SKRIPSI
Oleh:
Kusumah Dwi Prasetya
1000005
Oleh
Kusumah Dwi Prasetya
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
Kusumah Dwi Prasetya
1000005
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan SeniTari
ABSTRACT
Thesis title MASK DANCE GEGOT Katya Mother Kinang Jiun KONG IN
VILLAGE AND DISTRICT CIRACAS CIBUBUR JAKARTA 2000-NOW, is one
of scientific papers written by observation of art appreciation Betawi culture is dance
that includes clumps mask dance Betawi one satuya Gegot mask. Issues covered
include background Gegot Mask Dance, Choreography Mask Gegot 2000-present,
and fashion makeup Mask Dance Gegot 2000-now Typical Betawi in Sub Cibubur
Ciracas District of East Jakarta. The method used in this research is descriptive
method of analysis through qualitative approach. Data collection techniques in this
study using observation, interviews, literature study and documentation to get more
accurate results. This research resulted in a description, that Gegot mask dance was
created in 1935, until finally classified to dance in pairs. In the development of this
dance is no longer in pairs, and there is a change in terms of choreography, makeup
and fashion, but still it does not alter the original form and function of this Gegot
mask dance. The conclusion that can be drawn from this study is Gegot Mask Dance
is one of the groups of Betawi Mask Dance initially anonymous, until at last have a
clear shape and form of stylized motion preening, until the 1973's dance in pairs
which are classified into use two properties, namely the banner white mask and red
orange. In today's dance masks Gegot developments in choreography, makeup and
clothing. Nevertheless, this Gegot mask dance is a dance that belongs to one of the
pairs dancing groups, and these developments do not change the original function of
this Gegot mask dance.
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Tabel 4.1 ............................................................................................................ 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Salah satunya dengan banyaknya suku bangsa maupun negara asing yang masuk.
Meski begitu masyarakat suku Betawi tersebut tetap menjunjung adat istiadat
kebudayaan asli mereka hingga saat ini.
Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang
ditengah kehidupan seni budaya dirasakan sebagai miliknya sendiri seutuhnya,
tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur–unsur yang telah membentuk
kebudayaan itu. Demikian pula sikapnya terhadap keseniannya sebagai salah satu
unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri–ciri kebetawian,
terutama pada seni pertunjukan. Berbeda dengan kesenian kraton yang merupakan
hasil karya seni para seniman istana dan terkesan adiluhung, kesenian Betawi
justru tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dan dengan
segala kesederhanaan. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai
kesenian rakyat.
Betawi yang memiliki banyak keragaman seni dan budaya ini, memiliki
kekhasan sendiri dalam budaya seni pertunjukannya baik dalam seni musik,
sastra, teater, rupa maupun tari. Dari berbagai pemaparan tentang keunikan yang
ada di Betawi peneliti tertarik untuk meneliti tentang kesenian yang ada di Betawi
yaitu Seni Tari khas Betawi. Ada bermacam-macam jenis tarian yang menjadi
khas Betawi, di antaranya tari Topeng, tari Belenggo, tari Yapong, tari Cokek,
Tari Uncul, Tari Samrah, Tari Zapin atau Japin, Pencak Silat, Tari Kreasi Baru.
Dari beberapa tarian di atas, salah satu tarian yang membuat peneliti tertarik
adalah Tari Topeng Betawi, karena secara tradisi rumpun tari Topeng Betawi
merupakan ke khasan dari seni budaya masyarakat Betawi. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rachmat Ruchiat (2003, hlm.17)
Jenis tari ini disebut tari topeng, bukan karena semua tari-tariannya ditarikan
oleh para penari dengan mengenakan topeng, melainkan karena biasa
dijadikan pelengkap pergelaran topeng, salah satu teater tradisi yang hidup
dan berkembang dikalangan masyarakat yang sehari-hari menggunakan
bahasa Betawi dialek pinggir.
Dari pernyataan di atas Topeng Betawi dapat diartikan bahwa seni Topeng
Betawi ini tidaklah hanya seni tari yang penarinya menggunakan Topeng saja,
bahkan lebih luas lagi yakni seni pertunjukan atau teater yang mengandung aspek
tari, menyanyi, dan drama.
Seni pertunjukan yang berbentuk teater ini terdapat penari yang
menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat,
namun tentu saja memiliki perbedaan baik dalam bahasa dan bentuk
penyajiannya. Melihat dari pertunjukan seni teater yang terdapat seni tari
Topengnya tersebut mengapa tidak untuk membakukan tarian yang ada dalam
Topeng Betawi tersebut. Mak Kinang dan Kong Jiun yang pertama menciptakan
tari Topeng Betawi pada tahun 1930.
Ketika kita mendengar tari Topeng pasti kita menyangkut-pautkan dengan
Cirebon atau langsung memikirkan tari Topeng Cirebon. Begitupula dengan Tari
Topeng Betawi ini, terinspirasi dari tari Topeng Cirebon sebagaimana yang
dikemukakan oleh Kartini Kisan generasi ketiga tari Topeng Betawi (1989, hlm.1)
bahwa : “Tari Kedok yang berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran
merupakan penyederhanaan dari tarian topeng kecil Cirebon yang biasa terdiri
dari enam sampai delapan topeng“. Begitu besarnya penyebaran tari Topeng
Cirebon yang tidak hanya di Betawi saja bahkan seluhur daerah Parahiyangan.
Macam-macam Tari yang termasuk rumpun Topeng Betawi menurut Yahya
Andi Saputra (2009, hlm.39) :
Dalam perkembangannya kini kita kenal berbagai variasi tari topeng Betawi,
seperti Lipet Gandes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Gegot, Topeng Cantik,
Topeng Putri, Topeng Ekspresi, Kang Aji, dan lain-lain. Sementara tari kreasi
baru yang mendapat inspirasi dari tari Topeng antara lain Ngarojeng, Doger
Amprok, Gitek Balen, Kembang Lambang Sari, Nanak Ganjen dan Topeng
Sengget.
Beberapa tari Topeng Betawi yang telah dipaparkan di atas, salah satunya
adalah tari Topeng Gegot. Peneliti tertarik untuk meneliti Tari Topeng Gegot
tersebut, karena tari Topeng Gegot tersebut merupakan tari Topeng yang
mempunyai keunikan tersendiri, yaitu tarian Betawi yang menggunakan kedok,
yang bisa kita ketahui bahwa kata topeng yang diartikan oleh masyarakat di
Betawi itu adalah sebuah pertunjukan, tetapi berbeda dengan tari Topeng Gegot
ini yang benar–benar menggunakan Topeng atau kedok dan tari Topeng Gegot ini
mengalami beberapa kali pergeseran dalam bentuk penyajiannya. Itulah salah satu
dari beberapa hal yang unik, yang terdapat dalam tari Topeng Gegot sehingga
membuat peneliti tertarik untuk menindaklanjuti sebagai topik yang akan di
angkat sebagai bahan penelitian.
Tari Topeng Gegot ini diciptakan oleh Mak Kinang dan Kong Jiun setelah
Topeng Tunggal, pada tahun 1935-an. Mulanya tari Topeng Gegot ini sama
dengan tari Topeng Tunggal bersifat anonim yaitu tidak mempunyai bentuk tarian
yang khusus, yang termasuk ke dalam pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul
Jantuk yaitu sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang menceritakan tentang
keluarga Jantuk.
Tari Topeng Gegot ini ditampilkan sebagai penarik perhatian warga bahwa
akan berlangsungnya sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk
tersebut, seperti halnya tari Topeng Tunggal yang ditampilkan saat pertunjukan
Topeng Betawi sebagai penarik perhatian warga. Saat pertunjukan Topeng
Betawi, Tari Topeng Gegot ini ditarikan oleh satu orang dengan menggunakan
topeng yang berwarna Putih, yang dimana penari mengikuti lagu yang berisi
sajak, akan tetapi gerakan dari penari tersebut tidak tentu dan selalu berbeda setiap
pertunjukannya, yang menimbulkan tidak ada kepastian dalam gerakan dan lama
durasi dari sebuah tarian Topeng Gegot karena mengikuti dari sajak tersebut.
Sajak tersebut diiringi oleh beberapa alat musik yaitu gendang , kenong 3,
rebab, kecrek, goong, dan kencengan. Walaupun sajak tersebut diiringi oleh
beberapa alat musik, tetap saja dalam gerak dan pengaruh terhadap tari Topeng
Gegot tidak beraturan, dalam segi kejelasan gerak dan kekonsistenan durasi.
Itulah sebabnya mengapa tari Topeng Gegot ini bersifat anonim.
Pada tahun 1973, Kartini menjelaskan dalam wawancaranya pada tahun 2014
bahwa, bermula dari sebuah Festival di Bandung tepatnya Gedung Merdeka, saat
itu Topeng Betawi yang berjudul Jantuk ini akan dipentaskan di festival tersebut,
dengan tarian awal yaitu tari Topeng Tunggal, akan tetapi Mak Kiang dan Kong
Jiun ini di usianya yang sudah lanjut tidak sanggup lagi untuk menarikan tari
Topeng Tunggal tersebut, maka dari itu tari Topeng Gegotlah yang akan ditarikan.
meneruskan dan mewarisi dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak
Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah, sehingga dibuat sebuah pembakuan dari
mulai latar belakang dan gerak-gerak semua tari yang bersumber dari rumpun tari
Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut di
kuatkan pula dengan Pemerintah Dinas Jakarta yang meminta sendiri terhadap
keluarga Mak Kinang dan Kong Jiun untuk membakukan gerak–gerak yang ada di
dalam tari Topeng Topeng tersebut agar tidak ada kesimpang siuran atau
perbedaan dalam gerak tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi
tersebut yang mulai ditarikan oleh beberapa sanggar yang ada di Betawi. Begitu
pula dengan gerakan tari dari rumpun tari Topeng Betawi ciptaan Mak Kinang
dan Kong Jiun. Kartini Kisan yang lebih berperan penting mengenai pembakuan
dari tari Topeng Gegot tersebut.
Maestro tari Topeng Betawi generasi ketiga inilah yang membakukan dan
memperjelas gerakan dari tari Topeng Gegot ini agar mudah untuk dipelajari
hingga tari Topeng Gegot ini dapat dilastarikan sebagaimana tari–tarian lainnya.
Setelah keluarga dari generasi Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan
Kong Jiun serta Pemerintah Dinas Kebudayaan membakukan seluruh tarian dari
rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Dalam
perkembangannya tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk penyajian
kembali, yaitu pada tahun 2004 tari Topeng Gegot ini lebih banyak ditarikan oleh
perempuan saja, karena sudah bertambahnya usia dari penari asli laki–laki Topeng
Gegot yang menyebabkan tidak sebugar dahulu lagi saat menarikan tari Topeng
Gegot tersebut dan kurangnya minat penari laki–laki, terlebih Jakarta sendiri
adalah pusat kota di Indonesia yang menimbulkan siklus moderenisasi, ilmu dan
perkembangan teknologi begitu cepat, sehingga membuat minat masyarakat
kurang melestarikan dan mempelajari budayanya sendiri karena dianggap kuno.
Hal tersebut dikemukakan pula oleh Alex Inkeles yang dikutip oleh Prof. Harsojo
dalam buku Pengantar Antropologi (1982, hlm.269) yaitu “manusia modern lebih
percaya pada ilmu dan teknologi”. Faktor yang dikemukakan oleh Harsojo
tersebut yang menegaskan penyebab dari kurangnya apresiasi masyarakat
terhadap seni khususnya tari, sehingga akibat dari factor tersebut kepada tari
Topeng Gegot adalah tidak adanya generasi penerus khususnya penari laki-laki
hingga menjadikan tari Topeng Gegot ini jarang sekali ditarikan secara rampak
berpasangan, melainkan hanya ditarikan oleh penari rampak perempuan saja yang
menggunakan topeng Putih. Walaupun tari Topeng Gegot ini sudah jarang
ditarikan secara berpasangan, tari Topeng Gegot ini tetap saja sebuah tari bentuk
yang berpasangan, walau dalam kebanyakan penampilannya ditarikan oleh
rampak perempuan yang menggunakan topeng Putih.
Dari pernyataan di atas jelas sekali dalam perkembangannya Tari Topeng
Gegot ini mengalami pergeseran bentuk penyajian, baik dalam fungsi, bentuk
penyajian, gerak, rias dan busana. Karena adanya beberapa faktor yang
menyebabkan tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran dalam bentuk
penyajianya, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tari Topeng Gegot dengan
segala keunikan dan ke-khasan dari tari Topeng Gegot ini, terlebih lagi penyebab
dan akibat mengapa tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk dalam
penyajiannya dan bentuk tari Topeng Gegot pada tahun 2000-sekarang, baik
dalam bentuk penyajian, koreografi, rias dan busananya. Peneliti mengambil
penelitian ini mulai dari tahun 2000, karena pada tahun tersebut generasi dari tari
Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk meneruskan dan mewarisi dari rumpun
tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah,
sehingga dibuat sebuah pembakuan dari mulai latar belakang dan gerak-gerak
semua tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak
Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut pula dikuatkan oleh rujukan dari
Pemerintah Dinas Jakarta agar tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas
Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini sebagai warisan budaya Betawi yang
harus dilestarikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti terfikir untuk
meneliti tari Topeng Gegot mulai dari tahun 2000 dengan pertimbangan yang
telah dijelaskan di atas. Sehingga dalam penelitiannya dapat terfokus dan jelas
dalam permasalahannya.
B. Identifkasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti sebuah Tari
Topeng Gegot ini dalam bentuk permasalahan dan perkembangannya. Tari
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara umum tentang latar
belakang tari Topeng Gegot untuk memperoleh gambaran tentang struktur Bentuk
Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan
Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada Tahun 2000–sekarang
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah, sebagi berikut :
generasi muda. Peneliti juga mengajak kepada masyarakat luas dimanapun berada
untuk menghargai, mempertahankan, melestarikan seni budaya bangsa setempat.
F. Metode Peneltian
Metode yang dilakukan ini adalah metode penelitian deskriptif analisis dengan
melakukan pendekatan secara kualitatif. Metode deskriptif analisis merupakan
salah satu metode penelitian untuk memecahkan masalah, yang dilakukan dengan
cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti menjelaskan situasi dan
bagaimana bentuk pertunjukan Tari Topeng Gegot.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengangkatan eksistensi dari sebuah karya seni yang
hampir punah dan mengalami perkembangan dalam bentuknya. Yakni Tari
Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional peneliti uraikan karena untuk menghindari salah satu
penafsiran mengenai judul penelitian yang akan peneliti ajukan, dan peneliti akan
membatasi istilah–istilah yang ada dalam penelitian. Dengan demikian pembaca
akan memperoleh gambaran apa yang dimaksud dengan judul tersebut, sebagai
berikut :
Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah salah satu seni pertunjukan khas Betawi
di DKI Jakarta. Tari Topeng Gegot ini mulanya bersifat anonim sama seperti
Topeng Tunggal, tetapi oleh Mak Kinang dan Kong Jiun dan generasi penerus
dari keluarga Mak Kinang dan Kong Jiun dibuat menjadi tari bentuk yang utuh
dan jelas untuk mudah dipelajari. Tari Topeng Gegot merupakan salah satu
rumpun tari Topeng Betawi, yang disajikan secara berpasangan dengan
menggunakan Topeng. Dalam perkembangannya pada tahun 2000–sekarang tari
Topeng Gegot mengalami perubahan, baik dalam bentuk penyajian, koreografi
dan rias dan busananya.
Dari pernyataan di atas peneliti akan membatasi penelitian ini agar sesuai
dengan apa yang dimaksud dengan judul penelitian, yakni memperoleh gambaran
tentang latar belakang Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun, dan
memperoleh gambaran mengenai struktur koreografi, rias dan busana Tari Topeng
Gegot pada tahun 2000–sekarang. Mengambil mulai dari tahun 2000, karena pada
tahun tersebut merupakan pembakuan dan penyamarataan tari yang bersumber
dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun oleh
generasi penerus tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun serta
Pemerintah Dinas Jakarta. Maka dari itu peneliti mengambil penelitian ini mulai
dari tahun 2000-sekarang dan agar lebih terfokuskan dalam permasalahannya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian ke
lapangan peneliti menyiapkan beberapa panduan diantaranya panduan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang
mempunyai peranan penting saat terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan. Hal ini telah diungkapkan oleh Sugiyono (2008,
hlm.222) bahwa, ‘Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri’.
Dengan adanya panduan penelitian tersebut peneliti akan lebih fokus terhadap
topik pembahasan. Dalam instrument penelitian itu biasanya berupa pedoman-
pedoman baik pedoman wawancara maupun pedoman observasi, yang masing-
masing mempunyai peranan dan fungsi tersendiri :
1. Pedoman Observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah peneliti mengamati
secara langsung koreografi dan keunikan-keunikan dari Tari Topeng Tunggal
Khas Betawi dari kedua versi dari generasi ketiga dan keempat dari pewaris tari
Topeng Betawi. Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan. sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penyususnan hasil
laporan penelitian.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk mengajukan sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Pedoman
wawancara Hasil pedoman wawancara ini dimaksudkan berisi sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang tari Topeng Gegot, mengajukan
pertanyaan tentang susunan koreografi, serta mengajukan pertanyaan tentang tata
rias, dan busana yang digunakan dalam tari Topeng Gegot karya Makinang dan
Kong Djiun di kelurahan Cibubur, kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
Hasil pedoman wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data-data
penelitian, yang selanjutnya dijadikan salah satu referensi untuk membuat laporan
hasil penelitian.
seluruh informasi yang dapat menunjang pada penelitian yang sedang dilakukan
oleh peneliti.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu obeservasi langsung. Dimana
peneliti dapat melakukan pengamatan tarian tersebut lebih dekat jelas dan
terperinci dari narasumber yang bergelut langsung terhadap Tari Topeng Gegot ini
dan peneliti dapat meninjau secara langsung dari kesenian secara utuh.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Nazir (1983, hlm.212) bahwa
‘pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung
adalah cara pengambilan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut’.
Adapun manfaat observasi menurut Patton dalam Nasution (thn. 1988),
manfaat observasi adalah sebagai berikut : ‘Dengan observasi di lapangan peneliti
akan mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan
dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh’.
Teknik observasi ini juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Satori dan Komariah (2010,
hlm.105) bahwa ‘mengetahui kecenderungan perilaku seseorang terhadap suatu
kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyaksikan secara langsung. Dengan cara
ini kita dapat mempercayai apa yang sesungguhnya terjadi, karena kita melihat
dengan mata kepala sendiri’. Dengan mengobservasi langsung ketempat sumber
dari informasi tersebut, peneliti dapat dengan mudah mendapatkan data-data yang
diperlukan untuk keperluan bahan penelitian dan yang berkaitan dengan Tari
Topeng Gegot.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh keterangan dalam pengumpulan data penelitian dengan cara
tanya jawab. Selain itu juga wawancara dapat digunakan untuk mengetahui
apabila peneliti ada sebuah permasalahan pada penelitian yang sedang
dilaksanakan oleh peneliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal–hal
yang berhubungan dengan narasumber lebih mendalam. Sebagaimana yang
dipaparka oleh Satori dan Komariah (2010, hlm.130) yakni : ‘wawancara adalah
suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari
sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab’.
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Jenis
wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara langsung. Menurut A. Muri
Yusuf dalam bukunya Metodologi Penelitian Wawancara (2005, hlm.140)
menjelaskan bahwa:
Wawancara adalah proses antara pewawancara (Interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung atau dapat juga
dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka (face to face) antara
interviewer dengan interviewee dimana pewawancara bertanya langsung
tentang sesuatu aspek yang dinilai dan telah dirancang sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan penelti dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara bertahap. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Satori dan
Komariah ( 2010, hlm.131 ) bahwa :
Wawancara berahap adalah wawancara yang mana peneliti dengan sengaja
datang berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendri untuk melakukan
wawancara dengan informasi dan peneliti tidak sedang observasi partisipasi,
ia bisa tidak terlibat intensif dalam kehidupan sosial informan, tetapi dalam
kurun waktu tertentu, peneliti bisa datang berkali – kali untuk melakukan
wawancara. Istlah lain dari bertahap bisa disebut juga wawancara bebas,
terpimpin atau terarah, yaitu wawancara dengan merujuk pada pokok – pokok
wawancara.
Maksud dari teknik wawancara tersebut adalah untuk mengungkap data–data
dan informasi dari subernya langsung yang sifatnya berhubungan dengan makna–
makna yang ada dibalik prilaku situasi sosial yang terjadi. Seperti yang dijelaskan
oleh Lincoln dan Guba dalam Satori dan Komariah (2010, hlm.132) bahwa
maksud dari penggunaan teknik wawancara yaitu :
1. Mengkontruksi mengenai orang, kejadian organisasi perasaan motivasi,
tuntunan, kepedulian dan lain–lain kebulatan ;
2. Mengkontruksi kebulatan–kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu ;
3. Studi Literatur
Selain melakukan observasi serta wawancara penulis juga mencoba mencari
sumber data serta informasi dengan mengkaji beberapa sumber dari buku-buku
serta jurnal skripsi yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan ini. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data, informasi dengan
cara mempelajari beberapa literatur. Literatur yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu sumber–sumber yang mendukung baik dari hasil penelitian, buku sumber,
makalah, artikel, koran-koran dan intenet.
Pemecahan masalah akan lebih mudah dengan menggunakan studi literatur,
karena didukung dengan buku–buku yang relevan dan dijadikan sumber untuk
mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat dan ilmiah. Penggunaan buku sebagai
sumber dapat dijadikan kerangkan acuan atau landasan dalam merumuskan dan
menganalisis data serta bahan dalam pengolahan data.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang melengkapi dari
penggunaan metode observasi dan wawancara, serta membantu dalam
pelengkapan penelitian dari metode observasi dan wawancara tersebut.
Pendokumentasian dapat membantu memberikan data dalam menganalisis,
mencari data, dan mengenai hal–hal variable yang berupa benda–benda tertulis,
seperti buku–buku, majalah, dokumentasi, peraturan–peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan lain sebagainya. Studi ini diperjelas pula oleh Satori dan
Komariah (2010, hlm.149)
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumenasi yaitu
mengumpulkan dokumen dan tiba–tiba yang diperlukan dalam permasalahan
penelitian laludi telaah secara intens, sehingga dapat mendukng dan
menambah kepercayaan dan pembuktin suatu kejadian. Hasil observasi atau
wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung dengan
dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa dokumentasi sangat penting untuk
memperkuat dan mensyahkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dokumen seperti piagam–piagam, makalah
serta hasil rekaman yang berupa audio, visual dan audio visual. Alat yang
digunakan peneliti saat pendokumentasian penelitian yaitu: handphone alat untuk
merekam pada saat wawancara bersama narasumber Tari Topeng Gegot, adapun
kamera digital, dan handycam untuk mengambil gambar penting pada saat
penelitian berlangsung.
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahsaan mengenai tari Topeng Gegot karya
Mak Kinang dan Kong Jiun ini, ada beberepa poin yang peneliti ambil dan dirasa
sangat penting untuk menujang dari permasalahan yang peneliti rumuskan. Tari
yang bersumber dari rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong
Jiun ini merupakan tarian yang sangat unik, karena tari Topeng Gegot ini memeng
benar-benar dalam penyajian tarinya menggunakan topeng yang dimana dalam
bahasa Betawi kata topeng itu sendiri adalah sebuah pertunjukan. Kata topeng itu
banyak dipakai dalam tarian yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi, tapi
dalam penyajiannya tidak menggunakan topeng, hanya ada tiga saja yang benar-
benar menggunakan topeng atau kedok dalam bahasa Betawi, yaitu tari Topeng
Tunggal, tari Topeng Gegot dan tari Topeng Jantuk yang sekarang sudah mulai
dibentuk kedalam tari.
Tari Topeng Gegot merupakan tari yang mulanya termasuk kedalam satu
runtuian pertunjukan Topeng Betawi, yang berjudul Jantuk. Topeng Betawi
merupakan pertunjukan teater total dengan menceritakan sebuah keluarga Jantuk.
Tari Topeng Gegot tersebut berfungsi hanya untuk menarik perhatian warga,
bahwa ditempat tersebut ada sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul
Jantuk. Tari Topeng Gegot bersifat anonim, seperti tari topeng pendahulunya
yaitu tari Topeng Tunggal. Anonim yang dimaksudkan dalam tari Topeng Gegot
ini adalah tidak adanya sebuah kepastian dalam gerak dan durasi, karena sifat
tarian tersebut yang hanya mengandalkan improfisasi penarinya dan mengikuti
sajak yang telah dibacakan. Sajak tersebut selalu berubah dalam penampilannya,
sehingga mempengaruhi penampilan tari Topeng Gegot yang mengakibatkan
tidak adanya kepastian gerak dan durasi dalam tari Topeng Gegot tersebut.
Perkembangan dalam tari Topeng Gegot ini sangatlah pesat dan beragam,
seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran yang semakin terbuka dalam
pelestarian sebuah budaya yang menjadi identitas diri, mulailah tari Topeng Gegot
Kusumah Dwi Prasetya, 2014
TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
ini dikembangkan. Mulanya tari Topeng Gegot ini adalah sebuah tari sendiri atau
berkelompok dengan menggunakan topeng Panji berwarna Putih. Hingga pada
tahun 1973, tari Topeng Gegot ini menjadi tarian berpasangan kelompok adalah
dalam festival di Banding, tepatnya di Gedung Merdeka. Pada saat itu tari Topeng
Gegot ditampilkann bersama pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk
dengan cara berpasangan, seharusnya penampilan tari dari pertunjukan Topeng
Betawi yang berjudul Jantuk ini adalah Topeng Tunggal yang memiliki tiga
karakter, tetapi karena penari dari tari Topeng Tunggal sudah mulai uzur, maka
digantikan oleh tari Topeng Gegot. Tari Topeng Gegot yang menggunakan
properti satu topeng dirasa belum cukup untuk mengimbangi dari tari Topeng
Tunggal yang menggunakan tiga properti topeng, maka dari itu ditambahkan
topeng dalam pertunjukannya dengan karakter yang berbeda, sehingga
menjadikan tari Topeng Gegot ini kedalam tari yang termasuk tarian berpasangan
dalam pertunjukannya. Topeng yang ditambahkan dalam tari Topeng Gegot ini
adalah topeng Jingga berwarna Merah. Karakter topeng Jingga Berwarna Merah
adalah gagah dan keras, hal tersebut sangat berlawanan dengan karakter topeng
yang digunakan sebelumnya, yaitu topeng Panji berwarna Putih yang berkarakter
Lembut yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia. Begitulah awal
mulanya mengapa tari Topeng Gegot tergolong kedalam tarian yang berpasangan
Tari Topeng Gegot ditarikan secara berpasangan bertahan sampai tarian yang
bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kiang dan Kong Jiun
ini dibakukan dan disamaratakan dalam latar belakang serta dasar-dasar geraknya.
Kartini yang dibantu oleh saudaranya yaitu Entong Kisan dan Atit Supriyatin
yang membakukan semua tari yang bersumberdari rumpun tari Topeng khas
Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun, termasuk tari Topeng Gegot pada tahun
2000, yang dirujuk oleh Pemerintah Dinas Jakarta, hingga tari Topeng Gegot
digolongkan sebagai tarian Topeng khas Betawi yang berpasangan secara
kelompok.
Pada kenyataannya, tari Topeng Gegot ini mengalami beberapa
perkembangan, bahkan setelah dibakukan oleh Pemerintah Dinas Jakarta, bahwa
pada zaman sekarang tari Topeng Gegot ini jarang ditampilkan secara
Gegot terebut. Mengkreasikan dalam rias dan busana tari Topeng Gegot bukan hal
yang tidak diperbolehkan, asal tidak merusak dan mengubah wajah, karakter dan
bentuk asli dari tari Topeng Gegot ini. Karena kreasi itu sendiri bukanlah perusak
dari subuah tradisi yang sudah ada.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian penulis
merekomendasikan beberapa hal kepada:
a. Para peneliti selanjutnya, masih banyak sekali hal yang bisa digali dan
diteliti lagi mengenai unsur-unsur pertunjukan kesenian tari Topeng Gegot
yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan
Kong Jiun dengan menggunakan tekhnik-tekhnik penelitian yang lebih
sempurna sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk
kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian
hari.
b. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari
Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak
Kinang dan Kong Jiun memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari. Melalui
dunia pendidikan tari Topeng Gegot secara utuh bisa dijadikan bahan ajar
bagi mahasiswa. Dan bisa diambil dari perwatakannya juga, sehingga
pengetahuan mengenai kesenian topeng bisa bertambah.
c. Guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan guru bisa
menggunakannya sebagai bahan ajar di sekolah. Sebagai perbendaharaan
keunikan dan keanekaragaman kesenian Nusantara. Menambah apresiasi
siswa terhadap kesenian tari khususnya tari Topeng, yang sebenarnya
Betawi sendiiri memiliki tarian yang bersumber dari tari Topeng khas
Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun yaitu tari Topeng Gegot.
Andi Saputra Yahya dan Nurzain, (2009), Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta:
Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Astuti, R.P. (2013). Tari Topeng Tunggal Khas Betawi di Kelurahan Cibubur
Kecamatan Ciracas Jakara Timur. Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia
Dewi, I.K. (2014). Kebudayaan Gaya Hidup pada Generasi Muda. Siperubahan.
[Online]. Tersedia di: http://www.siperubahan.com/read/716/Kebudayaan-
Gaya-Hidup-pada-Generasi-Muda. Diakses 18 Mei 2014.
Kartini, (1989/1999), Tari Kedok. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Proyek
Peningkatan Mutu Pelatih Seni Budaya.
Nugraha, Firman. (2012). Topeng Klana Di Lingkung Seni Cinta Pusaka
Serbaguna Subang Pimpinan Carini (Menor). Skripsi, Sarjana, Universitas
Pendidikan Indonesia
Rosala, Dedi dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung:
Humaniora Utama Press Bandung.