Anda di halaman 1dari 16

METODOLOGI PENELITIAN

“Model Pengembangan PLOMP”

OLEH:
RELA FARADINA (21176007)
SILVI HANDRI (21176008)
VIOLA DWICHA ASDA (21176009)

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Hj. ELLIZAR, M.Pd.
Dr. MAWARDI, M.Si.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Model
Pengembangan PLOMP” ini dengan sebaik-baiknya. Serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW.
Tak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
metodologi penelitian ini yaitu Ibu Prof. Dr. Hj. Ellizar, M.Pd. dan Bapak Dr. Mawardi, M.Si
sebagai dosen pengampu dalam mata kuliah metodologi penelitian, serta kepadan berbagai pihak
membantu dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang model pengembangan PLOMP. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini
dapat menjadi sumbangsih yang berguna bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan serta
bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Padang, 23 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

2.1. Hakikat Penelitian Pengembangan .............................................................................. 3

2.2. Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan ................................................... 4

2.3. Model Pengembangan Plomp ........................................................................................ 5

2.4. Kualitas Hasil Pengembangan Plomp .......................................................................... 7

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

3.2. Saran .............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian pendidikan dan pengembangan yang lebih dikenal dengan istilah research
and development (R & D). Strategi untuk mengembangkan sebuah produk pendidikan, oleh
Borg & Gall (1983) disebut sebagai penelitian (research) dan pengembangan (development).
Pengertian penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall (1983) adalah suatu
proses yang dipakai unntuk mengembangkan dan memfalidasi produk pendidikan. Penelitian
ini mengikuti langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses
pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan
uji coba lapangan sesuai dengan latar belakang dimana produk itu akan dipakai, dan
melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.
Penelitian dan pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu
model pengembangan berbasis industry, yang temuan-temuannya dipakai untuk mendesain
produk dan produser yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi
disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan kualitas, dan standar tertentu (Gall &
Borg, 2003)
Penelitian pengembangan menurut (Seels & Richey, 1994), penelitian
pengembangan dibedakan dengan pengembangan pembelajaran yang sederhanadidefinisikan
sebagai kajian secara sistematik untuk merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi
program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria
konsistensi dan keefektifan secara internal.
Menurut seels dan Richey, dalam bentuk yang paling sederhana penelitian dan
pengembangan ini dapat berupa; (a) Kajian tentang proses dan dampak rancangan
pengembangan dan upaya-upaya pengembangan tertentu atau khusus, (b) suatu situasi
dimana seseorang melakukan atau melaksanakan rancangan pengembangan pembelajaran
atau kegiatan-kegiatan evaluasi dan mengkaji proses pada saat yang sama, (c)
kajian tentang rancangan, pengembangan, dan proses evaluasi pembelajaran.
Namun pada hakikatnya, suatu penelitian dan pengembangan dilakukan untuk
menjembatani atau memutus kesenjangan antara penelitian dasar dan terapan. Terkadang

1
seorang peneliti melakukan sebuah penelitian dengan pendekatan penelitian “tradisional”
(misalnya penelitian survey, korelasi, eksperimen) dengan focus penelitian hannya
mendeskripsikan tentang pengetahuan, jarang memberikan deskripsi yang berguna bagi
pemecahan masalah rancangan dan desain dalam pembelajaran atau pendidikan.
Untuk itu, penulis mencoba untuk mengulas kembali bagaiman suatu penelitian dan
bagaimana pengembangannya dalam dunia pendidikan. Salah satu model pengembangan
yang sering digunakan dalam dunia pendidikan adalah model pengembangan Plomp. Oleh
karena itu, penulis akan mencoba mangkaji tentang model pengembangan Plomp dalam
dunia pendidikan. Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya
pencapaian tujuan penelitian dan pengembangan bagi seorang peneliti.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apa hakikat dari penelitian pengembangan?


2. Bagaimana karakteristik penelitian pengembangan?
3. Bagaimana proses penelitian pengembangan Plomp?
4. Bagaimana kualitas hasil pengembangan Plomp?
1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
1. Mengetahui hakikat penelitian pengembangan
2. Mengetahui karakteristik penelitian pengembangan
3. Mengetahui proses penelitian pengembangan Plomp
4. Mengetahui kualitas hasil pengembangan Plomp

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Penelitian Pengembangan

Menurut Gay (1990) Penelitian Pengembangan adalah suatu usaha untuk


mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukan untuk
menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian
pengembangan sebagai berikut:
Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate
educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle,
which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed,
developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be
used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In
more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that
the product meets its behaviorally defined objectives.
Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses
ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian
yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk
berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan
akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap
mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang
sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku
didefinisikan.
Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu
pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses
dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan
efektifitas. Sedangkan Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai
tambah” selain ketiga kriteria tersebut.

3
Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan
berdasarkan dua tujuan yakni :
1. Pengembangan prototipe produk
2. Perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk
tersebut.
Sedangkan Richey dan Nelson (1996) membedakan penelitian pengembangan atas
dua tipe sebagai berikut.
1. Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program
tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta
mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut.
2. Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan
sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur
pendesainan dan evaluasi yang efektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian
pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan
pelatihan untuk guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam
pembelajaran.
2.2. Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan
Empat karateristik penelitian pengembangan antara lain :
1. Studying research findings, Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang
berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai
pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas
pembelajaran.
2. Developing the product, Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran
serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Field testing, Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan
uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan
bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi,
dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan secara akademik.

4
4. Revising, Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media
pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai
dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999)
antara lain :
1. Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti
eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis deskriptif yang tidak
memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
2. Keadaan yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia
pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif
dan siklis).
3. Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang
ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.
2.3. Model Pengembangan Plomp
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari pendekatan penelitian
lainnya. Namun, dalam kasus penelitian desain sebagai studi pengembangan PLOMP
menurut Akker et al., (2013) memiliki tiga tahap yaitu tahap preliminary research,
tahap development or prototyping phase, dan assessment phase.
1. Tahap Preliminary Research (Tahap Investigasi Awal)
Pada tahap investigasi awal dilakukan analisis kebutuhan dan konteks, kajian literatur,
dan mengembangkan kerangka kerja konseptual pengembangan.
2. Tahap Development or Prototyping Phase (Tahap Pengembangan atau Pembentukan
Prototipe)
Pada tahap ini dilakukan perancangan dan konstruksi/realisasi rancangan (desain produk),
meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan dikembangkan, yang telah
dibuat serta direvisi berdasarkan evaluasi formatif.

5
Beberapa lapisan yang dikelompokkan dari evaluasi formatif pada Gambar 1.berikut :

Gambar 1. Lapisan Evaluasi Formatif (Tessmer, 1993)

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa banyak kemungkinan metode evaluasi formatif
yang dapat dipilih. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi adalah sebagai berikut.
a. Evaluasi sendiri (Self Evaluation), dengan menggunakan daftar cek (checklist) dari
karakteristik atau spesifikasi desain.
b. Tinjauan ahli (Expert Review), memberikan penilaian dan saran-saran terhadap produk
yang dikembangkan. Produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh
pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing
prototipe. Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang
dikembangkan. Pada tahap ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang
desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan
enyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak.
c. One to One Evaluation, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan
kepada siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk
merevisi desain yang telah dibuat.
d. Kelompok kecil (Micro Evaluation or Small Group), Hasil revisi dari expert dan
kesulitan yang dialami pada saat uji coba dijadikan dasar untuk merevisi produk tersebut
kemudian hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan
untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test.

6
e. Uji coba kelompok besar (Field Test), Saran-saran serta hasil ujicoba pada uji small
group dijadikan dasar untuk merevisi produk. Hasil revisi diujicobakan ke subjek
penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan atau field test untuk mengukur praktikalitas
dan efektivitas produk yang dikembangkan.
3. Tahap Assessment Phase (Tahap Penilaian)
Pada tahap ini merupakan evaluasi sumatif untuk menyimpulkan apakah bahan
yang dikembangkan dapat memecahkan masalah yang dispesifikasi. Kriteria evaluasi pada
tahap penilaian adalah tingkat praktikalitas dan efektivitas.
Penekanan pada kriteria kualitas selama penelitian diringkas dalam Tabel 1 berikut.
Tahapan Kriteria Deskripsi Singkat Kegiatan
Preliminary Research Penekanan terutama pada Tinjauan literatur dan (masa lalu
validitas konten, tidak dan/atau sekarang) proyek yang
banyak pada konsistensi dan menjawab pertanyaan yang mirip
kepraktisan. dengan yang ada dalam penelitian ini.
Ini menghasilkan (pedoman untuk)
kerangka kerja dan cetak biru pertama
untuk intervensi.
Development or Awalnya: konsistensi Pengembangan urutan prototipe yang
Prototyping Phase (validitas konstruk) dan akan dicoba dan direvisi berdasarkan
kepraktisan. Kemudian, evaluasi formatif. Prototipe awal dapat
terutama kepraktisan dan hanya berbasis kertas yang formatifnya
secara bertahap perhatian evaluasi berlangsung melalui penilaian
untuk efektivitas. ahli menghasilkan kepraktisan yang
diharapkan.
Assessment Phase Kepraktisan dan efektivitas. Evaluasi apakah pengguna target dapat
bekerja dengan intervensi (kepraktisan
aktual) dan bersedia menerapkannya
dalam pengajaran mereka (relevansi &
keberlanjutan). Juga apakah intervensi
efektif.
Tabel 1. Kriteria Evaluasi terkait tahapan dalam desain penelitian pengembangan
(Akker et al., 2013).

2.4. Kualitas Hasil Pengembangan Plomp


Dalam penelitian pengembangan, hasil pengembangan dapat berupa prototipe model
atau perangkat pembelajaran. Untuk memperoleh hasil pengembangan yang berkualitas
diperlukan penilaian. Untuk menentukan kualitas hasil pengembangan model dan perangkat
pembelajaran umumnya diperlukan tiga kriteria: kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
Ketiga kriteria ini mengacu pada kriteria kualitas hasil penelitian pengembangan yang

7
dikemukakan oleh Van den Akker (1999) dan kriteria kualitas produk yang dikemukakan
oleh Nieveen (1999). Van den Akker (1999: 11) dan Nieveen (1999: 128) menyatakan
bahwa dalam penelitian pengembangan model pembelajaran perlu kriteria kualitas yaitu
kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness). Nieveen
(1999: 127) menyatakan:
“we have been referring to quality of educational products from the perspective of
developing learning materials. However, we consider the three quality aspects (validity,
practically and effectiveness) also to be applicable to a much wider array of educational
product.”
Perlu menunjukkan mutu produk-produk pendidikan dari sudut pandang
pengembangan materi pembelajaran. Tetapi perlu juga mempertimbangkan tiga aspek mutu
(validitas, kepraktisan, dan keefektifan) untuk digunakan pada rangkaian produk pendidikan
yang lebih luas.
Pengembangan model pembelajaran (dan juga perangkat pembelajaran) dapat
mengacu pada teori-teori yang dikemukakan para ahli pendidikan di atas. Berikut disajikan
indikator untuk menentukan kualitas penelitian pengembangan model pembelajaran (juga
perangkat pembelajaran) yang meliputi tiga aspek: validitas, kepraktisan, dan keefektifan
sebagai berikut.
a. Kevalidan
Validitas dalam suatu penelitian pengembangan meliputi validitas isi dan validitas
konstruk. Van den Akker (1999: 10) menyatakan:
“validity refers to the extent that design of the intervention is based on state-of-the art
knowledge (content validity) and that the various components of the intervention are
consistently linked to each other (construct validity).” Validitas mengacu pada tingkat desain
intervensi yang didasarkan pada state-of-the art pengetahuan (validistas isi) dan berbagai
macam komponen dari intervensi berkaitan satu dengan lainnya (validitas konstruk).
Menurut Nieveen (1999) aspek validitas dapat dilihat dari: (1) apakah kurikulum atau
model pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada state-of-the art pengetahuan; dan (2)
apakah berbagai komponen dari perangkat pembelajaran terkait secara konsisten antara
yang satu dengan lainnya. Aspek kepraktisan dilihat dari segi pengguna: (1) apakah para
ahli dan praktisi berpendapat bahwa apa yang dikembangkan dapat digunakan dalam

8
kondisi normal; dan (2) apakah kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan
tersebut dapat diterapkan oleh guru dan siswa. Model pembelajaran yang dikembangkan
dikatakan valid jika model berdasarkan teori yang memadai (validitas isi) dan semua
komponen model pembelajaran satu dengan lain berhubungan secara konsisten (validitas
konstruk).
Indikator yang digunakan untuk menyatakan bawah model pembelajaran yang
dikembangkan adalah valid, dapat digunakan indikator sebagai berikut.
1) Validitas isi
Validitas isi menunjukkan bahwa model yang dikembangkan didasarkan
pada kurikulum atau model pembelajaran yang dikembangkan berdasar pada
rasional teoretik yang kuat. Teori yang melandasi model pembelajaran diuraikan
dan dibahas secara mendalam; sebagai contoh dalam suatu penelitian
pengembangan model pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme
memerlukan teori-teori pembelajaran misalnya: teori konstruktivisme, psikologi
kognitif, teori penalaran matematika: induktif-deduktif, dan teori pengembangan
model pembelajaran.
2) Validitas konstruk
Validitas konstruk menunjukkan konsistensi internal antar komponen-
komponen model. Misalnya untuk pengembangan model pembelajaran,
komponen-komponen model yang dikembangkan adalah: (1) sintaks; (2) sistem
sosial; (3) prinsip reaksi; (4) sistem pendukung; dan (5) dampak langsung dan
dampak tidak langsung. Pada validasi konstruk ini dilakukan serangkaian
kegiatan penelitian untuk memeriksa apakah komponen model yang satu tidak
bertentangan dengan komponen lainnya; sintaks model mengarah pada
tercapainya tujuan pengembangan model; dan prinsip sosial, prinsip reaksi, serta
sistem mendukung keterlaksanaan sintaks yang dikembangkan.
b. Kepraktisan
Penelitian pengembangan bertujuan untuk kontribusi ilmiah dan kepraktisan.
Berkaitan dengan kepraktisan dalam penelitian pengembangan van den Akker (1999: 10)
menyatakan: “practically refers to the extent that user (or other experts) consider the
intervention as appealing and usable in normalconditions.” Kepraktisan mengacu pada

9
tingkat bahwa pengguna (atau pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat
digunakan dan disukai dalam kondisi normal.
Dalam kerja Nieveen (1999) berkaitan dengan pengembangan materi
pembelajaran, dapat disinyalir bahwa Nieven mengukur tingkat kepraktisan dilihat dari
apakah guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi mudah dan
dapat digunakan oleh guru dan siswa. Dalam penelitian pengembangan model yang
dikembangkan dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara
teoretis bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanaannya model
termasuk kategori baik. Istilah “baik” ini masih memerlukan diukur dengan indikator-
indikator yang diperlukan untuk menentukan tingkat “kepraktisan” dari keterlaksanaan
model.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, indikator untuk menyatakan bahwa
keterlaksanaan model pembelajaran ini dikatakan baik adalah dengan melihat apakah
komponen-komponen model dapat dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas,
apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran. Fokus pengamatan pada komponen sintaks
apakah dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh guru, komponen prinsip sosial dan prinsip
reaksi yang ditetapkan apakah terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, dan
komponen sistem pendukung apakah mendukung kelancaran berlangsungnya
pembelajaran. Meskipun fokus pada pengamatan pada keterlaksanaan model, peneliti
juga bisa mengamati hal-hal khusus yang menjadi perhatian dalam penelitian, misalnya
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir kreatif, dan lainnya.
Berkaitan dengan kepraktisan ditinjau dari apakah guru dapat melaksanakan
pembelajaran di kelas. Peneliti (dibantu pengamat) mengamati aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran. Misalnya dengan melihat kegiatan guru dalam:
mempersiapkan siswa untuk belajar; memeriksa hasil pekerjaan siswa; meminta siswa
melakukan sesuatu, misalnya memahami tujuan; memeriksa pengetahuan prasyarat;
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati kasus-kasus khusus; memberi
kesempatan kepada siswa untuk menuliskan pengertian dengan bahasa siswa sendiri;
memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan temannya; melakukan
diskusi kelas untuk menarik kesimpulan (menyepakati), misalnya menulis definisi atau
generalisasi; memberi kesempatan kepada siswa dalam memecahkan masalah;

10
berkeliling mengontrol kerja siswa; memberi bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan; memberi kesempatan kepada siswa untuk menerima atau menulis soal untuk
dikerjakan di rumah; dan mengakhiri pembelajaran.
c. Keefektifan
Reigeluth (1999) berpendapat bahwa aspek yang paling penting dalam
keefektifan adalah untuk mengetahui tingkat atau derajat penerapan teori, atau model
dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan ini menurut Mager, biasanya dinyatakan
dengan suatu skala numerik yang didasarkan pada kriteria tertentu (Reigeluth, 1999).
Berkaitan dengan keefektifan dalam penelitian pengembangan van den Akker (1999: 10)
menyatakan:
“effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the intervention
are consistent with the intended aims.”
Dalam kerja Nieveen (1999) berkaitan dengan pengembangan materi
pembelajaran, dapat disinyalir bahwa Nieveen mengukur tingkat keefektifan dilihat dari
tingkat penghargaan siswa dalam mempelajari program dan keinginan siswa untuk terus
menggunakan program tersebut. Dalam penelitian pengembangan di bidang
pembelajaran, indikator untuk menyatakan bahwa keterlaksanaan model dikatakan efektif
misalnya dapat dilihat dari komponen-komponen: (1) hasil belajar siswa; (2) aktivitas
siswa; dan (3) kemampuan siswa dalam kimia misalnya berpikir kreatif. Komponen-
komponen ini dapat berbeda antara penelitian yang satu dengan lainnya bergantung pada
pendefinisian (penegasan istilah) yang disebut efektif dalam penelitian tersebut. Untuk
masing-masing komponen tersebut juga harus jelas definisinya, misalnya hasil belajar
siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bilangan-bilangan yang diperoleh
melalui penskoran dengan menggunakan instrumen penilaian, misalnya soal kuis,
pekerjaan rumah, tes untuk mengukur kreatifitas, dan tes hasil belajar di akhir
pembelajaran. Berkaitan dengan instrumen tes, misalnya tes hasil belajar pada akhir
pembelajaran, sebelum digunakan diperlukan uji coba untuk mengetahui validitas, daya
beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas tes. Instrumen tes yang baik, yakni yang valid,
reliabel, daya beda tinggi, dan tingkat kesukarannya sedang dapat digunakan untuk
mengambil data penelitian.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan.
yang memiliki karakteristik : 1) Studying research findings, 2) Developing the
product, 3) Field testing, dan 4) Revising.
Model pengembangan PLOMP terdiri dari tiga tahapan utama yaitu
tahap preliminary research, tahap development or prototyping phase, dan assessment
phase. Kualitas hasil pengembangan pembelajaran harus memiliki kriteria kualitas yaitu
kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness) yang baik.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif dan bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London. Longman
Inc.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis and
Application.Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.
Rita C. Richey, J. D. K., Wayne A. Nelson. (2009). Developmental Research : Studies of
Instructional Design and Development.
Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. (1994). Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK
UNJ.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Plomp, Tj. (1994). Educational Design: Introduction. From Tjeerd Plomp (eds). Educational
&Training System Design: Introduction. Design of Education and Training (in
Dutch).Utrecht (the Netherlands): Lemma. Netherland. Faculty of Educational Science
andTechnology, University of Twente
Tessmer, Martin. (1998). Planning and Conducting Formative Evaluations. Philadelphia: Kogan
Page.
Van den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Pada J. van den
Akker, R.Branch, K. Gustafson, Nieven, dan T. Plomp (eds), Design Approaches and
Tools in Education and Training (pp. 1-14). Dortrech: Kluwer Academic Publishers.
Van den Akker J., dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York: Routledge

13

Anda mungkin juga menyukai