DISUSUN OLEH :
NIM : G1C018046
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.Tujuan Praktikum
Mempelajari cara mengidentifikasi borak pada bahan makanan.
2.Waktu Praktikum
Senin, 18 Oktober 2021
3.Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Fisik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Makanan merupakan faktor penting bagi kehidupan manusia yakni
sebagai kebutuhan dasar untuk tumbuh dan bertahan hidup. Kehadiran berbagai
makanan yang mengandung formaldehida, boraks dan zat pangan berbahaya
lainya dapat membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu diperlukaan
adanya upaya dan bahan-bahan untuk mengidentifikasi keberadaan zat
berbahaya tersebut. Identifikasi ini dilakukan secara spesifik untuk menentukan
ada tidaknya suatau zat adiktif berbahaya tertentu pada suatu sampel makanan
yang sering dikonumsi. Salah satu uji spesifik yang bisa dilakukan adalah
identifikasi formalin dan boraks (Rochyani, 2018)
Boraks merupakan senyawa kimia yang berbahaya apabila digunakan
sebagai bahan adiktif pangan. Boraks memiliki nama kimia natrium tetraborat
(NaB4O7.10H2O), memiliki berntuk berupa kristal putih yang apabila
dilarutkan didalam air akan menghasilkan natrium hidroksida dan asam borat
(H3BO3). Boraks atau asam borat biasanya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan deterjen, bersifat antiseptik dan mampu mengurangi kesadahan air.
bahan kimia bebahaya ini banyak disalah gunakan dalam berbagai industri
bahan makanan walaupun secara jelas sudah dilarang penggunaanya dalam
undang-undang (Cahyadi, 2008:40).
Boraks yang merupakan nama dagang dari garam sodium tetraborat
dehidrat (NaB4O7.10H2O) memiliki bentuk kristal putih yang apabila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan natrium hidroksida dan asam borat.
Keberadaan boraks dalam suatu sampel makanan dapat dideteksi dengan
menggunakan kertas kurkumin. Hasil positif dari uji kurkumin adalah adanya
bercak noda merah kecoklatan pada kertas. Hal ini terjadi akibat dari boraks
yang bersifat basa akan bereaksi dengan larutan alkali (salah sataunya adalah
kurkumin yang dilarutkan dalam alkohol) membentuk senyawa berwarna
merah (Tiku, dkk, 2019).
Pada uji kualitatif boraks menggunakan kertas kurkumin, sebanyak 1 mL
supernatan diambil dari masing-masing sampel yang telah digerus dalam
cawan porselin sampai halus dan dilarutkan dengan aquades. Kemudain pada
larutan sampel yang telah diambil ditambahkan 1 mL asam sulfat (H2SO4).
Cawan tersebut kemudian dipanaskan didalam penangas air sampai kering dan
dilajutkan dengan pemanasan didalam oven selama 5 menit pada suhu 100
500C. Cawan yang telah dioven kemudian didinginkan dan diamati perubahan
yang terjadi (Kresnadipayana dan lestari, 2017).
Selain uji kertas kurkumin, identifikasi boraks secara kualitatif juga
dapat menggunakan metode uji nyala. Pada uji ini, sampel yang mengandung
boraks akan diuji nyala api menggunakan asam sulfat (H2SO4 95%) dan
metanol (CH3OH). Prinsip uji nyala adalah akan terbentuk senyawa trimetil
borat yang memiliki sifat fisika titik didih rendah dan mudah terbakar akibat
reaksi asam borat dan metanol dengan bantuan asam sulfat sebagai katalisator.
Senyawa trimetil borat inilah yang akan menghasilkan warna hijau florens
akibat pemanasan atom boron (Hardiana, dkk, 2018).
D. SKEMA KERJA
1. Perlakuan terhadap Standar (Boraks)
5 gram boraks
Ditimbang
Dimasukkan dalam cawan porselin
Boraks
Campuran
Dibakar (dalam cawan porselin)
Sampel (arang)
Sampel makanan
+ 5 mL larutan campuran
Martabak manis
Mie basah
F. ANALISIS DATA
Persamaan Reaksi:
Na2B4O7 + H2SO4(aq) + 5H2O(l) 4H3BO3 + 2 Na+(aq) + SO42-
H3BO3(g) + 3CH3OH(aq) B(OCH3)3 + 3H2O(l)
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dilakukan identifikasi kandungan boraks
pada sampel makanan yang ada sekitar kampus. Boraks mrupakan nama
dagang untuk sodium tetraborat dehidrat (Na2B4O7. 10H2O) yang selama ini
sering disalah gunakan oleh oknum pedagang untuk mengawetkan dagangan
mereka. Dalam uji boraks ini dilakukan 2 metode uji yakni uji nyala dan uji kit
untuk sampel makanan (mei basah, bakso, kerupuk, dan martabak manis).
Pada percobaan petama dilakukan uji boraks dengan metode uji nyala api,
yakni membakar sampel makanan dengan metanol dan bantuan asam sulfat.
Sebagai pembanding, terlebih dahulu disiapkan 5 gram standar boraks yang
ditetesi 10 tetes H2SO4 pekat dan ditambahkan 2 ml metanol kemudian dibakar
dan diamati nyala api yang terbentuk yakni hijau. Warna api standar boraks
(hijau) menjadi pembanding positif terhadap sampel (mie basah, bakso,
kerupuk, dan martabak manis). Pada perlakuan ini, penambahan asam sulfat
dimaksudkan sebagai katalisator (menggeser arah kesetimbangan reaksi kearah
kanan) dalam pembentukan senyawa trimetil borat yang dihasilkan dari reaksi
asam borat dengan metanol. Senyawa trimetil borat inilah yang apabila dibakar
akan menghasilkan nyala api hijau. Perlakuan yang sama dilakukan untuk
masing-masing sampel yang terlebih dahulu dioven sampai terbentuk arang.
Pembentukan arang ini dimaksudkan untuk membebaskan boraks dari sampel
makanan (ekstraksi boraks). Pada uji nyala ini, sampel (mie basah, bakso,
krupuk dan martabak manis) negatif boraks, ditandai dengan nyala api
berwarna merah/ orange yang artinya tidak ada senyawa trimetil borat yang
terbentuk.
Identifikasi boraks selanjutnya adalah menggunakan metode uji kit. Metode
ini menggunakan reagen bersensitifitas tinggi. Pada prinsipnya zat makanan
yang mengandung boraks akan menimbulkan perubahan warna pada kertas kit
akibat adanya senyawa resosianin dari reaksi boron dengan kurkumin. Pada uji
ini, sampel yang telah digerus kemudian dilarutkan dengan air hangat.
Penggunaan air hangat bertujuan untuk memastikan semua sampel larut
sempurna. Hasil percobaan uji kit boraks menunjukkan semua sampel yang
digunakan negatif boraks (tidak terjadi perubahan warna pada kertas kit).
H. KESIMPULAN
Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa: uji boraks dapat dilakukan dengan metode uji nyala dan tes kit, serta
sampel mie basah, bakso, krupuk, dan martabak manis yang didapatkan di area
sekitar kampus negatif boraks.
DAFTAR PUSTAKA