Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

PERMUTASI DAN KOMBINASI

Dalam berbagai masalah yang tergolong diskrit, kita banyak berhadapan dengan berbagai persoalan membilang
(pencacahan). Misalnya untuk mengetahui banyaknya penduduk di sebuah desa, kita melakukan kegiatan sensus, atau yang kita
kenal dengan kegiatan pencacahan terhadap penduduk. Dalam kegiatan ini seluruh penduduk didata tanpa kecuali.
Pencacahan, yang dikenal pula dengan istilah enumerasi, merupakan suatu proses yang perlu difahami siswa, tatkala
mereka mempelajari aritmetika. Siswa perlu menelaah konsep-konsep aritmetika lanjutan dalam aljabar yang sudah semakin rumit,
akibat sudah diaplikasikannya lambang-lambang dalam operasinya (symbolic operation) dan tidak hanya sekadar terlibat dalam
operasi secara numerik (numeric operation). Operasi simbolik ini tidak terbatas pada aljabar semata, namun juga melebar pada
trigonometri, geometri, dan kalkulus.
Seperti diuraikan di atas, bahwa enumerasi tidaklah sekedar proses yang berputar dalam membilang di dalam konteks
aritmetika. Enumerasi memiliki aplikasi yang amat luas, mencakup berbagai wilayah seperti teori pengkodean (coding theory),
teori peluang (probabilitas), statistika, dan sains komputer (khususnya dalam algoritma pemrograman).
Pada bab ini akan dibicarakan berbagai masalah, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks; serta beberapa
masalah yang memerlukan analisis secara mendalam, yang tidak hanya membutuhkan pemahaman terhadap rumus semata.
Dalam permasalahan pada bab ini juga akan dikupas berbagai masalah yang mungkin agak berbeda dengan masalah-masalah
yang selama ini kita jumpai. Bisa jadi begitu banyak jawaban yang dapat dikemukakan, sehingga diskusi yang dipaparkan dalam
uraian pada bab ini tidaklah selalu menjadi satu-satunya penyelesaian yang mungkin.
Kajian tentang matematika diskrit dan kombinatorik umumnya diawali dengan dua prinsip dasar pencacahan, yakni
aturan penjumlahan dan aturan perkalian. Diawali dengan berbagai konsep yang tampak sederhana beserta aplikasinya, kajian
terhadap kedua aturan ini dilanjutkan dengan menguraikan beberapa masalah yang kompleks ke dalam beberapa masalah bagian
yang lebih kecil dan lebih sederhana, sehingga dapat diselesaikan dengan bersandar pada kedua aturan tersebut.
Kemampuan mengurai (decompose) dan kemudian menggabungkan berbagai penyelesaian parsialnya hingga sampai
pada jawaban akhir yang diminta dapat dilakukan dengan banyak mengkaji dan menyelesaikan berbagai masalah yang bervariasi,
dan mengaplikasikan aturan-aturan pencacahan yang diperlukan dalam penyelesaian. Pertama-tama marilah kita diskusikan
prinsip pencacahan yang paling mendasar (fundamental principles of counting), yakni Aturan Penjumlahan.

2.1 Aturan Penjumlahan


Untuk memahami Aturan Penjumlahan, kita perhatikan beberapa contoh berikut.

Contoh 2.1
Di sebuah kelas terdapat 19 laki-laki dan 21 perempuan. Untuk mewakili sekolah dalam kegiatan kontes matematika akan dikirim
seorang siswa. Ada berapa cara yang dapat dilakukan?
Penyelesaian:
Terdapat 19 laki-laki dan 21 perempuan yang dapat dipilih sebagai peserta dalam kegiatan kontes kesenian. Ini artinya, banyaknya
cara yang dapat dilakukan untuk memilih peserta yang akan dikirim ke kontes tersebut adalah 19 + 21 = 40 cara.

Contoh 2.2
Di perpustakaan SMAN 1 Anggana Sekar terdapat 10 buku matematika SMA kelas X yang dicetak oleh Penerbit Arimbi dan 15
buah buku matematika SMA kelas X yang diterbitkan oleh Penerbit Buana. Jika seorang siswa meminjam buku-buku itu, ada
berapa cara yang dapat dia lakukan?
Penyelesaian:
Banyaknya cara siswa tersebut meminjam buku matematika SMA kelas X dari perpustakaan yang diterbitkan oleh salah satu
penerbit tersebut adalah 10 + 15 = 25 cara.

Contoh 2.3
Seorang dosen memiliki buku bahasa pemrograman komputer yang terdiri atas 5 bahasa yaitu APL, BASIC, FORTRAN, C, dan
PASCAL. Jika untuk tiap jenis bahasa komputer tersebut tersedia 4 buku, maka dia dapat merekomendasikan salah satu dari ke
20 buku tersebut. Artinya ada 20 cara yang dapat dilakukan untuk meminjam buku bagi mahasiswa yang tertarik dalam belajar
bahasa pemrograman.
.
Dari beberapa contoh di atas, kita memperoleh aturan di bawah ini, yang dikenal dengan nama Aturan Penjumlahan:

Misalkan sebuah prosedur A dapat dilakukan dalam m cara yang berlainan dan prosedur B dapat dilakukan
dalam n cara yang berlainan. Maka prosedur A atau B dapat dilakukan dalam m+n cara.
Aturan Penjumlahan dapat digeneralisasi menjadi lebih umum sebagai berikut.

Misalkan prosedur A1 , A2 , ... , Ak saling tak beririsan (disjoin). Jika prosedur Ai dapat terjadi dalam ni
cara, untuk 1 i  k, maka prosedur A1 , A2 , ... , atau Ak dapat terjadi dalam n1 + n2 + ... + nk cara.

Contoh 2.4
Seorang produsen pakaian jadi (garment) membuat kemeja dalam 4 ukuran, yaitu S, M, L, dan XL. Jika masing-masing
ukuran tersebut tersedia dalam 3 jenis kain yang masing-masing terbuat dari katun, polyester, atau sutra, ada berapa pilihan bagi
para konsumennya?
Penyelesaian:
Banyaknya pilihan bagi para konsumennya adalah 3+3+3+3 = 12 pilihan.

2.2 Aturan Perkalian (Prinsip Pilihan)


Beberapa prosedur terjadi secara berurutan, sehinggga prosedur pertama diikuti oleh prosedur-prosedur berikutnya. Ini
berbeda dengan contoh-contoh di atas, yang prosedurnya terjadi pada saat yang bersamaan.

Contoh 2.5
Sebuah agen perjalanan “Pesonawisata” menawarkan perjalanan dari Bandung ke Yogyakarta dengan kereta api dalam 3 jadwal
yang berbeda, dan perjalanan lanjutan ke tempat wisata di Yogyakarta dengan 10 minibus yang tersedia. Ini artinya, total
banyaknya cara mengunjungi tempat wisata di Yogyakarta dapat dilakukan melalui mode transportasi dalam 30 cara yang
berbeda.

Contoh 2.6
Sebuah grup drama akan melakukan pentas seni di atas panggung. Terdapat 10 pria dan 12 wanita yang mengikuti kegiatan
audisi untuk memainkan perannya. Menurut Aturan Perkalian, direktur grup drama ini dapat memilih (casting) pasangan pemain
berbeda jenis dalam 10  12 = 120 cara.

Dari contoh-contoh di atas, kita dapat menuliskan sebuah aturan yang dikenal dengan nama Aturan Perkalian, sebagai
berikut:
Misalkan sebuah prosedur dapat dinyatakan dalam 2 tahap, yaitu tahap ke-1 yang diikuti tahap ke-2.
Misalkan pula terdapat m cara yang dapat dilakukan dalam tahap ke-1. Jika untuk masing-masing cara
dalam tahap ke-1 ini terdapat n cara yang dapat dilakukan dalam tahap ke-2, maka prosedur total yang
dapat dilaksanakan dalam urutan seperti itu adalah mn cara.

Contoh 2.7
Ada berapa string yang terdiri atas 8 bit dan memiliki digit awal 101 atau 111?
Pertama-tama kita perhatikan string yang diawali dengan 101. Ini berarti kita mempunyai bentuk berikut:

1 0 1 D D D D D
Dalam gambar ini 5 persegi ditandai dengan “D” untuk menunjukkan bahwa di masing-masing persegi tersebut terdapat angka
(digit) yang terdiri atas 2 kemungkinan, yaitu 0 atau 1. Kita bisa mengatakan bahwa 3 digit pertama selalu tetap, sedangkan digit
ke-4 hingga digit ke-8, masing-masing bisa 0 atau 1. Karena digit ke-4 hingga digit ke-8 masing-masing dalam persegi di atas bisa
dipilih dalam 2 cara, maka berdasarkan Aturan Perkalian terdapat
1 × 1 × 1 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2 = 25 = 32
string dengan 8 bit yang diawali dengan digit 101. Pemahaman ini dapat diterapkan pula untuk string dengan 111 sebagai digit
awalnya, sehingga string dengan 8 bit yang diawali dengan digit 111 semuanya ada 25. Ini berarti, terdapat 32 + 32 = 64 string
dengan 8 bit yang diawali dengan digit 101 atau 111.

Kedua aturan yang telah didiskusikan di atas bisa saja digunakan sekaligus untuk menyelesaikan suatu permasalahan
kombinatorik, jika permasalahannya menuntut perhitungan yang terdiri atas dua situasi yang masing-masing terkait dengan
peristiwa yang berlangsung bersamaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berurutan. Sejumlah contoh di bawah ini
memperjelas penggunaan gabungan kedua aturan tersebut.
Contoh 2.8
Misalkan x adalah banyaknya cara memilih bilangan bulat dari A = {1,2,3,4,5,6,7,8} dan y adalah banyaknya cara memilih bilangan
bulat dari B = {2,3,5,7,9}. Maka banyaknya cara memilih bilangan bulat dari A atau B tidak sama dengan x+y, karena di antara
kedua kegiatan pemilihan tersebut terdapat beberapa cara yang sama, yakni cara memilih bilangan 2,3,5,7 yang terdapat di kedua
himpunan tersebut. Ini artinya Aturan Penjumlahan tidak sepenuhnya berlaku untuk permasalahan ini. Terdapat beberapa cara
yang beririsan (4 cara) di antara kedua prosedur tersebut, sehingga banyaknya cara memilih bilangan bulat dari A dan B adalah
8 + 5 – 4 = 9 cara.

Contoh 2.9
Misalkan B adalah sebuah bilangan yang terdiri atas 2 digit dan jumlah bilangan dari kedua digit tersebut merupakan bilangan
genap. Ada berapa banyaknya bilangan seperti ini semuanya?
Penyelesaian:
Misalkan p adalah digit (angka) yang menyatakan bilangan puluhan dan s adalah digit yang menyatakan bilangan satuan. Dengan
demikian, terdapat 9 digit yang dapat diposisikan sebagai puluhan. Jika bilangan puluhan tersebut merupakan bilangan genap,
maka digit yang dapat dijadikan satuannya adalah 0, 2, 4, 6, atau 8. Tetapi, jika bilangan puluhannya merupakan bilangan ganjil,
maka digit yang merupakan satuannya adalah 1, 3, 5, 7, atau 9. Ini artinya, dari 9 pilihan digit puluhan yang tersedia, terdapat 5
bilangan puluhan dengan digit ganjil yang dapat dipasangkan dengan 5 bilangan sebagai satuannya, sehingga terdapat 5 × 5 =
25 bilangan. Untuk 4 bilangan puluhan dengan digit genap tersedia 5 bilangan genap sebagai bilangan satuan, yang memberikan
4 × 5 = 20 bilangan. Oleh karena itu, total banyaknya bilangan yang terdiri atas 2 digit dengan jumlah bilangan dari kedua digit
tersebut merupakan bilangan genap adalah (5×5)+(4×5) = 45 buah.

Contoh 2.10
Dalam bahasa pemrograman BASIC versi terdahulu, sebuah nama variabel terdiri atas huruf tunggal (A, B, C, ...) atau sebuah
huruf tunggal yang diikuti dengan sebuah digit tunggal (misalnya A1, B7, dan sebagainya). Komputer tak dapat membedakan
antara huruf kapital (upper case) dan huruf kecil (lower case). Misalnya, huruf a dan huruf A dianggap sama. Berdasarkan Aturan
Perkalian, terdapat 26  10 = 260 nama variabel yang terdiri atas sebuah huruf diikuti dengan sebuah digit. Karena ada 26 nama
variabel yang terdiri atas sebuah huruf tunggal, maka berdasarkan Aturan Penjumlahan terdapat 260 + 26 = 286 nama variabel
dalam bahasa pemrograman BASIC.

Aturan Perkalian dapat diperluas hingga k kegiatan atau tahapan. Berikut adalah aturan yang lebih umum:
Generalisasi Aturan Perkalian
Misalkan A1 , A2 , ... , Ak adalah prosedur-prosedur dan terdapat n1 cara yang dapat dilakukan untuk prosedur
A1. Untuk tiap cara yang memungkinkan A1 terjadi, misalkan terdapat n2 cara sehingga A2 terjadi. Untuk tiap cara
yang memungkinan A1 dan A2 terjadi, misalkan terdapat n3 cara sehingga A3 terjadi, dan begitu seterusnya. Maka
(A1  A2  ...  Ak ) dapat terjadi dalam n1 n2 ... nk cara.

Contoh 2.11
Tentukan banyaknya himpunan bagian (subset) dari himpunan A= {x1 , x2 , ... , xn}.
Penyelesaian:
Himpunan A memiliki n anggota. Himpunan bagian yang dapat dibentuk dari anggota-anggota himpunan A diperoleh dengan cara
menuliskan anggota-anggota dari himpunan tersebut, mulai dari yang semuanya tidak dimasukkan, hingga yang semuanya
dimasukkan. Ini artinya, himpunan bagian memiliki atau tidak memiliki anggota dari himpunan tersebut, sehingga tiap-tiap anggota
dari himpunan A memiliki 2 kemungkinan: termasuk atau tidak termasuk dalam himpunan bagian yang disusun dari A. Dengan
demikian, banyaknya himpunan bagian dari A adalah
2 × 2 × × 2 = 2n .

Contoh 2.12
Direktorat Pajak melalui Kantor SAMSAT memproduksi plat nomor polisi yang terdiri dari 4 digit yang diapit oleh 1 huruf di depan
dan 1 huruf di belakang.
a. Jika tak ada huruf atau digit yang diulang, maka terdapat 26  10  9  8  7  25 = 3 276 000 plat nomor yang berbeda.
b. Jika pengulangan (repetisi) diperkenankan, maka terdapat 26  10  10  10  10  26 = 6 760 000 plat nomor yang
berbeda.
c. Jika pengulangan diperkenankan, maka plat nomor yang hanya mempunyai vokal (A, E, I, O, atau U) dan digit genap
(yaitu angka 0, 2, 4, 6, dan 8) adalah 5  5  5  5  5  5 = 56 = 15625 plat nomor yang berbeda.
Dalam hal 0 merupakan angka-angka terdepan dalam 4 digit yang diapit 2 huruf, biasanya angka tersebut tidak dituliskan.
Jumlah pada (a), (b), dan (c) mencakup plat nomor yang angka-angkanya terdiri atas 4, 3, 2 atau 1 buah angka 0. Untuk plat
nomor dengan 4 angka 0, misalnya A 0000 U, tentu perlu kita kecualikan, dalam arti kita anggap tidak ada.

Contoh 2.13
Sebuah perkumpulan remaja yang sama-sama senang mengoleksi dan mengendarai vespa kuno terdiri dari Adit, Ari, Andi,
Dodi, dan Indra. Mereka memutuskan untuk menentukan ketua, bendahara, dan sekretaris dalam perkumpulan yang didirikannya.
a. Ada berapa cara pemilihan pengurus perkumpulan tersebut?
b. Jika, karena Andi dan Indra dipandang sebagai perintis dan semua sepakat keduanya harus termasuk di jajaran
pengurus perkumpulan tersebut, ada berapa cara yang dapat dilakukan dalam pemilihan tersebut?
c. Jika salah satu di antara Adit dan Ari, yang dipandang punya keahlian kepemimpinan harus termasuk di jajaran
kepengurusan, ada berapa cara pemilihan yang dapat dilakukan?
d. Jika semua anggota memandang Dodi harus masuk dalam jajaran kepengurusan, sementara dia pantas untuk diangkat
di seluruh posisi tersebut, ada berapa cara pemilihan yang dapat dilakukan?
e. Jika Dodi tidak diperkenankan menjadi pengurus perkumpulan, ada berapa cara pemilihan yang dapat dilakukan?

Penyelesaian:
a. 5×4×3=60 cara.
b. Misalkan Andi menempati posisi ketua dan Indra bendahara, maka terdapat 3 kemungkinan untuk posisi sekretaris.
Demikian pula jika Andi menepati posisi ketua dan Indra menempati posisi sekretaris, maka terdapat 3 kemungkinan
untuk posisi bendahara. Ini semuanya ada 6 cara berbeda. Selanjutnya, untuk kemungkinan yang terjadi jika Andi
menempati posisi sebagai bendahara atau sebagai sekretaris, yang masing-masing terdapat 6 kemungkinan peristiwa
yang terjadi. Ini berarti, seluruhnya ada 18 cara berbeda).
c. Artinya Adit saja atau Ari saja. Jadi ini merupakan hasil penjumlahan antara banyaknya cara yang mungkin bagi Adit
saja atau Ari saja. Adit saja: Jika dia sebagai ketua, maka ada 12 cara. Demikian pula jika Adit sebagai bendahara ada
12 cara, Adit sebagai sekretaris ada 12 cara. Ini artinya keseluruhan, jika Adit termasuk dalam jajaran kepengurusan,
maka terdapat 3×12 cara=36 cara. Hal ini berlaku pula bagi Ari. Dengan demikian, banyaknya cara salah satu di antara
Adit dan Ari termasuk di jajaran pengurus adalah 2×36=72 cara.
d. Dengan melihat jawaban nomor (c), kasusnya serupa, sehingga banyaknya cara untuk Dodi duduk di jajaran
kepengurusan adalah 3×12=36 cara.
e. Jika Dodi tidak diperkenankan menjadi pengurus perkumpulan, artinya Dodi hanya duduk sebagai anggota. Ini sama
dengan banyaknya cara memilih ketua, bendahara, dan sekretaris dari 4 orang, yaitu 4x3x2 = 24 cara.

Contoh 2.14
Dalam memori utama komputer, informasi disimpan dalam sel memori. Untuk mengidentifikasi sel dalam memori utama komputer,
tiap sel diberi rumus yang unik, yang disebut address. Sebuah address dinyatakan sebagai daftar terurut dari 8 simbol, dan tiap
simbol ini terdiri atas bit (binary digit) 0 atau 1. Daftar 8 bit tersebut dinamakan byte. Berdasarkan Aturan Perkalian, terdapat
22222222 = 28 = 256 byte. Jadi terdapat 256 address bagi sel memori yang mampu memuat informasi tertentu.

Contoh 2.15
Ada berapa string berlainan yang terdiri atas 8 bit?
Penyelesaian:
Dalam memori komputer, 1 karakter dinyatakan (direpresentasikan) dengan 1 byte. Tiap 1 byte terdiri atas 8 binary digit (bit),
sedangkan 1 bit terdiri atas angka 0 atau 1. Jadi, dalam memori komputer, tiap karakter dinyatakan dengan 8 bit. Dalam American
Standard Code for Information Interchange (ASCII), yaitu sistem pengkodean untuk pertukaran informasi, ditetapkan bahwa tiap-
tiap karakter memiliki kode-kode tersendiri. Sebuah karakter terdiri atas huruf, angka, atau simbol. Sebuah karakter atau lebih
membentuk sebuah string. Jadi, Tiap-tiap string merupakan kumpulan karakter, atau bisa juga hanya terdiri atas sebuah karakter.
Misalnya, yang berikut adalah string: A, 2, &, $, abc, 2xy, nilai, buku12. Sebagai contoh, dalam kode ASCII, huruf A
dikorespondensikan dengan bilangan 65. Bilangan ini dapat dinyatakan dalam sistem biner sebagai berikut:
65 = (027) + (126) + (025 ) + (024) + (023 ) + (022) + (021) + (120)
= 010000012.
Dengan demikian, dalam memori komputer huruf A akan disimpan dengan kode 01000001, dan memiliki konfigurasi address
sebagai berikut:

0 1 0 0 0 0 0 1
Karena string yang ditanyakan terdiri atas 8 bit, sedangkan masing-masing digit terdiri atas 0 atau 1, maka terdapat 2 kemungkinan
bit yang ditempatkan pada tiap-tiap bagian dari memori komputer (yaitu digit 0 atau 1). Ini berarti terdapat string yang berlainan
dengan 8 bit sebanyak:
2 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2 = 28
= 256 bit.

Contoh 2.16
Ada berapa string yang berlainan jika 4 bit pertamanya adalah 1101 atau bit ke-8 berupa angka 0?
Penyelesaian:
Banyaknya string dengan 8 bit yang diawali dengan 1101 adalah 24 = 16 (karena banyaknya karakter berikutnya adalah 4 buah,
yang masing-masing terdiri atas 0 atau 1). Banyaknya string dengan 0 sebagai bit ke-8 semuanya ada 27 = 128. Namun perlu
diingat, terdapat string yang termasuk pada kedua kelompok string tersebut, misalnya 11010000.
Terlebih dahulu kita harus mencari banyaknya string yang memiliki kedua karakteristik ini sekaligus.
Misalkan A = himpunan string dengan 8 bit yang memiliki 0 sebagai bit ke-8.
B = himpunan string dengan 8 bit yang memiliki 1101 sebagai digit-digit awalnya.
C = himpunan string dengan 8 bit yang memiliki 0 sebagai bit ke-8 dan mempunyai 1101 sebagai digit-digit
awalnya.
S = himpunan semua string dengan 8 bit.
Ketiga himpunan ini dapat digambar sebagai berikut:
A B
C

S
Gambar 2.1 Diagram Venn untuk Himpunan String A, B dan C
Banyaknya anggota himpunan gabungan antara himpunan A dan B merupakan jawaban yang kita cari. Banyaknya
anggota himpunan A adalah 27 × 1 = 128, banyaknya anggota himpunan B adalah 24 ×1 × 1 × 1 × 1 = 16, dan banyaknya anggota
C adalah 1 × 1 × 1 × 1 × 23 × 1= 8. Dengan demikian, banyaknya string yang berlainan jika 4 bit pertamanya adalah 1101 atau bit
ke-8 berupa angka 0 adalah n(AB) = n(A) + n(B) – n(C) = 128 + 16 – 8 = 136.

Anda mungkin juga menyukai