385 1446 1 PB
385 1446 1 PB
I Nyoman Darmayasa1
Yuyung Rizka Aneswari2
1
Politeknik Negeri Bali, Jalan Kampus Bukit Jimbaran, Kuta Selatan
2
STIE Kesuma Negara Blitar, Jalan Mastrip No.59, Kepanjen Kidul, Blitar
Surel: nyomandarmayasa@pnb.ac.id
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2015.12.6028
Berawal dari pengamatan pada riset Penelitian akuntansi perlu untuk terus
yang lolos untuk dipresentasikan pada Sim- berkembang menyesuaikan dengan prak-
posium Nasional Akuntansi (SNA), kami tik akuntansi kontemporer saat ini sei ring
melihat bahwa hal tersebut banyak didomi- perkembangan bisnis yang tidak hanya
nasi riset positif. Oleh karena itu, muncul berkaitan dengan simbol angka. Pene-
pertanyaan mengenai kebebasan akademik litian merupakan cara untuk mendapatkan
bagi peneliti. Kami berpendapat bahwa se- kebenaran yang dapat menjawab perta
tiap peneliti memiliki kebebasan akademik nyaan atau memecahkan masalah (Leksono
dalam menggunakan paradigma penelitian. 2013:51). Akuntansi dan praktiknya meru-
Penelitian harus dilakukan dengan pikiran pakan salah satu bidang yang melibatkan
terbuka yang memungkinkan para peneliti dan sangat dipengaruhi oleh organisasional,
mencari pengetahuan baru tanpa risiko pe manusia, lingkungan, dan agama (ideologi)
ngucilan atau hukuman (Baker dan Bettner setempat. Dengan demikian, penelitian
1997). Hubungan secara akademis antar akuntansi saat ini penting mempertimbang-
peneliti akuntansi seharusnya tidak perlu kan peran sosial dan organisasional akun-
terganggu karena adanya perbedaan para- tansi untuk diaplikasikan pada lingkungan
digma penelitan. masyarakat (Wirajaya 2012).
350
Darmayasa, Aneswari, Paradigma Interpretif Pada Penelitian Akuntansi... 351
Penelitian paradigma positif tetap men- Paradigma penelitian ini merupakan para-
dominasi penelitian akuntansi di Indonesia. digma interpretif menggunakan metode
Suyunus (2012) menyebutkan bahwa ken- studi kasus. Ciri utama studi kasus bahwa
dala penelitian kualitatif terjadi salah sa- penelitian ini hanya berlaku secara khusus
tunya karena adanya beberapa penolakan pada kasus dengan kondisi yang sama pada
dari para periset positif. Suyunus (2012) penelitian serupa (Bagiada dan Darmayasa
menunjukkan dominasi paradigma positif 2015). Kesesuaian penggunaan studi kasus
pada penelitian yang lolos dalam Simpo- sebagai metode pada penelitian ini adalah
sium Nasional Akuntansi (SNA) Banjarma- dengan pertimbangan bahwa yang dijadikan
sin 2012. Hal serupa juga ditunjukkan pada analisis merupakan konteks artikel pada
penelitian Ekasari (2014) yang menyatakan disiplin akuntansi yang menggunakan para-
bahwa penelitian yang dimuat dalam prosi digma interpretif.
ding SNA dan SNAV (Vokasi) tahun 2012 dan Burrell dan Morgan (1979:20) meng-
2013 masih didominasi oleh paradigma posi- gambarkan sifat interpretif sebagai paradig-
tif. Penelitian kualitatif juga hanya dianggap ma yang memiliki karakteristik untuk me-
sebagai pelengkap penelitian mainstream mahami dan menjelaskan dunia sosial yang
(Somantri 2005). Dominasi penelitian positif tidak terlepas dari kacamata personal yang
juga nampak di Amerika. Hal ini terlihat dari terlibat langsung dalam sebuah proses so-
dominasi jumlah penelitian positif yang di- sial. Peranan sosial masyarakat, penelitian
publikasikan pada jurnal utama di Amerika terikat kepada norma-norma, aturan-aturan
(Baker dan Bettner 1997). tertentu dan keyakinan, serta pandangan
Artikel ini membahas mengenai dan sikap dari informan (Muhadjir 2000:12).
kurangnya penelitian akuntansi interpretif Penelitian dilakukan dengan melaku-
di Indonesia dengan menunjukkan jumlah kan wawancara dengan beberapa informan
penelitian yang terbit di jurnal akuntansi yang memiliki pengalaman individu dan di-
terakreditasi di Indonesia (2012-2014) serta pengaruhi oleh lingkungan penelitian akun-
penelitian yang lolos SNA dan SNAV (2013- tansi interpretif (Creswell 2007:79). Pengala-
2015). Artikel ini juga menunjukkan pen man individu dalam penelitian ini adalah
tingnya penelitian interpretif pada bidang bahan keterangan mengenai pengalaman
kajian akuntansi. Untuk memberi gambaran individu dalam meneliti (Bungin 2012:104).
yang netral, maka keunggulan serta kelema- Selain wawancara data diperoleh dari
han penelitian interpretif juga dijelaskan dokumentasi penelitian akuntansi interpre-
dalam artikel ini. tif dalam jurnal akuntansi terakreditasi di
Tujuan penulisan artikel ini adalah: Indonesia dan penelitian yang diterbitkan
pertama untuk mendeskripsikan dan mem- dalam prosiding SNA dan SNAV. Pemilihan
perdalam pemahaman mengenai penelitian data dan informan menggunakan purposive
akuntansi interpretif dengan berbagai aliran sampling untuk memperoleh informasi de
pemikirannya. Paradigma interpretif ber- ngan sasaran tertentu (Sekaran dan Bougie
dasarkan Burrell dan Morgan 1979:235-255) 2010). Pertimbangan pemilihan informan
yaitu solipsisme, fenomenologi, hermeneu- dalam penelitian ini menggunakan judgment
tik, ethnometodology, dan interaksionisme sampling, artinya kepakaran informan dalam
simbolik. Kedua untuk menguraikan keung- hal subjek yang diteliti menjadi pertimbang
gulan dan keterbatasan penelitian akun- an utama (Sekaran dan Bougie 2010).
tansi interpretif sehingga dapat dijadikan Data penelitian yang diolah adalah
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya penelitian yang lolos seleksi, dimuat pada
agar lebih tepat memilih metode penelitian. prosiding SNA dan SNAV yang diterbitkan
Ketiga, menunjukkan kecilnya rasio peneli- selama 3 tahun terakhir dari tahun 2013,
tian interpretif dibandingkan dengan peneli- 2014 dan 2015 beserta penelitian akuntansi
tian mainstream di Indonesia sehingga dapat yang terbit di jurnal terakreditasi nasional
merangsang lebih banyak dilakukan peneli- (2012-2014). Proses pemilihan data jurnal
tian dengan paradigma interpretif. adalah sebagai berikut, dari 18 (delapan be-
las) jurnal ekonomi yang terakreditasi, kami
METODE mengeluarkan jurnal yang bukan bidang
Penelitian ini merupakan bentuk pe kajian akuntansi sebanyak 12 (dua belas)
ngamatan pada penelitian yang lolos di SNA, jurnal (jurnal bidang kajian ekonomi dan
SNAV dan beberapa artikel yang dimuat manajemen). Dari 6 (enam) jurnal bidang
dalam jurnal yang terakreditasi nasional. kajian akuntansi, sebanyak 3 (tiga) jurnal
352 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 350-361
Paradigma Interpretif berasal dari pe- (Sudarma 2010). Penentuan pilihan satu
mikiran Jerman. Fokus paradigma ini adalah paradigma untuk suatu penelitian bukan
pada bahasa, interpretasi simbol, dan pema- berarti menunjukkan bahwa satu paradig-
haman ilmu sosial serta pemikiran manusia. ma lebih baik atau mengungguli paradigma
Dalam sosiologi, manusia dan sosial memi- yang lain, melainkan paradigma tersebut
liki hubungan saling mempengaruhi secara yang paling sesuai untuk suatu penelitian.
inheren. Penelitian interpretif berusaha un- Dalam hal ini paradigma penelitian perlu
tuk menjelaskan hubungan antara tindakan disesuaikan dengan tujuan penelitian (Se-
dan makna yang mana interpretasi meru- tiawan 2011).
pakan proses aktif dan disiplin yang kreatif Selain karena faktor kesesuaian de
untuk memastikan kemungkinan makna ngan apa yang diteliti, faktor dari peneliti
tindakan dan pesan (Lannai et al. 2014). sendiri merupakan hal utama yang sangat
Menurut Bapak Baridwan: menentukan paradigma yang akan digu-
nakan dalam penelitian. Faktor paradigma
“Penelitian dengan paradigma in-
yang lebih dikuasai dan disenangi tentu saja
terpretif berusaha menyelami,
adalah faktor penting, hal ini juga berkait
memahami dan mendalami sudut
an dengan keahlian penulisan seorang
pandang informan atau masuk ke
peneliti. Faktor pembaca yang ingin dibidik
alam informan”
oleh peneliti juga merupakan pertimbangan
Paradigma kritis hampir serupa dengan dalam pemilihan paradigma riset. Apakah
interpretif namun lebih kritis dan evaluatif. pembaca dari riset yang dibuat adalah pe-
Perspektif kritis berada di antara subjek- nikmat riset kualitatif atau kuantitatif. Ke-
tivitas serta objektivitas peneliti. Muhadjir dekatan penulis dengan pembaca juga perlu
(2000:191-192) menyatakan bahwa dalam dipertimbangkan. Penulis kualitatif masuk,
teori kritis perilaku seseorang akan meng hadir, dalam uraian tulisannya, tulisannya
ubah makna konteks selanjutnya yang artin- bersifat subjektif (Santana 2010:48).
ya teori ini secara aktif menciptakan makna, Kritik pada paradigma positif. Para-
bukan sekedar pasif menerima makna atas digma penelitian berkembang dalam dua
perannya. Pemahaman mendalam mengenai paradigma yang berbeda yakni positif dan
fenomena diperoleh dari fakta di lapangan pospositif. Penelitian dengan paradigma
disertai analisis serta pendapat pribadi dari kualitatif berkembang pesat seiring dengan
periset. Teori yang dihasilkan dari paradigma perkembangan berbagai cabang ilmu penge-
kritis memiliki manfaat besar dalam identifi- tahuan di bidang sosial. Konsep bebas nilai
kasi serta mengurangi terjadinya dominasi sebagaimana dipegang teguh oleh positif se-
(Chua 1986). makin ditinggalkan (Muhadjir 2000:196).
Memilih paradigma penelitian. Me- Kritik terhadap positif muncul, Haber-
milih paradigma harus disesuaikan dengan mas adalah tokoh kritikus yang gigih me-
masalah penelitian yang akan dijawab. nyerang positivisme (Hasbiansyah 2000).
Paradigma akan menentukan metodologi Kritik ini kemudian memicu berkembangnya
penelitian, (Jonker, Pennink, dan Wahyuni era pos-positivistik. Karakteristik utama era
2011:27) yang merupakan hal utama dalam pos-positivistik adalah berkembangnya pe-
penelitian. Metode, alat dan teknik yang di- maknaan di balik data dan menolak konsep
gunakan tergantung pada pandangan yang bebas nilai (Muhadjir 2000:197). Garfinkel
mendasari peneliti (Butler 1998). Metode (1996) juga mengajukan kritik pada pene-
penelitian merupakan cara ilmiah untuk litian kuantitatif melalui pertanyaan yang
memperoleh data untuk manfaat tertentu secara eksplisit mengkritisi bahwa di dunia
(Sugiyono 2011:3). Seperti yang dinyatakan ini tidak ada hal yang bisa relevan dimana-
oleh Tomkins dan Groves (1983) bahwa se- mana dan dapat digeneralisasi untuk semua
tiap penelitian memiliki basis ontologikal hal dengan satu suara yang seragam.
dan epistemologikal sendiri. Di Indonesia, terutama, kebhinekaan
Paradigma positif digunakan jika data yang menjadi keunikan bangsa ini, menja-
dapat diobservasi, dapat diukur, untuk dikan mustahil untuk melakukan generali
menguji hipotesis dan membuat generali sasi pada satu hal. Artinya bahwa penelitian
sasi sebaliknya pada situasi kompleks yang akuntansi perlu mengarah pada multipa-
berubah-ubah dan peneliti ingin memahami radigm (Djamhuri 2011) untuk memahami
lebih dalam atau ingin membangun teori sosiologi yang beragam mulai dari agama,
maka paradigma pos-positif paling tepat suku, dan budaya. Paradigma interpretif
354 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 350-361
merupakan reaksi dan jawaban yang timbul menyatakan bahwa PAI memiliki potensi
dari kelemahan paradigma positif seperti ob- munculnya subjektivitas, pemahaman, dan
jektivitas, keteraturan, dan kekakuan. penjelasan makna yang ditandai dengan
Kenapa interpretif? Akuntansi meru- thick description. Sementara secara bersa-
pakan bentuk praktik yang terdiri dari maan thick description memastikan bahwa
proses mulai dari pencatatan, pengklarifi- penjelasan dianggap masuk akal. Pandang
kasian, peringkasan, pengolahan, dan pe- an validasi sebagai proses, tidak mudah
nyajian informasi yang digunakan untuk lepas dari upaya berkelanjutan dari pene
dasar pengambilan keputusan. Akuntansi liti untuk mengembangkan penjelasannya
beberapa dekade lalu hanya menggunakan dalam penelitian yang dapat menyakinkan
satu pertimbangan yakni simbol angka (nu- pembaca.
merik). Tuntutan perkembangan bisnis dan Periset PAI lain kemudian merespon
pemangku kepentingan akhirnya membuat berbagai debat tersebut seperti Baxter, Boed-
praktik akuntansi kontemporer berkembang ker, dan Chua (2008) dengan menyatakan
menjadi kompleks. Akuntansi merupakan bahwa PAI mampu untuk mendukung ke-
hasil dari realitas sosial dan pemikiran ma- bebasan penelitian akuntansi ke depan. Ke-
nusia yang tidak boleh dikekang oleh hal- mudian Baker dan Bettner (1997) memberi
hal sedemikian rupa yang menghambat respon dengan menyatakan bahwa studi
perkembangan realitas keilmuan sosial (Mu- interpretif dan kritis dapat membuka jalan
lawarman 2010). untuk menjelajahi cara untuk memfasilitasi
Praktik akuntansi dipandang sebagai gerakan menuju masyarakat yang lebih ma-
kajian yang erat kaitannya serta dipengaruhi nusiawi dengan memecahkan hambatan ko-
oleh organisasional, manusia, lingkung an munikasi dalam perspektif mainstream.
dan agama (idiologi) setempat. Akuntansi dan Riset akuntansi yang relevan perlu lebih
sosiologi merupakan kombinasi tak terpisah- banyak dilakukan dan proses menuju rele-
kan. Akuntansi sangat berpengaruh terha- vansi itu bisa dengan banyak jalan (Scapens
dap perkembangan peradaban masyarakat, 2008). Artinya perlu mengembangkan ba
vice versa. Penelitian kualitatif secara luas nyak paradigma riset akuntansi yang saling
telah digunakan dalam berbagai penelitian bersinergi. Salah satu paradigma yang perlu
sosial termasuk sosiologi (Somantri 2005). dikembangkan adalah paradigma interpretif,
Informan Bapak Sukoharsono menyatakan karena besarnya manfaat paradigma ini ter-
pendapatnya pada riset kualitatif: utama pada akuntansi manajemen. Paradig-
ma interpretif ini akan memperkaya bangun
“Penelitian kualitatif merupakan
ilmu pengetahuan pada penggambaran teori
paradigma penelitian yang berke-
organisasional, sosiologi, teori sosial, dan
pentingan pada makna dan penaf-
politik (Scapens 2008).
siran (hermeneutika)”
Fakta kurangnya penelitian akuntan-
Kenyataan bahwa masyarakat selalu si interpretif (PAI) di Indonesia. Perkem-
berubah dari waktu ke waktu dan pengaruh bangan riset akuntansi di Indonesia penting
sosial yang kuat terhadap praktik akuntan- untuk dicermati (Wirajaya 2012). Selama
si, terutama di Indonesia dengan keragam beberapa tahun terakhir, penelitian bidang
annya, maka diperlukan metode penelitian akuntansi yang menggunakan paradigma in-
yang paling tepat. Dalam hal ini paradigma terpretif relatif sedikit. Dapat dilihat pada ta-
interpretif adalah yang paling dapat me- bel 2 bahwa persentase penelitian kualitatif
wakili multidimensi yang melatarbelakangi interpretif relatif kecil. Meskipun persentase
praktik akuntansi. Baker dan Bettner (1997) penelitian interpretif pada SNA mengalami
menyatakan bahwa PAI paling sesuai karena kenaikan setiap tahun, namun angka 2% di
akuntansi bukanlah refleksi kondisi ekono- tahun 2015 masih menunjukkan porsi pene-
mi yang statis. PAI memiliki potensi untuk litian interpretif yang sedikit. Namun kondisi
meningkatkan pemahaman kita terhadap lain terjadi pada SNAV, semakin tahun jum-
dunia dan menciptakan cara baru untuk lah penelitian interpretif semakin meningkat.
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Tabel 3 menunjukkan tidak ada pene-
Berbagai debat dan kritik mengenai litian interpretif yang diterbitkan oleh JKP
PAI kemudian muncul. Salah satu kritik in- dan JAK. Penelitian interpretif yang dipu
terpretif adalah pada thick description yang blikasikan hanya ditunjukkan oleh JAMAL,
dinilai terlalu padat (Salvina 2009). Lukka namun menunjukkan persentase yang se-
dan Modell (2010) merespon kritik dengan makin menurun selama tiga tahun terak
Darmayasa, Aneswari, Paradigma Interpretif Pada Penelitian Akuntansi... 355
2013
SNA 199 188 11 10 5.03%
SNAV 49 47 2 0 0.00%
2014
SNA 176 166 10 7 3.98%
SNAV 43 41 2 1 2.33%
2015*
SNA 200 177 23 4 2.00%
SNAV 54 44 7 4 7.41%
hir dari tahun 2012 sampai 2014. Apabila penelitiannya atau tidak akan diterbitkan
mengecualikan JAMAL, maka paradigma penelitiannya. Bagaimana dengan kondisi di
funcitionalist masih mendominasi sebagai Indonesia?. Kondisi yang terjadi di Indonesia
paradigma mayoritas yang digunakan pada tidak jauh berbeda dengan Amerika, hal ini
penelitian akuntansi. Hal ini sejalan dengan terlihat dari hasil wawancara dengan infor-
penelitian Lopes (2014) yang menunjukkan man Ibu Christine yang merupakan salah
bahwa pada institusi pendidikan tinggi yang satu pengelola jurnal penelitian akuntansi
terdaftar pada peringkat internasional, cen- terakreditasi di Indonesia:
derung menggunakan pendekatan positivis.
“Kami hanya menerima artikel
Alasan rendahnya jumlah penelitian
empiris tidak menerima artikel
interpretif. Rendahnya penelitian kualitatif
kajian pustaka...artikel yang kami
terutama interpretif perlu menjadi perhatian
publikasikan diutamakan meng-
serius. Peneliti akuntansi perlu mulai mem-
gunakan data kuantitatif...artikel
buka pikiran untuk menggunakan multi
yang masuk harus menyesuaikan
paradigma dalam menggali ilmu akuntansi.
Penggunaan paradigma penelitian akan dengan kebijakan jurnal kami”
mampu berdampak pada pengembangan Perdebatan paradigma tidak seha-
keilmuan. Hal ini akan mungkin apabila rusnya menghalangi kebebasan akademik
peneliti akuntansi terbuka pada heterogeni- peneliti. Hal menarik disampaikan oleh
tas dan harus mulai pindah pada pandang Dunmore (2011) yang bisa menjadi catatan
an homogenitas untuk memberikan dam- bagi peneliti kualitatif, bahwa terdapat
pak positif pada penelitian akuntansi (Seif- dua tujuan yang berbeda untuk melaku-
Allah Moslemi dan Nikseresht 2013). Para kan penelitian kualitatif dalam akuntansi:
peneliti akuntansi perlu menyadari bahwa 1) untuk mengumpulkan data membantu
perlu menunjukkan pada mahasiwa mau- mengembangkan pemahaman awal bebera-
pun praktisi berbagai paradigma penelitian pa fenomena, sebelum cukup untuk mem-
dengan keterbatasannya serta yang mena benarkan upaya pada pengukuran kuanti-
rik dari penelitian untuk membuat mereka tatif, 2) untuk menguji teori, artinya bahwa
mengapresiasi penelitian akuntansi (Rich- penelitian kualitatif dapat memberikan pre-
ardson 2011). diksi kuantitatif sehingga teori-teori lain ha-
Kebebasan akademik merupakan hak rus diteliti secara kualitatif. Sehingga mem-
bagi semua peneliti. Pelaksanaan riset akun- berikan kontribusi pada tindakan functional
tansi berdasarkan keyakinan dari peneliti apa yang perlu dilakukan oleh peneliti riset
apa yang benar dan apa kebenaran itu sen positif (Nørreklit 2014). Dunmore (2011) me-
diri (Kamayanti 2015). Baker dan Bettner nambahkan bahwa peneliti kualitatif jarang
(1997) menggambarkan kondisi di Amerika melakukan poin kedua tersebut, sebaliknya,
mengenai sulitnya menerbitkan penelitian mereka menerima kerangka teori yang ada
dengan paradigma kritis dan interpretif di dan menggunakannya hanya untuk meng-
jurnal akuntansi utama. Bahkan peneliti gambarkan struktur dan hasilnya.
akan dipaksa untuk mengganti paradigma
356 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 350-361
JKP : Jurnal Keuangan dan Perbankan (Program Studi Keuangan dan Perbankan Uni-
versitas Merdeka Malang)
JAK : Jurnal Akuntansi dan Keuangan (Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Kristen Petra Surabaya)
JAMAL : Jurnal Akuntansi Multiparadigma (Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis Universi-
tas Brawijaya)
rapa individu yang merupakan hasil dari pe serta ekspresi yang muncul. Topik pemba-
ngaruh lingkungan. Penelitian fenomenologi hasan yang diangkat bisa berasal dari ma-
dilakukan dengan: 1) reduksi fenomenologis, salah ringan dan fenomena sehari-hari di
2) reduksi eidetis, 3) reduksi transendental. masyarakat sampai kegiatan ilmiah (Ritzer
Langkah tersebut mengarah kepada strategi 2014:301).
fenomenologis yang membebaskan diri dari: Masalah yang sangat mungkin dihadapi
1) unsur subjektivitas peneliti, 2) keterkait oleh peneliti ethnometodology adalah peneliti
an pada teori, proposisi dan hipotesis, dan hanya dapat memformulasikan pertanyaan
3) bebas dari kekangan tradisional (Yusuf sesuai dengan teori yang dibawa, sangat
2014:352). mungkin kondisi organisasi dan interaksi
Perolehan data terutama didapat me- di dalamnya jauh berbeda dengan teori
lalui wawancara dengan individu meskipun tersebut, maka peneliti perlu menyesuai-
dokumen dan pengamatan yang in line de kan metodenya sesuai dengan setting par-
ngan penelitian perlu untuk dipertimbang- tisipan (Rawls 2008). Ethnometology meru-
kan (Creswell 2007:79). Pola penelitian pakan metode yang membutuhkan jangka
dengan paradigma ini adalah penyajian hal waktu penelitian yang lama, beberapa riset
penting dan deskripsi dari fenomena serta bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun.
menangguhkan pendapat pribadi (Creswell Hal ini seringkali dianggap sebagai kendala
2007:78; Kafle 2011). Sehingga keunggulan bagi peneliti untuk melakukan riset meng-
metode ini adalah akan mampu membawa gunakan metode ini. Seperti pada penelitian
penelitian berada pada posisi paling objek- yang dilakukan oleh Ludigdo (2006), dibahas
tif dan netral dalam ruang subjektif yang pada keterbatasan penelitian bahwa waktu
mampu menyoroti hal penting pada suatu pengamatan dan partisipasi peneliti relatif
fenomena. pendek yakni 4 (empat) bulan, sedangkan
Hermeneutik. Istilah hermeneutika ethnometodologi idealnya membutuhkan
berasal dari bahasa Yunani hermënuetikós waktu lebih panjang bahkan tahunan.
untuk Hermes nama dewa utusan Yunani Interaksionisme simbolik. Metode
kuno yang tugasnya menyampaikan pesan ini berpendapat bahwa interaksi yang dina-
dari para Dewa yang dikisahkan untuk dapat mis manusia dengan komunitasnya akan
menyampaikan pesan Hermes harus berke- banyak menawarkan simbol-simbol (Jailani
nalan dengan bahasa manusia dengan baik 2012). Jailani (2012) menyebutkan kelemah
(Butler 1998). Butler (1998) menyatakan an metode ini adalah seringkali mengabai-
bahwa semua eksistensi manusia adalah kan emosi dan gerak bawah sadar manusia
hermeneutik pada intinya, maka jelas bah- ketika berinteraksi, artinya lebih memper-
wa tindakan penafsiran adalah cara menjadi hatikan hal yang konkrit dalam interak-
aktor sosial termasuk peneliti. si, namun kelebihannya adalah memiliki
Definisi sederhana hermeneutik adalah kekuat an empiris melalui pemaknaan sim-
interpretasi teks atau menemukan makna bol berdasarkan interaksi, yang menunjuk-
dari suatu tulisan (Wahyuni 2015:170). Her- kan bahwa penafsiran selalu dilakukan pada
meneutika berkaitan dengan menafsirkan konteksnya. Kotarba (2014) menyebutkan
dan memahami produk dari pikiran manusia bahwa kekuatan penting dalam interaksi
yang mencirikan dunia sosial dan budaya simbolik adalah pada komitmennya untuk
(Burrell dan Morgan 1979:235-236). Contoh melakukan penemuan, berbeda dengan ri-
penelitian dilakukan oleh Sari (2010) dengan set mainstream deduktif yang mendasarkan
pendekatan hermeneutika intensionalisme. pada pengetahuan yang telah ada, interaksi
Riset ini melakukan pencarian makna keun- simbolik mendorong peneliti untuk melaku-
tungan dalam profesi dokter. kan penemuan dari aspek kehidupan sehari-
Ethnometodology. Ethnometodology di- hari yang diabaikan dan tidak diamati oleh
cetuskan oleh Harold Garfinkel pada perten- peneliti.
gahan tahun 1950-an melalui bidang pene-
litian sosial yang merupakan inspirasi atas SIMPULAN
kreasi dari sosiologi fenomenologi. Ethno Paradigma penelitian positif, interpretif
metodology didasarkan pada studi rinci dari dan kritis adalah paradigma penelitian yang
kehidupan sehari-hari (Burrell dan Morgan saling melengkapi, tidak ada saling dikotomi
1979:247). Ethnometodology sangat men- (Triyuwono 2013; Wirajaya 2012). Keterkait
gutamakan analisis berdasarkan hasil per- an akuntansi dengan sosiologi dan perkem-
cakapan atau wawancara secara mendalam bangan masyarakat yang terus berubah
358 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 350-361
merupakan faktor yang cukup kuat men- metode interaksionisme simbolik seringkali
dasari bahwa perlu dikembangkan pene- mengabaikan emosi dan gerak bawah sadar
litian interpretif bidang akuntansi. Penen- manusia ketika berinteraksi, artinya lebih
tuan metode penelitian baik menggunakan memperhatikan hal yang konkrit dalam in-
solipsisme, fenomenologi, hermeneutika, teraksi (Jailani 2012).
ethnometodology maupun interaksionisme Rendahnya PAI di Indonesia perlu
simbolik adalah berdasarkan asumsi ontolo- dicermati. Fokus pada jurnal akuntansi ter-
gi dan epistemologi dari penelitian, sehingga akreditasi di Indonesia (2012-2014) serta
peneliti dapat menentukan metode yang pa penelitian akuntansi yang lolos prosiding
ling sesuai. SNA dan SNAV (2013-2015) maka secara
Beberapa keunggulan dalam paradigma keseluruhan menunjukkan bahwa riset in-
interpretif adalah: 1) deskripsi yang disajikan terpretif berada pada porsi yang sangat ke-
secara detail serta mendalam (thick descrip- cil. Penelitian kualitatif terutama interpretif
tion), 2) pemahaman yang mendalam murni yang relevan perlu dikembangkan agar se-
dari sudut pandang informan (natural) akan jajar dengan penelitian mainstream. Jum-
diperoleh dengan baik, 3) metode interaksi lah PAI yang rendah ini berasal dari asumsi
simbolik memiliki kekuatan empiris dalam keliru bahwa penelitian kualitatif hanyalah
pemaknaan simbol, karena pemaknaan pelengkap penelitian kuantitatif (Somantri
simbol selalu dilakukan berdasarkan kon- 2005). Hambatan terbesar justru muncul
teksnya (Jailani 2012:4). Metode interaksi dalam diri peneliti sendiri yang enggan dan
simbolik unggul dalam komitmennya untuk takut untuk melakukan scientific trajectory
melakukan penemuan dari aspek kehidupan secara terbuka untuk saling memahami
sehari-hari yang diabaikan dan luput dari (Djamhuri 2011) serta karena alasan prag-
pengamatan (Kotarba 2014:5) yang utama matis yang berkaitan dengan lama peneli-
bahwa hasil riset interpretif akan memperka- tian (Kamayanti 2015). Hambatan dari luar
ya bangun ilmu pengetahuan pada peng- berasal dari kurang terbukanya penerbit ju-
gambaran teori organisasional, sosiologi, rnal dalam menerima penelitian selain para-
teori sosial, dan politik (Scapens 2008). digma functionalist.
Keterbatasan masing-masing metode Terdapat dua aspek kontribusi penu-
dalam interpretif adalah: 1) metode solip- lisan artikel ini yakni kontribusi akademis
sisme merupakan metode paling subjektif dan kontribusi penelitian selanjutnya. Kon-
yang memungkinkan adanya wacana tanpa tribusi akademis penulisan artikel ini adalah
makna (Burrell dan Morgan 1979:235- untuk memberikan wawasan mendalam
255). 2) metode fenomenologi, sulit untuk penelitian akuntansi dengan paradigma in-
dilakukan generalisasi dengan metode ini, terpretif. Kontribusi penelitian selanjutnya
kecuali pada fenomena yang terjadi pada pertama, dengan memberikan wawasan
daerah dengan kearifan lokal yang mirip mengenai keunggulan maupun keterbatasan
sekali dan pada bisnis yang serupa (Prian- paradigma interpretif, sehingga dapat dijadi-
thara 2011). 3) metode hermeneutika sangat kan pertimbangan bagi peneliti interpretif
tergantung pada pemahaman penulis dan selanjutnya untuk meminimalkan ketidak-
bagaimana cara mengkomunikasikannya, tepatan pemilihan metode riset. Kontribusi
bentuk pengetahuan apa yang bisa diper- penelitian selanjutnya yang kedua adalah
oleh dan apa yang disebut salah atau benar. dengan menunjukkan kecilnya rasio PAI di
Maka kelemahan hermeneutika terletak Indonesia, maka diharapkan dapat memacu
pada asumsi epistemologinya. 4) metode eth- peneliti akuntansi untuk mengembangkan
nometodology, membutuhkan jangka waktu paradigma ini dalam penelitiannya.
pengamatan dan partisipasi di situs peneli- Penelitian selanjutnya perlu meng-
tian yang panjang bahkan tahunan (Ludigdo gali rendahnya jumlah penelitian akuntansi
2006). Pada metode ini sangat mungkin kon- kritis di Indonesia. Dalam rangka mening-
sep wawancara dan teori yang dibawa peneli- katkan penelitian kualitatif interpretif dan
ti sebelum memasuki setting partisipan akan kritis maka perlu digali secara mendalam
jauh berbeda sehingga peneliti harus menye- hal yang mendasari dua paradigma ini su-
suaikan perbedaan tersebut (Rawls 2008). 5) lit dikembangkan sejajar dengan penelitian
mainstream di Indonesia.
Darmayasa, Aneswari, Paradigma Interpretif Pada Penelitian Akuntansi... 359