.12 0.0105 0.0001 0 0.8714
12 0.111 0.0004 0.0087 0 0.8718
Dari kedua kondisi tersebut yaitu crack dan uncrack didapat nilai periode yang
harus memenuhi syarat yang telah disebutkan diatas. Maka dari itu didapat nilai
peride yang akan digunakan pada saat perhitungan gempa statik dan dinamik.
Berikut tabel nilai periode analisis struktur:
Tabel 4.5 Nilai Periode Analisis Struktur
Mode Tamin Tamax Cracked Uncracked
Tx 0.426 0.597 1.432 1.136
Batas waktu getar maksimum adalah hasil perhitungan berdasarkan rumus empiris
dari SNI-03-1726-2012 dengan analisis dari software ETABS, maka dapat
ditentukan bahwa :
Tx = 1,136
Ty = 1,678
4-4
4.1.2. Penentuan Koefisien Respons Seismik (Cs)
Berdasarkan SNI Gempa 03-1267-2012, pasal 7.8.1.1 koefisien respons seismic
(Cs) harus ditentukan sesuai dengan persamaan (4.5) berikut ini:
𝑆
𝐶𝑠 = (4.5)
𝑅
𝐼
Dimana :
SDS = Parameter percepatan respons spectrum desain periode pendek.
R = Faktor modifikasi respons
Ie = Faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung sesuai persamaan diatas tidak perlu melebihi persamaan
(4.6) berikut ini :
𝑆
𝐶𝑠 = (4.6)
𝑅
𝑇
𝐼
Dimana Cs harus tidak kurang dari Cs = 0,044 SDS Ie > 0,01
Dimana :
SD1 = Parameter percepatan respon spectrum desain pada periode sebesar 1,0
detik
T = Periode fundamental struktur
S1 = Parameter percepatan respon spectrum maksimu yang dipetakan
4-5
𝑆
𝐶𝑠 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑅
𝐼
0,87
=
7
1
= 0,124
𝑆
𝐶𝑠 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑋 =
𝑅
𝐼
0,87
=
7
1
= 0,124
𝑆
𝐶𝑠 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑋 =
𝑅
𝐼
0,87
=
7
1
= 0,124
𝑆
𝐶𝑠 𝑀𝑎𝑥 =
𝑅
𝑇
𝐼
0,777
=
7
0,66
1
= 0,168
𝑆
𝐶𝑠 𝑀𝑎𝑥 𝑋 =
𝑅
𝐼
0,777
=
7
1,136
1
= 0,098
𝑆
𝐶𝑠 𝑀𝑎𝑥 𝑌 =
𝑅
𝑇
𝐼
4-6
0,777
=
7
1,678
1
= 0,066
𝐶𝑠 𝑀𝑖𝑛 = 0,044 𝑥 𝑆 𝑥𝐼
= 0,044 𝑥 0,87 𝑥 1
= 0,038
𝐶𝑠 𝑀𝑖𝑛 𝑋 = 0,044 𝑥 𝑆 𝑥𝐼
= 0,044 𝑥 0,87 𝑥 1
= 0,038
𝐶𝑠 𝑀𝑖𝑛 𝑌 = 0,044 𝑥 𝑆 𝑥𝐼
= 0,044 𝑥 0,87 𝑥 1
= 0,038
Karena nilai Csminimum = 0,038 < Cshitungan = 0,124< Csmaksimum = 0,098 , maka
diambil Cs sebesar 0,098 untuk arah x. Dan karena nilai Csminimum = 0,038 <
Cshitungan = 0,124< Csmaksimum = 0,066 , maka diambil Cs sebesar 0,066 untuk arah
y. Hasil perhitungan tersebut nilai Cs yang di pakai adalah Cs maks
Cs – x = 0,098
Cs – y = 0,066
dimana :
Cs = Koefisien respon seismik
W = Berat seismik efektif
4-7
Koefisien respon seismik berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 7.8.1.1,
persamaan - persamaan yang digunakan untuk menentukan koefisien Cs adalah :
Dimana :
Cs = koefisien respon seismik
SDs = parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang
periode pendek
SDs = parameter percepatan spektrum respon desain dalam rentang
periode 1 detik
R = faktor modifikasi respon Ie = faktor keutamaan
2. Gempa Dinamik
Gempa dinamik yang diperoleh dari hasil perhitungan software ETABS
berdasarkan kurva respon spektrum yang telah diinputkan. Nilai gaya geser dasar
akibat respon spectrum.
4-9
4.2.4. Evaluasi Beban Gempa
Base Shear akibat respon spectrum (VRSP)
EQx = 7813,5 kN < 0,85 Vstatik = 7603,5984 kN
EQy = 5417.2 kN > 0,85 Vstatik = 3756,36 kN
Faktor Skala (0.85 Vstatik/ VRSP)
SF x = 7813,5/ 7603,5984 = 1.028
SF y = 3756,36 / 5417.2 = 1,442
Maka di dapat nilai gaya geser dasar (base shear) respon spectrum SF
Vrsp x = 8363,9
Vrsp y = 5634,6
4.2.5. Analisis Deformasi Struktur atau Simpangan Antar Lantai (Story Drifts)
Dalam analisis simpangan perpindahan lateral harus ditentukan berdasarkan
persamaan (4.8) berikut :
𝐶 𝑥𝛿
𝛿 = (4.8)
𝐼
Keterangan :
δx : Simpangan ultimit atau simpangan inelastic
δxe : Simpangan nominal atau simpangan elastic (ETBAS)
Cd : Faktor amplifikasi defleksi = 5.5 (Tabel SNI 1726-2012)
Ie : Faktor keutamaan = 1 (Tabel SNI 1726-2012)
Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi simpangan antar
lantai tingkat ijin (∆a) untuk semua tingkat. Berikut disajikan ketentuan
simpangan izin berdasarkan SNI 1727-2013 pada tabel
4-10
Tabel 4.8 Simpangan Antar Lantai Ijin (∆𝒂)
Kategori Risiko
Struktur
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4
tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-
langit dan sistem, dinding eksterior yang telah didesain 0,025 hsxc 0,02 hsxc 0,015 hsxc
untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 hsxc 0,010 hsxc 0,010 hsxc
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsxc 0,007 hsxc 0,007 hsxc
Semua struktur lainnya 0,020hsxc 0,020 hsxc 0,0 hsxc
Berdasarkan tabel diatas maka simpangan ijin antar tingkat lantai menggunakan
persamaan (4.9) :
∆ = 0.020 ℎ (4.9)
Sehingga simpangan setiap tingkat dicek terhadap simpangan ijin dan tidak boleh
melebihi simpangan ijin, perhitungan setiap lantai disajikan dalam tabel 4.8
dibawah ini.
Tabel 4.9 Pengecekan Story Drift
Beban Lateral Arah X
hsx Δα
Lantai ẟxe ẟx Δ Ket Δ < Δα
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
13 3000 44.1 242.55 13.75 60 OK!!
12 4900 41.6 228.8 22 98 OK!!
11 3500 37.6 206.8 23.1 70 OK!!
10 3500 33.4 183.7 23.1 70 OK!!
9 3500 29.2 160.6 23.1 70 OK!!
8 3500 25 137.5 23.1 70 OK!!
7 3500 20.8 114.4 22.55 70 OK!!
6 3500 16.7 91.85 21.45 70 OK!!
5 3500 12.8 70.4 19.8 70 OK!!
4 3500 9.2 50.6 17.6 70 OK!!
3 3500 6 33 11 70 OK!!
2 4500 4 22 13.2 90 OK!!
1 5000 1.6 8.8 8.8 100 OK!!
4-11
Beban Lateral Arah y
hsx Δα
Lantai ẟxe ẟx Δ Ket Δ < Δα
(m) (m) (m) (m) (mm)
13 3000 2.3 12.65 -17.05 60 OK!!
12 4900 5.4 29.7 2.2 98 OK!!
11 3500 5 27.5 2.2 70 OK!!
10 3500 4.6 25.3 2.2 70 OK!!
9 3500 4.2 23.1 1.65 70 OK!!
8 3500 3.9 21.45 2.2 70 OK!!
7 3500 3.5 19.25 2.75 70 OK!!
6 3500 3 16.5 2.75 70 OK!!
5 3500 2.5 13.75 2.75 70 OK!!
4 3500 2 11 2.75 70 OK!!
3 3500 1.5 8.25 1.65 70 OK!!
2 4500 1.2 6.6 3.3 90 OK!!
1 5000 0.6 3.3 3.3 100 OK!!
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa simpangan antar tingkat desain (∆) lebih
kecil/sama dengan simpangan ijin, hal tersebut menandakan bahwa dimensi
penampang pada struktur tersebut dapat digunakan. Dengan nilai Cd = 5,5 dan
nilai I = 1. Maka di dapat :
f) Contoh perhitungan beban lateral arah x pada lantai 6 dan 7
𝐶𝑑 𝑥 ẟ𝑦
ẟ𝑥 6 =
𝐼
5,5𝑥 16,7
=
1
= 91,85 𝑚𝑚
𝐶𝑑 𝑥 ẟ𝑦
ẟ𝑥 7 =
𝐼
5,5𝑥 20.8
=
1
= 114,4 𝑚𝑚
𝛥 = ẟ𝑥 7 − ẟ𝑥 6
= 114,4 − 91,85
= 22,55 𝑚𝑚
𝛥𝛼 =ℎ 𝑥 0,02
4-12
= 3,5 𝑥 0,02
= 70 𝑚𝑚
4-13
BAB 5 Desain Elemen Struktur
5.2. Balok
Balok adalah elemen struktural yang utamanya memikul beban lateral. Beban-
beban yang bekerja pada balok akan menghasilkan gaya reaksi pada titik tumpu /
perletakan balok. Beban-beban yang menghasilkan gaya geser dan momen lentur
5-1
pada balok, efek total dari semua gaya yang bekerja pada balok menghasilkan
gaya geser dan momen lentur pada balok, menimbulkan gaya dalam berupa
tarikan dan tekanan, dan menimbulkan lendutan pada balok.
Balok B41
Data umum :
a. Balok induk = 800 mm x 600 mm
b. fc’ = 40 MPa
c. fy = 400 MPa
d. Bentang Bersih = 6200 mm
5-2
Dari analisis struktur, gaya aksial tekan akibat kombinasi gaya gempa dan
gravitasi pada komponen struktur = 38 kN < 192 kN OK
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali tinggi
efektifnya.
Asumsikan hanya satu lapis tulangan yang perlu dipasang, selimut beton 40
cm, sengkang menggunakan D10, dan baja tulangan lentur yang dipakai adalah
D19 (ada kemungkinan berubah, tergantung hasil desain).
Maka,
d = 800 mm – (40 mm + 10 mm + 19 mm + 20 mm) = 741 mm
ln/d = 6200 mm / 741 mm = 8,67 OK
c. Perbandingan lebar terhadap tinggi komponen tidak boleh kurang dari 0,3.
Lebar, b = 600 mm, dan
tinggi, h = 800 mm,
b/h = 600/800
= 0,75 OK
d. Lebar komponen tidak boleh :
Kurang dari 250 mm, didapat b = 600 mm OK
Melebihi lebar komponen struktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus
terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada
tiap sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi ¾ tinggi komponen
struktur lentur.
Lebar balok, b = 600 mm < lebar kolom = 850 mm OK!
5-3
Akibat pembebanan gravitasi, diujung interior kiri dan ujung interior kanan
terbentuk momen negatif -145,2438 kN/m, sedangkan di tengah bentng terbentuk
momen positif 119,0009 kN/m. Sedangkan akibat pembenanan gempa yang
menimbulkan goyangan ke arah kanan, di ujung interior kiri terbentuk momen
positif 16,3767 kN/m, sementara di ujung interior kanan terbentuk momen positif
28,2775 kN/m. Akibat goyangan ke kiri komponen mengalami besaran momen
yang sama namun dengan arah yang berlawanan.
5-4
Tabel 5. 2 Asumsi Konfigurasi Tulangan Kondisi 1
Jenis Dimensi Jumlah AS
Diameter Luas/bar
D Buah (mm2)
(mm) (mm2)
22 22 380 3
1900
22 22 380 2
Diperlukan 3 D22 dan 2 D22. Bila spasi bersih antar lapis siambil 40 mm,
tinggi efektif d yang baru :
d = 800 mm – (40 + 10 + 22 + 20) mm = 708 mm.
𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎=
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1900 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 37 mm
Cek momen nominal aktual
𝑎
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
37
= 0,8 × 1900 × 400 × 708 − × 10
2
∅𝑀𝑛 = 419 kN − m. OK
2. Cek as minimum
𝑓𝑐
𝐴 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦
√40
= × 600 × 708
4 × 400
= 1679 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
1,4
𝐴 = 𝑏 𝑑
𝑓𝑦
1,4
= × 600 × 708
400
= 1486,8 mm
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi OK
5-5
3. Cek rasio tulangan
𝐴𝑠
𝜌=
𝑏 𝑑
1900 mm
=
600 mm × 708 mm
= 0,004472
0,85 𝑓𝑐 600
𝜌 =𝛽
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
0,85 × 40 600
= 0,8 ×
400 600 + 400
= 0,038979
0,75𝜌 = 0,75 × 0,03897 = 0,02923
Batas tulangan maksimum berdasarkan ketentuan adalah 0,025.
Karena, 𝜌 < 0,75𝜌 dan 𝜌 < 0,025 maka syarat tulangan minimum terpenuhi
OK
5. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D22 2D22, dipasang 2 lapis dengan spasi bersih
antar lapis 40 mm > 25 mm. Maka, syarat spasi bersih minimum antar
tulangan dan antar lapis terpenuhi. OK
5-6
Tinggi efektif balok,
d = 800 mm – (40 + 10 + 19 + 20) mm
= 711 mm.
Asumsi awal,
j = 0,85
∅ = 0,8
𝑀𝑢
𝐴𝑠 =
∅𝑓𝑦𝑗𝑑
−123,8277 × 10 N − mm
=
N
0,85 × 400 × 0,85 × 711 mm
mm
= 640 mm
Diperlukan 3 D22 dan 2 D22. Bila spasi bersih antar lapis siambil 40 mm,
tinggi efektif d yang baru :
d = 600 mm – (40 + 10 + 22 + 20 ) mm = 708 mm.
𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎=
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1900 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 37 mm
Cek momen nominal aktual
𝑎
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
37
= 0,8 × 1900 × 400 × 708 − × 10
2
∅𝑀𝑛 = 445 kN − m. OK
2. Cek as minimum
5-7
𝑓𝑐
𝐴 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦
√40
= × 600 × 708
4 × 400
= 1679 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
1,4
𝐴 = 𝑏 𝑑
𝑓𝑦
1,4
= × 600 × 708
400
= 1486,8 mm
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi OK
0,85 × 40 600
= 0,8 ×
400 600 + 400
= 0,038979
0,75𝜌 = 0,75 × 0,038979 = 0,029234
Batas tulangan maksimum berdasarkan ketentuan adalah 0,025.
Karena, 𝜌 < 0,75𝜌 dan 𝜌 < 0,025 maka syarat tulangan minimum terpenuhi
OK
5-8
𝑎
= 0,375𝛽 = 0,375 × 0,8 = 0,28660
𝑑
Karena, a/dt < atcl / dt. Maka, Desain tulangan under reinforced. OK
5. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 3D22 2D22, dipasang 2 lapis dengan spasi bersih
antar lapis 40 mm > 25 mm. Maka, syarat spasi bersih minimum antar
tulangan dan antar lapis terpenuhi. OK
5-9
Diperlukan 4D25. Bila spasi bersih antar lapis siambil 40 mm, tinggi efektif
d yang baru :
d = 800 mm – (40 + 10 + (25/2)) mm = 738 mm.
𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎=
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1963 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 38 mm
2. Cek as minimum
𝑓𝑐
𝐴 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦
√40
= × 600 × 738
4 × 400
= 1749 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
1,4
𝐴 = 𝑏 𝑑
𝑓𝑦
1,4
= × 600 × 738
400
= 1548,75 mm
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi OK
5-10
1548,75 mm
=
600 mm × 738 mm
= 0,004435
0,85 𝑓𝑐 600
𝜌 =𝛽
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
0,85 × 40 600
= 0,8 ×
400 600 + 400
= 0,038979
0,75𝜌 = 0,75 × 0,038979 = 0,02924
Batas tulangan maksimum berdasarkan ketentuan adalah 0,025.
Karena, 𝜌 < 0,75𝜌 dan 𝜌 < 0,025 maka syarat tulangan minimum terpenuhi
OK
5. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 4D25, dipasang 1 lapis dengan spasi bersih antar
lapis 40 mm > 25 mm. Maka, syarat spasi bersih minimum antar tulangan
dan antar lapis terpenuhi. OK
5-11
d = 800 mm – (40 + 10 + (19/2)) mm
= 740,5 mm.
Asumsi awal,
j = 0,85
∅ = 0,8
𝑀𝑢
𝐴𝑠 =
∅𝑓𝑦𝑗𝑑
210 × 10 N − mm
=
N
0,8 × 400 × 0,85 × 740,5 mm
mm
= 1040 mm
Diperlukan 4D25. Bila spasi bersih antar lapis siambil 40 mm, tinggi efektif
d yang baru :
d = 800 mm – (40 + 10 + (25/2)) mm = 738 mm.
𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎=
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1963 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 38 mm
Cek momen nominal aktual
𝑎
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
38
= 0,8 × 1963 × 400 × 738 − × 10
2
∅𝑀𝑛 = 479 kN − m. OK
2. Cek as minimum
5-12
𝑓𝑐
𝐴 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦
√40
= × 600 × 738
4 × 400
= 1749 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
1,4
𝐴 = 𝑏 𝑑
𝑓𝑦
1,4
= × 600 × 738
400
= 1749 mm
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi OK
0,85 × 40 600
= 0,8 ×
400 600 + 400
= 0,038979
5. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 4D25, dipasang 1 lapis dengan spasi bersih antar
lapis 40 mm > 25 mm. Maka, syarat spasi bersih minimum antar tulangan
dan antar lapis terpenuhi. OK
2. Cek as minimum
𝑓𝑐
𝐴 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦
√40
= × 600 × 738
4 × 400
= 1749 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
1,4
𝐴 = 𝑏 𝑑
𝑓𝑦
1,4
= × 600 × 738
400
= 1548,8 mm
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi OK
5-15
𝐴𝑠
𝜌=
𝑏 𝑑
1963 mm
=
600 mm × 738 mm
= 0,0044
0,85 𝑓𝑐 600
𝜌 =𝛽
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
0,85 × 40 600
= 0,8 ×
400 600 + 400
= 0,038979
0,75𝜌 = 0,75 × 0,038979 = 0,029234
Batas tulangan maksimum berdasarkan ketentuan adalah 0,025.
Karena, 𝜌 < 0,75𝜌 dan 𝜌 < 0,025 maka syarat tulangan minimum terpenuhi
OK
5. Reinforcement
Gunakan baja tulangan 4D25, dipasang 1 lapis dengan spasi bersih antar
lapis 40 mm > 25 mm. Maka, syarat spasi bersih minimum antar tulangan
dan antar lapis terpenuhi. OK
5-16
sepanjang bentang balok SRPMK tidak boleh kurang dari 1/4 kali kapasitas
momen maksimum yang disediakan pada kedua muka kolom balok tersebut.
Kuat momen negatif – positif terbesar pada bentang = 479 kNm.
¼ kuat momen negatif – positif terbesar = 120 kNm.
b. Cek As minimum :
5-17
𝑓𝑐
𝐴 = 𝑏 𝑑
4𝑓𝑦
√40
= × 400 × 708
4 × 400
= 1679 mm
Tapi tidak boleh kurang dari :
1,4
𝐴 = 𝑏 𝑑
𝑓𝑦
1,4
= × 400 × 708
400
= 1486,8 mm
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi, OK
1900 mm
=
400 mm × 708 mm
Batas tulangan maksimum berdasarkan SNI Beton Pasal 23.3.2 adalah 0,025.
Maka syarat tulangan minimum terpenuhi karena 𝜌 < 0,75𝜌 dan 𝜌 < 0,025
OK.
= 650,38 kN − m
Kondisi 3
1,25 𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎𝑝𝑟 =
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1,25 × 1963 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 48,10 mm
𝑎𝑝𝑟_3
𝑀𝑝𝑟_3 = 1,25𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
5-19
48,10
= 1,25 × 1963 × 400 × 738 − × 10
2
= 700,07 kN − m.
b. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kiri
Kondisi 2
1,25 𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎𝑝𝑟 =
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1,25 × 1900 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 46,56 mm
𝑎𝑝𝑟_2
𝑀𝑝𝑟_2 = 1,25𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
46,56
= 1,25 × 1900 × 400 × 708 − × 10
2
= 650,38 kN − m
Kondisi 4
1,25 𝐴𝑠 𝐹𝑦
𝑎𝑝𝑟 =
0,85𝐹𝑐 𝑏
N
1,25 × 1963 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 48,10 mm
𝑎𝑝𝑟_4
𝑀𝑝𝑟_4 = 1,25𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
48,10
= 1,25 × 1963 × 400 × 738 − × 10
2
= 700,07 kN − m.
Di muka kolom interior, dengan arah momen berlawanan arah jarum jam.
5-20
N
1,25 × 1963 mm × 400
= mm
N
0,85 × 40 × 600 mm
mm
= 48,10 mm
𝑎𝑝𝑟_2
𝑀𝑝𝑟_5 = 1,25𝐴𝑠𝑓𝑦 𝑑 −
2
48,10
= 1,25 × 1963 × 400 × 705 − × 10
2
= 668,18 kN − m
d. Rekapitulasi momen nominal penampang
Berikut adalah rekapitulasi momen nominal penampang pada tabel 5.8
Tabel 5. 8 Momen Nominal Penampang
3 D22
2 Left End (H) (-) Kiri -123,83
2 D22
1900 445 650,38
3 Right End (I) (+) Kanan 28,28 4 D25 1963 479 700,07
4 Left End (H) (+) Kiri 16,38 4 D25 1963 479 700,07
Maka dari itu dari hasil beban yang terjadi akibat beban dapat dihitung reaksi
yang terjadi menggunakan persamaan berikut :
1,38 DL + 1,38 SDL + 0,5 LL (5.1)
Dari persamaan 5.1 dapat dihitung :
Wu = (1,38 x 11,297) + (1,38 x 0) + (0,5 x 0)
= 15,58986 kN/m
Vgrav_ki = (1,38 x 59,7235) + (1,38 x 12,9359) + (0,5 x 40,208)
= 120,373972 kN/m
Vgrav_ka = (1,38 x 58,2267) + (1,38 x 12,0718) + (0,5 x 40,0622)
= 117,04 kN/m
5-22
5.2.1.8. Analisis Geser berdasarkan Momen Nominal
Tabel 5. 10 Tabel Nilai Mpr
Diketahui
Mpr 1 650,381 kN – m
Mpr 2 650,381 kN – m
Mpr 3 700,073 kN – m
Mpr 4 700,073 kN – m
Ln 6,2 M
atas)
atas)
atas)
atas)
5-24
5.2.1.9. Perhitungan Sengkang Untuk Gaya Geser
a. Berdasarkan SNI beton pasal 21.5.4.2 kontribusi beron dalam menahan geser,
yaitu harus diambil = 0 pada perencanaan geser di daerah sendi plastis apabila ;
1. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok melebihi ½ atau
lebih kuat geser perlu maksimum, Vu di sepanjang bentang.
2. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan gempa, kurang
dari Agfc’/20.
Tabel 5. 11 Gaya geser di muka kolom interior kiri dan kanan
Perletakan Kanan Perletakan Kiri
Arah Vsway
Vu 1/2 Vu Vu 1/2 Vu
Kanan 217.8150417 360.7995417 180.3997709 360.7995 180.3998
Kiri 217.8150417 353.4758417 176.7379209 353.4758 176.7379
Dengan demikian, karena :
- Karena nilai Vsway > ½ Vu untuk kedua perhitungan maka gaya yang terjadi
akibat goyangan kearah kanan atau pun kearah kiri sudah memenuhi.
- Gaya aksial tekan terfaktor akibat gempa yaitu 0,0029 dan gravitasi <
Agfc’/20 = (800 x 600 x 40) / 20 = 960000 N = 960 kN.
Sehingga perencanaan tulangan geser dilakukan dengan memperhitungkan
kontribusi beton Vc = 0 di sepanjang zona sendi plastis di masing – masing muka
kolom.
b. Muka perletakan kiri yaitu gaya geser maksimum dari hasil analisis momen
nominal penampang.
Vu = 353,48 kN
Dengan demikian
Vc = 0
Vs = − 𝑉
√
= − 0
,
= 471,3 kN
Pada SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.4.7.9
√
Vs_maks = − b xd
5-25
√
= x 600 x 708 x 10
= 1791,1 kN
Karena hasil perhitungan Vs < Vs_maks maka syarat untuk menghitung Vs
terpenuhi.
Spasi tulangan diatur melalui persamaan
A V
=
s fy x d
Coba dengan diameter sengkang D10 dengan 2 kaki (Av = 157 mm2).
𝐴 𝑥𝑓 𝑥𝑑
𝑠=
𝑉
157 𝑥 400 𝑥 708
=
471,3
= 94,34 mm (Jadi digunakan spasi 90 mm)
Tabel 5. 12 Diameter tulangan sengkang yang digunakan
Jenis Dimensi Av S
Jumlah
d diameter luas (mm) (mm)
10 10 78.5 2 157 90
A xf xd
V =
s
157 𝑥 400 𝑥 708
=
90 𝑥 1000
= 494,03 kN
Jadi, gunakan sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 90 mm.
c. Muka perletakan kanan yaitu gaya geser maksimum dari hasil analisis momen
nominal penampang.
Vu = 494,03 kN
Dengan demikian
Vc = 0
Vs = − 𝑉
,
= − 0
,
= 481,07 kN
5-26
Pada SNI 03 – 2847 – 2013 Pasal 11.4.7.9
√
Vs_maks = − b xd
√
= x 600 x 708 x 10
= 1791,1 kN
Karena hasil perhitungan Vs < Vs_maks maka syarat untuk menghitung Vs
terpenuhi.
Spasi tulangan diatur melalui persamaan
A V
=
s fy x d
Coba dengan diameter sengkang D10 dengan 2 kaki (Av = 157 mm2).
𝐴 𝑥𝑓 𝑥𝑑
𝑠=
𝑉
157 𝑥 400 𝑥 708
=
481,07
= 92,425 mm (Jadi digunakan spasi 90 mm)
Tabel 5. 13 Diameter tulangan sengkang yang digunakan
Jenis Dimensi Av S
Jumlah
d diameter luas (mm) (mm)
10 10 78.5 2 157 90
A xf xd
V =
s
157 𝑥 400 𝑥 708
=
90 𝑥 1000
= 494,03 kN
Jadi, gunakan sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 90 mm.
d. Ujung zona sendi plastis adalah gaya geser maksimum, Vu di ujung zona sendi
plastis, yaitu 2h = 2 x 800 = 1600 mm dari muka kolom. Di zona ini, kontribusi
Vc dapat diperhitungkan, yaitu:
√
Vc = − b xd
√
= x 600 x 708 x 10
= 447,78 kN
5-27
√
Vs = − 𝑉
√
= − 447,78
,
= 320,07 kN
Coba dengan diameter sengkang D10 dengan 2 kaki (Av = 157 mm2).
𝐴 𝑥𝑓 𝑥𝑑
𝑠=
𝑉
157 𝑥 400 𝑥 708
=
320,07
= 138,92 mm (Jadi digunakan spasi 130 mm)
Tabel 5. 14 Diameter tulangan sengkang yang digunakan
Jenis Dimensi Av S
Jumlah
d diameter luas (mm) (mm)
10 10 78.5 2 157 130
A xf xd
V =
s
157 𝑥 400 𝑥 708
=
130 𝑥 1000
= 342,02 kN
Jadi, gunakan sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 130 mm.
d
S =
2
708
=
2
= 354 kN
5-28
5.3. Detailing Balok
5.4. Kolom
5.4.1. Definisi Kolom
Kolom yang ditinjau adalah kolom C27, seperti yang ada di Gambar 5.
Kolom C27
5-29
Kolom C27 yang didesain memiliki spesifikasi sebagai berikut :
a. Lebar kolom (b) = 800 mm
b. Tinggi kolom (h) = 800 mm
c. Kuat tekan beton (fc’) = 40 fc’
d. Kuat leleh tulangan lentur (fy) = 400 Mpa
e. Kuat leleh tulangan geser (fy) = 400 Mpa
5-30
Kolom yang didesain
LC 1,2 + 1,6 L 5061.22
LC 1,2 + 1,0 L
Goyang kekanan 5165.23 28.491 17.6668
Goyang kekiri 5165.23 28.491 17.6668
Kolom di lantai bawah
LC 1,2 + 1,6 L 5584.42
LC 1,2 + 1,0 L
Goyang kekanan 5674.32 68.485 33.7906
Goyang kekiri 5674.32 68.485 33.7906
Rasion tulangan ρg dibatasi tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari 0,06
𝜌 =
=
( )
5-31
Sehingga 1,2 ∑Mg = 1,2 × (419 + 479)
= 1077,99 kN-m
Kolom C27
Lantai 3
Balok B65
Balok Kanan
Balok B64
Balok Kiri
45
Kolom Desain
Lantai 2
5-32
Gambar 5.2 Diagram Interaksi
a. Kolom lantai atas (3th floor)
∅ Pn-abv = gaya aksial terfaktor di kolom atas (Tabel 5.10) = 4550,64 kN.
Dari diagram interaksi kolom, ∅ Pn-abv bersesuaian dengan ∅Mn = 2176,7 kNm
= 𝑏 – 2(40)
= (800 − 80)
= 518400 𝑚𝑚
Sehingga
= 0,3 −1
= 0,3 −1
= 4,93 mm /mm
,
=
, × ×
=
= 6,31 mm /mm.
Sehingga dari perhitungan diatas diambil nilai Ash terbesar yaitu = 6,31 mm 2/mm.
5-34
SNI 03-2847-2013 Pasal 21.6.4.3 mensyaratkan spasi maksimum adalah yang
terkecil antara :
a. 1/4 dimensi penampang terkecil = 800 mm / 4 = 200 mm
b. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 × 19 mm = 114 mm ≈ 110 mm.
c. Besar So menurut persamaan:
So ≤ 100 +
Dengan, ℎ = 2/3 𝑏
= 2/3 × 701
= 467,333
Asumsi spasi horizontal maksimum kaki-kaki pengikat silang 350 mm maka
diambil 350 mm.
𝑆 ≤ 100 + ((350 – 350)/3) ≤ 100 𝑚𝑚.
Namun 𝑆 ≤ 100 mm. Jadi gunakan spasi 150 mm (15 cm).
𝐴 _ = 491,18 mm2
𝐴 _ = 628,20 mm2
Jadi, gunakan 4 kaki D19 dengan As 1133,54 mm2 > 628,20 mm2. Maka
kebutuhan Ash-min terpenuhi.
Berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.6.4.5 untuk sepanjang sisa tinggi kolom
bersih (tinggi kolom dikurangi di masing-masing ujung kolom) diberi hoops
dengan spasi minimum 150 mm, atau 6 kali diameter tulangan longitudinal, yaitu
6 × 19 mm = 114 mm, dibulatkan menjadi 110 mm karena untuk memenuhi
kebutuhan Ash-min.
Vsway =
Dimana :
DF = faktor distribusi momen dengan di bagian atas dan bawah kolom yang
didesain
Karena kolom di lantai atas dan lantai bawah mempunyai kekakuan yang sama,
maka :
𝐷𝐹 = 𝐷𝐹 = 0,5
Mpr-top dan Mpr-btm adalah penjumlahan Mpr untuk masing-masing balok di lantai
atas dan lantai bawah.
( ) , ( ) ,
Vsway = = 422,016 𝑘𝑁
,
b. Tetapi, Vc tidak boleh kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis, yaitu
17,666 kN. Jadi, ambil Vc = Ve = 422,016 kN.
Vc dapat diambil = 0 jika Ve akibat gempa lebih besar dari 1/2 Vu dan gaya
aksial terfaktor pada kolom tidak melampaui 0,05 Agfc’. Selain itu, Vc dapat
diperhitungkan. Kenyataannya, pada kolom yang didesain, gaya aksial
terfaktornya yaitu Pu = 5061,22 kN melampaui 0,05 Agfc’ = 2560 kN. Oleh
karena itu, Vc dapat diperhitungkan.
Kontribusi beton dalam menahan geser, Vc:
Vc = bwd
√
= x 800 x 728,5 x 10-3
= 614,32514 kN
c. Cek apakah cukup dipasang tulangan geser minimum
> 𝑣
∅
,
=
∅ ,
= 562,688 𝑘𝑁
Dan
.𝑉 = × 614,32514 = 307,16 𝑘𝑁
5-36
Karena > 𝑣 maka yang diperlukan tulangan geser.
∅
= 562,688 𝑘𝑁
Dan
×( )
Vc + bwd =614,32514 +√40 ×
×
= 1229,26 kN
Karena < Vc + bwd maka hasil perhitungan masik kedalam zona II (dua),
∅
𝐴 =
×
=
×
= 100 kN
Karena sebelumnya telah dipasang tulangan confinement 4 kaki D19 yaitu
dengan Ash = 113,54 mm2, maka dengan menggunakan tulangan syarat hoops
sudah memenuhi syarat Avmin.
e. Untuk bentang di luar lo
SNI persamaan (11-4) memberikan harga Vc bila ada gaya aksial yang bekerja
𝑁
𝑉 = 1+ 𝜆 𝑓𝑐′𝑏 𝑑
14𝐴
Dengan,
𝑁 = gaya tekan aksial terkecil dari kombinasi beban
0,9𝐷 ± 1,0 𝐸 = 1658,283 𝑘𝑁
λ = 1, untuk beton normal (SNI Beton Pasal 8.6.1)
𝑉 = 0,17 1 + 𝜆 𝑓𝑐′𝑏 𝑑
, ×
= 1+ )
× 1 × √40 × 800 × 747,5
×( ×
5-37
= 728,022 kN
Karena 𝑉 (728,022 kN) > (562,688 𝑘𝑁) untuk bentang kolom di luar 𝑙 ,
∅
maka tulangan sengkang tidak dibutuhkan untuk geser pada bentang tersebut,
tetapi hanya untuk confinement.
5.6. Join
5.6.1. Luas Efektif Join
Berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.7.4.1 untuk luas efektif hubungan balok-
kolom, dinyatakan dalam Aj, seperti berikut ini :
𝐴 = 800 𝑚𝑚 × 800 𝑚𝑚
= 640000 𝑚𝑚
Pada SNI 03-2847-2013 Pasal 21.7.2.3 untuk panjang join yang diukur paralel
terhadap tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di join sedikitnya 20 kali
db longitudinal terbesar.
Panjang join = 20 × 25 𝑚𝑚
= 500 𝑚𝑚
5-38
5.6.2. Tulangan Transversal Pengekang
a. Pada SNI 03-2847-2013 Pasal 21.7.3.1 harus ada tulangan confinement dalam
join.
b. Pada SNI 03-2847-2013 Pasal 21.7.3.1 untuk join interior, jumlah tulangan
confinement yang dibutuhkan setidaknya setengah tulangan confinement yang
dibutuhkan di ujung-ujung kolom.
Dari sub bab 5.2.5 dalam desain kolom, diperoleh bahwa:
0,5 A /s = 0.5 × 6,28 mm /mm
= 3,141 mm /mm
Spasi vertikal hoops yang diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm. Jarak
bersih antar tulangan tekan dan tulangan tarik balok adalah 650 mm. Area
tulangan hoop yang dibutuhkan
Asperlu = 150 × 3,141 mm /mm
= 471,15 𝑚𝑚
Coba gunakan baja tulangan diameter 19 mm 2 kaki.
Tabel 5. 18 Tulangan hoops yang diperlukan
Jenis Dimensi Jumlah As
D Diameter (mm) Luas/Bar (mm2) buah (mm2)
19 19 283,385 2 566,77
Maka didapat As >Asperlu, jadi hoops kaki D19 telah memenuhi ketentuan
= 422,016 kN
5-39
Di bagian lapis atas balok, baja tulangan yang dipakai adalah 5D22, As = 1900
mm2.
a. Gaya Tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
𝑇 = 1,25 × 𝐴 𝑓
= 1,25 × 1900 × 400 × 10
= 949,85 𝑘𝑁
b. Gaya tekan yang bekerja pada balok kea rah kiri adalah
𝐶 = 𝑇 = 949,85 𝑘𝑁
c. Gaya Tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
𝑇 = 1,25 × 𝐴 𝑓
= 1,25 × 1900 × 400 × 10
= 949,85 𝑘𝑁
d. Gaya tekan yag bekerja pada balok ke arah kanan adalah
𝐶 = 𝑇 = 949,85 𝑘𝑁
Pada gambar dibawah ini merupakan free-body diagram join dengan
goyangan arah ke luar bidang gambar sengaja tidak ditinjau.
5-40
e. Perhitungan nilai Vu
𝑉 =𝑇 +𝐶 −𝑉
= 949,85 + 949,85 − 422,016
= 1477,683 kN
Pada SNI 03-2847-2013 Pasal 21.7.4.1 kuat geser nominal jon yang dikekang
adalah ke empat sisinya adalah
𝑉 = 1,7 𝑓 𝐴
= 1,7 × √40 × 640000 × 10
= 6881,116 𝑘𝑁
∅𝑉 = 0,75 × 6881,116 𝑘𝑁
= 5160,837 𝑘𝑁
Karena ∅𝑉 > 𝑉 maka, join mempunyai kuat geser yang memadai.
5.6.4. Detailing Join
5.7. Pelat
5.7.1. Data Teknis Pelat Lantai
Berikut adalah informasi umum dari pelat :
a. Berat jenis beton (γ) = 2400 kg/m3
5-41
b. fc’ = 40 MPa
c. fy = 400 MPa
d. Panjang Lx = 3500 mm
e. Panjang Ly = 4000 mm
f. Rasio Lx/Ly = 1,1< 2 (pelat 2 arah)
g. Tebal pelat = 125 mm
h. Selimut pelat (ds) = 20 mm
i. Asumsi tulangan = D16
j. Tinggi efektif (d) = h - ds – (D/2)
= 125 – 20 – (16/2)
= 97 mm
c. Beban hidup
LL = 4,8739 kN/m2
Sehingga :
Qu = 1,2DL + 1,6LL
= 1,2 (3 + 1,49) + 1,6 (4,8739)
5-42
=13,186 kN/m2
= 0,0035
d. Rasio tulangan maksimum
ρmax = 0,75 ρb
Dimana :
,
ρb =𝛽 ×
, ×
= 0,76429 ×
= 0,03898
, ( ) , ( )
β1 = 0,85 - = 0,85 - = 0,76429
Sehingga,
ρmax = 0,75 × 0,03898
= 0.02923
e. Rasio tulangan perlu
Rn =
=
×
= 0,90131
,
ρ = × 1− 1−
,
5-44
, × × ,
= × 1− 1−
, ×
= 0,00228
Cek rasio penulangan yang dibutuhkan.
ρ = 0,00228 < ρmin = 0,0035 (syarat terpebuhi)
ρ = 0,00228 > ρmax = 0,0292 (syarat tidak terpenuhi)
Maka digunakan ρmin = 0,0035
f. Luas tulangan perlu
As = ρbd
= 0,0035 × 1000 × 97
= 340 mm2
g. Jarak antar tulangan
∅
S =
× × , ×
=
= 592,468 mm
Agar jarak tulangan dapat memenuhi syarat maka S = 250 mm.
Jarak antar tulangan harus lebih kecil dari 3 kali tebal pelat dan 450 mm.
S = 250 mm < 3h = 375 mm
S = 250 mm < 450 mm
Maka jarak antar tulangan memenuhi OK!
Mn =
∅
5-45
,
ρmin =
,
=
= 0,0035
d. Rasio tulangan maksimum
ρmax = 0,75 ρb
= 0,75 × 0,03898
= 0.02923
e. Rasio tulangan perlu
Rn =
=
×
= 0,79401
,
ρ = × 1− 1−
,
, × × ,
= × 1− 1−
, ×
= 0,00201
Cek rasio penulangan yang dibutuhkan.
ρ = 0,00228 < ρmin = 0,0035 (syarat terpebuhi)
ρ = 0,00228 > ρmax = 0,0292 (syarat tidak terpenuhi)
Maka digunakan ρmin = 0,0035
f. Luas tulangan perlu
As = ρbd
= 0,0035 × 1000 × 97
= 340 mm2
g. Jarak antar tulangan
∅
S =
× × , ×
=
= 592,468 mm
Agar jarak tulangan dapat memenuhi syarat maka S = 250 mm.
5-46
Jarak antar tulangan harus lebih kecil dari 3 kali tebal pelat dan 450 mm.
S = 250 mm < 3h = 375 mm
S = 250 mm < 450 mm
Maka jarak antar tulangan memenuhi OK!
=
,
= 1955,61 mm
Agar jarak tulangan dapat memenuhi syarat maka S = 300 mm.
Jarak antar tulangan harus lebih kecil dari 5 kali tebal pelat dan 450 mm.
S = 300 mm < 5h = 625 mm
S = 300 mm < 450 mm
Maka jarak antar tulangan susut memenuhi OK!
5-47
5.8. Detailing Pelat 1 Arah
5-48
5.9.2. Tulangan Pelat Tangga
Tulangan pelat tangga terdiri dari tulangan longitudinal (pokok) dan tulangan
bagi. Berikut adalah perhitungan tulangan pelat tangga.
1) Tulangan longitudinal (pokok)
a. Luas tulangan perlu
As =
As =
= 678,857 mm2
b. Tinggi balok regangan
.
a=
,
, ×
=
, × ×
= 5,915
c. Tinggi efektif
De = h – ds – (d/2)
= 125 – 40 – (8/2)
= 85,45 mm
d. Momen nominal
ØMn = Ø.As.fy(De-a/2)
= 0,9 × 678,857 × 400 × (85,45 – 5,915/2)
= 20160106,1 Nmm = 20,1601061 kNm
ØMn = 20,16 kNm > Mu = 9,1 OK!
2) Tulangan bagi
a. Luas tulangan minimum
Asb = 0,0018 × b × h
= 0,0018 × 125 × 1350
= 303,75 mm2
b. Jarak antar tulangan
5-49
S=
=
,
= 223,492 mm ≈ 200 mm
Jarak antar tulangan harus lebih kecil dari 5 kali tebal pelat dan 450 mm.
S = 200 mm < 5h = 625 mm
S = 200 mm < 450 mm
Maka jarak antar tulangan susut memenuhi OK!
c. Pengecekan tulangan
As =
= 339,429 mm2
Asb = 303,75 mm2 < As = 339,429
Maka syarat tulangan bagi memenuhi OK!
As =
As =
= 502,857 mm2
b. Tinggi balok regangan
.
a=
,
, ×
=
, × ×
= 5,915 mm
5-50
c. Tinggi efektif
De = h – ds – (d/2)
= 125 – 40 – (8/2)
= 85,45 mm
d. Momen nominal
ØMn = Ø.As.fy(De-a/2)
= 0,9 × 502,857 × 400 × (85,45 – 5,915/2)
= 14933412 Nmm = 14,933412 kNm
ØMn = 14,933 kNm > Mu = 5,769 kNm OK!
2) Tulangan bagi
a. Luas tulangan minimum
Asb = 0,0018 × b × h
= 0,0018 × 125 × 1000
= 225 mm2
b. Jarak antar tulangan
S=
= 223,492 mm ≈ 200 mm
Jarak antar tulangan harus lebih kecil dari 5 kali tebal pelat dan 450 mm.
S = 200 mm < 5h = 625 mm
S = 200 mm < 450 mm
Maka jarak antar tulangan susut memenuhi OK!
c. Pengecekan tulangan
As =
= 251,429 mm2
Asb = 225 mm2 < As = 251,429
Maka syarat tulangan bagi memenuhi OK!
5-51
5.10. Detailing Pelat Tangga
5-52
BAB 6 Penutup
Pada bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dan saran seputar Perancangan
Bangunan Gedung Setiabudi Tower Hotel, Bandung.
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari data – data analisis perencanaan struktur
yang telah dibahas pada bab – bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
a. Struktur bangunan gedung setiabudi tower hotel ini didesain menggunakan
Sisten Rangka Pemikul Momen Khusus (SRMPK).
b. Analisis dan perancangan struktur gedung ini diperhitungkan terhadap beban
mati, hidup, gempa, serta termasuk kedalam kategori resiko II (Gedung
Industri). Dari data yang di perhitungkan berikut adalah hasil analisis beban
gempa yang dapat kami sajikan kembali
Tabel 6. 1 Simpangan Arah X
Beban Lateral
hsx Arah X Δ Δα
Lantai ẟxe ẟx Ket Δ < Δα
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
13 3000 44.1 242.55 13.75 60 OK
12 4900 41.6 228.8 22 98 OK
11 3500 37.6 206.8 23.1 70 OK
10 3500 33.4 183.7 23.1 70 OK
9 3500 29.2 160.6 23.1 70 OK
8 3500 25 137.5 23.1 70 OK
7 3500 20.8 114.4 22.55 70 OK
6 3500 16.7 91.85 21.45 70 OK
5 3500 12.8 70.4 19.8 70 OK
4 3500 9.2 50.6 17.6 70 OK
3 3500 6 33 11 70 OK
2 4500 4 22 13.2 90 OK
1 5000 1.6 8.8 8.8 100 OK
6-1
Tabel 6. 2 Simpangan Arah Y
Beban
Lateral Arah
hsx Y Δ Δα
Lantai Ket Δ < Δα
ẟxe ẟx
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
13 3000 2.3 12.65 -17.05 60 OK!!
12 4900 5.4 29.7 2.2 98 OK!!
11 3500 5 27.5 2.2 70 OK!!
10 3500 4.6 25.3 2.2 70 OK!!
9 3500 4.2 23.1 1.65 70 OK!!
8 3500 3.9 21.45 2.2 70 OK!!
7 3500 3.5 19.25 2.75 70 OK!!
6 3500 3 16.5 2.75 70 OK!!
5 3500 2.5 13.75 2.75 70 OK!!
4 3500 2 11 2.75 70 OK!!
3 3500 1.5 8.25 1.65 70 OK!!
2 4500 1.2 6.6 3.3 90 OK!!
1 5000 0.6 3.3 3.3 100 OK!!
c. Dari data yang ada dan data yang telah kami hitung maka didapat hasil
rekapitulasi dari perhitungan kuat lentur balok C41 sebagai berikut :
Tabel 6. 3 Kuat Lentur Balok C41
3 D22
2 Left End (H) (-) Kiri -123,83
2 D22
1900 445 650,38
3 Right End (I) (+) Kanan 28,28 4 D25 1963 479 700,07
4 Left End (H) (+) Kiri 16,38 4 D25 1963 479 700,07
d. Berikut adalah hasil desain penulangan untuk elemen srtuktur balok C41
6-2
Gambar 6. 1 Detailing penulangan balok C41
e. Berikut adalah hasil desain penulangan untuk elemen srtuktur balok C27
6-3
g. Berikut adalah hasil desain penulangan untuk elemen srtuktur plat
h. Berikut adalah hasil desain penulangan untuk elemen srtuktur plat tangga
6-4
Gambar 6. 7 Penulangan tangga plot B-B
i. Dapat disimpulkan juga bahwa stuktur yang sudah didesain telah memenuhi
syarat sesuai ketentuan yang di atur pada SNI 2848 – 2013. Maka dari itu
desain yang kami buat dapat digunakan untuk membangun gedung tersebut.
6-5
LAMPIRAN