NIM : G021181033 KELAS : DASAR-DASAR TEKNOLOGI DAN MEKANISASI PERTANIAN A
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019 ALAT TANAM PADI
Petani Indonesia pada zaman primit umumnya telah mengenal bercocok
tanam khususnya padi secara nomaden atau berpindah-pindah. Padi ditanam di sawah sekitar sekali dalam dua tahun, kemudian sekali dalam setahun. Masa tanam dilakukan pada bulan Desember atau Januari. Musim penyamaian padi yaitu pada masa permulaan musim angin barat atau musim hujan. Hal ini dikarenakan belum adanya sistem irigasi sehingga menggunakan air hujan untuk mengolah sawah. Untuk musim panen dilakukan pada bulan Mei atau Juni tahun berjalan. Mulai dari persemaian, penanaman dan pamanenan menggunakan tenaga manusia. Petani mencabut bibit padi dalam penyamaian dengan tangan dan dilakukan secara perlahan-lahan. Kemudian untuk jarak tanam diukur dengan telapak kaki. Untuk memanen padi menggunakan jari-jemari untuk setiap butir padi. Lalu disatukan dan ditempatkan dalam satu wadah atau bisa juga diikat dengan tali. Semua pekerjaan pertanian padi sawah dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga dan tetangga secara bersama-sama yang sifatnya saling membantu satu sama lain. Pertanian padi sawah yang pada mulanya menggunakan tenaga manusia kemudian digantikan dengan teknologi sederhana. Meskipun cara menanam padi masih menggunakan tenaga manusia secara keseluruhan, namun dalam memotong padi sudah menggunakan ani-ani (pemotong padi). Ani-ani merupakan salah satu alat pemanen padi tradisional. Kapasitas ani-ani berkisar antara 10-15 Kg malai/jam. Dengan menggunakan ani-ani, padi di panen dalam bentuk malai. Kemudian dirontokkan menggunakan tenaga manusia, yaitu dengan cara menginjak-injak padi. Ani-ani kemudian digantikan dengan sabit yang digunakan untuk memanen padi dan membersihkan lahan secara tradisional dan sampai sekarang hampir di semua daerah masih menggunakannya. Teknik pemanenan sampai perontokan dengan menggunakan sabit dilakukan dengan mengambil malai padi di potong pendek. Panen dengan menggunakan sabit yang dilakukan oleh satu orang pria membutuhkan 148 jam untuk satu hektar. Selain itu pemanenan padi yang menggunakan sabit juga memberikan kerugian. Karena petani dapat kehilangan gabah dilapang berkisar antara 8-10 persen dari hasil per hektar. Kehilangan ini diakibatkan oleh gabah yang rontok dari tangkainya atau karena pencucian dan terinjak-injak ke dalam tanah. Sabit selanjutnya digantikan dengan gebot sebagai perontok padi. Merontokakn padi dengan cara digebot merupakan salah satu cara sederhana yang dilakukan sebagian besar masyarakat Indoensia. Dengan menggunakan cara gebot, pemilik lahan biasanya dibantu oleh buru dengan memberikan upah. Biasanya upah yang diberikan tergantung dengan kesepakatan pemilik lahan dengan buruh. Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi berdampak pula pada bidang pertanian salah satunya yaitu dengan munculnya inovasi baru berupa mesin sabit (mower) yang merupakan teknologi panen padi. Mower dapat digerakkan menggunakan menggunakan enjin (engine) bensin 2 tak 2 HP 6000 rpm dengan berbahan bakan bensin campur. Mower ini memiliki kekuatan cukup besar sehingga dapat memotong padi selama 18-20 jam per Hektar. Mower kemudian digantikan dengan mesin reaper. Cara kerja mesin reaper yaitu dengan menggait rumpun padi yang kemudian memotong dan melempar ke sebelah kanan mesin. Setiap lemparan terdapat 3-10 rumpun yang diikat atau dimasukan kedalam karung kemudian dipindahkan ke tempat perontokan. Reaper dapat diopersikan atau dijalankan oleh 1 orang dan 2 orang untuk mengikat atau memasukan kedalam karung. Reaper ini dapat beroperasi sekitar 30-35 jam per hektar dengan 1 alur pemotong. Tidak hanya itu, reaper memiliki 3 jenis tipe mesin yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row. Tidak puas dengan reaper, IRRI memodifikasi hasil karya pengrajin lokal yaitu thresher. Sehingga sudah banyak mesin perontok yang bisa kita temukan di Indonesia, mulai dari yang berkapasitas kecil, sedang hingga kapasitas besar. Ada 5 jenis thesher, yaitu pedal thesher, pedal thesher lipat, thesher tipe drum (silinder) tertutup, thesher tipe drum (silinder) terbuka dan thesher bergerak (mobil) tipe aksial. Thesher jenis pedal memiliki kontruksi sederhana, terbuat dari kayu dan dapat dibuat sendiri oleh petani untuk merontokkan padi. Thresher jenis pedal lipat memiliki prinsip kerja yang sama dengan pedal thresher hanya saja komponen kerangkanya dapat dilipat sehingga memudahkan petani untuk membawanya ketengah sawah. Thresher tipe drum tertutup juga digunakan untuk merontokkan padi. Kontruksi drum tipe tertutup ini bertujuan agar dalam pengoperasiannya apabila jerami di potong pendek, maka cara perontokkannya boleh dimasukan secara penuh. Sedangakan apabila jerami dipotong panjang perontokkan dilakukan dengan cara ditahan yaitu jerami tetap dipegang dengan tangan. Namun kualitas kerjanya masih sangat kotor sehingga perlu dibersihkan. Thresher tipe drum terbuka merupakan modifikasi dari thresher sebelumnya sehingga dilengkapi dengan pengayak sehingga biji-bijan yang dihasilkan relatif bersih. Dan thesher bergerak (mobil) tipe aksial memiliki kapasitas kerja yang besar, yaitu 800-1000 kg per jam dengan bobot keseluruhan mesin 465kg. sehingga membutuhkan tenaga operator 3-4 orang dan hasil perontokan bersih. Selain thresher terdapat Combine dan mini combine dengan memilki prinsip mesin yang sama. Yang membedakan hanyalah ukurannya dan beberapa konstruksi. Untuk mesin panen combine, gabah yang sudah bersih akan ditampung di tangki gabah yang dapat menampung 3-5 ton gabah bersih. Mesin combine memiliki lebar pemotongan 4-5 Meter dengan kekuatan kerja 2-4 jam per Hektar. Karena ukuran yang tergolong cukup besar menyebabkan mesin combine hanya digunakan pada perusahaan-perusahaan besar dengan luas 5-12 Hektar. Sedangkan mesin mini combine beroperasi sampai pengarungan gabah yang sudah terlepas dari malainya dan gabah sudah bersih dari gabah hampa dan kotoran. Mesin mini combine memiliki lebar pemotongan 2 dan 4 jalur. Jadi mesin combine dan mini combine mampu mengerjakan pemotongan, perontontokan dan pembersihan. Yang membedakan hanyalah alat penampungan yang dimiliki mesin combine.