Anda di halaman 1dari 97

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 1

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 2


| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 3
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 4
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 4
DAFTAR ISI 6
DAFTAR GAMBAR 8

BAB I. PENGERTIAN ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI


A. Sejarah Asesmen Perkembangan AUD 10
B. Pengertian Asesmen Perkembangan AUD 11
C. Tujuan Pelaksanaan Asesmen Perkembangan AUD 13
D. Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus 14
E. Peran Guru dalam Asesmen Perkembangan AUD 15
F. Tugas 16

BAB II. OBSERVASI


A. Pengertian dan Tujuan Observasi 18
B. Proses Observasi 19
C. Pengambilan Keputusan Melalui Observasi 20
D. Hal-hal yang Diperoleh Guru Melalui Observasi 26

BAB III. KOMPONEN ASESMEN


A. Konsep Dasar Perkembangan Anak 28
B. Dimensi Perkembangan Anak Berdasarkan Kurikulum Berbasis 41
Kompetensi
C. Tugas 47

BAB IV. PRINSIP, TUJUAN DAN PROSES ASESMEN


A. Prinsip-prinsip Asesmen Perkembangan AUD 48
B. Tujuan Asesmen Perkembangan AUD 50
C. Etika dalam Membuat Dokumentasi Asesmen 51
D. Proses Asesmen Perkembangan AUD 52
E. Tugas 54

BAB V. STRATEGI ASESMEN


A. Tes Standar 56
B. Asesmen Informal 58
1. Catatan Anekdot 62
2. Catatan Berjalan 64
3. Sampel Waktu 66
4. Sampel Kejadian 67
5. Checklist 68
6. Skala Bertingkat 73
C. Tugas 75

BAB VI. STRATEGI ASESMEN BERBASIS KINERJA


A. Asesmen Kinerja 77

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 6


B. Tipe-tipe Asemen Kinerja 78
C. Tugas 87

BAB VII. MENGOMUNIKASIKAN HASIL ASESMEN PADA ORANG TUA


ANAK
A. Hubungan Guru dan Orang Tua dalam Asesmen Perkembangan 89
Anak Usia Dini
B. Strategi Pelaporan Perkembangan Anak 90
C. Mengkomunikasikan Kemajuan Anak pada Orang tua 92

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 7


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan Berbagai Faktor pada Pertumbuhan dan 30


Perkembangan Fisik
Gambar 2. Keterampilan Fisik Motorik 34
Gambar 3. Gerak Refleks 37
Gambar 4. Perkembangan Sosial 38
Gambar 5. Perkembangan Emosi 39
Gambar 6. Proses Asesmen 53
Gambar 7. Observasi 61
Gambar 8. Pencatatan Anekdot 64
Gambar 9. Catatan Berjalan 66
Gambar 10. Sampel Waktu 67
Gambar 11. Sampel Kejadian 68
Gambar 12. Penggunaan Checklist untuk Melihat Perkembangan Fisik- 70
Motorik Anak
Gambar 13. Contoh Lembar Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini Metode 72
Checklist
Gambar 14. Portofolio-Lembar Koleksi Favorit 82
Gambar 15. Portofolio-Lembar Koleksi Teman 83
Gambar 16. Portofolio-Lembar Koleksi keluarga 84
Gambar 17. Portofolio-Lembar Koleksi Tahap Perkembangan Anak 85

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 8


| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 9
BAB I

PENGERTIAN ASESMEN

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

PENGANTAR
Anak usia dini yang berusia 0-6 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat dari waktu ke waktu. Asesmen terhadap pertumbuhan dan perkembangan tersebut
penting dilakukan secara tepat untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan anak serta
mengidentifikasi kemungkinan keterlambatan perkembangan yang tentunya membutuhkan
penanganan secepatnya.
Selama mengikuti jenjang pendidikan, anak telah berkali-kali mengikuti asesmen untuk
berbagai keperluan, misalnya setiap akhir semester untuk menentukan kenaikan kelas, tes
untuk mengukur prestasi belajar anak pada bidang tertentu, tes untuk menentukan minat dan
bakat, dan sebagainya. Jenis-jenis asesmen tersebut tentunya tidak asing lagi bagi kita, namun
kita perlu memahami perbedaan asesmen yang dilakukan bagi anak usia dini, oleh karena
karakteristiknya yang berbeda dengan tahapan usia yang lain.

URAIAN MATERI

A. SEJARAH ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Minat untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak ternyata bukan lagi
sesuatu yang baru. Pada tahun 1774 Johann Pestalozzi seorang pionir dalam pengembangan
program pendidikan bagi anak, telah menuliskan perkembangan putranya yang berusia 3½
tahun. Tulisan itu lalu dipublikasikan dan menjadi gambaran bahwa pendidikan dan
perkembangan bagi anak usia dini telah mulai menjadi perhatian. Selanjutnya tulisan John
Locke (1699) berjudul Some Thoughts Concerning Education (Beberapa Pemikiran Mengenai
Pendidikan), Rousseau (1762) dengan bukunya Emile, serta Frederick Froebel’s (1896) dengan
tulisannya berjudul Education of Man (Pendidikan bagi Individu), kesemuanya mempengaruhi
perhatian publik akan karakteristik dan kebutuhan anak pada abad ke-18 dan ke-19. Rousseau

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 10


meyakini bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi dan pendidikan harus menjadi sarana
agar potensi tersebut berkembang. Ia juga menambahkan bahwa penelitian mengenai anak
harus lebih dikembangkan sehingga pendidikan dapat diadaptasikan untuk memenuhi
kebutuhan tiap anak (Weber 1984, dalam Wortham, 2005:4).
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin banyak ahli yang
mempelajari perilaku manusia. Di antaranya adalah Ivan Pavlov yang memunculkan teori
conditioning perubahan perilaku. Alfred Binet mengembangkan konsep usia mental normal
dengan mempelajari memori, perhatian, dan kecerdasan pada anak. Selanjutnya Binet dan
Simon mengembangkan skala kecerdasan untuk menetukan usia mental, sehingga
memungkinkan untuk membedakan kemampuan yang dimiliki tiap anak.
Saat ini penelitian dan pengukuran pada anak usia dini telah berkembang menjadi lebih
spesifik dan akurat sehingga bisa dapat lebih menggambarkan kemampuan anak yang
sesungguhnya. Bidang ilmu ini pun menjadi semakin menarik sejalan dengan meningkatnya
minat orang tua dan pendidik untuk memahami perkembangan anak guna mengoptimalkan
kemampuan yang dimilikinya.

B. PENGERTIAN ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK

USIA DINI

Selama berjalannya proses pendidikan atau pun untuk


Kata
kepentingan diagnostik, kegiatan asesmen selalu dilakukan. Guru,
Asesmen
dokter, dan psikolog adalah beberapa profesi yang selalu berasal dari
berhubungan dengan kegiatan asesmen. Khususnya dalam Bahasa
bidang pendidikan, asesmen sangat vital bagi terlaksananya Perancis

pembelajaran yang baik. “assidere”


yang berarti
duduk di
Pengertian Asesmen. Asesmen dapat memiliki beberapa arti. sebelah atau
Menurut Bandi (2006:1) asesmen merupakan setiap proses mendampingi

kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan


kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif
dan perkembangan sosial melalui pengamatan yang sensitif. Sedangkan Goodwin & Goodwin
(Wortham, 2005:2) menyatakan bahwa asesmen adalah proses untuk menentukan perilaku
individu, karakteristik program, atau bagian dari suatu kesatuan melalui observasi dan

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 11


pengukuran, lalu memberikan angka, tingkatan atau skor nilai hasil asesmen tersebut.
Selanjutnya Brewer (2007: 202) mendefinisikan asesmen sebagai pengumpulan dan
pengevaluasian informasi mengenai performa individu, kualitas suatu program, atau keefektifan
suatu kegiatan.

Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Sejalan dengan perkembangan anak, penelitian
dan asesmen pada anak usia dini telah mulai dilakukan sebelum anak tersebut dilahirkan, yaitu
yang dikenal dengan asesmen pertumbuhan dan perkembangan janin. Setelah janin lahir dan
hingga masa kanak-kanak awal berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi perilaku
serta tumbuh kembangnya. Hal ini terus menerus dilakukan untuk memastikan anak mencapai
kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan tahap perkembangannya.
Adapun yang dimaksud dengan asesmen perkembangan anak usia dini yaitu proses
penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi informasi mengenai performa anak, sesuai dengan tahap perkembangan yang
sedang dilaluinya. Hasil keputusan asesmen dapat digunakan untuk menentukan layanan
pendidikan yang dibutuhkan anak dan sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan
pembelajaran.
Contoh pelaksanaan asesmen yang bisa kita amati di antaranya adalah di sekolah guru
mengases perkembangan sosial, emosional dan fisik anak, sebagaimana juga perkembangan
intelektualnya—dokter anak mengases anak tidak hanya dengan memperhatikan berat badan
dan memeriksa kemampuan melihat, mendengar dan refleksnya, tetapi juga mengobservasi
kemampuan anak berjalan dan bagaimana hubungan anak dengan orang tuanya. Serupa
dengan itu, program pendidikan di-ases tidak hanya dengan mengukur keberhasilan anak
dalam belajar, tapi juga kepuasan orang tua terhadap kemajuan anak serta perasaan guru
terhadap pencapaian anak.
Asesmen yang dilakukan pada anak yang duduk di bangku Taman Kanak-kanak
tentunya berbeda dengan asesmen yang diperuntukkan bagi individu yang dewasa. Hal ini
didasarkan pada beberapa alasan, yaitu ketidakmampuan anak usia dini dalam hal baca tulis
serta perbedaan perkembangan anak yang seringkali membutuhkan strategi pengukuran yang
berbeda pula. Oleh karena itu strategi asesmen yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat
perkembangan mental, sosial dan fisik anak pada tiap tahapan usia. Mengingat pesatnya
perkembangan anak usia dini maka diperlukan asesmen untuk mengetahui apakah anak
berkembang secara normal. Apabila melalui asesmen yang dilakukan ditemukan keterlambatan
dalam perkembangannya maka orang tua dan pendidik dapat segera mengambil tindakan atau

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 12


strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut hingga anak dapat mencapai
perkembangan yang diharapkan. Sebaliknya bila melalui asesmen ditemukan bahwa anak
mengalami perkembangan lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan rata-rata anak lain
seusianya maka guru dapat merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak secara individual.

C. TUJUAN PELAKSANAAN ASESMEN PERKEMBANGAN AUD

Asesmen perkembangan dilakukan untuk berbagai tujuan, yaitu untuk mengetahui


kemampuan dan penguasaan anak dalam bidang tertentu seperti berhitung. Bila guru ingin
mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam memahami konsep angka maka guru dapat
menggunakan teknik evaluasi tertentu tidak hanya untuk memperoleh informasi apakah anak
sudah memahaminya, tetapi juga kekurangan dan kelemahan apa yang dimiliki anak sehingga
kiranya perlu diberikan pelajaran tambahan. Asesmen dilakukan secara formal atau informal
untuk mengetahui keterlambatan perkembangan atau untuk mengidentifikasi penyebab
ketidakmampuan anak dalam memahami suatu konsep. Selain itu asesmen dilakukan untuk
kepentingan riset yang bertujuan untuk memahami perilaku anak dan memperkirakan ketepatan
program yang dirancang bagi mereka.
Selain untuk kepentingan yang telah disebutkan di atas, asesmen perkembangan anak
usia dini juga dilakukan untuk kepentingan penelitian. Salah satu tujuan penelitian pada anak
adalah untuk memahami perilaku anak atau pun untuk mengetahui apakah suatu
sarana/prasarana yang tersedia tepat bagi anak.

Beda Asesmen dan Tes. Sering kali kita memaknai asesmen sama dengan pemberian tes
pada anak. Apakah memang benar demikian? Menurut Brewer (2007: 202) asesmen dan
pengetesan memiliki makna yang berbeda. Tes adalah satu dari komponen asesmen, namun
selama beberapa tahun belakangan ini tes menjadi alat ukur utama untuk menilai sekolah dan
kemampuan anak. Asesmen lebih dari sekedar memberi tes pada anak, yaitu dengan
menggunakan berbagai variasi strategi dalam rangka memperoleh pemahaman dan
menentukan perkembangan anak secara individual.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 13


D. ASESMEN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Melalui asesmen yang tepat bahkan dapat ditemukan indikasi adanya perkembangan
yang tidak normal pada anak yang membuat anak tergolong menjadi anak berkebutuhan
khusus seperti anak yang berkesulitan belajar, anak berbakat, anak dengan gangguan
komunikasi dan sosial, anak berketerbelakangan mental, ataupun anak dengan gangguan fisik
tertentu. Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan anak berkebutuhan khusus tersebut dapat
diberi perlakuan yang sesuai dengan kebutuhannya terutama dalam pembelajaran di sekolah.
Anak juga dapat diterapi guna menstimulasi perkembangan yang terlambat serta
mengoptimalkan potensi yang ia miliki. Semakin awal dan semakin cepat anak berkebutuhan
khusus diberi perlakuan khusus dan diterapi, maka akan semakin mungkin untuk mencapai
tingkatan perkembangan yang optimum.

Area yang Menjadi Sasaran Asesmen Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

 Kondisi penglihatan dan pendengaran. Tenaga medis seperti dokter atau perawat perlu
memastikan bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar bukan disebabkan karena
adanya gangguan penglihatan dan pendengaran. Apabila dari hasil pemeriksaan
ditemukan adanya masalah pada area ini, maka akan disarankan pada pihak keluarga
untuk memeriksakan keadaan anak lebih lanjut kepada spesialis kesehatan yang tepat
sebelum dilakukan asesmen berikutnya.
 Kemampuan Kognisi. Kemampuan kognisi anak biasanya diketahui melalui tes
intelegensi-tipe asesmen yang hanya dapat dilakukan oleh profesional yang telah
menguasai teknik khusus, yaitu psikolog. Hasil pengukuran tes akan memuat informasi
mengenai kemampuan belajar anak.
 Prestasi. Anak yang melalui asesmen diprediksi akan membutuhkan pelayanan pendidikan
khusus biasanya akan diikutsertakan dalam tes prestasi yang bersifat individual. Tes ini
biasanya diselenggarakan oleh psikolog, guru pendidikan luar biasa atau profesional
lainnya. Hasil dari asesmen ini akan membantu tim yang terlibat dalam pendidikan anak
(guru, psikolog, orang tua dan lain-lain) untuk menentukan tingkat kemampuan belajar anak
di sekolah.
 Fungsi Sosial dan Perilaku. Keberhasilan anak di sekolah tidak hanya mengenai
kemampuan dan prestasinya. Area penting lainnya yaitu bagaimana anak menyesuaikan
diri dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya serta orang dewasa di sekitarnya.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 14


Dengan menggunakan checklist, kuesioner yang diisi oleh guru dan orang tua, observasi,
dan pendekatan-pendekatan lainnya, tim akan mempertimbangkan apakah kemampuan
sosial ataupun perilaku anak mengindikasikan bahwa anak memiliki kebutuhan khusus.
 Riwayat Perkembangan. Riwayat perkembangan anak berguna untuk memahami
kebutuhan khusus anak dalam belajar, yaitu melalui latar belakang keluarga, keterlambatan
perkembangan, penyakit, atau cedera yang pernah dialami anak sebelumnya.
 Area Lain yang Dibutuhkan. Asesmen lainnya akan dilakukan tergantung dari kesulitan
yang dialami anak dan area yang diduga sebagai kebutuhan khusus anak.

Prosedur Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus

1. Tiap instrumen asesmen yang digunakan harus valid (harus bisa mengukur apa yang
seharusnya diukur) dan reliabel (memiliki konsistensi)
2. Instrumen asesmen harus dipergunakan oleh profesional yang terlatih dan profesional
tersebut harus mengikuti petunjuk pelaksanaan tes dengan sebaik-baiknya
3. Tiap instrumen yang digunakan harus bisa memperkirakan kemungkinan akibat dari
kebutuhan khusus yang dimiliki anak. Contohnya bila anak memiliki kemampuan motorik
halus yang terbatas, maka bila ia diminta untuk menulis suatu ide maka hasilnya tidak
menggambarkan secara tepat apa yang diketahui oleh anak, karena area kebutuhan
khusus yang ia miliki (kemampuan motorik) mempengaruhi hasil kerjanya.

E. PERAN GURU DALAM ASESMEN AUD

Dalam melaksanakan asesmen, guru bertugas untuk mengumpulkan cukup informasi


guna mengetahui kemampuan anak sehingga akan dapat merancang pembelajaran yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu guru juga harus dapat
mengumpulkan informasi menyeluruh mengenai tiap anak sehingga semua area perkembangan
dan pembelajaran dapat terlayani. Untuk lebih rinci, Hills (1992) menggambarkan peran dan
kewajiban guru dalam penyelenggaraan asesmen:

1. Mengintegrasikan tujuan pembelajaran dan asesmen dalam perencanaan serta


pelaksanaan program
2. Menggunakan pengetahuan mengenai anak usia dini untuk memilih atau merancang
proses asesmen
3. Menganalisa hasil asesmen untuk menemukan maknanya bagi program dan anak didik

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 15


4. Mengaplikasikan apa yang telah dipelajari melalui asesmen untuk merencanakan
langkah selanjutnya dan menyempurnakan program
5. Mengkomunikasikan hasil asesmen dengan orang tua serta melibatkan mereka untuk
saling bertukar informasi mengenai pembelajaran dan perkembangan anaknya.

RANGKUMAN

 Asesmen perkembangan anak usia dini telah dimulai dari beberapa abad yang lalu dan
terus berkembang hingga saat ini. Tujuannya adalah mempelajari anak guna
memberikan layanan dan program pendidikan yang tepat bagi kebutuhan individual
anak agar potensinya berkembang optimal.
 Pengukuran dan asesmen yang dilakukan pada anak dimulai dari usia dini. Seperti anak
yang baru lahir diperiksa untuk mengetahui status kesehatannya, anak di-ases untuk
mengetahui perkembangan dan kemampuannya. Asesmen perkembangan anak usia
dini dilakukan untuk berbagai tujuan, bagi kepentingan anak, diagnosa, pengembangan
kurikulum, serta penelitian.
 Asesmen juga perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dari anak berkebutuhan khusus
agar mereka dapat segera mendapat pelayanan pendidikan yang tepat guna
mengoptimalkan potensinya.
 Di sekolah, guru adalah orang yang bertanggung jawab melaksanakan asesmen pada
anak. Untuk itu guru perlu memiliki kompetensi yang memadai dalam
menyelenggarakan asesmen, serta perlu memahami serangkaian peran dan
kewajibannya.
 Guru dan orang tua adalah sebuah tim yang saling mendukung dalam pendidikan anak.
Di antara keduanya perlu terjalin kerjasama dan komunikasi yang baik.

F. TUGAS
1. Jelaskan awal mula berkembangnya asesmen perkembangan anak usia dini
2. Apakah yang dimaksud dengan asesmen perkembangan anak usia dini?
3. Mengapa asesmen perkembangan anak usia dini berbeda dengan asesmen yang
dilakukan pada tingkatan pendidikan yang lebih tinggi (SD, SMP, SMA)?
4. Bagaimanakah peran guru dalam melaksanakan asesmen perkembangan anak usia
dini?

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 16


5. Mengapa untuk memperoleh hasil asesmen yang tepat diperlukan kerja sama guru dan
orang tua?

TES FORMATIF
Baca dan pahamilah dengan seksama wacana berikut:
“Sekelompok orang tua murid terlihat mengantri mengambil amplop tertutup dari seorang guru yang duduk di
belakang sebuah meja. Beberapa saat kemudian ada yang berbalik dengan wajah tersenyum, tetapi dua orang di antaranya
terlihat kesal dan kecewa. “Masa anak saya tidak lulus..inikan baru TK, masa pakai tes segala. Padahal kemarin itu tesnya
tidak sampai lima menit, sudah berani menyimpulkan kalau anak saya tidak bisa konsentrasi”, ujar Reni, salah seorang ibu
yang terlihat kecewa tadi. “Memangnya apa kriteria lulus dan tidak lulusnya anak di TK ini? Anak saya di rumah pintar kok,
aktif, bicaranya sudah lancar, bahkan sudah bisa menyebut angka satu sampai sepuluh. Memang waktu di tes dia sedang
ngambek karena ayahnya tidak ikut mengantar, jadinya cuma diam kalau ditanya” sambung Nola, ibu lain yang anaknya juga
tidak diterima sebagai murid TK Ceria, sebuah TK elit di tengah kota.
Kejadian serupa juga pernah dialami Sherly seorang editor surat kabar, ibu dari Baim (7 tahun) ketika akan
mendaftarkan anaknya tersebut di sebuah SD negeri. Baim dinyatakan tidak diterima di SD tersebut karena belum pandai
menulis dan belum bisa membaca dengan lancar. Sementara membaca dan menulis di TK hanyalah bersifat permulaan dan
pengenalan. Luapan rasa kecewanya tersebut dituliskan Sherly dalam sebuah artikel yang dimuat di surat kabar tempat ia
bekerja. Artikel itu mendapat banyak tanggapan dari orang tua lain yang juga merasa dirugikan dengan proses seleksi
sekolah. Hal ini tentu tidak menyenangkan bagi sekolah tersebut dan menimbulkan polemik. Kekecewaan yang dirasakan
para orang tua tersebut seharusnya tidak perlu terjadi bila pihak sekolah memahami bagaimana seharusnya asesmen pada
anak usia dini diselenggarakan.

Pertanyaan:

1. Menurut anda apakah sebenarnya yang mengakibatkan anak-anak tersebut tidak


diterima di sekolah?
2. Apakah menurut anda tujuan pemberian tes sebelum masuk sekolah dapat
dibenarkan? Berikan alasan anda!
3. Bila anda memberi saran pada sekolah yang bersangkutan, saran apakah yang akan
anda berikan?
4. Bagaimana anda menjelaskan pentingnya asesmen yang tepat bagi kepentingan anak
didik, guru (sekolah) dan orang tua?

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 17


BAB II

OBSERVASI

Observation is the window that enables you to see into the world of the child.
Stephanie Feeniy

Apa yang terlintas dalam pikiran anda ketika mendengar kata ―observasi?‖ sebagian kita akan
menjawab – observasi adalah melihat atau mengamati. Pada kegiatan observasi, si observer
atau pengamat umumnya tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang diamatinya, melainkan
berada ―di luar‖. Disadari atau tidak, berkali-kali dalam sehari kita melakukan observasi. Hal ini
terjadi ketika kita berada di rumah, di jalan raya, di dalam kelas, atau di pasar. Misalnya saja
ketika berada di pasar, kita akan mengamati kios-kios penjual ikan sebelum mulai membeli. Kita
bisa saja memilih kios ikan yang ramai pembeli daripada yang sepi pembeli karena berdasarkan
observasi singkat yang kita lakukan kios yang ramai tersebut menjual ikan-ikan yang lebih
segar dengan pelayanan yang ramah dan cepat. Dari contoh ini kita dapat simpulkan satu hal,
yaitu observasi merupakan proses awal pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan.

Segala sesuatu yang kita observasi tidak hanya menjadi bahan pengamatan, tapi langsung
diberi arti dan dimaknai. Keputusan muncul untuk dua alasan, untuk dibiarkan berlalu begitu
saja atau ditindaklanjuti. Ketika berada di jalan raya dan melihat lampu lalu lintas berwarna hijau
menyala maka hasil observasi akan menghasilkan tindakan-pengendara bergegas memacu
kendaraan.

Mengapa kita perlu melakukan observasi?


Kemampuan melakukan observasi merupakan modal dasar guru agar bisa memahami anak.
Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan dan bila telah dikuasai dengan baik akan
memberi kepuasan pada diri guru. Tidak hanya bermanfaat untuk bisa memahami anak, tapi
juga untuk membuat perencanaan dengan lebih baik, serta berguna untuk mengevaluasi cara
mengajar guru.

Berkaitan dengan keterangan sebelumnya bahwa observasi merupakan proses awal


pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan, maka observasi yang dilakukan guru

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 18


terhadap anak merupakan proses awal untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan
anak secara keseluruhan, lalu berikutnya diambil keputusan untuk kepentingan pendidikan
anak. Menurut Nilsen (2004:2) guru diperkirakan membuat ribuan keputusan dalam satu hari.
Semuanya berdasarkan hasil evaluasi observasi mengenai makna dan respon yang tepat.
Kegiatan mengobservasi, memutuskan dan bertindak ini dilakukan berulang-ulang sepanjang
hari. Hal ini dapat dilihat pada gambar....

Memutuskan

Observasi Bertindak

Gambar. . Pengambilan Keputusan

Proses Observasi
Mengobservasi berarti memperhatikan, mengamati secara intensif, dengan fokus pada satu
bagian tertentu atau secara keseluruhan. Hal ini berarti menangkap informasi mengenai
gambaran menyeluruh dan detil yang signifikan (Feeniy, 2006: 135). Agar observasi pada anak
yang kita lakukan menjadi bermanfaat, maka kita harus memahami perkembangan anak,
lingkungan, dan bagaimana anak berhubungan dengan orang lain. Kita sebagai observer juga
harus tahu benar apa tujuan kita melakukan observasi dan bersedia mengumpulkan informasi
dan kesan dengan mata dan pikiran yang terbuka.

Menurut Feeniy (2006:135) melalui praktek melakukan observasi secara berkesinambungan,


maka kita sedang mengembangkan ―child sense‖ -- kepekaan bagaimana anak baik secara
individual ataupun berkelompok merasakan sesuatu dan berfungsi. Pemahaman yang
mendalam ini berasal dari pengalaman yang kaya dalam mengobservasi anak baik secara
individual maupun berkelompok selama kurun waktu yang lama. Observasi dapat
menghidupkan kepekaan dan pemahaman yang lebih baik, menimbulkan empati serta
perhatian kita terhadap anak. Selanjutnya Feeniy membagi proses observasi ke dalam 3
komponen:

1. Observasi : mengumpulkan informasi

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 19


2. Pencatatan : mendokumentasikan apa yang telah diobservasi
3. Interpretasi : merefleksikan apa yang menjadi arti dari hasil observasi

Observasi
Seorang observer anak yang efektif harus memiliki kemampuan untuk menunggu dan melihat
apa yang sebenarnya terjadi, bukan secara terburu-buru mengambil kesimpulan dari suasana
yang diamati. Nyberg (1971:168, dalam Feeniy, 2006:135) menyatakan bahwa ―intensive
waiting‖ atau menunggu secara intensif berarti observer harus menunda dugaan terhadap apa
yang akan terjadi dan bersedia menerima apa yang sesungguhnya terjadi: perilaku, perasaan
dan pola-pola tertentu. Bukan berarti observer menjadi seperti mesin , tapi observer harus
mampu secara berhati-hati memisahkan apa yang diamati dan apa yang sebenarnya ingin
dilihat atau dikhawatirkan akan terjadi.

Stop Making Judgement!


Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kita harus menghindari membuat penilaian dan
mencoba mengurangi distorsi (penyimpangan, pemutarbalikan) yang disebabkan bias, defense
(upaya mempertahankan diri), atau praduga. Menjadi objektif merupakan tantangan tersendiri
karena bagaimanapun juga guru terlibat langsung dalam kehidupan anak, keluarganya dan
setting di mana guru tersebut melakukan observasi. Hal ini juga akan menjadi lebih sulit karena
selama ini kita telah terlatih untu membuat penilaian mengenai hal-hal di sekeliling kita. Oleh
karena itu sebagai observer yang objektif dan guru yang baik, maka kita harus berhenti
membuat penilaian. Bila kita paham akan pengaruh penilaian kita terhadap situasi dan anak,
dan sebaliknya bagaimana situasi dan anak berpengaruh pada kita, maka kita mulai berproses
menjadi seorang observer yang objektif.

Sebagai guru terkadang kita harus berhadapan dengan anak yang orang tuanya kita
kenal baik, saudara, tetangga, atau anak dari orang yang disegani. Kita juga
berhadapan dengan anak yang memiliki keterbatasan baik dari segi ekonomi,
intelektual atau fisik. Dalam observasi kita harus mampu meninggalkan segala
macam label yang sudah terlebih dahulu melekat pada pribadi anak agar terhindar
dari penilaian yang subjektif. Kita perlu ingat bahwa semua anak memiliki potensi
dalam dirinya dan beberapa di antara anak-anak tersebut menunggu kita untuk
memunculkan potensi tersebut.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 20


Semakin terlatih guru dalam melakukan observasi semakin peka ia terhadap bias yang
dimilikinya. Misalnya, apakah anda lebih menyukai anak yang rapi dan bersih? Apakah anda
bosan dengan anak yang lebih banyak diam dan kurang ceria? Apakah anda cenderung lebih
menyukai anak dari suku tertentu? Semakin kita berlatih mengobservasi, maka kita akan
semakin tahu apa saja hal-hal yang kita sukai dari anak yang diobservasi. Kita akan semakin
mengetahui hal-hal yang berkembang dengan baik pada dirinya, bakat yang ia miliki, hal-hal
yang mengalami hambatan dalam perkembangannya dan banyak lagi. Ini adalah salah satu
keuntungan melakukan observasi, kita jadi lebih menghargai perbedaan dan keunikan tiap
anak, hal ini tentunya akan membantu kita untuk dapat menjadi guru yang lebih baik. Guru
yang terlatih melakukan observasi akan memanfaatkan hasil observasinya untuk memutuskan
dan bertindak:
Titi mengamati Rasya yang berusia 4 tahun di hari pertama di minggu keduanya berada di kelas A.
Hari-hari pertama dilalui Rasya dengan menjerit dan menangis bilamana hendak berpisah dengan
ibunya. Hari ini ia lebih tenang walaupun masih belum mau ikut dalam aktifitas kelas. Titi
mengamati Rasya seringkali memperhatikan Alika yang ceria dan sudah lebih mampu
menyesuaikan diri di kelas. Ketika Rasya duduk di lantai sambil memeluk lututnya, Titi mengajak
Rasya bermain clay bersama-sama dengan Alika. Tak lama keduanya dapat bermain dengan
gembira bersama.

Tentunya observasi akan memberi informasi berharga mengenai anak dan situasinya. Seperti
contoh di atas, Titi menggunakan informasi yang ia miliki untuk segera mengambil tindakan
yang berguna untuk mengatasi masalah di kelas. Sebagian besar di antara kita memiliki
kemampuan mengingat yang terbatas, padahal informasi yang kita peroleh selama
mengobservasi anak sangat berharga, dengan demikian perlu dilakukan pencatatan.

Selanjutnya mengenai mengapa kita perlu mengobservasi (Nilsen, 2004:2) menyatakan ada
beberapa alasan yang akan diulas berikut ini:

1. Keamanan. Kita mengamati anak selama mereka bermain dan beraktivitas dengan tujuan
agar mereka aman. Bila kita melihat ada sesuatu yang membahayakan anak maka kita akan
segera mencegah terjadinya kecelakaan pada mereka. Hal ini menjadi contoh umum dari
kegiatan observasi, memutuskan dan mengambil tindakan tersebut. Misalnya ketika anak
bermain di luar ruangan, guru mengobservasi dua orang anak yang bermain luncuran.
Awalnya mereka bermain bergantian, namun setelah beberapa saat salah seorang anak
menjadi kurang sabar menunggu giliran dan mulai mendorong si teman bermainnya. Guru

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 21


dapat segera memperingatkan anak atau memisahkan mereka untuk mencegah kecelakaan
yang tidak diinginkan.
2. Kesehatan Fisik. Salah satu alasan guru melakukan observasi adalah untuk menemukan
adanya tanda-tanda kondisi fisik yang kurang baik, seperti penyakit pada anak. Hal ini juga
membantu menjaga kesehatan fisik guru dan orang-orang lain yang berada di sekolah.
3. Bantuan. Dari hasil observasi guru dapat mengetahui apakah anak membutuhkan bantuan.
Misalnya pada saat anak akan menggambar guru mengamati bahwa seorang anak belum
mendapatkan kertas maka guru dapat segera memberikan kertas pada anak tersebut.
4. Pengarahan. Pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati, sama halnya memberi
pengarahan berulang-ulang pada anak lebih baik daripada memberi hukuman. Melalui
observasi, kondisi yang potensial menjadi masalah dapat dihindari, misalnya ketika guru
melihat crayon yang dipegang anak mengarah ke dinding maka guru segera memberi
arahan ―Kita menggambar di kertas ya,‖ sehingga crayon yang tadinya nyaris menghampiri
dinding bisa kembali ke kertas.
5. Menemukan Minat. Guru mengamati ketika anak memilih area bermain dan bercakap-cakap
dengan anak mengenai permainan yang dipilihnya. Kegiatan mengamati dan mengingat
adalah hal yang biasa dilakukan guru sehari-hari, juga merupakan cara untuk menjembatani
antara apa yang diminati anak dengan pembelajaran yang dirancang guru sehingga
terciptalah kurikulum yang relevan dan sesuai dengan minat anak.
6. Gaya Belajar Anak dan Strategi Mengajar Guru. Pengamatan terhadap anak akan
membuat guru mampu mengenali kepribadian anak serta gaya belajarnya. Hal ini dapat
memberi guru petunjuk bagaimana strategi mengajar yang sesuai. Pengamatan reflektif
terhadap proses belajar anak mengarahkan guru pada penerapan strategi mengajar yang
sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan anak.
7. Mengembangkan Pembelajaran Anak. Melalui pengamatan guru akan mengetahui kapan
waktu yang tepat untuk mengajarkan sesuatu pada anak, sehingga dapat menggelitik rasa
ingin tahu dan mengasah keterampilan mereka. Misalnya ketika guru mengamati anak
sedang melihat bentuk-bentuk huruf yang ditempel di dinding kelas maka guru segera
mengeluarkan kartu-kartu huruf dan mengajak anak bermain bersama.
8. Perencanaan Kurikulum. Mengajar adalah membangun jembatan antara informasi lama
dan baru. Perencanaan yang dibuat guru tergantung pada pengalaman dan aktifitas anak.
Misalnya ketika guru mengamati sekelompok anak mampu mewarnai gambar dengan krayon
maka guru merencanakan untuk memperkenalkan teknik menggunakan kuas dan cat air
pada minggu berikutnya.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 22


9. Berkomunikasi dengan Anak. Guru harus bercakap-cakap dengan tiap anak dan topik
pembicaraan yang paling sesuai adalah mengenai aktifitas yang mereka lakukan. Tiap anak
layak mendapatkan perhatian individual dari guru. Dengan mendiskusikan apa yang diamati
guru dengan anak, maka anak dapat memberikan alasan atau penjelasan yang masuk akal
hanya bila guru menanyakan hal tersebut pada anak. Ini seperti teori dasar Piaget mengenai
metode cognitive questioning (Piaget & Inhelder, 1969 dalam Nilsen, 2004:3) yang
menyatakan bahwa untuk menyelami lebih jauh ke dalam jawaban ―salah‖ anak, hasil atau
jawaban tidak dapat dievaluasi dengan mudah. Misalnya setelah mengamati anak
menggambar, maka guru akan mengatakan ―Gambarmu bagus sekali. Tadi menggambarnya
dengan warna merah, biru, kuning, kamu juga membuat garis lurus dan garis lengkung. Bisa
beri tahu ibu bagaimana cara membuatnya? Apa yang kamu buat terlebih dahulu?‖
10. Berkomunikasi dengan Keluarga. Hal-hal yang ditangkap oleh keluarga ketika guru
berkomunikasi dengan mereka mengenai anak di sekolah di antaranya adalah:
 Anak mereka diawasi dengan baik
 Guru lebih melihat dan menghubungkan perkembangan penting dalam keseharian
anak daripada memberikan nilai atau skor yang sulit dipahami
 Keluarga terlibat dalam dunia pendidikan dimana guru dan anak berada
11. Mengukur Kemajuan. Anak berubah dengan sangat cepat. Berdasarkan pengetahuan
akan perkembangan anak, beberapa perubahan ini dapat diperkirakan dan diantisipasi.
Perbandingan yang dilakukan guru dapat mengukur perkembangan ini. Misalnya guru
dapat mengamati anak yang awalnya menggambar secara acak mulai dapat menggambar
suatu objek tertentu. Guru dapat melihat kemampuan anak mengontrol otot halusnya
berkembang dan timbulnya frustasi ketika anak kesulitan membuat gambar yang inginkan.
Kehidupan sosial anak tertangkap melalui gambar yang ia hasilkan, bahkan berbagai aspek
perkembangan dapat diamati melalui satu kegiatan ini.
12. Asesmen. Guru mengamati anak dengan tujuan mengumpulkan informasi. Hal ini disebut
dengan asesmen, yakni proses mendokumentasikan keterampilan dan perkembangan
anak. Asesmen dapat dilakukan dengan berbagai cara tapi bagi anak usia dini, dapat
disimpulkan bahwa observasi adalah metode terbaik. Informasi dikumpulkan untuk
mengukur perkembangan anak dibandingkan dengan norma atau standar perkembangan
anak pada usia tertentu. Asesmen yang dilakukan pada tahap ini dapat menunjukkan
apakah anak berkembang sesuai, lebih cepat atau lebih lambat dari tahap
perkembangannya, serta memperkirakan apa yang akan dicapai oleh anak selanjutnya.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 23


13. Evaluasi. Evaluasi adalah proses pembuatan keputusan dari asesmen yang telah
dilakukan. Misalnya bila dari hasil asesmen anak yang semula hanya mampu membuat
bentuk lingkaran kini telah bisa membentuk wajah manusia dengan mata, hidung dan
telinga, maka guru dapat mengevaluasi perkembangannya dan dapat memutuskan
pembelajaran apa yang selanjutnya akan diberikan pada anak, seperti membawa gambar
anatomi tubuh manusia untuk memperkenalkan anak pada bagian-bagian tubuhnya.
Gambar yang anak hasilkan juga dapat disimpan dalam bentuk portofolio untuk selanjutnya
dibandingkan.
14. Bantuan Pihak Lain. Dalam beberapa kondisi guru perlu melibatkan pihak lain seperti
keluarga dan para profesional untuk membuat keputusan dan membantu anak, dalam hal
ini terutama keluarga karena mereka adalah pihak yang memiliki otoritas terhadap anak.
15. Refleksi Metode Mengajar Guru. Observasi bukan hanya mengamati anak tapi juga
memikirkan pengaruh yang guru berikan pada anak serta sebaliknya bagaimana anak
mempengaruhi guru. Melalui pengamatan dan pencatatan, guru dapat mengetahui
efektifitas pembelajaran. Antusiasme yang diperlihatkan anak pada aktifitas pembelajaran
yang telah direncanakan akan memberi petunjuk pada guru apakah aktifitas tersebut
sesuai atau tidak. Aktifitas yang tidak menantang atau terlalu sulit akan dihindari bahkan
ditolak oleh anak. Dengan melakukan observasi pada anak, guru dapat mengetahui
keterampilan apa yang sedang dipelajari anak kemudian guru dapat memodifikasi aktifitas
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pencatatan
Pencatatan adalah proses merekam atau mendokumentasikan hasil observasi untuk
selanjutnya disusun dan diorganisir sehingga menjadi data/alat yang sangat berguna bagi
kepentingan anak. Ada beberapa teknis pencatatan yang biasa digunakan, yaitu pencatatan
naratif yang membutuhkan penulisan, biasanya lebih menyita waktu tapi catatan yang
dihasilkan lebih kaya akan detil dan memberi gambaran lebih lengkap mengenai anak.
Pencatatan terstruktur, yaitu pencatatan yang tidak membutuhkan penulisan, biasanya lebih
cepat dan mudah untuk dilakukan tapi kurang memberikan informasi dan gambaran yang
mendetil tentang anak, misalnya pencatatan dengan checklist atau skala bertingkat.
Selanjutnya adalah dengan menggunakan perangkat elektronik (foto, rekaman suara dan video)
yang dapat memberikan hasil akurat dan lengkap, tapi membutuhkan keahlian dan waktu ketika
akan disatukan sehingga menjadi gambaran yang ringkas dan saling berhubungan.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 24


Mengapa kita perlu mencatat?
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu mencatat hasil observasi. Misalnya saja ketika kita
akan pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kue ulang tahun (lihat gambar
berikut). Sebelumnya kita akan melihat dalam lemari dapur bahan-bahan apa saja yang ada
dan mana yang perlu dibeli. Apa yang terjadi bila hasil observasi kita terhadap bahan-bahan
kue tadi tidak dicatat? Alhasil ketika berada di pasar kita akan lupa apa saja yang perlu dibeli
atau jumlah item yang kita perlukan. Karenanya pencatatan hasil observasi sangat penting
dilakukan.

Daftar Bahan Kue


10 butir telur 500 gr whippy cream
250 gr terigu 150 gr coklat batang
200 gr mentega 5 buah ceri merah
45 gr coklat bubuk
200 gr gula

Dalam pembelajaran, pencatatan informasi dan data yang diperoleh guru melalui observasi
sangat penting, di antaranya adalah untuk:
Mengingat. Daftar bahan kue yang sudah dibuat meskipun tertinggal di rumah sewaktu kita
sampai di pasar akan teringat lebih lama karena sudah dituliskan. Karena memang terdapat
hubungan antara menulis dan mengingat. Kata-kata yang ditulis membentuk koneksi visual dan
kinetis di otak, menghasilkan memori dan dapat dipanggil kembali ketika tulisan tersebut tidak
dapat dilihat.
Membandingkan. Anak terus tumbuh dan berkembang sepanjang waktu. Ketika guru
mengukur tinggi badan anak pada awal semester dan melakukannya lagi 4 bulan kemudian,
maka akan ada perbandingan yang perlu dicatat. Dengan mencatat hasil observasi, guru
memperoleh seperangkat data untuk dibandingkan sehingga dapat mengamati pertumbuhan
dan perkembangan anak secara akurat.
Menangkap dan menyimpan detil peristiwa. Detil peristiwa sangat mudah terlupakan. Hal-hal
kecil yang kita lihat dan perhatikan saat rasanya tidak penting untuk saat ini, tapi seringkali kita
akan membutuhkan data mengenai hal-hal tersebut ketika akan mengevaluasi perkembangan
belajar anak.
Memberi anak contoh. Anak perlu melihat orang dewasa menulis karena kemampuan ini
sangat penting dikuasai oleh anak. Ketika anak melihat guru menulis anak dapat memahami
pentingnya menulis. Anak seringkali akan bertanya ―ibu menulis apa?‖ guru dapat menjawab

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 25


―ibu menulis supaya ibu tidak lupa dengan apa yang ibu lihat sekarang‖. Hal ini menjadi dasar
pemahaman anak mengenai literasi, sehingga dapat mendorong anak untuk belajar menulis.
Mendokumentasikan. Penelitian yang baik membutuhkan data yang reliabel, untuk itu
pencatatan sangat penting. Dalam PAUD ada saatnya guru perlu mengkomunikasikan kejadian
yang dialami oleh anak, dengan adanya dokumentasi yang baik akan membantu guru
menyampaikannya dan membuat orang tua dapat menerima informasi guru dengan lebih baik.

Interpretasi
Langkah ketiga dalam proses observasi adalah membuat interpretasi yang biasa pula disebut
sebagai kesimpulan, berdasarkan apa yang kita lihat dan dengar. Meskipun perilaku dapat
diobservasi namun penyebab timbulnya perilaku itu muncul tidak teramati. Cara melakukan
interprestasi adalah dengan melihat hubungan antara berbagai komponen yang berkaitan
dengan perilaku anak baik yang dapat diobservasi maupun tidak. Memang kita tidak bisa
mengetahui secara pasti mengapa seorang anak berperilaku tertentu, namun tentunya kita
akan mengambil keputusan setiap harinya berdasarkan pemahaman kita mengenai anak.
Penting bagi guru untuk mengembangkan kemampuan membuat interpretasi berdasarkan hal-
hal yang diperoleh melalui observasi.

Apa yang diperoleh guru melalui observasi?

Menurut Feeniy (2006:134) melalui observasi guru mengembangkan berbagai hal, yaitu:

 Meningkatkan sensitivitas terhadap anak secara umum--kepekaan akan wilayah


perkembangan anak, juga mempertinggi kepekaan akan kualitas unik dunia anak. Hal
ini memberi guru pemahaman yang lebih baik dan rasa empati terhadap anak.
 Memperdalam pemahaman terhadap anak secara individual—bagaimana mereka
berpikir, merasakan, dan memandang dunia, serta minat, kemampuan dan karakteristik
respon yang mereka miliki, juga apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan mereka.
Hal ini akan berguna ketika merencanakan kurikulum yang memenuhi kebutuhan
anak dan dalam mengkomunikasi perkembangan anak kepada pihak lain.
 Memahami relasi sosial—antara sesama anak juga antara anak dengan orang dewasa
yang ada di sekitarnya. Hal ini memungkinkan guru memfasilitasi hubungan antar
individu (anak) di dalam kelas.
 Kepekaan mengenai bagaimana lingkungan digunakan oleh anak keluarga, dan staf
sekolah sehingga guru dapat mengembangkannya menjadi lebih baik.
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 26
 Meningkatkan kemampuan untuk berbagi aspek-aspek berarti dari perkembangan anak
dan kemampuan untuk memperlihatkan kekuatan dari pembelajaran anak. Hal ini
membantu guru untuk dapat membantu anak menjadi lebih baik.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 27


BAB III

KOMPONEN ASESMEN

PENGANTAR
Sebelum membahas mengenai asesmen perkembangan anak usia dini, kiranya kita
perlu memahami terlebih dahulu konsep perkembangan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui anak sehingga kita akan memiliki pandangan yang komprehensif mengenai anak dan
selanjutnya pengetahuan ini akan menjadi acuan kita dalam melakukan observasi dan
asessment pada anak.
Adapun perkembangan pada individu dimulai semenjak terjadinya proses konsepsi
(pembuahan) hingga akhirnya individu tersebut meninggal. Dapat dikatakan manusia tidak
pernah berhenti berkembang dan mengalami perubahan sepanjang hayatnya.
Berbagai penelitian mengenai perkembangan memperlihatkan bahwa stimulasi yang
diberikan lingkungan fisik dan pengasuhan yang hangat serta tanggap terhadap usaha anak
untuk berhubungan dengan dunia di luar dirinya akan meningkatkan eksplorasi lingkungan
secara aktif dan pencapaian tahap perkembangan yang lebih awal (Beck, 2006: 164). Pada
anak usia dini perkembangan pada tiap aspek terjadi begitu pesat, bahkan tidak ada tingkatan
usia lain yang mengalami hal serupa. Begitu uniknya usia awal ini sehingga karakteristiknya
perlu benar-benar dipahami oleh orang tua dan pendidik PAUD agar penanganan dan
pelayanan anak di rumah maupun di sekolah dapat diberikan tepat dan sesuai dengan
kebutuhan usianya.

URAIAN MATERI

A. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN ANAK

Selama hidupnya manusia tidak pernah statis, sejak lahir hingga meninggal manusia
selalu mengalami perubahan. Sehubungan dengan perubahan tersebut dikenal dua macam
perubahan yaitu: (1) pertumbuhan yang diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif
yaitu bertambahnya ukuran dan struktur, serta (2) perkembangan yang diartikan sebagai

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 28


perubahan kualitatif yaitu perubahan yang bersifat progresif, koheren dan teratur (Sutjihati,
2007:1).
Tiap tingkatan usia memiliki tugas perkembangannya sendiri-sendiri. Tugas
perkembangan yaitu tugas yang timbul pada atau sekitar periode kehidupan individu tertentu,
keberhasilan melakukannya menimbulkan kebahagiaan dan keberhasilan pelaksanaan tugas
lainnya kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan, ketidaksetujuan
masyarakat serta kesulitan dalam pelaksanaan tugas lainnya kelak (Havighurst dalam Hurlock,
1978:40). Anak usia dini perlu menyelesaikan tugas perkembangannya karena bila tidak ia akan
mengalami masalah ketika masuk ke tahap perkembangan selanjutnya.

Empat Tipe Perubahan pada Manusia:


1. Perubahan ukuran yang meliputi perubahan fisik, seperti: bertambah tinggi, bertambah berat
2. Perubahan proporsi, teramati dari perbandingan antara ukuran-ukuran tubuh manusia yang
mengalami perubahan. Ada bagian tubuh yang berkembang pesat, ada pula yang
berkembang lebih lambat
3. Hilangnya sifat-sifat atau keadaan-keadaan tertentu, seperti hilangnya rambut & gigi pada
bayi, hilangnya sifat kekanak-kanakan
4. Munculnya sifat-sifat atau keadaan-keadaan baru, seperti munculnya karakteristik seksual,
standar moral.

Berbagai faktor saling terkait dalam tumbuh kembang seorang anak. Dari segi fisik
dipengaruhi oleh faktor genetik (sifat-sifat yang diturunkan dari orang tua kepada anak pada
proses konsepsi), serta faktor kesehatan dan kematangan. Faktor lain adalah perkembangan
pada tiap aspek, yaitu kognitif, bahasa, sosial emosional. Selain itu faktor lingkungan (segala
sesuatu yang ada di sekitar anak) dan pengalaman yang diberikan oleh lingkungan dan orang
tua pada anak juga memegang peranan penting.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 29


Pertumbuhan

Perkembangan (kuantitatif) Perkembangan


Kognitif dan Emosi

Bahasa Perkembangan Perkembangan


(kualitatif) Sosial
Kematangan
Lingkungan
Kesehatan

Pengalaman
Genetik

Gambar 1. Hubungan Berbagai Faktor pada Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik (Nilsen, 2004:83)

Ada beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu:


1. Genetik (ukuran tubuh, jenis kelamin, warna)
2. Perawatan prenatal (nutrisi dan kondisi fisik ibu, usia orang tua)
3. Kesehatan (perawatan preventif, penyakit, kecelakaan pada masa anak)
4. Lingkungan (nutrisi, kualitas udara, lokasi geografis)
5. Usia kematangan merupakan faktor penentu pada pertumbuhan ukuran tubuh dan
perkembangannya
6. Sosial (kesempatan, pengalaman, role models)
7. Tingkat ekonomi (nutrisi, pengalaman dan kesempatan)

Arah Perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi dalam urutan tertentu, dalam
tahap yang dapat diprediksi, tetapi mengalami variasi individual. Maksudnya adalah
perkembangan anak dapat diperkirakan dengan urutan: anak bisa duduk, merangkak, berdiri
lalu berjalan, namun seorang anak bisa mencapai satu tahap perkembangan lebih cepat
dibandingkan anak lain seusianya, sementara ada pula seorang anak yang lebih lambat
mencapai tahap perkembangan tertentu dibandingkan anak lain seusianya.
Pada kemampuan mengontrol otot gerak, ada dua jenis perkembangan, yaitu yang
arahnya dari kepala ke kaki atau perkembangan otot gerak chepalocaudal dan yang arahnya
dari bagian dalam tubuh ke bagian luar tubuh atau disebut juga perkembangan otot gerak
proximodistal.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 30


Contoh perkembangan otot gerak chepalocaudal adalah bayi bisa menggerakkan kepala
lebih dulu, lalu leher dan bahu dan seterusnya hingga kaki. Sedangkan contoh perkembangan
otot gerak proximodistal adalah anak mampu menggerakkan bahu dulu, baru lengan dan
selanjutnya jari jemari.

Domain Perkembangan. Perkembangan sebagai perubahan yang bersifat kualitatif dapat


diamati melalui observasi atau pengamatan. Domain atau aspek perkembangan yang utama
adalah fisik, kognitif, serta sosial emosional (Berk, 2006: 4). Perlu diingat bahwa ketiga aspek
itu tidak benar-benar terpisah, melainkan ketiganya tergabung pada diri anak yang terus
berkembang secara terintegrasi dan holistik. Selanjutnya kita juga mengetahui adanya aspek
perkembangan lain seperti bahasa, seni, moral dan sebagainya yang tidak lain merupakan
bagian dari ketiga domain utama perkembangan tersebut. Berikut ini diuraikan mengenai
beberapa komponen asesmen yang akan diamati dalam asesmen perkembangan anak usia
dini, di antaranya yaitu perkembangan fisik motorik, perkembangan sosial, perkembangan
emosi, dan perkembangan kognitif.

1. Perkembangan Fisik Motorik


Bila dibandingkan dengan berbagai hewan, maka bangsa primata (termasuk manusia)
mengalami periode pertumbuhan fisik yang lebih lama. Tikus misalnya, interval waktu antara
lahir dan pubertas hanya 2 persen dari rentang hidupnya. Sebaliknya, pada simpanse yang
merupakan hewan paling dekat urutannya dengan manusia pada hirarki evolusi, pertumbuhan
berlangsung lebih lama yaitu 7 tahun atau 16 persen dari rentang hidupnya. Ketidakmatangan
fisik berlangsung lebih lama pada manusia, yang menghabiskan waktu 20 persen dari
keseluruhan usianya untuk bertumbuh. Lamanya kondisi ketidakmatangan fisik pada manusia
ini memiliki manfaat yang jelas: untuk memastikan anak tetap tergantung pada orang dewasa
sehingga ada waktu yang cukup menyerap pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk
bisa hidup dalam dunia sosial yang kompleks (Berk, 2006: 172).
Perkembangan fisik motorik berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif
dalam ukuran dan struktur. Perubahan dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala dan pertambahan gigi. Sedangkan perkembangan adalah perubahan kualitatif; yaitu
menjadi lebih baik, lebih kompleks, dan lebih terkoordinasi. Berikut adalah uraian Berk (2006:
172-174) mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada anak.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 31


Perubahan Ukuran Tubuh
Tanda-tanda terjadinya pertumbuhan fisik yang paling jelas dapat diamati pada
perubahan ukuran tubuh anak secara keseluruhan. Selama masa bayi, perubahan-perubahan
ini terjadi sangat pesat—lebih cepat dari pada waktu lain setelah kelahiran. Pada akhir tahun
pertama, bayi pada umumnya mencapai ukuran lebih panjang 50 persen bila dibandingkan
dengan panjangnya pada saat kelahiran, dan pada tahun kedua menjadi lebih panjang 75
persen. Berat badan juga memperlihatkan pertambahan yang dramatis. Pada usia 5 bulan,
berat badan bayi mencapai 2 kali lipat berat badannya ketika lahir, pada usia setahun menjadi 3
kali lipat lebih berat dan pada usia 2 tahun menjadi 4 kali lipatnya. Pertumbuhan menjadi lebih
lambat memasuki usia kanak-kanak awal. Anak bertambah tinggi sekitar 2 hingga 3 inci dan
bertambah berat sekitar 5 pound per tahun.

Perubahan Proporsi Tubuh


Sejalan dengan pertambahan ukuran tubuh anak secara keseluruhan, bagian-bagian
tubuh bertumbuh dengan tingkatan yang berbeda-beda. Janin dalam kandungan (periode
prenatal) yang mulanya merupakan embrio primitif mengalami perkembangan kepala terlebih
dahulu, diikuti oleh bagian bawah tubuh. Setelah kelahiran (periode post natal) kepala dan dada
tetap tumbuh, namun tubuh bagian tengah dan kaki mengalami pertumbuhan yang lebih cepat.
Hal ini sejalan dengan arah perkembangan chepalocaudal yang telah dibahas terlebih dahulu

Perubahan Otot-Lemak
Lemak tubuh (paling banyak terdapat di bawah kulit) meningkat pada beberapa minggu
terakhir kehidupan prenatal dan berlanjut setelah kelahiran, lalu mencapai puncaknya pada saat
bayi berusia 9 bulan. Banyaknya jumlah lemak tubuh ini membantu menjaga suhu tubuh bayi
tetap konstan. Memasuki usia 2 tahun, tubuh anak umumnya akan menjadi lebih kurus dan hal
ini berlanjut hingga pertengahan usia kanak-kanak (Fomon & Nelson, 2002). Pada saat
kelahiran, anak perempuan memiliki lemak tubuh yang agak lebih banyak daripada anak laki-
laki. Perbedaan ini tetap bisa diamati hingga awal masa sekolah dan bahkan semakin terlihat.
Pada usia sekitar 8 tahun, tubuh anak perempuan mulai mengalami pertambahan lemak pada
bagian sekitar dada, kaki dan tubuh bagian tengah, hal ini terus berlangsung hingga memasuki
usia pubertas. Sebaliknya pada anak laki-laki, lemak di bagian dada dan kaki berkurang
(Siervogel, 2000).

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 32


Pertumbuhan Rangka
Anak-anak dengan usia yang sama memiliki perbedaan dalam pertumbuhan fisik.
Adapun metode untuk memperkirakan kematangan fisik anak adalah dengan menggunakan
usia rangka tubuh (skeletal age), yaitu dengan mengukur perkembangan tulang-tulang pada
tubuh.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik

a. Faktor Genetik. Sebagaimana aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan fisik


juga merupakan hasil dari interaksi berkelanjutan dan kompleks dari faktor-faktor genetik
dan lingkungan. Apabila anak memiliki pola makan yang baik dan kesehatannya terjaga
maka tinggi badan serta tingkat pertumbuhan fisiknya (ditentukan oleh usia rangka tubuh
dam waktu pertama munculnya menstruasi) akan lebih banyak ditentukan oleh faktor
genetik. Apabila pengaruh lingkungan yang bersifat negatif muncul, seperti kekurangan gizi
dan penyakit yang kondisinya tidak begitu parah, maka anak ataupun remaja secara umum
akan memperlihatkan pertumbuhan susulan (catch-up growth) – di mana pola pertumbuhan
akan kembali pada pola yang dipengaruhi oleh kondisi genetik awal begitu keadaan
lingkungan menjadi lebih baik.
b. Faktor Nutrisi. Nutrisi merupakan faktor yang penting pada tiap tahap pertumbuhan,
terutama pada masa 2 tahun pertama kehidupan anak karena otak dan tubuhnya sedang
tumbuh sangat pesat. Kebutuhan energi anak dua kali lipat dibandingkan dengan
kebutuhan energi orang dewasa. Sebanyak dua puluh lima persen dari total kalori yang
masuk digunakan untuk pertumbuhan, dan anak membutuhkan kalori ekstra agar dapat
dengan cepat mengembangkan organ-organ agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.
Pada masa bayi, makanan yg dibutuhkannya tidak hanya harus terpenuhi secara
kuantitas tetapi juga harus tepat. ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan pertama yang
paling sesuai dan paling baik bagi bayi. World Health Organization (WHO) menganjurkan
pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun, dengan pemberian makanan tambahan
dimulai pada usia 6 bulan. Bila hal ini dilakukan maka malnutrisi yang hingga saat ini masih
kita temui di lingkungan kita akan dapat teratasi.
c. Penyakit Infeksi. Pada anak-anak dengan gizi baik penyakit-penyakit biasa tidak
berpengaruh pada pertumbuhan fisik. Namun bila anak mengalami malnutrisi lalu anak
tersebut terjangkit penyakit maka akibatnya bisa menjadi parah.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 33


Pada negara-negara berkembang di mana sejumlah besar populasi penduduk hidup
dalam kemiskinan, penyakit seperti campak dan cacar yang biasanya tidak muncul
sebelum usia 3 tahun pada negara yang maju, akan muncul lebih cepat. Pola makan yang
buruk akan menekan sistem imunitas tubuh, sehingga membuat anak lebih mudah
terjangkit penyakit. Di seluruh dunia dari 10 juta kematian anak usia di bawah 5 tahun
setiap tahunnya, maka 98% terjadi di negara berkembang dan 70% disebabkan penyakit
infeksi (WHO, 2003).
d. Kondisi Emosional. Selama ini kita beranggapan bahwa kasih sayang dan stimulasi tidak
penting bagi pertumbuhan fisik, namun pada kenyataannya kedua hal tersebut sama
pentingnya dengan makanan. Nonorganic failure to thrive adalah kelainan
pertumbuhan yang merupakan akibat dari kekurangan kasih sayang orang tua, biasanya
muncul pada usia 18 bulan. Bayi yang mengalaminya menunjukkan semua tanda-tanda
marasmus—tubuhnya terlihat kuyu, menarik diri dan bersikap apatis. Tetapi tidak ada
penyebab organis maupun biologis yang ditemukan dari kegagalan pertumbuhan tersebut.
Bayi diberi makanan yang cukup dan tidak mengidap penyakit serius. Petunjuk yang jelas
atas kondisi bayi tersebut adalah perilakunya. Bayi memandangi tiap gerakan orang
dewasa yang ada di sekitarnya dengan curiga. Bayi jarang tersenyum bila ibu datang atau
bila digendong (Steward, 2001 dalam Berk, 2005: 196).

Gambar 2.Keterampilan
fisik-motorik.
Perkembangan fisik-motorik
yang baik membantu anak
menguasai berbagai
keterampilan yang
membutuhkan koordinasi
gerak tubuh seperti
bersepeda dan berenang.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 34


Dalam pendidikan bagi anak usia dini, cara terbaik meningkatkan perkembangan fisik
motorik anak adalah melalui kegiatan bermain yang dapat menstimulasi kemampuan motorik
kasar (gross motor skill) dan kemampuan motorik halus (fine motor skill) pada anak.

2. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial telah lama menjadi fokus perhatian para ahli di bidang psikologi.
Seperti Erick Erikson (1950) dengan teorinya tentang perkembangan psikososial (Ambron,
1981:11). Sudut pandang teori ini bukan hanya dari sisi biologis, tapi juga perubahan pikiran
dan emosi serta pengaruh lingkungan social dalam membentuk kepribadian anak. Teori ini juga
menekankan pentingnya pemahaman orang dewasa dalam memenuhi kebutuhan anak pada
tiap tahapan usia. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan
berinteraksi dengan orang lain.
Ahli lain yang membahas tentang perkembangan sosial adalah Piaget (Nielsen, 2004:
105) yang melalui teorinya tentang perkembangan kognitif juga membahas tentang
perkembangan sosial anak. Ada juga Sigmund Freud, Skinner dan Watson yang juga
membahas perkembangan sosial anak.
Kini minat untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial seperti kemampuan untuk bergaul,
berinteraksi, dan menumbuhkan kompetensi sosial semakin meningkat (Fabes, dalam Nilsen,
2004:106). Anak yang memiliki kompetensi sosial adalah anak yang mampu mengendalikan
kondisi psikologis, emosi dan respon tingkah lakunya, sehingga mereka akan dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial serta lingkungan belajar. Sistem pengendalian ini
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 35
berkembang selama usia prasekolah. Adapun lima pembagian kemampuan perilaku sosial
disingkat dengan CARES (Elliot, McKevitt & DiPerna, 2002):
1. Cooperation—Kooperasi atau kerjasama, yaitu perilaku menolong orang lain, berbagi
benda/barang dengan teman dan menaati peraturan
2. Assertion—perilaku berhubungan seperti bertanya pada orang lain mengenai informasi
atau perilaku yang merupakan tanggapan terhadap tindak-tanduk orang lain
3. Responsibility—tanggung jawab, perilaku yang memperlihatkan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang dewasa dan menunjukkan kepedulian terhadap hak
milik/barang orang lain
4. Empathy—empati, perilaku yang menggambarkan kepedulian terhadap orang lain
5. Self-control—pengendalian diri, perilaku yang sering muncul saat terjadi konflik seperti
memberi tanggapan yang tepat terhadap godaan atau nasehat dari orang dewasa.

Tahap-tahap Perkembangan Sosial


Anak baru lahir (neonate) tidak memiliki kemampuan sosial (social competence).
Interaksi dengan orang lain didasarkan pada refleks:

1. Rooting reflex--bila pipinya disentuh bayi akan menoleh ke arah sentuhan


2. Babkin reflex—saat telapak tangan dan kakinya disentuh maka jari-jari bayi akan
melengkung dan meraih
3. Walking and stepping reflex—bila kakinya disentuhkan ke lantai, maka bayi akan
bergerak seperti berjalan dan melangkah
4. Moro reflex—bila ada suara keras, cahaya terang, bayi akan merentangkan tangannya

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 36


Gambar 3. Gerak Refleks.. Anak yang baru lahir (neonate) berinteraksi dengan dunia
luar melalui serangkaian refleks yang kemudian akan hilang bila tidak diperlukan lagi

Setelah berusia 1 tahun, anak lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dan hal-hal yang
membuatnya gembira. Tahap ini yang disebut dengan tahap self-gratification (kepuasan diri)
merupakan tahap keterikatan anak pada orang tua dan keinginan untuk lebih mandiri.
Memasuki tahun kedua, anak akan men-generalisasikan semua hubungan sosial, tahap ini
disebut tahap self-assertion. Anak berharap semua orang, khususnya semua anak akan
memperlakukannya sama seperti orang tuanya: menerima, menyetujui dan memenuhi
keinginan anak. Bila hal ini tidak terjadi, maka sulit bagi anak untuk menerimanya. Pada usia ini
pula interaksi sosial anak dengan anak lain seringkali berlangsung dalam bentuk permainan
sejalan dengan kemampuan berbahasa yang mulai berkembang.
Usia tiga, empat dan lima tahun merupakan masa berkembangnya anak sebagai makhluk
sosial. Dengan kemampuan bahasa yang semakin baik, begitu pula kemampuan fisik dan
kognitif, maka kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain semakin meningkat.
Dalam perkembangan kemampuan sosial pada tahap self-initiator ini peran bermain pada anak
sangat besar.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 37


Gambar 4. Perkembangan Sosial

Self-Initiator
Berteman

Self-Assertion
Menuntut kebutuhan dan keinginan
terpenuhi
Self-Gratification
Berharap orang lain
memenuhi
kebutuhannya
Self
Refleks

Nilsen, 2004:107

3. Perkembangan Emosi
Emosi tidak ditumbuhkan, tapi berubah dari waktu ke waktu dari sederhana menjadi lebih
kompleks. Perkembangannya dapat diprediksi tapi bersifat individual, maksudnya tiap anak
akan memiliki perbedaan maupun variasi bilamana emosi tertentu akan muncul. Perkembangan
emosi berupa ekspresi dan pengendalian/kontrol.
Penelitian mengenai emosi menemukan bahwa terdapat jenis emosi yang umum dimiliki
seluruh manusia, yaitu takut, marah dan cinta. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan
emosi pada anak:

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 38


Gambar 5. Perkembangan Emosi
mengantisipasi keadaan yang akan mengakibatkan emosi tertentu
memiliki strategi sendiri untuk mengarahkan emosi
mampu menekan reaksi emosi 5 tahun
mencampur emosi
mengontrol emosi-standar sosial
emosi semakin kompleks 3 tahun
kapasitas untuk merefleksikan emosi meningkat
menggunakan ungkapan emosi dalam
bermain, mengidentifikasi emosi sesuai
keadaan, menandai emosinya sendiri & 2 tahun
orang lain, kosa kata emosi bertambah

Malu, empati, bangga, rasa


bersalah, kesadaran sebagai 18 bulan
pribadi

Terkejut, marah,
takut, sedih,
gembira 6-8 bulan

minat
stres 3-4 bulan
refleks

Nielsen, 2004: 124

Perkembangan emosi memiliki beberapa aspek dan berkaitan erat dengan sosialisasi
anak dengan lingkungannya. Pertama adalah mengenali dan menginterpretasi emosi yang
ditampilkan oleh orang lain.
Pada usia 2 tahun, anak sering mengungkapkan perasaannya dan mulai berusaha
untuk mengendalikan perasaan tersebut. Memasuki usia 3-4 tahun, anak mulai dapat
mengungkapkan strategi atau upaya pengendalian emosinya. Sebagai contoh, anak mulai
paham bahwa emosi tertentu seperti takut dan cemas dapat dikurangi dengan cara menutup
alat indra tertentu (misalnya menutup mata atau telinga untuk menghindar dari kejadian
maupun suara yang tidak menyenangkan), berbicara pada diri sendiri (―Ibu bilang akan pulang
sebentar lagi‖), atau mengubah kegiatan (memutuskan untuk tidak ikut bermain setelah ditolak
bermain oleh teman-temannya). Kemampuan anak untuk menggunakan strategi-strategi ini
berarti ledakan emosi anak pada masa prasekolah menjadi lebih sedikit (Thompson dalam
Beck, 2006:404).

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 39


Dengan mengamati bagaimana orang dewasa mengendalikan emosinya, anak usia
prasekolah dapat memilih strategi pengendalian emosi. Orang tua yang hangat dan sabar, serta
menggunakan bahasa guna menuntun anak untuk memahami dan mengendalikan emosinya,
termasuk memberi anak saran mengenai strategi apa yang sebaiknya ia pilih lalu menjelaskan
mengenai strategi itu, maka hal ini akan memperkuat kemampuan anak untuk menghadapi
stres.

4. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif tiap anak berbeda-beda, dipengaruhi oleh cara belajar, bakat
(kemampuan intelegensi yang menonjol), kondisi fisik dan faktor experiental. Piaget (Ambron,
1984:13-16) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak melalui 4 tahapan: 1) Tahap
Sensori Motor yaitu pada saat anak berusia 0 hingga dua tahun. Berpikir pada bayi terbatas
hanya pada pengalaman sensori dan gerak yang pernah dialaminya. Bayi mengenali obyek
hanya bila obyek itu ada di hadapannya. Misalnya saja puting susu ibu (nipple) dikenali sbg
obyek untuk dihisap & satu-satunya ciri nipple yang diketahui anak adalah yg dirasakan ketika
menghisapnya. Bayi tidak mengerti bahwa nipple atau obyek lain bisa ada ketika ia tidak
sedang berhadapan dg obyek tersebut. Dengan kata lain bayi belum mampu secara mental
mengkonstruksikan simbol untuk menggambarkan obyek yang tidak lagi terlihat. 2) Tahap
Praoperasional, yaitu ketika anak berusia dua hingga tujuh tahun. Anak mulai mampu
menyusun simbol mengenai obyek atau peristiwa yg pernah diketahuinya, salah satu dari
simbol tersebut adalah bahasa. Meskipun demikian, kemampuan anak membentuk simbol
masih terbatas bila dilihat dari standar orang dewasa. Dalam tahap pra operasional pemikiran
anak masih kacau dan tidak terorganisir secara baik. Pemikiran praoperasional juga mencakup
transisi dari penggunaan simbol-simbol primitif kepada yang lebih maju. 3) Tahap Konkrit
Operasional, yaitu ketika anak berusia tujuh hingga sebelas atau duabelas tahun. Pada masa
ini anak sudah mengembangkan pikiran logis, ia mulai mampu memahami operasi sejumlah
konsep. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, anak tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari panca indra, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk
membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan antara yang
bersifat sementara dengan yang bersifat menetap. Selain itu anak juga mampu berpikir
bagaimana & mengapa sesuatu berubah. 4) Tahap Formal Operasional, yaitu usia sebelas
atau duabelas tahun hingga dewasa. Pada tahap ini individu sudah mulai berpikir abstrak dan
hipotesis. Individu juga sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi,

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 40


sesuatu yang abstrak, serta berpikir secara sistematik, mampu memikirkan semua
kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah.

B. Dimensi Perkembangan Anak Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi


Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini, perkembangan anak
dijabarkan ke dalam enam komponen (Anita, 2005:37-43)
1. Pengembangan fisik
2. Pengembangan sosial-emosional
3. Pengembangan kognitif
4. Pengembangan bahasa
5. Pengembangan seni
6. Pengembangan moral dan nilai-nilai agama

Berdasarkan komponen perkembangan tersebut, dapat diidentifikasi potensi yang


meliputi aspek-aspek perkembangan yang harus dicapai anak dalam kegiatan pelaksanaan
program. Aspek-aspek perkembangan tersebut selanjutnya menjadi sasaran penilaian atau
aspek yang akan menjadi sasaran asesmen dalam kegiatan pelaksaan program pembelajaran.
Aspek-aspek yang harus dinilai adalah sebagai berikut:
a. Fisik
Penilaian aspek perkembangan fisik meliputi:
1) Motorik Halus
Dapat mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan:
- Makan
- Berpakaian
- Mandi
- Menyisir rambut
- Menyuci dan melap tangan
- Mengikat tali sepatu
- Dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan misalnya tanah
liat,plastisin,play dough
- Meniru membuat garis tegak,miring,lengkup dan lingkaran
- Meniru membuaat kertas sederhana (1-12 lipatan)
- Menggambar orang dengan bagian-bagiannya
- Belajar menggambar bebas dengan berbagai media

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 41


- Belajar menggunting dengan berbagai media sesuai dengan pola (gelombang zig-
zag,lingkaran,segi empat,segitiga)
- Dapat membuat lingkaran dan bujur sangkar
- Menyusun menara kubus
- Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu,benang wol,raffia dan
sebaginya
- Menyusun menara kubus minimal 8 kubus

2) Motorik Kasar

 Dapat langsung berjalan tanpa berpegangan


 Berjalan:
- pada garis lurus
- pada ujung jari kaki (berjinjit)
- Mundur sejauh 1-3 meter
- di atas papan titian
- dengan tumit secara seimbang
- melompat dengan alat atau tanpa alat
- di tempat
- ke depan, ke samping
- dengan satu kaki
 Meloncat dari ketinggian 20 cm
 Berlari:
- dengan cepat
- sambil melompat
 Bermain dengan bola
 (menangkap, melempar, menedang)
 Naik sepeda roda dua
b. Kognitif
Penilaian aspek perkembangan kognitif meliputi
1) Sains
 Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak (misalnya menurut
warna, ukuran, bentuk)
 Mencari atau menunjuk sebanyak-banyaknya benda, binatang, tanaman yang
mempunyai warna, bentuk, dan ukuran atau ciri-ciri tertentu
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 42
 Mengenal perbedaan antara kasar dan halus, berat dan ringan, panjang dan pendek,
jauh dan dekat
 Membedakan bermacam-macam rasa, bau, dan suara
 Menyebutkan perbedaan dua buah benda
 Mencari lokasi asal suara
 Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika:
- Warna dicampur
- Biji ditanam
- Balon ditiup lalu dilepas
- Benda-benda dimasukkan dalam air
- Benda-benda dijatuhkan, dll
 Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya
2) Matematika
 Menyebut urutan bilangan 1-10
 Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda)
 Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak disuruh
menulis)
 Mengenal konsep bilangan sama dan tidak sama, lebih dan kurang, banyak dan sedikit
 Menyebutkan benda yang berbentuk geometri
 Mengelompokkan lingkaran, segitiga dan segi empat
 Menyusun kepingan puzzle menjadi bentuk utuh (4-15 bagian)
 Mengenal ukuran panjang, berat, isi
 Mengenal alat untuk mengukur
 Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam
 Mengenal penambahan dengan benda-benda 1-10
 Mengenal pengurangan dengan benda-benda 1-10
 Mengurutkan benda 1-10 berdasarkan urutan tinggi-rendah, besar-kecil, berat-ringan,
tebal-tipis
 Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yang berurutan,
misalnya merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, putih .....
 Meniru pola dengan menggunakan 4 kubus
 Mengerjakan mencari jejak (maze) yang lebih rumit

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 43


c. Bahasa

Penilaian aspek perkembangan bahasa meliputi:

 Menyebutkan nama, jenis kelamin


 Berbicara lancar dengan kalimat sederhana
 Menirukan kembali 2-4 urutan kata (latihan pendengaran)
 Mampu melaksanakan 1-2 perimtah secara berurutan dengan benar
 Memberi keterangan/informasi mengenai suatu hal
 Melengkapi kalimat sederhana yang diucapkan guru
 Dapat mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana secara urut
 Mengekspresikan diri melalui dramatisasi
 Membuat kata sebanyak-banyaknya dari suku kata awal yang disediakan dalam bentuk
lisan
 Memahami konsep lawan kata
 Mengenal kata kerja melalui gerakan-gerakan yang sederhana, misalnya duduk,
jongkok, berlari, makan, menangis
 Menggunakan kata ganti (aku, saya, kamu, dia)
 Mengucapkan suku kata dalam nyanyian. Misalnya la-la-la-, ma-ma-ma
 Menggunakan konsep waktu (hari ini, besok, sekarang, nanti sore, nanti malam, dll)
 Mengucapkan beberapa sajak sederhana
 Menyebutkan tulisan sederhana melalui simbol dan melambangkannya
 Dapat menceritakan gambar (gambar yang disediakan guru atau dibuat sendiri
 Mengurutkan dan menceritakan isi gambar berseri
 Menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan ―apa‖, ―mengapa‖, ―di mana‖, ―berapa‖,
―bagaimana‖, ―kapan‖, dan sebagainya
 Dapat menggunakan bahasa isyarat seperti anggukan kepala, gerakan tubuh, tangan
dan mata
d. Sosial-Emosional
Penilaian aspek perkembangan sosial-emosional meliputi:
 Tenggang rasa terhadap orang lain
 Bekerja sama dengan teman
 Mudah bergaul/berinteraksi dengan orang lain
 Dapat berkomunikasi dengan orang yang sudah dikenalnya

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 44


 Meniru kegiatan orang dewasa
 Mau berbagi dengan teman
 Tolong menolong dengan sesama teman
 Dapat mengikuti aturan permainan
 Dapat mematuhi peraturan yang ada
 Dapat memusatkan perhatian
 Belajar memisahkan diri dengan orangtua, terutama ibu
 Menyayangi anggota keluarga dan teman-teman
 Merasa puas akan prestasi yang dicapai
 Dapat mengendalikan emosi
 Menunjukkan reaksi emosi yang wajar karena marah, senang, sakit, takut, dan
sebagainya
 Berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
 Dapat menghindari obat-obatan yang berbahaya
 Dapat menggunakan benda-benda yang berbahaya dengan hati-hati
e. Seni
Penilaian aspek perkembangan seni meliputi:
 Menggambar bebas dengan menggunakan pensil, arang, krayon, dll
 Menggambar bebas dengan bentuk gambar titik, garis, lingkaran, segi empat, segitiga,
dan bujur sangkar yang telah tersedia
 Menggambar bebas di dalam lingkaran, segi empat, segitiga dan bujur sangkar yang
sudah tersedia
 Melukis dengan jari (finger painting), kuas, pelepah pisang, dan sebagainya
 Mewarnai bentuk gambar sederhana
 Meronce
 Menciptakan bermacam-macam bentuk bangunan dari kubus
 Menganyam sederhana
 Membatik dan jumputan
 Mencipta dengan stempel
 Permainan warna dengan menggunakan berbagai media, misalnya: krayon, cat air, dan
lain-lain
 Menciptakan kolase, mozaik
 Menggerakkan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama/ritme

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 45


 Bergerak bebas sesuai dengan irama musik
 Menyanyikan beberapa lagu anak-anak
 Meniru gerakan binatang, tanaman, dan sebagainya
 Senam dengan beragam variasi
f. Moral dan Nilai Agama
Penilaian aspek perkembangan moral dan agama meliputi:
 Berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan (misalnya ketika akan belajar,
makan, tidur, dan lain-lain)
 Meniru pelaksanaan ibadah agama
 Menyayangi dan memelihara semua ciptaan Tuhan
 Cinta antar sesama suku bangsa Indonesia
 Mengenal arti kebersamaan dan persatuan
 Mengenal sopan santun dan terima kasih
 Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain
 Rapi dalam bertindak, berpakaian dan bekerja
 Mengenal konsep benar dan salah
 Dapat mengurus diri sendiri
 Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
 Menjaga kebersihan diri
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Mengenal bendera
 Mengenal suku bangsa, pakaian, rumah adat, tarian
 Dapat memutuskan sesuatu secara sederana melalui musyawarah dan mufakat.

RANGKUMAN

 Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini berlangsung sangat cepat dan
sangat menentukan karena itu pendidik PAUD perlu memahaminya agar dapat
memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan usia anak
 Berbagai faktor berhubungan dengan tumbuh kembang anak seperti gen, kesehatan,
kematangan, aspek perkembangan kognitif, bahasa, sosial emosional, serta lingkungan
dan pengalaman

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 46


 Tiap aspek perkembangan anak seperti bahasa, sosial emosional, kognitif, serta fisik
motorik memiliki tahap-tahap perkembangan yang teratur dan dapat diprediksi, namun
juga mengalami variasi individual

C. TUGAS

Setelah memahami materi di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Uraikanlah mengapa pengetahuan dan pemahaman mengenai perkembangan anak


mutlak dimiliki oleh pendidik PAUD
2. Mengapa untuk dapat melaksanakan asesmen pada anak usia dini perlu mempelajari
perkembangan anak?
3. Pelajarilah tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun untuk tiap aspek perkembangan,
lalu diskusikan dalam kelompok bagaimana cara melakukan asesmen secara tepat untuk
tiap tingkatan usia tersebut
4. Menurut anda apakah pernyataan bahwa tumbuh kembang anak dapat diprediksi namun
mengalami variasi individual itu benar? Beri alasan dan contoh

Baca dan pahami wacana berikut, lalu jawablah pertanyaan-pertanyaannya


Raihan (5 th) seorang murid TK adalah anak tunggal dari keluarga kelas menengah. Ayahnya bekerja sebagai
pegawai bank swasta dan ibunya tenaga medis di rumah sakit. Kesibukan kedua orang tuanya membuat Raihan sehari-hari
lebih banyak ditemani oleh pengasuh yang selalu berganti-ganti dengan berbagai alasan, ada yang menikah atau mendapat
pekerjaan lain.
Ini adalah tahun kedua Raihan bersekolah di TK ABC. Di sekolah Raihan dikenal sebagai anak yang pendiam. Ia lebih
memilih duduk sendiri bermain puzzle atau balok daripada bermain bersama teman-temannya. Bila disapa ia akan menjawab
singkat lalu kembali sibuk dengan permainannya. Guru pun sepertinya sudah terbiasa dengan sikap Raihan dan
membiarkannya bermain sendiri seperti biasa.
Dua hari yang lalu guru dan teman-teman Raihan dikejutkan dengan perilaku Raihan yang tiba-tiba marah dan mengamuk
karena balok yang sedang ia mainkan diambil oleh Geri, seorang teman sekelasnya. Hal ini baru sekali terjadi dan luapan
perasaan Raihan terlihat sangat intens, ia bukan hanya mengamuk tapi juga berguling-guling di lantai sambil berteriak dan
menangis. Butuh waktu satu jam untuk menenangkannya.

Pertanyaan:

1. Menurut anda aspek perkembangan apa yang kurang berkembang pada Raihan?
2. Menurut penilaian anda apakah sikap guru dalam menghadapi Raihan sudah tepat?
3. Bila anda adalah guru Raihan apa yang akan anda perbuat untuk membantunya?
4. Bagaimana pengetahuan mengenai perkembangan anak dapat membantu guru dalam
membantu masalah Raihan?

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 47


BAB IV

PRINSIP, TUJUAN

dan PROSES ASESMEN

PENGANTAR
Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program, tetapi untuk
mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar anak. Asesmen tidak dilakukan di kelas pada
akhir program atau di akhir tahun TK, tetapi dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan
sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui. Caranya pun lebih alami, misalnya, saat anak
bermain, menggambar, atau dari karya yang dihasilkan. Asesmen tidak mengkondisikan anak
pada bentuk ujian. Dengan mengetahui bakat, minat, kelebihan, dan kelemahan siswa maka
guru bersama-sama dengan orang tua siswa dapat memberi bantuan belajar yang tepat untuk
anak sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang tepat untukanak sehingga dapat diperoleh
hasil belajar yang optimal.
Terdapat berbagai metode asesmen dalam mengevaluasi perkembangan anak usia dini.
Tiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun kegunaan
mempelajari metode asesmen yang berbeda bukanlah untuk menggantikan metode yang sudah
ada, melainkan untuk merancang bagaimana cara agar dapat menggunakan tiap metode
secara efektif guna memenuhi kebutuhan anak.

URAIAN MATERI

A. PRINSIP-PRINSIP ASESMEN

Prinsip asesmen yang pertama adalah asesmen harus menggunakan informasi dari
berbagai sumber. Menurut Greenspan & Meisels (Wortham, 2005:21) apapun strategi
asesmen yang digunakan, penggunaan satu sumber informasi untuk mengevaluasi adalah tidak
tepat. Sebuah metode asesmen hanya menyediakan satu bagian dari apa yang ingin kita
ketahui mengenai anak. Penggunaan beberapa strategi akan memberi kita gambaran yang
lebih lengkap mengenai perkembangan dan pembelajaran anak dari berbagai perspektif (Feld
& Bergan, dalam Wortham, 2005:21). Selain menggunakan beberapa strategi yang berbeda,
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 48
untuk hasil asesmen yang lebih lengkap mengenai perkembangan anak guru juga dapat
mencari informasi dari orang lain yang berhubungan dengan anak seperti orang tua dan
pengasuh. Informasi tersebut diperoleh dari hasil pengamatan orang tua terhadap perilaku dan
kinerja anaknya di rumah serta dapat pula diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh orang tua
mengenai perkembangan dan kondisi anak. Selain itu mungkin saja informasi diperoleh dari
dokter, psikolog atau terapis yang pernah atau sedang menangani anak, serta guru yang
sebelumnya mendidik anak. Dengan demikian informasi diperoleh dari berbagai sumber yang
berbeda dan menjadi lebih kaya karena dilihat dari berbagai sudut pandang.
Prinsip asesmen yang kedua yaitu asesmen harus memberi keuntungan bagi anak
dan meningkatkan pembelajaran. Evaluasi pada anak pada umumnya bertujuan untuk
menentukan apakah anak berkembang dengan normal atau memperlihatkan keterlambatan
perkembangan sehingga membutuhkan bantuan maupun intervensi, dengan demikian asesmen
bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi anak. Apapun strategi asesmen yang dilakukan,
hasil asesmen tersebut haruslah digunakan sebagai panduan untuk meningkatkan
pembelajaran anak.
Prinsip asesmen yang ketiga adalah asesmen harus melibatkan anak dan
keluarganya. Anak yang masih kecil belum mampu memahami peningkatan perkembangannya
sehingga orang tua dan pengasuh adalah orang-orang penting yang dapat dijadikan sumber
informasi untuk melengkapi data yang diperoleh melalui hasil asesmen. Setelah memasuki usia
sekolah anak akan mulai memahami perkembangannya, namun orang tua dan keluarga tetap
menjadi informan yang penting. Semakin bertambah usia anak, maka kemampuan self-
assessment akan muncul, sehingga lambat laun anak akan mampu mengevaluasi
perkembangan dan pencapaiannya dalam suatu bidang.
Adapun prinsip asesmen keempat adalah asesmen harus adil bagi tiap anak. Bila
dalam suatu kelas ditemukan anak berkebutuhan khusus, maka evaluasi bagi mereka harus
disesuaikan agar adil. Guru yang peka akan mengetahui bila strategi asesmen yang dilakukan
kurang tepat dan dapat memberikan hasil yang tidak adil bagi beberapa anak, sehingga dapat
mengganti strategi asesmen yang hasilnya lebih adil bagi tiap anak.
Prinsip kelima yaitu asesmen haruslah otentik. Asesmen yang dilakukan haruslah
bermakna bagi pengalaman-pengalaman anak dan mencerminkan bagaimana anak dapat
mengaplikasikan pengetahuannya dalam situasi atau konteks yang sebenarnya. Asesmen
otentik digunakan untuk mengukur secara akurat hasil belajar anak yang selanjutnya
digunakan untuk merencanakan program pembelajaran yang didasarkan pada minat dan
pengalaman anak.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 49


Selain itu juga dapat ditambahkan prinsip asesmen yang bersifat holistik, kontiniu,
individual, multi sumber dan multi konteks. Holistik artinya mencakup seluruh aspek
perkembangan anak, seperti fisik, motorik, sosial, emosional, moral, intelektual, bahasa, dan
kreatifitas. Serta bertujuan untuk mengetahui kelemahan, kelebihan, serta kebutuhan anak.
Kontiniu berarti berkesinambungan, asesmen dilakukan setiap saat anak melakukan kegiatan
belajar, dapat berupa harian, mingguan, atau bulanan. Individual maksudnya adalah asesmen
dilakukan pada setiap anak secara perorangan, meskipun dilakukan pada saat anak melakukan
kegiatan berkelompok. Hasil asesmen dicatat dan didokumentasikan, setelah itu data yang
terkumpul dipilah menjadi file khusus bagi tiap anak. Multi sumber dan multi konteks yaitu
asesmen dilakukan tidak hanya pada satu sumber, tapi berbagai sumber agar mendapatkan
hasil yang valid. Tiap strategi asesmen memiliki kekuatan dan keterbatasan sehingga perlu
didukung oleh strategi lain. Adapun berbagai sumber asesmen : observasi, hasil karya, diskusi
dengan guru lain, diskusi dengan orang tua dan dengan anak sendiri.

B. TUJUAN PELAKSANAAN ASESMEN

Asesmen dilakukan untuk berbagai tujuan sesuai dengan kebutuhan pendidikan, yaitu
(1) untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar anak secara individual, (2)
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan, (3) bila dilakukan dari awal secara
benar, maka akan sangat membantu anak yang memiliki kebutuhan khusus untuk
mendapatkan perlakuan/treatment yang tepat guna mengoptimalkan potensi yang dimiliki, (4)
memastikan anak memperoleh pelayanan terbaik sesuai kebutuhan, (5) digunakan untuk
perencanaan program pembelajaran, dan (6) untuk kajian penelitian.
Selain tujuan yang telah dipaparkan di atas, asesmen secara spesifik dalam
pembelajaran juga bertujuan untuk (1) mengetahui minat anak, (2) mengetahui kelebihan dan
kekurangan anak, (3) menambah informasi untuk mengambil keputusan bila akan dilakukan
intervensi, (4) menggali apa yang diketahui anak pada area tertentu, misalnya dalam
membaca, (5) mengecek apakah instruksi yang diberikan cocok dan dapat dipahami dari bisa
tidaknya anak melaksanakan instruksi, dan (6) sebagai dasar pelaporan hasil belajar pada
orang tua
Melalui asesmen akan diketahui kemampuan, kelemahan, minat peserta didik dan
tujuan yang akan ditetapkan, informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan peserta didik (anak)
dapat diperoleh melalui :

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 50


1. Hasil tes awal, sebelum peserta didik melaksanakan suatu program pembelajaran,
dilakukan pengamatan tim terpadu (guru & orang tua)
2. Hasil tes formal selama proses identifikasi dan seleksi
3. Hasil evaluasi dan pengamatan informal oleh guru kelas
4. Hasil survey tentang minat dan kebutuhan peserta didik
5. Hasil evaluasi terhadap pendapat orang tua melalui daftar cek atau kuesioner
6. Hasil informasi dari berbagai sumber yang relevan (guru lain, kepala sekolah, kalangan
medis, terapis, psikolog, dll)

C. Etika dalam Membuat Dokumentasi Melalui Asesmen:


1. Kelengkapan

Yaitu dengan cara mencatat fakta (data mentah/raw data) secara lengkap dan dilakukan
dengan segera mungkin setelah pengamatan. Hal ini perlu dilakukan karena keterbatasan
kemampuan kita dalam mengingat suatu informasi, bila tidak dicatat selengkap mungkin
dan sesegera mungkin bisa jadi informasi tersebut hilang dari ingatan kita ketika
dibutuhkan.

2. Objektifitas
Yaitu dengan mencatat fakta bahwa secara objektif, tidak bias, dan tidak ditambah dengan
pendapat kita yang dapat bersifat subjektif. Misalnya kita tidak boleh membedakan anak
berdasarkan kondisi fisik, status sosial ekonomi, kedekatan atau kekerabatan serta jabatan
orang tua.
3. Menghindari pelabelan
Yaitu dengan menghindari kesimpulan dan diagnosis yang terlalu dini berdasarkan
informasi yang terbatas. Seringkali kita memiliki persepsi (pandangan) terhadap anak yang
dapat merugikannya dalam asesmen, seperti bila kita dari awal memberi label nakal atau
kurang cerdas pada seorang anak maka penilaian kita akan cenderung negatif terhadap
anak tersebut meskipun dia menunjukkan prestasi dan perkembangan yang signifikan bila
dibandingkan dengan penilaian kita terhadap anak lain yang kita beri label anak yang baik,
sopan, atau cerdas
4. Memiliki tujuan yang baik
Tujuan dokumentasi adalah untuk mengamati perilaku anak, mengumpulkan informasi

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 51


tentang anak, dan merencanakan program yang tepat untuk anak. Dokumentasi tidak
ditujukan untuk alasan yang merugikan anak dan keluarganya.
5. Berbagi dengan keluarga
Berbagi dan berkomunikasi dengan keluarga tentang perilaku dan perkembangan anak
harus dengan persetujuan pihak yang berkait misalnya guru dan anak yang diamati
(tergantung usia anak). Dalam hal ini, privasi anak juga perlu menjadi menjadi bahan
pertimbangan. Pada kondisi tertentu, seorang profesional perlu meminta izin pada anak
untuk menceritakan tentang anak pada orang tuanya.
6. Kerahasiaan
Kerahasiaan anak perlu dijaga, dimana informasi tentang anak hanya boleh diketahui oleh
pihak-pihak yang memiliki hak untuk mengetahui informasi tersebut. Kita juga perlu meminta
izin dari orang tua anak saat mendokumentasi anak.

D. PROSES ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI


Dalam pelaksanaannya, asesmen yang kita lakukan akan mengacu pada urutan proses
tertentu yang akan membimbing kegiatan asesmen tersebut. Tahap pertama adalah
menentukan aspek atau area yang akan dievaluasi, biasanya penentuan ini berdasarkan
masalah yang dialami anak atau ditentukan guru secara langsung berdasarkan kebutuhan
pembelajaran. Prosedur pelaksanaan tahap pertama ini adalah dengan wawancara dengan
sumber yang relevan (orang tua, pengasuh, dokter atau psikolog, dan lain-lain), melakukan
observasi serta mendeskripsikan perilaku anak. Tahap kedua adalah mengumpulkan data atau
informasi yang relevan dengan masalah dengan prosedur mempelajari catatan-catatan
mengenai anak yang ada di sekolah, mempelajari sejarah perkembangan anak, serta
mendeskripsikan keadaan umum anak. Tahap ketiga yaitu melakukan asesmen, dengan tujuan
untuk mendapatkan data kuantitatif dan kualitatif mengenai anak, serta mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki anak berdasarkan data yang diperoleh. Prosedur yang
perlu dilakukan pada tahap asesmen ini adalah melakukan asesmen baik formal maupun
informal dengan tes maupun non tes untuk selanjutnya memodifikasi atau mengadaptasi
prosedur jika perlu. Tahap keempat adalah interpretasi data dan penentuan strategi. Seluruh
data yang terkumpul dari berbagai sumber disatukan untuk kemudian dipelajari dan dipahami.
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan memperoleh pemahaman mengenai keadaan
anak secara menyeluruh. Prosedurnya yaitu dengan mereview semua data yang diperoleh,
mendiskusikan alternatif strategi yang tersedia untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi
anak, lalu menentukan strategi yang tepat. Tahap kelima yaitu implementasi atau pelaksaan

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 52


strategi yang telah dipilih pada tahap sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk melakukan remedial
atau mengurangi masalah yang dialami anak. Tahap keenam adalah evaluasi kemajuan.
Apakah implementasi yang telah dilakukan sebelumnya memberi dampak positif bagi
perkembangan anak. Tujuannya adalah untuk memonitor kemajuan dari intervensi yang telah
dilakukan. Apabila berdasarkan hasil evaluasi telah terdapat kemajuan atau perbaikan pada
masalah anak, maka intervensi diakhiri, sedangkan bila tidak ditemukan kemajuan atau
perbaikan, maka intervensi perlu direvisi dan dirancang strategi baru untuk mengatasi masalah
anak.

Penentuan
Aspek/Area

Pengumpulan Data

Pelaksanaan
Asesmen

Interpretasi Data &


Penentuan Strategi

Implementasi

Evaluasi

Gambar 6. Proses Asesmen

RANGKUMAN

 Dalam pelaksanaan asesmen terdapat serangkaian prinsip-prinsip mendasar, yaitu (1)


asesmen harus menggunakan informasi dari berbagai sumber, (2) asesmen harus
memberi keuntungan bagi anak dan meningkatkan pembelajaran, (3) asesmen harus
melibatkan anak dan keluarganya, (4) asesmen harus adil bagi tiap anak, (5) asesmen
haruslah otentik.
 Tujuan pelaksanaan asesmen: (1) untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan
belajar anak secara individual, (2) mengidentifikasi dan memperbaiki masalah

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 53


perkembangan, (3) bila dilakukan dari awal secara benar, maka akan sangat membantu
anak yang memiliki kebutuhan khusus untuk mendapatkan perlakuan/treatment yang
tepat guna mengoptimalkan potensi yang dimiliki, (4) memastikan anak memperoleh
pelayanan terbaik sesuai kebutuhan, (5) digunakan untuk perencanaan program
pembelajaran, dan (6) untuk kajian penelitian.
 Penting bagi guru untuk memahami etika dalam membuat dokumentasi melalui asesmen,
yaitu dengan mencatat data secara lengkap, bersikap obyektif, menghindari pelabelan
pada anak, memiliki tujuan yang baik, berbagi informasi dengan keluarga, dan menjaga
kerahasiaan dokumentasi.
 Pelaksanaan asesmen melalui serangkaian proses yang perlu ditaati agar diperoleh hasil
asesmen yang lengkap, akurat dan terpakai untuk perbaikan dan kemajuan
perkembangan anak.

E. TUGAS

Setelah mempelajari materi di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini untuk


menguji pemahaman saudara

1. Asesmen memiliki prinsip harus memberi keuntungan bagi anak dan meningkatkan
pembelajaran, uraikan apa maksudnya dan berikan contoh
2. Asesmen memiliki prinsip harus adil bagi tiap anak. Uraikan apa maksudnya dan berikan
contoh
3. Mengapa dalam mendokumentasikan asesmen harus ada etika yang dipatuhi?
4. Mengapa kita tidak boleh bias dalam melakukan asesmen pada anak bahkan harus
menjaga kerahasiaan hasil asesmen?
5. Apakah menurut anda guru perlu memberi tahu anak bila ia akan melakukan asesmen?
Adakah dampak positif dan negatifnya?

Simaklah wacana di bawah ini dan kemudian jawab pertanyaan yang diberikan
Akhir semester sudah dekat, berarti tak lama lagi laporan belajar anak harus segera dibuat. Bu Anggi, guru kelas
Anggrek di TK ABC mulai memeriksa kelengkapan data yang ia miliki untuk membuat laporan tersebut. Ia memiliki informasi
mengenai perkembangan masing-masing anak, berupa data yang ia kumpulkan sendiri berdasarkan pengamatannya. Selama
ini informasi tentang anak tersebut hanya dibiarkannya menjadi dokumen tertulis dan belum ditindaklanjuti, bahkan ia baru
sadar ada beberapa anak yang datanya kurang lengkap.
Sebenarnya selama ini Bu Anggi sudah berusaha melakukan evaluasi terhadap tiap anak didik. Dari awal semester
ia bahkan telah merancang strategi yang akan ia gunakan dalam mengevaluasi mereka. Tetapi Bu Anggi terpaksa bekerja
ekstra semester ini karena tiba-tiba saja Bu Asti yang mengajar di kelas Amarilis harus dirawat di Rumah Sakit karena sakit

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 54


thypus dan perlu beristirahat. Meskipun ada guru baru yang menggantikan Bu Asti, tapi ia belum berpengalaman sehingga
Bu Anggi mesti turun tangan membantunya. Sekarang Bu Anggi mesti mengevaluasi tiap anak lagi untuk melengkapi data
dan informasi yang dibutuhkan, itu bukan pekerjaan mudah mengingat semester akan segera berakhir.
Pertanyaan:
Diskusikanlah dalam kelompok: Apakah kelebihan dan kekurangan dari asesmen yang
dilakukan Bu Anggi serta saran apa yang dapat anda berikan kepadanya dalam hal asesmen
yang ia lakukan di kelas Anggrek?

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 55


BAB V

STRATEGI ASESMEN

PENGANTAR
Strategi asesmen terdiri dari tes standar dan strategi asesmen informal. Komponen-
komponen ini memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, sehingga akan lebih baik
bila digunakan secara terpadu untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Penentuan bilamana
tes standar atau strategi asesmen informal ini digunakan tergantung dari kebutuhan dan
ketersediaan alat ukur.
Strategi asesmen yang dipilih untuk anak usia dini harus cocok, sesuai, dan merupakan
cara yang terbaik untuk memperoleh informasi mengenai tujuan atau hasil belajar atau
kompetensi atau kinerja yang akan diukur.

URAIAN MATERI

A. Tes Standar
Standarisasi atau standardized adalah penggunaan ukuran yang sama dengan cara yang
sama untuk mengetahui hasil individual yang diperbandingkan dengan jawaban/respon yang
diharapkan (Nilsen, 2004:189). Sedangkan tes standar dapat diartikan sebagai instrumen tes
yang bersifat formal oleh karena telah distandarisasikan.

Tes standar dirancang untuk mengukur karakteristik individual. Pelaksanaan tes dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Ada berbagai macam tujuan tes, di antaranya
adalah untuk mengukur kemampuan, prestasi, minat, dan karakteristik kepribadian. Hasil tes
dapat digunakan untuk merancang tugas selanjutnya, untuk mempelajari perbedaan antar
individu dan kelompok serta untuk merancang program konseling. Ada tiga macam test
kemampuan psikologis yaitu tes intelgensi (inteligence test), test prestasi (achievement test)
dan tes bakat (aptitude test). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan motorik, bahasa,
sosial, dan kognitif anak. Prestasi anak yang diukur berkaitan dengan sejauh mana seorang
anak mamahami informasi ataupun keterampilan tertentu.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 56


Individu yang menggunakan tes standar pada anak usia dini harus memiliki kemampuan
untuk menginterpretasikan hasil tes tersebut, dan khususnya guru selain harus mampu
menginterpretasikan hasil tes juga mampu mengkomunikasikannya kepada orang tua murid.

Menurut Wortham (2004:48-53) langkah-langkah untuk menstandarisasi rancangan tes


adalah: (1) menentukan tujuan pengetesan. Perancang tes harus dapat menerangkan
karakteristik kemampuan yang akan diukur melalui tes, bagaimana menggunakan hasil tes, dan
siapa yang akan melaksanakan tes pada anak. Variabel-variabel seperti usia, tingkat
pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan membaca
anak juga harus diperhitungkan semenjak awal. (2) Menentukan format tes. Adapun format
tes didasarkan pada pengetahuan tentang tujuan pengetesan dan karakteristik individu yang
akan dites. Pada umumnya anak usia dini belum mampu baca tulis, sehingga perlu dipikirkan
format tes yang tepat. Biasanya tes standar bagi anak usia dini akan dibacakan oleh tester
(orang yang mengetes, seperti guru atau psikolog), atau berupa tes dimana anak diberikan
objek benda tertentu yang dapat dimanipulasi serta anak diminta untuk melakukan tugas-tugas
yang bersifat fisik. (3) Membuat lembar percobaan. Tes yang telah dirancang diujicobakan lalu
hasilnya dianalisa. Analisa melibatkan tiga karakteristik tiap pertanyaan tes: tingkat kesulitan,
diskriminasi, dan peningkatan soal (dari mudah ke sulit). (4) Menyusun tes. Setelah analisa
rampung, lembaran tes yang final disusun. Tiap item pertanyaan tes diperiksa, ditulis kembali
atau tidak terpakai. Selain itu tes dilengkapi pula dengan petunjuk penggunaan tes baik bagi
tester (individu yang mengetes) maupun testee (individu yang dites). (5) Tes distandarisasi.
Lembar tes yang sudah final diujicobakan pada sampel yang lebih besar untuk memperoleh
norma data. Norma merupakan alat dimana hasil tes anak akan diperbandingkan dengan hasil
yang ditampilkan oleh kelompok yang menjadi referensi. (6) Membuat manual tes. Perancang
tes membuat tujuan pengetesan, pengembangan tes, dan prosedur standarisasi. Termasuk
juga informasi mengenai validitas (tingkatan yang menunjukkan bahwa tes sesuai dengan
tujuan penggunaannya) dan reliabilitas (sejauhmana konsistensi tes tersebut).
Tujuan penggunaan tes standar adalah (1) untuk mengevaluasi prestasi yang
diperbandingkan dengan kelompok sampel anak, (2) untuk mengukur prestasi anak pada tujuan
tes yang bersifat khusus (Wortham, 2004: 88)

Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Tes Standar


Tes standar dapat dikatakan sebagai instrumen pengukur. Tiap tes disusun, diatur dan
diberi skor untuk menilai karakteristik individu. Respon individu terhadap pertanyaan tes

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 57


merupakan sampel dari perilakunya yang dapat dinilai dan dievaluasi berdasarkan standar yang
sudah ditetapkan. Adapun keuntungan menggunakan tes standar adalah:

1. Administrasi tes yang seragam. Prosedur administrasi tes standar sama dimana pun
tes dilaksanakan dan harus dipastikan bahwa tiap anak mengikuti instruksi tes dengan
tepat.
2. Skor dapat dihitung. Tes standar memiliki skor yang dapat dihitung oleh karena berupa
skor numerik.
3. Memiliki norma acuan. Digunakan sebagai pembanding hasil tes anak dengan hasil
tes anak-anak lain dari kelompok yang dipilih (sampel).
4. Validitas dan reliabilitas. Validitas yaitu apakah tes mampu mengukur karakteristik
yang akan diukur melalui tes, sedangkan reliabilitas adalah kemampuan tes untuk
mengukur karakteristik anak secara akurat dalam kondisi yang berbeda.

Kerugian menggunakan tes standar yaitu meskipun tes ini sudah dibuat sebaik mungkin,
tetapi tetap bukan merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi anak usia dini. Bila
menggunakan tes standar tetap harus menggunakan metode asesmen lain seperti observasi
agar memperoleh hasil yang akurat mengenai apa yang telah dipelajari dan dicapai oleh anak
usia dini.

B. Asesmen Informal
Asesmen informal merupakan strategi asesmen yang dibuat oleh guru untuk mendapatkan
informasi spesifik mengenai pengetahuan dan kemampuan anak dalam menguasai tujuan
instruksional pembelajaran.
Strategi yang ideal digunakan dalam melakukan asesmen pada anak usia dini adalah
melalui observasi yang otentik dan naturalistik, yang berlangsung dalam kegiatan sehari-hari,
ketika proses belajar mengajar dan juga pengasuhan anak sehingga diperoleh gambaran
mengenai perkembangan dan pembelajaran anak. Oleh karena itu asesmen perkembangan
anak usia dini tidak dilakukan sekali atau pada satu waktu saja, karena apabila demikian akan
sulit mengumpulkan indikator-indikator perkembangan anak yang valid dan reliabel.
Asesmen informal ini dapat digunakan untuk tujuan evaluasi penempatan, evaluasi
diagnostik dan perencanaan instruksional, serta evaluasi sumatif dan formatif.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 58


Evaluasi Penempatan. Pada awal tahun ajaran dan selama tahun ajaran, guru PAUD harus
membuat keputusan mengenai bagaimana penempatan dan pengelompokan anak didik. Untuk
itu guru harus mengetahui kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki tiap anak. Oleh karena
anak berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, guru akan mengevaluasi seluruh anak
didik untuk merencanakan program instruksional bagi mereka. Pada PAUD, program dirancang
untuk mencegah atau menghadapi masalah dalam pembelajaran, maka evaluasi dapat
dilakukan untuk menentukan apakah anak cocok atau sesuai dengan program yang telah
dirancang.
Evaluasi diagnostik dan perencanaan instruksional. Evaluasi diagnostik lebih spesifik
dibandingkan dengan evaluasi penempatan. Dalam evaluasi diagnostik ini guru perlu mencari
tahu kemampuan anak dengan tujuan yang spesifik. Seperti pada anak usia pra sekolah, guru
bisa member tugas atau pertanyaan untuk menggali pengetahuan anak tentang warna agar
memperoleh data anak mana yang sudah memahami konsep warna dan anak mana yang
belum memahaminya.
Evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan anak dalam menguasai suatu konsep, keterampilan atau pengetahuan. Setelah
anak didik mempelajari keterampilan atau informasi yang baru maka guru mengevaluasi
mereka untuk mengetahui anak didik mana yang sudah menguasainya dan anak didik mana
yang perlu diberi pelajaran tambahan melalui metode instruksional atau pengalaman belajar
yang berbeda.
Evaluasi sumatif adalah asesmen akhir dari apa yang telah dipelajari anak. Dilakukan setelah
evaluasi diagnostik dan formatif. Melalui evaluasi ini diharapkan anak didik yang belum
menguasai informasi atau keterampilan yang diujikan akan memperoleh kesempatan untuk
belajar.

Keuntungan Menggunakan Asesmen Informal


Salah satu keuntungan menggunakan asesmen informal adalah asesmen ini dapat
diambil langsung dari tujuan pembelajaran yang dibuat guru atau kurikulum. Selain itu strategi
asesmen yang dirancang oleh guru ini dapat mengukur secara lebih akurat pembelajaran anak
dibandingkan dengan tes standar karena item pertanyaan tes standar bisa jadi telah
kadaluwarsa karena telah lama dibuat. Apabila terjadi dalam materi instruksional maka melalui
asesmen informal guru dapat melakukan modifikasi terhadap tes yang akan diberikan.
Keuntungan lain adalah asesmen informal bisa dihubungkan dengan kebutuhan diagnostik. Bila

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 59


guru ingin mendapatkan informasi untuk penempatan, pengelompokan dan kebutuhan anak
didik secara individual, maka pengukuran asesmen dapat disesuaikan dengan tujuan tersebut.

Kerugian Menggunakan Asesmen Informal


Meskipun asesmen informal memiliki beberapa kelebihan, namun tetap pula memiliki
kelemahan dan keterbatasan. Bila ingin menggunakan asesmen informal maka guru harus
mampu merancang dan menggunakan alat ukur dengan tepat sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk evaluasi dan perencanaan instruksional. Kerugian lain menggunakan metode
ini adalah bila guru tidak mempersiapkan diri untuk mengembangkan dan menggunakannya.
Untuk itu guru perlu memahami perancangan dan penggunaan asesmen informal yang benar.
Observasi sebagai salah satu strategi asesmen informal baru akan dapat digunakan secara
efektif bila guru memiliki pengetahuan dan telah mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam proses asesmen tersebut.

OBSERVASI

Observasi merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran dan
perkembangan anak usia dini. Menurut Cartwright (1984:3) observasi merupakan proses
pengamatan dan pencatatan perilaku secara sistematis untuk tujuan pembuatan instruksi,
manajemen, dan layanan bagi anak lainnya. Menurut Nilsen (2004: 1) ketika mendengar kata
―observe‖ terlintas pikiran mengenai kegiatan melihat, tidak berpatisipasi namun mengamati
suatu perilaku sebagai orang luar (outsider).
Observasi perilaku anak membutuhkan pengamatan penuh dari si observer (pengamat).
Melalui observasi guru akan dapat mengenali dan memahami anak sebagai individu yang unik,
tidak hanya sebagai bagian dari sebuah kelompok.
Guru perlu mengetahui pentingnya observasi dan juga pentingnya mengembangkan
kemampuan guru dalam mengobservasi. Dengan banyak berlatih dan terus belajar melakukan
observasi, guru akan menjadi semakin peka dan mampu mengobsevasi anak didik dengan
baik. Adapun tiga tujuan melakukan observasi pada anak (Sherman, dalam Wortham, 2004:93)
adalah: (1) memahami perilaku anak, (2) mengevaluasi perkembangan anak, dan (3)
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Observasi yang dilakukan dalam rangka asesmen anak usia dini adalah observasi
terhadap ―perilaku‖ anak. Perilaku tersebut adalah segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar,
dihitung atau diukur.
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 60
Mengapa perlu melakukan observasi? Ketika guru mengobservasi anak didiknya, diperoleh
informasi dan melalui informasi itu dapat diukur perkembangan anak secara umum dan
perkembangan anak pada saat tersebut. Informasi itu selanjutnya digunakan untuk membuat
keputusan mengenai tindakan yang diperlukan. Dalam satu hari guru tentunya telah membuat
ribuan keputusan yang kesemuanya didasarkan pada observasi dan merupakan respon yang
tepat dari situasi yang diamati pada anak. Kegiatan mengobservasi, membuat keputusan dan
mengambil tindakan merupakan rangkaian kegiatan yang akan terjadi berulang-ulang dalam
satu hari.

Gambar 7. Observasi. Mengobservasi pekerjaan anak serta bagaimana ia melakukannya,


akan memberikan informasi yang berharga

Sebuah Catatan Kecil

Anda tentunya pernah menunjuk seseorang dengan jari-jari anda. Pernahkan anda sadari bahwa ketika
anda menunjuk orang lain, setidaknya ada tiga jari yang menunjuk pada anda sendiri? Keadaan ini sama seperti
saat kita mengobservasi perkembangan anak. Bila kita adalah seorang observer yang baik maka kita akan
mengamati perkembangan,perilaku dan kemampuan yang dimiliki anak. Tentunya ada anak yang memiliki
perkembangan, perilaku dan kemampuan sebagaimana yang kita harapkan, sedangkan ada juga beberapa anak
yang tidak demikian.

Yang selalu menjadi masalah tentunya adalah anak yang tidak berkembang sesuai dengan harapan,
misalnya saja anak lambat menyesuaikan diri di kelas atau tidak bisa menguasai keterampilan atau materi
tertentu. Bila kita buru-buru menyimpulkan bahwa anak bermasalah atau memiliki kemampuan rendah, maka
ada baiknya kita mengevaluasi pendekatan yang kita lakukan pada anak, metode mengajar maupun media yang
kita gunakan selama ini. Karena bagaimanapun ketika kita menunjuk pada anak, setidaknya ada tiga jari yang
menunjuk ke arah kita.
Tipe-tipe Pencatatan Hasil Observasi

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 61


Setiap orang pada setiap saat selalu memunculkan perilaku tertentu. Perilaku inilah
yang dapat diobservasi oleh siapa saja. Perilaku anak merupakan hasil dari interaksinya
dengan faktor-faktor lain atau orang lain yang ada dalam lingkungan anak. Pemahaman
mengenai perilaku anak dan hal-hal yang mendasari munculnya perilaku tersebut sangat
dibutuhkan bila guru ingin mengobservasi anak. Selain itu observer juga harus
memperhitungkan tujuan melakukan observasi, lamanya waktu untuk mempelajari anak, serta
cara pencatatan hasil observasi. Tipe-tipe pencatatan observasi yang digunakan dalam
asesmen perkembangan anak usia dini adalah pencatatan anekdot (anecdotal records),
pencatatan berjalan (running records), pencatatan spesimen (specimen records), sampel waktu
(time sampling), sampel kejadian (event sampling), ceklis (check list), dan skala bertingkat
(rating scales).

1. CATATAN ANEKDOT
Selama pembelajaran berlangsung, selalu terjadi berbagai peristiwa yang perlu dicatat
persis seperti bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Catatan tersebut membuat pembacanya
melihat, mendengar, dan merasakan peristiwa tersebut seakan-akan secara langsung. Catatan
itu meliputi kejadian aktual dari peristiwa baik yang sifatnya biasa ataupun yang di luar
kebiasaan, serta sebaiknya dicatat secara keseluruhan. Metode pencatatan ini dikenal dengan
catatan anekdot.
Catatan anekdot merupakan deskripsi tertulis mengenai perilaku anak yang didalamnya
terdapat data obyektif mengenai apa, bila dan di mana sebuah kejadian terjadi (Wortham,
2004:97). Catatan ini dapat digunakan untuk memahami beberapa aspek perilaku. Orang tua
dan guru bisa menggunakan catatan anekdot untuk melihat tahap-tahap perkembangan anak
guna menjelaskan perilaku yang tidak biasa. Di samping narasi yang bersifat obyektif, dapat
ditambahkan keterangan ataupun penjelasan dari kejadian yang dicatat.
Adapun lima karakterisik catatan anekdot menurut Goodwin & Driscoll, 1980 (Wortham,
2004:97) adalah:
1. Catatan anekdot merupakan hasil dari observasi/pengamatan langsung
2. Catatan anekdot sesuai dengan kejadian, akurat, dan merupakan data khusus mengenai
suatu kejadian
3. Catatan anekdot meliputi konteks perilaku
4. Interpretasi dari kejadian dicatat terpisah dengan kejadian tersebut
5. Catatan anekdot terpusat pada perilaku yang umum atau yang tidak biasa dilakukan oleh
anak

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 62


Penggunaan Catatan Anekdot
Sebagai metode pencatatan yang paling faktual, catatan anekdot dapat digunakan
untuk:

 Merekam peristiwa yang mengindikasikan perkembangan anak pada aspek tertentu


 Merekam peristiwa yang lucu dan menyenangkan untuk dibagi dengan keluarga anak
 Merekam rincian peristiwa yang tidak biasa pada anak untuk dilakukan refleksi dan
pemahaman lebih dalam
 Memberi contoh/sampel mengenai perilaku umum anak

Pada sebuah catatan anekdot terdapat data mengenai kapan, di mana, siapa dan apa dari
peristiwa yang dicatat. Sedangkan catatan tentang ―mengapa‖ tidak dicantumkan dalam
pencatatan. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil observasi dari peristiwa tersebut ditulis
terpisah. Misalnya saja ketika anak menangis kita mengambil kesimpulan bahwa anak sedih.
Namun kesimpulan ini tetap memiliki dua kemungkinan, tepat atau tidak tepat.

Kelebihan Menggunakan Catatan Anekdot

 Tidak membutuhkan format khusus


 Menyediakan data berupa fakta dan rincian bagi tiap pembaca untuk menyimpulkannya
 Memberikan data yang kontekstual dan singkat mengenai kejadian
 Membuat pembaca merasa ―ada‖ pada saat kejadian
 Memisahkan antara penilaian atau kesimpulan dengan hasil pencatatan observasi
 Dapat digunakan untuk mencatat/merekam semua aspek perkembangan
 Penting untuk digunakan dalam menggambarkan kejadian sebenarnya bagi kepentingan
yang bersifat khusus, seperti perkembangan bahasa atau mengungkapkan
pelecehan/kekerasan pada anak

Kekurangan Menggunakan Catatan Anekdot

 Harus mengamati anak terus menerus untuk memperoleh semua rincian peristiwa, apa
yang dikatakan anak, gerak tubuh
 Mengalihkan perhatian dari berinteraksi dengan anak-anak
 Hanya terfokus pada perilaku yang terjadi dalam beberapa menit

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 63


 Hanya terfokus pada satu atau dua anak dalam satu waktu

Untuk memperkuat pemahaman anda berikut ini diberikan contoh pencatatan anekdot
Gambar 8. Pencatatan Anekdot
Nama Anak: Shazia
Umur: 4 tahun
Lokasi: PAUD Gembira
Observer: Rahma
Aspek Perkembangan yang Diamati: Sosial Emosional
Kejadian Catatan/Komentar
Shazia baru siap memakai pakaian sehabis 1. Shazia mau menolong teman
membersihkan badan karena baru saja 2. Perlu terapi bicara buat Nadya
selesai kegiatan berenang. Ia berdiri dekat
3. Menempatkan Shazia dan Nadya
dengan Nadya dan memperhatikan Nadya Pengemba
kesulitan memasang resleting roknya. Nadya di meja yang sama ketika makan
ngan sosial
meringis dan mengatakan ―Tutah, kelas!‖ 4. Menyediakan pakaian dengan
Shazia lalu mendekati Nadya dan menarikkan Kurikulum
resleting di area bermain peran
resleting roknya, Ia harus mengulangi
beberapa kali dan akhirnya berhasil
memasangkan resleting rok Nadya. Lalu
Nadya tersenyum dan berkata ―Acih..‖ Shazia:
―Sama-sama Nadya‖.

2. CATATAN BERJALAN

Catatan berjalan atau running records adalah metode pencatatan berupa narasi yang
lebih terperinci mengenai perilaku anak yang dilengkapi dengan tahap-tahap kejadian
(Wortham, 2004: 98). Catatan berjalan meliputi segala sesuatu yang muncul dalam suatu
periode waktu, di mana semua perilaku yang muncul diamati-tidak hanya kejadian tertentu saja
seperti yang dilakukan pada pencatatan anekdot.
Dalam catatan berjalan, semua yang terjadi atau yang dikatakan anak selama periode
pengamatan akan dicatat. Lamanya periode waktu pengamatan ini berkisar dari beberapa menit
hingga beberapa minggu atau beberapa bulan. Observer memberikan analisa atau komentar
akan perilaku anak setelah mempelajari hasil pencatatan. Melalui catatan berjalan ini orang
yang membaca akan mendapat gambaran mengenai kejadian yang diamati.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 64


Kegunaan Catatan Berjalan

 Mencatat/merekam bagian-bagian perilaku yang muncul dalm periode waktu tertentu


secara terperinci
 Fokusnya adalah pada individu anak untuk menunjukkan suasana natural/alami sebagai
bagian dari kegiatan harian
 Dapat dianalisa untuk mengevaluasi berbagai aspek perkembangan: fisik, sosial,
emosional, bahasa, konsep diri, rentang perhatian, problem solving, daya ingat, cara
belajar
 Evaluasi dokumen untuk mempelajari aspek perkembangan anak
 Dapat difokuskan pada pusat pembelajaran tertentu untuk melihat apa perilaku yang
umumnya muncul di situ

Keuntungan

 Memberi gambaran apa adanya/natural mengenai apa yang terjadi dalam pembelajaran
secara terperinci
 Mencakup berbagai aspek perkembangan dalam satu pencatatan
 Dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan area atau pusat pembelajaran

Kerugian

 Membuat anak merasa diawasi sehingga anak bisa menjadi tidak nyaman, mengubah
perilaku yang dapat berakibat terganggunya suasana natural
 Bisa jadi perilaku yang umumnya terjadi tidak muncul selama periode waktu yang
ditentukan
 Membuat guru/observer tidak mampu mengamati apa yang terjadi di area kelas yang lain
karena perhatian terfokus pada pencatatan
 Membuat observer lelah karena harus mengobservasi secara intens

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 65


Gambar 9. Catatan Berjalan
Nama Anak: Faiz
Umur: 4 tahun
Lokasi: TK Ceria
Tanggal dan waktu: 15 September 2010 9.05-9.25
Observer: Melinda
Aspek Perkembangan yang Diobservasi: Sosial dan Kognitif
Observasi Catatan/Komentar
Faiz mendekati Hari yang sedang bermain
dengan balok dan bertanya, ―Hari, boleh Faiz berperilaku sopan pada orang lain
pinjam?‖ beberapa kali sampai akhirnya ia
mendapat jawaban. Faiz bermain dengan Faiz membantu teman-temannya untuk
balok dan ketika waktu bermain habis ia mengikuti aturan
mengajak teman-temannya untuk
membereskan mainan yang berserakan

Faiz duduk di sebelah temannya yang sedang


berbicara tentang dinosaurus. Ia
memperhatikan dan mendengarkan mereka. Faiz tertarik pada apa yang dikatakan orang
Ia belum terpengaruh oleh seorang anak yang lain
sedang menangis menjerit-jerit. Ketika ia
akhirnya memperhatikan anak yang menjerit Faiz mencoba memahami perilaku
tersebut, ia mengatakan pada teman yang temannya
duduk di sebelahnya bahwa anak yang
menjerit itu marah karena ditinggal ibunya
pulang ke rumah.

3. SAMPEL WAKTU

Sampel waktu bertujuan untuk mencatat frekuensi munculnya perilaku pada periode
waktu yang telah ditentukan. Observer menentukan kapan perilaku akan mulai diamati, berapa
lama akan diamati, dan bagaimana perilaku tersebut akan dicatat. Selanjutnya observer
mengamati perilaku dan mencatat berapa kali kemunculannya selama waktu yang telah
ditentukan. Perilaku lain yang muncul selama observasi berlangsung akan diabaikan. Setelah
beberapa sampel diambil dan dilengkapi maka data yang ada dipelajari untuk memperkirakan
kapan dan mengapa perilaku muncul. Selanjutnya observer dapat menggunakan informasi
tersebut untuk membantu anak mengubah perilaku yang tidak diinginkan.
Sampel waktu ini dapat digunakan pada anak usia dini karena sebagian besar perilaku
mereka dapat jelas diamati. Dengan menggunakan sampel waktu maka observer memperoleh
informasi komprehensif mengenai perilaku. Yang dapat mempengaruhi perilaku target adalah

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 66


lama rentang waktu observasi, kedekatan anak anak observer, situasi sewaktu observasi, dan
jumlah anak yang akan diobservasi (Webb dkk dalam Wortham, 2004: 103).
Sampel waktu digunakan oleh guru bila anak berperilaku tidak biasa di sekolah,
misalnya anak yang berperilaku agresif terhadap anak lain dan tidak bersedia mengikuti
kegiatan rutin di kelas. Sampel waktu digunakan selama periode waktu tertentu selama jam
pelajaran anak di sekolah sewaktu perilaku yang tidak diiinginkan muncul. Setelah mempelajari
hasil dari sampel waktu ini maka guru dapat menentukan cara untuk memodifikasi perilaku yang
tidak diinginkan tersebut.

Gambar 10. Sampel Waktu


Nama Anak: Talita
Umur: 4 tahun
Lokasi: TK Matahari
Tanggal dan Waktu: 5 Maret 20xx 7.25-7.40
Observer: Yanti
Aspek Perkembangan yang Diamati: Talita kesulitan bersosialisasi
Kejadian Waktu Catatan/Komentar
Masuk kelas-menangis ketika 7.25 Talita memiliki kecemasan berpisah
ditinggalkan ibu dengan ibu

Berbaris-baris paling belakang, 7.30 Talita cenderung menarik diri dan tidak
tidak berpasangan dengan nyaman berada dalam kelompok
anak lain
7.40 Kesulitan berinteraksi dengan orang lain
Area seni: duduk sendirian, dan tidak dapat memulai percakapan
sementara teman lain
bercakap-cakap. Setelah Nita
bertanya tentang alat music
apa yang ia sukai, barulah Menempatkan Nita dan Talita pada area
Talita mau berbicara meskipun bermain yang sama
hanya menjawab singkat.

4. SAMPEL KEJADIAN

Selain sampel waktu, digunakan pula sampel kejadian bila perilaku mumcul pada
kondisi/kejadian tertentu. Apabila perilaku muncul pada waktu yang tidak bisa ditentukan atau
tidak teratur, maka dianjurkan menggunakan sampel kejadian. Observer memperkirakan kapan
biasanya perilaku akan muncul dan menunggunya.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 67


Gambar 11. Sampel Kejadian:
Nama Anak: Ryan
Umur: 4 tahun
Lokasi: TK Galileo
Tanggal dan Waktu: 21 Oktober 20xx 8.30-9.30
Observer: Rana
Aspek Perkembangan yang Diamati: Sosial Emosional
Ryan berulang kali memukul anak lain
Waktu Kejadian Awal Perilaku Akibat Kejadian
8.40 Ryan dan Siska sedang Ryan memukul Siska Siska mengadu pada guru
makan biscuit lalu Siska
mengambil biscuit Ryan

9.10 Dito melihat-lihat buku di Ryan memukul Dito Dito balas memukul dan
area baca. Ryan mau mengambil buku kembali. Ryan
meminjam buku itu, Dito mengambil buku lain dan
menolak duduk.

5. CHECKLIST

Checklist merupakan daftar perilaku yang diatur dalam sistem kategori. Observer dapat
menggunakan checklist untuk menentukan apakah anak memperlihatkan perilaku tertentu atau
keterampilan tertentu. Checklist berguna bila ada banyak perilaku yang akan diamati. Di
samping itu penggunaannya juga cepat, mudah dan adil bagi anak (Wortham, 2004:105)
Nilsen menyatakan bahwa checklist adalah daftar kriteria yang digunakan untuk
membuat keputusan dengan jawaban ya atau tidak (2004: 72). Sedangkan Bentzen (2005)
berpendapat bahwa check list merupakan metode tertutup karena tidak mengandung data atau
bukti, yang ada hanya penilaian/keputusan yang diberikan observer terhadap kriteria yang ada.
Checklist bersifat selektif, artinya hanya memberikan observer kesempatan untuk memberi
penilaian sesuai dengan kriteria yang ada. Bukan berarti checklist tidak akurat, tapi orang yang
membaca tidak memiliki data mentah atau penjelasan yang lebih detil untuk mengecek
penilaian observer.
Checklist perkembangan anak yang valid adalah yang merekam pencapaian dari
perkembangan penting anak dalam pengetahuan, perilaku dan keterampilan. Semua checklist
tergantung pada pengetahuan observer terhadap kriteria dan kemampuannya dalam menilai
kriteria tersebut secara akurat. Adapun kriteria penilaian haruslah dapat diamati secara jelas,
sehingga dapat meminimalisasikan subyektifitas.
Langkah-langkah dalam Merancang Checklist

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 68


Dalam merancang checklist perkembangan, maka ada empat langkah dasar yang perlu
dilakukan, yaitu: (1) mengidentifikasi keterampilan yang akan ditampilkan dalam daftar
checklist. Untuk ini guru perlu mempelajari dulu jenis keterampilan atau tujuan pembuatan
checklist dengan menggunakan norma perkembangan tiap usia atau tujuan pembelajaran lalu
guru memutuskan bagaimana mengadaptasikannya sesuai kebutuhan di kelas/sekolah. (2)
Memisahkan daftar perilaku yang menjadi target asesmen. Apabila perilaku atau item akan
dimasukkan ke dalam tujuan asesmen maka perilaku yang menjadi target haruslah dipisahkan
sehingga akan dapat dicatat secara terpisah. Contohnya ketika guru ingin mengenai
pemahaman anak mengenai konsep warna. Maka daftar checklist dibuat untuk mengidentifikasi
pengetahuan anak mengenai warna dasar: merah, kuning, biru,putih, hitam. Guru akan
memperoleh informasi siapa saja anak yang sudah memahami konsep warna dan anak mana
yang belum. Oleh karena itu informasi tersebut dapat dicatat pada pemahaman konsep tiap
warna. (3) Pengaturan urutan checklist. Item checklist harus diatur dari yang paling
mudah ke yang lebih sulit. Bila checklist diurutkan dengan benar maka letak kesulitan yang
dimiliki anak akan tergambar dengan jelas. Contohnya dalam kemampuan metematika,
checklist harus disusun mulai dari kemampuan menyebutkan angka 1 hingga 10, baru
kemudian meningkat pada kemampuan menyebut angka 1 hingga 20. (4) Pencatatan. Sistem
pencatatan harus diperhatikan agar dapat menggambarkan kemampuan atau perkembangan
anak dengan tepat. Dua tipe indikator yang biasa digunakan adalah Ya/Tidak atau
Teramati/Tidak teramati. Hal lain adalah perlunya mencantumkan tanggal saat suatu konsep
diperkenalkan pada anak dan tanggal ketika konsep tersebut sudah dikuasai oleh anak.

Kegunaan Checklist:

 Merekam muncul atau tidak munculnya kriteria tertentu


 Menunjukkan tahap-tahap kemajuan perkembangan
 Mengukur kemajuan
 Dapat digunakan untuk mengenali keterlambatan perkembangan
 Dapat digunakan sebagai alat perencanaan kurikulum

Jenis Informasi yang Direkam/Dicatat dengan Menggunakan Checklist:

 Keterampilan merawat/mengurus diri sendir


 Perkembangan fisik motorik
 Tahap-tahap perkembangan sosial

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 69


 Tahap-tahap perkembangan emosional
 Tahap-tahap perkembangan bahasa
 Tahap-tahap perkembangan kognitif
 Kriteria khusus seperti pengenalan warna, bentuk, angka
 Dan sebagainya.

Keuntungan Menggunakan Checklist

 Relatif mudah digunakan


 Fleksibel dan dapat digunakan dengan berbagai strategi asesmen
 Efisien dari segi waktu dan tenaga
 Komprehensif (satu checklist dapat merangkum berbagai aspek perkembangan
 Mendokumentasikan perkembangan
 Dokumentasi individual bagi tiap anak
 Memberi gambaran yang jelas bagi kelanjutan perkembangan

Kerugian Menggunakan Checklist

 Kehilangan detil peristiwa


 Dapat menimbulkan kerancuan bagi observer
 Bila terlalu banyak item yang harus dicek, maka banyak pula waktu terpakai

Gambar 12. Penggunaan Checklist untuk Melihat Perkembangan Fisik-Motorik Anak


0-12 Bulan
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Melihat sekeliling (2 bl)
Tertawa (3-5 bl)
Mengendalikan gerakan kepala (sekitar 4 bl)
Mengenali tangan/kaki dan memainkannya (3-5 bl)
Berguling (4-6 bl)
Duduk tanpa dipegang (6-8 bl)
Memegang botol susu (6-8 bl)
Merangkak (6-8 bl)
Berjalan dengan ditatah
Meniru mimik orang dewasa
Meraih, menggenggam

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 70


Memasukkan benda ke mulut
Menjimpit (mengambil benda dg ibu jari dan telunjuk)
Mengambil mainan yang jatuh
Tumbuh gigi (6-12 bl)
12-24 Bulan
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Pertambahan gigi
Merangkak dengan mantap, berdiri sendiri
Berjalan tanpa dibantu
Mendorong dan menarik mainan
Duduk di kursi
Bergoyang mengikuti irama
Melempar, menendang bola
Merangkak mundur menuruni tangga
Menyusun balok
Menggunakan sendok, mengunyah makanan
Membalik halaman buku
Melompat naik dan turun
Memegang gelas
Membuka pintu dan lemari
Mencoret kertas, mewarnai dengan seluruh tangan
24-36 Bulan
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Menggunakan sendok tanpa tumpah
Membuka pintu
Membasuh dan mengeringkan tangan
Mulai dapat memotong dengan pisau
Menggunakan satu tangan dengan konsisten
Berlari maju, melompat di tempat, memanjat
Berdiri sebelah kaki
Berjalan jinjit
Menendang bola ke depan
Mengendarai sepeda roda tiga
Mengikuti irama music
3 Tahun
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Membuat lingkaran
Memainkan clay/plastisin,puzzle, gunting
Membangun
Berjalan pada garis
Melompat/memiliki keseimbangan berdiri sebelah kaki
Mengendalikan dan mengayuh sepeda roda tiga
Melempar bola kepada orang lain
Melompat dengan kedua kaki
Mulai bisa menggunakan resleting, mengancing baju

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 71


4 Tahun
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Menggambar, mewarnai, menggunakan gunting
Memasang dan melepaskan baju sendiri
Menaiki dan menuruni tangga sendiri
Mulai mandiri di kamar mandi
Menendang, melempar, melambungkan dan menangkap bola
Berlari, melompat satu kaki, melompat, melangkah
Mengembangkan koordinasi tangan-mata
5 Tahun
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Mengurus kebutuhannya sendiri (mengikat tali sepatu,dll)
Mengkoordinasikan bagian tubuh (bersepeda, renang, dll)
Memotong dengan rapi
Menggunakan pensil dan gunting dengan benar
Gerakan menjadi lebih halus
Berjalan mundur
Melompat berganti kaki
Menggunakan lem dengan tepat dan mudah
6-8 Tahun
Perkembangan Fisik-Motorik Teramati Tidak
Teramati
Pertumbuhan badan melambat, perkembangan lebih pesat
Menyukai olahraga berkelompok
Menguasai kegiatan bersepeda, renang, dll
Menulis huruf dan angka dengan baik
Gigi copot
Tubuh berkembang lebih proporsional
Kesulitan visual/melihat mulai muncul
Memperlihatkan koordinasi kemampuan motorik kasar-halus
Menggambar manusia dengan pakaian dan bagian tubuh
Developmental Checklist,0 to 8 years Olds (Courtesy of Gober, S.Y.2002. Six Simple Ways to
Asses Young Children) Nielsen, 2004:75-76

Gambar 13.CONTOH LEMBAR ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI


METODE CHECKLIST

Kelas :A
Nama Anak :
Usia :
Tanggal/Waktu :
Observer :
Aspek yang Diamati : Perkembangan Bahasa

No Kemampuan BSH MM BM
1 Mampu berkomunikasi/berbicara secara lisan dengan lancar
dan lafal yang benar

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 72


2 Mampu menyebutkan nama-nama binatang dengan lafal yang
benar
3 Mampu menirukan suara binatang dengan tepat

4 Mampu mengungkapkan pendapat dalam kelompok atau


ketika bersama dengan teman
5 Mampu menceritakan isi gambar binatang peliharaan yang
dibuat guru dengan urutan dan bahasa yang jelas

Keterangan:

BSH : Berkembang sesuai harapan


MM : Mulai muncul
BM : Belum muncul

6. SKALA BERTINGKAT
Menurut Wortham (2005:133) penggunaan skala bertingkat atau rating scales hampir
sama dengan penggunaan checklist. Adapun perbedaannya adalah bila checklist digunakan
untuk mengindikasikan apakah suatu perilaku muncul atau tidak, maka skala bertingkat
memberikan evaluasi yang bersifat kualitatif mengenai wilayah atau range munculnya suatu
perilaku. Pada skala bertingkat terdapat seperangkat kriteria kualitas yang akan dinilai melalui
prosedur yang sistematis. Ahli lain yaitu Nilsen (2004, 216) menyatakan bahwa skala bertingkat
adalah daftar deskripsi yang bersifat khusus, tercantum pada garis horizontal yang dimulai dari
yang paling kurang hingga yang paling lebih, dari yang sederhana hingga yang kompleks, dari
yang lebih dulu berkembang hingga yang berkembang belakangan.
Tipe skala bertingkat yang paling sering digunakan adalah skala bertingkat numerikal dan
grafis.

Tipe-tipe Skala Bertingkat

A. Skala Bertingkat Numerikal


Skala bertingkat numerikal adalah tipe yang paling mudah digunakan. Penggunanya
tinggal menandai angka yang mengindikasikan tingkatan di mana karakteristik tertentu teramati.
Tingkatan/urutannya tertulis dalam katergori yang bersifat deskriptif. Contoh sistem numerik
yang biasa digunakan adalah:
1—tidak memuaskan
2—kurang memuaskan
3—rata-rata
| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 73
4—di atas rata-rata
5—memuaskan

B. Skala Bertingkat Grafis


Pada skala bertingkat grafis terdapat seperangkat kategori di beberapa titik di bawah
suatu pernyataan. Selain itu pada skala bertingkat grafis penggunanya (guru) mendapatkan
gambaran secara visual penilaian yang akan diberikan. Adapun deskripsi yang umumnya
digunakan pada skala bertingkat grafis ini adalah:

Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu

Contoh penggunaan skala bertingkat grafis untuk melihat kemampuan sosialisasi anak:

1. Anak menangis ketika berpisah dengan orang tua di sekolah


Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu
2. Anak menyapa teman dan guru ketika memasuki kelas
Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu

Oleh karena penggunaannya jelas dan mudah, serta deskripsi perilaku juga lebih
tergambar dengan jelas maka penilaian dengan skala bertingkat grafis ini dapat lebih objektif.

Keuntungan Menggunakan Skala Bertingkat:

 Cepat dan mudah (penggunanya membaca, memutuskan, lalu melingkari atau men-
checklist pilihannya)
 Efisien bila digunakan untuk mengukur banyak kriteria dengan cepat
 Berguna untuk mengetahui tahap kemajuan atau sebagai peringatan adanya
keterlambatan perkembangan
 Lebih mudah dalam merancangnya

Kerugian Menggunakan Skala Bertingkat

 Bersifat subyektif sehingga dapat menimbulkan error dan bias

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 74


 Penggunanya dapat memiliki interpretasi yang berbeda, misalnya: kadang-kadang atau
jarang sulit dibedakan
 Hanya sedikit memuat penyebab perilaku karena tidak dilengkapi dengan data mentah
 Tidak dapat digunakan untuk mencatat perilaku yang bersifat spontan atau percakapan

RANGKUMAN

 Komponen sistem asesmen terdiri dari tes standar dan strategi asesmen informal. Tes
standar adalah instrumen tes yang bersifat formal oleh karena telah distandarisasikan.
Contohnya adalah alat ukur psikologi yang biasa digunakan untuk mengukur bakat,
minat, integensi, sikap, dan sebagainya. Sedangkan Asesmen informal merupakan
strategi asesmen yang dibuat oleh guru untuk mendapatkan informasi spesifik mengenai
pengetahuan dan kemampuan anak dalam menguasai tujuan instruksional pembelajaran.
Asesmen informal ini dapat digunakan untuk tujuan evaluasi penempatan, evaluasi
diagnostik dan perencanaan instruksional, serta evaluasi sumatif dan formatif.
 Observasi merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran dan
perkembangan anak usia dini. Menurut Cartwright (1984:3) observasi merupakan proses
pengamatan dan pencatatan perilaku secara sistematis untuk tujuan pembuatan instruksi,
manajemen, dan layanan bagi anak lainnya.
 Tipe-tipe observasi yang digunakan dalam asesmen perkembangan anak usia dini adalah
pencatatan anekdot (anecdotal records), pencatatan berjalan (running records),
pencatatan specimen (specimen records), sampel waktu (time sampling), sampel kejadian
(event sampling), ceklis (check list), dan skala bertingkat (rating scales).
 Tiap-tiap Tipe pencatatan berdasarkan observasi di atas memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing sehingga sebaiknya digunakan lebih dari satu tipe
pencatatan guna memperoleh hasil asesmen yang baik.

C.TUGAS

Silahkan anda simak dan cermati wacana berikut ini untuk bisa menjawab pertanyaan yang
akan diberikan:
Reza (5 th) suka mengganggu bahkan menantang teman-temannya untuk berkelahi. Meskipun biasanya yang ia
ganggu adalah teman-teman sekelasnya, tapi tak jarang Bu Sheila guru kelasnya mendapatkan keluhan dari guru-guru kelas
lain. Bu Sheila lalu memutuskan untuk mengobservasi seberapa sering Reza memperlihatkan perilaku tersebut. Maka
keesokan harinya sambil mengawasi anak-anak di waktu istirahat Bu Sheila mencatat seberapa sering Reza mengganggu
anak lain. Tiap kali Reza bersikap agresif dan mengganggu, maka ia mencatat waktunya dan bentuk perilaku yang teramati.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 75


Setelah istirahat berakhir, Bu Sheila mengevaluasi berapa kali perilaku mengganggu Reza muncul dan menemukan bahwa
Reza mengganggu anak lain tiap lima menit selama waktu bermain tadi. Observasi dan asesmen terhadap perilaku ini
diteruskan selama seminggu hingga akhirnya Bu Sheila dan rekan-rekan guru yang lain memperoleh data bahwa Reza
memperlihatkan perilaku mengganggu secara teratur. Maka mereka bersama merencanakan intervensi untuk membantu
Reza agar dapat memperbaiki perilakunya menjadi perilaku yang lebih dapat diterima. Selama ini Bu Sheila tahu bahwa Reza
sering membuat teman-temannya takut atau sedih, namun stelah melakukan observasi barulah ia sadar bahwa masalah
Reza sudah begitu serius.

Pertanyaan:

1. Menurut anda bagaimanakah peran observasi pada wacana di atas? Uraikanlah pendapat
anda
2. Apakah tipe pencatatan berdasarkan observasi yang digunakan guru pada kasus Reza?
Uraikan kegunaan dan caranya
3. Apa manfaat asesmen bagi perkembangan dan pembelajaran anak?

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 76


BAB VI

STRATEGI ASESMEN BERBASIS KINERJA

PENGANTAR
Bila sebelumnya pembahasan terfokus pada strategi asesmen informal berdasarkan
observasi, maka kali ini yang akan dibahas adalah strategi asesmen informal berdasarkan
kinerja anak. Adapun yang akan dilihat dari asesmen ini bukan hanya hasil kinerja anak tetapi
juga proses bagaimana anak bisa menampilkan pengetahuan maupun suatu karya yang sesuai
dengan kurikulum.

URAIAN MATERI

A.ASESMEN KINERJA

Asesmen kinerja ini bukan sekedar mengukur apa yang dilakukan oleh anak, tapi juga
mengukur apa yang diketahui oleh anak (Herman dkk dalam Wortham, 2005: 181). Asesmen
kinerja meliputi penyelesaian suatu tugas dalam konteks yang sebenarnya. Istilah lain yang
diberikan pada asesmen ini adalah asesmen otentik atau asesmen kinerja otentik. Hal yang
penting adalah asesmen otentik ini harus terhubung dengan pembelajaran otentik.
Bergen (Wortham, 2005:181) menyatakan bahwa asesmen kinerja otentik harus memiliki
keterkaitan dengan dunia nyata dan menjadi aplikasi dari pembelajaran. Selanjutnya asesmen
kinerja ini mengandung kualitas sebagai berikut (1) integratif, mengukur banyak segi secara
simultan, (2) aplikatif, mengandung kompleksitas dari dunia nyata, (3) bisa bersifat individual,
tapi biasanya dilakukan ketika anak berada dalam kelompok, dan biasanya kinerja/tampilan tiap
anggota kelompok penting artinya bagi keberhasilan individu maupun kelompok tersebut.
Asesmen kinerja disebut pula asesmen otentik yang berarti mengevaluasi pertumbuhan
anak melalui aktivitasnya sehari-hari, tidak menggunakan sesuatu yang bukan menjadi bagian
dari rutinitas anak, seperti contohnya tes standar. Guru memilih asesmen otentik karena guru
yakin bahwa melalui pengalaman dan kegiatan anak sehari-harilah akan terlihat secara akurat
apa yang anak pelajari dan kemajuan apa yang telah mereka capai.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 77


A. Tujuan Melakukan Asesmen Kinerja
1. Sebagai alat yang tepat untuk mengevaluasi kemajuan perkembangan. Hal ini
dikarenakan asesmen kinerja memang dirancang untuk mengukur kinerja anak dalam
tugas atau aktifitas yang nyata atau yang dirancang sesuai dengan pembelajaran yang
diinginkan, sehingga observasi akan kinerja anak berhubungan langsung dengan
perkembangan dan prestasi anak
2. Asesmen kinerja berhubungan dengan instruksi pembelajaran. Sewaktu menggunakan
asesmen kinerja, guru perlu mengetahui bagaimana cara merancang perangkat asesmen
yang tepat, bagaimana menginterpretasikan hasil asesmen untuk memahami
perkembangan anak dan merencanakan pembelajaran selanjutnya, dan
menginterpretasikan hasil asesmen kinerja pada orang tua.
3. Asesmen kinerja digunakan untuk mengevaluasi apakah program sekolah sesuai dengan
kebutuhan anak. Perangkat asesmen kinerja yang baik dapat membantu memperjelas
tujuan program pra sekolah agar dapat menyediakan kurikulum yang berkembang.

B. Tipe-Tipe Asesmen Berbasis Kinerja

Berbagai strategi dapat digunakan dalam melakukan asesmen berbasis kinerja. Adapun
strategi asesmen yang tepat bagi anak usia dini adalah interview, penugasan langsung,
permainan, contoh kerja, proyek, dan portofolio. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai
strategi-strategi asesmen tersebut:

1. Interview
Interview atau wawancara ini dilakukan guru untuk mengetahui pemahaman anak akan
konsep. Strategi ini paling tepat digunakan pada anak yang kemampuan berbahasanya baru
berkembang dan belum mampu mengungkapkan diri melalui kegiatan yang menggunakan
pensil dan kertas. Interview dapat dikategorikan tidak terstruktur, terstruktur dan diagnostik.
Interview tidak terstruktur adalah interview yang dilakukan ketika anak sedang bermain,
bekerja di area, atau selama anak terlibat dalam kegiatan kelas. Guru harus peka bilamana saat
yang tepat untuk mendekati anak dan menginterview anak melalui pertanyaan-pertanyaan.
Interview terstruktur adalah interview yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh guru dan
dilakukan untuk memperoleh pemahaman khusus tentang anak. Contohnya bila guru ingin
mengetahui apakah anak sudah memahami jalannya sebuah cerita. Setelah membacakan
cerita pada anak, guru lalu memberi pertanyaan untuk mengetahui pemahaman anak akan

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 78


cerita tersebut. Sedangkan interview diagnostik dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
kebutuhan instruksional anak dalam pembelajaran. Adapun pelaksanaan interview dapat
bersifat informal atau terstruktur. Tujuan guru memberi anak pertanyaan lebih untuk mengetahui
bantuan apa yang dibutuhkan anak dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru menemukan
bahwa anak bingung atau membuat kesalahan, maka interview diagnostik inilah yang
membantu mengungkapkan kesulitan yang dimiliki anak dalam memahami konsep atau
keterampilan tertentu.

Bila guru akan melakukan interview pada anak usia dini maka haruslah singkat, hanya
berkisar 10 menit. Hal ini berkaitan dengan rentang konsentrasi anak yang masih pendek dan
gampang teralihkan.

2. Penugasan
Penugasan bagi anak usia dini ini kurang lebih sama dengan interview hanya saja anak
diminta untuk melakukan tugas tertentu guna memperoleh informasi mengenai pemahaman
anak. Contohnya pada anak prasekolah diminta untuk menggunakan obyek konkrit seperti
pensil atau buah-buahan untuk memecahkan persoalan matematis.

3. Permainan
Permainan dapat digunakan untuk memahami kemajuan pemahaman konsep dan
keterampilan tertentu pada anak. Selama anak bermain guru dapat mengobservasi kemampuan
anak, bukan hanya perseorangan tapi permainan dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
semua anak dapat teramati secara sistematis. Melalui permainan guru juga dapat mengamati
proses yang digunakan anak dalam memecahkan persoalan. Keuntungan lain adalah
permainan ini merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak sehingga kondisi dan
kemampuan anak yang sesungguhnya dapat teramati baik ketika ia bermain sendiri maupun
ketika sedang berada dalam kelompok.

4. Contoh Kerja
Guru dan anak didik secara bersama-sama berpartisipasi dalam menggunakan contoh
kerja pada asesmen kinerja. Contoh kerja adalah semua jenis hasil pekerjaan anak yang dapat
memperlihatkan kemajuan perkembangan atau pencapaian anak. Bagi anak usia prasekolah,
contoh kerja dapat berupa model/bentuk dari plastisin atau clay berupa binatang yang
memperlihatkan pemahaman anak akan pembelajaran bertema binatang. Contoh lain seperti

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 79


gambar atau lukisan, tulisan atau ketika anak menceritakan kembali jalan cerita dari sebuah
buku.

5. Proyek
Proyek adalah aktifitas yang dilakukan anak didik atau kelompok anak didik yang jangka
waktunya lebih lama dari aktifitas di kelas. Proyek bisa merupakan bagian dari unit
pembelajaran atau bagian dari tema yang dipelajari di kelas. Misalnya ketika mempelajari alam
semesta, anak bisa membuat proyek tentang daun-daun tumbuhan. Anak bersama-sama
mengumpulkan berbagai macam daun yang ada, mengeringkannya lalu menempelkan daun
kering tersebut pada buku. Lalu guru membantu memberi keterangan seperti nama daun pada
buku tersebut. Ketika sudah terkumpul, buku tentang daun ini menjadi hasil proyek yang akan
dievaluasi.
Bentuk asesmen otentik lain yang akan dibahas berikut adalah portofolio yang dibahas
secara khusus oleh Gronlund & Engel dalam bukunya Focused Portofolio (2001).

6. Portofolio
Portofolio adalah salah satu metode asesmen otentik yang paling banyak digunakan pada
tahun 1990-an. Portofolio merupakan proses atau metode dimana informasi akan kinerja anak
disimpan dan interpretasikan (Wortham, 2005: 188). Pengertian lain mengenai portofolio datang
dari Grondlund & Engel (2001: 1) yang menyatakan bahwa portofolio merupakan cara
mendokumentasikan perkembangan yang berlangsung pada anak. Dengan menyimpan sampel
pekerjaan anak serta menuliskan anekdot tentang interaksinya, maka guru memperoleh bukti
dari pembelajaran dan pencapaian anak.
Cara mengumpulkan dokumentasi pekerjaan anak adalah dengan (1) mengobservasi
anak secara individual atau berkelompok, (2) menulis anekdot mengenai apa yang dilihat dan
didengar oleh guru, (3) mengambil foto atau memilih contoh kerja anak, (4) Menggabungkan
anekdot dan foto atau contoh kerja dalam suatu format koleksi.

JENIS-JENIS PORTOFOLIO

1. Portofolio Kerja
Portofolio kerja digunakan untuk mengumpulkan sampel pekerjaan anak untuk evaluasi di
kemudian hari. Sampel dikumpulkan baik oleh guru maupun anak. Untuk jenis portofolio ini

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 80


belum diambil kesimpulan mana pekerjaan anak yang akan digunakan dan mana yang tidak
terpakai, sehingga hanya bersifat mengumpulkan saja.
2. Portofolio Evaluasi
Ini adalah jenis portofolio yang paling umum digunakan oleh guru. Dengan portofolio
evaluasi guru dapat melakukan asesmen mengenai perkembangan anak, baik yang bersifat
formatif maupun sumatif. Hasilnya akan digunakan untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran
anak selanjutnya, dilaporkan pada orang tua, serta untuk merencanakan kurikulum dan instruksi
pembelajaran.
3. Portofolio Pameran
Portofolio pameran digunakan untuk memamerkan pekerjaan terbaik anak. Biasanya
dilakukan secara teratur untuk memperlihatkan apa yang sudah dicapai anak kepada orang tua.
Dapat juga digunakan bila ada kunjungan dari siswa maupun guru dari sekolah lain. Apa yang
akan ditampilkan biasanya merupakan pilihan anak itu sendiri.
4. Portofolio Arsip
Bila portofolio anak pada tahun ajaran yang lalu disimpan lalu digunakan kembali oleh
guru pada tahun ajaran berikutnya sebagai bahan informasi mengenai anak, maka inilah yang
disebut dengan portofolio arsip.

Langkah-langkah Agar Berhasil Menyusun Portofolio (Buschman, dalam Wortham, 2005:


219)

1. Mulai bekerja dari yang kecil tapi berkualitas, jangan menekankan pada kuantitas
2. Gunakan foto, gambar, serta deskripsi reflektif untuk mendokumentasikan hasil karya anak
yang tidak bisa dimasukkan dalam portofolio (misalnya ukurannya terlalu besar atau 3
dimensi)
3. Pastikan tiap portofolio dilengkapi dengan daftar isi (tentunya untuk mempermudah melihat
dan memilih hasil karya anak)
4. Pastikan tanggal pengerjaan karya tersebut telah tercantum
5. Guru perlu memilih sendiri beberapa sampel hasil karya anak
6. Beri kesempatan pada orang tua untuk melihat portofolio anak mereka.

Contoh Asesmen dengan Menggunakan Portofolio


Dalam membuat portofolio anak guru bisa mengumpulkan informasi mengenai hal-hal
yang menjadi favorit anak, teman-temannya, keluarganya, serta tahap-tahap perkembangan

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 81


yang dilalui anak. Kesemuanya ini bisa didokumentasikan dalam lembaran (form) seperti berikut
ini:
Gambar 14. Portofolio-Lembar Koleksi Favorit
Lembar Koleksi Favorit

Nama Anak : Faiz Tanggal: 22 Juni 2011


Observer : Karina

Setelah mengamati anak dalam berbagai kegiatan, gambarkanlah aktifitas favorit


yang sering dilakukan anak. Berikan keterangan mengenai minat dan apa yang
menjadi pilihan anak berdasarkan pengamatan anda. Cantumkan pula foto bila ada.

Deskripsi: Faiz selalu memilih mainan kendaraan seperti mobil-mobilan dan pesawat
terbang bila sedang bermain di dalam kelas maupun di luar ruangan. Biasanya sambil
memainkan mobil-mobilan atau pesawat tersebut ia akan mengobrol dengan teman
yang ada di dekatnya mengenai mainan yang sedang ia pegang. Tidak hanya itu ia
juga menirukan bunyi kendaraan tersebut dan dapat menjawab berbagai pertanyaan
mengenainya seperti jenis mobil atau pesawat, kegunaannya, kecepatannya,
warnanya, dan sebagainya.
Aktifitas lain yang menjadi favorit Faiz adalah berenang, mewarnai gambar dan
bermain puzzle

Berikut adalah contoh lembaran untuk teman, keluarga dan tahap perkembangan anak:

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 82


Gambar 15. Portofolio-Lembar Koleksi Teman
Lembar Koleksi Teman

Nama Anak: Tanggal:


Observer :

Berdasarkan pengamatan anda, siapa sajakah yang menjadi teman anak? Apa yang
biasanya mereka lakukan bersama? Bagaimana anak mengekspresikan perasaannya
pada mereka? Cantumkan pula foto yang menggambarkan pertemanan tersebut.

Deskripsi:

2001 Gaye Gronlund and Bev Engel. May be reproduced for classroom only

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 83


Gambar 16. Portofolio-Lembar Koleksi Keluarga
Lembar Koleksi Keluarga

Nama Anak: Tanggal:


Observer :

Keluarga biasanya menceritakan apa yang dicapai oleh anak mereka di rumah.
Terutama momen khusus/spesial dengan anak mereka di kelas anda. Gunakan
lembaran ini untuk mendokumentasikan cerita yang dibagi antara keluarga anak dan
anda, atau dokumentasikan foto momen spesial antara anak dengan orang-orang
yang penting dalam hidupnya

Deskripsi:

2001 Gaye Gronlund and Bev Engel. May be reproduced for classroom only

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 84


Gambar 17. Portofolio-Lembar Koleksi Tahap Perkembangan Anak

Lembar Koleksi Tahap Perkembangan Anak

Nama Anak: Tanggal:


Observer : Usia :

Checklist area perkembangan yang akan diamati:


o Berpikir dan memecahkan masalah
o Kompetensi sosial emosional
o Perkembangan motorik kasar
o Perkembangan motorik halus
o Bahasa dan komunikasi
o Perkembangan membaca dan menulis
o Perkembangan kreativitas

Checklist hal-hal yang berkaitan dengan observasi:

o Aktifitas anak
o Aktifitas guru
o Tugas baru bagi anak
o Tugas yang sudah dikenal anak
o Dilakukan mandiri
o Dilakukan dengan bimbingan orang dewasa
o Dilakukan dengan teman
o Waktu (1-5 menit)
o Waktu (5-15 menit)
o Waktu (15 menit+)
Catatan anekdot: Catat apa yang anda lihat dan dengar dari anak

2001 Gaye Gronlund and Bev Engel. May be reproduced for classroom only

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 85


Portofolio yang sudah terkumpul dan dibukukan selain menjadi bahan evaluasi dan
dokumentasi anak juga dapat dilaporkan dan dikomunikasikan pada orang tua anak sehingga
mereka bisa mengetahui perkembangan anak, hal-hal yang disukai anak, teman-teman dekat
anak, serta bisa pula digunakan untuk mengetahui kesulitan dan hambatan yang ditemui anak
dalam pembelajaran sehingga baik guru maupun orang tua dapat bersama-sama mencari jalan
keluar agar anak dapat mengoptimalkan kemampuannya di kelas.

Kelebihan Asesmen Kinerja:

1. Dilakukan dalam konteks pembelajaran dan pengalaman belajar anak


2. Asesmen kinerja berdasarkan pada dugaan bahwa anak membangun pemahamannya
sendiri. Guru bukan mentransformasikan materi pelajaran, tapi mempersiapkan kegiatan
belajar sesuai kurikulum yang kemudian dipelajari anak secara aktif dan mandiri
3. Melalui asesmen kinerja anak didik akan dapat memperlihatkan apa yang ia mampu
lakukan, apa yang mampu ia capai.
4. Asesmen kinerja terus berlangsung karena merupakan bagian dari aktifitas
pembelajaran di kelas
5. Informasi yang diperoleh melalui asesmen kinerja sangat bermanfaat bagi orang tua
untuk memahami perkembangan dan pencapaian anaknya. Orang tua juga dapat
berpartisipasi dalam asesmen, sementara guru dapat menggunakannya untuk
mengkomunikasikan hasil pembelajaran pada orang tua.

Kekurangan Asesmen Kinerja:

1. Banyak waktu yang terpakai. Guru harus melakukan observasi, mencatat data, dan
menginterpretasikan informasi yang diperoleh untuk merencanakan pembelajaran.
2. Asesmen otentik dapat lebih rumit dibandingkan tipe asesmen yang tradisional
3. Validitas dan reliabilitas asesmen kinerja ini perlu diperhatikan
4. Orang tua umumnya terbiasa dengan strategi asesmen yang tradisional seperti tes
standar dan observasi, sehingga guru perlu menginformasikan strategi asesmen
berbasis kinerja ini sebelum mulai melakukannya pada anak didik.

RANGKUMAN

 Asesmen kinerja meliputi penyelesaian suatu tugas dalam konteks yang sebenarnya.
Istilah lain yang diberikan pada asesmen ini adalah asesmen otentik atau asesmen

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 86


kinerja otentik. Hal yang penting adalah asesmen otentik ini harus terhubung dengan
pembelajaran otentik.
 Asesmen kinerja ini mengandung kualitas sebagai berikut (1) integratif, mengukur
banyak segi secara simultan, (2) aplikatif, mengandung kompleksitas dari dunia nyata,
(3) bisa bersifat individual, tapi biasanya dilakukan ketika anak berada dalam kelompok
 Tujuan Melakukan Asesmen Kinerja: (1) Sebagai alat yang tepat untuk mengevaluasi
kemajuan perkembangan, (2) asesmen kinerja berhubungan dengan instruksi
pembelajaran (3) asesmen kinerja digunakan untuk mengevaluasi apakah program
sekolah sesuai dengan kebutuhan anak.
 Strategi asesmen berbasis kinerja yang tepat bagi anak usia dini adalah interview,
penugasan langsung, permainan, contoh kerja, proyek, dan portofolio.

C. TUGAS
1. Menurut anda apakah kelebihan dan kekurangan menggunakan asesmen berbasis
kinerja pada anak usia dini?
2. Rancanglah bentuk interview tidak terstruktur, terstruktur dan diagnostik bagi keperluan
pembelajaran anak di kelas yang anda ajar
3. Rancanglah bentuk penugasan langsung serta permainan yang akan anda berikan pada
anak didik untuk mengetahui kemampuannya pada suatu aspek perkembangan
4. Rancanglah contoh kerja dan proyek yang akan anda berikan pada anak didik untuk
mengetahui kemampuannya pada suatu aspek perkembangan
5. Gunakanlah format portofolio yang sudah tersedia untuk mengumpulkan informasi
aspek perkembangan pada anak didik anda!

TES FORMATIF
Simaklah wacana berikut ini:
Talita, guru TK ABC merancang sebuah permainan untuk mengetahui kemampuan berhitung anak didiknya di kelas.
Sebuah papan seperti permainan ular tangga dengan tulisan angka yang cukup besar disiapkan berserta dengan dua dadu
bersisi enam yang terbuat dari kain flanel. Tiap anak akan bermain secara bergantian, yang bisa menjumlahkan bulatan dari
kedua dadu dengan tepat akan dibolehkan menjalankan kubus kecil warna-warni di atas papan angka sejumlah langkah yang
ditentukan lemparan kedua dadu.
Anak-anak terlihat sangat antusias, meskipun demikian ada juga yang terlihat takut-takut dan agak cemas
menunggu gilirannya tiba. Dari permainan ini Talita jadi mengetahui berapa anak yang sudah menguasai konsep berhitung
dan berapa orang yang belum menguasainya.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 87


Pertanyaan:

1. Apakah strategi Talita untuk mengetahui kemampuan berhitung anak didiknya tersebut
dapat dikatakan sebagai asesmen kinerja? Kalau iya apa alasannya?
2. Kira-kira selain mengetahui kemampuan berhitung, aspek perkembangan apa lagi yang
dapat terungkap melalui strategi ini?
3. Menurut pendapat anda setelah mengetahui kemampuan berhitung tiap anak didiknya,
hasil asesmen ini dapat digunakan untuk apa? Berikanlah saran anda pada Talita!

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 88


BAB VII

MENGKOMUNIKASIKAN HASIL ASESMEN

PADA ORANG TUA MURID

Pengantar
Pada tiap akhir semester maupun akhir tahun ajaran, guru akan melaporkan hasil
belajar anak kepada orang tua. Hasil belajar ini pada pendidikan anak usia dini diperoleh dari
asesmen perkembangan yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan hasil asesmen pada orang tua adalah rangkaian
akhir dari proses asesmen yang telah dilakukan semenjak awal anak mulai bersekolah.
Uraian Materi

A. Hubungan Guru dan Orang Tua dalam Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini

Orang tua adalah individu yang paling berperan dalam proses asesmen perkembangan
anak. Keluarga dipandang sebagai pendidik pertama dan utama anak serta yang paling
mengetahui dengan baik keadaan anak. Guru dapat bekerja sama dengan orang tua untuk
memperoleh dan memperkaya berbagai informasi yang dibutuhkan, terutama yang
berhubungan dengan perkembangan anak. Tanpa kerja sama yang baik antara pihak sekolah
dalam hal ini guru dan orang tua di rumah maka asesmen yang dilakukan dapat mengalami
hambatan karena kurangnya data penunjang.
Bloch (Nilsen, 2004:34) menyatakan bahwa dalam melakukan asesmen pada anaknya,
orang tua perlu melakukan hal-hal berikut:

 Belajar mengamati perilaku anak


 Mengumpulkan data mengenai perilaku dan kinerja anak selama berada di rumah secara
sistematis
 Mengenali perilaku anak yang menunjukkan adanya pembelajaran
 Hasil asesmen yang diperoleh dibagi dan dibandingkan dengan hasil yang dimiliki sekolah
 Mengembangkan harapan yang lebih realistis pada anaknya

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 89


Bagi guru yang akan mencari data mengenai anak melalui orang tua, Leong (Nilsen,
2004:34) merekomendasikan prosedur berikut ini:

 Guru perlu menghormati keluarga dan lingkungan budaya anak, kebiasaan serta bahasa
yang digunakan
 Memberi saran pada keluarga mengenai informasi apa yang akan berguna
 Memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berkomunikasi dengan orang tua
 Mampu memperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah anak
 Meminta bantuan orang tua untuk melakukan asesmen dan dokumentasi pada anak
mereka
(Contoh format lembar asesmen dapat dilihat pada bagian lampiran)

Dari asesmen yang dilakukan pada anak, hasilnya akan diinterpretasi oleh guru dan
dijadikan dasar pelaporan hasil belajar anak selama berada di sekolah. Pelaporan hasil belajar
dan perkembangan anak kepada orang tua bisa dilakukan pada pertengahan semester dan
akhir semester ketika tahun ajaran berakhir

B. Strategi Pelaporan Perkembangan Anak


1. Menggunakan Portofolio untuk Melaporkan Perkembangan Anak
Asesmen portofolio merupakan sistem yang bermanfaat untuk melaporkan
perkembangan belajar anak, karenanya orang tua perlu ikut dilibatkan dan diinformasikan
mengenai jenis asesmen ini, mengingat umumnya guru menggunakan asesmen tradisional
seperti kartu laporan (report cards) guna melaporkan perkembangan pembelajaran anak.
Bahkan sebaiknya orang tua diundang untuk diberi penjelasan mengenai tujuan dan manfaat
asesmen portofolio, serta pemaparan mengenai bagaimana proses pemilihan lembaran kerja
anak untuk dijadikan portofolio, format perancangannya, serta bagaimana portofolio tersebut
akan dievaluasi (Weldin & Tumarkin, dalam Wortham, 2005: 230).
Selain itu orang tua perlu dilibatkan dalam asesmen portofolio, seperti memberi
komentar atau respon tertulis mengenai hasil karya anak pada portofolio. Orang tua juga dapat
mengisi kuesioner mengenai persepsinya akan hasil karya anak dan memberi masukan atau
tanggapan mengenai perkembangan anak.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 90


2. Menggunakan Narasi untuk Melaporkan Perkembangan Anak
Narasi atau laporan ringkasan merupakan cara lain untuk mengkomunikasikan
perkembangan anak pada orang tua. Laporan ringkasan yaitu hasil evaluasi yang ditulis oleh
guru untuk menggambarkan perkembangan dan pembelajaran anak. Laporan narasi ini dapat
digunakan sebagai strategi pelaporan tunggal ataupun digunakan bersama dengan strategi
asesmen dan strategi pelaporan lainnya, misalnya menjadi bagian dari asesmen portofolio.
Tujuan dari laporan ini adalah untuk menggambarkan perkembangan anak selama periode
waktu tertentu dan menggambarkan perkembangan tersebut secara bermakna bagi para orang
tua.
Laporan narasi dapat memberi gambaran akan kekuatan atau kelebihan anak dengan
menggunakan kategori perkembangan atau area subjek. Laporan ini dapat (1) ditata meliputi
proyek dan kurikulum yang digunakan, (2) sebagai profil dari perkembangan dan perubahan
anak dari waktu ke waktu, (3) ditulis dengan istilah yang dipahami orang tua agar dapat
menggambarkan kondisi anak mereka. Laporan narasi ini ditulis dari hasil observasi, checklist,
asesmen kinerja, dan strategi asesmen lainnya yang informasinya diterjemahkan guru ke dalam
laporan narasi sehingga orang tua dapat memahami pencapaian anak di sekolah (Meisels
dalam Wortham, 2005: 231)
Menulis laporan narasi. Sebuah laporan narasi sebagaimana dijelaskan oleh Hor,
Wingerd (Wortham, 2005: 231) meliputi:
1. Deskripsi mengenai contoh perilaku anak
2. Contoh dari apa-apa yang dapat anak lakukan
3. Komentar atau penilaian guru mengenai perkembangan anak
4. Tujuan dan rencana bagi anak selanjutnya

Perlu diperhatikan bahwa dalam menulis laporan narasi ini, guru harus menggunakan
bahasa yang positif dan beretika sehingga orang tua akan dapat mengapresiasi anaknya serta
menghargai perkembangan dan kemajuan yang sudah dicapai anak. Yang harus ditekankan
adalah kekuatan dan kelebihan anak, bukan kelemahannya. Bila akan menulis kelemahan anak
maka guru harus berhati-hati untuk tidak terkesan menyalahkan dan tetap menggunakan
bahasa yang positif dalam pelaporan. Tujuannya adalah supaya melalui laporan ini dapat
terjalin hubungan yang harmonis antara rumah dan sekolah (orang tua dan guru).

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 91


C. Mengkomunikasikan Kemajuan Anak pada Orang tua
Setelah melakukan asesmen melalui berbagai strategi, maka selanjutnya laporan yang
telah dibuat guru mengenai perkembangan dan kemajuan anak akan dikomunikasikan pada
orang tua. Tentunya laporan tersebut disusun berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan
guru selama pembelajaran anak di sekolah berlangsung. Orang tua diberi kesempatan untuk
berbagi pemikiran dan ide mengenai perkembangan dan kemajuan anak serta menanggapi
laporan yang telah dikembangkan guru. Meskipun laporan tertulis dan portofolio merupakan
sistem asesmen yang digunakan untuk berbagi informasi dengan orang tua, namun konferensi
atau pertemuan akan memberi kesempatan pada guru dan orang tua untuk berinteraksi secara
langsung.

Sudut Cerita

Sebagai orang tua, saya memiliki pengalaman tak terlupakan ketika menemani anak sulung saya untuk bersekolah di
Taman Kanak-kanak untuk pertama kalinya. Sama seperti orang tua manapun, saya punya harapan besar bahwa anak saya
akan memperoleh pendidikan dan pengasuhan yang baik di sekolah. Hal yang belakangan saya rasakan-sebagai seorang ibu-
saya sangat ingin anak saya diperlakukan penuh kasih sayang dan sehangat saya dan orang-orang yang menyayanginya
memperlakukannya. Dua hari saya menunggui si sulung di sekolah, antara ingin mengajarinya untuk mandiri menghadapi
dunia di luar pelukan saya dan sekaligus juga setengah mati merasa gugup untuk melepaskannya, khawatir ia tidak bisa
survive.
Bila saya ingat pengalaman dan perasaan saya saat itu, maka dapat saya katakan bahwa peran guru pada saat-
saat awal anak mulai bersekolah sangat penting, bukan hanya untuk membuat anak cepat menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru, tapi juga menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan orang tua – fondasi awal untuk membangun
sebuah tim yang solid.
Andaikan setiap guru terpanggil hatinya untuk mengajar dengan sebaik-baiknya, tentu akan dapat diamati lewat
perilaku, seperti datang lebih cepat untuk mempersiapkan diri dan kondisi kelas, menyambut anak di depan pintu kelas atau
gerbang sekolah dengan mata dan perhatian sepenuhnya tertuju pada anak-tersenyum dan menyapa anak dengan hangat
bahkan membahas hal-hal kecil yang disukai anak, memeluk hangat, mempersiapkan pembelajaran yang variatif bagi anak
dan memperhatikan anak sepenuhnya selama anak berada di sekolah – termasuk tidak menggunakan handphone dan mengobrol
dengan orang lain, tentu anak-anak akan merasa nyaman di sekolah, demikian pula dengan orang tua, ibarat pelanggan akan
terpuaskan dan akan terjalin kerjasama yang baik antara orang tua dan guru. Antara orang tua dan guru saling
membutuhkan satu sama lain, karena dalam pendidikan anak keduanya tidak bisa berdiri sendiri.

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 92


LAMPIRAN

Isian Form 1
INFORMASI PERKEMBANGAN ANAK
(Diisi oleh Orang tua)

Petunjuk:
Isilah daftar berikut pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi anak yang sebenarnya.
Jika ada yang kurang jelas, konsultasikan kepada guru kelas tempat anak Bapak/Ibu
bersekolah.
IDENTITAS ANAK
 Nama :
 Tempat dan tanggal Lahir/umur :
 Jenis kelamin :
 Agama :
 Status anak :
 Anak ke dari jumlah saudara :
 Nama Sekolah :
 Alamat rumah :

RIWAYAT KELAHIRAN

Perkembangan masa kehamilan :


Penyakit pada masa kehamilan :
Usia kandungan :
Riwayat proses kelahiran :
Tempat kelahiran :
Penolong proses kelahiran :
Gangguan pada saat bayi lahir :
Berat badan bayi :
Panjang badan bayi :
Tanda-tanda kelainan pada bayi :

PERKEMBANGAN FISIK

Dapat berdiri pada umur :


Dapat berjalan pada umur :
Naik sepeda roda tiga pada umur :
Naik sepeda roda dua pada umur :
Bicara dengan kalimat lengkap :
Kesulitan gerakan yang dialami :
Riwayat kesehatan (baik/kurang) :

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 93


PERKEMBANGAN SOSIAL
Hubungan dengan saudara :
Hubungan dengan teman :
Hubungan dengan orangua :
Hobi :
Minat khusus :

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
Masuk TK umur :
Lama Pendidikan di TK :
Kesulitan selama di TK :
Pelayanan khusus yang pernah diterima anak:
Prestasi belajar yang dicapaI :
Keterangan lain yang dianggap perlu :

Diisi Tanggal, ……………………………….


Orang tua,

ISIAN FORM 2
DATA ORANG TUA/WALI

Nama Anak :
TK :
Kelas
Identitas Orang tua/Wali:
Ayah:
Nama ayah :
Umur :
Agama :
Status ayah :
Pendidikan Tertinggi :
Pekerjaan Pokok :
Alamat tinggal :

Ibu:
Nama ibu :
Umur :
Agama :
Status ibu :
Pendidikan Tertinggi :
Pekerjaan Pokok :
Alamat tinggal :

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 94


HUBUNGAN ORANG TUA-ANAK
Kondisi Anak Ya Tidak
Kedua orang tua tinggal satu rumah
Anak satu rumah dengan orang tua
Anak diasuh salah satu orang tua
Anak diasuh wali/saudara

TANGGUNGAN DAN TANGGAPAN KELUARGA


Jumlah anak :
Ybs. anak yang ke :
Persepsi orang tua terhadap anak ybs:
Kesulitan orang tua terhadap anak ybs:
Harapan orang tua terhadap pendidikan anak ybs:
Bantuan yang diharapkan orang tua untuk anak ybs:
Diisi tanggal:..........
Orang tua/Wali Murid

DAFTAR BACAAN

Ambron, Sueann Robinson. 1981. Child Development. Canada: Rinehart Press

Anita Yus. 2005. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Bandi Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama

DePorter, Bobbi., Reardon, Mark., Singer-Nourie, Sarah. 2010. Quantum Teaching. Bandung:
Penerbit Kaifa

Cartwright, Carol A., Carwright, G.Phillip. 1984. Developing Observation Skills. New York:
McGraw-Hill

Conny R. Semiawan. 2008. Penerapan Pembelajaran pada Anak. Jakarta: PT. Indeks

Friend, Marilyn. 2005. Special Education: Contemporary Perspective for School Professionals.
United States of America: Pearson Education

Gronlund, Gaye. Engel, Bev. 2001. Focused Portofolio. Washington: Redleaf Press

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: PT. Erlangga

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: PT. Erlangga

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 95


Kasinah Ahmad., Hikmah. 2005. Perlindungan dan Pengasuhan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional

Lerner, Richard M. 1976. Concept and Theories of Human Development. Canada: Addison-
Wesley Publishing Company

Maimunah Hasan. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Yokyakarta: Penerbit DIVA Press

Nilsen, Barbara Ann. 2004. Week by Week, Documenting The Development of Young Children.
Clifton Park: Thomson Delmar Learning

Rich, Dorothy. 2008. Sukses untuk Anak-anak Prasekolah. Jakarta: PT. Indeks

Smith. Connie Jo., Hendricks, Charlotte M., Bennet, Becky S. 1997. Growing, Growing Strong:
A Whole Health Curriculum for Young Children. St. Paul: Redleaf Press

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sutjihati Somantri. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Wortham, Sue C. 2005. Assessment in Early Childhood Education. New Jersey: Pearson
Education

Nelson, Rita Wicks., Israel, Allen C. 1997. Behavior Disorders of Childhood. New Jersey:
Prentice Hall.

Schaefer, Charles E. Millman L, Howard. 1981. How To Help Children With Common Problems.
England:Van Nostrand Reinhold Company Limited.

Wenar, Charles. 1999. Developmental Psychopathology : From Infancy Trough Adolescent.


New York:McGraw Hill

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 96


Penulisan buku ini dilatarbelakangi kebutuhan mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru
PAUD FKIP Universitas Riau akan materi mengenai ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA
DINI yang menjadi salah satu mata kuliah wajib. Selama ini bahan bacaan yang tersedia masih
dalam format Bahasa Inggris sehingga menyulitkan sebagian besar mahasiswa dalam
memahaminya. Dengan adanya buku ini akan membantu mahasiswa untuk memperoleh bahan
bacaan, karena materi buku ini diambil dari berbagai buku sumber yang relevan dan terkini.
Buku ini tidak hanya berisi teori-teori asesmen perkembangan anak usia dini, tapi juga
dilengkapi dengan contoh format dari tiap strategi asesmen sehingga mempermudah
pemahaman dan praktek di lapangan.
Diharapkan buku ini tidak hanya dapat dipergunakan oleh mahasiswa Program Studi
Pendidikan Guru PAUD, tetapi juga kalangan yang lebih luas seperti guru dan peminat bidang
PAUD untuk menambah wawasan mengenai ASESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
mengingat perbedaan yang mendasar dalam melakukan asesmen pada anak usia dini sesuai
dengan karakteristik perkembangannya bila dibandingkan dengan asesmen yang dilakukan
pada anak atau siswa pada tingkatan usia dan pendidikan yang lebih tinggi

| Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini 97

Anda mungkin juga menyukai