Anda di halaman 1dari 211

KUMPULAN KISAH SUKSES

KEPALA SEKOLAH SD dan SMP BERDEDIKASI

EDITOR:
Dr. Fathur Rahim, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES KEPALA SEKOLAH SD dan
SMP BERDEDIKASI

Editor:
Dr. Fathur Rahim, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-7-5

Desain Sampul dan


Tata Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga


Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA.......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii

Empati Pintu Masuk Meningkatkan Partisipasi


Masyarakt.................................................................................................... 1
Alton Mataputun

Kemitraan Sebagai Basis Pengemban Dan


Kualitas Sekolah.....................................................................................17
Ilman Halim

Kerabat Memotivasi Warga Sekolah..............................................37


Budi Setiawan

Samawa Kunci Keberhasilan Pengelolaan Sekolah................52


Juliah

Kemitraan Sebagai Kunci Pengembangan


Ekosistem Sekolah................................................................................67
Lena Manggena

Sekolah Terpencil Berbasis Android.............................................78


Ahman Sarman

Mendirikan Sekolah “From Zaro To Hero”..............................97


Paulus Sarkol

Inovasi Pendidikan Di Sekolah Terpencil.................................117


Ade Sutisna

Pendidikan Berkualitas Di Daerah Terpencil..........................133


Kamaruzaman

Sekolah Asri Melalui Konsep Mantul..........................................154


Rois Sovyan

vii
EMPATI PINTU MASUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI
MASYARAKAT

Alton Mataputun
SD Inpres Armopa IV Kabupaten Sarmi Provinsi Papua
altonmatapapua@gmail.com

Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan Mutu


Sekolah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa keberhasilan
pendidikan harus didukung oleh tiga komponen yakni
pemerintah, keluarga dan masyarakat. Ketiga unsur
tersebut bersinergi untuk mengembangkan pendidikan.
Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak
mengambil peran dalam memajukan pendidikan, tentu
tujuan pendidikan akan sulit dicapai. Permendikbud No
75 Tahun 2016 mengamanatkan kepada pemerintah,
masyarakat, orang tua wali murid, dunia usaha dan
industri (DUDI), untuk mengambil peran dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.
SD Inpres Armopa IV berada pada wilayah
transmigrasi yang ditinggalkan oleh sebagian
penduduknya pada tahun 2001 karena alasan keamanan,
kultur budaya sebagian masyarakat setempat melibatkan
anak dalam mencari nafkah, serta belum menganggap
bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan anak
mereka. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain

1
menyusuri sungai dan masuk hutan untuk mencari
nafkah, mereka membawa serta anak-anak yang masih
usia sekolah.
Sarana dan prasarana di SD Inpres Armopa IV
masih sangat minim belum memenuhi Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Tenaga guru yang berkualifikasi D2
Pendidikan Sekolah Dasar hanya 4 orang termasuk
kepala sekolah dan 1 orang guru mata pelajaran agama
yang berkualifikasi S1 Theologia, 5 orang guru yang ada
harus melayani 6 rombongan belajar. dan akibat dari
situasi keamanan yang kurang kondusif serta sulitnya
akses jalan untuk sampai di SD Inpres Armopa IV
membuat mereka yang berijazah guru tidak berminat
untuk datang mengabdikan dirinya di tempat ini.
Hal-hal tersebut di atas menurut Penulis adalah
merupakan kendala dalam pengelolaan pendidikan di SD
Inpres Armopa IV sehingga harus dicarikan solusi
sebagai jalan keluar agar keadaan tersebut tidak menjadi
penghambat pengembangan mutu sekolah, sehingga
pemenuhan sarana prasarana sekolah, penambahan
jumlah tenaga guru dan peningkatan kualifikasi,
mengedukasi masyarakat setempat tentang pentingnya
pendidikan akan menjadi fokus pemecahan masalah yang
ada.
Pendekatan Empati merupakan pintu masuk untuk
mendapat simpati sehingga partisipasi masyarakat dan
semua komunitas sekolah meningkat untuk bersinergi
memperbaiki mutu sekolah. Melalui pendekatan empati,
penulis dapat masuk dalam lingkungan kultur budaya
masyarakat asli Papua dan menjadi bagian dari
komunitas
2
masyarakat setempat.
Kata “Empati, Simpati dan Partisipasi”
mengandung makna mewujudkan kepedulian pada
sesama atau sesuatu. Jika diuraikan kata demi kata maka
Empati berarti peduli terhadap seseorang atau sesuatu
keadaan yang di hadapi atau dilihat. Simpati adalah
ketertarikan terhadap seseorang, sesuatu, dan program
yang ada disekitarnya atau yang dilakukannya. Partisipasi
adalah peran seseorang dalan suatu kegiatan, sehingga
kalimat Empti simpati dan partisipasi ini akan dimaknai
dalam strategi ini sebagai berikut, “ Jika kita empati
terhadap orang lain maka orang tersebut akan
bersimpati terhadap kita dan jika orang tersebut sudah
simpati terhadap kita maka dia akan berpartisipasi
dalam mendukung program dan kebijakan yang kita
lakukan.
Empati menjadi pintu masuk bagi penulis dalam
melakukan pendekatan sosial bagi masyarakat setempat
untuk mendapatkan simpati sehingga dapat diterima
oleh lingkungan masyarakat, Penulis dapat memberi
pemahaman, mengubah mindset masyarakat setempat
tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak dan masa
depan keluarga. Pendidikan akan membuat orang
menjadi cerdas, trampil dan berkarakter baik sehingga
orang-orang yang berkompetensi, memiliki ketrampilan
dan berkarakter baik akan muda mencari pekerjaan dan
dapat membangun keluarga yang sejahtera serta
kemajuan bangsa dan negara. Semua pihak harus terlibat
dan bertanggung jawab dalam pendidikan menurut
amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No
20 Tahun 2003 terutama orang tua murid, masyarakat

3
dan pemerintah, guru dan murid harus memahami
pentingnya pendidikan bagi anak-anak serta
memunculkan partisipasi untuk bersinergi dalam
meningkatkan mutu sekolah.

Gambar 1. Mengunjungi orang tua yang sedang mencari nafkah ( pangkur sagu) di hutan dan
mebawa serta anak-anak mereka

Warga sekolah merupakan individu-individu yang


berada di sekolah dan di sekitar sekolah yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung terhadap
manajemen sekolah dan memiliki kesadaran sosial yang
berpengaruh terhadap peningkatan sekolah. Oleh sebab
itu penulis berpendapat bahwa orang tua wali murid harus
diedukasi tentang pentingnya peran serta mereka dalam
peningkatan mutu sekolah demikian pula masyarakat
sekitar termasuk TOGA, TOMAS, DUDI dan pemerintah
setempat. Masyarakat setempat yang masih membawa
anak usia sekolah untuk mencari nafkah ke hutan dan
pinggiran sungai menjadi fokus untuk diedukasi sehingga
memahami pentingnya pendidikan bagi anak dan masa
depan mereka Dinas terkait, masyarakat, pemerintah
kampung, komite sekolah, orang tua wali murid, dunia

4
usaha dan industri, tokoh agama dan pemerhati
pendidikan harus dilibatkan dan diberi ruang untuk
berkontribusi dalam peningkatan mutu sekolah. Sekolah
harus menjalin kerjasama dengan semua pihak dan
menjadikannya sebagai mitra kerja untuk peningkatan
mutu sekolah

Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Untuk mewujudkan siswa yang berkualitas,


terampil, berbudi luhur, iman dan taqwa, tentunya
dibutuhkan sekolah yang berkualitas dan bermutu baik.
Mewujudkan sekolah yang berkualitas dan bermutu baik
harus melibatkan partisipasi semua pihak termasuk
orang tua murid. Oleh sebab itu, sebagai upaya
peningkatan partisipasi semua pihak dalam mendukung
peningkatan mutu sekolah, penulis menentukan 8
indikator kegiatan yaitu; 1) koordinasi dengan semua
komunitas pendidikan pada satuan pendidikan melalui
rapat resmi, kunjungan rumah, organisasi keagamaan, 2)
melalui program kerja Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), membentukan kelompok tani, kelompok
peternakan sapi dan kelompok usaha kecil menengah
dalam rumah tangga masing-masing diantaranya
membuat keripik pisang, melaksanakan kegiatan belajar
keaksaraan fungsional dan membentukan Dasa Wisma.
Dengan program PKBM penulis dapat menyalurkan
bantuan kepada masyarakat untuk memberdayakan
peningkatan ekonomi 3) menjalin kerja sama dengan
pihak pemerintah kampung, koramil, Puskesmas, TOGA
dan TOMAS, 4) membentuk komite sekolah sebagai
wadah perhimpunan orang tua dan para

5
pemerhati pendidikan untuk menjadi mitra bagi sekolah
dalam peningkatan mutu pendidikan di SD Inpres
Armopa IV, 5) mencanangkan program Gerakan Sayang
Pendidikan (GERSADIK) untuk mengelorakan semangat
kepedulian semua pihak membantu dalam
meningkatkan mutu sekolah, 6) kepala sekolah
melakukan pembinaan, pembimbingan bagi guru melalui
kegiatan IHT, menugaskan guru untuk mengikuti
pelatihan, workshop serta melakukan supervisi
administrasi dan supervisi akademik, 7) menjalin
kemitraan dengan Universitas Terbuka (UT) dan
Universitas Cenderawasih (UNCEN) sebagai upaya
peningkatan kualifikasi tenaga guru, karena sekolah kami
terletak jauh dari ibu kota provinsi, maka kerja sama
yang dilakukan adalah membentuk kelas jarak jauh atau
kelas diluar domisili sehingga guru-guru tidak harus
meninggalkan tugas pokoknya untuk mengajar tetapi
pihak perguruan tinggi yang datang ke daerah untuk
memberi perkuliahan kepada guru-guru yang terdaftar
sebagai mahasiswa. 8) melibatkan pihak-pihak terkait
seperti kepala kampung, komite sekolah dan perwakilan
orang tua murid dalam menyusun RAPBS dan RKS di SD
Inpres Armopa IV. Hal ini penting dilakukan agar semua
pihak terlibat langsung dan bertanggung jawab serta
memberi kontribusi dalam upaya peningkatan mutu
sekolah, masyarakat juga diberi ruang untuk turut
mengawasi pengelolaan sekolah baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga tercipta kepercayaan
masyarakat terhadap sekolah yang tentunya
berpengaruh pada peningkatan partisipasi masyarakat.

6
Gambar 2. Pembuatan Keripik Pisang Gambar 3. Kegiatan penyusunan RAPBS dan
RKAS oleh pihak sekolah bersama kepala kampung, ketua komite
perwakilan dari orang tua wali murid

Dalam melaksanakan pendekatan Empati untuk


memunculkan pastisipasi orang tua murid dan
masyarakat sekitar, penulis mengunakan metode
kunjungan rumah, terlibat langsung dalam aktivitas
warga, wawancara langsung, pengumpulan data dokumen,
pemberian bantuan, dan menjalin kerja sama dengan
lembaga lain.
Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan
secara umum adalah pendekatan secara langsung untuk
memberikan pencerahan dan pemahaman serta terlibat
langsung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Secara
teknis hal yang dilakukan adalah: penulis berperan aktif
dalam kegiatan kerohanian seperti menjadi majelis
gereja, ketua panitia pembangunan dan pentabisan
gedung gereja. Melakukan pendekatan sosial bidang
keagamaan menjadi sangat penting mengingat kultur
budaya orang asli Papua yang sangat menghargai dan

menghormati

7
pemimpin agama ynag dianutnya sehingga penulis
terlibat langsung dalam organisasi dan kegiatan-kegiatan
keagamaan. Ini juga menjadi pintu masuk bagi penulis
sehingga dapat diterima oleh masyarakat setempat
dalam kultur sosial budaya mereka.
Sebagai bagian dari mewujudkan empati terhadap
masyarakat setempat penulis membentuk dan
memimpin kelompok Dasa Wisma, kelompok ternak sapi
serta menjadi ketua pengelola Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), Ketua PAUD Sinar Kasih Armopa IV.

Gambar 4 : Pembinaan kelompok masyarakat melalui kegiatan pertanian dan


pemberian bantuan modal usaha

Penulis dapat membantu memfasilitasi


masyarakat untuk pengadaan bantuan pembinaan petani,
alat tangkap ikan berupa jaring ikan dan mesin ketinting
bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan,
mengajukan permohonan bantuan kepada dinas terkait
untuk pengadaan bibit ternak sapi yang diperuntukan
bagi masyarakat peternak serta pengadaan mesin parut
sagu untuk membantu masyarakat dalam proses
pengolahan sagu, mengajarkan ketrampilan membaca
menulis, berhitung dan latihan ketrampilan membuat
keripik pisang bagi masyarakat yang buta aksara serta
memberikan bantuan dana sebagai modal usaha.
Hasil yang di Capai

8
Suatu lembaga pendidikan dikatakan bermutu
apabila semua pihak yang tergabung dalam komunitas
pendidikan tersebut telah merasakan kepuasan atas jasa
yang telah diberikan. Pihak sekolah yaitu kepala sekolah
dan guru-guru berposisi sebagai pihak yang memberi
pelayanan dan merasa puas atas kinerja pelayanan yang
diberikan sedangkan masyarakat pengguna pendidikan
adalah sebagai pihak yang terpuaskan atas pelayanan yang
baik. Untuk inilah maka Penulis selaku kepala sekolah di
SD Inpres Armopa IV berupaya membentuk sistem
(manajemen) pengelolaan yang mampu memberdayakan
sekolah ini agar lebih bermutu dan mampu memberikan
kepuasan kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya,
baik pelayanan kedalam maupun pelayanan keluar.
Penulis terus berupaya mengajak semua pihak
membantu melengkapi sarana prasarana sekolah, untuk
mengupayakan ketersediaan tenaga guru. Penulis
mengajukan penambahan guru kepada Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Sarmi, merekrut anak-anak
di kampung Gwinjaya yang berijazah SMA dan berpotensi
mempunyai talenta dan dapat dibimbing menjadi
seorang pendidik.
Kepala sekolah sebagai pengelola manajemen harus
mampu melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi
dan berkontribusi dalam upaya peningkatan mutu
sekolah, melalui pendekatan Empati, Simpati dan
Partisipasi yang digunakan sebagai strategi dalam
memberdayakan orang tua dan masyarakat sekitar untuk
memahami pentingnya pendidikan bagi keberlangsungan
kehidupan sehingga dapat berpartisipasi memberi

kontribusi dalam

9
peningkatan mutu sekolah.
Prestasi yang diraih oleh sekolah ini selama
rentang waktu 2014 sampai 2019 menjadi bukti bahwa
pengelolaan manajemen sekolah ini berjalan dengan baik
dan memberi kontribusi dalam meningkatkan mutu SD
Inpres Armopa IV.
Penilaiaan dari lembaga yang berwenang seperti
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Akreditasi
Nasional (BAN), dan Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) menjadi penanda pengelolaan
pendidikan di SD Inpres Armopa IV dapat memberi
kepuasan bagi kami karena telah memberi pelayanan
yang baik, tentunya menjadi kepuasan bagi pengguna
jasa pendidikan yang kami kelola.
Bukti kerja keras kami selaku pengelola
pendidikan di SD Inpres Armopa IV diantaranya adalah
tercapainya akreditasi dengan kategori A di tahun 2018,
menjadi sekolah model di tahun 2018, menjuarai
beberapa pertandingan dan perlombaan, nilai rata-rata
USBN terus meningkat yang saat ini telah mencapai KKM.
Semua ini memberi kepuasan bagi kami karena telah
memberi pelayanan yang baik, kiranya menjadi kepuasan
pula bagi pengguna jasa pendidikan yang kami kelola.
Keberhasilan peningkatan partisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dapat diukur
dengan beberapa indikator berikut: (1)
Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal
jasa (pemikiran/keterampilan), finansial, moral dan
material/barang. (2) Meningkatnya kepercayaan
stakeholders kepada sekolah terutama menyangkut
integritas, pengelolaan keuangan dan Proses Belajar
Mengajar (PBM). (3) Meningkatnya tanggungjawab

10
stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. (4) Meningkatnya kwalitas dan kwantitas
masukkan (kritik dan saran) untuk peningkatan mutu
pendidikan. (5) Meningkatnya kepedulian semua
komunitas pendidikan terhadap setiap langkah dan
upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan
mutu. (6) Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah
benar- benar mengekspresikan apresiasi dan pendapat
stakeholders.
Indikator keberhasilan partisipasi sekolah akan
membentuk sikap saling pengertian antar sekolah, orang
tua, masyarakat dan lembaga-lembaga, membantu dan
memahami peran masing-masing dan bekerjasama
dengan berbagai pihak yang ada di masyarakat, dan ikut
bertanggung jawab dan bangga atas suksesnya
peningkatan mutu sekolah. Berdasarkan uraian tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan
partisipasi adalah meningkatnya pemahaman
masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang
diwujudkan dalam kegiatan nyata yaitu saling pengertian
dan saling membantu antara semua komunitas
pendidikan terutama dalam peningkatan mutu sekolah.

Gambar 4. Terjalin suasana saling membantu, komunikaasi yang akrab sebagai wujud empati
dan menjadi pintu masuk untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan

Pemerintah kampung, komite sekolah, orang tua


wali murid yang dilibatkan dalam penyusunan RAPBS
dan RKAS ikut merealisasikan program yang telah
disusun

11
bersama sama mengupayakan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan sekolah dan terlibat langsung dalam proses
pembangunan yang dilakukan secara swadaya oleh
masyarakat melalui pemerintah kampung dan komite
sekolah. Hasil yang nyata dilakukan oleh pemerintah
kampung, komite dan orang tua murid dalam beberapa
waktu belakangan ini adalah pembuatan lapangan
Upacara Bendera, pembuatan Jembatan permanen untuk
akses masuk ke lokasi sekolah, membuat lapangan
bulutangkis, membuat bak penampungan air,
membersikan halaman dan lingkungan sekitar sekolah
secara rutin setiap bulan, membantu pembuatan papan
pajangan kelas, membuat lemari sudut baca dll.

Dampak Pendekatan Empati


Dampak dari penerapan pendekatan Empati,
Simpati dan Partisipasi adalah munculnya partisipasi
semua pihak termasuk orang tua wali murud SD Inpres
Armopa IV dalam upaya peningkatan mutu sekolah, dan
tersedianya fasilitas sarana dan prasarana sekolah yang
dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Hal ini juga
berdampak baik dalam peningkatan prestasi siswa .
Terakreditasinya sekolah dan dipercaya menjadi sekolah
model, Kualifikasi guru meningkat dari D2 memjadi S1
dan S2 kesemuanya ini merupakan hasil kerja sama dari
semua stakeholder.
Lembaga yang menunjang pelaksanaan pendekatan
Empati Strategi dan Partisipasi dalam upaya
meningkatkan mutu SD Inpres Armopa IV adalah
sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini.

12
Tabel 1.Lembaga-lembaga terkait yang menjadi mitra
kerja dengan SD Inpres Armopa IV.

NAMA BENTUK BANTUAN DAN DUKUNGAN KERJA


LEMBAGA SAMA DARI LEMBAGA TERKAIT
Dinas P dan K Pembangunan sarana prasarana
Kab. Sarmi sekolah, penambahan tenaga guru dan
Pembinaan dan peningkatan kompetensi guru
Pemerintah Mendorong Masyarakatperpartisipasi dalam
kampung Gwin pendidikan.
Jaya Bantuan fasilitas penunjang di sekolah
Penyelesaian perselisihan antara sekolah dan
orang tua murid
Ikut serta menyusun RAPBS dan RKS sekolah
Koramil Bonggo Menjaga keamanan sekolah dan melatih siswa
pada kegiatan upacara bendera, PBB, serta
pembinaan
jiwa nasionalisme
Masyarakat adat Menyiapankan lahan pembangunan sarana sekolah
Memediasi perselisihan antara sekolah/ guru dan
masyarakat adat
Menjadi penghubung pendekatan dengan orang tua
murid
Mensosialisasikan program kerja sekolah kepada
relasi untuk mendapat bantuan
Lembaga Pesantren kilat di musolah sekolah SD Inpres
keagamaan Armopa IV
Perayaan hari- hari besar agama di sekolah seperti
Natal dan halalbihalal

Simpulan dan saran


Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
di SD Inpres Armopa IV dengan pendekatan Empati dapat
disimpulkan bahwa pendekatan tersebut merupakan
srategi yang tepat untuk meningkatkan peran semua
pihak yang tergabung dalam komunitas pendidikan
untuk mendukung peningkatan mutu sekolah. Melalui
pendekatan Empati suasana kekeluargaan dalam
komunitas pendidikan terjalin dengan baik, kinerja dan

13
kualifikasi guru meningkat, serta partisipasi murid dalam
kegiatan belajar semakin tinggi.
Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan
agar menjadikan pendekatan empati sebagai pintu
masuk untuk mendapatkan simpati dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat sebagai strategi untuk
menggerakkan keterlibatan semua pihak berperan dalam
meningkatkan mutu sekolah. Stakeholder harus
memupuk kebersamaan, kepedulian dan keakraban
dalam suasana kekeluargaan diantara sesama, mewajibkan
semua pelaku pendidikan untuk berempati dan
bersimpati pada sesama dan lingkungan sekitar serta
berpartisipasi mewujudkan sesuatu yang bermakna bagi
banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(https://www.google.com/search Undang-Undang
Sisdiknas No 20 Tahun 2003) Diakses September
2019
Baron C. & Wheelwright, 2004. Pengertian Empati Jurnal
Psikologi Undip
https://www.google.com/search?q=Empati+memun
gkinkan+individu+untuk+memahami+maksud+oran
g+lain) Diakses September 2019
Salinan Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No 75 tahun 2016 tentang Komite
sekolah: di https://luk.staff.ugm.ac.id › atur › bsnp ›
Permendikbud75-2016KomiteSe...) Di aksesn
September 2019

15
Tentang Penulis
Nama saya Alton
Mataputun,S.Pd.,M.Pd. lahir di
Bulude, tanggal 24 April 1975
salah satu desa terpencil
wilayah paling utara NKRI.
Setelah lulus SMA tahun 1995
penulis merantau di Irian Jaya
saat ini disebut Papua dan pada
tahun 1997 melanjutkan study di
Universitas Cenderawasih Papua
pada Program studi D2 PGSD, lulus tahun 2000. Di
angkat menjadi CPNS tahun 2000 ditempatkan di SD
Inpres Armopa IV, desa Gwin Jaya distrik Bonggo Timur
kabupaten Sarmi. Tahun 2014 saya dipercaya oleh
pemerintah daerah menjadi kepala sekolah di SD Inpres
Armopa IV distrik Bonggo Timur kabupaten Sarmi
provinsi Papua. Pada tahun 2012 saya menyelesaikan S1
PGSD di Universitas Terbuka, dan tahun 2016
melanjutkan kuliah S2 Program Studi Magister
Manajemen Pendidikan (MMP) di Universitas
Cederawasih, lulus tahun 2018, menjadi intruktur K13
kabupaten Sarmi tahun 2016, menjadi Finalis dalam
pemilihan kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi
tingkat nasional tahun 2017, meraih peringkat 1 kepala
sekolah berdedikasi tingkat nasional tahun 2019. Penulis
dapat dihubungi di No Hp. : 085244407517 dan Email:
altonmatapapua@gmail.com.

16
KEMITRAAN SEBAGAI BASIS
PENGEMBAN GAN
KUALITAS SEKOLAH

Isman Halim
SDN Talang Unggar, Provinsi Sumatera Selatan
ismanman910@yahoo.co.id

Kemitraan untuk Pengembangan Kualitas Sekolah


Kemitraan adalah suatu kerja sama oleh kedua pihak
baik individu, institusi, kelompok, bahkan negara, yang
memiliki suatu tujuan tertentu tanpa memandang status
rangking ataupun jabatan. Tujuan dari kemitraan tersebut
adalah kedua belah pihak saling membantu agar
memperoleh kesejahteraan dan mewujudkan cita-cita
bersama, dalam hal ini di SDN Talang Unggar. Kemitraan
harus terjalin dengan pihak orang tua, murid dan guru
guna mewujudkan kualitas pendidikan yang ada di SDN
Talang Unggar.
Hampir semua guru di SDN Talang Ungar
melaksanakan proses pembelajaran tidak memiliki
standar yang jelas, sehingga proses belajar mengajar
terkesan seadanya. Rencana pembelajaran disusun asal-
asalan dan sebatas konsep di atas kertas saja, karena dalam
mengimplementasikan rencana pembelajaran ini sama
sekali tidak digunakan. Keadaan ini semakin diperparah
dengan sikap beberapa guru cenderung menjaga jarak
dengan kepala sekolah dalam interaksi sehari-hari.
Hubungan yang terjalin menjadi terlalu formal dan kaku.

17
Hal di atas merupakan kendala internal, sedangkan
kendala eksternal yaitu jalan yang jauh dan berlumpur
melalui sungai dan hutan serta masyarakat sekitar
khususnya orang tua siswa. Melalui interaksi langsung
dengan masyarakat sekitar dan observasi yang dilakukan
dalam kurun waktu beberapa bulan penulis menemukan
bahwa kebanyakan orang tua siswa yang menyekolahkan
anaknya di SDN Talang Unggar memiliki pandangan yang
keliru mengenai pendidikan anak mereka di sekolah.
Mereka beranggapan bahwa pendidikan anak mereka
sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah.
Sehingga mereka menjadi berlepas diri terhadap
tanggung jawab mendidik anak. Hal ini berimbas pada
tingkat partisipasi orang tua terhadap kemajuan
pendidikan anak yang sangat rendah. Mereka sangat
jarang hadir dalam kegiatan pertemuan yang diadakan
oleh pihak sekolah. Selain itu pada beberapa kesempatan
penulis sering berhadapan dengan orang tua siswa yang
menyalahkan pihak sekolah dan guru atas rendahnya
nilai yang didapatkan oleh anaknya. Orang tua siswa
seolah apatis dan tidak mau tahu dengan kendala yang
dihadapi oleh pihak sekolah. Mereka juga kurang
menyadari bahwa pendidikan anak adalah tanggung
jawab bersama yang harus dijalankan secara kolaboratif
untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik.
Berdasarkan latar belakang maka dapat ditarik
beberapa permasalahan pokok pada SDN Talang Unggar
yaitu: (1) Guru dan orang tua siswa memiliki kesadaran
yang sangat rendah mengenai peran mereka dalam
peningkatan kualitas pendidikan. (2) Kemampuan guru

18
dalam menyiapkan dan melaksanakan proses
pembelajaran sangat rendah. (3) Motivasi guru untuk
belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya
sangat rendah. (4) Hubungan komunikasi dan kerja sama
antara kepala sekolah, guru dan masyarakat sangat
renggang dan kurang terjalin dengan baik. (5) Keterlibatan
partisipatif dari masyarakat khususnya orang tua siswa
dalam pendidikan anak sangat rendah.
Merujuk pada permasalahan yang telah dijabarkan di
atas maka tujuan dari kepala sekolah ini adalah untuk (1)
Meningkatkan kesadaran guru dan orang tua siswa
mengenai peran mereka dalam peningkatan kualitas
pendidikan. (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam
menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran. (3)
Meningkatkan motivasi guru untuk belajar dan
meningkatkan kemampuan profesional mereka. (4)
Menciptakan pola kemitraan dan komunikasi yang baik
antara kepala sekolah, guru, dan masyarakat khususnya
orang tua siswa. (5) Meningkatkan keterlibatan partisipatif
dari masyarakat khususnya orang tua siswa dalam
pendidikan anak.
Manfaat pedagogis pelaksanaan ini diharapkan
dapat menjadi rujukan bagi rekan-rekan kepala sekolah
dalam menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan
yang dihadapi oleh sekolah. Manfaat praktis pelaksanaan
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
signifikan bagi pemecahan masalah peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia khususnya mengenai
peningkatan profesionalisme guru dan keterlibatan
orang tua dalam pendidikan anak.

19
Hal ini sangat masuk akal mengingat sebetulnya
orang tua, guru dan masyarakat memiliki kesempatan
untuk mendiskusikan sejauh mana kemajuan anak.
Seiring dengan masyarakat yang semakin kompleks dan
penuh tuntutan, maka kebutuhan untuk bermitra
seringkali dikesampingkan. Alasannya baik pendidik
maupun orang tua tidak memiliki waktu yang cukup
untuk bertemu dan membangun hubungan yang baik
dalam rangka kemajuan si anak. Sementara ini masyarakat
telah menciptakan bias pembagian peran antara orang
tua dan guru. Kita terbiasa dengan pandangan bahwa
sekolah harus menangani anak dari sisi akademik,
sedangkan keluarga mengurusi masalah moral dan
perkembangan emosional anak. Padahal, anak juga
belajar mengenai masalah moral dan emosi dari apa yang
dijumpainya di ruang kelas. Begitu juga ketika mereka
berada di tengah- tengah masyarakat, sesungguhnya
mereka juga mengamati sikap-sikap orang dewasa.
Permasalahan awal yang harus dipahami adalah bahwa
orang tua yang menyekolahkan anaknya rata-rata
memiliki hubungan yang kurang kuat dengan sekolah.
Banyak dari mereka yang merasa segan untuk
membangun hubungan itu, terlebih bagi mereka yang
memiliki latar belakang pengalaman tidak menyukai
sekolah ketika masih bersekolah dulu. Adapun guru
hanya bekerja dan tidak tahu banyak tentang lingkungan
sekitar sekolah. Jadi, sebelum ketiga komponen ini
membentuk kemitraan, baik guru, keluarga, maupun
masyarakat pertama-tama harus belajar percaya dan
menghormati satu sama lain.
Kemauan bermitra bukan menjadi dominasi dari
20
salah satu pihak, melainkan hendaknya dimiliki secara
merata baik oleh sekolah, orang tua, maupun masyarakat.
Ketika suatu komunitas memutuskan membentuk
kemitraan, maka perlu dipahami arti penting peran
masing-masing pihak, kesepahaman dalam pencapaian
tujuan, dan mampu mengenal secara akrab keadaan
lingkungan sekitar. Tanpa mengabaikan semangat
komunitarian, komunitas kemitraan dalam dunia
pendidikan juga hendaknya dilaksanakan secara
profesional yang diwujudkan dengan adanya prinsip
akuntabilitas. Paling tidak pihak sekolah sebagai inisiator
dalam hal ini memahami juga dengan baik prinsip dasar
komunikasi, karena kunci dari terbangunnya kemitraan
adalah komunikasi.

Akar permasalahan
Setelah melakukan observasi dan menemukan
permasalahan pokok yang terjadi di SDN Talang Unggar,
beberapa tahapan untuk merumuskan solusi yang tepat
bagi permasalahan tersebut. Tahap pertama adalah
menganalisis sumber masalah, tahap kedua adalah
menemukan pendekatan yang tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut, dan tahap yang ketiga
adalah menjabarkan dan merumuskan pendekatan
tersebut ke dalam langkah-langkah operasional yang
konkret.
Dalam melakukan analisis sumber masalah untuk
menemukan penyebab utama dari permasalahan-
permasalahan yang timbul di SDN Talang Unggar.
Melalui proses memetakan sumber-sumber
permasalahan menjadi beberapa poin penting sebagai

21
berikut: (a) Kebanyakan guru memiliki pengetahuan
yang sangat minim mengenai penyusunan perangkat
pembelajaran, metode-metode pengajaran yang inovatif
dan efektif, termasuk pemanfaatan sumber belajar dan
media pembelajaran sehingga mereka tidak mampu
untuk mengembangkan metode pembelajaran dengan
baik. (b) Seluruh guru pada SDN Talang Unggar belum
pernah mendapatkan observasi atau penilaian dalam
proses pembelajaran sehingga mereka tidak mengetahui
kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki dalam
melaksanakan pembelajaran. (c) Motivasi yang rendah
dari beberapa guru disebabkan oleh tidak adanya
dorongan positif dari masyarakat sekolah khususnya
rekan guru dan kepala sekolah. (d) Sebagian guru menjaga
jarak dengan kepala sekolah karena menghindari koreksi
atau kritikan yang mungkin diberikan oleh kepala
sekolah sehubungan dengan kinerja mereka di sekolah.
Karakter sosial ekonomi orang tua siswa yang rata-
rata memiliki mata pencaharian sebagai petani dan
pedagang membuat mereka tidak memiliki waktu untuk
terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan anak
sehingga membebankan semua tanggung jawab tersebut
kepada pihak sekolah.Mindset atau pola pikir orang tua
siswa yang memandang bahwa pendidikan anak terbatas
hanya di lingkungan sekolah saja menjadi penyebab
utama kurangnya kepedulian mereka terhadap
pendidikan anak di luar sekolah khususnya di
rumah.Komunikasi dan interaksi langsung antara pihak
sekolah dan orang tua siswa yang sangat kurang
menjadikan hubungan kedua pihak menjadi renggang
dan
22
kurang harmonis.

Pemecahan Masalah
Setelah mengetahui sumber permasalahan internal
dan eksternal yang dihadapi oleh SDN Talang Unggar.
Dari berbagai sumber masalah yang telah paparkan,
kesimpulan bahwa pada dasarnya permasalahan yang
ada di sekolah ini dapat diselesaikan jika terjalin
komunikasi dan hubungan kerja sama yang erat baik
antara pihak guru dan kepala sekolah maupun antara
pihak sekolah dan masyarakat. Jika komunikasi dan
hubungan interpersonal dapat terjalin dengan baik maka
kepercayaan dengan sendirinya akan muncul sehingga
informasi atau pesan yang ingin disampaikan dapat
diterima dan dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu
pendekatan kemitraan untuk membuka peluang
terciptanya komunikasi dua arah yang saling mengisi.
Secara empiris pendekatan kemitraan ini diambil
berdasarkan pengalaman masyarakat sangat sulit
menerima perubahan dan cenderung memiliki cara
pandang yang sempit dalam menerima informasi maka
pendekatan interpersonal dengan mengajak masyarakat
berbincang dari hati ke hati. Pendekatan ini ternyata
sangat efektif karena mereka menjadi lebih terbuka dan
bersedia memberikan ruang untuk berdiskusi. Dalam
proses diskusi menekankan pentingnya peran mereka di
dalam program yang dijalankan sehingga mereka merasa
dihargai dan dibutuhkan. Rasa dibutuhkan inilah yang
mendorong mereka untuk terlibat secara aktif
memosisikan mereka sebagai mitra dalam melaksanakan

23
setiap program sekolah melalui Komite sekolah.
Pengalaman empiris ini menjadi salah satu dasar
untuk menerapkan pendekatan ini kepada para guru dan
orang tua siswa. dengan pendekatan kemitraan akan
tercipta sebuah sinergi yang harmonis yang mendorong
keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan
khususnya guru dan orang tua siswa sehingga tujuan
sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak
dapat didukung secara penuh dan berkelanjutan. Melalui
pendekatan kemitraan dapat menghilangkan rintangan-
rintangan komunikasi dan interaksi yang selama ini
terjadi. Menurut Utari (2010), umumnya kegiatan
kemitraan adalah upaya penyediaan sumber daya dan
sumber dana pendidikan, pendampingan pengerjaan
tugas, dan dukungan langsung di ruang kelas bersama
guru. Dari definisi ini maka dapat dikatakan bahwa
kemitraan antara guru dan kepala sekolah dapat
berbentuk pendampingan dan dukungan langsung yang
diberikan oleh kepala sekolah dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru.
Dengan mentransformasikan pendekatan kemitraan
yang telah dijabarkan sebelumnya menjadi langkah
operasional dalam bentuk action atau langkah nyata.
Langkah operasional ini terbagi dua yaitu langkah
operasional bagi guru yang terdiri atas (1) Focus Group
Discussion (FGD), (2) Mentoring, (3) Supervisi Akademik,
dan langkah operasional bagi orang tua siswa yang terdiri
atas (1) Home Visit dan (2) School Visit.

24
Gambar1. Fokus GrubDiscusion (FGD)

Henning dan Columbia (1990) menjelaskan bahwa


Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok
Terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang
yang dipimpin seorang narasumber atau moderator yang
mendorong peserta untuk berbicara terbuka dan spontan
tentang hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan
topik saat itu. FGD sebagai tahapan awal untuk membuka
komunikasi dan keterbukaan dengan semua guru
sebelumnya model diskusi seperti ini tidak pernah
dilakukan. Hal ini juga bertujuan untuk memberikan
ruang bagi guru dalam menyampaikan permasalahan
yang mereka hadapi. Melalui proses ini memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada anggota kelompok
untuk menyatakan pendapat berdasarkan topik yang
diberikan, hal ini mengacu pada tujuan dari Diskusi
Kelompok Terarah atau FGD yaitu untuk memperoleh
masukan atau informasi mengenai permasalahan yang
bersifat lokal dan spesifik (Andi Prastowo, 2008).

25
Mentoring
Mentoring atau pendampingan dapat didefinisikan
sebagai proses yang dilakukan untuk mendukung dan
mendorong seseorang untuk mengelola belajarnya agar
ia dapat mengembangkan potensinya secara maksimal,
mengembangkan keterampilan, meningkatkan kualitas
kinerja, dan menjadi seperti yang ia inginkan (Parsloe
dan Leedham, 2009). Pendamping bersandar pada
kepemilikan pengalaman yang sama untuk mendapatkan
empati dari terdamping dan pemahaman tentang
masalah mereka. Seorang pendamping memiliki peran
dalam membantu terdamping untuk menumbuhkan
motivasi dan percaya dirinya. Berdasarkan penjelasan
mengenai mentoring atau pendampingan ini maka dapat
dilihat bahwa posisi kepala sekolah sebagai pendamping
dan guru sebagai terdamping adalah sejajar, dimana
keduanya memiliki visi yang sama dan berbagai
pengetahuan (sharing knowledge) berdasarkan visi
tersebut. Kepala sekolah mendampingi guru sebagai
rekan atau sahabat untuk memberikan masukan dan
dorongan motivasi dalam menjalankan tugas pengajaran

di sekolah.
Gambar 2. Pembinaan pada guru kelas
26
Supervisi Akademik
supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuan
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan jenis kelamin status sosial dan ekonomi dan
berkebutuhan khusus dalam mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Secara
umum terdapat tiga tujuan dari supervisi adalah: (1)
Membantu guru mengembang kemampuan
profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan
telah mengembangkan keterampilan mengajarnya dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik
tertentu. (2) Memonitor kegiatan proses belajar mengajar
di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui
kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas disaat guru
sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman
sejawat, maupun sebagai peserta didik. (3) Mendorong
guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan
tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru
mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-
sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung
jawabnya.
Seperti telah dikemukakan pada bagian analisis
sumber masalah bahwa rata-rata orang tua siswa pada
SDN Talang Unggar tidak memiliki waktu untuk terlibat
dalam peningkatan mutu pendidikan anak mereka.
Mereka memiliki mindset atau pola pikir yang cenderung
sempit mengenai keterlibatan orang tua dalam

27
pendidikan anak sehingga membebankan semua
tanggung pendidikan kepada pihak sekolah.

Home Visit
Memahami semua permasalahan tersebut maka
menggunakan pendekatan interpersonal melalui
kegiatan Kunjungan Rumah atau home visit. Kegiatan ini
merupakan sebuah aplikasi nyata dari pendekatan
kemitraan dalam rangka menciptakan keterbukaan
antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kunjungan
rumah merupakan solusi yang efektif untuk
menjembatani komunikasi dan hubungan silaturahmi
antara orang tua siswa dan pihak sekolah yang pada
gilirannya dapat membangun hubungan saling percaya
(trust). Melalui hubungan saling percaya ini maka pihak
sekolah dapat dengan mudah menanamkan pemahaman
sekaligus mendorong orang tua siswa untuk terlibat aktif
dalam memajukan pendidikan anak baik di dalam
maupun di luar sekolah.

School Visit
Kunjungan sekolah pada dasarnya merupakan
kegiatan yang dirancang sebagai kegiatan lanjutan dari
kegiatan kunjungan rumah. Jika dalam kegiatan
kunjungan rumah pihak sekolah yang dituntut untuk
terlibat secara aktif dalam berkomunikasi dan
memberikan pemahaman kepada orang tua siswa, maka
dalam kunjungan sekolah orang tua siswalah yang
didorong terlibat secara langsung dan aktif untuk
memberikan dukungan pada proses belajar anak di

28
sekolah. Melalui kehadiran orang tua secara langsung di
sekolah, mereka dapat dengan leluasa melihat dan
memahami proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh pihak sekolah. Hal ini sangat penting untuk
membangun pemahaman mereka mengenai tugas guru
dalam mendidik anak yang dapat menumbuhkan rasa
simpati dan penghargaan bagi profesi guru. Selain itu
kegiatan kunjungan sekolah memiliki implikasi positif
untuk membangun interaksi dan keterlibatan aktif dari
orang tua siswa sehingga mereka dapat merasa turut
dilibatkan dalam proses pendidikan anak di sekolah.
Dalam kunjungan sekolah ini juga orang tua siswa dapat
secara langsung memberikan masukan kepada kepala
sekolah dan guru mengenai harapan-harapannya terkait
dengan pendidikan anak.

Gambar 3 School Visit

Hasil dan dampak


Kegiatan FGD ini pertama kali pada tahun ajaran
baru 2014/2015 setelah melakukan observasi tidak
langsung pada keadaan sekolah dan kinerja guru pada
SDN Talang Unggar selama beberapa bulan. tahun ajaran
baru sebagai waktu pelaksanaan FGD dengan

29
pertimbangan bahwa momen tersebut dapat menjadi
bahan refleksi menyeluruh bagi sekolah khususnya bagi
para guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal
ini dapat dipertahankan hingga sekarang dan menjadi
salah satu agenda rutin di setiap tahun ajaran baru untuk
merefleksi kinerja sekolah dan guru setiap tahunnya.
FGD ini adalah seputar kendala dalam proses
pembelajaran di sekolah. Diskusi kelompok terarah ini
melibatkan semua guru yang berjumlah 5 orang dan
dilaksanakan di sekolah setelah proses penerimaan siswa
baru selesai dilaksanakan. mengemas proses diskusi ini
dengan dalam suasana akrab kekeluargaan diselingi
dengan acara “makan siang bersama” dengan tujuan untuk
menghindari perasaan tertekan dari suasana formal yang
mungkin timbul dan dapat menjadi rintangan
komunikasi antara sesama kelompok diskusi. para guru
untuk secara terbuka menyatakan berbagai kekurangan
dan permasalahan yang selama ini mereka hadapi
termasuk solusi yang dapat mereka tawarkan. secara
langsung dalam proses diskusi untuk menjaga keleluasaan
para guru dalam mengeluarkan gagasan atau
pendapatnya selama proses diskusi.
Sedangkan Mentoring atau pendampingan
merupakan follow up atau kelanjutan dari proses FGD yang
telah dilakukan sebelumnya. Secara bersama-sama
menemukan permasalahan yang selama ini dihadapi
dalam proses pembelajaran, maka selanjutnya secara
berkala melakukan proses pendampingan kepada setiap
guru untuk membantu mereka secara personal
mengatasi permasalahan tersebut. sebagai kepala
sekolah yang
30
mengawasi kinerja bawahannya tetapi bertindak sebagai
sahabat atau pendamping yang secara suka rela dan
terbuka bersedia berbagi pengalaman dan solusi bagi
permasalahan yang mereka hadapi. Berbeda dengan
proses FGD yang dilakukan secara terstruktur dan
terjadwal, kegiatan mentoring dilaksanakan melalui
proses on going learning di mana kepala sekolah sebagai
mentor mendampingi guru secara aktif dengan
memperhatikan kebutuhan guru tersebut. juga secara
rutin memantau perkembangan para guru yang
didampingi memastikan proses mentoring ini berjalan
secara berkesinambungan.
Sekolah juga melakukan pra-observasi sebelumnya
maka dilanjutkan dengan melaksanakan observasi kelas
pada guru kelas VI-I untuk mengetahui kompetensi guru
tersebut dalam menyajikan pembelajaran. Pelaksanaan
observasi kelas dilakukan terhadap semua guru kelas. Para
guru menunjukkan antusiasme yang tinggi selama proses
diskusi dan secara terbuka dapat mengkomunikasikan
semua pendapat dan gagasan yang mereka miliki. Bahkan
selama diskusi setiap guru secara sadar mengoreksi
kekurangan mereka dalam proses pembelajaran di kelas
termasuk kendala rasa percaya diri dan motivasi rendah
yang mereka miliki. Di luar dugaan ternyata forum
diskusi kelompok ini telah mampu menjadi “media
curhat” bagi para guru dan mampu melunturkan semua
tembok pemisah yang selama ini ada di antara para guru
dan kepala sekolah.
Berdasarkan FGD yang telah dilaksanakan tersebut
kemudian menarik beberapa poin pokok hasil diskusi

31
sebagai berikut: Melalui proses mentoring berhasil
mengatasi hambatan komunikasi yang selama ini terjadi
antara guru dan kepala sekolah. Hal ini mampu
memberikan pengaruh positif bagi penyampaian
pengetahuan antara kepala sekolah sebagai pendamping
dan guru sebagai terdamping. Sebagai salah satu contoh,
pendampingan pada Bapak M.Zen, S.Pd., guru yang
mengajar di kelas 5. Guru tersebut merupakan guru
Honorer yang motivasi mengajarnya sangat rendah.
Selain itu metode mengajar yang digunakan merupakan
metode konvensional yaitu metode diktasi atau meminta
siswa untuk menyalin ulang materi tertentu dari buku
paket yang diberikan. Melalui pendekatan komunikasi
interpersonal dengan guru yang bersangkutan, telah
berhasil memberikan pemahaman dan motivasi untuk
lebih serius lagi dalam melaksanakan tugasnya dan
memperkenalkan metode-metode pengajaran lain yang
lebih efektif dan meminta guru tersebut untuk
mengaplikasikannya di dalam kelas sehingga secara
berangsur-angsur guru tersebut dapt belajar dan
termotivasi kembali untuk mengajar.
Kunjungan rumah memberikan hasil positif yaitu:
a) Terjalin komunikasi dan silaturahmi yang bak antara
guru dan orang tua siswa. b) Orang tua siswa berperan aktif
dalam mengawasi proses belajar anak di rumah. c)
Terciptanya saling percaya (trust) antara orang tua siswa
dan guru. d) Orang tua dapat menjadi pendukung yang
efektif dalam membantu guru meningkatkan prestasi
peserta didik.
Orang tua siswa menjadi lebih dapat memahami dan

32
menghargai tugas sekolah dan guru dalam mendidik
anak. Orang tua dapat secara langsung memantau proses
belajar mengajar yang dilaksanakan oleh sekolah. Orang
tua siswa dapat secara langsung memberikan masukan
bagi peningkatan pendidikan anak.
Menciptakan hubungan harmonis antara guru dan
orang tua siswa di dalam maupun di luar sekolah. Melalui
kegiatan Focus Group Discussion pra guru menunjukkan
antusiasme yang tinggi selama proses diskusi dan secara
terbuka dapat mengkomunikasikan semua pendapat dan
gagasan yang mereka miliki. Bahkan selama diskusi
setiap guru secara sadar mengoreksi kekurangan mereka
dalam proses pembelajaran di kelas termasuk kendala
rasa percaya diri dan motivasi rendah yang mereka
miliki. Melalui kegiatan mentoring ini berhasil mengatasi
hambatan komunikasi yang selama ini terjadi antara guru
dan kepala sekolah. Hal ini mampu memberikan
pengaruh positif bagi penyampaian pengetahuan antara
kepala sekolah sebagai pendamping dan guru sebagai
terdamping. Melalui supervisi akademik guru mampu
meningkatkan kompetensi mereka dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Kegiatan kunjungan rumah memberikan hasil positif
berupa terjalin komunikasi dan silaturahmi yang baik
antara guru dan orang tua siswa, orang tua siswa
berperan aktif dalam mengawasi proses belajar anak di
rumah, tercipta rasa saling percaya (trust) antara orang
tua siswa dan guru. Hal ini dapat menjadi pendukung
yang efektif dalam membantu guru meningkatkan
prestasi peserta didik. Kegiatan Kunjungan Sekolah

meningkatkan

33
pemahaman dan penghargaan orang tua siswa terhadap
tugas sekolah dan guru dalam mendidik anak, orang tua
dapat secara langsung memantau proses belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh sekolah, orang tua
siswa dapat secara langsung memberikan masukan bagi
peningkatan pendidikan anak, dan sekolah dapat
menciptakan hubungan harmonis antara guru dan orang
tua siswa di dalam maupun di luar sekolah.

Penutup
Meskipun upaya pendekatan yang dilakukan dapat
memberikan peningkatan dan perbaikan masalah
internal dan eksternal yang ada di SDN Talang Unggar,
namun upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak
hanya berhenti sampai di situ. masih harus banyak
belajar dan berusaha mencari inovasi baru yang lebih
efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah. Dengan kemitraan sebagai basis Pengembangan
peningkatan kualitas sekolah.

34
DAFTAR PUSTAKA
Comer, James P. & Norris Haynes. 1997. The Home School
Team.

(Online).
(http://www.edutopia.org/home-school-
team).unduh18 juli 2019.
Frey, JH & Fontana, A. 1993. The Group Interview in
Social Research. in Ed. DL Morgan: Succesfull
Focus Group
Utari, Rahmania. 2010. Tantangan kemitraan orang tua,
sekolah, dan masyarakat. Jurnal manajemen
pendidikan. No. 2 Vol. VI.
Knodel, J. 1993. The Design and Analysis of Focus Group
Studies. in Ed. DL Morgan: Successfull Focus
Group.
35
Tentang Penulis

Isman Halim, S.Pd.SD. dilahirkan di


Palembang pada tanggal 13 Pebruari
1970. Pendidikan sekolah dasar
ditamatkan di SDN 127 Palembang
pada tahun 1983. Kemudian
melanjutkan ke sekolah menengah
pertama di SMP Teladan, tamat tahun
1986, setelah itu melanjutkan ke sekolah Guru SPG YPL
Muara Enim, tamat tahun 1990. Pada tahun 2010
menyelesaikan S1 di Perguruan Tinggi Universitas
Terbuka UT Palembang.
Beberapa prestasi yang pernah diraih antara lain: Juara I
Kepala Berprestasi Tingkat Kecamatan tahun 2016 ;
Juara I Kepala Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun
2016; Juara I Kepala Berprestasi Tingkat Kecamatan
tahun 2018;Juara I Kepala SD Berdedikasi Tingkat
Kabupaten tahun 2019; Juara I Kepala SD Berdedikasi
tingkat Propinsi tahun 2019; dan Empat Besar Kepala SD
Berdedikasi tingkat Nasional tahun 2019. Sebagai saran
dan masukannya dapat menghubungi Kontak person
penulis : 0821 7795 4885 dan Email :
ismanman910@yahoo.co.id
36
KERABAT MEMOTIVASI WARGA
SEKOLAH

Budi Setiawan
SD Negeri Blang Keudah Kab. Pidie Provinsi Aceh
budi.pidie@gmail.com

Pentingnya Motivasi
Peran serta warga sekolah untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang unggul menuju Indonesia
maju sangat penting. Sekolah tidak akan mampu meraih
visi dan misi yang telah dicetuskan bersama dengan
warga sekolah tanpa adanya kerjasama yang baik,
sehebat apapun seorang pemimpin tidak akan mampu
memimpin sebuah organisasi apabila elemen lainnya
tidak difungsikan sebagaimana tupoksinya masing-
masing. Warga sekolah menjadi ujung tombak dalam
menggapai mimpi dan meraih prestasi-prestasi di
sekolah.
Warga sekolah adalah mereka yang berada di
lingkungan sekolah yang mempunyai andil untuk
sekolah, mereka adalah murid, guru, kepala sekolah,
orang tua dan masyarakat. Sekolah yang hanya
mengandalkan gurunya saja tetapi tidak melibatkan
orang tua serta masyarakat dalam menjalankan program
sekolah tidak akan mendapatkan hasil maksimal.
Pentingnya kerjasama yang baik dan motivasi bagi warga
sekolah merupakan awal dari keberhasilan sebuah
sekolah.
37
Gambar 1. Mufakat dengan tokoh masyarakat

Menumbuhkan motivasi bagi warga sekolah adalah


langkah awal yang dilaksanakan dalam mengembangkan
sekolah, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat
penting dalam hal ini. Karena keberhasilan yang di capai
kepala sekolah tidak terlepas dari peran serta warga
sekolah.
Tugas kepala sekolah membantu warga sekolah,
menstimulus dan mendorong warga sekolah untuk
bekerja optimal. Agar tugas-tugas itu dapat dikerjakan
dengan baik, maka kepala sekolah dituntut mempunyai
cara dan teknik terutama yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas-tugas warga sekolah. Karena kepala
sekolah adalah pemimpin utama dan penggerak dalam
melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Peran kepala sekolah dalam upaya peningkatan
motivasi warga sekolah adalah mengamati tindakan atau
perkembangan warga sekolah serta dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan warga sekolah dalam
meningkatkan mutu di sekolah.
Mutu pendidikan yang bagus yang dapat menjawab

38
semua tantangan yang terjadi dimasa sekarang, mutu
pendidikan yang berkualitas akan terwujud melalui kerja
sama yang solid dengan pemangku kepentingan dalam
pendidikan, yang terlibat dalam pemangku kepentingan
dalam pengembangan mutu pendidikan adalah kepala
sekolah, guru, serta masyarakat ketiga elemen ini
mempunyai pengaruh peran serta fungsi masing-masing
dalam pengembangan mutu pendidikan dilembaga itu
sendiri.
Proses pendidikan dikatakan bermutu tinggi apabila
pengoordinasian dan penyerasian serta pemaduan
antara input sekolah (kepala sekolah, guru, masyarakat,
siswa, kurikulum, uang, peralatan dan sebagainya)
dilakukan secara harmonis, sehingga mampu
menciptakan situasi dan pembelajaran yang
menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat
belajar serta benar-benar mampu memberdayakan
peserta didik.
Peran kepala dalam mengembangkan mutu
pendidikan yang berkualitas sudah merupakan suatu
kewajiban, karena kepala sekolah orang yang memiliki
wewenang dalam mengoordinasikan, menggerakkan, dan
menyelaraskan organisasi sekolah dalam
mengembangkan mutu pendidikan. Kepala sekolah
merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah, yang akan menentukan usaha apa yang di
lakukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran
pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan yang
harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada
peserta didik di sekolah, bagaimana guru dalam

39
melakukan proses pembelajaran serta peran orang
tua dan masyarakat dalam memberikan sesuatu yang
bermakna untuk pengembangan mutu pendidikan pada
sekolah tersebut. Kepala sekolah di tuntut untuk
senantiasa berusaha membina dan mengembangkan
hubungan kerja sama yang baik antara guru orang tua
dan masyarakat mewujudkan pendidikan yang efektif
dan efisien.

Gambar 2. Pemberian Bantuan untuk Siswa (Orang Tua Siswa)

Guru merupakan elemen kunci dalam sistem


pendidikan, khususnya di sekolah. Menurut M. Arifin (
1979 ) menyatakan bahwa Guru adalah sebagai pribadi
yang berilmu pengetahuan, mengajarkan anak didiknya
agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan, juga
dengan berbagai metode, media dan pendekatan-
pendekatan yang dibutuhkan anak untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri anak
didiknya.
Hal ini disebabkan karena guru merupakan titik
sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu
pendidikan, maka dari itu guru juga merupakan elemen
yang terpenting terlibat dalam pengembangan mutu
pendidikan tidak hanya dengan kompetensi akademik

40
yang baik tapi juga bagaimana cara merumuskan proses
pendidikan yang berkualitas, maka akan membawa
dampak peningkatan iklim belajar mengajar yang baik
serta mencapai hasil belajar yang tinggi.
Di samping kepala sekolah dan guru peran
masyarakat juga sangat penting dalam peningkatan mutu
pendidikan, dengan memberikan kontribusi baik
gagasan/ide-ide, bantuan tenaga, materi yang mungkin
peran pemerintah adanya keterbatasan tertentu,
menyumbangkan keahlian/ kreativitas-kreativitas
tertentu, peran masyarakat juga sangat penting dalam
tercapainya suatu bentuk visi dan misi sekolah.
Rendahnya motivasi warga sekolah merupakan hal
yang harus dipikirkan bersama, baik dari kalangan
internal maupun eksternal. Berpijak dari hal tersebut,
penulis ingin menguraikan alasan mengapa mengangkat
judul tersebut adalah karena rendahnya motivasi warga
sekolah pada SD Negeri Blang Keudah yang terletak jauh
dari Ibu kota kabupaten, yang mengakibatkan terjadinya
penurunan mutu pendidikan. Lingkungan pedesaan yang
masih asri jauh dari polusi, dengan mata pencaharian
orang tua sebagai petani dan pekebun menyebabkan
rendahnya motivasi siswa dalam belajar, orang tua yang
sibuk dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seakan tidak peduli dengan pendidikan anak-
anaknya.
Komunikasi masih sangat terbatas antara orang tua
dan guru, bahkan untuk komunikasi dengan dunia luar
seakan masih menjadi mimpi yang belum pasti.
Jangankan jaringan internet untuk telepon saja masih

41
harus menelusuri ke daerah lainnya. Alat transportasi
juga masih sangat minim, siswa ke sekolah berjalan kaki
dengan jarak puluhan kilometer, masih banyak penduduk
yang belum mempunyai alat transportasi khususnya
sepeda motor. Sarana yang dimiliki hanya gedung belajar
dan kantor saja, pagar sebagai salah satu sarana yang
juga sangat dibutuhkan tidak ada, setiap pagi guru harus
membersihkan kotoran hewan yang bertebaran dimana-
mana, halaman sekolah bahkan sampai di teras pun tidak
luput dari kotoran lembu, kambing, ayam dan bebek.
Beranjak dari kondisi tersebut penulis mencoba
mencari solusi untuk mengatasi problem yang dihadapi
di sekolah dengan menerapkan strategi Kerabat dalam
meningkatkan motivasi warga sekolah.

Kenapa Kerabat?
Kerabat adalah singkatan dari kerjasama
bersahabat, dengan menerapkan strategi kerabat
diharapkan mampu mengatasi masalah motivasi yang
rendah di sekolah. Karena rendahnya motivasi akan
berdampak pada rendah pula prestasi dan mutu yang ada
di sekolah. Sebagai manajer (pengelola), juga leader
(pemimpin) dalam sebuah organisasi, kepala sekolah
harus sigap dalam menjalankan tugas di samping
pengembangan akademik, juga mengembangkan
kemitraan sekolah. Tugas ini penting dan saling
mendukung satu dengan lain. Kegiatan akademik di
sekolah terjadi sebagai proses sosial sehingga
dibutuhkan kemitraan antara mereka yang terlibat dalam
proses akademik. Sebagaimana dijelaskan di atas dalam
proses
42
akademik, dibutuhkan hubungan kemitraan antara guru
dan siswa, antara siswa dengan siswa lain, yunior dengan
senior, antara siswa dengan tenaga administratif.
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi warga sekolah antara lain:
Membangun komunikasi interaktif dan Pengadaan
Sarpras. Berkomunikasi efektif di sekolah atau dalam
dunia pendidikan dibutuhkan demi tercapainya
informasi kepada si penerima informasi, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi
diantaranya yaitu: Dunia Pendidikan membutuhkan
pemahaman yang komprehensif, holistik mendasar dan
sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam
proses pembelajaran. Tanpa roh komunikasi yang baik,
pendidik akan kehilangan cara dan orientasi dalam
membangun kualitas output yang diharapkan. Dalam
konteks ini, komunikasi bisa disejajarkan pentingnya
dengan metodologi pengajaran, manajemen
pendidikannya yang terarah dan berkualitas. Oleh
karenanya, penulis mencoba menjalin komunikasi yang
baik dengan warga sekolah.

Gambar.3 Kenduri Apam (salah satu Tradisi di Aceh)

43
Warga sekolah merupakan faktor pendukung
utama dalam meningkatkan motivasi dan prestasi dari
sebuah sekolah, oleh karena itu saya mencoba menjalin
komunikasi dengan semua limit yang terhubung dalam
dunia pendidikan, langkah awal yang dilakukan adalah
mengkomunikasikan dengan guru program sekolah yang
dilaksanakan, hal ini tidak langsung diterima oleh teman-
teman guru karena perubahan merupakan sesuatu yang
baru bagi teman-teman guru yang mengajar di daerah
khusus, dengan kesabaran dan ketekunan serta
menanamkan keikhlasan guru mulai bisa menerima dan
mencoba mengubah diri serta pemikiran yang telah
mendarah daging dalam diri mereka.
Masyarakat yang seakan tidak peduli tentang
pendidikan anak-anaknya, latar belakang ekonomi
masyarakat yang tinggal di pedesaan yang bekerja hanya
sebagai petani sederhana hanya memikirkan kebutuhan
untuk sehari-hari tercukupi sangat sulit untuk di ajak
komunikasi pada awalnya, karena pada pagi hari mereka
sudah berangkat ke kebun atau ke sawah untuk mengais
rezeki. Maka salah satu cara untuk menghubungkan
masyarakat dengan pendidikan yaitu melalui peran serta
masyarakat dalam pendidikan. Ada pun langkah-langkah
yang penulis lakukan dalam menyelesaikan masalah
adalah: Sosialisasi, Membangun Kerjasama, dan MBS.
Tahapan dalam Sosialisasi adalah: Tahap Pertama
sasarannya adalah guru, penulis mulai merangkul guru
yang bertugas secara kekeluargaan, berkomunikasi yang
baik dengan dewan guru tanpa menyalahkan serta
mendengarkan keluh kesah mereka selama bertugas di

44
daerah khusus, karena tidak semua orang mau
ditugaskan di daerah tersebut, kalau pun ada SK hanya
akan bertahan untuk beberapa tahun saja kemudian akan
mencari alternatif untuk pindah. Guru tidak ada satu
orang pun yang berasal dari wilayah tersebut, hal ini juga
menjadikan motivasinya rendah. Membangkitkan
kembali motivasi yang telah lama hilang dengan
semangat yang baru, menanamkan keiklasan dalam
menjalankan tugas negara dan memenuhi segala
kebutuhan dalam melaksanakan PBM. Menjalin
hubungan kekeluargaan yang erat, serta memberikan
kepercayaan penuh pada rekan-rekan guru, penulis
mulai mengajak guru untuk mengubah mindset
berpikirnya, tidak adanya pilih kasih dan perbedaan
kasta di sana, karena bagi saya mereka adalah aset yang
sangat berharga dalam memajukan sekolah. Selanjutnya
barulah penulis mensosialisasikan program-program
yang akan dilaksanakan.

Tahap Kedua sasarannya adalah masyarakat, penulis


mulai masuk ke lingkungan warga, langkah awalnya
adalah penulis ke rumah kepala desa dan selanjutnya
komite sekolah, Kepala desa menyambut baik
kedatangan penulis, kami berkomunikasi tentang apa
sebenarnya yang menyebabkan motivasi rendah.
Ternyata salah satu penyebabnya adalah kurangnya
perhatian dari dinas, dan belum pekanya kepala sekolah
dalam menanggapi permasalahan yang terjadi. Selain itu
kesibukan warga yang hanya sebagai petani kecil lebih
fokus pada rutinitas sehari-harinya, sekolah bukan hal
penting bagi warga di sana, karena anak-anak hanya

sekolah SD. Untuk ke


45
jenjang SMP mereka harus menuju ke Kecamatan, dengan
jarak yang cukup jauh dan alat transportasi tidak ada
sehingga pendidikan itu seakan tidak begitu penting bagi
masyarakat. Hal yang sama juga di sampaikan oleh
komite sekolah Tgk. Ismail Ahmad. Begitu juga dengan
masyarakat yang penulis temui di warung-warung atau
di rumah, mereka yang hanya berpenghasilan pas-pasan
hanya berpikir bagaimana cara untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Bahkan anaknya pun kadang
di suruh untuk tidak sekolah karena harus membantu
menjaga adiknya ketika orang tuanya ke kebun dan ke
sawah. Selanjutnya penulis mencoba menyampaikan
program dan sosialisasi kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Kedua adalah Membangun Kerjasama. Kesibukan
masyarakat yang begitu padat, seakan tidak memberikan
ruang kepada saya untuk menjalin kerjasama yang baik
dengan masyarakat khususnya, sehingga penulis
mencoba mengatur waktu untuk duduk bersama
masyarakat di hari masyarakat tidak ada kegiatan,
misalnya hari Jum’at. Setiap hari Jumat masyarakat ada
pengajian di mesjid yang letaknya pas di depan sekolah,
di hari tersebutlah kami sering membangun komunikasi
untuk menjalin kerjasama yang baik. Penulis sendiri juga
ikut dalam kegiatan rutinitas pengajian masyarakat di
hari Jumat tersebut. Tidak hanya itu kami warga sekolah
sudah mulai bisa menjalin berbagai kerja sama yang baik
dengan warga untuk membangkitkan motivasi belajar
siswa. Ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
Desa begitu juga dengan masyarakat kami ikut sertakan
dalam berbagai kegiatan di sekolah, seperti PHBI
dan kegiatan
46
pembangunan pustaka serta kenduri apam yang pihak
sekolah lakukan.
Ketiga MBS. Partisipasi masyarakat sudah mulai
terlihat, masyarakat sudah mulai peduli dengan
pendidikan anak-anaknya, anak-anak yang tidak ke
sekolah sudah mulai dilaporkan oleh orang tua ke
sekolah. Ketika ada hewan yang berkeliaran dilingkungan
sekolah warga sekolah sudah mulai mengusirnya, para
siswa yang tadinya ke sekolah tidak menggunakan
seragam sudah mulai memakai seragam sekolahnya. Hal
ini tidak terlepas dari manajemen berbasis sekolah yang
dilakukan oleh pihak sekolah. Transparansi dalam
penggunaan anggaran dan penyusunan program-
program sekolah dengan mengikut sertakan komite serta
tokoh masyarakat, sekolah membuka diri dengan
menerima masukan- masukan dari masyarakat. Penulis
juga mulai menjalin kerjasama dan kedekatan dengan
dinas terkait, penulis mengundang pengawas sekolah
untuk hadir, bahkan penulis juga meminta rekan-rekan
dari sekolah inti untuk hadir ke sekolah. Adanya
hubungan timbal balik sekolah dengan warga dengan
memberikan kesempatan untuk ikut serta berperan
dalam penyusunan dokumen sekolah serta program-
program sekolah berdampak pada SDN Blang Keudah
mulai dikenal oleh Dunia luar dan memperlihatkan
motivasi warga sekolah terjadinya peningkatan.
Disamping Membangun komunikasi interaktif,
pengadaan sarpras juga mendapat perhatian penting.
Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian
utama oleh setiap pengelola pendidikan adalah

mengenai

47
fasilitas pendidikan. Sarana pendidikan umumnya
mencakup semua fasilitas yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan,
seperti: Gedung, ruangan belajar
atau kelas, alat-alat atau
media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Di SDN
Blang Keudah hanya ada ruang belajar dan kantor
gurunya saja, sementara yang lain tidak ada. Padahal
sarana lain yang juga sangat dibutuhkan seperti pagar
sekolah, WC dan lainnya untuk menunjang kegiatan PBM
di sekolah sama sekali tidak ada, hal ini berdampak pada
setiap pagi guru harus membersihkan sekolah terlebih
dahulu dari berbagai jenis kotoran hewan. Dengan Kerabat
yang penulis jalin di SDN Blang Keudah itu sudah mulai
teratasi, masyarakat sudah tidak lagi membiarkan hewan
peliharaannya tidur di sekolah, kalau pun ada
masyarakat akan mengusirnya dari pekarangan sekolah.
Selama kepemimpinan penulis, penulis juga sudah
berhasil menggadakan berbagai sarana yang ikut
membantu menyukseskan kegiatan PBM di sekolah.
Salah satunya tentang pagar, pihak sekolah sudah
membuat proposal dan mendapat respons yang baik dari
atasan terkait, bahkan sudah mulai di ambil ukuran
untuk pembuatan pagar. Kemudian penulis juga sudah
menjalin kerjasama dan menandatangani pembuatan
pustaka yang alhamdulillah sudah selesai dilaksanakan.
Bukan hanya itu sarana lainnya seperti tempat parkir,
tong sampah lemari alas meja dan gorden sudah berhasil
di adakan selama kepemimpinan penulis kurang lebih
dua tahun.
48
Gambar 3. Siswa SDN Blang Keudah Juara O2SN

Penutup
Dari penerapan strategi Kerabat di sekolah ini
hasil yang dicapai hingga saat ini antara lain: (1) Siswa
sudah mulai termotivasi untuk ke sekolah dan datang ke
sekolah sudah mulai tepat waktu, bahkan siswa sudah
mulai menunjukkan prestasinya dengan menjuarai
berbagai Olimpiade tingkat kecamatan dan gugus. (2)
Guru sudah mulai membangun komunikasi yang
komunikatif dengan warga sekolah, tanggung jawab dan
kesadaran mulai tertanam dalam diri guru untuk hadir
tepat waktu. Bahkan ada guru yang menjuarai OGN
tingkat kabupaten . (3) Masyarakat juga sudah tumbuh
kesadaran untuk memotivasi anaknya ke sekolah serta
terjalinnya komunikasi yang interaktif.

49
DAFTAR PUSTAKA
Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Bandung : Pustaka Setia
Arifin M, Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama Di
Lingkungan Sekolah Dan Keluarga, Jakarta: Bulan
Bintang
Dradjat, 2018 cet ke 10, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara
Hamzah B. Uno,2014, Model Pembelajaran(Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yangKreatif dan Efektif),
Jakarta: Bumi Aksara.
Husaini, Usman, 2009, Menajemen Teori, Jakarta: Bumi
Aksara
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
Volume 2 Nomor 1, Juni 2014 | Bahana Manajemen
Pendidikan | Jurnal Administrasi Pendidikan

50
TENTANG PENULIS
Budi Setiawan dilahirkan di Desa
Dayah Kp. Pisang Kecamatan Sakti
Kabupaten Pidie Provinsi Aceh pada
tanggal 18 Januari 1983. Lulus SD
Negeri 2 Kota Bakti pada tahun
1994. Kemudian melanjutkan ke
SMP Negeri 1 Kota Bakti dan Lulus
pada Tahun 1997. Setelah itu
melanjutkan
Ke SMA 1 Sakti Lulus pada tahun 2000. Tahun 2003
menyelesaikan pendidikan Diploma II PGMI Fakultas
Tarbiyah, dilanjutkan dengan Studi S1 dan selesai pada
Tahun 2007. Selanjutnya tahun 2018 menyelesaikan
program Pasca Sarjana di Universitas Iskandar Muda
Banda Aceh.
Beberapa prestasi yang pernah diraih antara lain, Juara I
Guru Prestasi Tingkat Kabupaten Tahun 2007, Juara I
Kepala Sekolah Berdedikasi Tingkat propinsi Tahun
2019, Juara III Kepala sekolah Berdedikasi Tingkat nasional
pada Tahun 2019. Penulis dapat dihubungi di
08126948156 dan email:budi.pidie@gmail.com.

51
SAMAWA KUNCI KEBERHASILAN
PENGELOLAAN SEKOLAH

Juliah
Kepala SD Negeri Haurpugur 03, Provinsi Jawa Barat
juliah.upi@gmail.com

Konsep Samawa
SD Negeri Haurpugur 03 beralamat di Kp. Cabok
Kidul, RT 01/RW 02, Desa Haurpugur Kecamatan
Rancaerkek Kabupaten Bandung. Sekolah ini dibangun
pada tahun 1978 di atas lahan seluas 700 m2, dengan
nomor statistik sekolah 101020811035.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan pada tahun
pelajaran 2017/2018 memiliki enam rombel, dengan
enam ruang kelas, tiga di antara ruang kelas tersebut sudah
hancur dan tidak layak digunakan untuk proses belajar
mengajar, memiliki satu ruang kepala sekolah berukuran
3 x 7 m² dalam kondisi rusak ringan, tidak memiliki
ruang guru dan ruang perpustakaan, mempunyai dua
jamban siswa dalam kondisi rusak berat, satu jamban
guru dalam kondisi rusak berat, tidak memiliki mushola
dan tidak memiliki septic tank, sehingga pembuangan di
alirkan ke sungai yang terletak di belakang sekolah.
Budaya disiplin guru dan siswa dalam kehadiran di
kelas masih rendah, proses pembelajaran yang dilakukan
guru mayoritas bersifat konvensional sehingga kurang
memotivasi siswa dan hasil belajar siswa rendah, semangat

52
kompetisi siswa untuk mengikuti berbagai ajang lomba
belum terbangun, situasi lingkungan sekolah kotor.
Kondisi ini membuat penulis merasa terenyuh sekaligus
tertantang untuk segera melakukan perubahan dan
menjawab permasalahan tersebut..
Mencermati kondisi sekolah tersebut, maka
diagnosa kesulitan terletak pada perilaku warga sekolah.
Pada kenyataannya, warga sekolah seringkali sangat
terlambat melakukan perubahan yang selaras antara
dirinya dengan tuntutan zaman.
Bagaimana sekolah dapat diminati masyarakat
sekitar, sementara warga sekolah belum berubah? Oleh
karena itu, harus segera mengubah mindset warga sekolah,
sebab perubahan mindset yang didasarkan pada
pendekatan manajemen perubahan (change management),
diharapkan dapat membuat organisasi menjadi lebih
kapabel melayani tuntunan masyarakat. Dengan
demikian, manajemen perubahan melalui samawa yang
dilakukan oleh kepala sekolah sangat diperlukan dalam
menentukan keberhasilan pengelolaan sekolah, sehingga
Samawa dapat dipandang sebagai kunci keberhasilan
dalam pengelolaan sekolah.
Kata samawa sendiri terinspirasi dari istilah Islam,
Sakinah, Mawaddah, Warahmah, yang memiliki makna,
kunci keberhasilan dalam berumah tangga. Dalam
hubungannya dengan kompetensi kepala sekolah, maka
samawa diartikan sebagai Kompetensi Supervisi
Akademik, Manajerial dan Kewirausahaan, yang
merupakan tiga kompetensi utama yang harus dikuasai
oleh kepala sekolah dan diyakini dapat menjadi kunci

53
keberhasilan dalam mengelola sekolah.

Implementasi Samawa
Perkembangan zaman yang semakin pesat
menuntut percepatan inovasi di segala bidang.
Persaingan dan perubahan yang terjadi dalam konteks
multi- dimensional, mensyaratkan kemampuan kepala
sekolah yang andal dalam mengelola sebuah sekolah.
Kepala sekolah adalah kunci, tokoh sentral serta
merupakan salah satu komponen yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga
berhasil tidaknya sebuah sekolah akan sangat
dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki oleh kepala
sekolah, dengan demikian sekolah tidaklah dapat
berjalan tanpa adanya kepala sekolah, walaupun kepala
sekolah bukanlah segalanya.
Penguasaan kompetensi kepala sekolah yang
sangat mumpuni ini, diperlukan dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah, baik itu
prestasi akademis maupun non akademis. sehingga
melalui kompetensi tersebut apa yang diinginkan oleh
masyarakat, juga orang tua siswa dapat terwujud.
Membentuk sekolah yang efektif memerlukan
proses dan waktu, serta kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang pimpinan sekolah. Kepala
sekolah dengan kompetensi yang dimilikinya harus
mampu memimpin sekolah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal.
Tiga kompetensi utama yang disyaratkan dalam
mengelola sekolah berdasarkan Permendikbud Nomor
06 tahun
54
2018 adalah; kompetensi Supervisi Akademik, Manajerial
dan Kewirausahaan,
Melalui implementasi tiga kompetensi tersebut,
berbagai permasalahan dalam pengelolaan sekolah,
terutama dalam memecahkan masalah sarana prasarana,
budaya disiplin, motivasi dan prestasi belajar siswa, serta
program pembelajaran dan program sekolah dapat
segera teratasi.
Implementasi Samawa dimulai dengan menyusun
program berdasarkan sub dimensi yang ada pada
kompetensi Supervisi Akademik, Manajerial dan
Kewirausahaan, dengan menggunakan skala prioritas
berdasarkan kebutuhan di lapangan, untuk selanjutnya
dilaksanakan sesuai dengan program yang sudah
dirumuskan.
Setelah mengetahui kondisi awal yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumen,
maka langkah selanjutnya adalah, melakukan beberapa
pertemuan baik khusus dengan dewan guru, maupun
bersama dengan orang tua siswa dalam forum rapat
terbuka. Hal ini dilakukan untuk merumuskan dan
menyusun program kegiatan dalam menyelesaikan
beberapa permasalahan yang dihadapi sekolah melalui
Samawa, dengan cara mengimplementasikan ke tiga
kompetensi tersebut, di antaranya :

Supervisi Akademik
Peran kepala sekolah sebagai supervisor sangat
diperlukan dalam melaksanakan fungsi supervisi di
sekolah. Sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan,

55
kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan Supervisi
Akademik perlu terus dioptimalkan. Menurut Daresh,
Glickman, et al dalam (Prasojo dan Sudiyono, 2011: 84),
supervisi akademik adalah “serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran”.
Berdasarkan hasil observasi lapangan tentang
aktivitas guru dalam pembelajaran, pada umumnya guru
masih menggunakan pembelajaran konvensional,
sehingga motivasi dan hasil siswa rendah. Supervisi
akademik menjadi barang langka bagi guru. Oleh karena
itu pelaksanaan supervisi akademik, dipandang sebagai
solusi meningkatkan kompetensi dalam pembelajaran.

Gambar 1. Sosialisasi Supervisi Akademik Gambar 2 Pelaksanaan Observasi


Kelas

Proses supervisi akademik dilakukan melalui


beberapa tahapan, mulai dari mengadakan sosialisasi
tentang supervisi akademik, dilanjutkan dengan
membuat
56
rencana program supervisi akademik, melaksanakan
program supervisi akademik, serta menindaklanjuti hasil
supervisi akademik yang dilakukan pada semua guru.
Supervisi akademik ini dilakukan dengan tujuan
membina guru dalam meningkatkan mutu proses
pembelajaran, karena berdasarkan temuan di lapangan
pada umumnya guru masih menggunakan metode
konvensional dan media pembelajaran yang digunakan
kurang variatif.
Manajerial
Mengacu pada pendapat Stoner (1996: 81),
kompetensi Manajerial kepala sekolah dapat dipahami
sebagai kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan
beberapa fungsi, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan atau
penggerakan (leading) dan pengendalian (controlling), pada
seluruh sumber daya sekolah secara efektif dan efisien
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, di pandang
dari aspek manajerial, masih banyak yang perlu dibenahi,
Namun masalah sarana prasarana merupakan hal yang
paling urgent dan perlu mendapatkan skala prioritas.
Implementasi manajerial diawali dengan
melakukan observasi lapangan, musyawarah, menyusun
program, membuat proposal selanjutnya, dan
memberdayakan seluruh warga sekolah, termasuk orang
tua, sampai pada akhirnya sekolah mendapat beberapa
bantuan dari pemerintah untuk membangun dan
memperbaiki sarana dan prasarana.

57
Gambar 3. Rapat pembangunan Gambar 4. Pembangunan Ruang kelas

Kewirausahaan
Suryana (2003: 7) mengungkapkan “Kewirausahaan
adalah hasil dari sebuah proses, disiplin sistematis
menerapkan kreativitas dan inovasi dengan kebutuhan
dan peluang di pasar”. Dengan demikian kewirausahaan
dalam pendidikan merupakan proses dari kerja keras,
kreativitas dan inovatif secara terus menerus yang
dilakukan oleh pihak sekolah, terutama oleh kepala
sekolah sebagai pimpinan tertinggi agar tercapai visi, misi,
dan tujuan sekolah, sehingga memberikan pengaruh bagi
pengembangan kualitas maupun kuantitas sekolah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri
yang melekat pada individu yang memiliki kemauan
keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan
kreatif dan inovatif yang dimiliki, ke dalam kegiatan yang
bernilai. Jiwa dan sikap Kewirausahaan tidak hanya
dimiliki oleh usahawan, melainkan pada setiap orang
yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif.

58
Gambar 5. Penataan Lingkungan Sekolah Gambar 6. kegiatan eskul Marawis

Dengan demikian, Wirausaha dalam konteks


persekolahan adalah seorang pembuat keputusan yang
membantu terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga
yang bebas dari keterikatan lembaga lain.
Berkenaan dengan kompetensi Kewirausahaan,
maka ada lima dimensi kompetensi Kewirausahaan yang
harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu: menciptakan
inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah, bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/ madrasah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif, memiliki motivasi yang kuat
untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/ madrasah, pantang
menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/ madrasah,
dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi barang/jasa sekolah/madrasah sebagai
sumber belajar peserta didik.
Menanamkan karakter kewirausahaan melalui
budaya sekolah, merupakan langkah pertama yang

59
dilakukan dalam pengembangan strategi dengan tujuan
mengubah mindset guru dan siswa, untuk dapat
meningkatkan disiplin dan rasa tanggung jawab, jujur,
kerja keras, memiliki motivasi berprestasi dan memiliki
komitmen.
Penanaman nilai kewirauhaan selanjutnya
dilakukan dengan cara mengintegrasikan Kewirausahaan
dalam semua mata pelajaran, yang dapat mendorong
peserta didik berinteraksi satu sama lain dalam
kelompok, memadukan Kewirausahaan dalam kegiatan
ekstra kurikuler marawis, pramuka, olah raga, dan seni.
Hal ini dilakukan untuk melatih siswa siap menghadapi
tantangan, siap untuk kalah dan menang serta saling
menghargai, dan yang terpenting dari kegiatan ekstra
kurikuler adalah, pemberian pengalaman bagi siswa,
karena sebelumnya tidak melaksanakan program ekstra
kurikuler. Selanjutnya nilai nilai Kewirausahaan juga
diintegrasikn pada kegiatan pengembangan diri.

Hasil Implementasi Samawa


Strategi implementasi Samawa yang dilakukan
oleh kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah telah
memperlihatkan beberapa hasil, yaitu:
1. Peningkatan Jumlah Siswa
Pada tahun pelajaran 2017/2018, pertama penulis
bertugas di SD Negeri Haurpugur 03 memiliki siswa
sebanyak 116 orang, pada tahun pelajaran 2018/2019
meningkat sebesar 5,17%. Walaupun peningkatannya
belum tinggi namun sudah membuktikan adanya
perubahan sebagai dampak dari implementasi SAMAWA,

60
dalam pengelolaan sekolah.
Tabel ; Data Siswa SD Negeri Haurpugur 03 dua
Tahun Terakhir

Tahun Pelajaran
Kelas
2017 – 2018 2018 - 2016
P Jml L P Jml
I 11 09 20 12 09 21
II 11 09 20 11 09 20
III 09 08 17 11 09 20
IV 15 12 27 09 08 17
V 09 08 17 15 12 27
VI 10 5 15 09 08 17
Jumlah 65 51 116 67 55 122

2. Pengembangan sarana dan prasarana sekolah


Melalui implementasi Samawa, pada tahun 2019
tiga ruang kelas yang dinyatakan rusak berat tersebut telah
berhasil diperbaiki melalui bantuan dari pemerintah
daerah Kabupaten Bandung, selain itu toilet guru dan
siswa juga telah diperbaiki. SD Negeri Haurpugur 03 juga
telah membangun gedung perpustakaan dan mushola
dilengkapi dengan tempat wudhu yang dapat menunjang
terhadap aktivitas belajar mengajar. Septic tank, juga
telah berhasil dibangun sehingga pembuangan tidak lagi
dialirkan ke sungai yang dapat menimbulkan
pencemaran.

61
Gambar 7. Kondisi Kelas Sebelum Rehab Gambar 8. Kondisi Kelas Setelah Rehab

3. Terjadi Peningkatan kedisiplinan warga sekolah, baik


guru maupun siswa.
Melalui pembiasaan sebagai implementasi Samawa
yang dilakukan kepala sekolah, telah terjadi peningkatan
pada kedisiplinan guru dan siswa dalam kehadiran di
kelas, termasuk jiwa kompetisi siswa mulai tumbuh,
terbukti dengan adanya partisipasi siswa dalam berbagai
ajang lomba, yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

62
Gambar 9. Siswa mengikuti berbagai ajang lomba

4. Terjadi Perubahan Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran yang pada umumnya masih
menggunakan metode ceramah dan media pembelajaran
yang kurang bervariatif. Sedikit demi sedikit sudah
berubah, guru mulai terbiasa mencipatkan inovasi baru
dalam proses pembelajaran. Mulai dari metode yang
bervariasi sampai pada pembuatan media pembelajaran,
yang berakibat pada meningkatnya motivasi siswa dan
hasil belajar siswa.

Gambar 10. Aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran

63
5. Terjadi peningkatan pada program sekolah.
Sekolah yang awalnya tidak memiliki program
ekstra kurikuler, sekarang memiliki kegiatan ekstra
kurikuler dan pembiasaan seperti: marawis, budaya 5S,
sholat dhuha berjamaah, senam pagi bersama, program
PHBS, kepramukaan dan seni.

Gambar 11. Pembiasaan Sholat Dhuha Berjama’ah Gambar 12. Program PHBS

Penutup
Implementasi Samawa yang dilakukan oleh kepala
sekolah mampu memberikan dampak positif terhadap
kemajuan sekolah antara lain; (1) mampu mengubah
mindset guru dan seluruh warga sekolah ke arah yang lebih
baik, (2) mengembalikan kepercayaan orang tua siswa dan
masyarakat terhadap sekolah, dan (3) terjadi berbagai
perubahan, mulai dari sarana prasarana, budaya sekolah,
dan kinerja guru, serta motivasi siswa, yang menunjukkan
keberhasilan pengelolaan sekolah melalui implementasi
Samawa.

64
DAFTAR PUSTAKA
Asmami, M.J. (2011) Tuntutan lengkap Metodologi Praktis
Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Pres.
Depdiknas, (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 6 tahun 2018 tentang Tugas Pokok Kepala
Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Mukhtar dan Iskandar. 2009 Orientasi Baru Supervisi
Pendidikan, Jakarta: GP. Press
Prasojo, LD dan Sudiyono. (2111) Supervisi Pendidikan,
Cetakan I, Yogyakarta: Gava Media
Stoner, J. A. F., (1996). Management, Englewood Cliffs.
New Jersey: Prentice-Hall International Inc.
Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan
Proses Menuju Sekolah. Jakarta: PT. Salemba Empat

65
Tentang Penulis
Nama JULIAH, M.Pd. Lahir di
Sumedang, 17 Mei 1970. No. HP.
089615422166, email:
juliah.upi@gmail.com. Lulus SD
Negeri Cibiru 01 (1984), Lulus
SMP Negeri 01 Ujungberung
(1987), dan lulus SPG Negeri 01
Bandung pada tahun 1990.
Melanjutkan kuliah D2 di IKIP
Bandung jurusan PGSD lulus
pada tahun 1993, S1 jurusan PGSD pada UPI Cibiru lulus
tahun 2006, Kemudian melanjutkan S2 Pada Program
Pasca Sarjana UPI Bandung jurusan Pendidikan Sekolah
Dasar lulus pada tahun 2012 Beberapa prestasi yang
pernah diraih penulis antara lain: Juara I Guru
Berprestasi Tingkat Kecamatan tahun 2016 ; Juara I Guru
Berprestasi Tingkat Kabupaten tahun 2016; Juara II Kepala
Berprestasi Tingkat Kecamatan tahun 2018; Juara I
Kepala SD Berdedikasi Tingkat Kabupaten tahun 2019;
Juara I Kepala SD Berdedikasi tingkat Propinsi tahun
2019; dan Juara II Kepala SD Berdedikasi tingkat
Nasional tahun 2019.

66
KEMITRAAN SEBAGAI KUNCI
PENGEMBANGAN
EKOSISTEM SEKOLAH

Leni Manggena
SDN 12 Dulupi Boalemo
leni.manggena08@gmail.com

Kemitraan Sekolah
Sekolah yang bagus adalah sekolah yang membuat
semua warga sekolah nyaman mempunyai taraf
pendidikan yang baik atau bermutu baik,sekolah yang
sesuai dengan yang di cita-citakan, di angan-angankan
atau dikehendaki oleh siswa dan orang tua. Sekolah yang
baik adalah sekolah yang apabila semua kebutuhan
sekolah terpenuhi seperti: proses pembelajaran yang
baik, mempunyai visi dan misi, sekolah yang
mengupayakan proses perbaikan sesuai dengan tugas
pokok fungsi dan tanggung jawab. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, kepala sekolah perlu mempunya strategi
dan kemampuan manajerial.
Karena letak sekolah yang berada di daerah
terpencil, maka kondisi sekolah juga berbeda dengan
yang ada di kota. Di sekolah ini mayoritas baik kepala
sekolah maupun guru masih banyak memiliki
kekurangan terutama pada mutu pengelolaan
pembelajaran melalui supervisi akademik, manajemen
sekolah dan pengembangan ekosistem sekolah. Pada
tahun 2016 SDN
12 Dulupi termasuk salah satu sekolah yang terpilih

67
sebagai sekolah di daerah 3T yang masuk dalam program
studi banding pendampingan kepala sekolah.
Program studi banding tersebut menyasar pada 3
(tiga) komponen prioritas yaitu pengelolaan kurikulum,
supervisi pembelajaran dan pengembangan ekosistem
sekolah
Program study banding kepemimpinan kepala
sekolah merupakan salah satu program penguatan
kepala sekolah melalui transformasi budaya mutu dari
sekolah- sekolah mitra, yaitu sekolah yang sudah
melaksanakan kurikulum 2013 (K-13), kepada kepala
sekolah imbas yaitu kepala sekolah yang berasal dari
daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) agar memiliki
kekuatan daya dongkrak untuk merencanakan dan
melaksanakan perubahan.
Melalui program study banding, kepala sekolah
imbas didorong untuk memperoleh pengalaman dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, supervisi akademik,
dan partisipasi masyarakat sebagai good practices
sebagai dasar dalam rencana pengembangan sekolahnya
dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan kondisi
nyata sekolah yang di pimpinnya, dan berdasarkan
deskripsi masalah kebutuhan tersebut, kepala sekolah
mitra dapat membantu perbaikan dan yang masih perlu
di tingkatkan mutu pendidikannya. Kepala sekolah mitra
membantu kepala sekolah imbas untuk meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah, terutama mutu pengelolaan
pembelajaran melalui supervisi akademik, manajemen
sekolah, dan pengembangan ekosistem sekolah.
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh di sekolah
mitra, kepala sekolah imbas diharapkan mampu
68
mengembangkan program-program peningkatan mutu
pendidikan dengan cara mengimplementasikan di
sekolah selama proses implementasi. Manfaat program
ini telah banyak di rasakan oleh kepala sekolah dari ke
dua belah pihak dan bahkan oleh masyarakat sekolah
dan masyarakat di sekitar sekolah. Dampak program
study banding kepemimpinan kepala sekolah adalah
munculnya kesetaraan mutu, rasa persaudaraan,
semangat, dan kepercayaan diri yang kuat pada diri
kepala sekolah dan warga sekolah dalam memajukan
mutu pendidikan di sekolah. Pada program ini kepala
sekolah imbas di harapkan memperoleh pengalaman
tentang cara memimpin dan mengelola sekolah yang
efektif dan efisien sehingga dapat mendorong terjadinya
peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya.
Pembinaan kompetensi dan kinerja kepala sekolah
melalui program pendampingan kemitraan kepala
sekolah merupakan salah satu program prioritas
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan. Program kemitraan yang dimulai
pada tahun 2015 yang lalu dilaksanakan melalui
mekanisme pertukaran kepala sekolah mitra dengan
kepala sekolah imbas dan dinamakan dengan Program
Studi Banding Kepemimpinan Kepala Sekolah. Kegiatan
tersebut telah diikuti oleh 1500 kepala sekolah, yaitu 750
kepala sekolah pada sekolah imbas dan 750 kepala sekolah
pada sekolah mitra/pengimbas.

69
Pada tahun 2016 ini, sebagai kelanjutan dari
program tersebut akan dilaksanakan dalam bentuk
pendampingan oleh Fasilitator dan Kepala Sekolah Mitra
terhadap Kepala Sekolah Imbas. Program 2016 ini secara
umum akan meneruskan perencanaan perubahan yang
telah dirancang pada Workshop In Service Learning-1 dan
On the Job Learning tahun 2015 sekaligus mengidentifikasi
dan menganalisis pelaksanaan rencana peningkatan
mutu kepemimpinan kepala sekolah pasca Workshop In
Service Learning-1. Melalui mekanisme pendampingan,
Fasilitator dan Kepala Sekolah Mitra akan melakukan
pendampingan di sekolah imbas yang pelaksanaannya

selama kurang

lebih 7 (tujuh) hari untuk berkolaborasi sekaligus


mendampingi dan mengasistensi kepala sekolah imbas
dalam melaksanakan agenda perubahan yang telah
dirumuskan dalam perencanaan OJL.
Berdasarkan uraian Program kemitraan di atas
maka langkah yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam Bestpractice ini yaitu (1) Memberikan
sosialisasi kepada guru terkait program supervisi, (2)
Menyusun Program Supervisi dan kemitraan dengan
melibatkan staceholder pendidikan, dalam hal ini guru
70
sebagai sasaran supervisi, Pemerintah serta dunia usaha
sebagai mitra, (3) Melaksanakan Program yang telah di
susun, program Supervisi kepada guru di lingkungan SDN
12 Dulupi dan program kemitraan terkait dengan
kompetensi managerial Kepala Sekolah, (4) Mengevaluasi
Program kemitraan.

Gambar 1. Kegiatan sosialisasi

Implementasi
Pelaksanaan di lapangan dimulai dengan
sosialisasi pentingnya supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah untuk peningkatan
profesionalisme guru. Program sosialisasi telah
dijalankan dengan lancar dengan pemateri kepala
sekolah mitra. Peserta dalam hal ini adalah seluruh guru
SDN 12 Dulupi yang terlihat antusias dalam mengikuti
kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan. Adapun Kegiatan
sosialisasi yang dilakukan berupa workshop pembuatan
perangkat pembelajaran yang mengintegrasikan
program kemitraan. Workshop ini dijalankan selama 4
hari mulai dari hari Rabu sampai hari Sabtu dengan
pemateri kepala sekolah dari kemitraan. Pada hari
pertama materi yang diberikan penyusunan jadwal
pelaksanaan dan instrumen supervisi akademik. Pada

hari kedua materi yang diberikan adalah

71
pendelegasian dan pembagian tugas penyelia kepada
guru senior. Setelah itu pada hari ke tiga materi yang
diberikan adalah perbaikan proses dan hasil belajar. Dan
hari ke empat materi yang di berikan adalah
perencanaan rapat hasil evaluasi supervisi akademik.
Hasil rapat telah mengidentifikasi beberapa poin penting.
Pertama, kemampuan kepala sekolah dalam
mengembangkan manajemen sekolah. Kepala sekolah
menyusun rencana pengembangan sekolah jangka
panjang, menengah, dan pendek dalam rangka mencapai
visi, misi, dan tujuan sekolah. Dengan melibatkan semua
unsur di sekolah dalam menyusun Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS)/ Rencana Kerja
Sekolah(RKS), dalam rangka mencapai visi,misi dan
tujuan sekolah (contoh: membentuk Tim Pengembang
Sekolah (TPS). Kepala sekolah sudah mampu
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan sebagai bahan penyusunan rencana
pengembangan sekolah. Dan kepala sekolah Mampu
memimpin penyusunan rencana pengembangan sekolah
dan membekali semua unsur di sekolah dalam
pembuatan rencana pengembangan sekolah (contoh:
pelatihan TPS dan penyusunan EDS).
Kedua, kemampuan Kepala Sekolah dalam
mengembangkan ekosistem sekolah. Kepala sekolah
mampu menjalin kerjasama yang harmonis antara
sekolah dengan lembaga pemerintah. Sekolah mampu
menjalin kerjasama yang harmonis antara sekolah
dengan lembaga terkait dan masyarakat. Sekolah mampu
menjalin kerjasama yang harmonis antara lain Sekolah

72
(guru/kepsek) dengan siswa, Sekolah dengan orang tua
siswa, Sekolah dengan Komite Sekolah, Siswa dengan
siswa, Orang tua siswa dengan Komite Sekolah, dan
sekolah mampu menciptakan suasana lingkungan sekolah
yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar
terus menerus.

Gambar 2. Kerjasama guru dan siswa

Hasil pelaksanaan program


Hasil implementasi menunjukkan pencapaian yang
positif antar lain: (1) meningkatnya mutu dan kualitas
pembelajaran melalui kegiatan supervisi, (2)
meningkatnya kemampuan manajerial kepala sekolah
melalui penyusunan program dan pengembangan
program serta pelaksanaan program sampai dengan
evaluasi program. (3) tersusunnya program supervisi
akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme
guru.
Program tahunan supervisi akademik dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru yang meliputi (1)
rapat penyusunan jadwal pelaksanaan dan instrumen
supervisi akademik, (2) pendelegasian dan pembagian
tugas penyelia kepada guru senior, (3) perbaikan proses
dan hasil belajar.

73
Dalam melaksanakan supervisi akademik terhadap
guru melalui pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
maka akan mampu membagi tugas pelaksanaan supervisi
akademik kepada wakil dan guru senior yang memenuhi
syarat (contoh: membuat Tim pelaksana supervisi
akademik, menugaskan wakil dan guru senior yang
sesuai dengan mata pelajaran dan pangkatnya lebih
tinggi). Sekolah juga mampu menerapkan prosedur,
pendekatan, dan teknik supervisi yang tepat (contoh: ada
pra observasi, masa observasi dan pasca observasi). Hal
penting lainnya adalah kemampuan menerapkan
instrumen supervisi yang relevan dengan tuntutan
perubahan dan sesuai dengan perkembangan kurikulum
dari pemerintah (contoh: ada muatan nilai-nilai
karakter).
Sekolah juga telah mampu (1) menyusun rencana
pengembangan sekolah jangka panjang, menengah, dan
pendek dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan
sekolah; (2) melibatkan semua unsur di sekolah dalam
menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)/
Rencana Kerja Sekolah(RKS), dalam rangka mencapai
visi, misi dan tujuan sekolah (contoh: membentuk Tim
Pengembang Sekolah (TPS); (3) mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan sebagai
bahan penyusunan rencana pengembangan sekolah; (5)
memimpin penyusunan rencana pengembangan sekolah
dan membekali semua unsur di sekolah dalam
pembuatan rencana pengembangan sekolah (contoh:
pelatihan TPS dan penyusunan EDS), (6)
mengembangkan struktur organisasi sekolah yang efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan, (7) menyusun
struktur organisasi yang efektif
74
dan efisien sesuai dengan kebutuhan pengembangan
sekolah, (8) menyusun deskripsi tugas setiap komponen
dalam struktur organisasi; (9) membuat pendelegasian
tugas untuk memonitor pelaksanaan tugas setiap
komponen dalam struktur organisasi; (10) mengevaluasi
struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan
pengembangan sekolah; (11) mengembangkan kurikulum
dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan sekolah; (12) Mampu melaksanakan program
kurikulum Buku/Dokumen 1, Buku/ Dokumen 2 dan
Buku/Dokumen 3; (13) melakukan evaluasi program
kurikulum Buku/Dokumen 1, Buku/ Dokumen 2 dan
Buku/Dokumen 3; dan (14) melakukan program tindak
lanjut untuk pengembangan kurikulum Buku/Dokumen
1, Buku/Dokumen 2 dan Buku/Dokumen 3.

Penutup
Program kemitraan yang telah dilaksanakan berhasil
mengatasi permasalahan di sekolah. Beberapa langkah
penting yang perlu diperhatikan adalah strategi
sosialisasi kepada guru terkait program supervisi,
penyusunan program supervisi dan kemitraan dengan
melibatkan stakeholder pendidikan, pelaksanaan program
yang telah di susun, serta evaluasi program.

75
DAFTAR PUSTAKA
Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan. Gaya Media. Yogyakarta. 2004. hal.
129.
Anderson, Gary L. 1998. Deconstructing Participatory
Reforms In Education. American Educational
Research journal, winter 1998, Vol. 35 No. 4 (hal.
571-603).
Comer, James P. & Norris Haynes. 1997. The Home School
Team. (Online). (http://www.edutopia.org/home-
school-team).
Frey, JH & Fontana, A. 1993. The Group Interview in
Social Research. in Ed. DL Morgan: Succesfull
Focus Group
Irwanto, 2007. Focus Group Discussion: Sebuah
Pengantar Praktis. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Knodel, J. 1993. The Design and Analysis of Focus Group
Studies. in Ed. DL Morgan: Successfull Focus
Group.
Minter, David & Reid, Michael. 2007. Lightning
Innovation Strategy. Jakarta: Serambi.
Prastowo, Andi. 2008. Menguasai Teknik-teknik Data
Penelitian Kualitatif. Jogya: DIVA Press.
Utari, Rahmania. 2010. Tantangan kemitraan orang tua,
sekolah, dan masyarakat. Jurnal manajemen
pendidikan. No. 2 Vol. VI.
76
Tentang Penulis

Leni Manggena S.Pd.I., lahir di desa


Kotaraja kecamatan Tilamuta pada
Tanggal 08 Oktober tahun 1974. Lulus
SDN Kotaraja pada tahun 1988. Lulus
SMP/MTsN Gorontalo pada tahun
1991. Lulus SMA/MAN
Gorontalo pada tahun 1994.
Melanjutkan kuliah pada sebuah perguruan Tinggi Sultan
Amai Gorontalo dan lulus pada tahun 2011. Hp.
085298500326

77
SEKOLAH TERPENCIL BERBASIS
ANDROID

Ahman Sarman
SMP Negeri 12 Wonosari Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo
omansarman@gmail.com

Terpencil Bukan Berarti Tertinggal


Sekolah di daerah terpencil merupakan sekolah
yang wilayahnya sulit dijangkau bila dilihat dari segi
akses penghubung, infrastruktur penunjang
dan alat transportasi yang digunakan. Hal
pertama yang paling sulit sekolah di daerah terpencil
adalah sulitnya akses menuju sekolah. Di lain sisi,
sekolah di daerah terpencil kurang semangat dalam
memajukan sekolah karena berbagai pertimbangan dan
kendala di antaranya medan jalan menantang, sulitnya
transportasi, tidak memiliki jaringan seluler, dan
besarnya biaya transportasi. Dari sinilah ketertinggalan
sekolah-sekolah di daerah terpencil. Sekolah-sekolah di
daerah terpencil di Kabupaten Boalemo Provinsi
Gorontalo tersebar di beberapa
kecamatan, di antaranya Kecamatan Wonosari. Di lihat
dari letak geografis sebagian besar sekolah-sekolah di
Kecamatan Wonosari termasuk dalam kategori terpencil.
Misalnya SMP Negeri 12 Wonosari. Sekolah tersebut
berada di sebelah Barat dari pusat kecamatan, paling
terujung di kecamatan Wonosari. SMP Negeri 12
Wonosari termasuk sekolah yang menerapkan sistem
android dalam menunjang pembelajaran.
78
Pembelajaran berbasis android di SMP Negeri 12
Wonosari berawal dari keresahan atas ketertinggalannya
dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pengembangan sekolah berbasis android dituangkan
dalam visi dan misi agar menjadi spirit bagi seluruh warga
sekolah. Visi SMP Negeri 12 Wonosari adalah terwujudnya
sekolah berbasis TIK, mandiri, cerdas, terampil,
berbudaya, berwawasan global, peduli sosial dan
lingkungan dilandasi Imtaq. Sedangkan misinya yakni (1)
menerapkan sistem TIK pada semua kegiatan
pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran yang
membentuk sekolah berjiwa mandiri dan bertanggung
jawab, (3) melaksanakan pembelajaran menyenangkan,
dan berkesan yang membentuk sekolah menjadi maju, (4)
mengembangkan prestasi di bidang akademik dan non
akademik diberbagai event, (5) melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang membentuk sekolah memiliki
keterampilan (life skill), (6) mengembangkan sekolah
berwawasan global, (7) mengembangkan sekolah yang
berbudaya, (8) melaksanakan pembelajaran yang
membentuk sekolah memiliki rasa peduli terhadap sosial
dan lingkungan, (9) melaksanakan pembelajaran, yang
membentuk warga sekolah berkeimanan dan
berketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Berdasarkan paragraf tersebut, SMP Negeri 12
Wonosari mengembangkan sekolah berbasis android.
Tantangan terbesar sekolah berbasis android yakni
belum adanya rujukan sekolah di daerah terpencil dalam
pengembangan sekolah berbasis android. SMP Negeri 12
Wonosari dalam menjawab tantangan zaman

79
memprogramkan hal-hal berikut ini (1)
menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK), (2) melaksanakan Ujian Semester Berbasis
Android (USBA), (3) menjalankan literasi berbasis android,
(4) mewajibkan tuntas baca Al-Qur’an berbasis android,
dan (5) pembelajaran berbasis android. Semua program
tersebut dilakukan di sekolah. Walaupun berada di
daerah terpencil bukanlah penghalang mengembangkan
sekolah berbasis android. Sekolah terpencil berbasis
android akan sangat menguntungkan bagi guru, sekolah
dan pemerintah.
Konsep Sekolah Terpencil
Keinginan untuk mengembangkan sekolah di
daerah terpencil merupakan proses pengembangan untuk
meningkatkan kinerja sekolah secara berkesinambungan.
Faktor utama dalam mendukung keberhasilan sekolah,
yaitu (1) kemampuan kepala sekolah mengelola sekolah,
(2) keinginan yang besar dari guru dan tenaga
kependidikan untuk menggunakan evaluasi diri sebagai
isu dasar dalam menetapkan komponen mutu sekolah
yang akan dicapai, (3) upaya pengembangan program
sekolah, (4) ketersediaan informasi yang terpampang
dalam data sekolah untuk menyusun program
pengembangan sekolah. Sekolah terpencil juga selalu
memperhatikan dan menjaga mutu sekolah. Sama halnya
dengan sekolah-sekolah lainnya di daerah perkotaan.
Menurut Masaong (2013:184), sekolah bermutu dibangun
atas lima pilar utama laksana bangunan sekolah, yakni (1)
berfokus pada pelanggan, (2) keterlibatan total semua
warga sekolah, (3) pengukuran dan penilaian, (4)

80
komitmen yang kuat, (5) perbaikan yang berkelanjutan.
Prinsip manajemen sekolah di daerah terpencil
berkaitan juga dengan budi pekerti. Hal tersebut dapat
dilihat pada penjabarannya yakni (1) kejelasan tugas dan
pertanggungjawaban, (2) pembagian kerja, (3) kesatuan
arah kebijakan, (4) teratur, (5) disiplin, (6) adil (seimbang),
(7) inisiatif, (8) semangat kebersamaan, (9) sinergis, dan (10)
ikhlas (Kemdikbud, 2015:82-85).
Konsep Android
Pada prinsipnya android merupakan sistem TIK,
operasinya dipakai untuk telepon seluler yang berorientasi atau
berbasis pada programlinuxdanjuga berbasis Open Source
(OS) yang menyediakan platform terbuka bagi para
pengembang/inovator untuk menciptakan aplikasi baru,
OS android dinilai akan berkembang secara pesat dan
mengalahkan vendor ternama seperti Microsoft Mobile,
Plam OS atau iphone. Android awalnya dikembangkan
oleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google,
yang kemudian membelinya pada tahun 2005 (Wulandari,
2013:3).
Aplikasi android semuanya digunakan sebagai
sarana komunikasi baik melalui telepon maupun SMS.
Dalam komunikasi adanya unsur komunikan dan
komunikator. Hubungan antara komunikator (penutur)
dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan
sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message).
Kemudian untuk menyampaikan atau mengontakkan
pesan itu diperlukan adanya media atau saluran
(channel) menghubung (Sardiman, 2005:7).
Konsep Daerah Terpencil
Desa tertinggal, terpencil dan pulau pulau kecil

81
secara rata-rata dapat dikategorikan sebagai wilayah
yang pelayanan pembangunan (infrastruktur) sangat
jauh dari standar dasar (minimal). Desa terpencil
merupakan kawasan perdesaan yang terbilang terisolasi
dari pusat pertumbuhan/daerah lain akibat tidak
memiliki atau kekurangan sarana (infrastrukur)
perhubungan, sehingga menghambat pertumbuhan atau
perkembangan kawasan (Kemendesa 2017:2).
Istilah daerah terpencil diperhalus dengan sebutan
daerah khusus. Istilah tersebut bertujuan untuk
meminimalisasi kesenjangan antara kota dan desa.
Sasaran pembangunan di daerah khusus/3T (Terdepan,
Terluar dan Tertinggal) dan kondisi khusus dalam bidang
pendidikan yang diharapkan daerah tersebut berubah
statusnya menjadi daerah maju (Kemdikbud, 2017:7).
Keadaan Awal
SMP Negeri 12 Wonosari merupakan SMP paling
terujung di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo
Provinsi Gorontalo. Didirikan pada tahun 2015, dan
bangunannya diresmikan pada tanggal 14 April 2016. Jarak
dari pusat kecamatan ke sekolah ini ± 25 Km dengan
melewati beberapa bukit panjang tak beraspal dan sungai.
Waktu yang dibutuhkan dari pusat kecamatan ke sekolah
sekitar 2 jam. Akses menuju sekolah ini agak sulit. Lebih
tepat bila menggunakan sepeda motor daripada
menggunakan mobil. Sebab jalan yang dilewati lebih
banyak kubangan, lumpur, dan sungai. Sebagai sekolah
baru, tentu sarana dan prasarana masih sangat minim. Di
samping itu, guru dan tenaga kependidikan nyaris tak
berminat untuk mengabdikan diri di SMP Negeri 12

82
Wonosari.
Sepanjang tahun 2016, guru yang mengabdikan
diri di SMP Negeri 12 Wonosari berjumlah 4 orang,
sedangkan tenaga administrasi 2 orang. Jumlah tersebut
tidak dapat mendukung pembelajaran secara efektif
karena harus berbagi tugas pada dua rombongan belajar
yang terdiri atas kelas VII A dan VII B. Bulan Agustus
tahun 2017 SMP Negeri 12 Wonosari mendapat
distribusi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD)
formasi Guru Garis Depan (GGD) sebanyak 6 orang.
Jumlah sebanyak itu menjadi kekuatan sekolah dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Ada dua hal yang membuat SMP Negeri 12
Wonosari diprediksi akan sulit berkembang, yakni (1)
akses jalan menuju sekolah sangat sulit. Selain itu,
jangkauan dari pusat kecamatan terlalu jauh. Apalagi dari
pusat ibu kota kabupaten, lebih jauh lagi, dengan jarak
tempuh ± 75 Km. Akses jalan yang sulit dilalui tersebut
membuat sekolah ini jarang dikunjungi oleh pemerintah
maupun instansi terkait. Di lain sisi, banyak di antara guru
dan tenaga kependidikan memiliki animo sangat rendah
dan motivasi yang kurang dalam mengikuti rapat,
seminar, atau kegiatan sejenis yang diselenggarakan di
tempat lain. Animo rendah tersebut dipicu oleh sulitnya
untuk kembali ke sekolah dalam waktu yang singkat, (2)
tidak memiliki jaringan telepon. Kondisi ini
memungkinkan SMP Negeri 12 Wonosari akan semakin
ketinggalan informasi-informasi penting berkaitan
dengan dunia pendidikan.
Strategi Sekolah Terpencil Berbasis Android
Strategi sekolah terpencil berbasis android

83
dilakukan dengan cara melibatkan berbagai pihak, di
antaranya guru, orang tua peserta didik/wali, dan
peserta didik (siswa). Guru berperan penting dalam
pengembangan sekolah berbasis android karena
sebagian besar kegiatan di sekolah difasilitasi dan
dipandu oleh guru. Oleh karena program ini masih baru,
maka sebagian besar kegiatan berbasis android sangat
bergantung pada guru. Apalagi fitur yang disediakan
beragam pilihan. Tanpa bimbingan guru, akan membuat
peserta didik kebingungan mengakses.
Di lain pihak, untuk menyukseskan pengembangan
sekolah berbasis android, harus ada kerja sama dengan
orang tua peserta didik dalam hal penyediaan Hp android.
Langkah yang ditempuh pihak sekolah dengan orang
tua/wali peserta didik adalah membuat bank sekolah
sebagai tempat menabung peserta didik. Aturan yang
disepakati bersama yakni (1) seluruh peserta didik wajib
menabung di bank sekolah, (2) tabungan tanpa potongan
dan tanpa bunga, (3) menabung dapat dilakukan setiap
hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali, (4) tabungan
tidak dapat ditarik selama satu tahun pelajaran. Artinya
hanya bisa ditarik ketika tahun pelajaran selanjutnya, (5)
uang tabungan yang ditarik pada tahun pelajaran
berikutnya langsung dibelikan Hp android oleh orang tua
peserta didik/wali.
Ujian Semester Berbasis Android (USBA)
SMP Negeri 12 Wonosari termasuk satu-satunya
sekolah di daerah terpencil di Kabupaten Boalemo yang
melaksanakan Ujian Semester Berbasis Android
(selanjutnya disingkat USBA). Setiap peserta didik

84
memiliki gawai sendiri yang digunakan sebagai alat
untuk menempuh ujian berbasis android. USBA termasuk
program modern, cepat, dan simpel. Dikatakan modern
karena sesuai dengan perkembangan zaman. USBA
menggunakan alat digischool atas bantuan dari PT.
Telkom Indonesia. Alat tersebut sebetulnya merupakan
alat konektivitas lokal dalam membantu proses
pembelajaran. Kemodernan dari USBA menyerupai
Computer Assisted Test (CAT). Peserta didik mengerjakan
soal dipantau secara langsung oleh pengawas bilik
melalui laptop yang berada di meja pengawas. Laptop
dijadikan server untuk mengawasi USBA. Kegunaan dari
laptop yakni dapat melihat presentasi jawaban peserta
didik, waktu ujian, kehadiran, hingga dapat memantau
peserta didik yang telah mengerjakan soal.
Keunggulan USBA dapat mempercepat pekerjaan
guru. Guru tidak lagi memeriksa hasil jawaban peserta
didik. Secara otomatis jawaban peserta didik terekam
dalam server. Baik jawaban benar maupun jawaban
salah. Di lain pihak, guru tidak perlu membuat analisis
jawaban peserta didik. Sebab secara langsung guru dapat
mencetak jawaban peserta didik sekaligus analisis soal.
Demikian juga dengan peserta didik tidak lagi menunggu
hasil ujian dalam waktu lama. Usai melaksanakan ujian,
peserta didik dapat mengetahui secara langsung nilai
ujiannya setelah selesai menjawab soal. Nilai ujian
langsung muncul di layar Hand phone (Hp) masing-
masing peserta didik.
Pelaksanaan USBA terbilang simpel. Dapat
dilakukan oleh seluruh guru dan peserta didik. Guru
membuat soal dengan mengetik di program Microsoft

85
Word lalu di-upload ke server. Secara otomatis soal akan
terbaca laksana CAT. Peserta didik dapat mengakses soal
dengan menggunakan Nomor Induk Siswa Nasional
(NISN) sebagai kata kuncinya. Soal tidak akan terbaca
bila belum saatnya ujian. Artinya, soal akan terbaca bila
tiba jadwalnya.

Gambar 1. Suasana ujian semester berbasis android di SMP Negeri 12Wonosari Kabupaten Boalemo
Provinsi Gorontalo.

Beberapa keunggulan USBA antara lain (1) terjadi


penghematan anggaran untuk biaya fotokopi soal, (2)
waktu ujian telah diatur melalui server, sehingga peserta
didik tidak bisa melihat soal meski bisa mengakses fitur,
(3) nilai peserta didik secara otomatis akan muncul usai
ujian. Tanpa diperiksa oleh guru. Artinya, pekerjaan guru
semakin mudah. Tugas guru terbantu dengan adanya
USBA, guru tinggal mencetak hasil ujian, komplit dengan
jumlah jawaban benar dan salah, (4) diakses dengan
menggunakan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN),
sehingga membuat peserta didik menghafal NISN
masing-masing. Selama ini peserta didik tidak tahu NISN
miliknya.
Kendala dalam USBA yakni (1) tampilan soal di layar
agak kecil. Berbeda dengan komputer, (2) kapasitas klien
(pemakai) maksimal 80 orang. Jika lebih, peserta

86
selanjutnya tidak bisa mengakses. Oleh sebab itu harus
dibuat sesi, (3) bila terjadi pemadaman listrik peserta didik
tidak bisa mengakses, karena server mati, (4) tidak
semua Hp android memiliki tampilan yang sama. Hanya
merk- merk tertentu. Terutama Hp dengan harga mahal.
Dengan adanya USBA, membuat SMP Negeri 12
Wonosari banyak diberitakan oleh media massa baik
media cetak maupun media Daring. USBA juga
mengantarkan SMP Negeri 12 Wonosari mendapat juara
III tingkat nasional tahun 2019 pada lomba Pemanfaatan
Digital Sekolah dengan tema “Ujian Zaman Now” yang
diselenggarakan oleh PT. Telkom Indonesia bekerja sama
dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Keberhasilan itu oleh PT. Telkom Indonesia mengundang
Kepala SMP Negeri 12 Wonosari dan 1 peserta didik
untuk bertemu langsung Presiden RI dalam acara
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK)
tahun 2019. USBA menjadi viral dengan slogan
“Terpencil
Tidak Tertinggal”. Sejak dirilisnya pelaksanaan USBA,
tampaknya mendapat perhatian serius dari orang tua
peserta didik. Buktinya, seluruh peserta didik telah
memiliki Hp android sendiri berkat kerja sama antara
sekolah dengan orang tua peserta didik. Peserta didik
juga semakin hebat dalam menggunakan Hp android. Di
lihat dari segi nilai, terjadi peningkatan nilai ujian dari
ujian berbasis kertas ke ujian berbasis android. Tentu
penyebabnya karena keseharian peserta didik tidak
pernah luput dari penggunaan Hp android, yang di
dalamnya terdapat beragam materi pembelajaran.

87
Literasi Berbasis Android
Literasi menjadi bagian terpenting dalam
mengasah kompetensi peserta didik. Literasi adalah
program sisipan yang menjadi wajib dilakukan oleh
seluruh peserta didik. Guru memerintahkan peserta didik
mengambil kesempatan mengembangkan keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)
sebelum pembelajaran wajib. SMP Negeri 12 Wonosari
memprogramkan literasi seminggu sekali, yakni setiap
hari Rabu, mulai pukul 07.30-08.30 Wita.
Program literasi awalnya peserta didik diarahkan
untuk membaca buku yang berada di perpustakaan.
Namun dengan besarnya keinginan peserta didik
bermain Hp, maka sekolah mengubah pola literasi
dengan mencanangkan program literasi berbasis
android. Bahan bacaan yang ada di perpustakaan dibuat
dalam bentuk E- Book dan dimasukkan ke dalam aplikasi
digischool. Setiap peserta didik dapat mengakses dan
memilih bahan bacaan sesuai dengan keinginan masing-
masing.

Gambar 2. Peserta didik sedang melaksanakan literasi berbasis android


di depan kelasnya masing-masing

Literasi berbasis android menjadi idola peserta


didik karena bahan bacaan setiap minggu bertambah.
Literasi dilakukan di teras-teras kelas. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah guru mengontrol peserta didik.
88
Secara positif, literasi berbasis android dapat
mengalihkan peserta didik dalam pemanfaatan media
komunikasi. Hp yang selama ini berdampak negatif,
dapat diminimalisasi ke hal-hal positif.
Literasi berbasis android merupakan program
kedua setelah maraknya penggunaan Hp android di SMP
Negeri 12 Wonosari. Literasi berbasis android dapat
meminimalisasi penggunaan Hp android pada hal-hal
tidak bermanfaat. Terkesan selama ini, pemanfaatan Hp
android kurang tepat kebermanfaatannya. Peserta didik
cenderung menggunakan Hp android untuk bermain
game, menonton youtube, facebook, dan lain sebagainya.
Literasi berbasis android dapat meningkatkan motivasi
peserta didik dalam membaca. Sebab keseharian peserta
didik tidak dapat dipisahkan lagi dengan Hp android.
Oleh sebab itu, semangat berliterasi dapat ditingkatkan
dengan program literasi berbasis android.

Tuntas Baca Al-Qur’an Berbasis Android


Membaca Al-Qur’an menjadi kewajiban bagi umat
Islam. Untuk mewujudkan hal itu, penggunaan Hp
android tidak saja pada pembelajaran wajib melainkan
juga dilakukan untuk membaca Al-Qur’an. Program baca
Al-Qur’an berbasis android dilaksanakan atas dasar
belum adanya buku Iqra dan Al-Qur’an di SMP Negeri 12
Wonosari. Pemanfaatan Hp android berdampak pada
pengembangan diri dalam bidang keagamaan.
Baca Al-Qur’an berbasis android dilaksanakan
setiap seminggu sekali, yakni pada setiap hari Sabtu. Jam
pengembangan diri diisi dengan membaca Al-Qur’an

89
berbasis android dipandu oleh guru agama Islam. Sajian
Al-Qur’an dalam bentuk aplikasi sehingga memudahkan
peserta didik untuk belajar mengaji secara mandiri.
Pengenalan huruf tersajikan dalam buku Iqra elektronik.
Peserta didik leluasa belajar membaca Al-Qur’an tanpa
harus terus menerus bergantung pada guru.
Baca Al-Qur’an berbasis android termasuk bagian
dari pemanfaatan media komunikasi secara positif. Al-
Qur’an elektronik dimiliki setiap peserta didik. Tidak bisa
dipungkiri penggunaan Hp android dapat mengarahkan
peserta didik menonton hal-hal negatif lewat internet.
Oleh sebab itu, banyaknya program sekolah yang
berbasis android membuat peserta didik tidak
berkesempatan mengakses hal-hal negatif.

Gambar 3. Tampilan Al-Qur’an terjemahan yang digunakan untuk kegiatan tuntas baca Al-Qur’an
berbasis android.

Tuntas baca Al-Qur’an berbasis android hampir


sama dengan program literasi berbasis android.
Kesamaannya terletak pada kebermanfaatan Hp android
di lingkungan sekolah. Sementara perbedaannya terletak
pada bahan bacaan. Kalau literasi berbasis android bahan
bacaannya adalah buku. Sementara program tuntas baca
Al-Qur’an berbasis android bahan bacaannya adalah Al-
Qur’an yang diformat dalam bentuk E-Book.

90
Perbedaan lain yaitu dalam program tuntas baca
Al- Qur’an berbasis android dapat mengarahkan peserta
didik dalam membaca Al-Qur’an secara benar atas
bantuan aplikasi. Program ini sangat penting bagi peserta
didik yang baru belajar mengaji maupun yang sudah
lancar mengaji. Peserta didik akan diarahkan oleh
aplikasi digischool untuk mengucap huruf-huruf dalam
Al-Qur’an secara baik dan benar. Program tuntas baca Al-
Qur’an berbasis android di SMP Negeri 12 Wonosari
sebagai jawaban tantangan zaman yang akhir-akhir ini
mulai mengurangi nilai religius di sejak era digital
merajalela. Zaman bisa berkembang namun keimanan
harus tetap teguh dalam diri peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Android
SMP Negeri 12 Wonosari Kabupaten Boalemo
Provinsi Gorontalo termasuk sekolah yang nekat dengan
pengembangan sekolah berbasis android.
Keberadaannya di daerah terpencil tidak membuat
sekolah tersebut berhenti berinovasi. Slogan terpencil
bukanlah tertinggal menjadi motivasi tersendiri dalam
pengembangan sekolah berbasis android. Semua mata
pelajaran wajib berbasis android dalam kegiatan
pembelajaran wajib.
Tampaknya pembelajaran berbasis android lebih
memudahkan proses pembelajaran. Selain itu,
memberikan motivasi tersendiri kepada peserta didik
dalam belajar. Selama ini di beberapa sekolah di
Kabupaten Boalemo, peserta didik dilarang membawa Hp
ketika berada di sekolah. Padahal, kemajuan zaman di era
industri 4.0 tidak terlepas atau sangat berkaitan erat
dengan penggunaan Hp android. Hp android dapat

91
membantu kebutuhan setiap orang dengan sangat cepat.
Keinginan peserta didik memiliki Hp android dan
membawa Hp android tersebut ke sekolah relatif tinggi.
Melihat keinginan besar itu, maka SMP Negeri 12
Wonosari memberikan kebebasan kepada peserta didik
membawa Hp android di sekolah. Penggunaannya saja
yang diatur berdasarkan kebutuhan sekolah. Semua buku
pelajaran telah disajikan dalam bentuk E-book dan dapat
diakses oleh peserta didik melalui aplikasi digischool.
Bahkan bukan saja E-Book, tetapi juga video
pembelajaran dan film pendidikan.
Satu contoh membanggakan adalah pembelajaran
berbasis android pada mata pelajaran PJOK. Cara
melakukan gerakan yang dikehendaki dalam
pembelajaran telah disajikan di video pembelajaran.
Peserta didik bila sulit memahami satu gerakan, maka
perlu mempelajarinya lewat video pembelajaran.
Penggunaan Hp android tidak saja pada pembelajaran di
dalam kelas, melainkan juga pada pembelajaran di luar
kelas.

Gambar 4. Guling depan (forward roll) yang sedang ditonton peserta didik sebelum meniru gerakan
tersebut pada mata pelajaran PJOK.

Program pembelajaran berbasis android di SMP


Negeri 12 Wonosari Kabupaten Boalemo merupakan
program yang mempermudah guru dan peserta didik

92
dalam kegiatan pembelajaran. Guru saat melaksanakan
pembelajaran terbantu oleh adanya alat digischool. Alat
tersebut terkoneksi dengan Hp android peserta didik.
Sehingga buku, materi, soal latihan, video pembelajaran,
perangkat pembelajaran dan lain sebagainya dapat
dilihat langsung lewat Hp android peserta didik.
Efisiensi waktu berjalan sangat baik dalam
kegiatan pembelajaran. Untuk mengarahkan peserta
didik membuka materi pembelajaran, peserta didik tidak
perlu membuka setiap lembaran materi yang telah
disediakan. Cukup mengetahui saja nomor halaman
buku. Dengan demikian peserta didik dapat mencari
lebih cepat materi dimaksud dengan mengentri nomor
halaman buku di kolom pencarian.
Di satu sisi, dengan adanya pembelajaran berbasis
android membuat guru lebih berinovasi dalam
menyediakan materi pembelajaran berbasis TIK. Guru
juga tidak bergantung pada operator digischool. Sebab
semua guru dapat mengakses kapan saja selama berada
di sekolah. Termasuk kegiatan pembelajaran PJOK. Pada
materi-materi tertentu, peserta didik dapat melihat
tayangan video praktik yang baik dalam latihan PJOK
ketika berada di lapangan.

Penutup
Sekolah berbasis android di SMP Negeri 12
Wonosari memberikan dampak positif di antaranya (1)
sekolah telah memperkenalkan kepada seluruh warganya
untuk mengikuti perkembangan teknologi meskipun
berada di daerah terpencil yang jauh dari perkotaan, (2)

93
mengubah pola pikir yang selama ini pesimis tentang
pengembangan sekolah karena berada di daerah
terpencil,
(3) guru menjadi terbiasa meningkatkan kompetensi
untuk berkompetisi dalam pemanfaatan TIK, (4) guru
secara sadar memperbaiki ketertinggalan dalam
perkembangan TIK, (5) peserta didik semakin giat
berinovasi dalam pemanfaatan TIK, khususnya
penggunaan Hp android bagi pengembangan
keilmuannya, (6) peserta didik semakin menyadari
betapa pentingnya belajar lebih giat lagi dengan cara
menjelajah dunia lewat internet, (7) peserta didik yang
terbiasa ujian berbasis android tidak kaku lagi dalam
menghadapi UNBK, (8) terjadi penghematan anggaran
secara besar- besaran dalam penggunaan kertas dan
pembelian buku cetak, (9) dapat mengarahkan seluruh
warga sekolah untuk menggunakan Hp android secara
bijak dan positif.
94
DAFTAR PUSTAKA
Kemendesa. 2017. Identifikasi Lokasi Desa Terpencil Desa
Tertinggal dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta:
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transigrasi.
Kemdikbud. 2015. Pedoman Gerakan Implementasi
Penumbuhan Budi Pekerti Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Kemdikbud Dirjen Didasmen Direktorat
Pembinaan SMP.
Masaong, Abd. Kadim. 2013. Supervisi Pembelajaran dan
Pengembangan Kapasitas Guru Memberdayakan
Pengawas sebagai Gurunya Guru. Bandung: Alfabeta.
Sardiman A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi
Belajar
Mengajar. Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Wulandari, Dyah Ayu. 2013. Android dan Perkembangannya.
Semarang: Unnes.

95
Tentang Penulis

Ahman Sarman, S.Pd, M.Pd. Lahir di


Tikong, Kabupaten Pulau Taliabu,
Provinsi Maluku Utara, 16 Juni 1985.
Pada tahun 2008 menyelesaikan
program Sarjana di Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
dan Budaya Universitas Negeri
Gorontalo (UNG). Tahun 2014
menyelesaikan program Magister pada Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Pernah menjadi
guru SMP Negeri 4 Wonosari Kabupaten Boalemo (2008-
2016).
Kepala SMP Negeri 12 Wonosari Kabupaten Boalemo
Provinsi Gorontalo (2016-sekarang). Tutor Online
Universitas Terbuka (2016-sekarang). Karya-karyanya
yang telah diterbitkan antara lain (1) Kilometer Tiga Belas
diterbitkan dalam antologi cerpen Interogasi (Oase Pustaka
Surakarta, 2015), (2) Sampan Tak Bertuan (Vio Publisher
Medan, 2015), (3) Perempuan Lelaki (Oase Pustaka
Surakarta, 2015), (4) Karakter Multi Etnis (Oase Pustaka
Surakarta, 2016), (5) Sangkuriang Van Gorontalo; Jalan Pintas
Rum Pagau Membangun Daerah (Oase Pustaka Karanganyar
2016), dan (6) Jangan Panggil Aku Ayah (Oase Pustaka
Surakarta, 2018). Cerpen dan artikelnya banyak dimuat di
media cetak, di antaranya Gorontalo Post. Dapat
berkorespondensi melalui 085256126654, facebook:
Ahman Che Sarman, atau melalui Pos-el:
omansarman@gmail.com.

96
MENDIRIKAN SEKOLAH: FROM
ZERO TO HERO

Paulus Sarkol
Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Okaba, Merauke Provinsi Papua
paultubang2619@gmail.com

Arti Sebuah Sekolah


Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu
organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait
bersama dalam suatu hubungan organik (Wayne dalam
buku Soebagio Atmodiwiro, 2000:37). Sedangkan
berdasarkan Undang-Undang No 2 Tahun 1989, sekolah
adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar.
Menurut Daryanto (1997:544), sekolah adalah
bangunan atau lembaga untuk belajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran.
Jadi, sekolah sebagai suatu sistem sosial dibatasi
oleh sekumpulan elemen kegiatan yang berinteraksi dan
membentuk suatu kesatuan sosial sekolah yang demikian
bersifat aktif kreatif artinya sekolah dapat menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini
adalah orang-orang yang terdidik.
Dari definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa
sekolah adalah suatu lembaga atau organisasi yang diberi
wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan

97
pembelajaran. Sebagai suatu organisasi sekolah memiliki
persyaratan tertentu.
Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk
belajar seperti membaca, menulis dan belajar untuk
berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian
integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan
kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa
sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua
tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan
kepribadiannya. (Zanti Arbi dalam buku Made Pidarta,
1997:171).
Pada tanggal 16 Mei 2005 diterbitkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Dengan PP 19/2005 itu, semua
sekolah di Indonesia diarahkan dapat menyelenggarakan
pendidikan yang memenuhi standar nasional. Pendidikan
standar wajib dilakukan oleh sekolah, delapan standar
tersebut setahap demi setahap harus bisa dipenuhi oleh
sekolah. Secara berkala sekolah pun diukur pelaksanaan
delapan standar itu melalui akreditasi sekolah.
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa sekolah adalah bagian integral
dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi
nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa
sekarang dan sekolah juga merupakan alat untuk
mencapai pendidikan yang bermutu dan memenuhi
standar nasional pendidikan.

Sekolah Menengah Pertama


Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan

98
SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada
pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah
Dasar (atau sederajat). Sekolah Menengah Pertama
ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7
sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama
menjadi program wajar 9 Tahun (SD, SMP).
Lulusan Sekolah Menengah Pertama dapat
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas atau
Sekolah Menengah Kejuruan (atau sederajat). Pelajar
Sekolah Menengah Pertama umumnya berusia 13-15
tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni Sekolah
Dasar (atau sederajat) selama 6 tahun dan Sekolah
Menengah Pertama (atau sederajat) selama 3 tahun.
Sekolah Menengah Pertama diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya
otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan Sekolah
Menengah Pertama negeri di Indonesia yang sebelumnya
berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, sedangkan Kementerian Pendidikan
Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang
standar nasional pendidikan. Secara struktural, Sekolah
Menengah Pertama negeri merupakan unit pelaksana
teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.
Keberhasilan kemajuan sekolah didasarkan oleh
berbagai faktor yang saling menunjang melalui proses
yang dilakukan secara terus-menerus dan terkadang
membutuhkan waktu yang lama. Faktor-faktor penentu
keberhasilan sekolah tidak hanya berasal dari intern

99
sekolah tetapi juga dari luar sekolah. Kepala Sekolah,
guru, Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) dan siswa
adalah faktor internal yang menentukan kemajuan
sekolah. Sementara komite sekolah, masyarakat, dinas
pendidikan, kebijakan pemerintah adalah faktor
eksternal yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan kemajuan sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di suatu sekolah. Pasal 12 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 dan
ketentuan lainnya seperti Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah pada intinya
menyatakan antara lain, “Kepala sekolah bertanggung
jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana
dan prasarana”. Apa yang diungkapkan ini menjadi lebih
penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan
tugas kepala sekolah yang menghendaki dukungan kerja
yang efektif dan efisien.
Tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah bagi
penulis merupakan amanat yang cukup berat dan penuh
tantangan. Saat ini penulis menjabat sebagai Kepala SMP
Negeri 1 Okaba Distrik Okaba Kabupaten Merauke.
Sebelumnya penulis pernah menjabat sebagai kepala
sekolah SMP Persiapan Negeri Tubang (tahun 2009 s.d.
2018) Penulis beranggapan tugas tambahan sebagai kepala
sekolah adalah sebuah amanat yang harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan hasil yang

100
optimal. Bukan sekedar sebuah jabatan yang
dibanggakan dan merupakan hal yang sia-sia jika tidak
ada perkembangan dan perubahan yang lebih baik dari
kepemimpinan sebelumnya.

Budaya Merupakan Tantangan Dan Peluang


Kondisi masyarakat pesisir pantai selatan distrik
Tubang merupakan bagian dari wilayah provinsi Papua
kabupaten Merauke yang kesehariannya disapa dengan
masyarakat Malind Anim atau Manusia sejati. Dalam
kehidupan mereka masih menjaga teguh adat istiadat
dengan menjaga ekosistem alam di sekitarnya. Berbagai
Tumbuhan dan hewan merupakan simbol kehidupan
garis keturunan mereka. Kehidupan mereka bersandar
dari alam sekitarnya sebagai penyambung hidup
keseharian, Sagu adalah makanan pokok yang di
pertahankan sampai sekarang dan umbi-umbian.
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman turut
mempengaruhi kehidupan sehari-harit, Anak perempuan
12 tahun sudah merupakan tulang punggung keluarga
untuk bertokok sagu. Anak laki –laki di biasakan
mengikuti bapanya untuk berburu dan mencari ikan.
Kebebasan yang di berikan kepada anak oleh arang tua
dalam menyesuaikan kehidupan kesehariannya turut
membentuk karakteristik anak.
Alam memberikan kenyamanan dan ketersediaan
pangan yang cukup dalam kehidupan keseharian mereka,
turut membentuk pola pikir dan pola tindak. Kata lain
dapat kita katakana apa yang bisa didapat hari untuk
kehidupan hari ini, hari esok untuk hari esok.Hak

101
kepemilikan tanah dan dusun merupakan satu faktor
penentu peradaban masyarakat setempat untuk
menentukan kepemimpinan adat. Ketua Adat merupakan
faktor penentu penyelesaian sengketa dalam wilayah
setempat.Kebersamaan untuk bekerjasama dalam
kelompok masih sangat terasa sampai saat ini. Sistim
kekerabatan yang terjaga turun temurun dalam
kampung, antar kampung sebagai satu ikatan
persaudaraan, membentuk rasa simpati dan empati yang
sangat tinggi. Ini akan terlihat dengan jelas dalam acara –
acara ritual adat, mulai dari saat pengumpulan bahan
makan, persiapan perayaan dan pembagian hasil
pengumpulan bahan makan kepada semua peserta yang

hadir.
Gambar 1 Rapat Rencana Pembukaan dan Pembangunan Sekolah

Budaya Sebagai Jembatan Membuka Harapan Baru


Budaya merupakan tantangan namun juga
merupakan jembatan perubahan suatu peradaban
berpikir dan bertindak Pada tanggal 3 September 2009
merupakan tantangan baru bagi saya yang mendapatkan
tugas sebagai seorang guru pada SMP Persiapan Negeri
Tubang. Tugas yang di berikan merupakan kepercayaan
dari Pemerintah dan Tugas Pelayanan yang Diberikan
102
Oleh Sang Pencipta. Untuk mewujudkan SMP Persiapan
Negeri Tubang perlu perjuangan dengan sungguh–
sungguh, kesabaran, keteguhan, ketekunan, ketabahan
dan keikhlasan. Kondisi alam. jarak tempuh dan sarana
transportasi merupakan tantangan tersendiri. Selain itu
budaya turut mempengaruhi kelancaran proses
pembukaan Proses Belajar Mengajar dan pembangunan
Unit Sekolah Baru.
Pendekatan melalui tokoh adat, dewan gereja dan
pemerintahan kampung membawah harapan
terwujudnya SMP Persiapan Negeri Tubang. Ketua Adat
Pemerintah Kampung menyepakati waktu untuk duduk
saling memberikan masukan dan pencerahan tentang
rencana pembangunan sekolah. Sebelumnya sudah ada
guru yang di tugaskan terlebih dahulu, namun tidak
memperoleh kesepakatan tentang tempat membangun
Unit Sekolah Baru (USB) dan melakukan proses belajar
mengajar. Guru tersebut meninggalkan tugas dan
tanggung jawabnya.
Kesulitan mendapatkan tempat pembangunan USB
merupakan tantangan tersendiri, karena kesepakatan
tempat pembangunan belum dapat di pastikan oleh
karena terkendala status tanah. Kepemilikan tempat
rencana pembangunan saling mengklaim oleh warga
masyarakat dan juga sampai mengarah pada saling
mengancam.
Lewat kesepakatan duduk bersama tokoh adat,
pemerintahan kampung, dewan stasi dan seluruh
masyarakat terjalin komunikasi yang membuka wawasan
berpikir tentang pentingnya pendidikan .Setelah

103
memberikan pemahaman dan pengertian ketua adat
bersama ketua –ketua marga akhirnya menyepakati titik
pembangunan. Tempat pembangunan di dalam hutan
berjarak 553 meter dari pemukiman masyarakat, belum
ada akses jalan menuju lokasi. Lewat pendekatan kultur
budaya setempat akhirnya di sepakati: (1) proses belajar
mengajar menggunakan ruang sekolah dasar, (2) pada
awal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sekolah hanya
melayani siswa kelas 1/VII, (3) pembuatan jalan menuju
lokasi pembangunan USB, (4) pembersihan lahan sekolah,
(5) membongkar material bangunan dari kapal dan tiba di
lokasi, (6) Kesepakatan Mengumpulkan kayu dan pasir di
lokasi pembangunan, (7) Penentuan Kegiatan Ritual Adat
dalam semua Tahapan Kegiatan, (8) Pelaksanaan awal
pembangunan gedung sekolah harus dilakukan melalui
acara ritual adat, dan (9) Penyelesaian masalah
pembebasan lahan akan diselesaikan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Merauke.

Gambar 2 Gotong Royong Membangun Jalan menuju lokasi sekolah

Membuka Proses Belajar Mengajar


SMP Persiapan Negeri Tubang beroperasional pada
tanggal 19 Oktober 2009. Mulanya menggunakan SD
YPPK Yowid sebagai tempat Proses Belajar Mengajar.
Kepala Sekolah merangkap sebagai guru yang
dinotatugaskan oleh Kepala Dinas Pendidikan Menengah

104
Kabupaten Merauke. Pemenuhan tenaga guru di bantu
oleh pendidik lokal yakni Kepala Sekolah SD Yowid,
Kepala Sekolah SD Dokib, Staf Distrik Tubang dan satu
warga masyarakat.
Peserta didik pada awal mula beroperasinya SMP
Persiapan Negeri Tubang berjumlah 38 siswa yang
terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa
perempuan dimana siswa-siswi tersebut berasal dari 3
sekolah penyangga yaitu: SD YPPK Wamal yang memiliki
19 siswa, SD Inpres Dokib yang memiliki 9 siswa, dan SD
YPPK Yowidyang memiliki 10 siswa. Dalam
perkembangannya sekolah penyangga berjumlah 5
(lima) Sekolah dasar yaitu SD YPPK Wamal, SD Inpres
Dokib, SD YPPK Yowid, SD Inpres Dodalim, dan SD YPPK
Galum.

Gambar 3 Pembukaan Pertama Proses Belajar Mengajar di SD YPPK Yowid

Terwujudnya SMP Persiapan Negeri Tubang


Pada tahun 2009 tepatnya tanggal 28 November
2009, pembangunan gedung Unit Sekolah Baru (USB)
mulai dilaksanakan yang ditandai dengan peletakan batu
pertama. Pembangunan gedung Unit Sekolah Baru (USB)
sumber dananya berasal dari Kementerian Pendidikan
yang menggunakan dana Block Grant dengan sistem
swakelola.
Keterlibatan masyarakat dalam mendukung proses

105
pembangunan sangat berpengaruh dalam keberhasilan
yang diharapkan. Saling pengertian antara tokoh adat,
tokoh masyarakat dan komite memperlancar segala
keputusan yang telah disepakati bersama. Sebagai wujud
dari komitmen bersama, proses pembangunan
dilaksanakan dengan suasana kegembiraan yang
menyebabkan segala sesuatu dapat terlaksana sesuai
dengan harapan pemerintah.

Gambar 4 Prosesi inisiasi adat peletakan batu pertama oleh Pemuka Adat dan Kepala Distrik

Membangun sekolah maju dan berkembang yang


melahirkan siswa-siswa berprestasi baik itu prestasi
akademik maupun non akademik. Namun untuk
mencapai hal tersebut tidaklah semudah membalik
telapak tangan, banyak kendala dan tantangan yang
harus di hadapi. Tetapi berbekal semangat pengabdian
yang tinggi dan tekad yang kuat, diharapkan cita-cita
yang dikehendaki dapat segera terwujud.
Motivasi tersendiri dari masyarakat dengan
operasionalnya Proses Belajar Mengajar pada Tanggal 19
Oktober 2009 yang di buka oleh Kepala Distrik Tubang,
Yohanes Ohoiwutun. Keterbatasan buku alat tulis buku
cetak kertas dan lainya, belum adanya guru, menuntut
Kepala sekolah untuk mengambil langkah. Meminta Buku

106
Guru dan Buku siswa, kapur tulis, kertas dll pada SMP
Negeri 2 Okaba. Sementara tenaga guru diperoleh dengan
meminta bantuan Kepala SD terdekat dan tenaga yang di
anggap mampu. Honor guru dibayar apa adanya yang
diperoleh dari gaji saya dan bantuan beberapa teman
yang peduli terhadap pendidikan. Biaya Operasional
untuk pertama kalinya diperoleh pada bulan Juli 2010
sebesar 7 juta rupiah dari dinas Pendidikan Menengah
Kabupaten Merauke.
Siswa putus sekolah dari SMP Negeri 1Okaba,SMP
Negeri 2 Okaba, beberapa dari SMP di Kota Merauke dan
tamatan Sekolah dasar yang tidak dapat melanjutkan
karena berbagai alasan. Semangat masyarakat
termotivasi dengan berlangsungnya PBM dengan lancar
dan rencana pembangunan yang di sampaikan bukanlah
isapan jempol. Dengan Semangat Gotong Royong
masyarakat membangun jalan menuju lokasi sekolah
membuka lahan dan pembuatan jembatan.
Sesuai dengan kesepakatan bersama antara tokoh
masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama maka pada
tanggal 28 November 2009 diadakan inisiasi adat yang
ditandai dengan pembakaran sagu sep dan toki babi.
Inisiasi adat oleh masyarakat menjadi sebuah kewajiban
yang tidak boleh dilewati. Karena inisiasi adat dilakukan
selain sebagai tanda dimulainya sebuah pekerjaan tetapi
juga sebagai proses permohonan ijin kepada leluhur dan
Tuhan Yang Maha Esa agar dalam pelaksanaan
pembangunan semuanya dapat berjalan dengan lancar.
Acara inisiasi adat ini dilakukan dalam bentuk
pesta yang bersifat gembira. Dengan demikian acara

tersebut
107
membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk ukuran
pada masa itu. Bersyukur kepada Tuhan dan Leluhur
dengan segala keterbatasan yang ada penulis dengan
berbagai cara mencari donator bahkan dengan harus
berkorban mengeluarkan uang belanja pribadi demi
keterlaksanaan proses acara pesta adat tersebut.
Pada tanggal 22 Mei pembangunan Unit Sekolah
Baru selesai di kerjakan dan pada tanggal 20 Juli
diadakan Upacara Peresmian Unit Sekolah Baru yang di
lakukan oleh Felix Lim Gebse Selaku Kepala Bidang SMP.
Upacara Syukur dilaksanakan Misa Kudus dan pesta adat
tarian gatsi pada malam harinya. Kehadiran masyarakat
dari kapung Dokib, Dodali, Woboyu dan Wamal dalam
ucapan syukur tersebut merupakan tanda sukacita
dengan kehadiran sekolah di Distrik Tubang.

Gambar 5 Gedung Sekolah Baru dan Peresmian SMP Negeri Tubang

SMP Persiapan Negeri Tubang harus


melaksanakan amanat pendidikan nasional sesuai
dengan UUD 1945 dan UU Pendidikan Nasioanl Nomor
20 Tahun 2008. Untuk meningkatkan lulusan (output),
sekolah wajib melaksanakan 8 standar yaitu: Standar isi,
Standar proses, Standar pendidikan dan kependidikan,
Standar sarana dan prasarana (sarpras), Standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.
Selain itu juga
108
pengembangan budaya dan lingkungan sekolah.

Daerah 3 T Momok Bagi Pendidik Saat Ini


Persoalan pemerataan pendidikan, dapat dipahami
dengan adanya kondisi penduduk usia sekolah di daerah
3T yaitu daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal.
Sebagaimana dijelaskan melalui situs resmi Direktorat
Pembinaan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan
Khusus (PK-LK) Dikmen, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (pkplkdikmen.net8/10/2013).
Adanya beberapa permasalahan penyelenggaraan
pendidikan di daerah-daerah ini antara lain, karena
kurangnya persediaan tenaga pendidik, distribusi tidak
seimbang, insentif rendah, kualifikasi di bawah standar.
Guru-guru yang kurang kompeten, serta ketidaksesuaian
antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang
ditempuh, penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai
dengan mekanisme dan proses yang distandarkan. Di
samping itu, permasalahan angka putus sekolah juga
masih relatif tinggi menimbulkan persoalan lain.
Pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara khusus
dan sungguh-sungguh supaya bisa maju sejajar dengan
daerah lain. Hal ini bisa terwujud bila ada perhatian dan
keterlibatan dari semua komponen bangsa ini, baik yang
ada di daerah maupun di pusat.

109
Gambar 6 Transportasi Merauke-Tubang

Keterisolasian suatu tempat merupakan tantangan


tersendiri bagi setiap pendidik dan tenaga Kependidikan
yang di tugaskan di daerah khusus. Jauh dari Ibukota
Kabupaten Merauke yang berjarak kurang lebih 180 km
terletak kampung Yowid distrik Tubang. SMP Negeri
Tubang harus di operasionalkan dan di bangun Unit
Sekolah Baru. Bagi seorang guru yang bertugas di daerah
ini timbul beberapa pertanyaan: (1) Bagaimana Situasi di
Tempat Tugas. (2) Kendaraan apa yang di pakai. (3) Jalan
Menuju Tempat Tugas Bagaimana. (4) Adakah siswa di
sana. (5) Berapakah Penghargaan Yang Saya terima. (6)
Adakah Perumahan Yang bisa ditempati.
Pertanyaan ini membuat teman teman yang
bertugas terdahulu harus meninggalkan tempat tugas.
Pertanyaan lain yang timbul bisakah keamanan dan
kenyamanan keluarga terjamin selama bertugas di
daerah
3 T, bagaimana dengan perkembangan informasi
perkembangan pendidikan. Sekilas pertanyaan di atas
merupakan gambaran tentang situasi di Kampung Yowid
Distrik Tubang yang tergolong daerah terpencil. Untuk
Sampai ke tempat tugas tersebut membutuhkan
110
kesabaran, keikhlasan, dan ketabahan. Mengapa tidak,
karena perjalanan menuju ke tempat tersebut pada tahun
2009 bisa di tempuh dengan motor roda dua dan speed
boat. Karakteristik alam merupakan tantangan tersendiri
yang harus dihadapi. Ketergantungan Pada Pasang Surut
air laut dan gelombang yang bergelora di waktu –waktu
tertentu . sungai sungai yang harus diseberangi dengan
karakteristiknya. Kondisi Budaya setempat yang turut
membentuk karakteristik perilaku masyarakat,
membawah tantangan baru bagi seorang Pendidik dan
Tenaga Kependidikan yang bertugas di sana. Berbagai
problem tersebut menyebabkan banyak sekolah di
daerah khusus mengalami kekurangan guru. Mengakibat
generasi usia sekolah tidak dapat memperoleh pelayanan
pendidikan dengan semestinya.

Keberhasilan sebagai tantangan ke depan


SMP Persiapan Negeri Tubang hadir untuk
menjawab rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
yang dilatar belakangi oleh adanya pendidikan yang
diperuntukkan bagi masyarakat Papua khususnya
masyarakat Malind yang mendiami Pesisir Pantai Selatan
Merauke. Masyarakat di Distrik Tubang dikategorikan
masyarakat prasejahtera. Angka partisipasi dari orang
tua untuk menyekolahkan anaknya di SMP Persiapan
Negeri Tubang sebesar 99,9 %.Walaupun terletak di
daerah 3T namun semangat untuk memajukan
pendidikan tidaklah pudar. Pertambahan tenaga
pendidik dan penambahan fasilitas sekolah serta
kelengkapan lainya mempengaruhi proses pendidikan

berjalan dengan lancar. Ketersediaan

111
tenaga yang memenuhi kualifikasi pendidikan
mempengaruhi tingkat pemahaman siswa untuk
menuntut ilmu lebih tinggi lagi.
SMP Persiapan Negeri Tubang sudah meluluskan
siswa sebanyak 6 angkatan yang boleh bersaing dengan
berbagai sekolah. Ada lima siswa yang boleh bersekolah
di luar Papua, menunjukkan prestasi yang cukup baik
bahkan telah sampai pada perguruan tinggi Sedikit demi
sedikit ada perubahan menuju standar pendidikan yang
diamanatkan undang –undang.Warga masyarakat merasa
kehadiran SMP di distrik Tubang membawah perubahan
dalam pola pikir dan pola tindak kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan anak tidak melanjutkan pendidikan karena
beralasan sekolah lanjutan jauh dari kampung sudah
terjawab. Anak perempuan yang tidak melanjutkan
pendidikan kini boleh memperoleh kesempatan untuk
bersekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Jumlah siswa
perempuan bersekolah menunjukkan partisipasi yang
signifikan.
Sarana Prasarana yang di berikan terhadap dunia
pendidikan di daerah khusus membawah kepercayaan
terhadap pemerintah .Adanya pelayanan yang baik dan
berkesinambungan akan memberikan harapan kemajuan
pendidikan yang lebih baik di masa akan datang .
Manusia yang unggul mencirikan bangsa yang hebat dan
maju.Kesadaran akan panggilan hidup sebagai seorang
guru merupakan tantangan tersendiri saat ini. Guru yang
bertugas di daerah khusus diperlukan pengorbanan
tanpa pamrih. Tidak cukup dengan kepintaran dan
semangat namun harus memiliki jiwa sosial yang
tinggi karena
112
membutuhkan kesabaran, keikhlasan, dan ketabahan.
Untuk dapat hidup berdampingan dengan masyarakat di
mana kita bertugas di perlukan penyesuaian diri
terhadap kultur kehidupan masyarakat setempat. Bukan
Berarti kita mengikuti kebiasaan mereka sehari hari,
namun kita mengarahkan ke hal yang baik.
Tantangan lain yang harus kita hadapi adalah guru
dan kepala sekolah sebagai sumber informasinya dan
tempat masyarakat menyuarakan isi hati mereka. Jangan
menganggap sebagai suatu tanggung jawab baru tetapi
merupakan kekuatan untuk kita dapat mengubah pola
pikir dan pola tindak tentang betapa pentingnya
pendidikan bagi kehidupan anak bangsa. Persiapkanlah
generasi sekarang dengan baik maka kehidupan masa
depan akan lebih berarti.
Penutup
Pendidikan di daerah terpencil harus dikelola secara
khusus dan sungguh-sungguh supaya bisa maju sejajar
dengan daerah lain. Hal ini bisa terwujud bila ada
perhatian dan keterlibatan dari semua komponen
bangsa, baik yang ada di daerah maupun di pusat. SMP
Persiapan Negeri Tubang merupakan contoh inspirasi
yang telah meluluskan siswa sebanyak 6 angkatan dan
telah bersaing dengan sekolah lain. Ada lima siswa yang
melanjutkan sekolah di luar Papua. Hal ini menunjukkan
prestasi yang baik, bahkan telah sampai pada perguruan
tinggi. Sedikit demi sedikit ada perubahan menuju
standar pendidikan yang diamanatkan undang–undang.
Kelangsungan perkembangan pendidikan di daerah
terpencil betul-betul harus diperhatikan oleh semua

113
stakeholder, baik dari pusat sampai ke daerah. Lebih khusus
Kepala Daerah dan Dinas Pendidikan harus
memperhatikan semua kendala yang terdapat di daerah
khusus sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-
undang.

114
DAFTAR PUSTAKA
http://www.semarakpost.com/2019/upaya/peningkaatan
prestasi sekolah melalui penerapan manajemen
pakis
https://www.pelangiblog.com/2016/12/11/upaya
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

115
Tentang penulis
Paulus Sarkol, S.Pd, Lahir di
Wagin,19 Oktober 1971.tamat SD
YPPK St Petrus Arare tahun,1985
Tamat SMP YPPK St Mikael tahun
1998. Tamat SPG Komodor Yos
Sudarso Merauke Tahun 1991. Lulus
D III POK Uncen 1994. S1
Penjaskesrek Tahun 2005.
Kontak person 082239092360

116
INOVASI PENDIDIKAN DI
SEKOLAH TERPENCIL

Ade Sutisna
Kepala SMP Negeri 3 Leles Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat
galsaningati@gmail.com

Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan merupakan hasil kreativitas
dalam menghadapi dan mengantisipasi berbagai
persoalan dalam dunia pendidikan.Inovasi yang dapat
dikembangkan berupa ide, barang, atau metode yang
dapat dirasakan lebih kreatif, efektif dan efisien, sehingga
terjadi perubahan baru yang dapat mempermudah
tercapainya sebuah tujuan.
Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Slamet
dalam Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2010:20 bahwa
Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru
yang diusahakan untuk meningkatkan kemampuan
dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam
pendidikan. Inovasi merupakan proses kreatifdalam
mengubah input, proses dan output agar dapat sukses
dalam menanggapi dan mengantisipasi perubahan-
perubahan internal daneksternal sekolah. Inovasi
pendidikan merupakan suatu ide, barang, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai hal baru bagi seseorang
atau kelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil
invention (yang baru) ataudiscovery (mengubah yang
lama) yang digunakan untuk mencapai tujuan

pendidikan atau memecahkan

117
masalah-masalah pendidikan.
Kepala sekolahseharusnyaberupaya secara proaktif
mengembangkan kreativitas baik dalam bentuk ide,
langkah ataupun produk serta lebih kreatif dalam
mengembangkan talenta yang dimiliki, belajar
menggunakan kemampuan diri sendiri secara optimal,
menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas-
aktivitas baru, mengembangkan kepekaan terhadap
masalah lingkungan, masalah oranglain, atau masalah
kemanusiaan.

Tantangan yang Dihadapi


SMP Negeri 3 Leles berlokasi di daerah terpencil di
tengah hutan dengan kondisi topografis berbukit dan
terjal, sulit transportasi kondisi lingkungan tidak aman,
proses komunikasi lamban karena tidak ada akses jaringan
internet, dan jaringan listrik sering terputus.
Kepala sekolah berangkat ke tempat kerja memerlukan
waktu perjalanan 6 jam. Apabila turun hujan jalanan licin
sulit dilampaui. Kendaraan roda empat mendapat
kesulitan dalam perjalanan, dan tidak bisa sampai ke lokasi
sekolah.

Gambar1. Jalan melalui hutan 3 km

118
Sarana prasarana sangat tidak memadai dan tidak
terawat dengan baik, sekolah dasar pendukung yang
menjadi sumber input siswa hanya satu sekolah, jumlah
siswa keseluruhan 65 orang.Sebagian besar siswa belum
memiliki karakter yang baik, pendidikan agama sangat
lemah, tenaga pendidik dan kependidikan berstatus
tenaga honorer dengan latar belakang pendidikan di
atas
85 % tidak linier, ekonomi keluarga sangatrendah, dan
sumber dana terbatas.

Gambar 2. Kondisi rumah siswa Gambar 3.Kondisi meja belajar siswa 95 % tidak layak pakai

Ragam Kegiatan Inovatif


Berdasarkan hasil musyawarah kepala sekolah,
guru, staf, komite sekolah dan tokoh masyarakat, setiap
kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah harus
melalui prosedur yang telah disepakati
bersama,antara lain
;membentuk tim atau panitia melalui musyawarah dan
mufakat; tim atau panitia menyusun draf program,
disahkan kepala sekolah melalui rapat pleno;tim atau
panitia merealisasikan program sesuai dengan program
yang disepakati, apabila ada perubahan dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan bersama dalam rapat
interndan dibuatkan berita acara;tim atau panitia
memberikan laporan tertulis kepada kepala sekolah dan
119
diinformasikan dalam forum rapat secara transparan;tim
atau panitia bersedia diaudit dan
mempertanggungjawabkan sampai tuntas apabila ada
temuan yang harus dikonfirmasi.
Adapun tahapan kegiatan inovasi yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut: identifikasi dan
analisis konteks potensi lingkungan melalui observasi
;melakukan pendekatan dan wawancara terhadap siswa,
guru, komite, orang tua siswa, dan tokoh
masyarakat;identifikasi kesiapan dan analisis data
masalah;Membangun komitmen dan kesepakatan;
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Standar Operasi
Prosedur (SOP) pada tatanan koridor dan rambu-rambu
yang telah disepakati bersama, bertanggungjawab sesuai
dengan peranan masing-masing; melaksanakan
monitoring dan evaluasi.
1. Briefing pagi dan pembiasaan kegiatan awal
pembelajaran

Gambar 4. Brifing pagi Gambar 5. Menyanyikan lagu Indonesia raya

Kegiatan pembiasaan yang sangat menunjang untuk


mengembangkan pembinaan karakter siswa, efektif
dilakukan dengan cara kepala sekolah dan guru hadir di

120
sekolah lebih awal menyambut kedatangan siswa dengan
membiasakan senyum, salam dan sapa.Selanjutnya
secara bersama-sama dengan siswa melaksanakan
kegiatan kebersihan lingkungan.Selesai kegitan
kebersihan,seluruh siswa berkumpul di lapangan atau di
salah satu ruangan yang kondusif melakukan kegiatan
do’a bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya,
membaca surat-surat pendek ayat suci Al-quran dan
terjemahannya, hening sejenak membaca buku bacaan
referensi, selanjutnya diberikan pengarahan dan atau
informasi tentang perkembangan karakter bangsa
dewasa ini, yang semakin terobsesi dengan pengaruh
kehidupan kota dan pengaruh barat.
2. Pembinaan, pengembangan dan penguatan aqidah
keagamaan.
Fondasi mental yang dapat mengokohkan karakter
siswa salah satunya adalah pemahaman dan penguasaan
akidah agama yang dianutnya, maka dipandang perlu
sekolah mampu memfasilitasi warga sekolah dapat
mempelajari dan mengembangkan pemahaman akidah
agama serta mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga warga sekolah terdorong untuk
menekuni dan mengamalkan kaidah agama dengan
penuh kesadaran serta menjadi pembiasaan
kegiatanbudaya sekolah.

121
Gambar 6. Mempelajari Al-quran

Siswa dididik dan dilatih membaca ayat suci Al-


Quran dengan baik dan benar, memahami isi
kandungannya, serta membiasakan menghafal ayat suci
Al-quran (tahfidz), secara bersama-sama siswa dan
warga sekolah membiasakan melaksanakan sholat duha,
sholat berjama’ah dan belajar menyampaikan tausiah.
3. Mengembangkan karakter melalui kegiatan
ekstrakurikuler
Banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa untuk mengembangkan segenap potensinya
sesuai dengan bakat dan minatnya, hal ini menunjukkan
banyaknya kesempatan kepala sekolah atau guru untuk
melakukan inovasi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Gambar 7. Seni budaya daerah Gambar 8. Belajar menggunakan leptop

122
Analisis kebutuhan siswa perlu dilakukan untuk
mengetahui berbagai karakteristik siswa, kemampuan
dasar baik IQ, bakat dan minatnya masing-masing agar
kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan karakter dan potensinya, serta mampu
mengatasi masalah dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi masa depannya dengan matang.
Kegiatan ekstrakurikuler yang mendapat prioritas
diantaranya adalah, kepramukaan, olahraga, kesenian,
keagamaan dan sains serta pemahaman keterampilan ICT.
Hal ini bukan berarti bahwa jenis kegiatan ekstrakurikuler
lainnya itu dianggap tidak penting, akan tetapi kegiatan
disesuaikan dengan arah minat, potensi siswa dan faktor
pendukung yang dimiliki sekolah.
4. Pemanfaatan kearifan lokal
Daerah yang berada di sekitar lingkungan
sekolahmemiliki potensi yang sangat berbedadalam
pemanfaatan dan pengembangannya. Di perkotaan
cenderung pengembangannyamengarah terhadap
industri Daerah yang dikelilingi sungai atau pantai
mungkin lebih baik budi daya ikan, begitu pula daerah
yang berada di sekitar hutan lebih mengarah kepada budi
daya tanaman atau bercocok tanam.Banyak lagi hal
lainya yang bisa diberdayakan dalam memanfaatkan
kearifan lokal termasuk kerajinan tangan, home industry
dan sebagainya.

Gambar 9. Pengolahan tanah Kepala sekolah Gambar 10. Tanaman karya siswa

123
5. Membuat taman sekolah

Gambar11. Halaman sekolah sebelumnya Gambar 12. Karya inovasi halaman sekolah

Taman sekolah merupakan simbol keindahan,


tempat dimana warga sekolah dapat istirahat sejenak
menyegarkan pikiran,melihat dan memandangi tanaman
yang indah, hijau, sejuk dan atau penuh warna yang
dapat merangsang kesegaran pikiran, bahkan dapat
digunakan sebagai media belajar terutama mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam. Taman sekolah dapat
berupa tanaman yang ditanam dalam pot atau langsung
ditanam dalam tanah, dapat berupa tanaman hias,
tanaman obat-obatan, tanaman holtikultura atau
tanaman buah-buan yang dapat dikonsumsi oleh warga
sekolah sebagai pelepas lelah dan dahaga.
6. Membudayakan hidup bersih, sehat, indah dan
memikat
Pepatah mengatakan kebersihan pangkal
kesehatan dan keimanan, siapa yang ingin sehat dan
meningkatkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
seharusnya membudayakan hidup dengan lingkungan
yang bersih, sehat, indah dan memikat. Tidak mengenal
istilah gengsi atau rendah diri bagi siapapun termasuk
kepala sekolah, di kala ada waktu dan kesempatan maka
bergabunglah dengan dengan warga sekolah untuk
melakukan kegiatan pemeliharaan kebersihan, baik
dengan cara memberi
124
pengarahan dan pembinaan atau terjun langsung di
lapangan, hal demikian akan lebih efektif mendorong
warga sekolah untuk peka terhadap lingkungannya.
Kegiatan dapat didukung dengan melaksanakan program
operasi bersih setiap hari, menyelenggarakan lomba
kebersihan kelas, memasang slogan tentang kebersihan
dan sebagainya.

Gambar 13. Kegiatan kebersihan bersama siswa

7. Mendaur ulang sampah


Daur ulang sampah merupakan suatu kegiatan
yang cerdas dalam mengatasi banyaknya sampah
bertaburan, sampah yang terbuang dapat dipilih pilah
kembali minimal menjadi dua bagian yaitu sampah
organik dan anorganik. Sampah organik yang terdiri dari
sampah-sampah yang mudah lapuk terutama bekas
bungkus makanan yang terbuat dari daun- daunan.
Sampah tersebut dapat diolah menjadi pupuk buatan
yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk bagi tanaman.
Sedangkan sampah anorganik dapat pula dijadikan bahan
kerajinan tangan siswa yang dapat dimanfaatkan untuk
hiasan atau untuk kepentingan lainnya.
8. Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan
SMP Negeri 3 Leles sebelumnya berjumlah
sebelas orang seluruhnya berstatus tenaga honorer,

selanjutnya

125
pada awal tahun 2018 mendapat bantuan tambahan tenaga
pendidik PNS sebanyak 2 orang, sebagian besar mereka
memegang pelajaran yang diampu tidak linier karena
sebagian besar lulusan PGSD. Mereka belum memahami
betul bagaimana cara membuat RPP yang memenuhi
kriteria dan cara mengajar yang kondusif.
Melihat kenyataan demikian,untuk meningkatkan
kompetensi guru perlu dilakukan kegiatan inovatif, baik
melalui bimbingan dan pembinaan langsung oleh kepala
sekolahatau melalui pengembangan keprofesian
berkelanjutan, seperti kegiatan in house training, MGMP,
workshop penyusunan perangkat administrasi
pembelajaran. Selanjutnya dikaukan supervisi kelas atau
monitoring dan evaluasi serta menindaklanjuti hal hal
yang masih perlu perbaikan atau pengembangan.

Gambar 14. Kujungan Kelas Gambar 15. Pembinaan dari kepala sekolah

9. Meningkat motivasi kerja dan kesejahetraan


Setiap orang sudah pasti akan mengalami
hambatan, tantangan dan rintangan yang berasal dari diri
sendiri atau pengaruh dari lingkungan, maka wajar apabila
etos kerja pegawai naik turun, apabila naik perlu
dipertahankan dan dikembangan, dan apabila turun
perlu diperbaiki dan dikembangkan.
Apabila kita analisa faktor penyebab menurunnya

126
motivasi kerja pegawai yang muncul dari dalam diri
individu antara lain ; kebiasaan buruk yang sering
dilakukan, tidak mengusasi materi atau tidak
berkelayakan, merasa puas dengan apa yang diperoleh
dan tidak ada keinginan untuk mengembangkan
kemampuan, sedangkan yang disebabkan dari luar
antara lain ; tekanan ekonomi keluarga, tidak dilibatkan
turut tanggung jawab dalam kegiatan tim pengelola atau
penanggungjawab mutu pendidikan, tidak suka atau anti
pati terhadap kepala sekolah atau pimpinan.
Peningkatkan motivasi guru dapat dilakukan
dengan cara memberikan pembinaan dan pelatihan,
menanamkan rasa empati terhadap semua masalah yang
dihadapi guru dan selalu siap membantu mempermudah
menuntaskan masalahnya, meningkatkan kesejahtraan,
menyelenggarakan kegiatan yang dapat menumbuhkan
kekeluargaan seperti wisata, makan bareng lesehan,
anjang sono saling mengunjungi rumah tempat tinggal
masing-masing, dan memberikan contoh tauladan akhlak
yang terpuji.
10. Memperbaiki dan mengembangkan sarana prasarana
Salah satu upaya untuk memajukan layanan
pendidikan adalah terpenuhinya sarana dan prasarana
sekolahyang memadai, dengan harapan akan tercipta
keamanan dan kenyamanan proses pembelajaran serta
mendorong siswa untuk lebih aktif dan kegiatan belajar
lebih kondusif.
SMPN 3 Leles memiliki banyak masalah dalam
kondisi sarana dan prasarana, selain tidak memadai yang
adapun tidak terawat dengan baik, hal ini disebabkan salah

127
satu di antaranya adalah karena keterbatasan sumber
dana, dengan jumlah siswa 65 orang maka penerimaan
dana BOS sangat minim, dan orang tua siswa sebagian
terbesar berekonomi sangat lemah, apalagi di tambah
beban membayar honorarium dan peningkatan mutu
SDM dengan guru keseluruhan berstatus honorer.
Kepala sekolah dituntut berpikir cerdas, bekerja
keras, bertindak tegas dan beramal ikhlas karena dengan
kondisi yang sangat terbatas akan tersa sulit dalam
mengembangkan sekolah untuk mencapai standar mutu
pendidikan, maka harus mencari alternative pemecahan
masalah tersebut antara lain dengan cara ;
1. menjalin kerja sama kemitraan dengan komite
sekolah, lembaga atau masyarakat peduli pendidikan
dengan membuat kesepakatan MoU,
2. menjalin kerjasama dan hubungan yang harmonis
dengan pemangku kebijakan peningkatan mutu
pendidikan, khususnya bagian urusan bidang sarana
prasarana dinas pendidikan dan kebudayaan dengan
mengajukan berbagai proposal permohonan bantuan
sarana prasarana yang dibutuhkan,
3. mensosialisasikan program dan kondisi sarana
prasarana sekolah kepada warga sekolah dan orang tua
siswa, memberikan pemahaman pentingnya beramal
jariah, menginfakkan sebagian harta sekecil apa pun
sesuai kemampuannya dan ikhlas dalam turut serta
mencerdaskan anak bangsa khususnya anak kandung
sendiri,
4. menyusun RAKS secara terbuka dan menggunakan
prinsip skala prioritas,
5. memberikan contoh teladan kepala sekolah rela
mengorbankan tenaga dan sebagian hartanya untuk

128
kepentingan kemajuan sekolah dengan ikhlas, gemar
bersedekah atau berinfak untuk kemajuan sekolah.

Gambar16. Rapat komite pengadaan meja belajar Gambar17. Rapat rencana perluasan tanah milik sekolah

Hasil Kegiatan
Dari berbagai ragam inovasi yang dilakukan di
sekolah telah memperoleh beberapa bantuan baik dari
pemerintah dan masyarakat dalam bentuk sarana dan
prasarana. Melalui bantuan yang diperoleh tersebut sangat
bermanfaat untuk pengembangan inovasi yang kami
lakukan di SMP Negeri 3 Leles Kecamatan Leles
Kabupaten Cianjur.
Ragam Inovasi pendidikan di SMP Negeri 3 Leles
mendapat respon tinggi dengan perolehan bangunan
gedung baru LAB IPA, penambahan alat bantu
pembelajaran (12 leptop) dan seperangkat alat bantu
pelajaran IPS, seni dan olah raga, pemasangan CCTV,
penataan dan perbaikan insfrastuktur, penambahan 2
orang guru PNS, peningkatan kompetensi guru,
peningkatan pendidikan karakter, pembelajaran dan
pemanfaatan akses internet, pemanfaatan kearifan lokal,
dan perluasan tanah milik sekolah seluas 400 m².

129
Penutup
Ragam inovasi pendidikan ang diterapkan di SMP
Negeri 3 Leles dapat menciptakan berbagai perubahan
dan mampu menyelesaikan banyak persoalan serta
tantangan yang dihadapi, serta menciptakan berbagai
dampak positif bagi perkembangan proses layanan
pendidikan. sehingga proses pelayanan pendidikan dapat
berjalan sangat kondusif dan mendapat dukungan dari
semua pihak.
Berikut ini dampak yang dirasakan dari hasil
penyelenggaraan ragam inovasi di SMP Negeri 3 Leles
Cianjur Provinsi Jawa Barat tahun 2019 ; siswa dapat
belajar dengan nyaman, aman dan menyenangkan,
proses pembelajaran lebih kondusif, guru lebih mudah
menyelenggarakanpelayanan pembelajar, efektif dan
efisien, orangtua siswa merasa memilikidan turut andil
damembantu kelancaran pelayanan pendidikan, kepala
sekolah mendapat penghargaan dan tanggapan yang
positif baik dari siswa, guru, orang tua, masyarakat dan
pemerintah.

130
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, et.al. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian: suatu
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami penelitian kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Darmawan, Deni. 2012. Inovasi pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. 2010. Visionary
leadership menuju sekolah efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Maelong, Lexy J. 2012. Metodologi penelitian kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan keterbakatan:
strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nurkolis, 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model
dan Aplikasi,
Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia
Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan keterampilan
berpikir kreatif.
Jakarta:

131
Tentang Penulis

Ade Sutisna, Lahir di Cianjur pada


tanggal 1 Februari 1964, Lulus SDN
Cipeuyeum 1 tahun 1976, lulus SMPN
Ciranjang tahun 1980, Lulus SPP-
SPMA Pemda Cianjur tahun 1984,
Lulus STKIP Universitas
Suryakancana Cianjur tahun 1991
konsentrasi pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan, Lulus S-2 STIE Ganesha Jakarta tahun
2011, konsentrasi Pendidikan jurusan Manjemen
Pendidikan. Sebelumnya mengajar di SMP Negeri 2
Cianjur dan sekarang menjadi kepala SMP Negeri 3 Leles
Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penulis dapat dihubungi
melalui nomor kontak
085723607724/galsaningati@gmail.com.
132
PENDIDIKAN BERKUALITASDI
DAERAH TERPENCIL

Kamaruzaman
SMP Negeri Pauh Provinsi Sumatera Selatan
kamaruzaman620@yahoo.co.id

Optimisme di Sekolah Daerah Terpencil


Dunia pendidikan dari waktu ke waktu selalu
mengalami perubahan. Hal itu dapat di lihat dari
perubahan kurikulum, regulasi, pendekatan proses
pembelajaran, dan sarana penunjang pendidikan. Semua
itu dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk bersaing
dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam menjawab
tantangan di masa depan. Pendidikan adalah kunci
sukses kemajuan suatu bangsa oleh karena itu agar
negara tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia maka pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan
dinamika perkembangan zaman.
Namun untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas dan berkeadilan tentu tidak mudah, di SMP
Negeri Pauh misalnya, fakta di lapangan masih
menunjukkan beberapa persoalan pendidikan, yaitu
kondisi geografis Indonesia, rendahnya kesadaran
pendidikan di daerah terbelakang (daerah khusus),
persebaran tenaga mengajar yang tidak merata,
kompetensi guru yang masih sangat rendah, dan karakter
peserta didik yang cenderung masih kurang baik.

133
Bentuk wilayah Indonesia yang berupa kepulauan
di satu sisi merupakan anugerah tetapi di sisi lain
merupakan hambatan. Di wilayah perkotaan sekolah-
sekolah memiliki fasilitas dan akses pendidikan yang
memadai sementara di pedalaman atau daerah
terpencilakses pendidikan memprihatinkan. Mulai dari
gedung sekolah yang memprihatinkan, kondisi jalan yang
sulit dilalui, tidak adanya aliran listrik maupun jaringan
internet. Kondisi ini akan sangat terasa manakala datang
musim hujan. Atap sekolah yang bocor, akses menuju
sekolah yang berlumpur, dan derasnya arus sungai
membuat para peserta didik dan guru harus berjuang
demi menuju ke lokasi sekolahan.
Bertolak dari beberapa permasalahan tersebut
pemerintah sebenarnya sudah berupaya untuk
menangani permasalahan pendidikan, namun
permasalahan pendidikan tidak akan pernah selesai
karena permasalahan pendidikan adalah ibarat persoalan
hidup yang akan terus mengiringi sepanjang kehidupan
manusia. Permasalahan pendidikan bukan untuk
dijadikan kambing hitam malah sebaliknya permasalahan
pendidikan harus dijawab bersama secara sinergis antara
pemerintah, masyarakat, dan seluruh komponen bangsa
demi mewujudkan akses pendidikan yang merata, dan
berkeadilan.
Implementasi dan hasil
Pengembangan kualitas pendidikan menyangkut
banyak aspek. Di antara aspek tersebut pertama, terkait
fasilitas pembelajaran. Fasilitas pembelajaran pada
dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat kelompok

134
yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot
sekolah. Agar semua fasilitas tersebut memberikan
kontribusi yang berarti pada jalannya proses pendidikan,
hendaknya dikelola dengan baik. Manajemen yang
dimaksud meliputi: (1) perencanaan, (2) pengadaan, (3)
inventarisasi, (4) penyimpanan, (5) penataan, (6)
penggunaan, (7) pemeliharaan, dan (8) penghapusan. Jadi,
secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam
pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak
tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan
dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses
pendidikan kualitas pendidikan tersebut juga didukung
dengan sarana dan prasarana yang menjadi standar
sekolah atau instansi pendidikan terkait. Sarana
prasarana sangat mempengaruhi kemampuan siswa
dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan
sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang
kualitas belajar siswa. Misalnya saja sekolah yang berada
di kota yang sudah memiliki fasilitas laboratorium
komputer, maka anak didiknya secara langsung dapat
belajar komputer sedangkan sekolah di desa yang tidak
memiliki fasilitas itu tidak tahu bagaimana menggunakan
komputer kecuali mereka mengambil kursus di luar
sekolah.
Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam
menunjang kegiatan pembelajaran. Selain kemampuan
guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran,
dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting

dalam
135
membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana
pembelajaran yang dimiliki sebuah sekolah akan
memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama
kegiatan pembelajaran. Sarana pembelajaran harus
dikembangkan agar dapat menunjang proses belajar
mengajar. Yamin menyebutkan beberapa hal yang perlu
dikembangkan dalam menunjang proses belajar
mengajar: 1) perpustakaan, 2) sarana penunjang kegiatan
kurikulum, dan 3) prasarana dan sarana kegiatan
ekstrakurikuler dan mulok.
Kedua, terkait dengan peningkatan kompetensi
guru. Meningkatkan kompetensi guru merupakan
sebagai salah satu cara untuk memenuhi standar
kompetensi guru sesuai dengan tuntutan profesi dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Meningkatkan kompetensi guru menjadi bagian penting
yang harus selalu dilakukan secara terus menerus atau
berkelanjutan untuk menjaga profesionalitas guru.
Ada beberapa alasan mengapa seorang guru harus
terus belajar selama dia berprofesi sebagai pendidik; 1)
profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas
memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secaraberkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat, 2) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni menuntut guru untuk harus belajar
beradaptasi dengan hal-hal baru yang berlaku saat ini.
Dalam kondisi ini, seorang guru dituntut untuk bisa
beradaptasi dengan berbagai perubahan yang baru, 3)

136
karakter peserta didik yang senantiasa berbeda dari
generasi ke generasi menjadi tantangan tersendiri bagi
seorang guru. Metode pembelajaran yang digunakan
pada peserta didik generasi terdahulu akan sulit
diterapkan pada peserta didik generasi sekarang. Oleh
karena itu, cara ataupun metode pembelajaran yang
digunakan guru harus disesuaikan dengan kondisi
peserta didik saat ini. Berdasarkan alasan tersebut, guru
harus terus belajar, mampu beradaptasi dengan
perubahan, dan dapat menginspirasi peserta didik
menjadi subjek pembelajar mandiri yang
bertanggungjawab, kreatif, dan inovatif.
Upaya peningkatan profesionalitas dan kredibilitas
guru dapat dilakukan dengan caraantara lain; 1) Mengikuti
Penataran Guru: penataran guru menurut Steig dan
Frederich (teori dan praktik), yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pada sebagian
personalia yang bekerja akan meningkatkan
pertumbuhan dan kualifikasi mereka. Penataran
dilakukan berkaitan dengan kesempatan bagi guru-guru
untuk berkembang secara profesional untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Mengingat tugas rutin di dalam
melaksanakan aktivitas-aktivitas mendidik dan mengajar,
maka guru perlu untuk menambah ide-ide baru melalui
kegiatan penataran, 2) Mengikuti MGBS (Musyawarah
Guru Bidang Studi): seorang guru dalam menjalankan
tugasnya, sudah pasti akan menjumpai permasalahan-
permasalahan yang harus dicari pemecahannya.
Permasalahan ini mungkin datang dari pihak luar atau
mungkin dari teman sejawat, yang hal ini perlu dengan

137
segera untuk mencari pemecahannya, misalnya melalui
MGBS, yaitu guru dalam mata pelajaran berkumpul
bersama untuk mempelajari atau membahas masalah
dalam proses belajar mengajar. Adapun MGBS ini
bertujuan untuk menyatukan terhadap kekurangan
konsep makna dan fungsi pendidikan serta
pemecahannya terhadap kekurangan yang ada. Di
samping itu juga untuk mendorong guru melakukan
tugas dengan baik, sehingga mampu membawa mereka
ke arah peningkatan kompetensinya, 3) Mengikuti
Kursus: mengikuti kursus merupakan suatu kegiatan
untuk membantu guru dalam mengembangkan
pengetahuan sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Dengan mengikuti kursus guru diarahkan ke dalam dua
hal, pertama sebagai penyegaran dan kedua sebagai
upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
mengubah sikap tertentu.Penyegaran berarti bahwa guru
telah mendapatkan pengetahuan disiplin ilmu tertentu,
dan penyegaran di sini mengupayakan kembali untuk
mengingat, meningkatkan dan mengembangkan disiplin
ilmu yang dimilikinya, 4) Menambah Pengetahuan
Melalui Media Masa atau Elektronik: sebagai tambahan
pengetahuan keilmuan, seorang guru tidak cukup
mempelajari atau mendalami dari buku-buku pustaka
yang ada, melainkan memerlukan media tambahan
sebagai pendukung atau bekal dalam proses belajar
mengajar. Salah satu media yang cukup membantu dalam
meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar
mengajar adalah media cetak dan media elektronik. Hal
ini akan membawa pemikiran-pemikiran baru dan

138
wawasan-wawasan baru bagi seorang guru dalam
pengajaran. Peningkatan kompetensi guru melalui media
ini bisa diupayakan oleh sekolah, dengan menempatkan
media elektronik dan media cetak di sekolah. Melalui
media ini guru tidak hanya mengandalkan dari pustaka
yang ia miliki, melainkan dapat memberikan perubahan
kearah peningkatan pengetahuan dan peningkatan
ketrampilan, 5) Peningkatan Profesi Melalui Belajar
Sendiri: cara lain yang baik untuk meningkatkan profesi
guru adalah berusaha mengikuti perkembangan dengan
cara belajar sendiri, dan belajar sendiri dapat dilakukan
perorangan dengan mengajarkan kepada guru untuk
membaca dan memilih topik yang sesuai dengan
kebutuhan di sekolah. Yang penting sebagai hasil
membaca ini bukan hanya memperoleh pengetahuan
saja, tetapi manfaat yang dapat diambil dan
mempraktikkan dalam rangka upaya meningkatkan
situasi mengajar yang lebih baik. Sebagai sumber bacaan
dapat dipergunakan buku-buku, majalah, surat kabar
yang layak untuk dijadikan bahan bacaan profesional.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa usaha ini
merupakan cara yang paling sederhana, namun kadang-
kadang sulit untuk dilaksanakan oleh guru. Guru yang
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, lebih banyak
berusaha dan belajar sendiri. Oleh karena itu,
kesanggupan berusaha dan belajar sendiri merupakan
kecakapan modal dasar yang perlu dikembangkan karena
selain memperbaiki pengetahuan dan kecakapan
sekaligus memperkuat jabatan guru sebagai pendidik
yang profesional.
Dari uraian di atas, menjelaskan bahwa untuk

139
meningkatkan kualitas guru dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang dan upaya peningkatan kompetensi guru
terletak pada profesionalismenya dalam proses belajar
mengajar. Guru yang dalam proses belajar mengajarnya
hanya mampu untuk “menerangkan” dan
“memindahkan” pengetahuannya kepada peserta didik
tanpa memperhatikan skill atau fitrah peserta didiknya,
belum dapat dikatakan guru yang profesional. Sebab
pengetahuan yang diberikan adalah untuk membentuk
pribadi yang utuh (holistik atau insan kamil).
Profesionalisme di sini memiliki arti cukup luas, makna
profesional di sini dapat dipandang dari tiga dimensi,
yaitu expert atau ahli, rasa tanggung jawab, dan rasa
kesejawatan
Upaya lembaga pendidikan dalam meningkatkan
kompetensi guru, kepala sekolah yang memegang
kebijakan lembaga, sedangkan guru sebagai mediator
(sarana) yang membawa dan mengarahkan siswa kepada
tujuan yang telah ditentukan, mempunyai peran yang
sangat penting dalam optimalisasi profesional guru. Di
sini pimpinan lembaga dituntut mampu untuk
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi guru di
sekolah. Berbeda dengan lembaga-lembaga lain (seperti
perbankan, perkantoran), pimpinan lembaga di sekolah
yang baik adalah bercirikan kepemimpinan instruksional
sebagai lawan dari manajer, yaitu kepemimpinan yang
mengarahkan sumber-sumber non manusia dan sumber
manusia untuk menciptakan suasana belajar yang
mendorong pencapaian belajar siswa. Kepala sekolah
sebagai pelaksana kepemimpinan pendidikan di sekolah

140
harus memiliki kemampuan dan ketrampilan yang dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan
dan kemampuan yang menggambarkan tugas dan
peranan kepala sekolah dalam penerapan kepemimpinan
pendidikan adalah sebagai berikut; 1) kepala sekolah
adalah pemimpin di bidang kurikulum, 2) kepala sekolah
adalah pemimpin di bidang personalia, 3) kepala sekolah
adalah pemimpin di bidang public relation, 4) kepala
sekolah adalah pemimpin di bidang hubungan guru
dengan siswa, 5) kepala sekolah adalah sebagai pemimpin
personal di bidang non pengajaran, 6) kepala sekolah
sebagai pemimpin didalam mengadakan hubungan
dengan dinaspendidikan, 7) kepala sekolah sebagai
pemimpin dalam pelayanan bimbingan, 8) kepala sekolah
adalah pemimpin dalam artikulasi dengan sekolah lain, 9)
kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pengelolaan
pelayanan, sekolah dan perlengkapannya, 10) kepala
sekolah sebagai pemimpin di bidang pengorganisasian.
Adapun yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai pimpinan lembaga dalam meningkatkan
kompetensi guru antara lain: 1) Mengadakan Supervisi:
dengan adanya pengawasan akan dapat menciptakan
kedisiplinan dan semangat kerja yang tinggi. Hal ini sangat
penting guna membantu guru dalam menjalankan
tugasnya. Pengawasan ini hendaknya dilakukan dengan
penuh keterbukaan dan kesungguhan sebab bila tidak,
akan menimbulkan kesenjangan antara pimpinan
lembaga dan dewan guru. Pengawasan ini dimaksudkan
untuk membantu guru dalam memecahkan problem yang
dihadapi, dimana pengawasan ini perlu didukung adanya

141
percakapan pribadi. Mungkin dengan percakapan pribadi
ini kerahasiaan masing-masing guru dapat terjaga
sehingga akan mendorong guru untuk lebih bersemangat
dalam menunaikan tugasnya sehari-hari. Hal ini bisa
dilakukan dengan pertemuan pribadi baik formal
maupun individual dalam bentuk percakapan, dialog,
pertukaran pikiran, antara supervisor dan supervisi
mengenai upaya-upaya peningkatan kemampuan
profesinya. Dengan demikian pimpinan lembaga
mendapat kesempatan yang luas dalam membina
hubungan baik dengan guru untuk mencapai tujuan-
tujuan sebagai berikut; memberikan kemungkinan
pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan
belajar, memupuk dan mengembangkan hasil belajar
yang lebih baik lagi, memperbaiki kelemahan-kelemahan
dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya,
menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang
jelek, 2) Menumbuhkan Kreativitas Guru: kreativitas
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan
produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali
maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan
dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada.
Menurut Conny Seniawan, A.S Munandar dan S.C.U.
Munandar dalam menempuh bakat kemampuan untuk
menciptakan produk baru. Ciptaan itu tidak perlu
seluruh produknya baru, mungkin saja gabungannya,
kombinasinya, sedangkan unsurnya sudah ada
sebelumnya. Guru yang kreatif akan selalu mencari cara
bagaimana agar proses belajar mengajar mencapai hasil
yang sesuai dengan
142
tujuan serta berupaya mengadaptasikan dengan tingkah
lakunya dalam mengajar dengan tuntutan pencapaian
tujuan dengan mengembangkan faktor situasi dan
kondisi belajar siswa. Kreativitas yang demikian
memungkinkan guru menemukan bentuk-bentuk
mengajar yang sesuai khususnya dalam memberi
bimbingan, dorongan, dan arahan agar siswa dapat
belajar secara aktif.
Tumbuhnya kreativitasdi kalangan guru
memungkinkan terwujudnya ide perubahan dan upaya
peningkatan secara berkelanjutan serta sesuai dengan
kondisi lingkungan masyarakat dimana sekolah itu
berada. Oleh karena itu, sebagai pimpinan lembaga
(supervisor) harus mampu menumbuhkan kreativitas dan
semangat yang dimiliki para guru guna meningkatkan
kompetensinya, dan dalam menumbuhkan kreativitas
tersebut ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu,
pimpinan lembaga harus bisa menciptakan iklim kerja
yang memungkinkan para guru meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas,
harus mengadakan kerja sama yang baik antara berbagai
personel pendidikan dalam memecahkan problem yang
dihadapi, harus memberikan kepercayaan pada guru
untuk meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya
dan gagasan kreatifnya, dengan memperhatikan hal
tersebut, maka pimpinan lembaga bisa dikatakan
berhasil, dan ini pun akan membawa dampak yang positif
yakni semangat guru dalam meningkatkan
kompetensinya akan terus meningkat. 3) Penyediaan
Fasilitas Pendidikan yang Cukup: mengingat tugas
mengajar guru membutuhkan tersedianya fasilitas yang

cukup, maka hal ini


143
membutuhkan perhatian yang serius dari semua pihak
terutama kepala sekolah.
Penyediaan fasilitas ini tidak hanya terbatas pada
buku saja akan tetapi perlu juga dilengkapi dengan alat-
alat praktikum, laboratorium dan gedung-gedung yang
dirasa perlu dan memenuhi syarat, 4) Mengadakan Rapat
Sekolah: rapat sekolah yang juga disebut rapat staf atau
rapat guru merupakan kumpulan atau pertemuan antara
seluruh staf atau guru dengan pimpinan lembaga untuk
membicarakan berbagai masalah oleh penyelenggaraan
sekolah. Pertemuan dalam bentuk rapat mengenai
pembinaan sekolah, siswa dan bidang studi lainnya
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam
mengajar. Di samping itu banyak masalah atau persoalan
sekolah yag dapat diselesaikan melalui rapat. Setiap guru
dapat mengemukakan pendapatnya dan buah pikirannya
serta upaya-upaya lainnya. Adapun tujuan rapat
pimpinan lembaga secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut: Pertama, Untuk mengintegrasikan
seluruh anggota staf yang berbeda pendapat, pengalaman
dan kemampuannya menjadi satu keseluruhan potensi
yang menyadari tujuan bersama dan tersedia untuk
bekerja sama untuk mencapai tujuan itu. Kedua, Untuk
mendorong atau menstimulasi setiap anggota staf dan
berusaha meningkatkan efektivitas. Ketiga, Untuk
bersama-sama mencari dan menemukan metode dan
prosedur dalam menciptakan proses belajar yang paling
sesuai bagi masing-masing disetiap situasi.
Mengacu pada tujuan di atas, maka keberhasilan

144
rapat guru merupakan tanggung jawab bersama dari
semua anggota-anggotanya. Meskipun demikian peranan
supervisor sebagai pemimpin sangat besar bahkan
menentukan sampai dimana anggotanya berpartisipasi.
Ketiga, terkait dengan pengenalan karakteristik
peserta didik. Membahas tentang kompetensi pedagogi
dalam pendidikan selalu terkait dengan komponen yang
melekat di dalamnya, seperti kurikulum, pendidik, dan
peserta didik. Ketiga komponen tersebut saling terkait satu
dengan yang lain dalam membentuk sebuah proses
pembelajaran yang efektif. Sebagai seorang pendidik,
tugas kita tidak hanya wajib menguasai kurikulum dan
tugas-tugas kependidikan tetapi hendaknya mengenali
peserta didik atau anak didik kita terlebih karakteristik
mereka. Karakteristik peserta didik yang perlu dikenal dan
dipahami oleh para pendidik tidak hanya terbatas pada
tipe kepribadian mereka saja, tetapi juga melingkupi
kebutuhan belajar, kemampuan mereka dalam belajar,
potensi yang dimiliki, dan lingkungan yang ada di sekitar
mereka.
Faktor-faktor ini secara tidak langsung membantu
atau menghambat para peserta didik dalam menerima
dan memproses informasi yang diterima dari
pendidiknya. Dengan mengetahui faktor-faktor di atas,
para pendidik dapat mengembangkan hal-hal positif yang
ada di dalam diri peserta didik dan mengurangi hal-hal
yang negatif yang dapat menghambat kompetensi yang
ada di dalam dirinya. Selain itu, pendidik juga dapat
mengenali karakter dan potensi yang ada di dalam
dirinya sendiri.

145
Istilah karakter membuat banyak orang
menyamakannya dengan kata sifat, watak, akhlak, atau
tabiat. Kenyataannya tak selalu bisa dimaknai seperti itu.
Kita perlu mempelajari pengertian karakter menurut
para ahli agar memahami perbedaannya. Menurut Doni
Kusuma, karakter adalah ciri, karakteristik, gaya, atau sifat
diri dari seseorang yang bersumber dari bentukan yang
diterima dari lingkungannya. Berdasarkan pendapat
tersebut karakter peserta didik turut dibentuk dan
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Beberapa
ahli mengatakan karakter mengacu kepada sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Dari pendapat para ahli tersebut
dapat kita simpulkan bahwa karakter adalah ciri, sifat
diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari seseorang
yang dalam hal ini adalah peserta didik.
Sebagai seorang pendidik tentunya tidak hanya
bertugas mengajar di kelas saja, akan tetapi mendidik
dan juga melatih. Hal ini sangat tepat apabila dikaitkan
dengan pembentukan karakter yang baik bagi para
peserta didik. Seperti apa seorang pendidik mendidik,
bagaimana mengajar, dan bagaimana melatih para
peserta didik. Semua tantangan di atas berawal dari
pendidik itu sendiri, bagaimana menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan,
misalnya dengan memunculkan kesan pertama pendidik
yang positif saat kegiatan belajar di kelas. Pendidik
sangat perlu memahami perkembangan peserta didik.
Perkembangan peserta didik tersebut meliputi:
perkembangan fisik, perkembangan sosio- emosional,
dan bermuara pada perkembangan
146
intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan
sosio- sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap
perkembangan intelektual atau perkembangan
mental atau perkembangan kognitifnya. Pemahaman
terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat
diperlukan untuk merancang pembelajaran yang
kondusif yang akan dilaksanakan.
Rancangan pembelajaran yang kondusif akan
mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik
sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang diinginkan. Seorang pendidik
mempunyai peran multifungsi, sebagai konselor, dia
mendidik dan membimbing peserta didiknya dengan
benar, memotivasi dan memberi sugesti yang positif,
serta memberikan solusi yang tepat dan tuntas dalam
menyelesaikan masalah peserta didik. Selain itu juga
memperhatikan karakter dan kondisi kejiwaan peserta
didiknya. Pendidik juga bisa berperan sebagai seorang
dokter yang memberikan terapi dan obat pada pasiennya
sesuai dengan diagnosanya.

Perkembangan kognitif pada peserta didik


merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi
guru maupun orang tua. Perkembangan kognitif
pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir
lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga

147
harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman
pada karakteristik perkembangan peserta didik, guru dan
orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan
yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka
masing-masing, sehingga guru dan orang tua dapat
menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan
kognitif masing-masing anak didik.
Selain perkembangan karakteristik fisik dan
kognitif peserta didik, yang tidak kalah penting adalah
perkembangan sosial-emosional peserta didik. Sosio-
emosional berasal dari kata sosial dan emosi.
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
agama. Sedangkan emosi merupakan faktor dominan
yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar. Emosi dibedakan menjadi
dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif
seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa
ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu
untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas
belajar. Emosi negatif seperti perasaan tidak senang,
kecewa, tidak bergairah, individu tidak dapat memusatkan
perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar
dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. Selain
itu, dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa
Latin ‘movere’ yang berarti ‘menggerakkan, bergerak’.
Kemudian ditambah dengan awalan ‘e-‘untuk memberi
arti ‘bergerak menjauh’. Makna ini menyiratkan kesan

148
bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi.
Perkembangan sosio-emosional peserta didik
termasuk suatu pembahasan yang sangat penting karena
dengan mengetahui perkembangan sosio-emosional
peserta didik, para pendidik dapat mengambil tindakan
pada permasalahan peserta didik dengan berbagai
karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Sosio-
emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap
individu dalam warna afektif yang menyertai setiap
keadaan atau perilaku individu. Dalam pembahasan
sosio- emosional ini lebih ditekankan dalam sosio-
emosional pada remaja. Pada masa remaja, tingkat
karakteristik emosional akan menjadi drastis tingkat
kecepatannya. Gejala-gejala emosional para remaja
seperti perasaan sayang, cinta dan benci, harapan-
harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami
dengan baik. Sebagai pendidik. kita harus mengetahui
setiap aspek yang berhubungan dengan perubahan
tingkah laku dalam perkembangan remaja, serta
memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita bisa
melakukan komunikasi yang baik dengan remaja.
Perkembangan emosi remaja merupakan suatu titik yang
mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan.
Meskipun sikap kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada
diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.
Faktor yang sangat memengaruhi perkembangan
peserta didik pada usia remaja yaitu didikan orang tua,
lingkungan sekitar tempat tinggal dan perlakuan guru di
sekolah. Pengaruh sosio-emosional yang baik pada

remaja

149
terhadap diri sendiri yaitu untuk mengendalikan diri,
memutuskan segala sesuatu dengan baik, serta bisa lebih
matang merencanakan segala hal yang akan
diputuskannya, sedangkan terhadap orang lain, yaitu
mampu menjalin kerja sama yang baik, saling
menghargai dan mampu memosisikan diri di lingkungan
dengan baik. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke
dalam masyarakat terutama di kalangan
remaja. Pengaruh globalisasi terhadap
anak muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
dalam cara berpakaian, selera makan, dan lainnya.
Dalam dunia pendidikan, para guru dan perancang
pembelajaran dalam mengembangkan strategi
pembelajaran moral perlu mengupayakan peningkatan
kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan moral,
misalnya melalui pemberian tugas, diskusi kelompok,
atau bermain peran tentang seorang pahlawan atau
sebaliknya, serta mencari contoh-contoh seorang
pahlawan yang sesuai dengan idola mereka. Guru
hendaknya menanggapi dengan serius segala persoalan
moral dalam bentuk apa pun agar merangsang proses
pemikiran mereka tentang pentingnya moral. C. Asri
Budiningsih berpendapat bahwa salah satu upaya untuk
mengatasi masalah-masalah moral di kalangan remaja
adalah mengembangkan teori-teori dan model-model
atau strategi pembelajaran moral yang berpijak pada
karakteristik peserta didik dan budayanya.
Prof. Wardani berpendapat bahwa karakter tidak
150
dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya karena
karakter terbentuk dalam lingkungan sosial budaya
tertentu. Dalam hal ini para guru di sekolah dan orang
tua saling mengisi untuk menumbuhkan karakter positif
pada anak melalui pembelajaran yang berkaitan dengan
pendidikan agama, sehingga generasi mendatang bangsa
kita menjadi bangsa yang beriman, berbudi pekerti luhur,
dan berakhlak mulia.

Penutup
Demikianlah strategi yang dilakukan dalam rangka
mewujudkan pendidikan berkualitas di sekolah daerah
terpencil. Kesimpulan yang dapat diambil adalah sarana
dan prasarana yang memadai, guru yang berkompeten,
dan karakter peserta didik yang baik menjadi faktor utama
dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di
sekolah daerah khusus. Saran yang bisa disampaikan
adalah diharapkan baik pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat dapat terus memberikan bantuan
kepada satuan pendidikan terutama pengadaan sarana
dan prasarana, program peningkatan kompetensi guru
hendaknya terus dilaksanakan secara berkelanjutan, dan
pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter
berbasis kelas, sekolah, keluarga, dan masyarakat pun
terus dilaksanakan agar pendidikan berkualitas dapat
terwujud.

151
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2004. Manajemen Perlengkapan Sekolah.
Jakarta: PT Bumikarsa.
Cholid, Narbuko, dkk. 2008. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Pekanbaru: Zanafa
Publishing.
Roestiyah N.K.. 1991. Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina
Aksara.
Suryadi. 2009. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Bandung:
PT. Sarana Panca Karya Nusa.
Suryobroto. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sumantri, Mulyani. 2007. Perkembangan Peserta Didik.
Penerbit: Universitas Terbuka.
Wardani. 2008. Pendidikan sebagai Wahana Pembentukan
Karakter Bangsa. Jakarta: disajikan dalam seminar
nasional.

152
Tentang Penulis
KAMARUZAMAN, M. Pd., lahir di
Curup 9 Februari 1972. Lulus Sekolah
Dasar di Palembang (1985), lulus
Sekolah Menengah Pertama di
Palembang (1987), dan lulus Sekolah
Menengah Atas di Lubuklinggau (1991).
Melanjutkan pendidikan S-1 di
Universitas Muhammadiyah
Palembang program studi Pendidikan Bahasa Indonesia
(1997) dan S-2 di Universitas Bengkulu program studi
Pendidikan Bahasa Indonesia (2010). Mulai aktif menulis
karya sastratahun 1983. Saat ini masih aktif sebagai
instruktur Kurikulum 2013 di Kabupaten Musi Rawas
Utara. Nomor HP: 081367418027. Email:
kamaruzaman620@yahoo.co.id

153
SEKOLAH ASRI MELALUI
KONSEP MANTUL

Rois Sovyan
SMPN 3 Satu Atap Wanasalam, Lebak, Banten
roissovyan@gmail.com

Pentingnya Sekolah Asri


Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku
dalam sistem pendidikan Indonesia. Tujuan penerapan
Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Kemendikbud, 2013).
Implementasi Kurikulum 2013 menuntut
kebutuhan terhadap peningkatan sikap, pengetahuan dan
keterampilan sebagai penjaminan mutu (Kemendikbud,
2014). Adanya perubahan kurikulum, capaian prestasi
anak didik tidak hanya dilihat dari sisi akademisnya saja
tetapi juga non akademis, yang mencakup tiga pilar
penjaminan mutu, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Penerapan Kurikulum 2013 di SMPN 3
Satu Atap Wanasalam banyak menghadapi tantangan
dan hambatan. Tantangan-tantangan tersebut mencakup
bidang prestasi (akademik dan nonakademik), sarana
prasarana, maupun lingkungan yang kurang mendukung
proses pembelajaran.

154
Gambar 1. Kondisi Sekolah Sebelum Implementasi Mantul

Kepala sekolah diharapkan mampu berperan


dalam mengorganisasi dan mengoptimalkan seluruh
potensi sekolah. Selain itu juga dituntut berusaha
mengubah mindset para guru serta seluruh siswa untuk
membawa mereka menuju ke arah kemajuan sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
Pada tahun 2014 SMPN 3 Satu Atap Wanasalam
memiliki luas tanah 3.600 m2, terdapat 3 rombel dengan
jumlah siswa 90 siswa. Kondisi sekolah sangat kotor dan
tidak terawat, serta sarana prasarana pendukung
pembelajaran sangat minim. Kondisi seperti ini tentu saja
sangat jauh untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimal
(SPM) pendidikan sesuai Permendiknas No. 15 Tahun
2010 (Permendikbud No 23 Tahun 2013).
Upaya pemenuhan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) dan untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal
(SPM) di SMPN 3 Satu Atap Wanasalam melalui konsep
MANTUL (Manajemen Tata Ulang Lingkungan).
Manajemen tersebut diterapkan untuk menciptakan
lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat

155
mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-
anak menjadi lebih sehat serta dapat berpikir secara
jernih. Prestasi belajar di sekolah tidak hanya
dipengaruhi oleh bagaimana anak-anak giat belajar atau
dapat memahami pelajaran di sekolah, tapi juga kondisi
lingkungan sekolahnya yang mendukung.
Salah satu penentu keberhasilan pendidikan
adalah keadaan lembaga pendidikan itu sendiri, yaitu
lingkungan yang mendukung terlaksananya pendidikan
yang kondusif. Untuk menciptakan kondisi yang baik itu
sangat diperlukan perhatian dan kepedulian semua
unsur di sekolah, mulai dari pimpinan, guru, siswa dan
masyarakat sebagai pendukung pendidikan.
Menciptakan sekolah yang nyaman sangat penting
agar siswa dapat mencapai prestasi yang terbaik dan
guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik. Dalam hal
ini, sekolah harus mampu menyediakan lingkungan fisik
seperti gedung, kelas, dan halaman yang bersih dan
nyaman. Kepala sekolah selaku manajer adalah yang
paling bertanggungjawab untuk menciptakan kondisi
lingkungan sekolah tersebut.

Konsep Mantul
Manajemen merupakan kemampuan dan
keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya
mencapai tujuan organisasi secara produktif. Manajemen
adalah aktivitas atau kegiatan mengelola sesuatu (personel
atau organisasi) secara efisien dan efektif, guna meraih

156
suatu tujuan yang dikehendaki. Keberhasilan lembaga
atau organisasi dalam pencapaian tujuannya tidak terlepas
dari adanya proses manajemen. Tanpa manajemen
berbagai aktivitas perusahaan jelas tidak akan berjalan
dengan optimal.
Manajemen menurut T. Hani Handoko (2011)
adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Selain itu, definisi manajemen adalah
merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Malayu
S.P. Hasibuan, 2012).
Sedangkan tata lingkungan, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna susunan
lingkungan atau menyusun lingkungan. Jadi tata ulang
lingkungan adalah sebuah proses atau usah menata
kembali lingkungan agar lebih baik dari sebelumnya,
dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan
sekolah yang aman, nyaman, dan asri sangat
mempengaruhi suasana belajar peserta didik serta
terciptanya iklim proses pendidikan yang kondusif.
Istilah mantul itu sendiri adalah akronim dari
kata mantap dan betul. Kata mantul bisa dimaknai bahwa
adalah mantap betul atau mantap sekali. Kata mantul
masuk masuk ke dalam bahasa gaul, yaitu ragam bahasa
Indonesia tidak baku yang biasanya digunakan oleh anak
muda. Kata tersebut biasanya diungkapkan ketika ada hal

157
yang menakjubkan, asik, ataupun hal-hal serupa lainnya,
biasanya orang mengungkapkan kekagumannya dengan
mengucapkan kata mantul atau mantap betul.

Menuju Sekolah Asri


Sekolah asri berarti sekolah yang indah dan sedap
dipandang mata yang memiliki ciri bahwa sekolah
tersebut memenuhi unsur sehat, bersih, dan rapi. Ada
beberapa hal atau kegiatan yang bisa dilakukan dalam
usaha mewujudkan sekolah yang sehat, bersih, dan rapi.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: Membuang
sampah pada tempatnya; Menjaga kebersihan toilet;
Merawat taman sekolah; Merawat ruang kelas dan barang-
barangnya; Menjaga kebersihan saluran air; dan
Membiasakan mencuci tangan.
Sekolah asri memiliki berbagai ciri yang
merupakan syarat-syarat suatu lingkungan yang
dikatakan asri. Syarat-syarat tersebut antara lain; memiliki
lapangan bermain dan berolahraga, memiliki pepohonan
yang rindang, memiliki sanitasi dan sumur resapan air,
memiliki tempat pembuangan sampah, dan lingkungan
sekitar yang mendukung bagi pembelajaran yang
kondusif.
Manajemen implementasi Mantul dilakukan
melalui kerja sama antar warga sekolah serta
memaksimalkan kerja sama dengan komite sekolah.
Sekolah juga menjalin kerja sama dengan masyarakat
sekitar, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan instansi
lain. Strategi MANTUL di SMPN 3 Satu
Atap Wanasalam, dilaksanakan dengan
langkah-langkah
158
berikut: (1) Menanamkan budaya dan lingkungan sekolah
yang berkarakter, melalui kegiatan gotong royong untuk
menumbuhkan kecintaan, kepedulian, serta rasa tanggung
jawab terhadap lingkungan sekolah. (2) Melakukan
sosialisasi program sekolah.

Kegiatan Saber-3K (Sabtu bersih-3K)


Pelaksanaan kegiatan ini merupakan upaya
mewujudkan dan memelihara 3K (kebersihan,
keindahan, dan ketertiban) di lingkungan SMPN 3 Satap
Wanasalam termasuk memelihara kebun sekolah.
Kegiatan Saber-3K dilaksanakan pada setiap hari Sabtu
pada jam pelajaran ke-1, yang dipandu oleh Pembina 3K
serta melibatkan seluruh guru dan wali kelas.

Gambar 2. Pelaksanaan Kegiatan Saber-3K

Kegiatan lomba 3K antar kelas


Lomba kebersihan, keindahan, dan ketertiban ini
penilaiannya dilakukan sepanjang tahun pelajaran.
Pemenang lomba diumumkan setiap 3 bulan sekali atau

159
pasca pelaksanaan PTS semester ganjil, PAS, PTS
semester genap, dan PAT.

Gambar 3. Juara lomba 3K antar kelas

Kerja sama dengan Puskesmas Terdekat


Dalam upaya mencari sokongan bagi
terlaksananya kegiatan yang direncanakan, sekolah
menjalin kerja sama juga dengan instansi lain yang
wilayah kerjanya menaungi SMPN 3 satap Wanasalam,
yaitu UPTD Puskesmas Parungsari. UPTD Puskesmas
Parungsari banyak membantu sekolah dalam bidang UKS
dan proses menuju sekolah sehat, yang pelaksanaan
pembinaannya tiap bulan. Kerja sama tersebut
dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama.

160
Gambar 4. Kegiatan pembinaan dari Puskesmas Parungsari

Kerja sama dengan Tokoh Masyarakat dan Pemerintah


Desa Setempat
Dalam rangka menopang atau mendukung
kelancaran kegiatan sekolah, SMPN 3 Satu Atap
Wanasalam menjalin kerja sama dengan berbagai pihak,
yaitu tokoh masyarakat dan pemerintah desa setempat.
Masyarakat sekitar yang notabene tergolong dalam
kategori religius, banyak memberi sumbangsih dan
manfaat bagi sekolah. Dalam upaya ini kami menjalin
kerja sama dan silaturahmi dengan tokoh masyarakat
dan tokoh agama (para kyai) yang berada di kampung-
kampung sekitar sekolah.

161
Gambar 5. Kegiatan Silaturahmi dengan Tokoh Masyarakat dan Tokoh agama

Selain itu SMPN 3 Satu Atap Wanasalam


melakukan kerjasama juga dengan pemerintah desa
Cilangkap beserta aparatnya. Harapannya pemerintah
desa dapat memberikan dukungan terutama dalam
bentuk motivasi bagi masyarakat untuk melanjutkan
sekolah bagi anak- anaknya ke jenjang SMP setelah lulus
sekolah dasar, serta berbentuk pembangunan infra
stuktur penunjang bagi kelancaran pelaksanaan program
sekolah.
Kegiatan Gebyar Ekskul
Kegiatan ini merupakan upaya menumbuhkan
semangat, minat, serta membina bakat yang dimiliki oleh
peserta didik. Gebyar ekskul adalah latihan masing-
masing bidang ekskul yang diselenggarakan di SMPN 3
Satap Wanasalam.
Adapun bidang-bidang ekstrakurikuler tersebut
yaitu pramuka, kerohanian, olahraga, dan kesenian.
Ekstrakurikuler Pramuka dilaksanakan pada setiap hari
Jumat mulai pukul 14.00 WIB. Kerohanian PADU
162
dilaksanakan pada setiap hari Jumat pukul 07.00 s.d.
08.00 WIB yang meliputi kegiatan ceramah agama,
bimbingan baca tulis Al-quran, bimbingan qiro’at, dan
menghafal doa-doa harian. Selain itu, ekskul kerohanian
mengadakan juga kegiatan-kegiatan ibadah seperti
ibadah shalat dhuha setiap pagi atau yang kami sebut
PADU (Pagi Dhuha), sahalat dzuhur berjamaah, dan
membaca 1 (satu) surat pendek ayat suci Al-quran setiap
pagi sebelum dimulai jam pelajaran ke-1. Ekstrakurikuler
kesenian yang dilaksanakan pada setiap hari Sabtu mulai
pukul 14.00, meliputi kesenian degung, paduansuara,
qosidah, dan marawis. Dan ekstrakurikuler olahraga yang
dilaksanakan pada setiap hari Sabtu mulai pukul 14.00,
meliputi cabang olahraga tenis meja, voli ball, dan catur.
Kegiatan Workshop Guru
Upaya peningkatan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru dikakukan
melalui kegiatan MGMP dan workshop. MGMP diikuti
oleh masing-masing guru setidaknya sekali dalam
sebulan pada tiap-tiap guru sesuai dengan mata
pelajaran yang diampu. MGMP tersebut diselenggarakan
pada tingkat Gugus atau Wilbi. Upaya lain dalam
meningkatkan kompetensi guru adalah dengan
mengadakan workshop bagi guru SMPN 3 Satap
Wanasalam yang diselenggarakan oleh sekolah.

Gambar 6. Kegiatan workshop guru

163
Hasil Implementasi Mantul
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan di SMPN 3 satu atap Wanasalam melalui
Manajemen Tata Ulang Lingkungan (MANTUL)
berdampak peningkatan yang signifikan. Salah satu
peningkatan tersebut adalah lingkungan sekolah yang
semula sangat kotor dan tidak terawat dapat diwujudkan
menjadi sekolah yang bersih dan asri. Sehingga pada
tahun 2018, SMPN 3 Satu Atap Wanasalam dapat
berpartisipasi mengikuti kegiatan lomba sekolah sehat
tingkat kabupaten.

Gambar 7. Lingkungan Sekolah hasil Manajemen MANTUL

Selain itu, keberhasilan strategi MANTUL juga


berpengaruh terhadap peningkatan jumlah siswa secara
signifikan. Pada tiap tahun pelajaran SMPN 3 Satu Atap
Wanasalam mengalami kemajuan. Pada tahun pelajaran
2015/2016 sebanyak 113, tahun pelajaran 2016/2017
sebanyak 121,tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 124,
tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak 131, dan tahun

164
pelajaran 2019/2020 sebanyak 145.

160
145
140 131
121 124 TP 2015/2016
120113
100
TP 2016/2017

80 TP 2017/2018

60
TP 2018/2019
40
20 TP 2019/2020

0
Gambar 8. Grafik Peningkatan Jumlah Peserta Didik

Demikianlah paparan pelaksanaan strategi


MANTUL dan hasil serta dampak yang penulis
sampaikan. Rekomendasi yang dapat penulis sampaikan
diantaranya; (1) Pelaksanaan tata kelola lingkungan bias
dilakukan dengan dukungan dari semua warga sekolah. (2)
Kerja sama antara sekolah dengan semua pihak,
termasuk dengan masyarakat lingkungan sekolah dan
instansi lain perlu dijaga sekaligus ditingkatkan untuk
kemajuan sekolah. (3) Sosialisasi program-program
sekolah perlu dilakukan untuk suksesnya seluruh
pelaksanaan program tersebut.
Akhirnya penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat
Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk untuk menulis buku karya kreatif.

165
Semoga bermanfaat untuk kemajuan Pendidikan,
khususnya bagi SMPN 3 Satu Atap wanasalam.

166
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. 2009. Dimensi Kompetensi
Kewirausahaan. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah
Kerja Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Handoko, T. Hani. 2011. Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P.,Drs. 2012. Manajemen;
Dasar,Pengertian ,dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara
Kemendikbud, 2014. Manajemen dan Kepemimpinan
Sekolah. Bahan Ajar Implementasi Kurikulum 2013
untuk Kepala Sekolah.Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1993. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

167
Tentang Penulis:

Rois Sovyan, S.Pd., lahirkan di Lebak


pada tanggal 20 Maret 1969. Lulus
Sekolah Dasar di SDN 2 Bejod pada
tahun 1984. kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertama di
SMP Negeri Malingping, tamat
tahun 1987. Setelah itu melanjutkan
pendidikan SLTA di SPG Muhammadiyah
Rangkasbitung, tamat tahun 1990. Pada tahun 1994
melanjutkan studi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka (UHAMKA) Jakarta, lulus tahun 1999. Nomor Hp.
081288194321
Alamat e-mail; roissovyan@gmail.com.

168

Anda mungkin juga menyukai