Anda di halaman 1dari 28

BADAN PUSAT STATISTIK

INDEKS KHUSUS
PENANGANAN STUNTING
(IKPS)

Ahmad Avenzora, SE, MSE


Direktur Statistik Kesejahteraan Rakyat
Badan Pusat Statistik

Jakarta, 24 November 2020


INDEKS KHUSUS PENANGANAN STUNTING
(IKPS)
adalah sebuah instrumen khusus yang digunakan
sebagai proxy untuk mengukur sejauh mana cakupan
intervensi-intervensi terhadap rumah tangga sasaran.

TUJUAN PENGHITUNGAN IKPS


▪ Sebagai proxy untuk mengevaluasi berbagai
program penanganan stunting
▪ Sebagai instrumen untuk memenuhi Disbursement
Linked Indicators (DLI) 8
Manfaat IPKS

❑IKPS dapat digunakan sebagai instrument untuk mengevaluasi berbagai


program penanganan stunting sesuai amanat Rancangan Peraturan Presiden.
❑IKPS dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi dari program
penanganan stunting
❑IKPS sebagai suatu indeks dapat dipantau secara regular untuk melihat
implementasi dari berbagai program yang terkait dengan penanganan stunting
❑IKPS bukan hanya bermanfaat untuk pemerintah pusat, namun juga dapat
digunakan dalam rangka memantau kinerja pemerintah daerah
(kabupaten/Kota)
1 INDIKATOR DAN METODOLOGI
PENYUSUNAN IKPS
TAHAPAN PENYUSUNAN IKPS
Pemetaan
Indikator Kandidat Penentuan
Penyusun IKPS Penimbang

1 2 3 4

Normalisasi Penghitungan
Indikator IKPS
STATUS STUNTING PADA ANAK
APA DAN MENGAPA? BAGAIMANA CARA MENENTUKAN STATUS STUNTING
Stunting atau sering disebut kerdil PADA ANAK BALITA?
atau pendek adalah kondisi ▪ Pengkategorian balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
gagal tumbuh pada anak berusia stunted) diperoleh melalui perbandingan antara panjang/tinggi badan anak
di bawah 5 tahun (balita) menurut umur dengan standar baku WHO-MGRS.
akibat kekurangan gizi kronis (TNP2K, 2017)
dan infeksi berulang terutama pada
periode 1.000 Hari Pertama ▪ Balita dikatakan pendek (stunted) jika nilai z-score dari panjang/tinggi
Kehidupan (HPK), yaitu dari janin badan menurut umurnya antara -3 SD s.d -2 SD dan dikatakan sangat
hingga anak berusia 23 bulan. pendek (severely stunted) jika nilai z-score dari panjang/tinggi badan
(Sekretariat Wakil Presiden RI
menurut umurnya kurang dari -3 SD.
dan Kementerian Koordinator (Kepmenkes No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Bidang Pembangunan Manusia Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak).
dan Kebudayaan, 2018)
PREVALENSI STUNTING BALITA SANGAT DIPENGARUHI
KUALITAS DATA PANJANG/TINGGI BADAN BALITA YANG
DIPEROLEH MELALUI PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Kerangka pikir penyusunan IKPS KERANGKA PENYEBAB STUNTING DI INDONESIA
menggunakan kerangka pemikiran Pencegahan Stunting Hasil
dari UNICEF sebagaimana terdapat
Penyebab
dalam Strategi Nasional Asupan Gizi Status Kesehatan
Langsung
Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting).
Ketahanan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Penyebab
Pangan Sosial Kesehatan Pemukiman Tidak
Pemetaan indikator penyusunan (ketersediaan, (norma, makanan (akses, (air, sanitasi, Langsung
IKPS dilakukan bersama-sama keterjangkauan bayi dan anak, pelayanan kondisi
dan akses higiene,
oleh Setwapres RI, TP2AK, TNP2K, pangan bergizi)
preventif dan bangunan)
pendidikan, kuratif)
BPS, serta dengan memperoleh tempat kerja)
masukan dari para pakar.
Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, Proses
Pemetaan indikator penyusunan sistem pangan, perlindungan sosial, sistem kesehatan, pembangunan
IKPS dilakukan pada Workshop pertanian dan pemberdayaan perempuan
Persiapan Penyusunan IKPS (9-11
Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi kebutuhan dan tekanan Prasyarat
Maret 2020) dan rapat pada untuk implementasi, tata kelola keterlibatan antar lembaga pemerintah Pendukung
tanggal 3 Juni 2020, 13 serta 24 dan non-pemerintah, kapasitas untuk implementasi
Agustus 2020. Sumber: UNICEF, 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS, 2018, disesuaikan dengan konteks Indonesia
Dimensi Indikator
(1) (2)
Imunisasi
Kesehatan
Persentase bayi usia 12-23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap Indikator penyusun IKPS berjumlah
Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
Persentase WPK usia 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya ditolong oleh tenaga
12 indikator
kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan
Keluarga Berencana (KB) Modern
yang terbagi ke dalam
Proporsi perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang aktif secara 6 dimensi.
seksual dan ingin menunda untuk memiliki anak atau tidak ingin menambah anak lagi dan
menggunakan alat kontrasepsi modern
ASI Eksklusif
Gizi
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif Sumber data yang digunakan
Makanan Pendamping (MP) ASI
Persentase bayi usia 6-23 bulan yang mendapatkan makanan pendamping ASI
dalam penyusunan IKPS adalah
Perumahan Air Minum Layak
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak
Survei Sosial Ekonomi Nasional
Sanitasi Layak (Susenas) Maret pada tahun yang
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak dan
berkelanjutan bersesuaian.
Pangan Mengalami Kerawanan Pangan
Prevalensi mengalami kerawanan pangan sedang atau parah (The Food Insecurity
Experience Scale (FIES)
Ketidakcukupan Konsumsi Pangan Indikator ASI eksklusif dan MP-ASI
Proporsi populasi yang tidak mengalami kecukupan konsumsi pangan (Prevalence of
Undernourishment (PoU)) tahun 2018 dihasilkan dari data Integrasi
Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD 3-6 tahun
Susenas Maret 2018 dan Riset Kesehatan
Perlindungan Pemanfaaatan Jaminan Kesehatan
Persentase penduduk yang memanfaatkan JKN/Jamkesda
Dasar (Riskesdas) Tahun 2018.
Sosial
Penerima KPS/KKS
Persentase rumah tangga yang menerima KPS/KKS (penduduk 40% terbawah)
NORMALISASI INDIKATOR METODE MIN-MAX
untuk indikator yang bersifat positif
𝑿𝒊 − 𝑿𝒎𝒊𝒏
𝑺𝑿𝒊 = 𝑿 𝟏𝟎𝟎
𝑿𝒎𝒂𝒙 − 𝑿𝒎𝒊𝒏
Sebelum menghitung indeks,
atau
langkah pertama adalah
melakukan normalisasi 𝑺𝑿𝒊 = 𝟏𝟎𝟎 −
𝑿𝒊 − 𝑿𝒎𝒊𝒏
𝑿 𝟏𝟎𝟎
indikator, yaitu proses 𝑿𝒎𝒂𝒙 − 𝑿𝒎𝒊𝒏

penskalaan nilai indikator untuk indikator yang bersifat negatif


Dimana :
sehingga semua indikator
mempunyai range dan arah 𝑆𝑋𝑖 adalah nilai indikator yang sudah dinormalisasi
yang sama. 𝑋𝑖 adalah nilai indikator (empiris)
𝑋𝑚𝑖𝑛 adalah nilai minimal indikator (ditetapkan)
𝑋𝑚𝑎𝑥 adalah nilai maksimal indikator (ditetapkan)
Estimasi Penentuan Batas Indikator Penyusun IKPS
Dimensi Indikator Tahun Tahun Batas Batas
Sumber
2018 2019 Minimal Maksimal
BATAS MINIMAL DAN MAKSIMAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kesehatan Imunisasi 58,42 55,33 0 90 RPJMN 2020-2024
Penolong Persalinan oleh Tenaga 82,64 85,86 0 100 Kesepakatan pakar
INDIKATOR PENYUSUN IKPS

Kesehatan di Fasilitas Kesehatan


Keluarga Berencana (KB) Modern 57,10 54,55 0 80 Kesepakatan pakar
Gizi ASI Eksklusif 44,36 66,69 0 80 Rancangan Perpres dan
kesepakatan pakar
Makanan Pendamping (MP) ASI 64,55 61,85 0 80 Kesepakatan pakar
Perumahan Air Minum Layak 87,75 89,27 0 100 Rancangan Perpres dan
kesepakatan pakar
Sanitasi Layak 74,58 77,39 0 100 Kesepakatan pakar
Pangan Mengalami Kerawanan Pangan 7,62 6,06 0 60 Kesepakatan pakar
Ketidakcukupan Konsumsi 7,95 7,66 0 60 Kesepakatan pakar
Pangan
Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 36,10 35,09 0 90 Kesepakatan pakar
Perlindungan Pemanfaatan Jaminan Kesehatan 27,50 29,19 0 80 Kesepakatan pakar
Sosial Penerima KPS/KKS 22,91 20,09 0 80 Kesepakatan pakar
PENENTUAN PENIMBANG
▪ Pada penghitungan indeks, penimbang masing-masing Berdasarkan hasil rapat
dimensi dapat memiliki besaran yang sama ataupun tanggal 13 Agustus 2020
berbeda. yang dihadiri perwakilan dari
▪ Penimbang yang sama mengindikasikan bahwa setiap Setwapres RI, TP2AK, TNP2K,
dimensi dianggap memiliki tingkatan kepentingan yang BPS, dan World Bank, disepakati
sama sedangkan penimbang yang berbeda mengindikasikan penggunaan penimbang yang
bahwa suatu dimensi lebih penting dibandingkan dimensi sama (equal weight) untuk
lainnya. masing-masing dimensi pada
▪ Penentuan penimbang yang berbeda untuk masing-masing penyusunan IKPS.
dimensi dapat dilakukan dengan analisis faktor.
▪ Apabila menggunakan penimbang dengan besaran berbeda Karena IKPS disusun atas
berdasarkan sebaran data, ada risiko perubahan penimbang 6 dimensi, maka masing-masing
untuk tahun-tahun berikutnya karena adanya perbedaan dimensi memiliki penimbang
pola sebaran data. sebesar 1/6.
PENGHITUNGAN IKPS
𝑺𝑿𝟏𝒊 + … + 𝑺𝑿𝒏𝒊
𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 𝑫𝒊𝒎𝒆𝒏𝒔𝒊𝒊 = × 𝟏𝟎
Rata-Rata Aritmatika 𝒏

DIMENSI
Keterangan 𝑆𝑋j𝑖 : nilai indikator yang sudah dinormalisasi j = 1,2, … , n
𝑛 : jumlah indikator pada masing-masing domain
𝑖 : jumlah domain (i = 1,2, … , 6)

IKPS
𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 𝑫𝒊𝒎𝒆𝒏𝒔𝒊𝟏 + … + 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 𝑫𝒊𝒎𝒆𝒏𝒔𝒊𝟔
Rata-Rata Aritmatika 𝑰𝑲𝑷𝑺 =
𝟔
IKPS NASIONAL
2
IKPS TAHUN 2018-2019
Kesehatan

72.98

71.84
Perlindungan 80.34
100 Gizi
Sosial 31.51 68.07
80 66.08 30.80
63.92
60 41.03
42.13
40 81.17 83.33

20 87.69
Pendidikan Perumahan
0 89.13
2018 2019
Tahun 2018
Pangan
Tahun 2019
Estimasi Indeks
Dimensi/Indikator
2018 2019 Selisih 2018 2019 Selisih
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kesehatan 72,98 71,84 -1,14
Imunisasi 58,42 55,33 -3,09 64,91 61,48 -3,43
Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 82,64 85,86 3,22 82,64 85,86 3,22
Keluarga Berencana (KB) Modern 57,10 54,55 -2,55 71,38 68,19 -3,19
Gizi 68,07 80,34 12,27
ASI Eksklusif 44,36 66,69 22,33 55,45 83,36 27,91
Makanan Pendamping (MP) ASI 64,55 61,85 -2,70 80,69 77,32 -3,37
IKPS TAHUN 2018-2019

Perumahan 81,17 83,33 2,16


Air Minum Layak 87,75 89,27 1,52 87,75 89,27 1,52
Sanitasi Layak 74,58 77,39 2,81 74,58 77,39 2,81
Pangan 87,69 89,13 1,44
Mengalami Kerawanan Pangan 6,86 5,42 -1,44 88,57 90,97 2,40
Ketidakcukupan Konsumsi Pangan 7,91 7,62 -0,29 86,82 87,30 0,48
Pendidikan 42,13 41,03 -1,10
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 37,92 36,93 -0,99 42,13 41,03 -1,10
Perlindungan Sosial 31,51 30,80 -0,71
Pemanfaatan Jaminan Kesehatan 27,50 29,19 1,69 34,38 36,49 2,11
Penerima KPS/KKS 22,91 20,09 -2,82 28,64 25,11 -3,53
IKPS 63,92 66,08 2,16
RELATIVE STANDARD ERROR (RSE) BEBERAPA INDIKATOR
PENYUSUN IKPS TAHUN 2018-2019
Dimensi Indikator Tahun 2018 Tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
Kesehatan Imunisasi 1,01 1,02
Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 0,31 0,29
Keluarga Berencana (KB) Modern 0,30 0,34
Gizi ASI Eksklusif 2,21 1,09
Makanan Pendamping (MP) ASI 0,79 0,74
Perumahan Air Minum Layak 0,15 0,14
Sanitasi Layak 0,25 0,24
Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 0,69 0,72
Perlindungan Sosial Pemanfaatan Jaminan Kesehatan 0,62 0,62
Penerima KPS/KKS 0,91 1,02

Catatan:
Apabila nilai RSE suatu indikator ≥25%, pengguna data harus berhati-hati dalam menggunakan nilai estimasi dari indikator tersebut. RSE yang tinggi
merupakan indikasi bahwa sampel tidak mencukupi.
JUMLAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RSE ≥ 25%
TAHUN 2018-2019
Dimensi Indikator Tahun 2018 Tahun 2019
(1) (2) (3) (4)
Kesehatan Imunisasi 150 104
Penolong Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan 38 13
Keluarga Berencana (KB) Modern 18 13
Gizi ASI Eksklusif 329 128
Makanan Pendamping (MP) ASI 53 17
Perumahan Air Minum Layak 5 5
Sanitasi Layak 11 12
Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 36 24
Perlindungan Sosial Pemanfaatan Jaminan Kesehatan 10 3
Penerima KPS/KKS 115 127

Catatan:
Apabila nilai RSE suatu indikator ≥25%, pengguna data harus berhati-hati dalam menggunakan nilai estimasi dari indikator tersebut. RSE yang tinggi
merupakan indikasi bahwa sampel tidak mencukupi.
3 IKPS PROVINSI
100

20
40
60
80

0
78.54
DI Yogyakarta
79.94
70.01
Nusa Tenggara Barat
72.97
69.38
Jawa Tengah
71.17
68.25
Jawa Timur
70.69
67.63
DKI Jakarta
70.56
67.67
Bali
69.71
64.94
Gorontalo
69.48
64.40
Kalimantan Selatan
66.77
64.65
Jawa Barat
66.22
65.01
Sulawesi Selatan
66.21
63.92
INDONESIA
66.08
64.06
Sulawesi Barat
66.03
62.66
Kalimantan Timur
64.94
62.56
Nusa Tenggara Timur
64.81
63.30
Sulawesi Utara
64.78
62.13
Banten
64.32
61.03
Lampung
Tahun 2018
64.27
62.63
Kalimantan Utara
64.04
61.88
Sumatera Barat
63.97
63.00
Tahun 2019

Sulawesi Tengah
63.83
64.02
Kepulauan Riau
62.76
58.36
IKPS MENURUT PROVINSI, 2018-2019

Aceh
61.95
58.50
Sulawesi Tenggara
61.66
61.26
Jambi
61.03
61.73
Kepulauan Bangka Belitung
60.68
59.41
Bengkulu
60.41
56.96
Sumatera Selatan
60.22
57.95
Riau
60.04
55.90
Sumatera Utara
58.56
57.66
Kalimantan Tengah
58.16
55.36
Kalimantan Barat
56.46
52.83
Papua Barat
56.45
52.46
Maluku Utara
53.42
47.35
Maluku
50.91
40.01
Papua
41.70
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
4
5

3
Gorontalo 4.54
Papua Barat 3.62

Aceh 3.59

Maluku 3.56

Sumatera Selatan 3.26

Lampung 3.24

Sulawesi Tenggara 3.16

Nusa Tenggara Barat 2.96

DKI Jakarta 2.93

Sumatera Utara 2.66

Jawa Timur 2.44

Kalimantan Selatan 2.37

Kalimantan Timur 2.28

Nusa Tenggara Timur 2.25

Banten 2.19

INDONESIA 2.16

Sumatera Barat 2.09

Riau 2.09

Bali 2.04

Sulawesi Barat 1.97

Jawa Tengah 1.79

Papua 1.69

Jawa Barat 1.57

Sulawesi Utara 1.48

Kalimantan Utara 1.41

DI Yogyakarta 1.40

Sulawesi Selatan 1.20

Kalimantan Barat 1.10

Bengkulu 1.00

Maluku Utara 0.96

Sulawesi Tengah 0.83

Kalimantan Tengah 0.50

Jambi
PERUBAHAN IKPS TAHUN 2018-2019 MENURUT PROVINSI

-0.23

-1.05 Kepulauan Bangka Belitung

-1.26 Kepulauan Riau


KABUPATEN/KOTA DENGAN
4.1 NILAI RSE < 25%
Kabupaten/Kota dengan RSE < 25%
dan Prioritas Stunting
Kabupaten/Kota Prioritas Nama Kabupaten/Kota dengan RSE < 25%
Wilayah dengan RSE < 25% Stunting dan Prioritas Stunting
(1) (2) (3) (4)

Sumatera 8 4 Banyuasin, Tanggamus, Kaur, Karimun


Jawa 26 15 Cianjur, Ciamis, Karawang, Bandung Barat, Kota Depok,
Banyumas, Magelang, Klaten, Grobogan, Blora, Pekalongan,
Brebes, Gunung Kidul, Nganjuk, Sidoarjo
Bali dan Nusa 16 14 Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa,
Tenggara Bima, Lombok Utara, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan,
Timor Tengah Utara, Belu, Flores Timur, Sumba Tengah,
Sumba Barat Daya, Nagekeo
Kalimantan 4 1 Sambas
Sulawesi 8 5 Gowa, Sinjai, Kolaka, Majene, Mamuju
Maluku dan Papua 1 1 Sorong
Indonesia 63 40
KABUPATEN/KOTA DENGAN
4.2 NILAI RSE ≥ 25%
Jumlah Kabupaten/Kota dengan
RSE ≥ 25% dan Prioritas Stunting
▪ Apabila nilai RSE suatu indikator ≥ 25%,
Kabupaten/Kota Prioritas pengguna data harus berhati-hati dalam
Wilayah dengan RSE ≥ 25% Stunting
menggunakan nilai estimasi dari
(1) (2) (3)
indikator tersebut.
Sumatera 146 56
▪ RSE yang tinggi merupakan indikasi
Jawa 93 46 bahwa jumlah sampel tidak cukup untuk
Bali dan Nusa Tenggara 25 18 menggambarkan kondisi yang
Kalimantan 52 20 sebenarnya.
Sulawesi 73 29 ▪ IKPS pada kabupaten/kota dengan nilai
Maluku dan Papua 62 51 RSE ≥ 25%, tidak direkomendasikan
INDONESIA 451 220 dijadikan landasan rumusan kebijakan
penanganan stunting.
BADAN PUSAT STATISTIK

TERIMA KASIH
www.bps.go.id

Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710


Indonesia

(021) 3841195, 3842508, 3810291


bpshq@bps.go.id
BPS Statistics

Badan Pusat Statistik (Page)

@bps_statistics
LAMPIRAN
INFORMASI PERIODE KUESIONER YANG
YANG DIKUMPULKAN PENGUMPULAN DATA DIGUNAKAN
Susenas mengumpulkan berbagai Pengumpulan data Susenas ▪ Pada Susenas Maret, digunakan
informasi seperti keterangan dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu kuesioner Susenas Kor dan
kesehatan, pendidikan, pada bulan Maret dan September. Susenas Konsumsi dan
ketenagakerjaan, akses terhadap Pengeluaran (K/P).
makanan, perumahan, pengeluaran ▪ Pada Susenas September,
rumah tangga, dll.
SURVEI SOSIAL digunakan kuesioner Susenas
Modul yang bergantian 3 tahun
EKONOMI NASIONAL
PEMANFAATAN sekali (Modul Kesehatan dan
(SUSENAS) Perumahan, Modul Ketahanan
DATA SUSENAS
Sosial, Modul Sosial Budaya dan
▪ Perencanaan dan evaluasi Pendidikan) serta Susenas K/P.
program pembangunan nasional. JUMLAH SAMPEL
▪ Perencanaan dan evaluasi
LEVEL PENYAJIAN DATA
program sektoral ▪ Jumlah sampel Susenas Maret
(Kementerian/Lembaga). 2018 sebanyak 300.000 rumah ▪ Indikator yang dihasilkan dari
▪ Penyediaan indikator SDGs dan tangga dan Susenas Maret 2019 Susenas Maret dapat disajikan
RPJMN. sebanyak 320.000 rumah tangga. hingga level kabupaten/kota.
▪ Penyediaan data bagi UN Agency,
▪ Jumlah sampel Susenas ▪ Indikator yang dihasilkan dari
LSM, perusahaan, akademisi,
September sebanyak 75.000 Susenas September disajikan
dan pengguna data lainnya.
rumah tangga. hingga level provinsi.
METODOLOGI SUSENAS MARET Tahap
(1)
Kerangka Sampel
(2)
Metode
(2)
Metode
(4)
I 1 Daftar blok sensus biasa hasil SP2010 Probability Proportional to Tahun 2018
Size (PPS) Memilih 25,00 persen BS populasi secara PPS, dengan size jumlah
Peluang blok sensus terpilih rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata di kabupaten/kota.
sebanding dengan jumlah
rumah tangga di blok sensus Tahun 2019
tersebut. Memilih 40,00 persen BS populasi secara PPS, dengan size jumlah
rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata di kabupaten/kota.
2 Tahun 2018 Systematic ▪ Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi secara
Daftar 25,00 persen blok sensus SP2010 systematic di setiap strata urban/rural per kabupaten/kota.
yang dilengkapi dengan kode strata. ▪ Sebelum dilakukan penarikan sampel, terlebih dahulu dilakukan
implicit stratification blok sensus berdasarkan strata
Tahun 2019 kesejahteraan (wealth index).
Daftar 40,00 persen blok sensus SP2010
yang dilengkapi dengan kode strata.
II Daftar rumah tangga hasil pemutakhiran di Systematic Tahun 2018
setiap blok sensus terpilih Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic
dengan implicit stratification menurut pendidikan kepala rumah
tangga dan keberadaan anggota rumah tangga balita serta ibu
hamil.

Tahun 2019
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic
dengan implicit stratification menurut pendidikan kepala rumah
tangga dan keberadaan anggota rumah tangga balita serta ibu hamil
9 bulan.

Anda mungkin juga menyukai