Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Hanafi Hadi Susanto, M.E
2021
1
KATA PENGANTAR
Tentunya penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan didalamnya.Untuk itu kami mengharab kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini nantinya agar menjadi makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.Semoga makalah ini memberikan maanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN
B. RumusanMasalah ................................................................................................................ 5
C. Tujuan ................................................................................................................................. 6
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB I
3
PENDAHULUAN
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan.
Manajemen ini tediri dari enam unsur (6 M) yaitu: men, money,
methode,matherials,machines, dan market.
Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu manajemen
yang disebut manajemen sumber daya manusia atau diangkat MSDM yang merupakan
terjemahan dari man power management. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini
ada yang menyebutnya manajemen kepegawaian atau manajemen personalia (personel
management). Sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat dinafikan perannya bagi
pertumbuhan bank syariah. Sumber daya manusia tidak saja terkait dengan pengembangan
produk, tapi juga meliputi aspek yang lebih luas, yang sangat menentukan kelanjutan dan
kesinambungan masa depan usaha bank syariah. 1
Menurut Hasan untuk memajukan kualitas SDI (sumber daya insani) ada tiga
dimensi yang harus diperhatikan, yaitu (Hasan, 2003): Pertama, dimensi kepribadian.
Dimensi kepribadian menyangkut kemampuan untuk menjaga integritas, termasuk sikap,
tingkah laku, etika dan moralitas. Kedua, dimensi produktivitas. Ini menyangkut apa yang
dapat dihasilkan oleh manusia tadi dalam hal jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang
lebih baik. Ketiga, dimensi kreativitas. Menyangkut kemampuan seseorang untuk berpikir
dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya. 23
Dalam kaitannya dengan perbankan syariah, Nasaruddin Umar, anggota Komite
Perbankan Syariah sekaligus pakar pendidikan, dalam artikelnya yang berjudul “Dicari:
SDM Multidimensi untuk iB (ai-Bi)” menyatakan bahwa SDM (sumber daya manusia) yang
mendukung iB (islamic banking) perbankan syariah bukanlah SDM dengan kompetensi
yang marginal pas-pasan. SDM yang dicari dan dibutuhkan oleh bank syariah adalah SDM
dengan kemampuan “lebih dari sekedar banker”. SDM iB haruslah SDM yang
multidimensi, yang memiliki kompetensi lintas keilmuan. Ia harus memiliki kompetensi
sebagai seorang ahli investasi, sekaligus ahli keuangan dan perbankan, beretika serta
1
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), Ed. 1, Cet. I, h. 41.
2
Jusmaliani, Pengelolaan Sumber Daya Insani, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. I, h.
3
-102.
4
memahami sharia compliant. 4 Peningkatan kualitas SDM tidak terlepas dari peran
manajemen SDM dalam mengevaluasi (audit SDM), seberapa baik aktivitas SDM
dikerjakan. Manajemen akan menentukan area-area yang akan dijadikan sasaran dalam
melakukan evaluasi, seperti:.Pemenuhan secara hukum,Deskripsi dan spesifikasi pekerjaan
yang ada sekarang,.Proses perekrutan dan seleksi yang valid,Sistem upah/gaji dan
tunjangan,kuran ketidakhadiran dan kontrol perputaran,Usaha pelatihan dan
pengembangan,.Sistem manajemen kinerja,Kebijakan baku pedoman karyawan,.Masalah
kesehatan, keselamatan dan keamanan 5 Pengembangan dipandang sebagai peningkatan
6
kualitas SDM melalui program-program pelatihan dan pendidikan. Berbagai riset
menunjukan bahwa pelatihan yang efektif secara signifikan berpengaruh terhadap
peningkatan proses kerja yang luar biasa pesatnya. Studi yang dilakukan Tall dan Hall
(dalam Usmara, 2002) misalnya, meghasilkan kesimpulan bahwa dengan
mengkombinasikan berbagai macam faktor seperti teknik pelatihan yang benar, persiapan
dan perencanaan yang matang, serta komitmen terhadap esensi pelatihan, perusahaan dapat
mencapai manfaat kompetensi yang sangat besar di dalam pasar yang sangat ketat.
B. Rumusan Masalah
4
Nasaruddin Umar, “Dicari: SDM Multidimensi untuk iB (ai-bi)”, artikel diakses pada 04
April 2014 dari http://www.bi.go.id/id/perbankan/edukasi/Pages/Dicari_SDM_Multidimensi_ Untuk_ iB.aspx.
5
Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Human Resource Management, alih bahasa oleh Diana Angelica,
(Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 98.
6
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 62.
5
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Manajemen Sumber Daya Insani
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Insani
Dari beberapa pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia sebenarnya merupakan serangkaian kegiatan perekrutan, pengembangan,
pemeliharaan, serta merupakan sebuah ilmu dan seni mengatur sebuah pemanfaatan sumber
daya manusia yang dikelola secara profesional guna mencapai tujuan individu maupun
organisasi secara terprogram dan terpadu serta dilaksanakan secara efektif dan efisien agar
menghasilkan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas serta mempunyai etos kerja
dan loyalitas yang tinggi Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dilihat dari sisi fungsinya,
Malayu S.P Hasibuan (2005:10) mengelompokkan fungsi manajemen sumber daya manusia
7
kedalam dua bagian besar, yaitu: a. Fungsi Manajerial 1) Perencanaan (Planning), merupakan
kegiatan merencanakan jumlah dan kualitas pegawai agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian meliputi
pengorganisasian,pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian pegawai. 2) Pengorganisasian
(Organizing), merupakan kegiatan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi
wewenang, integrasi dan koordinasi sesuai dengan bagan organisasi. 3) Pengarahan (Leading),
merupakan kegiatan mendorong pegawai agar mau dan mampu bekerja optimal dalam
membantu tercapainya tujuan organisasi. 4) Pengendalian (Controlling), merupakan kegiatan
untuk memastikan bahwa semua pegawai bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
dan apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana. Pengendalian meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama,
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. b. Fungsi Operasional 1)
Pengadaan (Procurement), merupakan kegiatan untuk mendapatkan pegawai dalam jumlah dan
kualitas yang tepat. Proses pengadaan terdiri dari perencanaan kebutuhan pegawai, penarikan,
seleksi, orientasi, dan penempatan. 2) Pengembangan (Development), merupakan proses
peningkatan keterampilan teknis, konseptual dan moral/sikap pegawai melalui pendidikan dan
pelatihan, promosi, mutasi maupun pengembangan karir. Kompensasi (Compensation),
merupakan pemberian balas jasa kepada pegawai baik langsung, finansial maupun non
finansial sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. 4) Pengintegrasian
(Integration), merupakan kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan
kebutuhan pegawai agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. 5)
Pemeliharaan (Maintenance), merupakan kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi fisik, mental dan loyalitas pegawai agar mereka tetap loyal kepada organisasi. 6)
Pemberhentian (Separation), merupakan pemberhentian seseorang dari organisasi yang dapat
disebabkan oleh keinginan pegawai sendiri, organisasi, kontrak kerja berakhir, pensiun atau
sebab-sebab lainnya. Kegiatan diatas merupakan feedback yang tepat yang akan
mempermudah untuk merubah perilaku pegawai kearah peningkatan kinerja seperti yang
diharapkan organisasi. Dalam proses pencapaian tersebut harus ada dukungan dari atasan
berupa pengarahan, dukungan sumber daya seperti memberikan peralatan yang memadai,
perencanaan serta pengembangan karir, yang tentu saja merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam manajemen sumber daya manusia. Pengembangan Karir Pengertian
Pengembangan Karir Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang
pengembangan karir. Sebelum sampai kepada pengertian pengembangan karir, perlu diketahui
8
terlebih dahulu tentang karir. Karir dalam terminologi organisasi seringkali dikaitkan dengan
kemajuan (advanced). Ada beberapa definisi menurut para pakar, menurut Hastho Joko Nur
Utomo dan Meilan Sugiarto (2007:2), mendefinisikan Karir sebagai perjalanan pekerjaan
seorang pegawai di dalam organisasi, perjalanan ini dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai
baru dan berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi dalam organisasi tersebut. Sementara Triton
P.B (2005:128) menyimpulkan definisi Karir sebagai kronologi kegiatan-kegiatan dan
perilaku-perilaku yang terkait dengan kerja dan sikap, nilai dan aspirasi-aspirasi seseorang atas
semua pekerjaan atau jabatan baik yang telah maupun yang sedang dikerjakannya.
Berdasarkan dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karir adalah menunjukkan
perkembangan para pegawai secara individu dalam jenjang jabatan dari tingkat yang rendah ke
tingkat yang lebih tinggi yang dapat dicapai selama masa kerja dalam organisasi. Adapun
pengertian pengembangan karir menurut Sadili (2006:141) yaitu Suatu kondisi yang
menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi pada jalur karir yang
telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Sedangkan menurut Fubrin yang dikutip
oleh A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2005:77) Pengembangan karir adalah aktivitas
kepegawaian yang membantu pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka
di organisasi agar organisasi dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri
secara maksimum. Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan
karir adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status dan
tanggung jawab yang lebih tinggi untuk mencapai rencana karir dalam suatu organisasi yang
bersangkutan Bentuk Pengembangan Karir Bentuk pengembangan karir lebih banyak
ditentukan oleh strategi manajemen sumber daya manusia di organisasi, yang tentu saja dalam
menentukan pola pengembangan karir harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
organisasi. Menurut Flippo (2002:291) Pengembangan karir yang efektif adalah yang
dihubungkan dengan penyesuaian karir perseorangan dan kesempatan-kesempatan karir yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan organisasi melalui program pelatihan, mutasi dan promosi
yang berkesinambungan. Lebih rinci hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Promosi Jabatan
Promosi memberikan peranan penting bagi setiap pegawai, bahkan menjadi idaman yang selalu
dinanti-nantikan oleh pegawai. Karena dengan promosi ini berarti adanya kepercayaan dan
pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan pegawai bersangkutan untuk menjabat
suatu jabatan yang lebih tinggi. Dengan demikian, promosi akan memberikan status sosial,
wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) serta penghasilan (outcomes) yang
semakin besar bagi pegawai tersebut. Menurut Flippo, promosi berarti perpindahan dari satu
9
jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawabnya yang lebih tinggi.
Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi ini disertai dengan peningkatan gaji/upah
lainnya, walaupun tidak selalu demikian. Promosi merupakan aspek penting, bukan saja dalam
hal pemilihan/penempatan orang yang tepat tetapi juga merupakan dorongan bagi pimpinan
untuk merencanakan suatu kebijakan dalam bidang kepegawaian dan memotivasi bawahan
untuk senantiasa mengembangkan diri untuk dapat berprestasi. b. Mutasi Mutasi menurut
Malayu (2005:114) adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan
baik secara horizontal maupun vertikal (promosi/demosi) di dalam satu organisasi. Pada
dasarnya mutasi ini termasuk dalam fungsi pengembangan pegawai, karena tujuannya adalah
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam organisasi tersebut. Adapun ruang
lingkup mutasi mencakup: 1) Mutasi cara horizontal (job rotation/transfer), yaitu perubahan
tempat atau jabatan pegawai tetapi masih pada rangking yang sama di dalam organisasi itu.
Mutasi horizontal ini mencakup mutasi tempat dan mutasi jabatan. 2) Mutasi cara vertikal,
yaitu perubahan posisi/jabatan/pekerjaan promosi atau demosi, sehingga kewajiban dan
kekuasaanya juga berubah. Promosi memperbesar authority dan responbility seorang pegawai.
c. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan memiliki arti yang berbeda. Pendidikan
lebih ditekankan pada penambahan pengetahuan yang bersifat teoritis yang pada umumnya
diselenggarakan dalam sistem kelas dan tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan tertentu
serta mempunyai jangka waktu yang relative panjang. Sedangkan pelatihan penekanannya
pada upaya untuk memahami dan mendalami pekerjaan tertentu, berjangka waktu relative lebih
pendek dan untuk menunjang pekerjaan tertentu. A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2005:43)
mengemukakan bahwa pengembangan merupakan istilah yang berhubungan dengan usaha
yang terencana yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap
pegawai. Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas
dan menengah, sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat
bawah/pelaksana Tujuan dan Manfaat Pengembangan Karir Menurut Andrew J. Fubrin yang
dikutip oleh A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2005:77) tujuan pengembangan karir adalah:
1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan organisasi Pengembangan karir membantu
pencapaian tujuan organisasi dan tujuan individu. Seorang pegawai yang sukses dengan
prestasi kerja sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini
bertujuan organisasi dan tujuan individu tercapai. Menunjukkan hubungan kesejahteraan
pegawai Organisasi merencanakan karir pegawai dengan meningkatkan kesejahteraannya agar
pegawai lebih tinggi loyalitasnya. 3. Membantu pegawai menyadari kemampuan potensi
10
mereka Pengembangan karir membantu menyadarkan pegawai akan kemampuannya untuk
menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan potensi dan keahliannya. 4. Memperkuat
hubungan antara pegawai dan organisasi Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan
sikap pegawai terhadap organisasi. 5. Membuktikan tanggung jawab sosial Pengembangan
karir suatu cara menciptakan iklim kerja yang positif dan pegawai-pegawai menjadi lebih
bermental sehat. 6. Membantu memperkuat pelaksanaan program-program organisasi
Pengembangan karir membantu program-program organisasi lainnya agar tujuan organisasi
tercapai. 7. Mengurangi turnover dan biaya kepegawaian Pengembangan karir dapat
menjadikan turnover rendah dan begitu pula biaya kepegawaian menjadi lebih efektif. 8.
Mengurangi keusangan profesi manajerial Pengembangan karir dapat menghindarkan dari
keusangan dan kebosanan profesi manajerial. Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai
Pengembangan karir dimaksudkan mengintegrasikan perencanaan kerja dan kepegawaian. 10.
Menggiatkan suatu pemikiran (pandangan) jarak waktu yang panjang Pengembangan karir
berhubungan dengan jarak waktu yang panjang. Hal ini karena penempatan suatu posisi jabatan
memerlukan persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan porsinya. Sedangkan menurut
Sadili (2006:154), manfaat pengembangan karir yaitu: 1. Meningkatkan kemampuan pegawai
Dengan pengembangan karir melalui pendidikan dan pelatihan, akan lebih meningkatkan
kemampuan intelektual maupun keterampilan pegawai yang dapat disumbangkan kepada
organisasi. 2. Meningkatkan suplai pegawai yang berkemampuan Jumlah pegawai yang lebih
tinggi kemampuannya dari sebelumnya akan menjadi bertambah, sehingga memudahkan pihak
pimpinan untuk menempatkan pegawai dalam pekerjaan yang lebih tepat.
11
pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in
the right place, the right man on the right job). b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap
(attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan
kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi
(tujuan kerja). Suatu organisasi dikatakan memiliki berhasil dengan baik apabila dapat
menunjukkan tingkat kinerja dari pegawai dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan
selama periode waktu tertentu. Semakin mampu organisasi mencapai sasaran yang telah
ditentukan, semakin dekat organisasi pada tujuan yang ingin dicapai.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Manajemen Sumber Daya Insani adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur
hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien
dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama
perusahaan, karyawan, dan masyarakat menjadi maksimal. Manajemen sumber daya insani
konsen terhadap pengaturan aktivitas dan hubungan antar karyawan. Mereka diharapkan
mampu menunjukkan kinerja yang optimal.
Kegiatan manajemen sumber daya insani adalah seputar penentuan aktivitas karyawan,
seleksi calon karyawan, pelatihan dan pengembangan karyawan serta aktivitas lain terkait
dengan awal masuk karyawan hingga masa pensiun.[1] Sebagaimana telah dibahas, falsafah
islam memandang tugas kenegaraan sebagai tanggung jawab masing-masing individu. Untuk
itu, tugas awal yang harus dilakukan pemimpin adalah seleksi calon pegawai guna menempati
pos-pos pekerjaan pemerintahan yang telah ditetapkan sebuah perusahaan atau negara. Maka,
para pemimpin harus selektif dalam memilih calon pegawai, mereka adalah orang yang
berkompeten, memiliki pengetahuan luas, rasa tanggung jawab dan dapat dipercaya (amanah).
Salah satu pengelolaan paling penting dalam dunia perbankan disamping pemasaran bank
adalah pengelolaan terhadap sumber daya insani. Hal ini disebabkan sumber daya insani
merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda kegiatan operasional suatu bank. Untuk
itu, penyediaan sumber daya insani (bankir) sebagai motor penggerak operasional bank
haruslah disiapkan sendini mungkin.
Pengelolaan sumber daya insani mulai dari perencanaan analisis jabatan, perencanaan
tenaga kerja, rekruetmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, perencanaan karier,
penilaian prestasi kerja, pemberian kompensasi sampai dengan pemutusan hubungan kerja
disebut dengan manajemen sumber daya insani.[2] Pengelolaan ini tidak dapat dilakukan
secara sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersamaan.
13
Perkembangan manajemen sumber daya insani di dorong oleh kemajuan peradaban,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing produksi barang dan jasa yang
dihasilkan. Manajemen sumber daya insani sudah ada sejak adanya kerja sama dan pembagian
kerja diantara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan tertentu.
Para ahli pada abad ke-20 mengembangkan manajemen sumber daya insani menjadi suatu
bidang studi yang khusus mempelajari peranan dan hubungan manusia dalam mencapai tujuan
organisasi. Perkembangan manajemen sumber daya insani didorong oleh masalah-masalah
ekonomis, politis, dan sosial. Manajemen sumber daya insani ini akan terus berkembang sesuai
dengan kemajuan peradaban, teknologi, dan perundang-undangan negara-negara di dunia.
Persaingan yang ketat di antara perusahaan dan semakin besarnya perhatian tentang hak
asasi manusia akan mendorong timbulnya pendekatan-pendekatan yang lebih modern dan
manusiawi dalam perburuhan.
1. Pengusaha
2. Karyawan
a. Karyawan Operasional
b. Karyawan Manajerial
14
dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya melalui kegiatan-kegiatan orang
lain. Karyawan manajerial ini dibedakan atas manajerial lini dan manajer staf.
1) Manjerial lini
2) Manajer staf
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
15
3. Pengarahan
4. Pengendalian
5. Pengadaan
6. Pengembangan
7. Kompensasi
8. Pengintegrasian
9. Pemeliharaan.
16
Lembaga keuangan syariah khususnya bank syariah adalah lembaga yang cukup
unik, sebab di dalamnya melibatkan orang–orang
yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang bukan saja ahli dalam bidang
ekonomi keuangan dan perbankan, namun mereka harus memiliki kualifikasi dan
kompetensi syariah. Dua sisi kualifikasi dan kompetensi ini dipastikan secara
integral.
10. Kedisiplinan
11. Pemberhentian
Keahlian seseorang dalam bidang keuangan syari’ah akan terbangun secara baik yang
memenuhi kriteria jika ditemukan satu diantara tiga tipe SDM sebagai berikut:
Dengan ini dapat dikatakan, bahwa secara ideal lembaga keuangan syariah kedepan
akan sangat membutuhkan sumber daya manusia yang ihsan, yaitu:
Diperlukan sikap dan perilaku yang fokus dalamn memahami dan menetapkan
pilihan pada lembaga keuanagan syariah, termasuk jenis Banknya, mengerti akan
waktu yang tepat untuk menginvestasikan dan menambah modal di lembaga
keuangan syariah serta profesional dalam memahami btatas-batas baik wewenang
dan kewajiban atau tanggung jawabnya sebagai pemilik modal.
17
b. Bagi pengelola lembaga keuangan syariah.
18
mengatur dan mengarahkan sumber daya manusia yang dimiliki dengan tujuan
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[6]
Adapun cara yang dapat diguanakan untuk menghasilkasn SDM yang berkualitas
yaitu:
a) Asesmen
(1) Mencari tenaga kerja melalui karyawan yang sudah bekerja di Bank yang
bersangkutan
(2) Dari lembaga pendidikan yaitu dengan cara mendatangi berbagai lembaga
pendidikan yang berkualitas sepertii universitas terkemuka, sekolah-sekolah
yang dapat di percaya kualitasnya.
(4) Bursa tenaga kerja, biasanya dibursa tenaga kerja tersedia beragam tenaga
kerja mulai dari yang pemula sampai dengan yang terakhir.[7]
19
c) Penempatan
d) Pelatihan
e) Pengembangan diri
f) Pengembangan karir
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dengan Manajemen Sumber Daya
Insani (MSDI) tidaklah jauh berbeda, namun hanya berbeda dalam kata manusia pada
umumnya dengan kata insani yang dengan kata insani yang bermakna insan kamil (dalam
bahasa Arab) atau manusia seutuhnya (a whole man concept). Manajemen yang sama-
sama memiliki arti pengelolaan pada perusahaan untuk memaksimalkan efektifitas
organisasi yang terdiri dari banyak aktivitas terkait satu dengan yang lainnya
(interdependen) dalam mencapai tujuannya. Sedangkan dalam manajemen Sumber Daya
Insani pada Perbankan Syariahmemiliki empat fungsi dasar diataranya: perencanaan
(planning/ at-takhthiith), Pengorganisasian (organizing/ attanziem), Pengarahan
(actuating/ attansiiq) dan Pengadaan, Pengendalian (controlling/ al-muraqabah).
2. Terdapat enam langkah dalam menganalisis pekerjaan yang lebih baik, yaitu: Menguji
organisasi secara keseluruhan dan kecocokan tiap pekerjaan, menentukan informasi
analisis pekerjaan akan di gunakan, memilih jenis pekerjaan untuk diteliti,mengumpulkan
data dengan teknik analisis pekerjaan yang dapat diterima, menyiapkan deskripsi tugas,
Dan menyiapkan spesifikasi pekerjaan. Dalam perencanaan sumber daya insani, memiliki
hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: isu SDI, perencanaan SDI, peran staff
profesional, peramalan kebutuhan SDI.
B.SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi oleh pembaca. Dan
penulis minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan materinya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis butuhkan untuk memperbaiki atau pembuatan makalah kedepannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
22