Pendahuluan
Skenario 1
Anak berbahasa aneh
Anak perempuan 2 tahun 9 bulan dibawa ibunya ke puskesmas karena
belum dapat berbicara. Anak bisa bersuara tapi bukan kata yang bermakna.
Apabila dipanggil tidak respon. Pemeriksaan Denver diperoleh pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan umurnya perkembangan motorik halus dan motorik
kasar serta perkembangan sosial emosional sesuai untuk anak seumurnya. Anak
pernah terkena infeksi telinga pada usia 1 tahun. Dokter mencurigai ada gangguan
dalam perkembangan bicara dan berbahasa. Dokter merujuk klinik tumbuh
kembang dirumah sakit.
1.1 STEP I
Terminology
1
Keywords
1.2 STEP II
Identify problems
Brainstorming
2
1.4 STEP IV
Spiderweb
1.5 STEP V
Learning objective
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
Definisi pertumbuhan dan perkembangan anak
Jenis-jenis perkembangan anak
Tahap-tahap perkembangan anak
Faktor penyebab gangguan perkembangan anak
Gangguan perkembangan anak
Tanda bahaya gangguan perkembangan anak
Cara deteksi dini gangguan perkembangan anak
Pemeriksaan perkembangan anak
3
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi
2.1.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian
dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.1
2.1.2 Perkembangan
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit
daripada pengukuran pertumbuhan.1
4
2.2.3 Perkembangan bicara dan bahasa
Perkembangan bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. Kemampuan
berkomunikasi pada manusia mempunyai fungsi tertinggi, dibandingkan dengan
hewan. Komunikasi tidak hanya berbicara, tetapi juga perilaku nonverbal seperti
mimik wajah dan sikap tubuh. Pendengaran dan komunikasi sering terkait selain
itu, diperlukan fungsi intelektual yang lebih tinggi untuk mengerti berbicara
komunikasi sejak lahir.1
5
2.3 Tahap-tahap Perkembangan Anak1
Milestone perkembangan kognitif
6
Milestone perkembangan motorik
Motorik kasar
Umur Tahap Perkembangan
24-36 bulan • Jalan menaiki tangga sendiri
• Dapat bermain dan menedang
bola kecil
Motorik halus
Umur TahapPerkembangan
24-36 bulan • Mencoret-coretpensilpadakertas
7
• Mampu bermain pura-pura
• Mulai membentuk hubungan sosial dan bermain bersama
sama dengan anak lain
• Menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
ditambahkan gerakan isyarat
8
“mengapa”
9
namanya dipanggil
10
2.4 Faktor Penyebab Gangguan pada Anak
2.4.1 Faktor internal1
1. Perbedaan ras/etnik atau bangsa
Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak mungkin ia
memiliki faktor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap
bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai
yang lebih panjang dari pada ras orang Mongol.
2. Keluarga
3. Umur
4. Jenis kelamin
Wanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada masa pubertas
wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah
melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.
5. Kelainan genetik
6. Kelainan kromosom
11
2.4.2 Faktor eksternal1
- Faktor Pranatal :
1. Gizi
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club
foot.
3. Toksin/zat kimia
4. Endokrin
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
6. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS (Penyakit Menular Seksual) serta
penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak,
bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
7. Kelainan imunologi
Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan
12
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
kernicterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio
9. Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah, kekerasan mental pada ibu
hamil dan lain-lain.
Faktor Persalinan :
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
Pasca natal :
1. gizi
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai
dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanya atau sang anak selalu merasa tertekan akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
13
5. Endokrin:
6. Sosio-ekonomi
7. Lingkungan pengasuhan
8. Stimulasi
9. Obat-obatan
14
2.5 Gangguan perkembangan anak
2.5.1 ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)
A. Definisi
B. Etiologi
15
aktivitas motorik. Faktor-faktor genetik telah juga dirumuskan sebagai
penyumbang utama pada perkembangan GHDP, Meskipun banyak
sekali pengamatan mengenai sebab-sebab GHDP, penyebabnya masih
kurang dimengerti.2
C. Manifestasi Klinis
Diperoleh gambaran perilaku bermasalah pada situasi-situasi
dan lingkungan spesifik. Riwayat agresi dan ketakutan, kurangnya
hubungan dengan teman sebaya,kesulitan akademik, masalah-masalah
perilaku di sekolah,dan reaksi pada wewenang yang membatasi
luasnya masalah dan memberikan informasi yang berguna tentang
adanya gangguan tingkah laku, gangguan kecemasan, dan kemunduran
belajar yang terjadi secara bersamaan. Riwayat ini harus mencakup
kejadian-kejadian kelahiran dan persalinan, gambaran watak anak,
contoh-contoh reaksi pemisahan awal dan kecemasan karena
perpisahan, gambaran perilaku anak antara18 dan 30 bulan ketika anak
secara psikologis berpisah dari pengasuh primernya, serta tingkat
aktivitas anak antara usia 2 dan 5 tahun. Beberapa anak juga
digambarkan berwatak sukar, dan overaktif sejak umur amat
muda,dengan kelainan tidur dan makan. Banyak orang tua yang
melaporkan watak pemarah berlebihan dan selalu membantah
(oposisionalisme) selama tahun-tahun prasekolah, memberikesan
gangguan tingkah laku. Identifikasi awal beberapa anak dengan
masalah ini biasanya terjadi ketika mereka masuk taman kanak-kanak
atau sekolah dasar. Mereka dilaporkan sering tidak dapat
dikendalikan,tidak mau "duduk manis", mengganggu tempat dan
kegiatan anak-anak lain, riuh dan masa bodoh, dan tidak
mengindahkan instruksi. Mereka sering memancing kemarahan anak-
anak lain dan jarang mau belajar dari kesalahannya.2
16
D. Kriteria Diagnosis
17
Hiperaktivitas dan impulsivitas bila didapatkan enam atau lebih
gejala hiperaktivitas-impulsivitas untuk anak-anak sampai usia 16
tahun, atau lima atau lebih untuk dewasa usia 17 tahun atau lebih
gejala hiperaktivitas-impulsivitas ditemukan sekurang-kurangnya 6
bulan dan mereka memiliki perkembangan mental yang kurang,
antara lain:
Sering merasa gelisah dengan mengetuk kaki atau tangan atau
menggeliat di kursi
Sering meninggalkan kursi pada situasi yang mengharuskan duduk
Sering berlari kesana kemari di situasi yang tidak tepat (pada
dewasa atau remaja dapat dikatakan tidak mudah merasa lelah)
Sering tidak dapat bermain atau mengambil posisi tenang atau
diam pada waktu luang
Seringkali beraktivitas seperti sedang mengendarai motor
Sering berbicara berlebihan
Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai diajukan
Sering memiliki kesulitan dalam menunggu gilirannya
Sering memotong atau memaksakan pada orang lain (misalnya
pada percakapan atau pada permainan)
18
E. Penatalaksanaan
Penanganan Tingkah Laku
- Penguatan yang positif, dengan menggunakan pujian
atau penghargaan yang nyata, misalnya hadiah
- Strategi penghukuman, misalnya dikeluarkan atau
isolasi sosial, teguran dengan kata-kata, isyarat
nonverbal
- Teknik pemusnahan, misalnya pengabaian sistemik
tingkah laku yang tidak diinginkan.
Pendidikan Khusus
- Program pendidikan sebaiknya dirancang untuk
menciptakan kesempatan bagi anak tersebut sehingga
mengalami keberhasilan dan meningkatkan harga diri.
Pengobatan dengan Obat
- Pengobatan yang simultan memiliki efek
menguntungkan pada tingkah laku 60-80% anak yang
menderita ADHD. Obat-obatan simultan yang paling
sering digunakan untuk pengobatan ADHD. Walaupun
mekanisme kerja yang secara tepat masih belum
diketahui, obat-obat ini memengaruhi fungsi
neurotransmiter SSP multipel. Semua ini meningkatkan
pelepasan serta penghambatan ambilan ulang dopamin
dan norepinefrin dari neuro di SSP.2
19
2.5.2 ASD (Autism Spectrum Disorder)
A. Definisi
Autism spectrum disorder (ASD) adalah kondisi perkembangan
yang kompleks yang meliputi gangguan persisten dalam interaksi
sosial, bicara dan komunikasi nonverbal, dan adanya perilaku terbatas
atau berulang. Efek ASD dan tingkat keparahan gejala berbeda pada
setiap orang.
ASD biasanya pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak
dengan banyak tanda-tanda yang paling jelas muncul pada usia 2-3
tahun, tetapi beberapa anak dengan autisme berkembang secara normal
sampai usia balita. Menurut CDC (Centers Disease Control and
Prevention), satu dari 59 anak diperkirakan menderita autisme.
Gangguan spektrum autisme juga tiga sampai empat kali lebih sering
pada anak laki-laki daripada perempuan, dan banyak anak perempuan
dengan ASD menunjukkan tanda-tanda yang kurang jelas
dibandingkan dengan anak laki-laki. Autisme adalah kondisi seumur
20
hidup. Namun, banyak anak yang didiagnosis dengan ASD terus hidup
mandiri, produktif, dan memenuhi kehidupan. Informasi di sini
berfokus terutama pada anak-anak dan remaja.6
B. Etiologi
Etiologi Meskipun penelitian telah diupayakan dengan sungguh-
sungguh selama lebih dari 50 tahun, penyebab AD dan PDDs lainnya
masih tetap tidak diketahui. Fokus awal diarahkan pada kemungkinan
gaya pengasuhan orang tua atau faktor yang dialami pada usia dini
mungkin memainkan peranan yang banyak membuka jalan bagi
penelitian faktor biologis. Beberapa keluarga, meskipun tampaknya
memiliki pola yang jelas adanya AD yang diturunkan. Kembar
monozigotik memiliki faktor keturunan AD yang tinggi. dan saudara
kandung lainnya juga memiliki sedikit peningkatan risiko. Lebih
lanjut, AD mempunyai hubungan dengan faktor yang meningkatkan
risiko sebagai berikut:
a) komplikasi persalinan pre- dan perinatal;
b) infeksi prenatal dengan virus tertentu, khususnya rubela dan
sitomegalovirus; dan
c) abnormalitas pada computed tomography atau pencitraan resonansi
magnetik.
Namun, tidak ada defek spesifik pada struktur otak yang berhasil
diidentifikasi secara konsisten, atau pada autopsi, diidentifikasi suatu
pola konsisten yang sesuai dengan studi neuropatologik. Suatu
keseragaman yang berhasil ditemukan adalah bahwa pada sepertiga
individu yang menderita AD memiliki konsentrasi serotonin yang
relatif tinggi di dalam trombosit mereka; kadar serotonin yan tinggi di
dalam trombosit muncul dengan proporsi serupa pada individu dengan
retardasi mental yang tidak menderita AD. Pada semua grup yang
disebutkan, tidak ada hipotesis yang menghubungkan temuan dengan
21
gangguan, tetapi retardasi mental bukan merupakan faktor yang
umum.2
C. Manifestasi Klinis
1) Penurunan kualitatif interaksi social
2) Gangguan kualitatif dalam komunikasi
3) Pola perilaku, minat, aktivitas yang berulang-ulang, stereotipik,
kesulitan bermain secara imajinatif.2
D. Kriteria Dignosis
DSM-5 sekarang menjadi referensi standar yang digunakan
penyedia layanan kesehatan untuk mendiagnosis kondisi mental
dan perilaku, termasuk autisme.Dengan izin khusus dari American
Psychiatric Association, Anda dapat membaca teks lengkap dari
kriteria diagnostik baru untuk gangguan spektrum autisme dan
diagnosis terkait gangguan komunikasi sosial di bawah ini.6
Kriteria Diagnostik
22
menggunakan gerakan; untuk kurangnya ekspresi wajah dan
komunikasi nonverbal.
3) Defisit dalam mengembangkan, memelihara, dan memahami
hubungan, mulai, misalnya, dari kesulitan menyesuaikan
perilaku agar sesuai dengan berbagai konteks sosial; kesulitan
dalam berbagi permainan imajinatif atau dalam berteman; tidak
adanya minat pada teman sebaya.6
b) Pola perilaku, minat, atau kegiatan yang berulang dan terbatas,
sebagaimana diwujudkan oleh setidaknya dua dari yang berikut,
saat ini atau oleh sejarah (contohnya adalah ilustrasi, tidak lengkap;
lihat teks):
1) Gerakan motorik stereotip atau berulang, penggunaan benda,
atau ucapan (mis. Stereotip motorik sederhana, antrean mainan
atau membalik benda, echolalia, frasa istimewa).
2) Desakan pada kesamaan, kepatuhan yang tidak fleksibel
terhadap rutinitas, atau pola ritual atau perilaku nonverbal
verbal (misalnya, tekanan ekstrim pada perubahan kecil,
kesulitan dengan transisi, pola berpikir kaku, ritual ucapan,
perlu menempuh rute yang sama atau makan makanan setiap
hari).
3) Minat yang sangat terbatas, terpaku pada intensitas atau fokus
yang tidak normal (mis., Keterikatan yang kuat atau keasyikan
dengan benda-benda yang tidak biasa, minat yang terlalu
terbatas atau minat gigih).
4) Hiper atau hiporeaktif terhadap input sensorik atau minat yang
tidak biasa dalam aspek sensorik lingkungan (misalnya,
ketidakpedulian terhadap rasa sakit / suhu, respon negatif
terhadap suara atau tekstur tertentu, berbau atau menyentuh
objek, daya tarik visual dengan cahaya atau gerakan).6
c) Gejala harus ada pada periode perkembangan awal (tetapi mungkin
tidak menjadi nyata sepenuhnya sampai tuntutan sosial melebihi
23
kapasitas terbatas atau dapat ditutupi oleh strategi yang dipelajari
di kemudian hari).
d) Gejala menyebabkan gangguan signifikan secara klinis dalam
bidang sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya yang berfungsi
saat ini.
e) Gangguan ini tidak lebih baik dijelaskan oleh kecacatan intelektual
(gangguan perkembangan intelektual) atau keterlambatan
perkembangan global.Kecacatan intelektual dan gangguan
spektrum autisme sering terjadi bersamaan;untuk membuat
diagnosis komorbiditas gangguan spektrum autisme dan kecacatan
intelektual, komunikasi sosial harus di bawah yang diharapkan
untuk tingkat perkembangan umum.6
E. Penatalaksanaan
1) Memaksimalkan kemampuan fungsional kemandirian
2) Mencapai kualitas hidup yang maksimal
3) Meminimalkan gejala
4) Memfasilitasi proses belajar dan pembelajaran
5) Sosialisasi
6) Mengurangi perilaku maladaptif
7) Edukasi dan dukungan keluarga.2
A. Definisi
Intellectual Disability adalah keterbatasan kemampuan yang
diakibatkan oleh gangguan yang bermakna dalam intelegensi terukur
dan penyesuaian diri (adaptif).5
B. Etiologi
a) Gangguan spesifik perkembangan SSP dilengkapi dengan
sekelompok factor heterogen, termasuk kelainan kromosom,
24
kelainan structural dan metabolic pada otak, serta penyebab
SSP yang dilakukan dari infeksi, toksin, malnutrisi, anoksia,
atau trauma.
b) Pengalaman lingkungan yang tidak diinginkan berkaitan
dengan gangguan fungsi intelektual, termasuk kekacauan di
keluarga, psikopatologi orang tua, penyalahgunaan obat pada
orang tua, dan disfungsi berat interaksi mengenai pathogenesis
gangguan perkembangan.5
C. Manifestasi Klinis
Sebagian besar anak yang akhirnya didiagnosis sebagai retardasi
mental terliat normal dan diketahui ketika mereka gagal mencapai
harapan perkembangan yang sesuai usia. Anak yang mengalami
gangguan yang paling berat paling mungkin diidentifikasi pada awal
tahun pertama kehidupan, ketika keterlambatan memperoleh
keterampilan sensorimotorik. Pada sisi lain, kecacatan derajat sedang
sering menjadi tidak terlihat hingga timbul stadium perkembangan
praoperasional Piagetian pada tahun kedua, pada saat manifestasi
tingkah laku pemikiran simbolik (yaitu, permainan dan Bahasa
representasional) diharapkan muncul. Sebaliknya, anak yang
mengalami gangguan ringan umumnya diketahui hanya setelah mereka
masuk sekolah, saat memperlihatkan kesulitan dengan tugas akademik
yang memerlukan pemikiran yang lebih abstrak.5
D. Kriteria Diagnosis
Intelectual Disability ialah kelainan dengan onset selama periode
perkembangan yang mencakup penurunan fungsi intelektual dan
adaptif, dalam konsepsual sosial dan bidang praktik. Tiga kriteria
berikut ini harus ditemukan pada Intelectual Disability:
a) Penurunan dalam fungsi intelektual seperti memberi alasan,
memecahkan masalah, merencanakan, berpikir abstrak,
berpendapat, akademik, pembelajaran, dan belajar dari
25
pengalaman, dan dikonfirmasi oleh penilaian klinis dan
individual serta tes lQ
b) Penurunan fungsi adaptif yang mengakibatkan kegagalan
untuk memenuhi standar sosial-budaya, kemandirian
individu, dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan,
batas penurunan fungsi adaptif dalam satu atau lebih
aktivitas sehari-hari seperti komunikasi, keterlibatan sosial,
kemandirian, diberbagai lingkungan seperti rumah, sekolah
dan komunitas.
c) Onset penurunan intelektual dan adaptif selama periode
perkembangan Note : Istilah diagnostik intelektual
disability sesuai dengan istilah untuk ICD-11 pada
diagnosis Intelectual Developmental Disorder. Meskipun
istilah intellectual disability sering digunakan, kedua istilah
tersebut digunakan dalam judul untuk kejelasan hubungan
dengan sistem klasifikasi. Bahkan, undang-undang federal
di United States mengganti istilah retardasi mental dengan
intelektual disability, dan penelitian jurnal menggunakan
istilah intelektual disability. Dengan demikian, intelektual
disability adalah isitilah umum yang digunakan di medical,
edukasi, dan profesi lainnya oleh orang awam dan
kelompok advokasi.4
E. Penatalaksanaan
Semua anak harus memiliki sumber perawatan primer yang teratur
untuk memberikan imunisasi rutin, pemantauan kesehatan dan
pertumbuhan, serta perawatan untuk penyakit ringan. Pelayanan medis
subspesialis diindikasikan secara selektif bagi anak yang memiliki
kondisi spesifik yang terjadi dengan frekuensi lebih besar diantar
individu yang mengalami kecacatan perkembangan, misalnya
gangguan kejang, masalah ortopedik, dan deficit penglihatan dan
26
pendengaran. Konseling genetic juga harus dilakukan kapan pun saat
dipertimbangkan terdapat gangguan yang diwariskan.5
A. Definisi
27
a. Kongenital Terlambat/gangguan bicara yang permanen
b. Didapat Terlambat/gangguan bicara yang permanen
4. Perkembangan lambat
a. Perkembangan Terlambat bicara
lambat Terlambat bicara
b. Perkembangan
lambat, tapi masih Pasti terlambat bicara
dalam batas rata-
rata
c. Retardasi mental
5. Cacat bawaan
a. Palatoschizis Terlambat dan terganggu kemampuan
b. Sindrom down bicaranya
kemampuan bicaranya lebih rendah
6. Kerusakan otak
Mempengaruhi kemampuan menghisap,
a. Kerusakan menelan, mengunyah dan akhirnya timbul
neuromuscular gangguan bicara dan artikulasi seperti
disartria
Mempengaruhi kemampuan menghisap,
b. Sensorimotor menelan, mengunyah dan akhirnya timbul
gangguan bicara dan artikulasi seperti
dispraksia
c. Palsi serebralis Berpengaruh pada pernafasan, makan dan
timbul juga masalah artikulasi yang dapat
d. Masalah persepsi mengakibatkan disartria dan dispraksia
Kesulitan membedakan suara, mengerti
bahasa, simbolisasi, mengenal konsep,
akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di
sekolah
C. Kriteria Diagnosis
28
1. Kriteria diagnosis gangguan berbahasa
a) Kesulitan yang menetap untuk memperoleh dan
menggunakan bahasa pada berbagai modalitas
(misalnya secara wicara, tertulis, bahasa isyarat, atau
lainnya) karena adanya kekurangan dalam pemahaman
atau produksi yang meliputi sebagai berikut:
a. Berkurangnya kosakata (pengetahuan dan
penggunaan kata)
b. Struktur kalimat yang terbatas (kemampuan
untuk menyusun kata dan akhiran kata secara
bersama-sama untuk membentuk kalimat
berdasarkan aturan tata bahasa dan morfologi)
c. Gangguan pada bercerita (kemampuan untuk
menggunakan kosakata dan menghubungkan
kalimat untuk menjelaskan atau
menggambarkan suatu topik atau serangkaian
kejadian atau untuk melakukan percakapan)
b) Kemampuan berbahasa secara bermakna dan terukur
berada di bawah yang diharapkan untuk usia yang
sesuai, menyebabkan keterbatasan fungsional pada
komunikasi efektif, partisipasi social, pencapaian
akademik, atau performa dalam pekerjaan, secara
individual atau dalam kombinasi.
c) Awitan gejala adalah pada periode perkembangan awal
d) Kesulitan ini tidak disebabkan oleh gangguan
pendengaran atau gangguan sensoris lainnya, disfungsi
motorik, atau kondisi medis atau neurologis lainnya dan
tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh hendaya
intelektual 6 (gangguan perkembangan intelektual) atau
penundaan perkembangan global.4
29
a) Kesulitkan menetap pada prodksi bahasa yang
mengganggu intelegensi bahasa atau pencegahan
penyampaian komuniskasi verbal.
b) Gangguan fisebabkan keterbatasan pada komunikasi
efektif dengan gangguan partisipasi social, pencapaian
akademik, atau tampilan pekerjaan, individual atau
dalam beberapa kombinasi.
c) Awitan gejala pada awal perkembangan
d) Kesulitan tidak dianggap disebabkan oleh factor
kongenital atau kondisi yang terkait, seperti cerebal
palsy, sumbing, tuli, atau gangguan pendengaran,
trauma otak, atau kondisi medis atau neurologis
lainnya.
3. Kriteria diagnosis gangguan kelancaran bahasa
a) Gangguan pada kelancaran yang normal dan pola
bahasa yang tidak sesuai dengan umur individu dan
kemampuan bahasa, menetap dari waktu kewaktu, dan
di tandai oleh frekuansi dan tanda yang terjadi satu atau
lebih dari berikut :
a. Pengulangan suara atau suku kata
b. Suara pemanjangan konsonan ataupun huruf vocal
c. Kelainan kata seperti kata-kata yang tertunda
d. Terhambatnya pendengaran atau diam (terpenuhi
atau tidak terpenuhinya penundaan bahasa)
e. Bicara berbelit-belit (peng8antian bahasa hingga
menghindari masalah bahasa)
f. Produksi bahasa yang berlebihan disertai tegangan
fisik
g. Satu suku kata diulangi pada seluruh kata (misalnya,
a-a-a-a-ku melihat dia).4
b) Gangguan disebabkan kecemasan mengenai berbicara
atau keterbatasan pada komunikasi efektif, partisipasi
30
social, akademik atau performa pekerjaan, individual
atau pada kombinasi lainnya
c) Awitan gejala terjadi pada periode awal perkembangan
d) Gangguan tidak dapat dianggap disebabkan oleh
motoric-berbicara atau deficit sensori, ketidak lancaran
yang berhubungan dengan kelainan neurologi
(misalnya, stroke, tumor, trauma), atau kondisi medis
lainnya dan tidak lebih baik di jelaskan oleh gangguan
mental.
4. Kriteria diagnosis gangguan komunikasi social (pragmatic)
a) Kesulitan menetap pada penggunaan komunikasi bahasa
verbal pada social dengan manifestasi dibawah ini
a. Kekurangan dalam penggunaan bahasa untuk tujuan
social, seperti sapaan dan membagi informasi, dalam
hal yang berkaitan dengan konteks social
b. Terganggunya kemampuan untuk merubah komunikasi
menjadi konteks yang sesuai atau yang dibutuhkan
pendengar, seperti berbicara berbeda pada kelas dengan
ranah bermain, berbicara, sesuai pada anak-anak dengan
orang dewasa, pencegahan penggunaan bahasa formal
secara keseluruhan.
c. Kesulitan mengikuti peraturan percakapan dan
menceritakan sesuatu seperti membalikkan percakapan,
mengulangi kata- kata ketika tidak dimengerti, dan
mengetahui bagaimana penggunaan sinyal verbal dan
non verbal hingga interaksi yang regular.
d. Kesulitan memahami pada pernyataan yang eksplisit
(misalnya, membuat intervensi) dan non literal atau arti
bahasa yang ambigu (mislanya, idiom, humor,
metafora, arti ganda yang tergantung pada koteks
interpretasi)
31
b) Deficit sebagai hasil keterbatasan fungsi pada komunikasi
efektif, social partisipasi, hubungan social, pencapaian
akademik, atau peforma pekerjaan atau kombinasi lainnya
c) Awitan gejala terjadi pada periode perkembangan awal
(tetapi deficit tidak menjadi manifestasi seutuhnya hingga
permintaan komunikasi social melebihi kapasitas
keterbatasan)
d) Gejala tidak dapat dianggap hingga kondisi medis atau
neurologis lainnya atau kemampuan yang menurun atau
rendah pada struktur kata dan kata bahasa, tidak dapat lebih
baik di jelaskan oleh sprektrum gangguan autisme,
intellectual disability (gangguan perkembangan
intelektual), terlambatnya perkembangan global, atau
kondisi gangguan mental lainnya.4
32
Masalah Penatalaksanaan Rujukan
b. Psikoterapi
c. Psikoterapi
b. Didapat
33
neuromuskular kemampuan bicara patologi
b. Sensorimotor b. Mengatasi masalah wicara.
c. Palsi serebralis makan anak dan b. Rujuk ke ahli
d. Masalah persepsi meningkatkan terapi kerja,
kemampuan bicara ahli gizi, ahli
c. Mengoptimalkan patologi
kemampuan kognitif wicara.
dan bicara anak c. Rujuk ke ahli
d. Mengatasi masalah rehabilitasi,
keterlambatan bicara ahli terapi
anak wicara
d. Rujuk ke ahli
patologi
wicara, ahli
BKB
Secara umum, orang tua sebaiknya mengenal tanda bahaya (red flags)
perkembangan anak yang sederhana seperti yang tercantum di bawah ini. Jika
orang tua menemukan salah satu tanda bahaya di bawah ini, sebaiknya jangan
menunda dan segeralah memeriksakan buah hatinya ke tenaga kesehatan
terdekat.7
34
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih
dari usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol.7
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu memberi respon
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan.7
35
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi /
interaksi.7
36
Keterangan:
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
M-CHAT : Modified-Checklist for Autism in Toddlers
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak Pusat
PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
TK : Taman Kanak-kanak
2.8 Pemeriksaan Perkembangan pada Anak
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah metode pengkajian
yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak. Tes ini
37
dapat memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam
mengidentifikasi berbagai masalah dini yang mengancam tumbuh kembang anak.
Tes ini hanyalah salah satu dari metode screening (deteksi) terhadap kelainan
tumbuh kembang anak. Dan penting diperhatikan tes ini diarahkan untuk
membandingkan kemampuan seorang anak dengan anak yang lain yang
seusianya, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik dan pemeriksaan fisik
anak.
Tes Denver II
Tes Denver II adalah alat bantu untuk menilai tingkat perkembangan
anak usia sesuai dengan tugas untuk kelompok umurnya pada saat melakukan tes.
Denver II dapat digunakan untuk memonitor dan memantau perkembangan bayi
atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan atau kelainan
perkembangan secara berkala. Tes ini juga tidak untuk mendiagnosa
ketidakmampuan dan kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan
emosional, subtitusi evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik anak. Tes ini lebih
mengarah pada perbandingan kemampuan atau perkembangan anak dengan
kemampuan anak lain yang seumurnya. Denver II terdiri atas 125 item tugas
perkembangan yang sesuai dengan usia anak yang terbagi menjadi empat sektor
yang dinilai, yaitu : Personal Social, Fine Motor Adaptive, Language, Gross
38
Motor. Pada setiap item soal, pemeriksa wajib memasukan skor nilai di setiap soal
pada semua sektor. Dimana Nilai P = Pass/Lulus, Nilai F = Fail/Gagal, Nilai R =
Refusal/Menolak, Nilai NO = No Opportunity/Tak Ada Kesempatan.
Interpretasi hasil dalam tes Denver II terdiri dari dua tahap, yaitu penilaian
individual dan penilaian tes secara keseluruhan. Penilaian Keseluruhan hasil
interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 bagian. Bagian-bagian
tersebut antara lain adalah:
a. Normal
Bila tidak ada skor “Terlambat” (0 D) dan ≤ 1 “Peringatan” (1 C). Jika hasil ini
di dapat, lakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan berikutnya.
b. Suspek/diduga ada keterlambatan
Bila terdapat ≥ 1 skor “Terlambat” (1 D) dan/atau ≥ 2 “Peringatan” (2 C).
Catatan, D dan C harus disebabkan Gagal (F), bukan disebabkan penolakan (R).
Jika hasil ini di dapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang untuk
menghilangkan faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.
39
3. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan pada anak < 24
bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan).
4. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk
kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya.
1. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-
72 bulan.
2. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.3
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari,
dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu: * Pertanyaan yang dijawab oleh
ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah bayi makan kue sendiri ?" * Perintah
kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas yang tertulis pada
KPSP. Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
40
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap pertanyaan
hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
2. Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
5. Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak' menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).3
1. Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak dini,
agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar
dan bicara anak.
41
2. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya. Tenaga kesehatan
mempunyai kewajiban memvalidasi hasil pemeriksaan tenaga lainnya.
• Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam buIan.
42
b. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh.
c. Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
d. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
5. lnterpretasi: • Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran. • Catat dalam Buku KIA atau register
SDIDTK, atau status/catatan medik anak.
6. lntervensi: • Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada. • Rujuk ke
RS bila tidak dapat ditanggulangi
a. Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar
b. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur
36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
3. Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak
4. Alat Penunjuk.3
1. Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik
3. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “ E”
43
5. Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.. Latih anak dalam mengarahkan
kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada
poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya.
Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar.
7. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai baris
pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat.
8. Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada poster.
9. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
10. Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di
sediakan : Mata kanan : ............. Mata kiri : ...............
lntervensi: Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa berikutnya, anak tidak
dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama
dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).3
BAB III
Kesimpulan
44
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
45
1. Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. 2012. Tumbuh kembang anak.
Jakarta: EGC
2. Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu kesehatan anak nelson.
Edisi 15 vol 2. Jakarta : EGC, 2000
3. Kementerian kesehatan RI, pedoman pelaksanaan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak. 2016
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical
manual of mental disorders. Edisi ke-5.Washington DC: APA
publishing; 2013
5. Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health .Edisi
ke-2. Blackwell pulblishing; 2006. Hal. 129-132
6. American Psychiatric Association. Autism spectrum disorder.
Dalam: Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Edisi
ke-5.Washington DC: APA publishing; 2013
7. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal
keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak
8. Nugroho, H.S. (2009). Petunjuk praktis: Denver developmental
skrinning test. Yogyakarta: EGC.
46
47