Anda di halaman 1dari 26

‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone


dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Riau (RTRWP) 2017-2037
Area tak dibebankan izin di 17 kebun sawit bukanlah lahan peruntukan rakyat

Laporan Investigatif
Eyes on the Forest

Diterbitkan Maret 2018

Eyes on The Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari “Jaringan Kerja Penyelamat Hutan
Riau” dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah.

EoF juga membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga
Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan
WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat.

EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi
secara luas.

Untuk lebih banyak informasi tentang Eyes on the Forest, sila kunjungi:

Website EoF: EoF website: http://www.eyesontheforest.or.id


1
Email: editor(at)eyesontheforest.or.id
Sampul depan
Peta hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest pada usulan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037,
ditemukan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda kebun Rantau Kasai. Ini hasil analisis citra
landsat 2015 dan pemantauan di lapangan diperkirakan luasnya mencapai 12.190 ha, dimana 9.979 ha termasuk Holding
Zone (kawasan belum dibebankan izin) yang diusulkan melalui Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 sebagai peruntukan
perkebunan rakyat di Desa Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu.

2
RINGKASAN EKSEKUTIF

Koalisi Eyes on the Forest dan Jikalahari melakukan analisa terhadap lahan yang dipertanyakan
legalitasnya seluas 405.847 hektar dari total 1.045.390 hektar yang diusulkan sebagai Holding Zone
berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan
dengan Intruksi Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelesaian Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari 405.847 hektar, DPRD Riau
mengusulkan Holding Zone peruntukan kawasan perkebunan rakyat seluas 321.717 ha.

Tim Jikalahari dan Eyes on the Forest (EoF) melakukan kajian dan pemantauan lapangan di 17 lokasi
Holding Zone yang diusulkan sebagai perkebunan rakyat, dengan mengumpulkan data dan bukti
apakah pada areal usulan Holding Zone tersebut telah dikuasai oleh masyarakat atau pihak
perusahaan / cukong sawit. Holding Zone merupakan kawasan dalam tata ruang wilayah yang belum
dibebankan izin.

Indikasi adanya “motif” di balik sikap pansus yang bersikukuh mengusulkan Holding Zone seluas
405.847 ha sebagai alternatif penyelesaian RTRWP Riau 2017-2037 kemudian terjawab. Hasil
investigasi EoF dan Jikalahari menunjukkan bahwa dari 40.109 ha Holding Zone yang diinvestigasi
seharusnya diperuntukkan bagi perkebunan rakyat, ternyata dimiliki oleh 4 perusahaan, 10
pemodal dan 3 kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit
Koperasi Primer Anggota (KKPA).

Atas berbagai kejanggalan dan ilegalitas di lapangan, maka Jikalahari dan EoF meminta Mendagri
menolak Ranperda RTRWP Riau 2017 – 2037 dan memerintahkan Gubernur Riau membahas ulang
proses penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan RTRWP Riau dengan melibatkan
publik.

EoF juga meminta Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan secara substansial tidak menyetujui
Holding Zone seluas 405.874 ha karena bertentangan dengan PP 104/2015 Tentang Tata Cara
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.

3
PENDAHULUAN

Pada September 2017, Gubernur Riau menyerahkan laporan Hasil Kerja Panitia Khusus Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Riau 2017-2037.
Dalam dokumen tersebut disampaikan bahwa salah satu permasalahan besar yang dialami oleh
Pansus terkait RANPERDA RTRWP adalah tidak diakomodirnya rekomendasi dari Tim Terpadu
RTRWP untuk perubahan menjadi Kawasan Bukan Hutan seluas 2,7 juta hektar. Sementara
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 dan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2016,
07 Desember 2016 tentang Kawasan Hutan di Propinsi Riau hanya mengakomodir perubahan
peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan sekitar 1,7 juta hektar.

Tim Kerja Panitia Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang RTRWP
Riau 2017-2037 kemudian merumuskan tiga opsi penyelesaian RTRWP Riau, antara lain;
1. Status kawasan dituntaskan terlebih dahulu baru Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA)
RTRWP Riau 2017-2037 dibahas, kalau jalur penyelesaian ini yang ditempuh, Panitia Khusus
(Pansus) menilai membutuhkan waktu panjang dalam penyelesaian RTRWP Riau, karena harus
menunggu keputusan MenLHK terkait dengan perubahan peruntukan kawasan hutan,
mengingat hal tersebut merupakan kewenangan Menteri LHK, bersumber dari ketentuan Pasal
1 Ayat 3 UU 41/ 1999 yang menyatakan: “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap”, frasa
pemerintah dalam norma pasal 1 ayat 3 UU 41/1999 tersebut diatribusikan pada Menteri
Kehutanan melalui instrumen keputusan (beschikking).
2. Berdasarkan hasil pertemuan yang dilakukan Pansus bersama Pemerintah Daerah Riau dengan
Menteri Agraria/ATR, Kepala BPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Komisi
Ombudsman RI, disimpulkan bahwa persoalan RTRWP Riau akan dibahas dalam rapat kabinet
Pemerintahan Joko Widodo. Namun Pansus menilai upaya tersebut juga akan memerlukan
waktu yang cukup panjang.
3. Penyelesaian RTRWP Riau dilakukan berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No
0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 tentang Permasalahan Pelayanan Publik di Provinsi Riau
pasca terbitnya Keputusan MenLHK SK.673/Menhut-II/2014 dan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.878/Menhut-II/2014. Rekomendasi Ombudsman RI adalah meminta MenLHK, dan
Pemerintah Prov Riau agar melakukan percepatan pembentukan RTRWP Riau, dengan
menetapkan selisih/gap luas areal antara luas yang direkomendasikan Tim Terpadu dengan
jumlah luas yang ditetapkan dalam Keputusan SK.673/Menhut-II/2014 dan Keputusan 878/2014
sebagai HOLDING ZONE dalam Perda RTRWP Riau, sebelum terbitnya keputusan pengganti
kawasan hutan Prov Riau.

Dalam laporan tersebut juga dijelaskan bahwa rekomendasi Ombudsman ini sejalan dengan poin ke
empat Instruksi Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelesaian Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dimana MenLHK memberikan fasilitasi
dalam pengintegrasian dan pengharmonisasian kawasan hutan pada rencana tata ruang wilayah
provinsi ke dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang belum ditetapkan peruntukan
ruangnya (Holding Zone) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan alternatif penyelesaian sebagaimana yang diuraikan di atas, maka Tim Kerja Panitia
Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang RTRWP Riau 2017-2037

4
menilai alternatif penyelesaian yang dapat ditempuh adalah rekomendasi Ombudsman RI No
0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016.
Menjadi pertanyaan besar ketika pansus bersikukuh untuk memilih Holding Zone sebagai alternatif
penyelesaian RTRWP Riau. Apa indikasi motif Pansus RANPERDA RTRWP Riau tetap ngotot
mengusulkan areal sisa atau selisih (gap) luas areal antara luas hasil kajian dan rekomendasi Tim
Terpadu (2,7 juta hektar) dengan jumlah luas yang ditetapkan dalam Keputusan SK.673/Menhut-
II/2014 dan Keputusan 878/2014 (± 1.6 juta hektar) sebagai Holding Zone?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Jikalahari dan Eyes on the Forest melakukan investigasi dan
menelusuri fakta apa yang terjadi di balik usulan Holding Zone pada areal sisa/gap seluas lebih
kurang 405.874 hektar dalam RANPERDA RTRWP Riau.

5
Temuan Hasil Investigasi

Pada Oktober-Desember 2017, Jikalahari dan Eyes on the Forest secara terpisah melakukan
pengamatan di lapangan pada areal Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sekitar total
321.717 hektar. Dari pengamatan lapangan, Jikalahari dan Eyes on the Forest menemukan fakta
bahwa kebun sawit tersebut berada di dalam kawasan hutan. Ironisnya lagi, kebun sawit dalam
Holding Zone yang seharusnya diperuntukan bagi perkebunan rakyat malah bukan dimiliki oleh
rakyat atau masyarakat pada umumnya melainkan dimiliki oleh perusahaan, pemodal dan kerjasama
perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA).

Tim Jikalahari dan Eyes on the Forest (EoF) melakukan kajian dan pemantauan lapangan di 17 lokasi
Holding Zone yang diusulkan sebagai perkebunan rakyat, mengumpulkan data dan bukti apakah
pada areal usulan Holding Zone tersebut telah dikuasai oleh masyarakat atau pihak perusahaan atau
cukong sawit.

Peta 1. Target lokasi investigasi EoF dan Jikalahari pada Holding Zone usulan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 peruntukan
perkebunan rakyat sekitar 321.717 hektar.

Temuan ini mengindikasikan bahwa DPRD dan Pemerintah Provinsi Riau memberikan kesempatan
dan ruang melegalkan sawit yang sudah dikembangkan dalam kawasan hutan melalui Holding Zone.
Hal ini jelas melanggar beberapa peraturan di Indonesia yang melarang pengembangan kebun sawit
di dalam kawasan hutan, yakni :

• Undang-undang No. 18/2013 “Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan”


Pasal 17, (2) Setiap orang dilarang: b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di
dalam kawasan hutan;

6
• Undang-undang No 41/1999 “Kehutanan”
Pasal 50, (3) Setiap orang dilarang: a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah; dimana yang dimaksud dengan mengerjakan kawasan hutan
adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang
berwenang, antara lain untuk perladangan, untuk pertanian, atau untuk usaha lainnya.

Diperkirakan total areal Holding Zone yang teridentifikasi hasil investigasi EoF dan Jikalahari adalah
40.109 hektar yang secara keseluruhan telah ditanami sawit. Fungsi kawasan hutan pada areal yang
diusulkan Holding Zone adalah HPT (Hutan Produksi Terbatas), HP (Hutan Produksi Tetap) dan HPK
(Hutan Produksi dapat dikonversi). Dari 40.109 ha Holding Zone yang diinvestigasi EoF dan Jikalahari,
ditemukan ada 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 koperasi kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit
dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA).

Tabel 1. Temuan Jikalahari dan Eyes on the Forest terhadap kepemilikan lahan Holding Zone pada
Ranperda RTRWP Riau 2017-2023.
Tumpang susun kebun sawit pada
Tumpang susun Kawasan Hutan SK
usulan Holding Zone Ranperda
903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2017
Luas Holding Temuan RTRWP Riau 2017-20137 dengan
No pada usulan Holding Zone Ranperda
Zone Kawasan Hutan SK
RTRWP Riau 2017-2037
903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2017
HP HPT HPK HL Pemilikan Luas kebun HP HPT HPK HL
1 9,868 9,868 PT Andika Pratama Sawit Lestari 6,455 6,455
KA 614 614
2 9,979 9,979 PT Torganda - Rantau Kasai 12,190 916 9,840
3 1,903 1,903 PT Pedasa Enam Utama 11,183 39 7,416 549
4 575 575 PT Bina Fitri Jaya 3,130 311 581
5 2,353 2,353 PT Tasma Puja 1,757 91 1,642
6 2,940 2,940 MK 481 481
7 2,564 2,564 ANG 1,856 1,856
8 428 428 YD 428 428
9 1,579 677 902 KUD Sahabat Lestari 1,579 677 902
10 485 485 Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri 686 686
11 3,546 3,546 TM 1,461 1,461
12 990 990 HB 882 828
13 1,537 1,142 395 HA 1,537 1,142 395
14 562 562 HS 254 254
15 206 206 AB 206 206
16 194 194 DP 322 322
17 400 400 AR 50 50
40,109 16,280 6,507 17,322 - 45,071 11,639 4,353 21,602 549
Luas berdasarkan analisis citra, wawancara, & pengamatan di lapangan

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa Eyes on the Forest dan Jikalajari telah melakukan pemantauan
terhadap 40.109 ha Holding Zone yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, dimana
Holding Zone jika dioverlay (tumpang susun) dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor
903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, berada pada Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar 16.280 ha,
Hutan Produksi Terbatas 6.507 ha dan sekitar 17.322 ha pada Hutan Produksi dapat dikonversi
(HPK).

Dari 40.109 ha Holding Zone yang disurvey, hasil analisis citra 2015, wawancara dan pengamatan di
lapangan, luas kebun yang teridentifikasi pada Holding Zone yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP
Riau 2017-2037 maupun di luar Holding Zone mencapai 45.071 ha. Artinya ditemukan kebun sawit
melebihi areal Holding Zone yang diusulkan. Misalnya PT Torganda Kebun Rantau Kasai, Holding
Zone yang diusulkan hanya 9.979 ha, namun berdasarkan hasil analisis citra 2015, wawancara dan
pengamatan di lapangan luas PT Torganda kebun Rantau Kasai mencapai 12.190 ha.

Jika ditumpang susun (overlay) kebun sawit dalam Holding Zone maupun di luar Holding Zone
dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, maka kebun sawit
yang teridentifikasi berada pada Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar 11.639 ha, Hutan Produksi

7
Terbatas 4.353 ha dan sekitar 21.602 ha pada Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) dan Hutan
Lindung 549 ha.
Berikut penjelasan masing-masing perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya berada
dalam usulan Holding Zone pada Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Riau 2017-2037.

1. PT ANDIKA PRATAMA SAWIT LESTARI DAN LAHAN Inisial Milik KA


Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau 2017-
2037, Pemerintah Provinsi Riau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau mengusulkan Holding
Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 321.717 ha, dimana 9.868 ha diantaranya berada di
wilayah administratif Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu.

Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada kawasan usulan Holding Zone
tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 7 tahun milik KA
seluas 614 ha dan PT Andika Pratama Sawit Lestari seluas 6.455 ha (total 7.069 ha). Beberapa titik
koordinat lokasi kebun sawit milik KA dan PT Andika Pratama Sawit Lestari adalah; 1°19'47.82" N
100°48'24.39" E, 1°18'46.22" N 100°48'56.85"E, 1°17'19.30"N 100°49'35.74"E.

Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, jika ditumpangsusun


dengan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan milik KA serta PT Andika
Pratama Sawit Lestari menunjukkan bahwa Holding Zone dan kebun sawit milik KA serta kebun PT
Andika Pratama Sawit Lestari berada pada Kawasan Hutan Produksi yang berfungsi sebagai Hutan
Produksi Tetap.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan indikasi bahwa usulan Holding Zone
oleh Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk kepentingan atau peruntukan bagi
perusahaan sawit PT Andika Pratama Sawit Lestari dan pemodal KA yang telah mengembangkan
sawit dalam kawasan hutan.

8
Peta 2. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 7 tahun milik KA seluas
614 ha dan PT Andika Pratama Sawit Lestari seluas 6.455 ha (total 7.069 ha) dari 9.868 ha yang diusulkan sebagai Holding
Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu.

2. PT TORGANDA - RANTAU KASAI

Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, PT Torganda kebun Rantau Kasai seluas 9.979 hektar
di wilayah administrasi Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu
diindikasikan kuat merupakan bagian usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas
321.717 hektar.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone di wilayah
administrasi Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, ditemukan kebun
kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda Rantau Kasai dan
memiliki luas berdasarkan analisis citra landsat seluas 12.190 ha. Dari total kebun PT Torganda
kebun Rantau Kasai terdapat 9.979 hektar merupakan usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat
lokasi PT Torganda kebun Rantau Kasai yang teridentifikasi adalah; 1°15'32.91"N 100°14'34.18"E,
1°15'34.45"N 100°16'8.01"E, 1°16'6.22"N 100°17'46.18"E, 1°16'41.80"N 100°19'59.30"E,
1°19'16.55"N 100°24'18.01"E, 1°14'35.45"N 100°20'33.93"E.

Analisis tumpang susun kebun sawit PT Torganda kebun Rantau Kasai dan usulan Holding Zone
dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan
bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan PT Torganda Rantau Kasai
berada pada HPK seluas 9.979 ha dan HPT 916 ha.

9
Hasil investigasi dan pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa Holding Zone yang dialokasikan
sebagai perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk kepentingan bagi perusahaan PT Torganda
kebun Rantau Kasai yang telah mengembangkan kebun sawit dalam kawasan hutan.

Peta 3. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik PT
Torganda Rantau Kasai seluas 12.190 ha dari 9.979 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat
di Desa Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu.

3. PT PEDASA ENAM UTAMA

Data BPN yang diterima EoF tahun 2016 PT Pedasa Enam Utama memiliki HGU seluas 7.677 hektar.
Berdasarkan analisa citra landsat 2015 diperkirakan total areal PT Pedasa Enam Utama seluas 11.183
hektar. Terdapat tanaman sawit di luar HGU seluas 3.506 ha yang kemudian melalui Ranperda
RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat seluas 1.903 ha yang berada pada areal kebun PT Pedasa Enam
Utama di wilayah administrasi Desa Bandur Picak, Gunung Malelo dan Gunung Bungsu Kecamatan
Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar.

Berdasarkan investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone
tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 18 tahun milik PT
Pedasa Enam Utama (KOKAR) seluas 1.903 ha. Beberapa titik koordinat lokasi ke PT Pedasa Enam
Utama yang berasa pada usulan Hodling Zone antara lain; 0°30'50.04"N 100°33'25.38"E,
0°30'14.54"N 100°33'25.02"E, 0°28'46.27"N 100°33'56.99"E, 0°28'55.67"N 100°34'31.98"E,
0°28'20.28"N 100°34'30.14"E, 0°28'23.27"N 100°35'34.66"E.

Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Pedasa Enam Utama yang berada
pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor

10
903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-
2037 dan perkebunan PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) pada Holding Zone berada pada HPK.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat diindikasikan bukan untuk rakyat namun proses legitimasi bagi PT
Pedasa Enam Utama yang telah mengembangkan sawit dalam kawasan hutan.

Peta 4. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-6) menunjukkan terdapat kebun sawit yang berumur lebih kurang 18 tahun milik
PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) seluas 11.183 ha, diantaranya 1.903 ha termasuk yang diusulkan sebagai Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat.

4. PT BINA FITRI JAYA

PT Bina Fitri Jaya memiliki HGU seluas 2.384 ha, jika berdasarkan analisis citra landsat 2015,
keseluruhan luas kebun PT Bina Fitri Jaya mencapai 3.130 hektar. Berdasarkan Ranperda RTRWP
Riau 2017-2037, kebun di luar HGU PT Bina Fitri Jaya termasuk sebagai usulan Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat seluas 575 ha. Kebun PT Bina Fitri Jaya berada di wilayah
administratif Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut,
ditemukan kebun sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 13-20 tahun milik PT Bina Fitri Jaya.
Temuan PT Bina Fitri Jaya berada titik koordinat antara lain 0°46'38.18"N 101°18'25.14"E,
0°46'10.71"N 101°17'59.19"E, 0°45'58.81"N 101°18'2.65"E, 0°45'41.63"N 101°18'14.69E,
0°45'41.72"N 101°18'15.02"E dan 0°45'19.08"N 101°17'42.42"E.

Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Bina Fitri Jaya yang berada pada
usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor
903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-

11
2037 dan perkebunan PT Bina Fitri Jaya pada Holding Zone berada pada Kawasan Hutan Produksi
Terbatas (HPT).

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone
diindikasikan bukan untuk perkebunan rakyat tetapi untuk proses legitimasi perusahaan PT Bina
Fitri Jaya yang telah telanjur mengembangkan sawit dalam kawasan hutan.

Peta 5. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 13-20 tahun milik PT
Bina Fitri Jaya yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.

5. PT TASMA PUJA

Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau
mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat diantaranya 2.353 ha berada di wilayah
administratif Desa Anak Talang, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu. Hasil
investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Hoding Zone tersebut,
ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 8 tahun milik PT. Tasma Puja
seluas 1.757 ha. Hal ini menunjukkan dari 2.353 hektar usulan Holding Zone sekitar 1.757 hektar
dikuasai atau telah merupakan kebun sawit PT Tasma Puja. Beberapa titik koordinat lokasi Holding
Zone yang merupakan kebun sawit PT Tasma Puja; 0°48'44.57"S 102°8'24.14"E, 0°48'34.57"S
102°8'35.35"E, 0°48'55.09"S 102°9'11.56"E, 0°49'6.08"S 102°10'31.59"E dan 0°48'52.02"S
102°11'57.19"E.

Jika ditumpangsusun (overlay) usulan Holding Zone yang telah dikuasai atau ditanami sawit oleh PT
Tasma Puja dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016
menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017 – 2037 dan perkebunan PT. Tasma Puja
merupakan HPK seluas 1.642 ha dan HPT lebih kurang 91 ha.

12
Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat diindikasikan bukan untuk perkebunan rakyat Desa Anak Talang,
Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu , akan tetapi untuk proses legitimasi PT Tasma
Puja yang telah telanjur menanam kelapa sawit pada kawasan hutan.

Peta 6. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 8 tahun milik PT.
Tasma Puja seluas 1.757 ha dari 2.353 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Anak
Talang Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu.

6. MEROKE

Pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan
Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 2.940 ha berada di wilayah administratif Desa
Serosah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. Investigasi Jikalahari dan Eyes on
the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, pada usulan Holding Zone ditemukan
kebun kelapa sawit milik PT Meroke seluas 481 ha yang diperkirakan berumur kurang 1 tahun.
Beberapa titik koordinat usulan Holding Zone yang telah ditanami kelapa sawit oleh PT Meroke;
0°33'29.10"S 101°16'48.97"E, 0°33'33.55"S 101°17'12.77"E, 0°34'49.92"S 101°17'19.26"E dan
0°34'42.04"S 101°18'7.13"E.

Analisis tumpang susun usulan Holding Zone yang telah ditanami oleh PT Meroke dengan Kawasan
Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan
Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 yang telah ditanami kebun sawit oleh PT Maroke merupakan
kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

13
Investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan
perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk pemodal atau perusahaan yang salah satunya PT
Meroke yang telah menanami kebun sawit seluas 481 ha pada kawasan hutan dan bukan untuk
perkebunan rakyat sebagaimana didalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037.

Peta 7. Temuan EoF (foto 1-4) menunjukkan kebun sawit yang berumur kurang 1 tahun milik PT Maroke seluas 481 ha dari
2.940 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone Peruntukan perkebunan rakyat di Desa Serosah Kecamatan Hulu Kuantan
Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor
903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

7. ANG

Di wilayah administratif Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi
merupakan salah satu lokasi usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037
seluas 2.564 ha. Pada Oktober 2017, Eyes on the Forest melakukan investigasi pada usulan Holding
Zone tersebut dan menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 15 tahun
milik pemodal atau cukong berinisial ANG seluas 1.856 ha. Beberapa lokasi kebun sawit milik ANG
pada usulan Holding Zone yang teridentifikasi; 0°7'34.34"S 101°30'0.26"E, 0°7'15.36"S
101°30'51.79"E, 0°7'42.35"S 101°31'14.15"E, 0°7'44.60"S 101°32'0.71"E, 0°8'27.59"S
101°30'47.63"E, 0°9'6.74"S 101°30'11.94"E, 0°9'47.42"S 101°30'31.29"E dan 0°10'31.52"S
101°30'10.48"E.

Tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit milik ANG di usulan Holding Zone dengan
Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa

14
usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun sawit milik ANG berada pada kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT).

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF pada usulan Holding Zone peruntukan perkebunan
rakyat di wilayah administratif Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan
Singingi, menunjukkan bahwa ternyata Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukan untuk
rakyat, akan tetapi peruntukan proses legitimasi kebun sawit pemodal ANG yang telanjur ditanam
dalam kawasan hutan.

Peta 8. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-8) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 15 tahun milik ANG
seluas 1.856 ha dari 2.564 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Giri Sako
Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau
sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone dan kebun sawit milik ANG berada dalam
kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

8. PT YONDRA

Usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 salah
satunya areal seluas 428 ha yang terletak di wilayah administrasi Desa Ulo Mudik, Kecamatan Hulu
Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017
pada usulan Hoding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur antara
3-10 tahun milik PT Yondra seluas 428 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit pada usulan
Holding Zone yang teridentifikasi adalah; 0°36'0.10"S 101°19'12.81"E, 0°35'29.48"S 101°19'54.60"E,
0°35'59.60"S, 101°20'1.85"E 0°36'16.62"S, 101°20'3.33"E dan 0°36'17.87"S, 101°20'14.03"E.

Jika ditumpangsusun (overlay) usulan Holding Zone dan kebun sawit milik PT Yondra pada usulan
Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016

15
menunjukkan bahwa kebun sawit temuan investigasi pada usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-
2037 berada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Kuat dugaan dari hasil investigasi dan analisis
pemetaan oleh EoF bahwa usulan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 hanya
proses legitimasi kebun sawit yang telanjur ditanam pada kawasan hutan oleh PT Yondra. Hasil
investigasi Jikalahari dan EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan
rakyat di wilayah administrasi Desa Ulo Mudik, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan
Singingi bukan untuk rakyat, namun bagi perusahaan PT Yondra.

Peta 9. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur antara 3-10 tahun milik PT Yondra
seluas 428 ha dari 428 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Ulo Mudik
Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau
sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas
(HPT).

9. KUD SAHABAT LESTARI

Di wilayah administrasi Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar merupakan
salah satu usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 seluas 1.579 ha.
Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.
Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut,
ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 15 tahun milik KUD Sahabat
Lestari seluas 1.579 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit yang teridentifikasi pada usulan
Holding Zone; 0°43'22.00"N 101°12'39.89"E, 0°42'34.26"N 101°13'11.42"E, 0°41'40.44"N
101°13'11.20"E, 0°41'18.77"N 101°13'11.29"E, 0°43'4.47"N 101°14'15.55"E, 0°42'15.84"N
101°14'16.17"E, 0°41'44.84"N 101°14'16.61"E, 0°41'16.87"N 101°14'28.75"E.

16
Hasil overlay atau tumpang susun kebun sawit milik KUD Sahabat Lestari di usulan Holding Zone
dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan
bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan KUD Sahabat Lestari berada
pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 677 ha dan Kawasan Hutan Produksi dapat
dikonversi (HPK) seluas 902 ha.

Kuat dugaan dari hasil investigasi dan hasil pemetaan oleh EoF, usulan Holding Zone merupakan
proses legitimasi kebun sawit KUD Sahabat Lestari yang telanjur menanam di kawasan hutan.

Peta 10. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-8) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 15 tahun milik KUD
Sahabat Lestari seluas 1.579 ha dari 1.579 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa
Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar.

10. KOPERASI SENTRAL TANI MAKMUR MANDIRI

Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri adalah koperasi yang bekerjasama perusahaan kelapa sawit
PT Agro Mandiri dalam program pola KKPA. Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037,
Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat
seluas 485 hektar di areal KKPA PT Agro Mandiri dan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri atau
sekitar 686 ha di wilayah administrasi Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut,
ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 8 tahun milik PT Agro Abadi
yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri. Berdasarkan analisis citra landsat

17
2015 luas areal PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri
adalah 686 ha. Dimana 485 ha berada pada usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi
kebun yang teridentifikasi berasa pada usulan Holding Zone; 0°15'49.69"N 101°28'29.34"E,
0°16'24.19"N 101°28'22.89"E dan 0°16'8.11"N 101°29'2.19"E.

Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Agro Abadi yang bekerjasama
dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor
903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-
2037 dan PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri berada
pada kawasan hutan Produksi Tetap (HP).

Dari hasil investigasi analisis pemetaan oleh EoF mengindikasikan bahwa Holding Zone di dalam
Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 peruntukan perkebunan rakyat di wilayah administrasi Desa
Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar untuk proses legitimasi PT Agro Abadi yang
bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri.

Peta 11. Temuan EoF (foto 1-3) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 8 tahun milik PT Agro Abadi yang
bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri seluas 686 ha dari 485 yang diusulkan sebagai Holding Zone
Peruntukan Perkebunan Rakyat di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Berdasarkan hasil analisis
tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan
kawasan hutan Produksi Tetap (HP).

11. TM

Di wilayah administrasi Desa/Kelurahan Basillam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai
terdapat usulan Holding Zone seluas 3.546 ha berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037. Hasil
investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada kawasan yang diusulkan sebagai
Holding Zone tersebut ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 20
tahun, milik pengusaha atau cukong berinisial TM seluas 1.461 ha. Beberapa titik koordinat lokasi
kebun sawit tersebut adalah 1°48'47.65"N 101°13'48.52"E, 1°48'48.22"N 101°14'0.20"E,

18
1°48'14.26"N 101°13'58.51"E, 1°48'48.84"N 101°14'29.56"E, 1°48'45.27"N 101°15'13.24"E dan
1°48'19.43"N 101°15'23.99"E.

Jika ditumpang susun (overlay) kebun sawit milik TM di usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan
Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone
pada RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik TM berada di kawasan Hutan Produksi
Tetap (HP). Kebun sawit milik TM sekitar 841 ha berada pada usulan Holding Zone dan 620 ha berada
di luar Holding Zone.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone bukanlah
peruntukan perkebunan rakyat namun indikasi kuat untuk kepentingan pemodal atau cukong yang
telah telanjur mengembangkan kebun sawit dalam kawasan hutan.

Peta 12. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik TM seluas 1.461 ha,
dimana 841 hektar bagian dari usulan Holding Zone seluas 3.546 ha peruntukan perkebunan rakyat di Desa /Kelurahan
Basillam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai. .

12. HB

Investigasi Jikalahari dan EoF Oktober 2017, teridentifikasi indikasi pemodal atau cukong berinisial
HB yang memiliki atau mengembangkan kebun sawit seluas 882 hektar dan umur kelapa sawit
diperkirakan sekitar 6-15 tahun. Kebun milik HB berada di wilayah administrasi Desa Mumugo,
Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Hasil tumpang susun areal kebun milik HB dengan
usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, kebun milik HB termasuk bagian
Holding Zone yang diusulkan Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau sebagai Holding Zone

19
peruntukan perkebunan rakyat seluas 990 ha, yang berada di wilayah administrasi Desa Mumugo,
Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik HB yang
berada pada usulan Holding Zone adalah 1°33'21.09"N 101°8'0.89"E, 1°32'30.31"N 101°8'17.52"E,
1°33'1.23"N 101°9'2.09"E, 1°32'47.37"N 101°9'14.55"E, 1°32'18.17"N 101°9'2.99"E, 1°32'37.54"N
101°9'46.55"E dan 1°32'45.09"N 101°9'54.18"E.
Jika Kawasan Hutan Riau sesuai dengan SK No 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 tumpang susun
dengan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik HB menunjukkan
bahwa kebun sawit milik HB dan Holding Zone berada pada kawasan Hutan Produksi dapat
dikonversi.

Analisi pemetaan dan investigasi Jikalahari dan EoF ini menunjukkan bahwa usulan Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat sebagaimana Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 bukanlah untuk
rakyat, namun mengakomodir kepemilikan kebun sawit oleh pemilik modal atau cukong yang
telanjur mengembangkan kelapa sawit dalam kawasan hutan.

Peta 13. Temuan EoF (foto 1-7) menunjukkan bahwa kebun sawit milik HB berumur lebih kurang 6-15 tahun seluas 882 ha
dari 990 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Mumugo Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir.

13. HA

Sebagaimana Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau
mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 1.537 ha di wilayah administrasi
Desa Tanjung Jati Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Pada Oktober 2017, tim Jikalahari dan
EoF melakukan investigasi dan menemukan pada areal usulan Holding Zone tersebut ada kebun

20
kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 5 tahun milik HA seluas 1.537 ha. Beberapa
titik koordinat lokasi kebun milik HA yang teridentifikasi pada usulan Holding Zone adalah
1°35'55.97"N 101°33'30.06"E, 1°35'35.07"N 101°33'30.06"E, 1°34'48.16"N 101°33'30.74"E,
1°34'26.99"N 101°33'31.03"E, 1°34'15.26"N 101°33'27.65"E dan 1°34'14.75"N 101°32'55.99"E.

Hasil tumpang susun kebun milik HA pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai
SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP
Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik HA berada di kawasan HP seluas 1.142 hektar dan HPK
seluas 395 hektar. Hal ini mengindikasikan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan
rakyat bukanlah untuk rakyat namun untuk pemodal atau cukong HA yang telah telanjur
mengembangkan kebun sawit di dalam kawasan hutan.

Peta 14. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 5 tahun milik HA seluas 1.537 hektar,
dimana lokasi kebun sawit milik HA ini termasuk sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Tanjung Jati
Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai.

14. HS

Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan kawasan hutan sebagai Holding Zone
peruntukan perkebunan rakyat pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 seluas 562 ha di wilayah
administrasi Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Investigasi Jikalahari
dan EoF pada Oktober 2017 di areal tersebut menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan
berumur lebih kurang 10 tahun milik HA seluas 254 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun HA
pada usulan Holding Zone adalah; 1°37'9.53"N 101°10'14.34"E, 1°37'21.90"N 101°10'16.00"E,
1°37'22.17"N 101°10'26.03"E, 1°37'21.89"N 101°10'33.07"E, 1°37'21.90"N 101°10'38.38"E dan
1°35'22.01"N 101°10'49.23"E.

21
Tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 dengan
kebun milik HS pada usulan Holding Zone menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau
2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik HS berada pada kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Dari
562 hektar yang diusulkan Holding Zone, seluas 254 hektar merupakan kebun sawit milik pemodal
atau cukong HS. Dari hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan
Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukanlah untuk rakyat namun untuk kepentingan
pemodal atau cukong yang mengembangkan sawit luas skala besar yang telanjur pada kawasan
hutan.

Peta 15. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 10 tahun milik HS seluas 254 ha dari
562 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor
903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone dan kebun milik HS merupakan kawasan.

15. AB

Dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan
Holding Zone peruntukan kawasan perkebunan rakyat seluas 206 ha di wilayah administrasi Desa
Sintong Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Pada Oktober 2017, tim Jikalahari dan EoF
melakukan investigasi lapangan pada lokasi yang diusulkan sebagai Holding Zone di Desa Sintong.
Hasil investigasi menemukan pada usulan Holding Zone ada kebun kelapa sawit yang diperkirakan
berumur lebih kurang 25 tahun milik AB seluas 206 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik
AB antara lain; 1°31'30.42"N 100°57'36.36"E, 1°31'37.47"N 100°57'48.97"E, 1°31'47.35"N
100°58'1.67"E, 1°31'40.54"N 100°58'8.22"E, 1°31'38.30"N 100°58'16.46"E dan 1°31'45.65"N
100°58'25.75"E.

22
Jika ditumpangsusun (overlay) areal kebun milik AB di dalam usulan Holding Zone dengan Kawasan
Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa kebun sawit
milik AB dan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 berada pada kawasan Hutan Produksi
dapat dikonversi (HPK). Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF jelas menunjukkan indikasi
bahwa Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat hanya demi kepentingan pemodal atau cukong
AB yang telanjur mengembangkan sawit dalam kawasan hutan dan bukan untuk rakyat.

Peta 16. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 25 tahun milik AB seluas 206 ha dari
206 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir.

16. DP

Pada Oktober 2017, Jikalahari dan EoF melakukan investigasi pada lokasi atau areal yang diusulkan
sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sebagaimana dalam Ranperda RTRWP Riau
2017-2037. Jikalahari dan EoF menginvestigasi pada salah satu usulan Holding Zone di wilayah
administrasi Desa Sintong, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir dengan luas 194 ha. Tim
Jikalahari dan EoF menemukan pada usulan Holding Zone ini terdapat kebun kelapa sawit yang
diperkirakan berumur sekitar 25 tahun milik DP dan berdasarkan analisis citra landsat 2015 kebun
sawit milik DP mencapai 322 ha. Artinya kebun sawit milik DP ada sebagian di dalam usulan Holding
Zone dan sebagian lainnya ada di luar usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi kebun DP
antara lain; 1°32'50.64"N 100°58'14.13"E, 1°32'48.46"N 100°58'15.91"E, 1°32'41.09"N
100°58'17.30"E, 1°32'36.44"N 100°58'18.23"E, 1°32'33.30"N 100°58'23.85"E dan 1°32'34.63"N
100°58'26.02"E.

23
Analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016
menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik DP
merupakan kawasan hutan. Berdasarkan analisis Citra Landsat 2015 dan pemantauan lapangan, luas
kebun milik DP seluas 322 hektar dan 194 hektar berada pada usulan Holding Zone.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan Jikalahari dan EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone
peruntukan rakyat ternyata di lapangan ditemukan peruntukan untuk lahan kebun sawit cukong DP
yang telanjur mengembangkan sawit di dalam kawasan hutan.

Peta 17. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 25 tahun milik DP seluas 322 ha dari
194 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir.

17. AR

Investigasi Jikalahari dan EoF pada Oktober 2017 di wilayah administrasi Desa Tanah Putih,
Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir adalah untuk mendapat data dan informasi terkait
usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 400 hektar. Usulan Holding Zone ini
sesuai dengan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 seluas 321.717 ha, dimana 400 ha di antaranya
berada di wilayah administratif Desa Tanah Putih, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.

Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan
berumur lebih kurang 3,5 tahun dan ada yang berumur sekitar 20 tahun. Luasnya diperkirakan
sekitar 50 ha dan teridentifikasi pemilik berinisial AR. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik AR,
yakni 1°40'44.14"N 101°1'2.46"E, 1°40'45.79"N 101°1'4.64"E, 1°40'48.70"N 101°1'8.24"E,
1°40'49.80"N 101°1'9.88"E, 1°40'52.03"N 101°1'13.05"E dan 1°40'59.70"N 101°1'23.09"E.

24
Jika ditumpangsusun (overlay) kebun sawit milik AR dan usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan
Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa kebun sawit milik AR
dan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 berada pada kawasan Hutan Produksi yang dapat
dikonversi (HPK). Hasil investigasi dan analisis pemetaan mengindikasikan usulan Holding Zone
memberikan peluang melegalkan sawit oleh pemodal atau cukong AR pada kawasan hutan dan
bukan untuk perkebunan rakyat.

Peta 18. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 3,5 tahun milik AR seluas 50 ha dari
194 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Tanah Putih Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir.

25
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan Eyes on the Forest

• Dari 40.109 ha Holding Zone yang diinvestigasi oleh Jikalahari dan EoF menemukan bahwa
Holding Zone yang seharusnya diperuntukan bagi perkebunan rakyat, ternyata bisa dimiliki
oleh 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan
KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA).
• Diindikasikan bahwa usulan Holding Zone hanya untuk “MELEGALKAN” kebun sawit milik
perusahaan ataupun cukong yang telanjur ditanam dalam kawasan hutan dengan
mengatasnamakan perkebunan rakyat.
• Mekanisme Holding Zone menjadi modus operandi untuk melegalkan sawit dalam kawasan
hutan dengan indikasi adanya permainan sejumlah pihak untuk menguntungkan pemilik
kebun sawit.

Rekomendasi Eyes on the Forest

• Meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan penyelidikan,


penyidikan dan penindakan terhadap perusahaan sawit ataupun cukong yang telah
mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan terutama pada usulan Holding Zone
Ranperda RTRWP Riau 2017-2039.
• Meminta Menteri Dalam Negeri untuk mengkaji ulang dan menolak Ranperda RTRWP Riau
2017 – 2037 dan memerintahkan Gubernur Riau membahas ulang proses penyusunan,
pembahasan, pengesahan dan penetapan RTRWP Riau dengan melibatkan publik.
• Meminta Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan tidak menyetujui Holding Zone seluas
405.874 ha karena secara substansial bertentangan dengan PP 104/2015 Tentang Tata Cara
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.
• Meminta Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengusut aliran dana (follow
the money) dan dugaan pencucian uang oleh perusahaan, pemodal atau cukong sawit dan
aparat Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau yang disebutkan dalam laporan EoF ini.
• Meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan terhadap Aparatur
Negara dan Korporasi atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam proses RTRWP
Riau 2017-2037 terutama terkait usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.

SELESAI
editor@eyesontheforest.or.id

26

Anda mungkin juga menyukai