Anda di halaman 1dari 11

ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No.

2, Oktober 2014

BUDIDAYA ANGGUR LAUT (Caulerpa racemosa)


MELALUI MEDIA TANAM RIGID QUADRANT NETS
BERBAHAN BAMBU

Gede Ari Yudasmara

Jurusan Budidaya Kelautan,


Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali
e-mail: ariyudasmara@gmail.com

Abstrak
Anggur laut (Caulerpa racemosa) merupakan makro alga hijau yang sering
dimanfaatkan sebagai makanan bagi masyarakat sekitar pantai. Akan tetapi
ketersediaannya masih dalam jumlah yang sangat terbatas dan musiman, karena
masih tergantung dari alam dan belum dibudidayakan secara baik dan benar.
Untuk itu diperlukan usaha budidaya untuk menunjang kontinuitas produksinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis efektifitas dan efisiensi
rigid quadrant nets berbahan bambu dalam budidaya Caulerpa racemosa dan
mengkaji kualitas dan kuantitas yang diperoleh dari penerapan rigid quadrant nets
berbahan bambu dalam budidaya Caulerpa racemosa. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan melalui penelitian eksperimen dengan rancangan pre test post
test control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rigid quadrant nets
berbahan bambu cukup efektif dan efisien dalam budidaya Caulerpa racemosa,
begitupula dari segi kualitas dan kuantitas substrat rigid quadrant nets berbahan
bambu cukup baik kualitasnya serta hasil panen sebanyak Bak I sebesar 2340,46
gram, Bak II sebesar 2003,60 gram dan Bak ke III sebesar 2135,5 gram dengan
masa penanaman selama 42 hari.

Kata kunci : budidaya, Caulerpa racemosa, media bambu

Abstract
Sea grape (Caulerpa racemosa) is a macro green algae are often used as
food for people around the coast. But supply is still in very limited quantities and
seasonal, because it still depends on the nature and has not been properly
cultivated. It required the cultivation to support continuity of production. This study
aims to examine and analyze the effectiveness and efficiency of rigid quadrant nets
made from bamboo in cultivation of Caulerpa racemosa and assess the quality and
quantity obtained from the application of rigid quadrant nets made of bamboo in the
cultivation of Caulerpa racemosa. To achieve these goals through research
experiments conducted by pre-test post-test control group design. The results
showed that the rigid quadrant nets made of bamboo is quite effective and efficient
in the cultivation of Caulerpa racemosa, nor in terms of quality and quantity of the
quadrant rigid good enough quality and yield as much as pond I was 2340,46
grams, pond II of 2003,60 grams and pond III was 2135,5 grams with the planting
period for 42 days.

Keywords: aquaculture, Caulerpa racemosa, bamboo media

Jurnal Sains dan Teknologi |468


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

PENDAHULUAN (Trono dan Ganzo-Fortes 1988 diacu


Sektor perikanan merupakan salah dalam Suhartini 2003).
satu sumber daya alam yang sangat Caulerpa merupakan salah satu
potensial dikembangkan dalam jenis rumput laut yang cukup potensial
menunjang keberhasilan di bidang untuk dibudidayakan karena telah
perekonomian masyarakat Indonesia. dikenal dan digemari oleh sebagian
Pengelolaan sumber daya alam dan masyarakat. Caulerpa ini dimanfaatkan
lingkungan hidup terus dilakukan untuk tidak hanya untuk konsumsi sebagai
keseimbangan alam guna tercapainya makanan tetapi juga telah dimanfaatkan
lingkungan yang serasi. Salah satu yang sebagai bahan campuran untuk obat
potensial dikembangkan selain anti jamur (Suhartini, 2003). Di
komoditas ikan adalah komoditas Indonesia Caulerpa dikenal dengan
rumput laut dari jenis Caulerpa yang sebutan Latoh (jawa), Bulung Boni
merupakan salah satu jenis alga hijau (Bali), Lawi-Lawi (Sulawesi), sedangkan
yang hidup menyebar di beberapa di Jepang disebut Umi Budo. Caulerpa
perairan di Indonesia. Dalam dunia ini bentuk dan rasanya menyerupai telur
perdagangan, rumput laut merupakan ikan Caviar, sehingga dikenal sebagai
salah satu komoditas yang cukup ”green caviar”. Selain itu juga karena
terkenal, meskipun tidak semua jenis bentuknya menyerupai anggur,
rumput memiliki nilai ekonomis. Rumput sebagian orang menyebutnya sebagai
merupakan jenis tumbuhan laut yang “sea grape” atau anggur laut.
tergolong makro alga yang hidup Selain berwarna hijau, ciri khas
melekat di dasar perairan. Rumput laut Caulerpa racemosa diantaranya
ini belum dapat dibedakan antara mempunyai thalus dengan stolon
batang, daun dan akarnya. Seluruh berukuran kurang lebih 5 cm,
bagian tumbuhan tersebut disebut tallus. perakarannya (holdfast) relatif besar dan
Caulerpa merupakan salah satu meruncing seperti paku dengan panjang
genus alga laut dari Famili ramuli mencapai 8 cm. Ramuli
Caulerpaceae dan termasuk spesies merupakan organ cabang atau
dari Kelas Chlorophyceae (alga hijau) percabangan dari stolon sebagai organ
(Atmadja et al. 1996). Hamel (1931) utama, substansinya agak lunak dan
diacu dalam Raniello et al. (2004) terkesan kosong (gembos). Ramuli ini
menyatakan bahwa jenis Caulerpa berdiameter antara 2-4 mm. Ramuli
racemosa pertama kali ditemukan pada timbul pada stolon yang bercabang dan
tahun 1926 di sepanjang pantai Tunisia memiliki bulatan-bulatan dengan ujung
perairan Mediterania. Makroalga laut yang rata dan bertangkai serta tersusun
jenis Caulerpa racemosa memiliki thalus di sekitar dan sepanjang ramuli. Pada
berwarna hijau seperti tanaman rumput, masa reproduksi, Caulerpa racemosa
terdiri dari banyak cabang tegak yang akan mengeluarkan substansi berwarna
tingginya sekitar 2,5-6,0 cm. Batang putih seperti susu, namun kemudian
pokok berukuran antara 16-22 cm. akan mati dalam satu atau dua hari.
Terdapat bulatan-bulatan seperti anggur Awalnya Caulerpa racemosa akan
pada puncak cabang, panjang setiap kehilangan warnanya, kemudian hancur
puncak cabang sekitar 2,5-10,0 cm dan mengotori perairan. Spesies ini

Jurnal Sains dan Teknologi |469


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

sering ditemukan tumbuh pada berbagai budidaya yang optimal untuk Caulerpa.
substrat dengan sebaran yang luas Di Indonesia teknik budidaya Caulerpa
(Atmadja et al. 1996). ini dilakukan dengan cara
Distribusi dari rumput laut jenis membenamkannya ke dalam substrat
Caulerpa racemosa ini tersebar luas di tanah seperti sistem menanam padi
daerah tropis dan subtropis, seperti pada areal/lahan bekas tambak atau
Filipina, Vietnam, Singapura, mengadopsi teknik budidaya seperti
Malaysia,Thailand, Taiwan, Cina, halnya di Jepang. Kondisi inilah yang
Indonesia, dan daerah barat perairan menimbulkan permasalahan karena
Pasifik (FAO 2007). Alga jenis ini tidak disemua wilayah pesisir memiliki
tumbuh pada perairan keruh dan areal bekas tambak dan mahalnya biaya
permukaan substrat berlumpur lunak, operasional teknologi budidaya dari
tepi karang yang terbuka dan terkena Jepang tersebut.
ombak laut yang keras serta perairan Oleh karena itu diperlukan suatu
tenang yang jernih dan bersubstrat pasir alih teknologi tepat guna untuk
keras. Jenis ini sangat kuat melekat mengatasi permasalahan tersebut.
pada substrat karena akarnya kokoh Salah satunya dapat digunakan melalui
dan bercabang pendek. Alga jenis ini rigid quadrant nets berbahan bambu
pada beberapa daerah seperti Tapanuli untuk media tanamnya. Teknik ini
dan Kepulauan Seribu dikonsumsi baik diharapkan mampu mengatasi kendala-
mentah maupun matang walaupun kendala dalam pembudayaan Caulerpa
memiliki tekstur yang kasar dengan rasa racemosa untuk menunjang
pedas seperti lada (Trono dan Ganzo- keberadaannya dalam jumlah besar dan
Fortes 1988 diacu dalam Suhartini secara kontinu, mengingat teknik ini
2003). mudah diterapkan, murah dari segi
Caulerpa racemosa tumbuh biaya pembuatan dan ramah lingkungan
bergerombol atau berumpun oleh karena memanfaatkan bahan baku
karena itu sering disebut sebagai berupa bambu sehingga sangat mudah
anggur laut. Keberadaannya dapat untuk diaplikasikan oleh masyarakat.
dijumpai di paparan terumbu karang Dalam penelitian ini yang menjadi
dengan kedalaman hingga 200 m. tujuan utamanya adalah untuk mengkaji
Sebagai fitobentik, tumbuhan ini hidup dan menganalisis efektifitas dan
menancap atau menempel di substrat efisiensi rigid quadrant nets berbahan
dasar perairan laut seperti karang mati, bambu dalam budidaya Caulerpa
fragmen karang, pasir dan lumpur. racemosa dan mengkaji kualitas dan
Pertumbuhannya bersifat epifitik atau kuantitas yang diperoleh dari penerapan
saprofitik dan kadang-kadang rigid quadrant nets berbahan bambu
berasosiasi dengan tumbuhan laut dalam budidaya Caulerpa racemosa
(Atmadja et al. 1996). dalam mewujudkan pembudidayaan
Caulerpa sampai saat ini yang optimal dan ramah lingkungan
pemanfaatannya masih banyak guna meningkatkan daya saing
mengandalkan dari alam, hanya sedikit masyarakat Buleleng.
yang tersedia melalui budidaya karena
belum ditemukannya metode atau teknik

Jurnal Sains dan Teknologi |470


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan


Penelitian ini menggunakan jenis dengan mencatat berat bibit awal yang
penelitian eksperimental dengan ditanam dan mencatat hasil panen yang
rancangan pre test post test control diperoleh melalui penimbangan berat
group design. Penelitian ini dilakukan anggur laut. Bibit awal Caulerpa
dengan 3 kali ulangan. Bibit Caulerpa racemosa sebesar 1000 gram yang
racemosa ditempatkan dalam anyaman akan diamati selama 42 hari.
bambu berukuran 50x50 cm berada di
atas permukaan air dengan ketinggian HASIL dan PEMBAHASAN
air dari dasar bak adalah 60 cm. Air HASIL
yang digunakan adalah air yang Hasil pengamatan menunjukkan
bersirkulasi serta diberikan pupuk NPK bahwa budidaya Caulerpa racemosa
secara berkala. Bak yang digunakan dengan menggunakan rigid quadrant
adalah bak beton dengan ukuran 3 X 2 nets berbahan bambu memberikan hasil
meter dengan ketinggian 1,5 m. Aerasi panen sebanyak bak I sebesar 2340,46
diberikan pada masing-masing bak gram, bak II sebesar 2003,60 gram dan
sebagai suplai oksigen. Setiap bak bak ke III sebesar 2135,5 gram dengan
diberikan dua selang aerasi lengkap masa penanaman selama 42 hari.
dengan batu aerasinya. Kemudian Selisih berat yang diperoleh dari ketiga
semua selang dalam masing-masing ulangan yang dilakukan telah melebihi
bak penelitian dihubungkan dengan berat awal yang ditebar di dalam
aerator. anyaman bambu. Perbandingan berat
dari awal sampai panen dapat dilihat
pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Berat awal dan Berat Akhir Caulerpa racemosa


Berat Awal Berat Akhir Selisih Berat
Bak
(gram) (gram) (gram)

I 1000 2340,46 1340,46

II 1000 2003,60 1003,60

III 1000 2135,5 1135,5

Hasil pengukuran parameter fisika kimia Anggur Laut. Data tersebut dapat dilihat
tentang komponen air yang pada Tabel 2 berikut ini.
mempengaruhi laju pertumbuhan

Jurnal Sains dan Teknologi |471


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

Tabel 2 Hasil Pengukuran Fisika Kimia Air Pada Tiga Bak

Bak Suhu (0C) pH Salinitas (ppt) DO (mg/l)


I 28 7.9 30 5.6
II 29 7.7 31 5.5
III 29 7.7 31 5.5
Rerata 28.6 7.8 30.6 5.53

Berdasarkan data pada Tabel 3.1 dapat panen Anggur Laut. Grafik
dibuat grafik perbandingan berat awal perbandingan dapat dilihat pada
Anggur Laut dengan berat akhir hasil Gambar 1.

2500 2340,46
2135,5
2003,6
2000

1500
Berat Awal
(gram)
1000 1000 1000
1000

Berat Akhir
500 (gram)

0
I II III

Gambar 1 Perbandingan Berat Anggur Laut

Jurnal Sains dan Teknologi |472


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

PEMBAHASAN dan kaku sehingga rizoid lebih mudah


Kuantitas dan Kualitas Caulerpa untuk menempel dan berkembang. Di
racemosa alam Caulerpa racemosa melekat pada
Gambar 1. menunjukkan bahwa batu atau substrat yang agak kasar
penerapan rigid quadrant nets berbahan untuk hidupnya.
bambu atau dengan kata lain Menurut Trono dan Ganzo-Fortes
menggunakan substrat penempelan (1988) diacu dalam Suhartini (2003)
berbahan bambu secara kuantitas anggur laut tumbuh pada perairan keruh
(jumlah hasil panen) tergolong baik, dan permukaan substrat berlumpur
karena dari ketiga ulangan yang lunak, tepi karang yang terbuka dan
dilakukan bobot hasil panen melebihi 2 terkena ombak laut yang keras serta
kali bobot awal penanaman. perairan tenang yang jernih dan
Menurut CBAD (2012) Caulerpa sp bersubstrat pasir keras. Jenis ini sangat
bisa tumbuh antara 10 - 13 kali setelah kuat melekat pada substrat karena
3 bulan masa pemeliharaan, dimana akarnya kokoh dan bercabang pendek.
berat awal 500 gr menjadi 6000 gr serta Jenis substrat memegang peranan
dengan bibit awal 120 – 140 kg, bisa dalam kehidupan alga, oleh karena itu
dipanen setelah 20 hari, mencapai 900 substrat harus diperhatikan derajat
kg – 1400 kg dan berikutnya bisa kekerasannya, kelembutannya, ketidak
dipanen tiap hari (40 kg – 80 kg) selama teraturannya dan lain sebagainya. Tipe
15 hari. substrat ada bermacam-macam, yaitu
Substrat atau media tanam pasir, lumpur, pasir campur lumpur,
berfungsi sebagai tempat melekatnya karang mati, karang hidup, dan pecahan
anggur laut, sedangkan anggur laut karang. Akan tetapi menurut Mubarak
mendapatkan makanan dari air di (1982) tipe substrat yang ideal untuk
sekitarnya melalui proses difusi. Media pertumbuhan alga adalah reef area
bambu tergolong baik dapat disebabkan dengan dasar pasir karang bercampur
karena permukaannya yang agak kasar dengan potongan karang.

Gambar 2.Bibit Anggur Laut Gambar 3 Media Tanam

Jurnal Sains dan Teknologi |473


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

Gambar 4. Pertumbuhan Anggur Laut

Dari segi kualitas, Anggur laut yang Thallus yang memutih, berlendir,
dihasilkan menunjukkan kualitas yang mudah putus dan akhirnya mati, hal ini
tergolong baik, yaitu hijau tidak ada merupakan tanda adanya penyakit “ice -
bercak putih dan tidak mudah rapuh ice”. Sesuai dengan pernyataan Doty
sehingga layak untuk dijual atau (1987) dalam Yulianto dan Mira (2009),
dikonsumsi. bahwa gejala “ice-ice” yaitu kondisi

Jurnal Sains dan Teknologi |469


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

thallus terdapat bercak berwarna putih, Hasil pengukuran kualitas air


berlendir dan semakin lama thallus menunjukkan bahwa rata-rata suhu di
patah. Ditambahkan oleh Trono (1988) bak percobaan berkisar antara 28,6 oC,
yang menyatakan penyakit ini terjadi kondisi suhu tersebut cukup mendukung
karena perubahan kondisi lingkungan kelangsungan hidup organisme di air.
yang tidak sesuai untuk pertumbuhan Menurut Romimohtarto dan Juwana
yang menyebabkan menurunnya daya (2001), temperatur yang baik untuk
tahan tanaman tersebut. mendukung kelangsungan hidup
Selain itu, pertumbuhan yang cukup organisme di laut berkisar antara 28 - 30
o
bagus ini dapat disebabkan karena C. Sedangkan menurut Soegiarto dkk.
Anggur lautnya diberikan pupuk NPK (1978) temperatur yang baik untuk
secara berkala sehingga kehidupan rumput laut adalah sekitar
pertumbuhannya menjadi optimal. Hal 27,5 oC.
ini sesuai dengan Balingar dan Duncan Suhu merupakan faktor lingkungan
(1990) dalam Anggorowati (2004) yang yang sangat berpengaruh terhadap
menyatakan apabila tanaman tidak pertumbuhan dan perkembangan
mendapat hara yang cukup, maka Anggur Laut karena akan berpengaruh
pertumbuhan dan perkembangannya langsung terhadap proses
akan terhambat, demikian sebaliknya, metabolismenya. Suhu yang terlalu
apabila tanaman mendapat hara yang tinggi akan menyebabkan Anggur Laut
berlebih, maka pertumbuhan dan memperlambat proses pertumbuhannya
perkembangannya juga akan terhambat. akibat menurunnya kerja enzim
Menurut Hutabarat (2000), (degradasi enzim) dan cepat mengalami
kandungan P di perairan tergolong tinggi pemutihan thalus dan lepasnya ramuli
jika nilainya diatas 0.1 ppm dan menurut (Hanafi, 2007).
Pratiwi (1996), kondisi optimum Didalam penelitian ini rata-rata suhu
kandungan NO3 - N untuk pertumbuhan yang diperoleh sesuai dengan kisaran
alga di perairan tambak adalah sebesar optimal suhu untuk pertumbuhan
0,9 - 3,5 ppm. Seperti diketahui N dan P Anggur Laut dapat disebabkan karena
adalah unsur hara yang sangat dalam penelitian ini juga menggunakan
dibutuhkan oleh alga dalam waring sebagai penutup bagian atas bak
pertumbuhannya. Unsur P yang sedikit (shading), sehingga dengan demikian
jumlahnya serta dalam paparan sinar matahari tidak terlalu kuat
perbandingannya dengan unsur N yang untuk masuk mengenai Anggur Laut itu
tidak serasi seringkali merupakan faktor sendiri dan hal ini sudah tentu
pembatas bagi pertumbuhan alga mempengaruhi kondisi suhu untuk tetap
(Hutabarat, 2000). stabil, selain itu penggunaan waring
Keadaan lain yang ikut juga bermanfaat dimalam hari, karena
mempengaruhi laju pertumbuhan suhu didalam bak tidak menjadi turun
Anggur laut adalah parameter fisika- drastis akibat masih terperangkapnya
kimia air, dimana komponen fisika kimia suhu di dalam bak (thermal block).
perairan seperti suhu, salinitas, pH dan Air laut di perairan tempat penelitian
DO masih dalam kisaran yang sesuai dilakukan mempunyai rata-rata pH
untuk pertumbuhan Anggur laut. antara 7.8. Kondisi pH tersebut sesuai

Jurnal Sains dan Teknologi |470


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

untuk pertumbuhan alga, hal ini sesuai Dawson (1966) dalam Azizah dkk.
dengan pendapat Odum (1971) yang (1991) menambahkan bahwa variasi
mengatakan bahwa pH yang baik untuk intensitas sinar yang diterima thallus
pertumbuhan alga adalah 5 - 8. secara sempurna merupakan faktor
Salinitas yang terukur selama utama dalam fotosintesa yang akan
penelitian di bak, rata-rata berkisar 30.6 menunjang laju pertumbuhan alga.
ppt. Salinitas tersebut cukup wajar untuk
mendukung kehidupan alga. Menurut Efektifitas dan Efisiensi Substrat
Perry (2003), alga sublitoral dapat Berbahan Bambu
mentolerir salinitas 0,5 - 1,5 kali dari
salinitas normal (16 - 50 ppt). Dilihat dari hasil panen
Sedangkan Alga intertidal mampu hidup menggunakan media tanam berbahan
pada kisaran salinitas 0,1 - 3,5 kali bambu, dapat dikatakan bahwa rigid
salinitas normal. Selanjutnya Dawes quadrant nets berbahan bambu dalam
(1987) mengatakan bahwa makroalga budidaya Caulerpa racemosa cukup
masih dapat hidup pada salinitas antara efektif, sedangkan dari segi efisiensi
5 - 35 ppt. penggunaan bambu lebih murah dari
Selain itu, parameter fisika kimia segi harga dan mudah untuk dicari
perairan yang paling berpengaruh karena di alam bahan ini mudah untuk
adalah intensitas sinar matahari yang didapatkan dan tersedia dalam jumlah
masuk ke dalam bak percobaan. Hal ini yang banyak sehingga bagi para
dikarenakan Anggur laut merupakan pembudidaya dapat lebih hemat dalam
tumbuhan berklorofil yang memerlukan biaya produksinya.
sinar matahari untuk pertumbuhannya,
sehingga untuk pertumbuhannya rumput SIMPULAN DAN SARAN
laut hanya terbatas pada tempat yang Simpulan
dangkal saja (Smith, 1951 dalam Azizah 1. Secara kualitas dan kuantitas hasil
dkk. 1991). panen menggunakan substrat
Doty (1961) dalam Azizah dkk. berbahan bambu tergolong baik.
(1991) membuat suatu monogram 2. Substrat berbahan bambu cukup
intensitas sinar yang masuk ke dalam efektif dan efisien untuk
air dalam prosen. Hasil pengamatan membudidayakan Caulerpa
sechi disk dapat diketahui bahwa racemosa.
lapisan kedalaman 40 cm mempunyai
intensitas sinar 85 %, kedalaman 80 cm Saran
mempunyai intensitas sinar 75 % dan 1. Untuk penelitian selanjutnya, bahan
kedalaman 120cm mempunyai yang digunakan diupayakan dari
intensitas sinar sekitar 60 %. jenis Caulerpa yang lain, agar
Sedangkan Feldman (1951) dalam terdapat keragaman jenis Anggur
Azizah, dkk. (1991) mengatakan bahwa Laut yang dapat dibudidayakan.
perbedaan penyinaran baik kualitatif 2. Perlu diuji cobakan langsung di
maupun kuantitatif pada keadaan yang perairan laut, untuk memfasilitasi
berbeda-beda akan mempengaruhi masyarakat pesisir yang tidak
fotosintesa dari alga. Lebih lanjut memiliki bak budidaya.

Jurnal Sains dan Teknologi |471


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

DAFTAR PUSTAKA Dwihandita, N. 2009. Perubahan


Kandungan Antioksidan Anggur
Atmadja PS, Kadi A, Sulistijo, Satari R. Laut (Caulerpa racemosa) Akibat
1996. Pengenalan Jenis-Jenis Pengolahan. [Skripsi]. Bogor:
Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Program Studi Teknologi Hasil
Puslitbang Oseanologi LIPI. Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto,
Pertanian Bogor.
H., Istini, S. 2006. Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya. Hamid, A. 2009. Pengaruh berat bibit
awal dengan metode apung
Anggorowati, D.A. 2004. Bioeliminasi
(floating method) terhadap
Nitrat oleh Gracilaria salicornia
presentase pertumbuhan harian
pada Kegiatan Marikultur. UPT
rumput laut (Euchema cottoni).
Loka Pengembangan Bio-
Skripsi. Fakultas Sains dan
Industri Mataram-Puslit.
Teknologi UIN Maulana Malik
Oseanografi. 297 – 303 Hlm.Aslan. Ibrahim. Malang. 48 Hlm.
1991.Budidaya Rumput Laut.
Hanafi, A. 2007. Teknik Produksi
Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Anggur Laut (Caulerpa
Azizah R. TN., Susanto, AB., dan racemosa), Prosiding Simposium
Pramesti R., 1991. Uji Coba Nasional Hasil riset Kelautan dan
Budidaya Rumput Laut Jenis Perikanan. Jakarta: LIPI.
Eucheuma cottonii dengan
Hutabarat, S. 2000. Produktivitas
Metoda Terapung di Perairan
Perairan dan Plankton Telaah
Bandengan, Jepara. Lembaga
terhadap Ilmu Perikanan dan
Penelitian Universitas
Kelautan.Badan Penerbit UNDIP,
Diponegoro, Semarang.
Semarang.
Budiyani, F.B., Ken, S., Sunaryo. 2012.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of
Pengaruh Penambahan Nitrogen
Ecology. W.B. Sounders
dengan terhadap Laju
Company. Philadelphia. 574 hal.
Pertumbuhan Rumput Laut
Caulerpa racemosa var. uvifera. Perry, R. 2003. A Guide to the Marine
Journal of Marine Research. Phytoplankton of Southern
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, California. Dipublikasikan: www.
Halaman 10-18. Semarang: msc. Ucla/oceanglobe/pdf/guide.
Uiversitas Diponegoro. 23 hlm. 25 Mei 2013.
Dawes, C.J. 1987. The Biology of Raharjo, S. 2012. Budidaya Lawi-Lawi
Commercial Important Tropical (Caulerpa sp) Di Tambak
Marine Algae dalam Bird. K.T. Sebagai Upaya Diversifikasi
dan P.H. Benson (ed.) Seaweed Budidaya Perikanan. Indonesian
Cultivation For Renewable Aquaculture dan Forum Inovasi
Resources. Elsevier. Teknologi Akuakultur. Makassar.
Amsterdam.

Jurnal Sains dan Teknologi |472


ISSN: 2303-3142 Vol. 3, No. 2, Oktober 2014

Romimohtarto dan Juwana, 2001. Hasil Perikanan. Fakultas


Biologi Laut. P3O LIPI, Jakarta. Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Soegiarto, A., Sulistijo., Atmadja W.S.,
Mubarak H. 1978. Rumput Laut Trono, G.C. 1988. Field Culture of
(Algae): Manfaat, Potensi dan Gracilaria and Other Species.
Usaha Budidayanya. Jakarta: National Science Research
Lembaga Oseanografi Nasional- Center. Philipina. 158 p.
LIPI.
Yulianto, K dan S. Mira. 2009. Budidaya
Suhartini, S. 2003. Penapisan awal makroalga Kappaphycus
Caulerpa racemosa, Sesuvium alvarezii (doty) secara vertikal
portulacastrum, Xylocarpus dan gejala penyakit “ice-ice” di
granatum dan Ulva lactuca perairan Pulau Pari. Jurnal
Sebagai Antimikroba. [Skripsi]. Oseanologi dan Limnologi di
Bogor: Program Studi Teknologi Indonesia. 35 (3): 325-334.

Jurnal Sains dan Teknologi |473

Anda mungkin juga menyukai