Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik
pada pra, intra, dan post operasi”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis menyelesaikan makalah ini.Penulis sadar bahwa makalah ini masih kurang dari
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Mei 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III NASKAH ROLEPLAY...........................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehari menjelang operasi merupakan saat dimana pasien sangat cemas dan saat dimana
pasien tidak tahu lagi harus bermbaat apa dan bagaimana, dalam keadaan tersembat peran
perawat sangat penting, diharapkan dan dmbatuhkan sebagai pendidik dan konselor yang
membantu menjelaskan kepada pasien tentang operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana operasi tersembat di lakukan.

Minggu pertama pasca operasi bisa menjadi masa yang paling sulit, sebab rasa nyeri dan
tidak nyaman, padahal pasien ingin melakukan pekerjaan sehari-harinya.Hormon-hormon
yang ada juga dapat mengacaukan emosi, memmbaat pasien pasca operasi mudah
menangis dan lelah. Penting untuk pasien untuk melanjutkan latihan-latiham karena hal
itu dapat meningkatkan mobilitas yang akan mepermudah saat pulang ke rumah nantinya.
Sebelum meninggalkan rumah sakit, perlu untuk memastikan bahwa semua hal sudah
siap bagi pasien dan aka nada cukup bantuan saat pasien pulang ke rumah. Setelah
operasi, rasanya nyaris mustahil untuk melakukan hal-hal yang paling sederhana
sekalipun. Ada gerakan-gerakan tertentu yang mungkin sulit untuk dilakukan sendiri.

Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Mbantu) dan lumen appendiks ini
bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening
biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum. Appendiks dapat
mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau
maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan
kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara
prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi
atau gangren.

1
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi
(pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang
merupakan suatu tindakan pembedahan memmbaang appendiks. Adapun permasalahan
yang mungkin timmbal setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri,
keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial
terjadinya infeksi.

Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersembat
sangatlah penting dan dmbatuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek
diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya
dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Operasi Apendiksitis?

2. Bagaimana peran perawat sebelum, dan sesudah operasi?

3. Bagaimana peran perawat saat operasi apentiksitis?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi Operasi Apendiksitis

4. Mengetahui peran perawat sebelum, dan sesudah operasi

5. Mengetahui peran perawat saat operasi apentiksitis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Appendicitis adalah peradangan pada usus mbantu (appendiks), atau radang pada
appendiks vermiformis yang terjadi secara akut.Usus mbantu merupakan penonjolan
kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar, tepatnya di daerah
perbatasan dengan usus halus.Usus mbantu mungkin memiliki beberapa fungsi
pertahanan tumbah, tapi mbakan merupakan organ yang penting.Appendiks atau umbai
cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering
menimmbalkan keluhan yang mengganggu.Appendiks merupakan tambang panjang,
sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari.Lendir itu secara normal
dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.Bila ada hambatan dalam
pengaliran lendir tersembat maka dapat mempermudah timmbalnya appendicitis (radang
pada appendiks).Di dalam appendiks juga terdapat imunoglombalin, zat pelindung
terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada
appendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan endartery. Appendicitis sering
terjadi pada usia antara 10-30 tahun.

B. Etiologi

Penyebab appendicitis belum sepenuhnya dimengerti.Pada kebanyakan kasus,


peradangan dan infeksi usus mbantu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di
dalam usus mbantu.Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus mbantu bisa pecah.
Usus mbantu yang pecah bisa menyebabkan:

1. Masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat
fatal.

2. Terbentuknya abses.

3
3. Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan
penyumbatan pada saluran yang bisa menyebabkan kemandulan.

4. Masuknya kuman ke dalam pemmbaluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.

C. Faktor Predisposisi/Presipitasi

Ada banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang
terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan
karena adanya timmbanan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit
cacing, parasit, benda asing dalam tumbah, cancer primer dan striktur.Namun yang paling
sering menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan
limfoid.

D. Tanda dan Gejala

Ada beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri yang dirasakan secara samar (nyeri
tumpul) di daerah sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang
muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda
yang khas pada appendicitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Mbarney. Nyeri perut ini akan
bertambah sakit apabila terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan
disentuh daerah yang sakit. Nyeri yang bertambah saat terjadi pergerakan disebabkan
karena adanya gesekan antara visera yang meradang sehingga menimmbalkan
rangsangan peritonium.Selain nyeri, gejala appendicitis akut lainnya adalah demam
derajat rendah, mules, konstipasi atau diare, perut membengkak dan ketidakmampuan
mengeluarkan gas. Gejala-gejala ini biasanya memang menyertai appendicitis akut
namun kehadiran gejala-gejala ini tidak terlalu penting dalam menambah kemungkinan
appendicitis dan begitu juga ketidakhadiran gejala-gejala ini tidak akan mengurangi
kemungkinan appendicitis. Pada kasus appendicitis akut yang klasik, gejala-gejala
permulaan antara lain :

1. Rasa nyeri atau perasaan tidak enak disekitar umbilikus ( nyeri tumpul). Beberapa
jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dan mungkin terdapat
nyeri tekan disekitar titik Mc Mbarney. Rasa sakit semakin meningkat, sehingga pada

4
saat berjalan pun penderita akan merasakan sakit yang mengakibatkan badan akan
mengambil sikap memmbangkuk pada saat berjalan. Nyeri yang dirasakan tergantung
juga pada letak appendiks, apakah di rongga panggul atau menempel di kandung
kemih sehingga frekuensi kencing menjadi meningkat. Nyeri perut juga akan
dirasakan bertambah oleh penderita bila bergerak, bernapas dalam, berjalan, batuk,
dan mengejan. Nyeri saat batuk dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra-
abdomen.

2. Muntah, mual ,dan tidak ada nafas umakan. Secara umum setiap radang yang terjadi
pada sistem saluran cerna akan menyebabkan perasaan mual sampai muntah.
Meskipun pada kasus appendicitis ini, tidak ditemukan mekanisme pasti mengapa
dapat merangsang timmbalnya muntah.

3. Demam ringan ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah


Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timmbalnya demam, terutama jika
kausanya adalah bakteri. Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan dinding
appendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat pengobatan yang
tepat.

4. Diare atau konstipasi. Peradangan pada appendiks dapat merangsang peningkatan


peristaltik dari usus sehingga dapat menyebabkan diare. Infeksi dari bakteri akan
dianggap sebagai benda asing oleh mukosa usus sehingga secara otomatis usus akan
berusaha mengeluarkan bakteri tersembat melalui peningkatan peristaltik. Selain itu,
appendicitis dapat juga terjadi karena adanya feses yang keras (fekolit). Pada keadaan
ini justru dapat terjadi konstipasi. Pada beberapa keadaan, appendicitis agak sulit
didiagnosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah.

5
BAB III

NASKAH ROLE PLAY

Pemeran :

Perawat 1 : Ersa Rizky

Perawat 2 : Dela Wagenda

Pasien : Eva Ferani

PROLOG
Seorang pasien yang dirawat di Rumah sakit umum daerah Kab.Bogor, tepatnya diruangan Puspa
yang bernama Ny. A, berusia 22 tahun, menderita penyakit Usus mbantu, perawat disana datang
dan akan melakukan ganti balutan pada luka bekas operasi.

PRA OPERASI

1. Fase Orientasi
Pagi itu datanglah seorang perawat ke ruangan
Perawat : “Selamat Pagi mba,”
Pasien : “Pagi”
Perawat : “Perkenalkan saya perawat Ersa, saya bertugas di ruangan ini, dari pukul 07.00
sampai pukul 14.00 siang nanti. Apa benar ini dengan mba Eva ?”
Pasien : “iya sus, benar”
Perawat : “Nama lengkapnya ?”
Pasien : “eva ferani”
Perawat : “mba senang dipanggil apa?”
Pasien : “Panggil saja eva”.
Perawat : “Oh iya, mba eva bagaimana kabar mba hari ini ?” (Open Endeed Question)
Pasien : “Untuk sekarang tidak terasa sakit, tapi di lain waktu suka terasa secara
tiba-tiba sakit tidak tertahankan”.

6
Perawat : “Ohh begitu ya mba, (sambil mengangguk)  (Active Listening) mba disini
ditemani oleh siapa ?”
Pasien : “Saya disini ditemani saudara saya, kebetulan dia lagi keluar katanya mau beli
sesuatu”.
Perawat : “Berapa tahun umur mba ?”
Pasien : “Umur saya sudah 22 tahun sus”.
Perawat : “Umur mba 22 tapi masih kelihatan seperti umur 17”. (Humor)
Pasien : “Ah suster bisa aja”.
Perawat : “kalau oleh tahu mba bekerja apa?”
Pasien : “Saya belum bekerja sus, saya masih kuliah”.
Perawat : “Oh begitu ya, jadi begini mba berhubung besok akan di lakukan operasi, sesuai
dengan anjuran dokter mba harus berpuasa selama 8 jam sebelum operasi
dilakukan. Bagaimana, mba apakah mba bersedia ?”
Pasien : “Iyah sus saya bersedia, tapi kenapa saya harus berpuasa sus sebelum di
operasi?”

2. Fase Kerja

Perawat    : Iyah jadi begini mba, puasa disini dilakukan supaya saluran pencernaan kosong
dan bersih dan supaya nanti pada saat dilakukan operasi tidak mengganggu
jalanya operasi. (informing)

Pasien    : “Ohh begitu ya sus. Apakah tidak akan mempengaruhi kesehatan saya sus dan
bagaimana dengan pemberian obatnya”.

Perawat    : “Insya Allah tidak mba, dan mba juga tidak usah khawatir mengenai obat akan
diberikan dengan cara disuntikan ataupun melaui infus”.

Pasien : “Iyah sus kalau begitu, saya harap dengan operasi ini saya bisa sembuh dan
dapat menjalankan aktivitas seperti biasanya”.

Perawat    : “Iyah mudah-mudahan saja mba banyak berdoa”.

Pasien    : “iya sus”.

7
Perawat     : “mba apakah sebelumnya sudah pernah mengalami sakit seperti ini ?”

Pasien    : “Pernah dulu sekali tapi tidak separah ini, yah saya tidak tahu kalo itu penyakit
usus bunntu jadi saya biarkan saja”.

Perawat     : “Oooh begitu ya mba, Kira-kira kapan mba merasakannya, dan apakah sempat
memeriksa keadaan mba waktu itu  ?”

(Perawat diam sambil mendengarkanapa yang pasien jelaskan)

(Silence)

Pasien    : “Yah sekitar 3 bulan yang lalu kalau tidak salah, kebetulan waktu itu saya tidak
memeriksa kemana-mana karena saat itu rasa sakitnya tidak terlalu hebat, saya
cuman menggunakan sebuah botol yang di isi air hangat lalu saya dekatkan ke
daerah yang nyeri, cara itu cukup mengurangi rasa sakit saya”.

Perawat     : “Iyah cara itu memang cukup membantu, terus kenapa mba bisa merasakan sakit
itu lagi ?”

Pasien    : “Jadi begini sus, kemarin saya makan baso  pakai cabe yang banyak setelah
beberapa jam kemudian perut saya sakit sampai kejang-kejang, untung ada
saudara saya lalu saya langsung dibawa ke rumah sakit”. (Identifikasi Tema)

Perawat     : “Ooh jadi itu yang melatar belakangi mba masuk ke rumah sakit ?”

Pasien    : “Iyah sus, mungkin gara-gara kebanyakan makan cabai”.

Perawat    : “oh gitu ya mba, nanti jangan terlalu banyak makan cabai lagi ya ?”

Pasien : “iya sus, saya kapok”

3. Fase Terminasi

Perawat : “nah bagaimana apakah mba sudah mengerti pesan saya tadi?”

Pasien : “ iya sus, saya harus puasa kan?”

8
Perawat : “iya mba, kalo mba sudah mengerti,saya pamit dulu ya mba” (sambil tersenyum
ramah)

Pasien    : “iya sus, terimakasih ya”.

Perawat    : “iya mba, assalamualaikum” (meninggalkan ruangan)

INTRA OPERASI

1. Fase Orientasi

Keesokan harinya perawat mendatangi ruangan pasien untuk mengecek keadaan klien dan
mempersiapkan pasien untuk melakukan operasi

Perawat : “selamat pagi mba?, apakah mba masih ingat dengan saya?”

Pasien : “masih sus, ini suster Ersa kan?”

Perawat : “alhamdulilah kalau mba masih ingat dengan saya, mba bagaimana kabarnya
hari ini?”

Pasien : “masih suka nyeri nih sus perut di sebelah kanan bawah”

Perawat : “oh begitu, dan apakah mba ingat dan melaksanakan apa yang saya pesankan
kemarin?”

Pasien : “masih sus, ini saya lagi puasa”

Perawat : “oh bagus kalau begitu, karena sebentar lagi mba akan menjalani tindakan
operasi”

2. Fase Kerja

Perawat pun membawa pasien menuju ruang operasi untuk melakukan operasi usus mbantu

9
Perawat : “mba, sekarang sudah sampai di ruang operasinya, mba jangan takut, banyak
berdoa aja ya,”

Pasien : “iya sus, saya sudah siap ko”

3. Fase Terminasi

Perawat : “bagus mba, saya pamit dulu yah”

Pasien : “iya, terimakasih ya sus”

POST OPERASI

1. Fase Orientasi

Pagi itu satu hari setelah operasi dilakukan datanglah seorang perawat ke ruang rawat Ny.A
Perawat : “Selamat Pagi mba,”

Pasien : “Pagi”

Perawat : “Perkenalkan saya perawat Dela,saya berrtugas di ruangan ini dari pukul 07.00 s
ampai pukul 14.00 siang nanti, apakah benar ini dengan mba Eva?”

Pasien : “Ya sus terimakasih, Nama saya Eva ”.

Perawat : “Nama lengkapnya ?”

Pasien : “Eva Ferani”

Perawat : “Nama panggilannya ?”

Pasien : “Panggil saja Eva”.

Perawat : “Oh iya, mba ana bagaimana kabar mba hari ini ?” (Open Endeed Question)

10
Pasien : “Untuk sekarang lumayan agak mendingan sus, tapi di lain waktu suka terasa
secara tiba-tiba sakit tidak tertahankan”.

Perawat : “Ohh begitu ya mba, (sambil mengangguk)  (Active Listening) mba kesini sama
siapa ?”

Pasien : “Saya kesini ditemani saudara saya, kebetulan dia lagi keluar katanya mau beli
sesuatu”.

Perawat : “Berapa tahun umur mba ?”

Pasien : “Umur saya sudah 22 tahun sus”.

Perawat : “Umur mba 22 tapi masih kelihatan seperti umur 17”. (Humor)

Pasien : “Ah suster bisa aja”.

Perawat : “kalau boleh tahu mba bekerja apa?”

Pasien : “Saya masih kuliah sus”.

Perawat : “Oh begitu ya, jadi begini mba berhubung hari ini jadwal untuk mengganti
balutan pada luka bekas operasi mba sekarang, bagaimana apakah mba
bersedia ?”

Pasien : “Iyah sus saya bersedia”.

Perawat : “Kalau begitu saya ambil dulu perbannya yah”.

Pasien : “Iyah sus silahkan”.

2. Fase Kerja   

Perawat ijin untuk keluar untuk mengambil alat yang akan digunakan untuk mengganti
balutan.
Perawat    : “mba, ini alatnya sudah saya bawa” (sambil meletakan di atas meja)
Ini adalah alatnya ada kasa, kapas, gunting, betadine, plester, NaCl, Alkohol. mba, ini akan

11
sedikit sakit, tapi mba tetap rileks saja, sakitnya hanya sebentar ko mba. bagaimana apakah
mba sudah siap ?” (Informing)

Pasien : “oh gitu ya sus, yaudah sus saya siap” (sambil mengangguk)

Perawat : “mba, posisinya sambil tidur aja yah”

Sampiran ditutup untuk menjaga privacy klien.

Perawat : “mba, maaf ya bajunya di mbaka, karena saya akan mengganti perban di daerah
perut mba” (membantu pasien untuk memmbaka baju)

Perawat melakukan prosedur mengganti perban

Perawat : “mba, tindakan mengganti perban mba sudah selesai”

3. Fase Terminasi

Perawat : “Bagaimana perasaan mba setelah diganti perbannya?” (Broad Opening)


Pasien : “Merasa lebih nyaman sus”

Perawat : “bagus mba kalau begitu. nanti balutannya jangan sampai terkena air karena
dapat menyebabkan tummbahnya mikroorganisme, dan akan menimmbalkan
infeksi”. (Tindak Lanjut)

Pasien : “berarti sus saya tidak boleh mandi?”

Perawat : “Boleh ko mba,”

Pasien : “Boleh gimana sus, tadi katanya tidak boleh terkena air, bisa tolong di
jelaskan?” (Focussing)

Perawat : “Begini mba, mba mandinya di lap saja jadi supaya meminimalisir balutannya
untuk terkena air”

Pasien : “oh gitu sus, baiklah”

12
Perawat : “Kalau mba sudah mengerti, saya pamit dulu ya mba, terimakasih atas
kerjasamanya mba”

Pasien : “iya sama-sama sus”

SELESAI

13
DAFTAR PUSTAKA

http://oknurse.wordpress.com/keperawatan/askep-appendicitis/

https://www.google.com/#q=obat+pencahar+untuk+operasi+usus+mbantu

14

Anda mungkin juga menyukai