Anda di halaman 1dari 7

Macam-macam tes diagnostik yang dapat digunakan diantaranya:

1. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda


Penggunaan tes pilihan ganda untuk mengdiagnosis miskonsepsi siswa
sudah diuraikan oleh beberapa peneliti, seperti Tamir (1971), Linke & Venz (1978,
1979), Trembath (1984) dan Halloun & Hestenes (1985). Para peneliti
menggunakan soal pilihan ganda dengan lima alternatif pilihan. Penelitian ini
dilakukan pada siswa SMP, untuk mengungkap aspek penguasaan bahan pelajaran
Matematika. Peneliti Arti Sriati (dalam Suwarto, 2013) menggunakan tes
diagnostik pilihan ganda yang telah dikalibrasi dengan Rascal, khusus masalah
aljabar dan trigonometri. Jenis, sumber dan penyebab kesalahan didapat dari
pemeriksaan atas pilihan pada pengecoh dan analisis langkah-langkah penyelesaian
singkat pada buram. Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk menentukan
sumber dan penyebab yang belum diperoleh dalam analisis. Wawancara juga
dilakukan terhadap guru untuk mempertegas dan menambah informasi dari siswa.
Peneliti Lawson menggunakan 50 soal pilihan ganda untuk mengungkap tujuh
topik, yaitu aritmetika, dasar aljabar, garis dan kurva, segitiga, aljabar lanjut,
trigonometri, dan dasar kalkulus. Para siswa mengambil tes, satu minggu kemudian
setiap siswa menerima hasil diagnosa secara individual tentang kelemahan dan
kekuatannya di dalam tujuh area yang ada di dalam tes.
Peneliti Maxitop (2003) mengembangkan tes diagnostik berbentuk pilihan
ganda, untuk mengungkap kekuatan dan kelemahan belajar siswa khusus aspek
kognitif pada pelajaran matematika SLTP di kota Banjarmasin. Analisis hasil
penelitian dilakukan melalui lembar kerja siswa dengan menggunakan metode
statistik deskriptif, kemudian analisis dilakukan dengan mentabulasikan jawaban
siswa pada setiap butir soal sehingga diperoleh informasi mengenai tingkat
pencapaian hasil belajar (persentase benar atau salah) pada suatu butir soal. Peneliti
Menis & Fraser (dalam Suwarto, 2013) menggunakan soal pilihan ganda untuk
mengungkap miskonsepsi delapan topik kimia. Untuk menentukan adanya
miskonsepsi dilakukan cara sebagai berikut: bila butir soal memiliki lima pilihan
jawaban, maka peluang menjawab benar butir tersebut secara kebetulan adalah 0,2
dan diharapkan setiap jawaban dipilih oleh 20% siswa. Berdasarkan argumentasi
ini, mereka menetapkan miskonsepsi terjadi jika pengecoh dipilih oleh 20% siswa
atau lebih. Pendapat lain menyatakan bila jumlah siswa kelompok bawah memilih
kunci jawaban lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa kelompok atas,
atau indeks daya beda butir soal negatif, maka ada dua kemungkinan, yaitu kunci
soal salah atau terdapat miskonsepsi pada siswa. Soal pilihan ganda juga dipakai
dalam Nova’s SAT Diagnostic test-Math, Nova’s SAT Diagnostic Test-Verbal-
Solutions, dan Toefl Diagnostic Test, Diagnostic Test for Writers, GMR 1:
Grammar Diagnostic, PUN 1: Punctuation Diagnostic. Kelemahan bentuk soal ini
adalah alasan dibalik jawaban siswa tidak diketahui, sehingga diperlukan
penelusuran melalui kertas buram dan dilanjutkan dengan wawancara.
Contoh soal menurut Rusilowati (2006) adalah sebagai berikut.
Alat pemanas listrik memakai arus 500 mA apabila dihubungkan dengan sumber
110V. Hambatannya adalah . . . .
a. 0,22 ohm
b. 5,5 ohm
c. 55 ohm
d. 220 ohm
e. 550 ohm
Sepintas bentuk soal di atas seperti tes prestasi, tetapi sebenarnya setiap pilihan
jawaban memiliki makna untuk dapat mengetahui letak kelemahan siswa. Pilihan
jawaban a menunjukkan kelemahan dalam mengkonversi satuan, pilihan jawaban
b, c, dan e menunjukkan kelemahan dalam menerapkan rumus, atau pemahaman
konsep.

2. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan


Krishnan & Howe (1994) memperkenalkan two-tier multiple choice items.
Bentuk soal ini mirip dengan soal pilihan ganda, perbedaannya adalah pada soal ini
siswa disuruh memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilihnya. Bentuk soal
ini juga masih memiliki kelemahan, yaitu untuk memahami alasan yang diberikan
oleh siswa diperlukan penilai (Zeilik, 1998).
Contoh soal menurut Rusilowati (2007) adalah sebagai berikut.
Dua buah benda A dan B memiliki massa berbeda, benda A lebih berat
dibandingkan benda B. Bila kedua benda tersebut dijatuhkan secara bersamaan dari
ketinggian yang sama, maka ...
a. Benda A jatuh lebih dahulu
b. Benda B jatuh lebih dahulu
c. Benda A dan B jatuh secara bersamaan
Alasan memilih jawaban di atas: ...................................................................

3. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan
Peneliti Treagust (dalam Suwarto, 2013) telah menguraikan pengembangan sebuah
two-tier diagnostic test untuk mengukur konsepsi siswa. Haslam & Treagust pernah
melakukan penelitian di bidang biologi, tes diagnostik yang digunakan adalah two-
tier diagnostic test. Two-tier diagnostic test ini digunakan untuk menyelidiki
tentang miskonsepsi siswa terhadap fotosintesis dan respirasi. Peneliti Odom &
Barrow (dalam Suwarto, 2013) mengembangkan two-tier diagnostic test untuk
mengukur pemahaman siswa tentang konsep difusi dan osmosa. Setiap butir soal
terdiri dari dua bagian, yaitu pilihan jawaban soal dan pilihan alasan. Artinya, untuk
mengerjakan setiap butir soal, siswa terlebih dahulu memilih jawaban, kemudian
memilih alasan yang sesuai dengan jawaban yang dipilihnya. Peneliti Franklin
mengembangkan suatu instrument two-tier diagnostic yang terdiri dari 40 butir soal,
untuk mengidentifikasi konsep tertentu pada kekuatan, cahaya, panas, dan listrik.
Pemaknaan kwalitatif dan kwantitatif telah digunakan untuk menentukan
reliabilitas tes, validitas tes, dan kegunaan tes. Analisa butir telah dilakukan untuk
menentukan diskriminasi butir dan reliabilitas tes. Wawancara telah
diselenggarakan kepada 27 siswa untuk mengesahkan instrumen tersebut. Enam
guru telah diamati dan diwawancarai untuk menentukan pendapat guru sehubungan
dengan kegunaan tes tersebut. Chen (2005) mengembangkan penilaian two-tier
diagnostic untuk matematika khususnya tentang perkalian dan pembagian dan
untuk mengungkap miskonsepsi dan pola kesalahan tentang perkalian dan
pembagian pada anak kelas 6. Wawancara terbuka digunakan untuk mengumpulkan
segala jenis miskonsepsi dan pola-pola kesalahan dari perkalian dan pembagian.
Untuk mengidentifikasi miskonsepsi dan kesalahan dilakukan wawancara kepada
beberapa siswa. Rata-rata tingkat kesukaran butir adalah 0,48 dan daya beda butir
adalah 0,42. Hasil analisa jawaban siswa, ada beberapa miskonsepsi tentang definisi
perkalian, perkalian untuk 0 dan 1, perkalian sistim desimal, definisi pembagian,
dan pembagian untuk 0 dan 1.
Wang (2003) dari Department of Science Education, National Pingtung
Teachers college yang ada di Taiwan, mengembangkan two-tier diagnostic test
yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa pada fotosintesis dan respirasi
di bidang pelajaran biologi. Bagian yang pertama masing-masing butir berisi suatu
isi pertanyaan dengan dua atau tiga pilihan; bagian yang kedua masing-masing butir
berisi tiga sampai lima pertimbangan untuk jawaban bagi bagian yang pertama.
Kelemahan soal bentuk ini adalah untuk mengetahui penyebab kesulitan yang
dialami siswa (baik jenis miskonsepsi maupunpola-pola kesalahan) masih belum
cukup, sehingga masih perlu dilakukan untuk wawancara kepada beberapa siswa.
Contoh soal menurut Rusilowati (2014) adalah sebagai berikut.
Sebuah benda berdiri sejauh 10 cm di depan lensa positif yang memiliki jarak
fokus 30 cm. Sifat bayangan yang dibentuk lensa tersebut adalah ...
A. Nyata, terbalik, diperkecil
B. Nyata, terbalik, diperbesar
C. Maya, tegak, diperkecil
D. Maya, tegak, diperbesar

Alasan:
A. benda terletak di luar titik pusat kelengkungan lensa.
B. benda terletak di antara titik fokus lensa dan titik pusat kelengkungan
lensa.
C. benda terletak di antara titik pusat optik lensa dan titik fokus lensa.
D. benda terletak di titik fokus lensa.

4. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian


Peneliti Hirsch & O'Donnell (dalam Suwarto, 2013) menggunakan bentuk
uraian 2 butir dan bentuk pilihan ganda 14 butir. Tujuan penelitian ini untuk
mengembangkan instrumen tes yang valid dan reliabel untuk mengidentifikasi
miskonsepsi tentang probabilitas dan memberikan informasi diagnostik mengenai
kesalahan siswa yang sering terjadi. Peneliti Suryanto (dalam Suwarto, 2013)
menggunakan soal berbentuk uraian singkat sebanyak 24 butir, dan satu butir
berbentuk pilihan ganda. Penelitiannya bertujuan untuk menemukan jenis-jenis
penyebab kesalahan yang diperbuat oleh siswa SMP dalam mengerjakan soal
matematika. Validitas isi di lakukan oleh pakar. Tingkat kesukaran butir dari 0,30
sampai 0,80. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kesalahan yang diperbuat para
siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika adalah kesulitan konseptual dan
kesulitan komputasi, termasuk juga karena kecerobohan para sisiwa. Kelemahan
soal bentuk ini adalah pengkoreksian untuk soal bentuk uraian yang memerlukan
beberapa penilai, tetapi masih digabung dengan soal bentuk pilihan ganda. Dengan
demikian maka tes diagnostik semacam ini belum bisa memudahkan guru untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya.
Contoh soal adalah sebagai berikut.
Hampir semua tumbuhan memiliki daun. Daun berguna sebagai tempat pembuatan
makanan dan sebagai alat pernapasan tumbuhan. Bentuk daun bermacam-macam,
yaitu:
a) Bentuk daun oval, yaitu bagian tengah daun lebih lebar dibandingkan bagian
atas dan bawahnya, misalnya daun mangga, rambutan, dan durian.
b) Bentuk daun jantung, yaitu bentuknya seperti jantung, misalnya daun eceng
gondok dan daun sirih.
c) Bentuk daun menjari atau seperti jari, misalnya daun singkong dan daun pepaya.
d) Bentuk daun memanjang, yaitu helaian daun memiliki lebar yang sama misalnya
pandan dan padi.
Dari pernyataan di atas isilah pertanyaan berikut:
1. Apa fungsi daun terhadap tumbuhan?
2. Pada tumbuhan apakah daun yang berbentuk menjari atau seperti jari dapat
kita temukan?
3. Berbentuk apakah daun tumbuhan pandan dan padi?

5. Tes diagnostik dengan instrumen uraian


Peneliti Abraham dkk menggunakan soal bentuk uraian untuk mengungkap kesalah
pahaman konsep yang dialami siswa tingkat delapan (eighth graders) terhadap lima
konsep kimia yang terdapat dalam buku kimia. Peneliti Sugiharto menggunakan
soal berbentuk uraian yang terdiri dari 25 butir soal untuk mengidentifikasi jenis
kesalahan yang dilakukan siswa, menentukan kesulitan-kesulitan yang diduga
menjadi penyebab kesalahan, dan menentukan pada aspek kognitif mana siswa
banyak melakukan kesalahan. Reliabilitas tes diagnostik yang digunakan 0,796.
Subjek penelitian ini berjumlah 283 siswa. Peneliti Kenworthy (dalam Suwarto,
2013) menggunakan tes diagnostik yang berbentuk uraian. Untuk menentukan
reliabilitas tes diagnostik diperlukan dua orang raters (penilai). Reliabilitas tes
diagnostik dari dua penilai diperoleh cukup tinggi yaitu 0,91. Para siswa diberikan
tes penempatan yang harus dikerjakan di kelas dengan waktu yang dibatasi, yaitu
45 menit. Para siswa tersebut selanjutnya diberikan tes diagnostic yang berbentuk
uraian. Tes diagnostik ini dikerjakan oleh para siswa di rumah mereka masing-
masing dengan tenggang waktu 10 sampai 14 hari. Kelemahan soal bentuk ini
adalah sulit untuk mengoreksinya dikarenakan jawaban siswa harus diperiksa oleh
lebih dari satu penilai. Agar pemberian skor konsisten maka diperlukan rubrik
untuk penilian.
Contoh soal adalah sebagai berikut.
1. Apa yang anda ketahui tentang fotosintetis?
2. Untuk apa makhluk hidup berkembang biak?
3. Apa manfaat makanan dan air bagi makhluk hidup?

Rusilowati, A. 2006. Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan kelistrikan


Siswa SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 4(2),
100-106

Rusilowati, A. 2007. Diagnosis Kesulitan Belajar Fisika Siswa SD, SMP, dan
SMA di Kota Semarang. Seminar Nasional tentang Penelitian Pendidikan
dan Penerapan MIPA di UNY, tgl 25 Agustus 2007

Rusilowati, A. 2014. Pengembangan Instrumen Penelitian. Semarang: Unnes


Press.
Suwarto. 2013. Model-model Instrumen Diagnostik. Jurnal Widyatama 2(1). 64-70

Zeilik, M. 1998. Classroom assessment techniques conceptual diagnostic test.


Diakses pada tanggal 8 Oktober 2018, dari: http://www.flaguide.org/cat/
diagnostic/diagnostic7.php

Anda mungkin juga menyukai