Anda di halaman 1dari 12

Gangguan psikologi pada ibu bersalin

1.1 Pengertian Gangguan psikologi pada ibu bersalin

Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah
waktu yang menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan.
Persalinan terasa akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan
bersembunyi di dalam perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga
menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan
yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang
cukup melelahkan.

Gangguan yang terjadi pada seorang ibu menjelang persalinan, yang bersumber pada
rasa takut & sakit pada fisik yg teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan ,
baik fisik maupun psikologis. Begitu jaga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu
bersalin wajar terjadi pada setiap orang namun ia perlu memerlukan bimbingan dari keluarga
dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan
dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya.

Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan


dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.

Perubahan psikologis pada kala satu, beberapa keadaan dapat terjdi pada ibu dalam
persalinan, trauma bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang di
maksud adalah:

Perubahan psikologi dan prilaku ibu, terutama yang terjadi pada fase laten, akif, dan
transisi pada kala satu persalinan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama pada ibu yang pertama
kali bersalin:
a.       Perasaan tidak enak
Biasanya perasaan cemas pada ibu saat akan bersalin berkaitan dengan keaadan yang
mungkin terjadi saat persalinan, disertai rasa gugup.
b.      Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi
Ibu merasa ragu apakah dapat melalui proses persalinan secara normal dan lancar.
c.       Menganggap persalinan sebagai cobaan.
d.      Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
ibu berfikir apakah tenaga kesehatan akan bersabar apabila persalinan yang dijalani berjalan
lama, dan apakan tindakan yang akan dilalukan tenaga kesehatan jika tiba-tiba terjadi sesuatu
tang tidak di inginkan, misalnya tali pusat melilit bayi.
e.       Apakah bayi normal apa tidak.
Biasanya ibu akan merasa cemas dn ingin segera mengetahui keadaan bayinya apakah terlahir
dengan sempurna atau tidak, setelah mengetahui bahwa bayinya sempurna ibu biasanya akan
merasa lebih lega.
f.        Apakah ia sanggup merawat bayinya.
Sebagai ibu baru/ibu muda biasanya ada fikiran yang melintas apakah ia mampu merawat dan
bias menjadi seorang ibu yan baik untuk anaknta
KALA 1 – PERSALINAN :

 Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
 Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir
porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada
saat akhir kala I.

Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada


primigravida dan multipara :

 Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan, sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
 Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah),
sedangkan pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)
 Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.

Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:


 Pengalaman sebelumnya

 Kesiapan emosi

 Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)

 Support sistem
 Lingkungan

 Mekanisme koping

 Kultur

 Sikap terhadap kehamilan

Kebutuhan ibu selama persalinan:

a. Kebutuhan fisiologis

b. Kebutuhan rasa aman

c. Kebutuhan dicintai dan mencintai

d. Kebutuhan harga diri

e. Kebutuhan aktualisasi diri

1.      Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
2.      Fase aktif : dibagi menjadi 3 fase kembali , yakni :
a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap.
Fase- fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. (Ilmu
kebidanan Edisi 3,2005).

1.      Fase laten


Fase ini dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan terjadinya penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, pada
umumnya berlangsung hingga 8 jam.
wanita mengalami emosi yang bercampur aduk , wanita merasa gembira, bahagia dan bebas
karena kehamilan dan penantian yang panjang akan segera berakhir, tetapi ia mempersiapkan
diri sekaligus memiliki kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi. Secara umum, dia tidak
terlalu merasa tidak nyaman dan mampu menghadapi situasi tersebut dengan baik. Namun
untuk wanita yang tidak pernah mempersiapkan diri terhadap apa yang akan terjadi, fase laten
persalinan akan menjadi waktu ketika ia banyak berteriak dalam ketakutan bahkan pada
kontraksi yang paling ringan sekalipun dan tampak tidak mampu mengatasinya sampai,
seiring frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, semakin jelas baginya bahwa ia akan
segera bersalin.bagi wanita yang telah banyak menderita menjelang akhir kehamilan dan pada
persalinan palsu, respons emosionalnya terhadap fase laten persalinan kadang-kadang
dramtis, perasaan lega , relaksasi dan peningkatan kemampuan koping tanpa memerhatikan
lokasi persalinan. Walaupun merasa letih, wanita itu tahu bahwa pada akhirnya ia benar-
benar bersalin dan apa yang ia alami saat ini produktif.
2.      Fase aktif
Pada fase iini kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih, dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm. akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau
lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
ketakutan wanita meningkat. Pada saat kontraksi semakin kuat lebih lama, dan terjadi
lebih sering , semakin jelas baginya bahwa semua itu berada di luar kendalinya.
Dengan kenyataan ini , ia menjadi lebih serius wanita ingin seseorang mendampinginya
karena ia takut ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi yang diatasi. Ia
mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan yang tak dapat dijelaskan. Ia dapat
mengatakan kepada anda bahwa ia merasa takut, tetapi tidak menjelaskan dengan pasti apa
yang ditakutinya.
3.      Fase transisi
Pada fase ini biasanya ibu merasakan perasaan gelisah yang mencolok, rasa tidak
nyaman menyeluruh, bingung, frustasi, emosi meledak-ledak akibat keparahan kontraksi,
kesadaran terhadap martabat diri menurun drastis, mudah marah, menolak hal-hal yang
ditawarkan kepadanya, rasa takut sukup besar.

Berbeda dari proses fisiologis yang umum terjadi pada kala satu persainan, tetapi seperti
perubahan fisik, seperti kontraksi dan perubahan serviks, perubahan psikologis dan prilaku
ini cukup spesifik seiring kemajuan persalinan. Berbagai perubahan ini dapat digunakan
sebagai evaluasi kemajuan persalinan pada wanita dan bagaimana ia mengatasi tuntutan
terhadap dirinya yang mmuncul dari persalinan dan lingkungan tempat ia besalin.
Selain perubahan yang spesifik, kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang
sedang menjalani pesalinan sangat bervariasi, tergantung persiapan dan bimbingan antisipasi
yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan, dukungan yang diterima wanita dari
pasangannya, orang dekat lain, keluarga, dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita
tersebut berada dan apakah bayi yang dikankandung merupakan bayi yang diinginkan.
Banyak bayi yang tiddak direncanakan, tetapi sebagian besar bayi akhirnya diinginkan pada
akhirnya diinginkan menjelang akhir kehamilan. Apabila kehamilan bayi tidak diharapkan
bagaimanapun aspek psikologis ibu akan mempengaruhi perjalan persalinan.

1.2 Apa sajakah penyebab Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?

         Perubahan hormon


Perlu diketahui, ketika mengandung bahkan setelah melahirkan terjadi "fluktuasi"
hormonal dalam tubuh. Hal inilah yang antara lain menyebabkan terjadinya gangguan
psikologis pada ibu yang baru melahirkan.

         Kurangnya persiapan mental


Yang dimaksud di sini adalah kondisi psikis atau mental yang kurang dalam
menghadapi berbagai kemungkinan seputar peran ganda merawat bayi, pasangan, dan diri
sendiri. Terutama  hal-hal baru dan "luar biasa" yang bakal dialami setelah melahirkan. Ini
tentunya dapat menimbulkan masalah. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama
berminggu-minggu terakhir masa kehamilan itu menimbulkan banyak gangguan psikis dan
pada akhirnya meregangkan jalinan hubungan ibu dan anak yang semula tunggal dan
harmonis. Maka beban inilah yang menjadi latar belakang dari impuls-impuls emosional yang
diwarnai oleh sikap permusuhan terhadap bayinya. Lalu ibu tersebut mengharapkan jika bayi
yang dikandungnya untuk segera dikeluarkan dari rahimnya.

         Keinginan narsistis


Keinginan yang narsistis ini cenderung menolak kelahiran bayinya, dan ingin
mempertahankan bayinya selama mungkin di dalam kandungan. Peristiwa ini disebabkan
oleh :
a)      Fantasi tentang calon bayinya yang akan menjadi objek kasih sayang
b)      Beban fisik oleh semakin membesarnya bayi dalam kandungan

Kedua peristiwa itu menimbulkan kecenderungan kuat untuk cepat-cepat “


melemparkan sang bayi keluar “ dari kandungan.

1.3 apa saja Macam-macam gangguan pada masa persalinan ?

1. gelisah dan takut menjelang persalinan terdiri dari :

 cemas terhadap proses persalinan

 cemas terhadap kondisi bayi

 cemas menghadapi rasa sakit

 cemas terhadap mitos-mitos

 takut mati

     2. gangguan bounding attachment

bounding attachmet/ keterikatan awal/ ikatan batin adalah suatu proses dimana
sebagai hasil dari interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

Cara pencegahan Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?

Tugas penting atau yang paling utama dari seorang wanita dalam proses kelahiran
bayinya, khusus pada periode permulaan (periode mulai melebarnya saluran vagina dan ujung
uterus) ialah sebagai berikut:
a.       Sepenuhnya patuh mengikuti kekuatan-kekuatan naluriah dari dalam
b.      Memberikan partisipasi sepenuhnya
c.       Dengan kesabaran sanggup menderita segala kesakitan.

Selanjutnya , jika proses kesakitan pertama-tama menjelang kelahiran itu disertai


banyak ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan, atau disertai
kecenderungan yang sangat kuat untuk bertingkah super aktif, dan mau mengatur sendiri
proses persalinan maka:

a.       Proses kelahiran bayi bisa menyimpang dari pola normal dan spontan
b.      Prosesnya kan sangat terganggu (merupakan kelahiran yang abnormal).

Situasi pada periode kedua berlangsung agak berbeda sekarang wanita harus berkerja
keras menahan kesakitan yang semakin hebat. Dan tekanan-tekanan dalam perut harus
disertai usaha merejan secara sungguh-sungguh.semua ini dibarengi dengan kontrak-
kontraksi dari dalam, diperkuat oleh kemamuan sendiri, dan dirangsang oleh dorongan serta
sugesti dari luar yaitu dari bidan, dokter dll maka segenap daya psikis dan fisik wanita benar-
benar dikonsentrasikan pada pengabdian diri untuk melanggenggkan generasi manusia
dengan jalan melahirkan bayinya.

1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan gangguan psikologi pada ibu bersalin ?

Adapun cara-cara mengatasi masalah psikologis pada saat persalinan, yaitu:

1.      Kegiatan konseling pada ibu melahirkan merupakan pemberian bantuan kepada ibu yang
akan melahirkan. Adapun langkah-langkah konseling kebidanan pada ibu melahirkan seperti:
a)      Menjalin hubungan yang mengenakan (rapport) dengan klien.
b)      Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dukungan yang positif.
c)      Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua
kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total kepada klien. Bidan dalam memberikan
pendampingan klien yang bersalin difokuskan secar fisik dan psikologis.
d)      Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
e)      Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
Misalnya: ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan sentuhan pada
daerah pinggang klien. Sehingga pasien akan merasa nyaman.
f)        Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan rasa percaya diri pada klieb bahwa klien dapat
menyelesaikan persalinanya.
g)      Memandu persalinan
Misalnya : bidan menganjurkan klien meneran pasa saat his berlangsung.
h)      Mengadakan kontak fisik dengan klien
Misalnya: mengelap keringat, mengipasi , memeluk pasien, menggosok klien.
i)        Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya
Misalnya : bidan mengatakan: “bagus ibu, pintar sekali menerannya”.
j)        Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran anaknya dan mengatakan ikut
berbahagia.
2.      Bila diperlukan alternatif pilihan yaitu melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode relaksasi
Hypnobrithing.
Hypnobrithing adalah suatu hipnoterapi yang dilakukan dengan melakukan kontak langsung
dengan alam bawah sadar sehingga mencapai kondisi rileks yang mendalam dan stabil, kita
akan mampu menanamkan suatu program atau konsep baru yang secara otomatis akan
mempengaruhi kehidupan dan tindakan kita sehari-hari.
3.      Menggunakan media air guna mengurangi rasa sakit, seperti metode Water Birth

Masalah psikologis yang mungkin terjadi:

 Kecemasan menghadapi persalinan

Intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda

vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi

rasa nyeri akibat kontraksi uterus.

 Kurang pengetahuan tentang proses persalinan

Intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan

pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.

 Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)

Intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu

mendampingi selama proses persalinan berlangsung

  Melakukan pendekatan treapeutik pada ibu hamil yang akan melahirkan pada kala I pada ibu

yang mengalami gangguan psikis

FASE LATEN YANG MEMANJANG ATAU ABNORMALITAS PERSALINAN


Dapat disebabkan beberapa faktor:
1.      Kecemasan dan ketakutan
Misalnya perubahan fisik yang nyata seperti perubahan pada genitalia, adanya
hiperpigmentasi antara lain topeng kehamilan, bertambah besarnya perut dan sebagainya.
Demikian pula perubahan-perubahan psikis misalnya takut atau cemas menghadapi
proses persalinan dan sebagainya, ketegangan jiwa ini dibawa terus sampai kepada proses
persalinan, sehingga akan mengakibatkan proses persalinan tidak lancar. Perasaan takut dan
keadaan yang menggelisahkan wanita hamil dapat menimbulkan ketegangan, sehingga
ketenangan yang harus dikuasai selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat dapat
diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat
dicapai dengan:
- Dokter atau bidan memberi perawatan selama kehamilan dan memberi perhatian terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi wanita hamil tersebut, disertai diskusi dan sikap penuh
kesabaraan selama memeriksa kehamilan.
- Dengan mengikuti dan melakukan latihan senam hamil secara teratur dan intensif.
Dengan persiapan tersebut diatas diharapkan wanita menghadapi persalinan dengan
tenan, penuh percaya diri.
2.      Pemberian analgetika yang kuat dan anastesia sebelum fase aktif
Usaha-usaha mengurangi sakit pada wanita yang bersalin dapat dibagi menjadi 2
golongan:
1. Usaha-usaha mengurangi nyeri dalam kala I dan permulaan kala II yang disebut analgesia.
2. Usaha-usaha mengurangi rasa nyeri menjelang bayi lahir disebut anastesi.
Semua obat yang dipergunakan untuk mengurangi nyeri waktu persalinan harus
memenuhi syarat-syarat sbb:
- Tidak membahayakan ibu
- Tidak membahayakan anak
- Tidak memperngaruhi his, kalau obat anastesia mempengaruhi his, maka tentu
mempengaruhi kemajuan janin.
Tidak banyak obat yang mempengaruhi ketiga syarat tersebut, terutama syarat kedua
sukar untuk dipenuhi karena semua obat anestesia yang diberkan secara umum menembus
plasenta dan juga mempengaruhi janin, sehingga timbul hipoksia pada janin tersebut.
Kalau terlalu cepat kita memulai memberi analgesia, maka dapat menimbulkan partus
lama.
Biasanya analgesia baru diberikan kalau ternyata bahwa pendataran dan pembukaan
cervix lancar. Pada seorang primigravida biasanya baru dimulai pada pembukaan 3 cm, dan
pada multi para pada pembukaan 4 cm.
Obat-obat yang diberikan untuk analgetik obstetris ialah:-
Inhalasi chloroform atau eter
- Morphin, demerol, barbiturat
- Scopolamin
- Kombinasi antara salah satu obat: misal morphin, demerol, barbiturat dengan scopolamin-
Paracervical blok
Obat yang diberikan untuk anasthesia obstetris:
- Obat-obat yang menghilangkan kesadaran : inhalasi anastesi (chloroform, ether NO2
cyclopran) atau anastesia yang diberikan seperti pent*tal.
- Obat-obat dan cara-cara yang tidak mengurangi kesadaran : anasthesi spinal atau anestesi
infiltrasi.
3.      Abnormalitas pada tenaga ekspulsiTerbagi atas:
1 Inersia uteri Inersia uteri primer atau hipotonik
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih
dahulu dari pada bagian lain. Peranan fundus tetap menonjol. Keadaan umum penderita biasa
lebih baik dan rasa nyeri tidak seberapa.Inersia uteri sekunder Timbul setelah berlangsungnya
his kuat untuk waktu yang lama, sering timbul terjadi pada wanita yang tidak diberi
pengawasan yang baik tentang persalinan.
Diagnosis :Insersia uteri paling sulit pada masa laten karena konteaksi uterus yang
disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan telah dimulai
diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks yakni
pendataran dan pembukaan.Terapi : Program terapi istirahat Infus oksitosin Seksio
sesaria bila ada tanda gawat Ad.
2 Incoordinate uteri actionSifat his berubah, tonus otot uterus meningkat, juga diluar his dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasanya karena tidak ada sinkron pada bagian-
bagiannya . tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.4Ada kalanya persalinan tidak
maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan distosia servikalis. Kelainan ini bisa
primer atau sekunder. Distosia servikalis di katakan primer jika serviks tidak membuka
karena tidak mengadakan relaksasi berhubungan dengan incoordinate uterie action. Distosia
servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks misal karena ketuban yang
sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasme sirkuler setempat sehingga terjadi
penyempitan kavum uteri. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran
konstriksi.Penanganan : - Pemberian analgetika seperti morphin dan petidin- Sectio caesaria
pada distosia cervikalis sekunder
4. Abnormalitas pada panggulSering disebut CPD atau cephalopelvic disproportion
dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalau besar untuk melalui rongga pelvis.,
misalnya pada kasus hidrosephalus, atau pelvis terlalu kecil atau kelainan bentuk.
Kelainan-kelainan yang terjadi seperti hidrosefalus atau cephalopelvic disproportion
harus dapat terdeteksi selama persalinan. Dimana biasanya kala I memanjang. Dan terjadi
kelainan pada penurunan kepala, nyata dapat diperksa pada pemeriksaan vagina atau
abdomen.
Penanganan :
-. Sectio caesaria
5. Abnormalitas dalam kelainan lerak dan bentuk janina.
Pemeriksaan abdomen pada tiap kunjungan prenatal adalah penting untuk diagnosis
dini.

Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam. mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan
masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif
maupun perilaku.
Penggolongan mekanisme koping dibagi menjadi dua, yaitu :
a)      Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping adaptif yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah dengan orang lain , memecahkan masalah secara efektif , teknik
relaksasi , latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b)      Mekanisme koping mal adaptif Mekanisme koping mal adaptif menghambat fungsi
integrasi , memecah Sumber – sumber koping antara lain :
1) Kemampuan personal
2) Dukungan sosial
3) Aset Materi
4) Keyakinan Positif
Faktor yang mempengaruhi strategi koping Cara individu menangani situasi yang
mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan
fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial
dan materi.
1.      Kesehatan fisik Kesehatan fisik
merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu
dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar. Usia juga merupakan unsur dari
fisik seseorang dimana dalam rentang usia tertentu, individu mempunyai tugas perkembangan
yang berbeda sehingga mempengaruhi cara berfikir dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan situasi disekelilingnya. Struktur psikologis individu yang kompleks dan sumber
strategi koping yang berubah sesuai tingkat usianya akan menghasilkan reaksi yang berbeda
dalam menghadapi situasi yang menekan. Sehingga dapat dipastikan kalau koping individu
itu akan berbeda untuk setiap tingkat usia.
2.      Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan
akan nasib yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan
menurunkan kemampuan strategi koping.
3.      Keterampilan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. Pengalaman
menjadi faktor utama yang berkaitan dengan keterampilan pemecahan masalah. Pengalaman
berhubungan dengan lama bekerja, semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman yang
diperoleh maka akan semakin banyak kasus yang ditangani sehingga semakin mahir dan
terampil dalam penyelesaian suatu pekerjaan.
4.      Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan
cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.
5.      Dukungan Sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada
diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Materi Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan
termasuk diantaranya pendidikan. Individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan
lebih tinggi pula perkembangan kognitifnya, sehingga akan mempunyai penilaian yang lebih
realistis dan koping mereka akan lebih aktif dibandingkan mereka yang mempunyai
pendidikan rendah.
Macam – Macam Koping adalah sebagai berikut:
Koping psikologis Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung
dari dua faktor :
a)      Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat
ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
b)      Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu artinya dalam menghadapi
stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baikdan
mejadi suatu pola baru dalam kehidupan tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
Koping psikososial adalah reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres yang
diterima atau dihadapi dala menghadapi stres dan kecemasan. Dimensi koping dapat
diidentifikasi menjadi dua , yaitu:
a)      Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) mencakup bertindak secara
langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
b)      Koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) merujuk pada berbagai upaya
untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres, contohnya dengan
mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari rasa nyaman dari
orang lain
Jenis dan strategi koping
Koping jangka panjang Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan
realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama, contohnya :
a)      Berbicara dengan orang lain “curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman,
keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi.
b)      Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi.
c)      Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural.
d)      Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah.
e)      Membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi.
f)        Mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu
Koping jangka pendek Cara ini digunakan untuk mengurangi stres / ketegangan
psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam
jangka panjang, contohnya adalah:
a)      Menggunakan alkohol atau obat-obatan
b)      Melamun atau fantasi
c)      Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyanangkan
d)      Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil
e)      Banyak tidur
f)        Banyak merokok
g)      Menangis
h)      Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah

http://gustiavarsavkhyar.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai