Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aisyah Rohadatul Meisi

Kelas : E2

NPM : 1821120109

Tugas : Mengidentifikasi Frase Nominal pada Wacana

Menyongsong Era Masyarakat Digital, Ini yang Harus Disiapkan Para Pelajar

Penulis Anissa Dea Widiarini | Editor Sri Noviyanti KUDUS, 16/03/2020, 21:00 WIB

KOMPAS.com – Era digitaliasai yang terjadi saat ini, disadari atau tidak, telah membawa
masyarakat menuju era masyarakat digital. Teknologi komunikasi yang terus berkembang
perlahan mengubah kehidupan sosial masyarakat serta cara manusia berelasi dengan manusia
lain. Jika dulu relasi di bangun secara langsung dengan bertemu dan bertatap muka, kini relasi
juga bisa dibangun melalui dunia maya. Artinya, tanpa perlu bertatap muka, seseroang sudah
bisa mengobrol dan mendapatkan teman baru. Begitu juga dengan cara bekerja. Di masa
mendatang, untuk bekerja antar anggota tim tidak perlu selalu bertemu dan bertatap muka.
Setiap orang dapat bekerja di mana saja (remote), namun tetap saling terhubung. VP Marketing
Management IndiHome Aulia Marinto mengungkapkan, semua pekerja di masa depan akan
menghadapi tantangan di era masyarakat digital. Oleh karena itu, sebaiknya setiap orang sudah
mulai mempersiapkan diri sejak dini. Termasuk para pelajar, baik siswa Sekolah Menengah
Atas ( SMK) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang nantinya juga akan terjun
langsung ke dunia kerja. Pentingnya sikap profesional Menurut Aulia, hal pertama yang perlu
dimiliki seorang pekerja masa depan adalah attitude atau sikap profesional agar bisa mendapat
kepercayaan dari orang lain. “Bagi saya, memiliki attitude yang baik itu lebih penting daripada
aptitude atau bakat. Apalagi di era saat ini, di mana bekerja tidak harus saling tatap muka,”
terang Aulia saat mengisi Kelas Inspiratif di acara Marfest 2020, di SMK Raden Umar Said
Kudus, Jawa Tengah, Kamis (12/3/2020). Aulia menjelaskan, meskipun tidak bertemu langsung
dengan atasan atau klien, seseorang harus tetap bekerja secara profesional. Misalnya, berusaha
menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan timeline. “Walaupun punya passion dan
kreativitas tinggi, tapi attitude-nya nol. Orang tidak ada yang mau pakai atau mempekerjakan
Anda,”imbuhnya.

Perluas pergaulan Memiliki jaringan yang luas merupakan suatu keharusan di masa mendatang.
Dengan memiliki jaringan yang luas, kesempatan pun akan terbuka lebar. “Dunia ini sangat luas.
Kita harus bergaul dengan banyak orang yang berhubungan dengan profesi yang kita tekuni.
Jangan membatasi pergaulan,” terang dia. Contohnya, lanjut Aulia, seorang animator memiliki
ide yang bagus untuk dikembangkan menjadi sebuah film animasi. Namun, ide itu sulit terwujud
karena kemampuanya hanya terbatas pada membuat animasi. Pasalnya, untuk membuat sebuah
film utuh, tak hanya mengandalkan animasi. Namun, dibutuhkan juga skrip, desain visual,
hingga musik. “Kalau animator itu punya relasi atau kenal dengan orang di bidang-bidang
tersebut, maka filmnya bisa diwujudkan,” ucap Aulia. Asah kemampuan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi merupakan bekal yang sangat penting untuk para pelajar, apapun
profesinya. Sebab, tanpa kemampuan komunikasi yang baik, mereka akan sulit untuk
mengutarakan ide yang dimiliki ketika terjun di dunia kerja nanti. Menurut CEO Sepikul
Institute Tommy Tjokro, untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik memang tidak
mudah. Akan tetapi, kemampuan tersebut bisa dilatih. Tommy mengatakan, hal itulah yang
menjadi pekerjaan rumah bagi sekolah dan guru. Menurutnya, mereka harus bisa menciptakan
suasana belajar yang menarik dan mampu melatih komunkasi para siswa. Misalnya, memberikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan komunikasi dan membuat siswa saling berinteraksi,
seperti presentasi atau diskusi. “Di situlah waktunya mereka bisa berlatih berkomunikasi dan
menjual ide mereka dengan baik. Di mana mereka punya strategi yang bisa mengundang orang
untuk setuju dengan ide mereka,” papar Tommy kepada Kompas.com usai mengisi kelas public
speaking di Marfest 2020.

Peran sekolah dan guru seperti itulah yang juga sedang digagas oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nadeim Makarim lewat konsep Merdeka Belajar. Mengutip Kompas.com, Kamis
(27/2/2020), melalui konsep tersebut diharapkan pembelajaran mampu mendorong siswa belajar
dengan antusias dan menyenangkan. Untuk itu, guru dan sekolah dituntut untuk bisa menjadi
“motor penggerak”, yang mampu menghadirkan pembelajaran inovatif ke dalam kelas,
sehingga metode belajar tidak melulu mencatat dan menghafal. Baca juga: Es Krim Tanpa
Kulkas, Gambaran Guru Penggerak di Kelas Merdeka Belajar Guna mendukung hal tersebut,
Djarum Foundation bersama SMK Raden Umar Said Kudus menggelar Maret Festival (Marfest)
2020, sebuah ajang multi-event yang menyuarakan semangat merdeka belajar untuk dunia
pendidikan Indonesia. Untuk diketahui, SMK Raden Umar Said Kudus merupakan 1 dari 16
SMK binaan Djarum Foundation. Acara yang diselenggarakan pada 12 – 14 Maret 2020 itu
menghadirkan Kelas-kelas Inspiratif yang diisi oleh 12 tokoh lintas ilmu dan profesi. Selain itu,
ada juga pameran karya, pertunjukan musik, serta pergaan busana. Program Associate Djarum
Foundation, Galuh Paskamagma mengatakan, acara itu diselenggarakan untuk menumbuhkan
semangat belajar anak-anak. “Mereka bebas memilih Kelas Inspiratif apa yang ingin mereka
ikuti sesuai minat dan ketertarikannya. Hal ini selaras dengan konsep Merdeka Belajar yang
sudah diterapkan di SMK Raden Umar Said Kudus. Dimana siswa bebas menentukan kurikulum
belajar, sesuai dengan minatnya. Melalui Kelas Inspiratif, mereka juga tidak hanya mendapatkan
teori tapi juga praktik langsung,” ucap Galuh. Sebagai informasi, selain Aulia Marinto dan
Tommy Tjokro, para tokoh pengisi Kelas Inspiratif lainnya, yakni Naya Anindita (sutradara),
Butet Kartaredjasa (pekerja seni), Bene Dion (penulis naskah), Daryl Wilson (CEO Kumata
Studio). Ada pula Chandra Endeoputro (CEO Temotion-Tempo Animation), Aghi Narottama
(komposer musik film), Mice Cartoon (komikus), Mia Utari (pemilik Amithya.mia), Mahesa
Desaga (sutradara), dan Eka Adrianie (pendiri dots Indonesia).
IDENTIFIKASI FRASE NOMINAL

1. Frase Nominal Koordinatif (FNK)


a. Dua buah kata yang berkategori nomina yang merupakan pasangan dari antonim
relasional. Contoh : Guru murid,
b. Dua buah kata yang berkategori nomina yang merupakan anggota dari suatu
medan makna. Contoh : Sekolah guru,

Anda mungkin juga menyukai