Anda di halaman 1dari 9

PAPER

PROMOSI KESEHATAN

TEORI TRANSTHEORETICAL MODEL

Kelompok 2

Nur Chabibah 101511123074


Burhanuddin Lazuardi 101511123070
Adila Rahana 101511123077
Lidia Grestanti 101511123075
Sofa Nutrima Rismawati 101511123078
Mochamad Rizal Maulana 101511123111
Ririn Indah Permatasari 101511123076
Alissa Sita Pertiwi 101511123124
Dian Putri Hapsari 101511123107
Luh Wayan Ema Natarini 101511123108
Carine Ryan Amala 101511123129
Choirul Perdana 101411123119

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2015
I. Pengertian Transtheoretical model

TTM (Transtheoretical Model) merupakan model biopsikososial yang integratif,

mengenai perubahan perilaku yang disengaja. Tidak seperti model ataupun teori

perilaku lainnya yang eksklusif hanya terfokus pada dimensi tertentu, seperti

pengaruh sosial atau biologi. Model ini juga berupaya menyatukan dan

mengintegrasikan konstruksi kunci dari beberapa teori menjadi suatu model

perubahan perilaku yang komperhensif agar dapat digunakan dalam beragam

perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pencegahan, atau upaya

pembuat kebijakan). (Glanz, et al., 2008).

Terdapat 4 teori dalam model ini. Teori pertama adalah tahap perubahan (stages of

change), teori kedua adalah proses perubahan (process of change), teori ketiga

adalah keseimbangan keputusan (desicional balance) dan teori keempat adalah

efikasi diri (self-efficacy).

II. Tahap Perubahan (Stages of Change)

a. Precontemplation; merupakan tahapan dimana seseorang tidak memiliki niatan

untuk melakukan perubahan perilaku dalam waktu dekat, biasanya terhitung

hingga 6 bulan berikutnya. Seseorang dalam tahapan ini bisa disebabkan karena

kurangnya informasi mengenai dampak / konsekuensi yang bisa timbul akibat

perilaku mereka.

b. Contemplation; pada tahapan ini seseorang sudah mempunyai keinginan untuk

berubah dalam waktu 6 bulan kedepan. Seseorang dalam tahapan ini akan lebih

peka terhadap pros (manfaat dari perubahan perilaku) dan cons (pengorbanan)

perubahan. Keseimbangan antara pros dan cons dapat membuat seseorang


semakin yakin akan melakukan perubahan perilaku atau malah bisa membuat

seseorang tidak beranjak dari tahapan ini.

c. Preparation; seseorang bersiap-siap dalam melakukan perubahan perilaku yang

akan segera dilakukan. Biasanya terhitung hingga satu bulan kedepan. Mereka

mulai mengambil langkah-langkah kecil yang mereka percayai dapat membantu

mereka untuk membuat perubahan perilaku.

d. Action; pada tahap ini, seseorang membuat modifikasi pada gaya hidup mereka

dalam rentang waktu 6 bulan. Pada tahap ini proses perubahan perilaku

seseorang akan sering berubah-rubah, sehingga kemungkinan bisa terjadi

relapse (kembali ke kebiasaan tidak sehat).

e. Maintenance; pada tahap ini, seseorang yang telah melakukan perubahan akan

berusaha mencegah untuk kembali ke kebiasaan buruk mereka. Akan tetapi,

seseorang tersebut tidak merubah proses (perubahan perilaku) sesering dalam

tahap action. Tahap maintenance ini berlangsung 6 bulan.

f. Termination; seseorang pada tahapan ini sudah tidak memiliki keinginan atau

godaan untuk kembali ke kebiasaan tidak sehat dan memiliki 100 persen efikasi

diri. Meskipun seseorang tersebut merasa depresi, cemas, bosan, kesepian,

marah, atau stres, mereka yakin bahwa mereka tidak akan kembali pada

perilaku lama yang tidak sehat sebagai jalan penyelesaian masalah. Sehingga

mereka secara otomatis akan terus melakukan kebiasaan sehat.

III. Proses Perubahan (Process of Change)

a. Consciousness Raising; melibatkan peningkatan kesadaran tentang penyebab,

konsekuensi, dan solusi untuk masalah perilaku yang mendukung perubahan

perilaku.
b. Dramatic Relief; proses ini menggerakkan seseorang secara emosional untuk

ikut merasakan berbagai emosi negatif (seperti rasa takut, cemas) tentang akibat

berperilaku tidak sehat.

c. Self-reevaluation, menyadari bahwa perubahan perilaku penting sebagai salah

satu identitas yang melekat pada diri seseorang.

d. Environmental Reevaluation, menyadari bahwa perilaku tidak sehat ataupun

perilaku sehat dapat berdampak pada lingkungan fisik atau sosial seseorang.

e. Self-liberation adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat berubah dan

mempunyai komitmen secara terus menerus.

f. Social Liberation adalah proses yang membutuhkan kesempatan atau solusi

alternatif dari lingkungan sosial khususnya bagi orang-orang yang sangat

kekurangan motivasi.

g. Counter Conditioning, pembelajaran perilaku sehat dapat menggantikan

kebiasaan lama yang tidak sehat. Contohnya adalah menukar kebiasaan

merokok dengan makan permen.

h. Stimulus Control; memberikan anjuran alternatif perubahan perilaku yang lebih

sehat sehingga muncul stimulus yang membantu perubahan perilaku dan

mempertahankannya.

i. Contingency Management; memberi penghargaan untuk perilaku baru yang

sehat dan mengurangi penghargaan untuk perilaku yang tidak sehat.

j. Helping Relationships; adanya dorongan atau dukungan dari orang lain untuk

merubah perilaku.

IV. Keseimbangan Keputusan (Desicional Balance)

Decisional balance merupakan penentuan keputusan untuk pindah ke tahap relaps

atau maintance dengan mempertimbangkan pros dan cons dari perubahan perilaku
yang sedang dilakukan. Pros and cons, telah menjadi konstruksi penting dalam

model transtheoretical. Pros merupakan keuntungan atau persetujuan dari diri dan

orang lain. Sedangkan cons merupakan biaya instrumental atau penolakan dari diri

sendiri dan orang lain.

V. Efikasi Diri (Self Efficacy)

Efikasi diri merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang memiliki suatu potensi

untuk melakukan sesuatu. Efikasi diri didalamnya ada 2 komponen:

a. Confidence; kepercayaan diri untuk menjaga perilaku mereka dalam situasi

yang sering memicu relapse (kembali ke kebiasaan yang tidak sehat)

b. Temptation; godaan/rangsangan untuk kembali ke kebiasaan semula yang tidak

sehat.

VI. Hubungan antar Variabel

Pada teori TTM ini, terdapat 5 tahapan utama, yaitu precontemplation,

contemplation, preparation, action dan maintenance. Tiga variabel proses yaitu


consciousness raising, dramatic relief, environmental reevaluation, tiga tahap

proses ini mempengaruhi precontemplation dan contemplation. Kemudian proses

self reevaluation mempengaruhi variabel contemplation, pada proses ini individu

menyadari pentingnya perubahan perilaku yang ia lakukan itu mejadi kebiasaan

yang permanen. Proses Self liberation mempengaruhi variabel preparation.

Selanjutnya pada tahap preparation seseorang melakukan persiapan-persiapan

perubahan perilaku, tahap ini dipengaruhi oleh self liberation. Selanjutnya proses

contingency management, helping relationship, counterconditioning, stimulus

control, tiga proses ini mempengaruhi tahap action dan maintenance. Semakin

mendekati tahapan maintenance maka pros (penerimaan) semakin meningkat,

sebaliknya cons (penolakan) semakin menurun. Variabel selanjutnya adalah efikasi

diri. Semakin mendekati tahapan maintenance, efikasi diri akan semakin

meningkat.

VII. Contoh Kasus

a. Pertama, precontemplation, seorang perokok menolak untuk mengakhiri

perilaku merokok karena ia merasa tidak mempunyai masalah perilaku merokok

yang ia pertahankan sehingga mereka tidak memiliki pemikiran atau

pertimbangan untuk berhenti merokok.

b. Kedua, contemplation, seorang perokok mulai memikirkan suatu saat ia harus

mengakhiri perilaku merokok karena berbagai efek negatif rokok mulai terasa,

mereka akan mencari saat dan kondisi yang tepat untuk dapat memotivasi

berhenti merokok. Proses perubahan yang terjadi pada tahap ini meliputi

consciousness raising, yaitu kondisi individu yang menemukan dan

mempelajari fakta baru, ide, dan tips mengenai merokok; dramatic relief, yaitu

merasakan perasaan negatif, seperti ketakutan atau kecemasan terhadap risiko


merokok; environmental reevaluation, yaitu menyadari pengaruh negatif dari

merokok pada lingkungan sekitar individu; dan self-reevaluation, yaitu

menyadari bahwa perubahan perilaku menjadi tidak merokok penting sebagai

bagian dari identitas diri.

c. Ketiga, preparation, pada tahap ini perokok telah siap untuk berhenti. Proses

perubahan yang terjadi pada tahap ini adalah self-liberation, individu membuat

komitmen yang kuat untuk tidak merokok. Pada beberapa kasus, perokok mulai

membuat rencana berhenti seperti menentukan kapan akan berhenti atau

mengurangi jumlah penggunaan rokok.

d. Keempat, action, kebanyakan individu akan membuktikan dirinya bahwa ia

mampu mengakhiri perilaku merokok karena mereka telah mempersiapkan

dirinya dengan strategi-strategi untuk menghadapi dorongan untuk merokok

kembali. Perokok telah mengambil tindakan untuk berhenti dan masih dalam

enam bulan pertama dari masa bebas rokok. Tahap ini melibatkan beberapa

proses perubahan perilaku, yaitu contingency management, yaitu memberikan

penghargaan untuk perilaku baru tidak merokok; helping relationships, yaitu

mencari dan menggunakan dukungan sosial untuk perubahan perilaku sehat;

counterconditioning, yaitu mengganti perilaku merokok dengan perilaku

alternatif yang mendukung perubahan perilaku; dan stimulus control, yaitu

membuang rangsangan yang dapat mengarahkan individu untuk merokok

e. Kelima, maintenance, yaitu tahap ketika individu menjaga perubahan perilaku

dari kemungkinan relapse (kembali ke perilaku yang telah ditinggalkan). Para

perokok membandingkan keuntungan-keuntungan yang telah mereka peroleh

dari berhenti merokok dengan sebuah keinginan untuk kembali merokok. Proses

perubahan perilaku pada tahap ini sama dengan tahap action. Jika seseorang
mampu tetap bebas dari perilaku adiktif lebih dari enam bulan, orang tersebut

diasumsikan telah berada dalam tahap maintenance berhenti merokok. Begitu

pula seseorang yang telah berhenti merokok tetapi masih berada pada tahun

pertama masa bebas rokoknya.

f. Keenam, termination, merupakan tahap terakhir yang dapat diaplikasikan pada

perilaku adiktif. Pada tahap ini, perilaku yang tidak sehat tidak akan pernah

kembali dan individu tidak memiliki ketakutan akan kambuh merokok.

Gambar 2 merupakan skema yang menunjukkan tahapan perubahan perilaku.

Pertama kali adalah individu yang semula sama sekali tidak berniat untuk

berhenti merokok (precontemplation). Lalu mulai memikirkan pengaruh rokok

terhadap dirinya dan berniat untuk berubah (contemplation). Lalu saat niat

berubah tersebut semakin kuat, dan seseorang yang mulai membentuk

komitmen meninggalkan perilaku merokok (preparation) dalam waktu dekat

akan mengambil tindakan berhenti merokok (action), kemudian mencoba untuk

mempertahankan (maintenance) masa bebas rokok sehingga menjadi seorang

yang berhasil menghentikan (termination) penggunaan rokok. Proses ini dapat

berlangsung berulang-ulang jika individu tersebut mengalami relapse.


Pengulangan siklus biasanya dimulai lagi pada tahap contemplation ataupun

preparation, tergantung dari kondisi individu dan niat berhenti merokok.

Sumber:

Glanz, Karen; Barbara K M, dkk. 2008. Health Behavior and Health Education. San

Francisco: Josey Bass.

Anda mungkin juga menyukai