Anda di halaman 1dari 8

BELAJAR UNTUK TIDAK SEKEDAR MENJADI GENERASI

PINTAR MELAUI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS


PERMAINAN TRADISIONAL

Karya ini disusun untuk mengikuti Kompetisi Esai Mahasiswa (KEM)


Acara Dies Natalis Universitas Wiraraja Ke-32

Disusun Oleh :
DELA PERDAYANTI 718720155

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
TAHUN 2019

1
RINGKASAN

Saat ini Indonesia menghadapi tantangan persaingan bangsa di era global yang
menuntut peningkatan kualitas dan produktivitas manusia terdidik. Berbagai kebijakan
pembangunan pendidikan nasional telah dilahirkan, antara lain melalui sebuah lompatan
besar dalam legislasi anggaran pendidikan hingga mencapai sedikitnya 20% dari APBN.
Namun, besarnya anggaran pendidikan bukanlah sebuah jaminan untuk mencapai
pendidikan yang bermutu dan berdaya saing. Oleh karenanya, pendidikan secara
terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar menghasilkan generasi yang unggul,
unggul dalam ilmu, iman dan amal. Suatu bangsa pastinya tidak ingin menjadi bangsa
yang tertinggal atau terbelakang. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk kemajuan
bangsanya. Penanaman pendidikan karakter sudah tidak bisa ditawar untuk diabaikan,
terutama pada pembelajaran disekolah. Untuk menghadapi kecanggihan teknologi dan
komunikasi yang terus berkembang maka perbaikan sumber daya manusia juga perlu
terus diupayakan untuk membentuk manusia yang cerdas, terampil, mandiri dan
berakhlak mulia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, bukan hanya
menghasilkan generasi yang belajar dengan prestasi tinggi tetapi mampu melahirkan
generasi baru yang memiliki karakter baik dan bermanfaat bagi masa depan bangsa.
Salah satu solusinya yaitu dengan penanaman pendidikan karakter melalui permainan
tradisional.

2
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................................ 1
RINGKASAN...................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
NASKAH ESAI................................................................................................................4
REFERENSI..................................................................................................................... 8

3
Revolusi industri dan globalisasi seakan menjadi satu kesatuan yang tak terlepas
dari kehidupan manusia. Seperti yang telah diketahui banyak orang bahwa zaman
sekarang sudah banyak yang menggunakan teknologi canggih mulai dari bidang industri
sampai perdagangan. Banyak yang menyatakan bahwa globalisasi dan revolusi industri
mempunyai keuntungan, tetapi tidak sedikit pula yang menganggap hal itu merugikan.
Contohnya sudah terlihat di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang juga terimbas efek
globalisasi. Maka, Indonesia harus mengambil inisiatif mendorong semua elemen
masyarakat untuk lebih peduli pada era Industri 4.0. Dengan memberi pemahaman yang
lebih utuh dan mendalam, masyarakat dengan sendirinya akan terdorong untuk bersiap
menghadapi sekaligus merespons perubahan-perubahan yang akan terjadi. Untuk
menghadapi kecanggihan teknologi dan komunikasi yang terus berkembang maka
perbaikan sumber daya manusia juga perlu terus diupayakan untuk membentuk manusia
yang cerdas, terampil, mandiri dan berakhlak mulia. Namun manusia yang pintar secara
akademis saja itu tidak cukup untuk membangun Indonesia tanpa memiliki karakter
yang positif, kuat dan tangguh untuk sukses di kehidupan nyata.
Generasi yang berkarakter sangat dibutuhkan di Indonesia untuk menghadapi era
globalisasi. Apalagi zaman sekarang generasi muda dengan banyaknya teknologi dan
hal-hal baru yang dibawa di dalam era globalisasi ini membawa para remaja-remaja
kehilangan identitasnya sebagai remaja Indonesia. Salah satu faktor yang membawa
pengaruh terhadap sikap remaja masa kini yaitu pengaruh orang lain. Pengaruh orang
lain ini biasanya adalah seseorang yang terkenal atau seseorang yang penting di
Indonesia, bahkan ada yang terkena pengaruh karena isu-isu di sosial media yang belum
tentu benar adanya. Oleh karena itu generasi muda indonesia harus memiliki karakter
yang kuat untuk menghadipa era globalisasi diantaranya : Religius, Jujur, Toleransi,
Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta
Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial dan Tanggung Jawab.
Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat memerlukan
SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya
program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang berkualitas,
yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki sumber daya yang
bermutu. Salah satu upaya untuk perbaikan kualitas sumber daya manusia adalah
munculnya gagasan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia. Gagasan
ini muncul karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan dinilai belum
sepenuhnya berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang berkarakter atau
bahkan bisa dikatakan pendidikan telah gagal dalam membangun karakter bangsa.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia dalam
praktik kehidupan dalam masyarakat. Dalam proses pendidikan, internalisasi nilai-nilai
budaya dan karakter merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya degradasi
etika dan moral di kalangan remaja. Keberhasilan dalam membangun karakter siswa,
secara otomatis akan membantu keberhasilan membangun karakter bangsa. Oleh karena
itu kemajuan suatu bangsa juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya,
kemampuan intelegensinya, keunggulan berpikir warganya, sinergi para pemimpinnya,
dan lain sebagainya. Pendidikan karakter seyogyanya ditempatkan sebagai landasan
untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah

4
Pancasila. Memang pada dasarnya fungsi pendidikan ialah untuk menciptakan
orang-orang pintar, tetapi sebenarnya lebih baik lagi jika mampu menciptakan
orang-orang yang memiliki karakter. Aspek pendidikan adalah aspek terpenting dalam
membentuk karakter bangsa. Dengan mengukur kualitas pendidikan, maka dapat dilihat
potret bangsa yang sebenarnya, karena aspek pendidikanlah yang menentukan masa
depan seseorang, apakah dia dapat memberikan sesuatu yang mebanggakan bagi bangsa
dan dapat mengembalikan jati diri bangsa atau sebaliknya. Karakter bangsa tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan harus dibentuk, dilatih, dan dikelola secara bertahap.
Pembentukan karakter bangsa merupakan tanggungjawab bersama, guru dan seluruh
komponen bangsa untuk berkomitmen membentuk, membangun dan
mempertahankannya. Pendidikan karakter merupakan upaya yang melibatkan semua
pihak baik keluarga (informal), sekolah dan lingkungan sekolah, serta masyarakat luas.
Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antar lingkungan
pendidikan tersebut tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian,
rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan karakter pertama dan
utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah
menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang atau tempat belajar yang penuh
cinta sejati dan kasih sayang. Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak
semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu : penanaman
moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Sejatinya
pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas lembaga pendidikan,
tetapi selama ini kurang mendapatkan perhatian. Seyogyanya lembaga pendidikan
pendidikan tidak hanya berkewajiban meningkatkan mutu akademis tetapi juga
bertanggungjawab dalam membentuk karakter yang baik bagi peserta didik. Untuk
membentuk karakter peserta didik, sebaiknya pihak sekolah memberikan rasa aman,
tenang dan tentram agar siswa menganggap sekolah sebagai rumah keduanya. Pihak
Sekolah lebih baik jika memberikan kelonggaran kepada siswa-siswinya untuk
diberikan kesempatan bermain disela-sela pelajaran, bahkan ada waktu tertentu yang
diberikan kepada peserta didik agar bisa bermain di luar kelas khususnya permainan
tradisional. Selain dapat melestarikan kearifan lokal yang ada, pendidik juga dapat
menanamkan nilai-nilai karakter yang dipraktekan siswa melalui permainan tradisional
yang nantinya nilai-nilai karakter tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Character Education Based Tradistional Game

Permainan Tradisional merupakan permainan asli dari sebuah daerah sebagai


simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai macam-macam
fungsi atau pesan dibaliknya. Di sebuah daerah khususnya kabupaten Sumenep
permainan tradisional sudah sedikit dilupakan oleh sebagian anak, alasanya karena
mereka telah memiliki pengganti permainan tradisional yaitu Gadget. Padahal
permainan tradisional merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran penanaman karakter. Oleh karena itu diharapkan agar setiap
sekolah khusunya di kabupatem Sumenep memberlakukan kegiatan kegiatan diluar
kelas seperti permainan tradisional untuk membentuk karakter peserta didik. Penerapan
permainan tradisional setiap sekolah ini di harapkan agar bisa membentuk karakter bagi
setiap peserta didik. Contohnya penerapan permainan gopak sodor atau yang dikenal di
Sumenep yaitu Salodur. Permainan Salodur merupakan salah satu permainan yang

5
menanamkan pendidikan karakter. Cara bermain salodur yakni permainan terdiri dari
dua tim, yaitu tim penjaga dan pemain. Setiap orang di tim penjaga membuat pejagaan
berlapis dengan cara berbaris ke belakang sambal merentangkan tangan agar tidak bisa
dilalui oleh tim pemain/lawan. Satu orang tim penjaga bertugas di garis tengah yang
bergerak tegak lurus dari penjaga lainnya. Jarak antara satu penjaga dengan penjaga
yang lain kurang lebih sejauh 5 langkah, sedangkan jarak rentangan ke samping sejauh
4 kali rentangan tangan. Wilayah permainan dan garis jaga ditandai oleh kapur. Selama
permainan berlangsung, salah satu kaki penjaga harus tetap digaris jaga, ia tidak bisa
bergerak bebas untuk menghalangi pemain lawan melaluinya. Jika pemain lawan
tersentuh oleh penjaga maka pemain pun gugur. Kemenangan akan diperoleh tim
penjaga jika berhasil mengenai seluruh pemain lawan. Nilai-nilai karakter dalam
permainan Salodur tersebut adalah religius, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kedemokratisan, kepedulian, nasionalisme, kepatuhan, kesadaran hak dan kewajiban,
serta tanggungjawab. Nilai religius dalam permainan Salodur digambarkan dengan
perilaku siswa sebelum permainan mereka berdoa terlebih dahulu, tidak mengejek
sesama dengan kata yang kasar, dan para siswa selalu melakukan permainan dengan
selalu tersenyum dan bertegur sapa dengan kawan dan lawan. Nilai kejujuran dalam
permainan Salodur disimpulkan dari tindakan jujur siswa selama permainan, siswa
selalu bertindak sesuai dengan peran yang ia dapatkan. Nilai kecerdasan masuk dalam
nilai karakter Salodur karena siswa dituntut untuk mengambil keputusan secara cepat
saat dibutuhkan. Permainan Salodur menuntut siswa untuk tidak mudah menyerah dan
membentuk siswa untuk mampu mengatasi hadangan dari lawan atau mencoba menahan
lawan yang mencoba untuk melewatinya. Nilai kedemokratisan dianggap masuk karena
siswa ketika bermain selalu menjunjung nilai toleransi, menerima masukan kawan
setimnya, Salodur juga mengajarkan untuk menerima kekalahan dalam pertandingan
yang jujur dan adil. Nilai kepedulian dianggap sebagai nilai Salodur karena selama dan
setelah permainan siswa diharuskan untuk memelihara kebersihan, keindahan, dan
kelestarian alam, dan siswa selalu membantu kawannya yang kesulitan. Nilai
nasionalisme dianggap ada dalam permainan Salodur karena tercermin dari kecintaan
siswa terhadap kearifan lokal yang dimiliki oleh Indonesia, siswa juga melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai dan budaya daerahnya serta dengan Salodur siswa diajarkan
apa arti persatuan dari hal yang kecil. Nilai kepatuhan ada karena siswa harus patuh
terhadap rule of the game dari Salodur. Nilai kesadaran hak dan kewajiban tercermin
dari perilaku siswa yang ketika bermain Salodur harus sesuai dengan perannya,
misalnya ketika menjadi tim bertahan siswa diharuskan untuk menjaga lawan agar tidak
lolos dan begitu sebaliknya. Nilai tanggungjawab tercermin dari siswa yang ketika
melanggar aturan permainan mereka bersedia dikenai sanksi.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan karakter
sangatlah penting bagi generasi penerus bangsa yang sekarang sudah memasuki pada
era industri 4.0. Sehingga dengan adanya pendidikan karakter ini dapat memberikan
sebuah solusi untuk menghadapi kemajuan bangsa. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran
dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga sekolah. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu
perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Pendidikan karakter itu dapat dilakukan dari hal kecil, misalnya permainan Salodur.

6
Bukan hanya permainan Salodur saja, namun masih banyak permainan tradisional yang
menanamkan pendidikan karakter. Nilai yang bisa diambil dari permainan tradisional
bukan hanya dari penanaman pendidikan karakter saja, tetapi juga bisa menjaga kearifan
lokal.

7
REFERENSI

Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat


Kurikulum dan Perbukuan.
Samani, M & Hariyanto. (2013). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai