Anda di halaman 1dari 36

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI

KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA


TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Program Pendidikan Seni Tari

Oleh:
Kusumah Dwi Prasetya
1000005

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hak Cipta

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI


KELIRAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR
PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Oleh
Kusumah Dwi Prasetya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Kusumah Dwi Prasetya 2014


Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulisan

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI
KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR
TAHUN 2000 – SEKARANG

Oleh :
Kusumah Dwi Prasetya
1000005

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH


PEMBIMBING :
Pembimbing I

Dr. Desfina. M.Hum


NIP. 19610220199003 2001

Pembimbing II

Agus Budiman, M.Pd


NIP.19770312200501 1002

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan SeniTari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si


NIP. 19571018198503 2001

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Skripsi dengan judul TARI TOPENG GEGOT KATYA MAK KINANG
DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS
JAKARTA TIMUR TAHUN 2000-SEKARANG, merupakan salah satu karya ilmiah
yang ditulis berdasarkan pengamatan terhadap apresiasi seni budaya khas Betawi
yaitu tari yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi salah satuya Topeng
Gegot. Permasalahan yang dibahas meliputi latar belakang Tari Topeng Gegot,
Koreografi Tari Topeng Gegot tahun 2000-sekarang, dan rias busana Tari Topeng
Gegot tahun 2000-sekarang Khas Betawi di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis melalui pendekatan secara kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Penelitian ini menghasilkan sebuah
deskripsi, bahwa tari Topeng Gegot diciptakan tahun 1935, hingga akhirnya
digolongkan kepada tari yang berpasangan. Pada perkembangannya tari ini sudah
tidak lagi berpasangan, dan ada perubahan dari segi koreografi, rias dan busana tetapi
tetap saja tidak merubah bentuk dan fungsi asli tari Topeng Gegot ini. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah Tari Topeng Gegot adalah salah satu
rumpun dari Tari Topeng khas Betawi yang mulanya bersifat anonim, hingga pada
akhirnya memiliki bentuk yang jelas dan bentuk stilasi gerak bersolek, hingga pada
tahun 1973-an digolongkan menjadi tari berpasangan yang menggunakan dua properti
topeng yaitu panji berwarna putih dan jingga berwarna merah. Pada zaman sekarang
tari Topeng Gegot ini memiliki perkembangan dalam koreografi, rias dan busananya.
Meskipun begitu, tari Topeng Gegot ini merupakan tarian yang termasuk kedalam
salah satu tarian yang berpasangan berkelompok, dan perkembangan tersebut tidak
mengubah fungsi asli dari tari Topeng Gegot ini.

Kata Kunci : Tari Topeng Gegot, Jakarta Timur tahun 2000-sekarang

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii

ABSTRACT
Thesis title MASK DANCE GEGOT Katya Mother Kinang Jiun KONG IN
VILLAGE AND DISTRICT CIRACAS CIBUBUR JAKARTA 2000-NOW, is one
of scientific papers written by observation of art appreciation Betawi culture is dance
that includes clumps mask dance Betawi one satuya Gegot mask. Issues covered
include background Gegot Mask Dance, Choreography Mask Gegot 2000-present,
and fashion makeup Mask Dance Gegot 2000-now Typical Betawi in Sub Cibubur
Ciracas District of East Jakarta. The method used in this research is descriptive
method of analysis through qualitative approach. Data collection techniques in this
study using observation, interviews, literature study and documentation to get more
accurate results. This research resulted in a description, that Gegot mask dance was
created in 1935, until finally classified to dance in pairs. In the development of this
dance is no longer in pairs, and there is a change in terms of choreography, makeup
and fashion, but still it does not alter the original form and function of this Gegot
mask dance. The conclusion that can be drawn from this study is Gegot Mask Dance
is one of the groups of Betawi Mask Dance initially anonymous, until at last have a
clear shape and form of stylized motion preening, until the 1973's dance in pairs
which are classified into use two properties, namely the banner white mask and red
orange. In today's dance masks Gegot developments in choreography, makeup and
clothing. Nevertheless, this Gegot mask dance is a dance that belongs to one of the
pairs dancing groups, and these developments do not change the original function of
this Gegot mask dance.

Keywords: Mask Dance Gegot, East Jakarta in 2000-now

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN............................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Penelitian........................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
1. Peneliti .......................................................................................... 9
2. Mahasiswa UPI .............................................................................. 9
3. Jurusan Pendidikan Seni Tari ......................................................... 9
4. Masyarakat Setempat ..................................................................... 9
5. Pihak Lain ...................................................................................... 9
F. Metode Penelitian................................................................................. 10
G. Struktur Organisasi Penelitian ............................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................. 11
A. Hasil Telaah Penelitiaan Terdahuluan ................................................. 11
B. Seni Tradisi di Masyarakat Betawi ...................................................... 12
C. Tari Topeng .......................................................................................... 16
D. Tari Topeng Gegot khas Betawi .......................................................... 18
E. Koreografi ............................................................................................ 22
F. Rias dan Busana ................................................................................... 24
1. Tata Rias......................................................................................... 24
2. Tata Busana .................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 27
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vii

A. Lokasi dan Objek Penelitian ............................................................... 27


1. Lokasi Peneletian ........................................................................... 27
2. Objek Penelitian ............................................................................. 27
B. Desain Penelitian .................................................................................. 27
C. Pendekatan dan Metode ....................................................................... 27
D. Definisi Operasional............................................................................. 29
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 30
1. Pedoman Observasi ........................................................................ 30
2. Pedoman Wawancara ..................................................................... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31
1. Observasi ........................................................................................ 31
2. Wawancara .................................................................................... 32
3. Studi Literature............................................................................... 34
4. Dokumentasi .................................................................................. 35
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 36
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 37
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 37
1. Latar Belakang Tari Topeng Gegot................................................ 37
2. Penyajian Tari Topeng Gegot tahun 2000-sekarang ...................... 45
3. Struktur Gerak ( Koreografi ) Tari Topeng Gegot Karya Mak
Kinang dan Kong Jiun.................................................................... 46
4. Struktur gerak ( koreografi ) tari Topeng Gegot karya Mak Kinang
dan Kong Jiun pada tahun 2000 – 2004 ......................................... 49
5. Struktur Gerak ( Koreografi ) tari Topeng Gegot karya
Mak Kinang dan Kong Jiun tahun 2004 – sekarang ...................... 56
6. Rias dan Busana Tari Topeng Gegot ............................................. 57
B. Pembahasan .......................................................................................... 77
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 81
A. Simpulan ............................................................................................. 81
B. Rekomndasi .......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 85

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii

LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 86

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Tabel 4.1 ............................................................................................................ 47

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lukisan tari Topeng Gegot ............................................................................... 43


2. Foto tari Topeng Gegot penari laki-laki dan perempuan ................................. 43
3. Penari perempuan ............................................................................................. 44
4. Penari laki-laki ................................................................................................. 44
5. Gerak Ngitek Kepala ........................................................................................ 50
6. gerak berpasangan tindak silang ...................................................................... 51
7. gerak berpasangan teng dongdong ................................................................... 52
8. Gerak koma gegot ........................................................................................... 53
9. gerak berpasangan geser ................................................................................. 54
10. gerak gagahan putra........................................................................................ 55
11. gerak gagahan putri ........................................................................................ 56
12. rias penari laki-laki.......................................................................................... 58
13. rias penari perempuan tampak depan .............................................................. 59
14. rias penari perempuan tampak samping .......................................................... 59
15. Topeng panji ( putih ) ...................................................................................... 61
16. Topeng panji ( putih ) ...................................................................................... 62
17. Topeng jingga (merah) .................................................................................... 63
18. Topeng jingga (merah) .................................................................................... 63
19. kembang topeng .............................................................................................. 65
20. kebaya lengan bostrok ..................................................................................... 66
21. andong setengah .............................................................................................. 66
22. andong kutang ................................................................................................. 67
23. Kain sarung batik tumpal gigi bajing .............................................................. 67
24. toka – toka silang ............................................................................................ 68
25. ampreng .......................................................................................................... 69

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
x

26. selendang ........................................................................................................ 69


27. kostum kreasi Toepeng Gegot tampak depan ................................................. 70
28. kostum kreasi Toepeng Gegot tampak belakang ............................................ 71
29. Iket kepala ..................................................................................................... 72
30. koko coak......................................................................................................... 73
31. pangsi .............................................................................................................. 73
32. kain sarung batik tumpal gigi bajing ............................................................... 74
33. sabuk jawara ................................................................................................... 74
34. selendang ........................................................................................................ 75
35. penari laki-laki ................................................................................................ 76

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya
pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru
Nusantara sampai Dunia. Meskipun begitu, etnik Betawi diduga penduduk yang
paling awal mendiami kawasan ini, paling tidak sejak abad kedua yang dijelaskan
dalam buku Profil Seni Budaya Betawi pada tahun 2009.
Jakarta yang menjadi pusat dari kota Indonesia kemudian dihuni oleh orang–
orang Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu dan dari beberapa daerah lainnya,
disamping orang Cina Belanda, Arab, Portugis dan lain–lain. Mereka membawa
adat istiadat dan tradisi budaya mereka ke tempat yang kelak akan meleburkan
mereka dengan identitas budaya dan kesenian yang lain. Bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi antar penduduk adalah bahasa Melayu dan bahasa Portugis
yang lebih dari satu abad lamanya malang melintang berniaga sambil
menyebarkan kekuasaan di Nusantara.
Jakarta yang menjadi pusat dari negara Indonesia, didatangi oleh berbagai
suku budaya lokal maupun budaya asing yang secara tidak langsung
mempengaruhi adat dan budaya masyarakat suku asli Jakarta tersebut. Jakarta
juga adalah panci pelebur (melting pot) yaitu banyak kebudayaan dan kesenian
dari berbagai penjuru Nusantara dan dunia bertemu, saling mempengaruhi,
melebur dan menjadikan identitas baru yakni masyarakat Betawi atau orang
Betawi.
Masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budayanya yang
semakin lama semakin konsisten dalam mempertahankan budayanya, sehingga
mempunyai identitas tersendiri. Apabila dikaji lebih mendalam akan tampak
unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya, walaupun tidaklah
mustahil bila bentuk kesenian, adat dan budaya Betawi sering menunjukan
persamaan dengan kebudayaan dan kesenian/daerah atau bangsa lain, karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi budaya masyarakat asli Betawi tersebut.
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2

Salah satunya dengan banyaknya suku bangsa maupun negara asing yang masuk.
Meski begitu masyarakat suku Betawi tersebut tetap menjunjung adat istiadat
kebudayaan asli mereka hingga saat ini.
Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang
ditengah kehidupan seni budaya dirasakan sebagai miliknya sendiri seutuhnya,
tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur–unsur yang telah membentuk
kebudayaan itu. Demikian pula sikapnya terhadap keseniannya sebagai salah satu
unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri–ciri kebetawian,
terutama pada seni pertunjukan. Berbeda dengan kesenian kraton yang merupakan
hasil karya seni para seniman istana dan terkesan adiluhung, kesenian Betawi
justru tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dan dengan
segala kesederhanaan. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai
kesenian rakyat.
Betawi yang memiliki banyak keragaman seni dan budaya ini, memiliki
kekhasan sendiri dalam budaya seni pertunjukannya baik dalam seni musik,
sastra, teater, rupa maupun tari. Dari berbagai pemaparan tentang keunikan yang
ada di Betawi peneliti tertarik untuk meneliti tentang kesenian yang ada di Betawi
yaitu Seni Tari khas Betawi. Ada bermacam-macam jenis tarian yang menjadi
khas Betawi, di antaranya tari Topeng, tari Belenggo, tari Yapong, tari Cokek,
Tari Uncul, Tari Samrah, Tari Zapin atau Japin, Pencak Silat, Tari Kreasi Baru.
Dari beberapa tarian di atas, salah satu tarian yang membuat peneliti tertarik
adalah Tari Topeng Betawi, karena secara tradisi rumpun tari Topeng Betawi
merupakan ke khasan dari seni budaya masyarakat Betawi. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rachmat Ruchiat (2003, hlm.17)
Jenis tari ini disebut tari topeng, bukan karena semua tari-tariannya ditarikan
oleh para penari dengan mengenakan topeng, melainkan karena biasa
dijadikan pelengkap pergelaran topeng, salah satu teater tradisi yang hidup
dan berkembang dikalangan masyarakat yang sehari-hari menggunakan
bahasa Betawi dialek pinggir.

Dari pernyataan di atas Topeng Betawi dapat diartikan bahwa seni Topeng
Betawi ini tidaklah hanya seni tari yang penarinya menggunakan Topeng saja,

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3

bahkan lebih luas lagi yakni seni pertunjukan atau teater yang mengandung aspek
tari, menyanyi, dan drama.
Seni pertunjukan yang berbentuk teater ini terdapat penari yang
menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat,
namun tentu saja memiliki perbedaan baik dalam bahasa dan bentuk
penyajiannya. Melihat dari pertunjukan seni teater yang terdapat seni tari
Topengnya tersebut mengapa tidak untuk membakukan tarian yang ada dalam
Topeng Betawi tersebut. Mak Kinang dan Kong Jiun yang pertama menciptakan
tari Topeng Betawi pada tahun 1930.
Ketika kita mendengar tari Topeng pasti kita menyangkut-pautkan dengan
Cirebon atau langsung memikirkan tari Topeng Cirebon. Begitupula dengan Tari
Topeng Betawi ini, terinspirasi dari tari Topeng Cirebon sebagaimana yang
dikemukakan oleh Kartini Kisan generasi ketiga tari Topeng Betawi (1989, hlm.1)
bahwa : “Tari Kedok yang berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran
merupakan penyederhanaan dari tarian topeng kecil Cirebon yang biasa terdiri
dari enam sampai delapan topeng“. Begitu besarnya penyebaran tari Topeng
Cirebon yang tidak hanya di Betawi saja bahkan seluhur daerah Parahiyangan.
Macam-macam Tari yang termasuk rumpun Topeng Betawi menurut Yahya
Andi Saputra (2009, hlm.39) :
Dalam perkembangannya kini kita kenal berbagai variasi tari topeng Betawi,
seperti Lipet Gandes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Gegot, Topeng Cantik,
Topeng Putri, Topeng Ekspresi, Kang Aji, dan lain-lain. Sementara tari kreasi
baru yang mendapat inspirasi dari tari Topeng antara lain Ngarojeng, Doger
Amprok, Gitek Balen, Kembang Lambang Sari, Nanak Ganjen dan Topeng
Sengget.
Beberapa tari Topeng Betawi yang telah dipaparkan di atas, salah satunya
adalah tari Topeng Gegot. Peneliti tertarik untuk meneliti Tari Topeng Gegot
tersebut, karena tari Topeng Gegot tersebut merupakan tari Topeng yang
mempunyai keunikan tersendiri, yaitu tarian Betawi yang menggunakan kedok,
yang bisa kita ketahui bahwa kata topeng yang diartikan oleh masyarakat di
Betawi itu adalah sebuah pertunjukan, tetapi berbeda dengan tari Topeng Gegot
ini yang benar–benar menggunakan Topeng atau kedok dan tari Topeng Gegot ini

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4

mengalami beberapa kali pergeseran dalam bentuk penyajiannya. Itulah salah satu
dari beberapa hal yang unik, yang terdapat dalam tari Topeng Gegot sehingga
membuat peneliti tertarik untuk menindaklanjuti sebagai topik yang akan di
angkat sebagai bahan penelitian.
Tari Topeng Gegot ini diciptakan oleh Mak Kinang dan Kong Jiun setelah
Topeng Tunggal, pada tahun 1935-an. Mulanya tari Topeng Gegot ini sama
dengan tari Topeng Tunggal bersifat anonim yaitu tidak mempunyai bentuk tarian
yang khusus, yang termasuk ke dalam pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul
Jantuk yaitu sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang menceritakan tentang
keluarga Jantuk.
Tari Topeng Gegot ini ditampilkan sebagai penarik perhatian warga bahwa
akan berlangsungnya sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk
tersebut, seperti halnya tari Topeng Tunggal yang ditampilkan saat pertunjukan
Topeng Betawi sebagai penarik perhatian warga. Saat pertunjukan Topeng
Betawi, Tari Topeng Gegot ini ditarikan oleh satu orang dengan menggunakan
topeng yang berwarna Putih, yang dimana penari mengikuti lagu yang berisi
sajak, akan tetapi gerakan dari penari tersebut tidak tentu dan selalu berbeda setiap
pertunjukannya, yang menimbulkan tidak ada kepastian dalam gerakan dan lama
durasi dari sebuah tarian Topeng Gegot karena mengikuti dari sajak tersebut.
Sajak tersebut diiringi oleh beberapa alat musik yaitu gendang , kenong 3,
rebab, kecrek, goong, dan kencengan. Walaupun sajak tersebut diiringi oleh
beberapa alat musik, tetap saja dalam gerak dan pengaruh terhadap tari Topeng
Gegot tidak beraturan, dalam segi kejelasan gerak dan kekonsistenan durasi.
Itulah sebabnya mengapa tari Topeng Gegot ini bersifat anonim.
Pada tahun 1973, Kartini menjelaskan dalam wawancaranya pada tahun 2014
bahwa, bermula dari sebuah Festival di Bandung tepatnya Gedung Merdeka, saat
itu Topeng Betawi yang berjudul Jantuk ini akan dipentaskan di festival tersebut,
dengan tarian awal yaitu tari Topeng Tunggal, akan tetapi Mak Kiang dan Kong
Jiun ini di usianya yang sudah lanjut tidak sanggup lagi untuk menarikan tari
Topeng Tunggal tersebut, maka dari itu tari Topeng Gegotlah yang akan ditarikan.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5

Berbagai pendapat tentang tari Topeng Gegot pun bermunculan, terlebih


mengenai gerak dari tari Topeng Gegot tersebut yang tidak memiliki bentuk yang
jelas, maka dari itu penerus generasi kedua dari rumpun tari Topeng Betawi yaitu
anak dari Mak Kinang dan Kong Jiun, Kisan, Warta dan Haji Dali memperjelas
gerak dan alur dari tari Topeng Gegot tersebut dan mulai memakai hitungan yang
pasti agar dapat dipelajari oleh orang lain.
Tari Topeng Gegot ini sebenarnya memiliki ketersinambungan dengan tarian
pertamanya yaitu tari Topeng Tunggal, agar tidak terlalu jauh antara
perbedaannya maka ditambahlah peran penari laki–laki dengan menggunakan
topeng jingga yang membuat tari Topeng Gegot ini berpasangan dan terlihat unik,
berbeda dari tarian–tarian lainnya. Begitulah awal mulanya tari Topeng Gegot
menjadi tarian yang berpasangan. Pertama kali yang menarikan tari topeng Gegot
secara berpasangan ini adalah Haji Dali dan Benih di acara festival bertempatkan
di Gedung Merdeka Bandung.
Dua properti yang digunakan oleh tari Topeng Gegot ini adalah topeng
berwarna Putih dan Jingga yang menunjukan karakter yang berbeda. Tari ini
menceritakan perbedaan karakter manusia yakni karakter baik dan buruk yang
digambarkan melalui gerak dari topeng Panji berwarna Putih berkarakter Lembut
yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia, sedangkan topeng Jingga
berwarna Merah berkarakter Gagah yang menceritakan sosok manusia yang jahat.
Tari Topeng Gegot ini juga dapat diartikan sebagai ketertarikannya seorang laki-
laki terhadap kecantikan dan kelembutan seorang perempuan, seperti yang
dijelaskan oleh Kartini dalam wawancaranya.
Seiring berjalannya waktu tari Topeng Gegot ini mulai sering ditarikan secara
berpasangan, tetapi tidak hanya satu pasang saja, melainkan sampai beberapa
pasangan penari, sehingga membuat masyarakat tertarik untuk menyaksikan
Topeng Betawi tersebut. Semakin lama, semakin banyak permintaan masyarakat
dan Dinas setempat untuk menampilkan tari Topeng Gegot.
Pada wawancaranya dengan Kartini menjelaskan, pada tahun 2000-an mulai
tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi dibakukan, karena pada
tahun tersebut generasi dari tari Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6

meneruskan dan mewarisi dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak
Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah, sehingga dibuat sebuah pembakuan dari
mulai latar belakang dan gerak-gerak semua tari yang bersumber dari rumpun tari
Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut di
kuatkan pula dengan Pemerintah Dinas Jakarta yang meminta sendiri terhadap
keluarga Mak Kinang dan Kong Jiun untuk membakukan gerak–gerak yang ada di
dalam tari Topeng Topeng tersebut agar tidak ada kesimpang siuran atau
perbedaan dalam gerak tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi
tersebut yang mulai ditarikan oleh beberapa sanggar yang ada di Betawi. Begitu
pula dengan gerakan tari dari rumpun tari Topeng Betawi ciptaan Mak Kinang
dan Kong Jiun. Kartini Kisan yang lebih berperan penting mengenai pembakuan
dari tari Topeng Gegot tersebut.
Maestro tari Topeng Betawi generasi ketiga inilah yang membakukan dan
memperjelas gerakan dari tari Topeng Gegot ini agar mudah untuk dipelajari
hingga tari Topeng Gegot ini dapat dilastarikan sebagaimana tari–tarian lainnya.
Setelah keluarga dari generasi Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan
Kong Jiun serta Pemerintah Dinas Kebudayaan membakukan seluruh tarian dari
rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Dalam
perkembangannya tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk penyajian
kembali, yaitu pada tahun 2004 tari Topeng Gegot ini lebih banyak ditarikan oleh
perempuan saja, karena sudah bertambahnya usia dari penari asli laki–laki Topeng
Gegot yang menyebabkan tidak sebugar dahulu lagi saat menarikan tari Topeng
Gegot tersebut dan kurangnya minat penari laki–laki, terlebih Jakarta sendiri
adalah pusat kota di Indonesia yang menimbulkan siklus moderenisasi, ilmu dan
perkembangan teknologi begitu cepat, sehingga membuat minat masyarakat
kurang melestarikan dan mempelajari budayanya sendiri karena dianggap kuno.
Hal tersebut dikemukakan pula oleh Alex Inkeles yang dikutip oleh Prof. Harsojo
dalam buku Pengantar Antropologi (1982, hlm.269) yaitu “manusia modern lebih
percaya pada ilmu dan teknologi”. Faktor yang dikemukakan oleh Harsojo
tersebut yang menegaskan penyebab dari kurangnya apresiasi masyarakat
terhadap seni khususnya tari, sehingga akibat dari factor tersebut kepada tari

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7

Topeng Gegot adalah tidak adanya generasi penerus khususnya penari laki-laki
hingga menjadikan tari Topeng Gegot ini jarang sekali ditarikan secara rampak
berpasangan, melainkan hanya ditarikan oleh penari rampak perempuan saja yang
menggunakan topeng Putih. Walaupun tari Topeng Gegot ini sudah jarang
ditarikan secara berpasangan, tari Topeng Gegot ini tetap saja sebuah tari bentuk
yang berpasangan, walau dalam kebanyakan penampilannya ditarikan oleh
rampak perempuan yang menggunakan topeng Putih.
Dari pernyataan di atas jelas sekali dalam perkembangannya Tari Topeng
Gegot ini mengalami pergeseran bentuk penyajian, baik dalam fungsi, bentuk
penyajian, gerak, rias dan busana. Karena adanya beberapa faktor yang
menyebabkan tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran dalam bentuk
penyajianya, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tari Topeng Gegot dengan
segala keunikan dan ke-khasan dari tari Topeng Gegot ini, terlebih lagi penyebab
dan akibat mengapa tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk dalam
penyajiannya dan bentuk tari Topeng Gegot pada tahun 2000-sekarang, baik
dalam bentuk penyajian, koreografi, rias dan busananya. Peneliti mengambil
penelitian ini mulai dari tahun 2000, karena pada tahun tersebut generasi dari tari
Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk meneruskan dan mewarisi dari rumpun
tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah,
sehingga dibuat sebuah pembakuan dari mulai latar belakang dan gerak-gerak
semua tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak
Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut pula dikuatkan oleh rujukan dari
Pemerintah Dinas Jakarta agar tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas
Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini sebagai warisan budaya Betawi yang
harus dilestarikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti terfikir untuk
meneliti tari Topeng Gegot mulai dari tahun 2000 dengan pertimbangan yang
telah dijelaskan di atas. Sehingga dalam penelitiannya dapat terfokus dan jelas
dalam permasalahannya.
B. Identifkasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti sebuah Tari
Topeng Gegot ini dalam bentuk permasalahan dan perkembangannya. Tari

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8

Topeng Gegot ini mengalami perubahan dalam bentuk penyajian, struktur


koreografi, rias dan busananya. Perubahan tersebut menjadikan sebuah ide
permasalahan yang menarik peneliti untuk dijadikan dasar penelitian dan
mengangkat permasalahan tersebut ke dalam identifikasi masalah. Untuk tidak
terlalu luas dalam pembahasannya, peneliti mengidentifikasikan masalah
penelitian ini pada tahun 2000–sekarang.
Peneliti mengambil penelitian ini mulai dari tahun 2000, karena pada tahun
tersebut generasi dari tari Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk meneruskan
dan mewarisi dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong
Jiun agar tidak punah, sehingga dibuat sebuah pembakuan dari mulai latar
belakang dan gerak-gerak semua tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng
khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut pula
dikuatkan oleh rujukan dari Pemerintah Dinas Jakarta agar tari yang bersumber
dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini
sebagai warisan budaya Betawi yang harus dilestarikan.

C. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, peneliti merumuskan bentuk
permasalahan penelitian ke dalam sebuah pertanyaan, sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong
Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur?
2. Bagaimana koreografi tari Topeng Gegot pada tahun 2000–sekarang?
3. Bagaiman rias dan busana tari Topeng Gegot pada tahun 2000–sekarang?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara umum tentang latar
belakang tari Topeng Gegot untuk memperoleh gambaran tentang struktur Bentuk
Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan
Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada Tahun 2000–sekarang
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah, sebagi berikut :

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9

a. Mendeskripsikan latar belakang Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan


Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
b. Mendeskripsikan bentuk koreografi Tari Topeng Gegot pada Tahun
2000–sekarang
c. Mendeskripsikan rias dan busana Tari Topeng Gegot pada Tahun 2000–
sekarang
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini, adalah :
1. Peneliti
Dengan adanya penelitian tentang Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot
Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur Tahun 2000 – sekarang, diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk
peneliti serta menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan bagi peneliti,
khususnya mengenai tari Topeng Gegot Betawi.
2. Mahasiswa UPI
Dengan adanya penelitian Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya
Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
Tahun 2000–sekarang, diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan
informasi tentang tari khas Ibu Kota terutama Tari Topeng Gegot.
3. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung
Menambah Khasanah kepustakaan (literature) khususnya pada jurusan
Pendidikan Seni Tari UPI Bandung mengenai Bentuk Penyajian Tari Topeng
Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur Tahun 2000–sekarang.
4. Masyarakat Setempat
Meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap kesenian daerah setempat yakni
Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur khusunya pada masyarakat Betawi itu sendiri.
5. Pihak Lain
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan informasi
akan keberadaan, dan memberikan wawasan bagi masyarakat luas, seniman, dan

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10

generasi muda. Peneliti juga mengajak kepada masyarakat luas dimanapun berada
untuk menghargai, mempertahankan, melestarikan seni budaya bangsa setempat.

F. Metode Peneltian
Metode yang dilakukan ini adalah metode penelitian deskriptif analisis dengan
melakukan pendekatan secara kualitatif. Metode deskriptif analisis merupakan
salah satu metode penelitian untuk memecahkan masalah, yang dilakukan dengan
cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti menjelaskan situasi dan
bagaimana bentuk pertunjukan Tari Topeng Gegot.

G. Struktur Organisasi Penelitian


Bab I pendahuluan berisikan tentang : latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metode
penelitian secara garis besar.
Bab II berisi uraian tentang metode penelitian, adapun uraian dan isi metode
penelitian diantaranya: seni tradisi di masyarakat Betawi, tari Topeng, tari Topeng
Gegot, koreografi, rias dan busana.
Bab III merupakan penjabaran lebih terperinci kedalam metode penelitian.
Adapun uraian dan isi dari penjabaran metode penelitian diantaranya : lokasi dan
objek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode, definisi operasional,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data yang telah
dikumpulkan peneliti untuk menemukan hasil dan pembahasan dari rumusan
masalah.
Bab V merupakan uraian tentang kesimpulan dan rekomendasi yang
ditunjukan kepada para pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian
yang bersangkutan, kepada penelitian berikutnya.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan ini dilaksanakan di kediaman Kartini Kisan di Jalan Cibubur
gang 3 rt 06 rw 01 Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Alasan
dipilih lokasi tersebut karena tertarik dengan Pertunjukan dan latar belakang Tari
Topeng Gegot, dan keinginan peneliti yang tetap ingin menghidupkan kesenian
daerah yang hampir punah.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Kartini Kisam sebagai Maestro generasi ketiga
dari pewaris tari Topeng Betawi dan Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan
Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.Objek ini
dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Kartini adalah maestro Tari Topeng
Gegot generasi ketiga yang masih ada sampai sekarang.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengangkatan eksistensi dari sebuah karya seni yang
hampir punah dan mengalami perkembangan dalam bentuknya. Yakni Tari
Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun.

C. Pendekatan dan Metode


Metode yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah, yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti
menjelaskan situasi dan permasalahan kedua versi tentang Tari Topeng Gegot dari
generasi ketiga dan keempat pewaris rumpun Tari Topeng Betawi yaitu Mak
Kiang dan Kong Jiun.
Metode yang dipergunakan harus tepat dengan jenis penelitian yang diteliti.
Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2010, hlm.6) :

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk


mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan,
dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
dalam bidang pendidikan
Untuk menjaga kealamiahan dari penulisan penelitian tersebut, sebagamana
yang telah dipaparkan di atas, maka metode ini diklasifikasikan berdasarkan,
tujuan, dan tingkat kealamiahan obyek yang diteliti. Sugiono (2010, hlm.9)
mengungkapkan :
Metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic
research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian
pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat
kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokan menjadi metode
penelitianeksperimen, survey dan naturalistik.

Berdasarkan pemaparan dari para ahli, karakteristik permasalahan dari


penulisan ini sangat cocok dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
analisis dengan melakukan pendekatan secara kualitatif. Metode deskriptif
analisis merupakan salah satu pemecahan masalah dalam penelitian ini, karena
penelitian ini lebih menitik bertkan terhadap permasalahan pendeskripsian dan
menganalisis hasil dari permasalahan tersebut.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2001,
hlm.64). ‘Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang telah terjadi pada saat sekarang (pada saat
penelitian dilaksanakan).’
Dalam paparan di atas peneliti menggunakan metode deskriftif analisi
menggunakan pendekatan kualitatif dimana pendekatan kualititatif adalah suatu
cara yang digunakan dalam penelitian pada kondisi objek yang alamiah. Metode ini
dianggap peneliti sebagai langkah kongkrit guna memperoleh informasi data dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam penelitian.
Sebagaimana Sugiono (2010, hlm.15) menjelaskan pengertian metode
penelitian kualitatif, yaitu:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian berlandaskan pada
filsafat Postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29

sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara


purposivedan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatf, dan hasil penelitian kualitataif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Oleh karena itu peneliti merasa metode deskriptif analisis yang paling tepat
untuk menjawab dari berbagai rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini.
Metode deskriptif analisis pula yang akan menjadi acuan untuk mengungkapkan
Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun di
Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dari generasi ketiga dan
keempat dalam koreografi, rias dan busana. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif merupakan salah satu metode penelitian untuk memecahkan masalah,
yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti
menjelaskan situasi dan bagaimana bentuk pertunjukan Tari Topeng Gegot yang
mengalami perbedaan versi dari generasi ketiga dan keempat dari pewaris tari
Topeng Betawi yaitu Mak Kinang dan Kong Jiun.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional peneliti uraikan karena untuk menghindari salah satu
penafsiran mengenai judul penelitian yang akan peneliti ajukan, dan peneliti akan
membatasi istilah–istilah yang ada dalam penelitian. Dengan demikian pembaca
akan memperoleh gambaran apa yang dimaksud dengan judul tersebut, sebagai
berikut :
Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah salah satu seni pertunjukan khas Betawi
di DKI Jakarta. Tari Topeng Gegot ini mulanya bersifat anonim sama seperti
Topeng Tunggal, tetapi oleh Mak Kinang dan Kong Jiun dan generasi penerus
dari keluarga Mak Kinang dan Kong Jiun dibuat menjadi tari bentuk yang utuh
dan jelas untuk mudah dipelajari. Tari Topeng Gegot merupakan salah satu
rumpun tari Topeng Betawi, yang disajikan secara berpasangan dengan
menggunakan Topeng. Dalam perkembangannya pada tahun 2000–sekarang tari
Topeng Gegot mengalami perubahan, baik dalam bentuk penyajian, koreografi
dan rias dan busananya.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30

Dari pernyataan di atas peneliti akan membatasi penelitian ini agar sesuai
dengan apa yang dimaksud dengan judul penelitian, yakni memperoleh gambaran
tentang latar belakang Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun, dan
memperoleh gambaran mengenai struktur koreografi, rias dan busana Tari Topeng
Gegot pada tahun 2000–sekarang. Mengambil mulai dari tahun 2000, karena pada
tahun tersebut merupakan pembakuan dan penyamarataan tari yang bersumber
dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun oleh
generasi penerus tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun serta
Pemerintah Dinas Jakarta. Maka dari itu peneliti mengambil penelitian ini mulai
dari tahun 2000-sekarang dan agar lebih terfokuskan dalam permasalahannya.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian ke
lapangan peneliti menyiapkan beberapa panduan diantaranya panduan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang
mempunyai peranan penting saat terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan. Hal ini telah diungkapkan oleh Sugiyono (2008,
hlm.222) bahwa, ‘Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri’.
Dengan adanya panduan penelitian tersebut peneliti akan lebih fokus terhadap
topik pembahasan. Dalam instrument penelitian itu biasanya berupa pedoman-
pedoman baik pedoman wawancara maupun pedoman observasi, yang masing-
masing mempunyai peranan dan fungsi tersendiri :
1. Pedoman Observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah peneliti mengamati
secara langsung koreografi dan keunikan-keunikan dari Tari Topeng Tunggal
Khas Betawi dari kedua versi dari generasi ketiga dan keempat dari pewaris tari
Topeng Betawi. Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan. sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penyususnan hasil
laporan penelitian.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31

2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk mengajukan sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Pedoman
wawancara Hasil pedoman wawancara ini dimaksudkan berisi sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang tari Topeng Gegot, mengajukan
pertanyaan tentang susunan koreografi, serta mengajukan pertanyaan tentang tata
rias, dan busana yang digunakan dalam tari Topeng Gegot karya Makinang dan
Kong Djiun di kelurahan Cibubur, kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
Hasil pedoman wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data-data
penelitian, yang selanjutnya dijadikan salah satu referensi untuk membuat laporan
hasil penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini, diantaranya :
1. Observasi
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan maksud
mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi, yaitu untuk melihat
langsung bagaimana perkembangan Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan
Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Peneliti
melaksanakan observasi langsung ke lapangan tempat tinggal narasumber, karena
dengan begitu peniliti dapat mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan
mengenai tari Topeng Gegot ini. Seperti yang dikatakan oleh Nasution (thn. 1988)
bahwa ‘observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan’.
Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dibagi
menjadi dua tahap, tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi
dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian. Tahap kedua sebagai
penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan bahan dan data yang dibutuhkan
dalam pembahasan masalah. Observasi pertama yang kegiatannya berisi
pengecekan lokasi dan sasaran penelitian, bertujuan untuk mengetahui lokasi
sebenarnya dari narasumber. Adapun observasi kedua yaitu untuk mendapatkan
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32

seluruh informasi yang dapat menunjang pada penelitian yang sedang dilakukan
oleh peneliti.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu obeservasi langsung. Dimana
peneliti dapat melakukan pengamatan tarian tersebut lebih dekat jelas dan
terperinci dari narasumber yang bergelut langsung terhadap Tari Topeng Gegot ini
dan peneliti dapat meninjau secara langsung dari kesenian secara utuh.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Nazir (1983, hlm.212) bahwa
‘pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung
adalah cara pengambilan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut’.
Adapun manfaat observasi menurut Patton dalam Nasution (thn. 1988),
manfaat observasi adalah sebagai berikut : ‘Dengan observasi di lapangan peneliti
akan mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan
dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh’.
Teknik observasi ini juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Satori dan Komariah (2010,
hlm.105) bahwa ‘mengetahui kecenderungan perilaku seseorang terhadap suatu
kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyaksikan secara langsung. Dengan cara
ini kita dapat mempercayai apa yang sesungguhnya terjadi, karena kita melihat
dengan mata kepala sendiri’. Dengan mengobservasi langsung ketempat sumber
dari informasi tersebut, peneliti dapat dengan mudah mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk keperluan bahan penelitian dan yang berkaitan dengan Tari
Topeng Gegot.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh keterangan dalam pengumpulan data penelitian dengan cara
tanya jawab. Selain itu juga wawancara dapat digunakan untuk mengetahui
apabila peneliti ada sebuah permasalahan pada penelitian yang sedang
dilaksanakan oleh peneliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal–hal
yang berhubungan dengan narasumber lebih mendalam. Sebagaimana yang

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33

dipaparka oleh Satori dan Komariah (2010, hlm.130) yakni : ‘wawancara adalah
suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari
sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab’.
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Jenis
wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara langsung. Menurut A. Muri
Yusuf dalam bukunya Metodologi Penelitian Wawancara (2005, hlm.140)
menjelaskan bahwa:
Wawancara adalah proses antara pewawancara (Interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung atau dapat juga
dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka (face to face) antara
interviewer dengan interviewee dimana pewawancara bertanya langsung
tentang sesuatu aspek yang dinilai dan telah dirancang sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan penelti dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara bertahap. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Satori dan
Komariah ( 2010, hlm.131 ) bahwa :
Wawancara berahap adalah wawancara yang mana peneliti dengan sengaja
datang berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendri untuk melakukan
wawancara dengan informasi dan peneliti tidak sedang observasi partisipasi,
ia bisa tidak terlibat intensif dalam kehidupan sosial informan, tetapi dalam
kurun waktu tertentu, peneliti bisa datang berkali – kali untuk melakukan
wawancara. Istlah lain dari bertahap bisa disebut juga wawancara bebas,
terpimpin atau terarah, yaitu wawancara dengan merujuk pada pokok – pokok
wawancara.
Maksud dari teknik wawancara tersebut adalah untuk mengungkap data–data
dan informasi dari subernya langsung yang sifatnya berhubungan dengan makna–
makna yang ada dibalik prilaku situasi sosial yang terjadi. Seperti yang dijelaskan
oleh Lincoln dan Guba dalam Satori dan Komariah (2010, hlm.132) bahwa
maksud dari penggunaan teknik wawancara yaitu :
1. Mengkontruksi mengenai orang, kejadian organisasi perasaan motivasi,
tuntunan, kepedulian dan lain–lain kebulatan ;
2. Mengkontruksi kebulatan–kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu ;

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34

3. Memproyeksi kebulatan–kebulatan sebagai yang diharapkan untuk


dialami pada masa yang akan datang ;
4. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh
dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) ;
5. Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Dari pernyataan di atas peneliti dapat menggunakan metode wawancara
dalam penelitiannya. Dalam wawancara ini peneliti bertanya langsung pada
narasumber yang berkaitan dengan latar belakang, koreografi rias dan busana tari
Topeng Gegot, dan terus mengembangkan tema wawancara baru yang dapat
memperkaya informasi mengenai masalah dari penelitian tersebut, terutama dalam
segi latar belakang, struktur koreografi dan rias dan busana tari Topeng Gegot.
Untuk mengantisipasi kekelurahan dalam penyimpulan pembahasan dari
narasumber, saat melakukan wawancara, peneliti dibantu dengan mengguakan alat
wawancara. Alat bantu tersebut digunakan agar wawancara lebih efektif dan
efisien. Pada saat prosesnya digunakannya instrumen pertanyaan–pertanyaan
wawan cara untuk membantu mengingatnya, maka wawancara tersebut direkam
dengan menggunakan alat bantu handphone.

3. Studi Literatur
Selain melakukan observasi serta wawancara penulis juga mencoba mencari
sumber data serta informasi dengan mengkaji beberapa sumber dari buku-buku
serta jurnal skripsi yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan ini. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data, informasi dengan
cara mempelajari beberapa literatur. Literatur yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu sumber–sumber yang mendukung baik dari hasil penelitian, buku sumber,
makalah, artikel, koran-koran dan intenet.
Pemecahan masalah akan lebih mudah dengan menggunakan studi literatur,
karena didukung dengan buku–buku yang relevan dan dijadikan sumber untuk
mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat dan ilmiah. Penggunaan buku sebagai
sumber dapat dijadikan kerangkan acuan atau landasan dalam merumuskan dan
menganalisis data serta bahan dalam pengolahan data.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35

Beberapa sumber dari buku-buku diantaranya buku Profil Seni Budaya


Betawi, Kebudayaan DKI Jakarta, adapun Artikel-artikel seperti Tari Kedok,
Perkembangan Seni Budaya di DKI Jakarta, Perkembangan Seni Budaya di
Jakarta dan Sekitarnya Dari Masa ke Masa dan dilandasi dengan buku Metode
Penelitian Pendidikan. Serta jurnal skripsi yang relevan dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam penulisan ini. Selain buku-buku yang disebutkan di atas
masih terdapat bahan–bahan yang peneliti kutip dari internet, sebagai acuan untuk
dikaji kembali dan disatupadukan dengan permasalahan yang sedng peneliti teliti.
Berkenaan dengan hal ini Cronin dalam Satori dan Komariah (2010, hlm. 151)
menyebutkan bahwa,
bila ingin mengetahui signifikasi suatu sitiran, terlebih dahulu harus
memahami perilaku ilmuan dalam berkomunikasi.kebiasaan mengutip
pendapat atau teori yang terdapat pada karya pengarang lain telah banyak
dilakukan oleh penulis. Sitiran tu dipahami untuk mendukung tulisan dan hal
itu telah menjadi kehausan dalam dunia kominikasi.

4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang melengkapi dari
penggunaan metode observasi dan wawancara, serta membantu dalam
pelengkapan penelitian dari metode observasi dan wawancara tersebut.
Pendokumentasian dapat membantu memberikan data dalam menganalisis,
mencari data, dan mengenai hal–hal variable yang berupa benda–benda tertulis,
seperti buku–buku, majalah, dokumentasi, peraturan–peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan lain sebagainya. Studi ini diperjelas pula oleh Satori dan
Komariah (2010, hlm.149)
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumenasi yaitu
mengumpulkan dokumen dan tiba–tiba yang diperlukan dalam permasalahan
penelitian laludi telaah secara intens, sehingga dapat mendukng dan
menambah kepercayaan dan pembuktin suatu kejadian. Hasil observasi atau
wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung dengan
dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa dokumentasi sangat penting untuk
memperkuat dan mensyahkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dokumen seperti piagam–piagam, makalah

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36

serta hasil rekaman yang berupa audio, visual dan audio visual. Alat yang
digunakan peneliti saat pendokumentasian penelitian yaitu: handphone alat untuk
merekam pada saat wawancara bersama narasumber Tari Topeng Gegot, adapun
kamera digital, dan handycam untuk mengambil gambar penting pada saat
penelitian berlangsung.

G. Teknik Analisis Data


Dari data-data yang telah terkumpul, peneliti kaji dan analisis kembali untuk
mengetahui aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam permasalahan yang sedang
diteliti oleh peneliti.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang telah terkumpul dari hasil
penelitian, atau dokumentasi yang lain ini merupakan kegiatan yang sangat
penting sejak penelitian itu dimulai hingga penelitian ini selesai. Menurut
Sugiyono (2007, hlm.89) bahwa ‘analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian’.
Setelah beberapa data terkumpul dari hasil observasi dan wawancara penulis
mengkaji beberapa sumber lain dari buku serta artikel yang digunakan oleh
penulis sebagai landasan untuk memperkuat beberapa pernyataan yang penulis
dapatkan dan kemudian penulis kembangkan sebagai pembahas dalam penulisan.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahsaan mengenai tari Topeng Gegot karya
Mak Kinang dan Kong Jiun ini, ada beberepa poin yang peneliti ambil dan dirasa
sangat penting untuk menujang dari permasalahan yang peneliti rumuskan. Tari
yang bersumber dari rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong
Jiun ini merupakan tarian yang sangat unik, karena tari Topeng Gegot ini memeng
benar-benar dalam penyajian tarinya menggunakan topeng yang dimana dalam
bahasa Betawi kata topeng itu sendiri adalah sebuah pertunjukan. Kata topeng itu
banyak dipakai dalam tarian yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi, tapi
dalam penyajiannya tidak menggunakan topeng, hanya ada tiga saja yang benar-
benar menggunakan topeng atau kedok dalam bahasa Betawi, yaitu tari Topeng
Tunggal, tari Topeng Gegot dan tari Topeng Jantuk yang sekarang sudah mulai
dibentuk kedalam tari.
Tari Topeng Gegot merupakan tari yang mulanya termasuk kedalam satu
runtuian pertunjukan Topeng Betawi, yang berjudul Jantuk. Topeng Betawi
merupakan pertunjukan teater total dengan menceritakan sebuah keluarga Jantuk.
Tari Topeng Gegot tersebut berfungsi hanya untuk menarik perhatian warga,
bahwa ditempat tersebut ada sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul
Jantuk. Tari Topeng Gegot bersifat anonim, seperti tari topeng pendahulunya
yaitu tari Topeng Tunggal. Anonim yang dimaksudkan dalam tari Topeng Gegot
ini adalah tidak adanya sebuah kepastian dalam gerak dan durasi, karena sifat
tarian tersebut yang hanya mengandalkan improfisasi penarinya dan mengikuti
sajak yang telah dibacakan. Sajak tersebut selalu berubah dalam penampilannya,
sehingga mempengaruhi penampilan tari Topeng Gegot yang mengakibatkan
tidak adanya kepastian gerak dan durasi dalam tari Topeng Gegot tersebut.
Perkembangan dalam tari Topeng Gegot ini sangatlah pesat dan beragam,
seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran yang semakin terbuka dalam
pelestarian sebuah budaya yang menjadi identitas diri, mulailah tari Topeng Gegot
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82

ini dikembangkan. Mulanya tari Topeng Gegot ini adalah sebuah tari sendiri atau
berkelompok dengan menggunakan topeng Panji berwarna Putih. Hingga pada
tahun 1973, tari Topeng Gegot ini menjadi tarian berpasangan kelompok adalah
dalam festival di Banding, tepatnya di Gedung Merdeka. Pada saat itu tari Topeng
Gegot ditampilkann bersama pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk
dengan cara berpasangan, seharusnya penampilan tari dari pertunjukan Topeng
Betawi yang berjudul Jantuk ini adalah Topeng Tunggal yang memiliki tiga
karakter, tetapi karena penari dari tari Topeng Tunggal sudah mulai uzur, maka
digantikan oleh tari Topeng Gegot. Tari Topeng Gegot yang menggunakan
properti satu topeng dirasa belum cukup untuk mengimbangi dari tari Topeng
Tunggal yang menggunakan tiga properti topeng, maka dari itu ditambahkan
topeng dalam pertunjukannya dengan karakter yang berbeda, sehingga
menjadikan tari Topeng Gegot ini kedalam tari yang termasuk tarian berpasangan
dalam pertunjukannya. Topeng yang ditambahkan dalam tari Topeng Gegot ini
adalah topeng Jingga berwarna Merah. Karakter topeng Jingga Berwarna Merah
adalah gagah dan keras, hal tersebut sangat berlawanan dengan karakter topeng
yang digunakan sebelumnya, yaitu topeng Panji berwarna Putih yang berkarakter
Lembut yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia. Begitulah awal
mulanya mengapa tari Topeng Gegot tergolong kedalam tarian yang berpasangan
Tari Topeng Gegot ditarikan secara berpasangan bertahan sampai tarian yang
bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kiang dan Kong Jiun
ini dibakukan dan disamaratakan dalam latar belakang serta dasar-dasar geraknya.
Kartini yang dibantu oleh saudaranya yaitu Entong Kisan dan Atit Supriyatin
yang membakukan semua tari yang bersumberdari rumpun tari Topeng khas
Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun, termasuk tari Topeng Gegot pada tahun
2000, yang dirujuk oleh Pemerintah Dinas Jakarta, hingga tari Topeng Gegot
digolongkan sebagai tarian Topeng khas Betawi yang berpasangan secara
kelompok.
Pada kenyataannya, tari Topeng Gegot ini mengalami beberapa
perkembangan, bahkan setelah dibakukan oleh Pemerintah Dinas Jakarta, bahwa
pada zaman sekarang tari Topeng Gegot ini jarang ditampilkan secara

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83

berpasangan, karena sudah jarang sekali penari laki-laki dan kurangnya


ketertarikan laki-laki dalam tarian Topeng Gegot ini yang menyebabkan tari
Topeng Gegot ini jarang ditarikan secara berpasangan kelompok, serta
perkembangan teknologi yang sangat pesat, apalagi di kota yang metropolitan
seperti Jakarta dengan gaya hidup yang modern serta mengangap seni tradisi itu
kuno dan ketinggalan zaman, hingga lebih meniru budaya barat. Seperti yang
dituliskan oleh sebuah majalah online SIPerubahan yang diunggah pada
minggu,18 Mei 2014, yaitu:
Betapa lemahnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan
budaya daerah masing masing. Di sini bisa terlihat, generasi muda lebih suka
mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan daripada budaya daerah kita
yang lebih beradat dan beradab.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa lemahnya generasi muda dalam


mempertahankan budayanya, terlebih di kota Jakarta. Maka dari itu Entong Kisan
yang diteruskan oleh anaknya yaitu Kris Entong dan Cipta Entong
mengembangkan tari Topeng Gegot ini, untuk dapat menarik perhatian dari
masyarakat, khususnya generasi muda Betawi. Pengembangan tersebut
menghasilkan perbedaan dari bentuk asli tari Topeng Gegot yaitu menjadi sering
ditarikan oleh penari perempuan saja secara rampak jarang lagi ditarikan secara
berpasangan rampak, dan sedikit perbedaan dalam gerak, rias dan busananya.
Walaupun demikian, tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi
karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini masih termasuk kedalam salah satu tarian
yang berpasangan secara berkelompok.
Perubahan dalam penyajian tari Topeng tersebut tidak serta merta merubah
seluruh penyajian tari Topeng Gegot, dalam bentuk gerak, rias dan busana masih
tetap sama seperti dahulu. Nama-nama gerak dalam tari Topeng Gegot yang
sekarang ini jarang ditarikan dengan cara berpasangan, masih sama dengan awal
mula tarian ini dibakukan. Rias dan busana memiliki perkembangan tersendiri
dari aslinya, pada saat pertunjukan tari Topeng Gegot saat ini yang ditarikannya
tidak dengan cara berpasanagan lebih mengkreasikan rias dan busana sesuai
dengan keinginan penari, tetapi tidak sampai merubah karakter dari tari Topeng

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84

Gegot terebut. Mengkreasikan dalam rias dan busana tari Topeng Gegot bukan hal
yang tidak diperbolehkan, asal tidak merusak dan mengubah wajah, karakter dan
bentuk asli dari tari Topeng Gegot ini. Karena kreasi itu sendiri bukanlah perusak
dari subuah tradisi yang sudah ada.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian penulis
merekomendasikan beberapa hal kepada:
a. Para peneliti selanjutnya, masih banyak sekali hal yang bisa digali dan
diteliti lagi mengenai unsur-unsur pertunjukan kesenian tari Topeng Gegot
yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan
Kong Jiun dengan menggunakan tekhnik-tekhnik penelitian yang lebih
sempurna sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk
kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian
hari.
b. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari
Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak
Kinang dan Kong Jiun memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari. Melalui
dunia pendidikan tari Topeng Gegot secara utuh bisa dijadikan bahan ajar
bagi mahasiswa. Dan bisa diambil dari perwatakannya juga, sehingga
pengetahuan mengenai kesenian topeng bisa bertambah.
c. Guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan guru bisa
menggunakannya sebagai bahan ajar di sekolah. Sebagai perbendaharaan
keunikan dan keanekaragaman kesenian Nusantara. Menambah apresiasi
siswa terhadap kesenian tari khususnya tari Topeng, yang sebenarnya
Betawi sendiiri memiliki tarian yang bersumber dari tari Topeng khas
Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun yaitu tari Topeng Gegot.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka

Abs.Rachem.dkk.(1996), Pertunjukan Praktis Latihan Gerak Dasar Tari Topeng


Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

Andi Saputra Yahya dan Nurzain, (2009), Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta:
Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Astuti, R.P. (2013). Tari Topeng Tunggal Khas Betawi di Kelurahan Cibubur
Kecamatan Ciracas Jakara Timur. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia

Dewi, I.K. (2014). Kebudayaan Gaya Hidup pada Generasi Muda. Siperubahan.
[Online]. Tersedia di: http://www.siperubahan.com/read/716/Kebudayaan-
Gaya-Hidup-pada-Generasi-Muda. Diakses 18 Mei 2014.

Djam'an Satori, dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung: Alfabeta.

Herymawan. (1993). Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Harsojo. (1982). Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta.

Kartini, (1989/1999), Tari Kedok. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Proyek
Peningkatan Mutu Pelatih Seni Budaya.
Nugraha, Firman. (2012). Topeng Klana Di Lingkung Seni Cinta Pusaka
Serbaguna Subang Pimpinan Carini (Menor). Skripsi, Sarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia

Nurgraheni, Triyanti. (2010). Karakter Putri Pada Dramatari Klasik di Wilayah


Budaya Jawa, Bali dan Sunda. Diaertasi, Sekalah Pascasarjana, Universitas
Gadjah Mada.

Poerwadarminta. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. : Balai


Pustaka

Rachmat Ruchiat, Singgih Wibisosno, Rachmat Syamsudin, Ikhtisar Kesenian


Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, cetakan
ke-2,2003.

Rosala, Dedi dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung:
Humaniora Utama Press Bandung.

Rusliana Iyus. (2002). Wayang Wong Priangan kajian menegenai pertunjukan


dramatari tradisional di Jawa Barat. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuatintatif,
kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.
Bandung: Sinar Baru.
Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di era Globalisasi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

Soedarsono R.M. (1990). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi.


Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

. (2010). Hubungan Seni, Seniman dan Masyarakati. [Online].


Tersedia di: http://syiham-al-ahmadi.blogspot.com/2010/02/hubungan-seni-
seniman-dan-masyarakat.html. Diakses 15 Februari 2010.
.( ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online].
Tersedia di: http://kbbi.web.id/masyarakat. Diakses April 2014.

Kusumah Dwi Prasetya, 2014


TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai