Anda di halaman 1dari 140

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI


DIABETIKUM DENGAN FOOT CARE (PERAWATAN KAKI)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II

MEGI BUNITA
2017012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI


DIABETIKUM DENGAN FOOT CARE (PERAWATAN KAKI)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan DIII Keperawatan

MEGI BUNITA
2017012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI DIABETIKUM DENGAN FOOT
CARE(PERAWATAN KAKI) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II

MEGI BUNITA
NIM : 2017012

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Pada Tanggal 27 April 2020
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Panitia Penguji
Ketua Penguji
Ns. Siska Iskandar, MAN .....................................................................
NIDN.0206048501
Anggota Penguji
1. Ns. Indaryani, M.Kep ....................................................................
NIDN.0210118201

2. Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep ....................................................................


NIDN.0220078502

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Sapta Bakkti

Hj. Djusmalinar, SKM, M.KES


NIK. 2008.002

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : MEGI BUNITA


NIM : 2017012
Program Studi : DIII Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan Tugas Akhir ini hasil jiblakan, Maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mengetahui, Bengkulu, April 2020


Dosen Pembimbing Pembuat Pernyataan

Materai
6.000-,

Ns. Novi Lasmadasari, M. Kep. Megi Bunita


NIDN.0220078502 NIM.2017012

iii
ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI DIABETIKUM DENGAN
FOOT CARE (PERAWATAN KAKI) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE
II

ABSTRAK

XIV Halaman awal + 86 Halaman inti


Megi Bunita, Novi Lasmadasari

Orang dengan penyandang riwayat diabetes melitus tipe II dan sudah terdiagnosa lebih dari 3
tahun lebih besar berpotensi mengalami neuropati diabetik, neuropati diabetik adalah kerusakan
saraf yang bersifat fokal atau difus terjadi akibat paparan dari hiperglikemia kronis yang ditandai
dengan kesemutan,nyeri, kebas dan mati rasa. Jika tidak ditanggulangi segera akan menyebabkan
terjadinya kaki diabetikum, pencegahan ini dapat diatasi dengan cara menjaga kebersihan kaki dan
senam kaki selama 30 menit setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kaki
diabetikum pada klien diabetes melitus tipe II dengan melakukan foot care(perawatan kaki).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan studi
kasus pada klien diabetes melitus tipe II dengan pencegahan kaki diabetikum. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa intervensi keperawatan foot care(perawatan kaki) selama 1 minggu secara
teratur dapat mencegah kaki diabetikum pada klien diabetes melitus tipe II. Nilai Ankle Brachial
Index meningkat secara bertahap. Intervensi keperawatan ini dapat dilanjutkan dengan teaching
care kepada klien diabetes melitus tipe II untuk melakukan perawatan kaki dan senam kaki selama
30 menit setiap hari untuk mencegah terjadinya kaki diabetikum.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Pencegahan Kaki Diabetikum


Daftar Pustaka : ( 2010-2020)

iv
ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI DIABETIKUM DENGAN
FOOT CARE (PERAWATAN KAKI) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE
II

ABSTRAK

XIV Home + 86 content page


Megi Bunita, Novi Lasmadasari

People with a history of type two diabetes melitus and have been diagnosed for more than
three years have greater potential for diabetic neuropathy, diabetic neuropathy is focal or
diffuse neurological damage resulting from exposure to chronic hiperglycemia characterized by
tingling, pain, numbness and numbness. If not addressed immediately will cause diabetic foot,
this prevention can be evercome by maintaining foot hygine and foot exercises for thirth
minutes every day. This study aims to prevent the occurence of diabetic foot in type two
diabetes melitus clients by perfoming foot care. This research is a descriptive study with a
qualitative approach and case study design in type two diabetes melitus clients with diabetic
foot prevention. The results of this study indicate that regular foot care nursing intervensions for
1 week can prevent diabetic foot in type two diabetes mellitus clients. The brachial index ankle
value increases gradually. This nursing intervention can be followed by teaching care to type
two diabetes mellitus clients to do foot care and foot exercises for 30 minutes every day to
prevent diabetic foot from occurring.

keywords : type two diabetes melitus, prevention of diabetic foot.


Bibliography: ( 2010-2020)

v
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga proposal Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya
Proposal Laporan Tugas Akhir ini disusun dengan bantuan dari berbagai pihak, oleh
sebab itu pada kesempatan ini secara khusus peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep sebagai pembimbing, yang bersedia
meluangkan waktu, dan pikiran untuk membimbing dalam mengerjakan Proposal Tugas Akhir ini
secara telaten dan penuh kesabaran
Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bunda Djusmalinar, SKM, M.Kes selaku Direktur Stikes Sapta Bakti Bengkulu, yang
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk megikuti pendidikan di DIII Keperawatan
Sapta Bakti Bengkulu
2. Bunda Siska Iskandar, MAN Selaku Ka. Program DIII Keperawatan Stikes Sapta Bakti
Bengkulu yang telah membantu mendapatkan fasilitas dan dorongan moril dalam
menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir
3. Bunda Siska Iskandar, MAN selaku ketua penguji I, Bunda Ns. Indaryani, M.kep selaku
penguji II dan Bunda Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep selaku penguji III yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis
4. Segenap Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu yang telah
memberikan pengetahuan kepada peneliti
5. Orang Tuaku tercinta yang selalu memberikan do’a dan mendidik dengan kesabaran
untuk keberhasilan putrinya, serta adikku yang selalu memberikan dukungan, semangat
dan rasa saying kepada peneliti.
6. Para sahabatku, teman-teman seperjuangan mahasiswi jurusan DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu yang banyak memberikan bantuan
baik moril dan materil kepada peneliti dan semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti,

vi
maka peneliti mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang mengembangkan
penelitian selanjutnya.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon maaf atas kekurangan tersebut.
Sekiannyaini dapat bermanfaat dengan baik bagi peneliti sendiri maupun pembaca, khusunya
mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
Wasaalamualaikum, Wr. Wb.

Penulis , Januari 2020

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………………………... i


Halaman Pengesahan ………………………………………………………………………………… ii
Pernyataan keaslian tulisan .............................................................................................. iii
Abstrak bahasa indonesia ................................................................................................ iv
Abstrak bahasa inggris .................................................................................................... v
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………….. vi
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………… viii
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………………………. xi
Daftar Gambar ………………………………………………………………………………………….. xii
Daftar Singkatan ……………………………………………………………………………………..... xiii
Daftar Lampiran ………………………………………………………………………………………. . xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………. 6
C. Tujuan ………………………………………………………………………………………….. 6
1. Tujuan Umum ……………………………………………………………………………. 6
2. Tujuan Khusus ………………………………………………………………………….. . 6
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………………………............ 6
1. Bagi Peneliti ……………………………………………………………………….... 6
2. Bagi Tempat Penelitian …………………………………………………………..... 6
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan …………………………………………. 6
4. Bagi Peneliti Lainnya ………………………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………………………… 7
A. Konsep Diabetes Melitus tipe II ……….………………………………………………........ 7
1. Definisi Diabetes Melitus tipe II………….……………………………………….......... 7
2. Faktor Pencetus ……………………………………………………………………........ 7
3. Anatomi dan Fisiologi ………………………………………………………………........ 9
4. Patofisiologi …………………………………………………………………………....... 10
5. WOC Diabetes Melitus ……………………………………………………………........ 13
6. Komplikasi …………………………………………………………………………......... 14
7. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………………......... 15

viii
8. Penatalaksanaan ………………………………………………………………….......... 15
9. Foot Care (Perawatan Kaki) ………………………………………………................... 19
B. Konsep Masalah Keperawatan ………………………………………………………......... 28
C. Konsep Asuhan Keperawatan …………………………………………………………......... 34
1. Pengkajian …………………………………………………………………………......... 34
2. Diagnose Keperawatan ……………………………………………………………........ 36
3. Intervensi Keperawatan ……………………………………………………………....... 39
BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………………………………………………………. 49
A. Desain Penelitian ………………………………………………………………………......... . 49
B. Subjek Penelitian ……………………………………………………………………….......... 49
C. Definisi Operasional ……………………………………………………………………......... 49
D. Lokasi dan Waktu ………………………………………………………………………......... 49
E. Tahapan Penelitian …………………………………………………………………….......... 51
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data …………………………………………......... 52
G. Analisa Data …………………………………………………………………………….......... 52
H. Etika Penelitian ………………………………………………………………………............. 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 54
A. HASIL .............. .............................................................................................................. 54
1. Jalannya Penelitian ................................................................................................. 54
2. Hasil Studi ............................................................................................................... 54
a. Pengkajian ....................................................................................................... 54
b. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 56
c. Intervensi Keperawatan ................................................................................... 57
d. Implementasi Keperawatan ............................................................................ 61
e. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 77
B. Pembahasan .................................................................................................................. 77
1. Pengkajian .............................................................................................................. 77
2. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 78
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................................... 79
4. Implementasi Keperawatan .................................................................................... 80
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 84
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 85
B. saran .............................................................................................................................. 86

ix
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel 1 Hasil Indikasi kadar gula darah sewaktu sebagai 15
patokan diagnosis diabetes mellitus tipe II
Tabel 2 Hasil Indikasi kadar gula darah puasa sebagai 15
Patokan diagnosis diabetes mellitus tipe II
Tabel 3 Prosedur cara perawatan kaki pada pencegahan 23
ulkus diabetik
Tabel 4 Prosedur senam kaki 26
Tabel 5 Anamnesa klien dengan diabetes mellitus di wilayah 34
kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu
Tabel 6 Hasil Pemeriksan fisik klien diabetes mellitus tipe II di 34
wilayah kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota
Bengkulu
Tabel 7 Hasil Pemeriksaan diagnostik klien dengan diabetes 35
mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Basuki
Rahmad
Tabel 8 Analisa data klien dengan diabetes mellitus tipe II di 36
wilayah kerja Puskesmas Basuki Rahmad
Tabel 9 Intervensi keperawatan yang sering muncul pada 39
klien diabetes mellitus tipe II menurut SDKI (2017)
Tabel 10 Hasil pengkajian Ny.H 54
Tabel 11 Hasil pengkajian fisik Ny.H 55
Tabel 12 Hasil pemeriksaan diagnostik Ny.H 56
Tabel 13 Hasil analisa data Ny.H 56
Tabel 14 Hasil intervensi keperawatan Ny.H 57
Tabel 15 Hasil implementasi keperawatan Ny.H 61
Tabel 16 Hasil evaluasi keperawatan Ny.H 77

DAFTAR GAMBAR

xi
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 1 Anatomi dan fisiologi pranceas 9
Gambar 2 WOC DM 13
Gambar 3 Cara menilai ankle brachial index(ABI) 20
Gambar 4 Tahap pelaksanaan penelitian 51

DAFTAR SINGKATAN

xii
ABI : Ankle Brachial Index
DM : Diabetes Melitus
DO : Data Objektif
DS : Data Subjektif
FD2PP : Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial
GDP : Gulah Darah Puasa
GDS : Gula Darah Sewaktu
GLUT : Glucose Transporter
GLUT-4 : Glucose transporter-4
HHNK : Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketolik
IRS : Insulin Recopter Substrate
IV : Intravena
IIDM : Insulin Dependen Diabetes Melitus
NIDDM : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
Mg/dL : milligram/desiLiter
NPS : Neuropati Perfer Sekunder
NPP : Neuropati Perifer
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PP : Post Prandial
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
WOC : Woarld Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran

xiii
Lampiran 1 Lembar Form Persetujuan Judul
Lampiran 2 Lembar Konsul Dengan Pembimbing
Lampiran 3 Data Penyakit Diabetes Melitus Dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
Lampiran 4 Format Pengkajian keperawatan untuk mendapatkan data klien
Lampiran 5 lembar Observasi
Lampiran 6 Lembar Subyek Penelitian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan kriteria ekslusi
Lampiran 7 lembar Naskah PSP
Lampiran 8 Lembar Jadwal Penelitian
Lampiran 9 lembar Informed Consent

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus tipe II adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan kadar
gula darah diatas normal (hiperglikemia), perubahan metabolisme lipid, karbohidrat,
protein dan peningkatan resiko penyakit pembuluh darah yang disebabkan
kekurangan hormon insulin dimana hormon ini memiliki fungsi sebagai pengatur
kadar gula darah dengan cara memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi
(Gabriela, Alusinsing, dkk, 2014). Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus tipe
II jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL, kadar gula darah 2 jam setelah tes
toleransi glukosa oral (TTGO) >200 mg/dL dan kadar gula sewaktu >200 mg/dL
(Perkeni, 2015).
Secara global, jumlah penderita diabetes mellitus tipe II diperkirakan berjumlah 425
juta orang dan pada tahun 2045 diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 629
juta (International Diabetes Fereration, 2017). Indonesia menempati peringkat keenam
di dunia untuk prevalensi penderita DM setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil,
dan Rusia, dengan jumlah 10,276,1 juta jiwa. Padahal sebelumnya data International
Diabetes Melitus (2015), posisis Indonesia menempati peringkat ketujuh di Dunia
dengan jumlah 10 juta jiwa.
Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe II di Indonesia berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi
2,0% pada tahun 2018. Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta. Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta menempati posisi ketiga tertinggi di Indonesia
(RISKESDAS, 2018).
Berdasarkan data yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu diketahui
bahwa pada tahun 2018 terdapat 4.463 orang yang menderita diabetes mellitus tipe II,
yang dimana Puskesmas Telaga Dewa memiliki angka kejadian yang paling tinggi
dibandingkan dengan Puskesmas lainnya di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 1.539
orang.
2

Diabetes mellitus tipe II ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan gangguan fungsi insulin(resitensi insulin).
Resistensi insulin adalah penurunan kemampuan insulin untuk berkerja efektif pada
jaringan target, terutama otot, hati dan lemak.Resistensi insulin berkolaborasi erat
dengan beberapa faktor pencetusnya yaitu obesitas atau kegemukan, usia, gaya hidup
yang salah seperti pola makan yang sembarangan, kurang aktivitas fisik, dan
manajemen stress yang buruk (Smelzer and Bare 2010). Terjadinya resistensi insulin
tidak terlepas dari peran TNF- yang akan menghambat mekanisme persinyalan
insulin dengan cara memblokir IRS ( Insulin Receptor Substrate) yang menyebabkan
gagalnya translokasi suatu molekul transmembran GLUT-4 ke membran sel sehingga
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel yang digunakan oleh sel tersebut sebagai
sumber energi. Glukosa yang tidak terpakai ini akan menyebabkan kadar glukosa
darah meningkat dan terjadinya hiperglikemia (Immanuel, 2013).
Peran perawat dalam merawat klien diabetes adalah memberikan asuhan
keperawatan dalam manajemen hiperglikemia untuk menurunkan keluhan atau
mencegah terjadinya komplikasi. Manajemen hiperglikemia yang dapat dilakukan
ditatanan klinik meliputi observasi yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
informasi klien guna menentukan intervensi keperawatan, selanjutnya pelaksanaan
tindakan teraupetik berd asarkan hasil observasi. Beberapa tindakan observasi yang
dapat dilakukan yaitu pemberian nutrisi sesuai dengan program diet, kolaborasi dalam
pemberian insulin, kalium, dan cairan intravena (Rusdianti, 2008).
Pada diabetes mellitus tipe II ini individu mengalami penurunan sensitivitas terhadap
resistensi insulin dan sekresi insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula
glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2010). Tingginya kadar gula
darah dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronis yang mengakibatkan morbiditas
yang cukup tinggi, salah satunya yaitu neuropati dan Penyakit Arteri Perifer.
Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf yang bersifat fokal atau difus terjadi
akibat paparan dari hiperglikemia kronis yang ditandai dengan kesemutan,nyeri, kebas
dan mati rasa (Kengne, 2015). Sedangkan Penyakit arteri perifer(peripheral arterial
disease/PAD) merupakan salah satu tanda bahwa terjadi aterotrombosis pada
pembuluh darah tubuh lainnya. Penyempitan hingga oklusi pembuluh darah
3

menyebabkan penurunan suplai darah ke tungkai. Komplikasi neuropati dapat


berkembang menjadi ulkus diabetik. Ulkus diabetik itu sendiri adalah luka terbuka yang
terjadi pada permukaaan kulit yang disertai dengan kematian jaringan setempat.
Penurunan sensibilitas merupakan salah satu faktor utama terjadinya ulkus (Sulistiari,
2013 dalam Hastuti, 2008).
Prevalensi untuk terjadinya Neuropati Diabetik adalah sekitar 50% (Switlyk & Smith,
2016). Afreen, et al (2017) menyatakan Neuropati diabetes merupakan terbanyak
ketiga gangguan kasus neurologi dengan kejadian 54% dari 100.000 orang per
tahunnya. Sementara kasus Penyakit Arteri Perifer (PAP) juga meningkat. Saat ini
diperkirakan lebih dari 202 juta orang di dunia menderita PAP (Fowkes, 2013).
Prevalensi PAP di Indonesia adalah sekitar 9,7%. Resiko terjadinya PAP meningkat
seiring dengan keparahan dan durasi diabetes, dimana mereka yang menderita DM
memiliki kemungkinan 7-15 kali lipat lebih tinggi (Ilminova, 2015) komplikasi tersebut
dikaitkan dengan gangguan mekanisme vaskuler atau metabolik atau kedua-duanya.
Umur ≥ 30 tahun lebih rentan mengalami neuropati diabetik dikarnakan semakin
besar umur seseorang maka sirkulasi darah kearah perifer menurun (Natalia, Hanesli,
& Novayelinda, 2012). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa usia secara
fisiologis mempengaruhi terjadinya perubahan kondisi pembuluh darah sehubungan
dengan ateroklerosis, ateroklerosis akan mengakibatkan aliran darah menjadi
terhambat, sehingga hal tersebut akan berdampak terjadinya hipoksia jaringan yang
akan berpengaruh terhadap fungsi syaraf(dalam jurnal keperawatan dan pemikiran
ilmiah, 2016). Lansia yang menderita diabetes melitus tipe II, rentan mengalami
penurunan sensasi kakinya lebih cepat karena proses menua yang fisiologis juga
diperparah dengan adnya efek dari kondisi hiperglikemia kronis. Hal ini ditujang dengan
teori bahwa ada beberapa perubahan yang terjadi selama proses penuaan yang dapat
memfasilitasi terjadinya neuropati diabetik antara lain termasuk peningkatan produksi
glikosilasi – produk akhir canggih (AGEs), cacat dalam jalur poliol, perubahan
pembuluh darah dan gangguan ketahanan terhadap stres oksidatif (Belmin, 2012).
Rata-rata seseorang mengalami neuropati diabetik yang dialami pasien diabetes
mellitus tipe II terjadi sejak ≤ 3 tahun setelah terdiagnosa diabetes mellitus tipe II.
Hiperglikemia yang berkepanjangan mengakibatkan terjadinya reaksi glikosilasi
4

nonenzimatik mailard reaction antara protein dan reactive carbonyl dan dicarbonyl
compound. Degradasi dan glikosilasi protein menghasilkan terbentuknya a-dicarbonyl,
3-deoxyglucosone (3GD), yang kemudian akan membentuk advanced glication end
product (AGEs), dan akhirnya menyebabkan terjadinya neuropati perifer diabetik
(Loughlin, D.T, & Arlett, 2012).
Pencegahan terjadinya gangguan pada vaskularisasi perifer dan gangguan sensasi
dalam pilar pengelolaan diabetes mellitus tipe II merupakan bentuk tindakan non
farmakologis. Terdapat beberapa tindakan non farmakologis untuk menengah
terjadinya penyakit arteri perifer dan neuropati. Salah satunya ialah dalam bentuk
exercise (Hinkle & Cheveer, 2014; Sogondo, dkk. 2009). Salah satu exercise yang
direkomendasikan adalah senam kaki diabetes. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa adanya hubungan senam kaki dengan nilai ABI dan sensitivitas kaki (Wahyuni,
2016; Priyanto, 2013). Senam kaki diabetes terdiri dari gerakan-gerakan yang
melibatkan sendi-sendi kaki yang dimulai dari menggerakkan sendi jari-jari kaki
kemudian pergelangan kaki dan lutut (RSI Sultan Agung, 2010; Setiawan, 2013).
Senam kaki adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredarah darah pada kaki.
Senam kaki dapat membantu melancarkan peredaran darah dan otot-otot kecil kaki dan
mencegah perubahan bentuk kaki selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis,
otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi(Anneahira, 2011). Untuk itu
senam kaki bisa dilakukan oleh pasien diabetes mellitus secara mandiri untuk
mencegah adanya luka. Latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh ke dua kaki
secara bergantian atau bersamaan untuk memperkuat atau melenturkan otot-otot di
daerah tungkai bawah kaki terutama pada kedua pergelangan kaki dan juga jari-jari
kaki (Santi Damayanti, 2016). Dalam jurnal ipteks terapan dengan judul “ senam kaki
diabetik meningkatkan ankle branchial index pasien diabetes mellitus tipe II”
menyatakan bahwa rata-rata nilai ABI sebelum dilakukan senam kaki adalah 0.62
dengan kategegori sedang dan rata-rata nilai ABI setelah dilakukan senam kaki adalah
0.93 dengan kategori normal. Senam kaki dilakukan selama 30 menit dalam waktu 7
hari menunjukan efektif dalam meningkatkan nilai ABI pada pasien diabetes mellitus
tipe II.
5

Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non invasive
salah satunya adalah dengan pemeriksaan angkle brachial index . Nilai ABI pada
pasien ABI >1.0 dan apabila <0.9 beresiko terjadi gangguan perifer oleh karena itu
skrening yang tepat untuk pasien diabetes mellitus tipe II adalah dengan mengukur
ABI. Hubungan ABI dan keparahan ulkus diuji dengan analisis koefesien koreksi
spearman dan mendapatkan nilai P = 0,008 yang menunjukkan makin rendah nilai ABI
maka nilai keparahan ulkus semakin besar (Kristiani et al, 2015). Nilai ABI diambil
adalah tekanan darah sistolik yang tertinggi pada kedua kaki dibagi tekanan sistolik
tertinggi di kedua tangan. Interprestasi ABI menujukkan keadaan sirkulasi darah pada
tungkai bawah. Nilai ABI terdiri dari empat kategori yaitu normal ( 0.90-1.40), obstruksi
ringan (0.71-0.90) obstruksi sedang (0.41-0.70) dan obstruksi berat (≤ 0.40). (Aboyans
et al, 2012).
Deteksi dini terhadap adanya gangguan sensani perlu dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan neurologi. Pemeriksaan neurologi dalam hal ini pemeriksaan sensasi kaki
salah satunya melalui Ipswich Touch Test yaitu merupakan metode baru yang
sederhana dan tanpa alat untuk pemeriksaan neurosensori kaki diabetik. Yang
sederhana, cepat dilakukan, tanpa biaya, dan dapat dilakukan sebagai skrining
neuropati diabetik. Ipswich Touch Test adalah tes sederhana dalam mendeteksi
neuropati diabetik Dengan cara menyentuh ujung jari kaki pertama, ketiga dan kelima
menggunakan jari pemeriksa selama 1-2 detik. Sentuhan harus lembut. Bila pasien
tidak merasakan sentuhan ≥ 2 detik maka dinyatakan neuropati (Rayman, 2012).
Dalam peneltian Sharma, Kerry, Atkins & Rayman, (2014), IpTT bisa digunakan oleh
tenaga non professional dirumah dan diklinik dengan sensitivitas dirumah dan diklinik
(78,3-81,2%) sedangkan spesifitasnya (93,9% dan 96,4%).
Selain dengan melakukan senam kaki untuk mencegah sensitivitas pada kaki,
perawatan kaki juga sangat dibutuhkan oleh para penderita diabetes mellitus. Untuk
mencegah terjadinya ulkus kaki diabetic, penderita DM perlu melakukan perawatan
kaki. Perawatan kaki merupakan sebagian dari upaya pencegahan primer pada
pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya luka. Perawatan
kaki mencakup mengetahui adanya kelainan kaki secara dini, memotong kuku kaki
dengan benar, pemakaian alas kaki yang baik, menjaga kebersihan dan senam kaki.
6

Hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki
atau dengan penggunaan alat-alat atau benda yang tajam. Pasien perlu mengetahui
perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga tidak terjadi ulkus (Tambunan, 2014).
Pemeriksan kaki setiap hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah
cidera awal untuk mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap
hari setelah mandi, sebelum mandi atau pada saat mandi dan sebelum menggunakan
alas kaki atau kaos kaki. Pemeriksaan kaki harus dilakukan dengan pencahayan yang
bagus, untuk mengetahui ada luka atau tidak, pemeriksaan kaki dengan memeriksa
bagian atas atau punggung kaki, telapak kaki, sisi kanan, sisi kiri, atau telapak kaki bisa
dengan cara menekuk kaki menghadap wajah (Heiztman, 2010). Mencuci kaki dan
diantara jari-jari dengan air hangat dan tidak panas, menggunakan sabun, kemudian
dikeringkan dengan kain lembut. Kelembapan kaki harus dijaga tujuannya untuk
mencegah kulit menjadi kering. pemberian pelembab pada kaki tidak boleh pada celah
jari-jari kaki karena akan beresiko terjadinya infeksi oleh jamur. Pemotongan kuku
harus lurus tidak boleh melengkung untuk menghindari terjadinya lesi. Kuku tidak boleh
panjang tujuannya untuk menghindari terjadinya resiko luka pada kaki.
Klien diabetes mellitus tipe II diharuskan menggunakan alas kaki, baik didalam
ruangan maupun diluar rumah, pada musim dingin menggunakan kaos kaki katun untuk
melindungi kulit dari cuaca dingin dan basah. Kaos kaki tidak boleh memiliki lubang
atau bersambung, memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastik yang menyebabkan
cidera pada kulit. Kaos kaki wajib diganti setiap hari untuk mencegah kelembapan dari
keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit. Memakai alas kaki atau sandal untuk
melindungi kaki agar tidak terjadi luka, didalam rumah maupun diluar rumah.
Pemakaian alas kaki tidak boleh sandal jepit akan menyebabkan luka pada sela-sela
jari. Pemakaian sepatu harus nyaman dan tidak sempit, sepatu harus mengikuti bentuk
kaki, dan terbuat dari bahan yang lembut dengan tempat tumit kaku. Menyimpan
sepatu harus pada yang udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan
air, yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit lebih lanjut ( Heiztman, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan penelitian untuk
mengaplikasikan asuhan keperawatan pencegahan kaki diabetikum yang tujuannya
untuk mencegah terjadinya kaki diabetik pada kaki diabetes mellitus tipe II. Pada kasus
7

diabetes mellitus tipe II masalah keperawatan yang akan diatasi secara studi kasus
tidak hanya defisit nutrisi, perfusi perifer tidak efektif, resistensi urin, keletihan,
gangguan integritas kulit tetapi juga resiko syok dan resiko infeksi. Maka dari itu penulis
tertarik untuk menyusun studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki
Diabetikum Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini adalah Bagaimanakah Asuhan Keperawan Pencegahan Kaki Diabetikum
Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah
Kerja Puskesmas Telaga Dewa.
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Kasus Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki Diabetikum
Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa.
2. Tujuan Khusus
a. Telah dikukan pengkajian pada pasien diabetes mellitus tipe II
b. Telah dilakukan diagnosa pada pasien diabetes mellitus tipe II
c. Telah dilakukan intervensi pada pasien diabetes mellitus tipe II
d. Telah dilakukan implementasi pada pasien diabetes mellitus tipe II
e. Telah dilakukan evaluasi pada pasien diabetes mellitus tipe II
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
peneliti dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pelaksanaan pencegahan kaki diabetikum dengan cara foot care(perawatan
kaki) untuk mencegah terjadinya kaki diabetic pada pasien diabetes tipe II
8

2. Bagi Tempat Penelitian


studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang
pencegahan kaki diabetikum dengan cara foot care (perawatan kaki) untuk
mencegah terjadinya kaki diabetic pada pasien diabetes mellitus tipe II
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan
berbagai terapan untuk mencegah terjadinya kaki diabetic pada pasien diabetes
mellitus tipe II
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan
pembanding bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis ataupun
penelitian lebih luas.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus Tipe II


1. Definisi Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan
kadar gula darah diatas normal (hiperglikemia), perubahan metabolisme lipid,
karbohidrat, protein dan peningkatan resiko penyakit pembuluh darah yang
disebabkan kekurangan hormon insulin dimana hormon ini memiliki fungsi
sebagai pengatur kadar gula darah dengan cara memanfaatkan glukosa
sebagai sumber energi (Gabriela, Alusinsing, dkk, 2014).
Diabetes Melitus (DM) tipe II adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler dan neuropati (Yulinah, 2009). Seseorang
dikatakan menderita diabetes mellitus jika memiliki kadar gula darah puasa >126
mg/dL, kadar gula darah 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) >200
mg/dL dan kadar gula sewaktu >200 mg/dL (Perkeni, 2015).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa diabetes mellitus
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar gula
darah yang disebabkan karena kurangnya hormon insulin yang dimana hormon ini
memiliki fungsi untuk mengatur keseimbangan kadar gula darah dalam tubuh.
2. Faktor Pencetus
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe II adalah :
a. Usia
Risiko terjadinya diabetes tipe II meningkat seiring dengan bertambahnya
usia. Resistensi insulin mulai terjadi pada usia 45 tahun dan cenderung
meningkat pada usia di atas 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang–orang diusia
ini cenderung kurang bergerak, kehilangan massa otot, dan bertambah berat
10

badan. Selain itu, proses penuaan juga mengakibatkan penurunan fungsi sel
beta pankreas sebagai penghasil insulin (Brunner & Suddarth, 2015).
b. Riwayat keluarga
Diabetes mellitus tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.Seorang anak
memilikirisiko 15 % menderita diabetes mellitus tipe II jika kedua salah satu dari
kedua orang tuanyamenderita diabetes tipe II. Anak dengan kedua orang tua
menderita diabetes mellitus tipe II mempunyai risiko 75 % untuk menderita
diabetes mellitus tipe II dan anak dengan ibu menderita diabetes mellitus tipe II
mempunyai risiko 10-30 % lebih besar daripada anak dengan
ayahmenderitadiabetes mellitus tipe II(Soegondo, 2010).
c. Obesitas
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukan ketidakseimbangan antara
tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh yang melampauin
ukuran ideal, Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin
resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat
badan terkumpul di daerah sentral atau perut ( central obesity). Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah (Sumanto, 2013).
d. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
tubuh dapat memicu timbulnya diabetes mellitus, hal ini dikarenakan jumlah atau
kadar insulin oleh sel β pankreas memiliki kapasitas maksimum untuk
disekresikan. Oleh karena itu mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan
tidak diimbangin dengen sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat
menyebabkan diabetes mellitus (Wiyajakusuma, 2014).
e. Kurangnya Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan dirubah menjadi
energi pada saat beraktifitas fisik. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin
meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang
jarang berolahraga atau kurang beraktifitas fisik, zat makanan yang masuk
kedalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun didalam tubuh sebagai lemak dan
11

gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka
akan menimbulkan diabetes mellitus (Kemenkes, 2010).
f. Stress
Adanya peningkatan risiko diabetes mellitus pada kondisi stress disebabkan
oleh produksi hormone kortisol secara berlebihan pada saat seseorang
mengalami stress. Produksi kortisol yang berlebih ini akan menyebabkan sulit
tidur, depresi, yang kemudian akan membuat individu tersebut menjadi lemas
dan nafsu makan berlebih. Oleh karena itu, ahli nutrisi biologis Shawn Talbott
menjelaskan bahwa pada umumnya orang yang mengalami stres panjang juga
akan mempunyai kecenderungan berat badan berlebih yang merupakan salah
satu faktor diabetes mellitus (Siagian, 2012).
3. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Pankreas (Masmusculo, 2012)

Pankreas adalah organ yang panjang dan ramping. Pankreas memiliki panjang
15-20 cm (6-8 inci), lebar 3,8 cm (1,5 inci), berat 80 gram dan terdapat ±200.000-
1.800.000 pulau Langerhans. Pankreas terletak di retroperitoneal dan dibagi
menjadi 3 segmen utama yaitu kaput, korpus dan kauda.Kaput terletak pada bagian
cekung duodenum dan kauda menyentuh limpa.Pankreas merupakan kelenjar
majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin.Jaringan eksokrin
12

menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase,


sedangkan jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin,
glukagon dan somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
Pulau Langerhans mempunyai 3 macam sel yaitu sel α berfungsi untuk
mensekresikan glukagon, sel β untuk mensekresikan insulin dan sel delta untuk
mesekresikan somastostatin.Sel β yang merupakan sel terbanyak dan membentuk
60-70% sel dalam pulau, umumnya terletak di bagian tengah pulau.Sel-sel ini
cenderung dikelilingi oleh sel α yang membentuk 20% dari sel total, serta sel delta
yang lebih jarang ditemukan.
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans
menyebabkan pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang
lain. Terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula
darah dan kecepatan sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah
dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula darah akan dipertahankan pada
nilai normal oleh hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin
menghambat sekresi keduanya (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II tedapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Glukosa secara normal
akan bersirkulasi dalam darah dalam jumlah tertentu. Glukosa tersebut dibentuk di
hati dan berasal dari makanan yang dikonsumsi. Kadar glukosa dalam darah akan
dikendalikan oleh insulin (Smeltzer & Bare, 2010).
Insulin merupakan salah satu hormon yang dihasilkan oleh sel β pankreas dan
berfungsi untuk mengatur produksi dan penyimpanan glukosa. Pada saat makanan
masuk ke dalam tubuh, maka sekresi insulin akan ditingkatkan untuk mengedarkan
glukosa ke dalam sel otot, hati dan lemak yang akan menimbulkan beberapa
dampak yaitu menstimulasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen di hati dan
otot, meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa, serta
mempercepat pengangkutan asam amino ke dalam sel. Glucose Transporter
(GLUT) yang merupakan senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel
yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Insulin mempunyai tugas yang
13

sangat penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama pada
metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat berperan dalam proses utilisasi
glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak dan hati.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan
sejenis reseptor (Insulin Receptor Substrate = IRS) yang terdapat pada membrane
sel tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal
yang berguna bagi proses metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak.
Setelah berikatan, transduksinya berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4
(glucose transporter-4).Proses sintesis dan transaksi GLUT-4 inilah yang bekerja
memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami
metabolisme. Untuk menghasilkan suatu proses metabolisme glukosa normal,
selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula
aksi insulin yang berlangsung normal (Manaf A, 2010).
Resistensi insulin adalah penurunan kemampuan insulin untuk berkerja efektif
pada jaringan target, terutama otot, hati dan lemak.Resistensi insulin berkolaborasi
erat dengan beberapa faktor pencetusnya yaitu obesitas atau kegemukan, usia,
gaya hidup yang salah seperti pola makan yang sembarangan, kurang aktivitas fisik,
dan manajemen stress yang buruk (Smelzer and Bare 2010). Terjadinya resistensi
insulin tidak terlepas dari peran TNF- yang akan menghambat mekanisme
persinyalan insulin dengan cara memblokir IRS ( Insulin Receptor Substrate) yang
menyebabkan gagalnya translokasi suatu molekul transmembran GLUT-4 ke
membran sel sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel yang digunakan
oleh sel tersebut sebagai sumber energi. Glukosa yang tidak terpakai ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan terjadinya hiperglikemia
(Immanuel, 2013).
Kadar glukosa darah yang tinggi yang melewati ambang batas ginjal selanjutnya
berakibat pada proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini
mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke dalam urin yang disebut
glukosuriayang menarik air dan mencegah reabsorbsi cairan oleh tubulus sehingga
volume urin meningkat dan terjadilah poliuria.Pengeluaran cairan tubuh berlebih
akibat poliuria disertai dengan adanya hiperosmolaritas ekstrasel yang
14

menyebabkan penarikan air dari intrasel ke ekstrasel akan menyebabkan terjadinya


dehidrasi, sehingga timbul rasa haus terus menerus dan membuat penderita sering
minum (polidipsi).Dehidrasi dapat berkelanjutan pada hipovolemia dan syok
(Hanum, 2013).
Glukosaria juga menyebabkan keseimbangan kalori berkurang sehingga
menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polifagia) dan glukosa yang hilang bersamaan
dengan urin menyebabkan terjadinya penurunan berat badan, hal ini menyebabkan
terjadinya defisit nutrisi (Khasanah, Purwanti, & Sunarto, 2016).
Hiperglikemia juga dapat menyebabkan vikositas darah meningkat yang
berpengaruh pada pembuluh darah sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke perifer
berkurang dan mengakibatkan terjadinya perfusi perifer tidak efektif yang kemudian
bisa mengakibatkan nekrosis luka dan menimbulkan gangrene sehingga terjadi
kerusakan integritas kulit.(Price at al, 2012).
Peningkatan kadar gula darah yang tidak terkontrol (hiperglikemia) pada
penderita diabetes, menyebabkan respon sistem imun menjadi lambat saat terpapar
oleh suatu kuman penyakit. Kondisi hiperglikemia juga cenderung menguntungkan
bagi kuman, karena kadar glukosa tinggi dapat meningkatkan kemampuan kuman
untuk tumbuh dan menyebar lebih cepat. Hiperglikemia juga meningkatkan peluang
infeksi dengan cara menghambat aliran darah ke setiap sudut permukaan tubuh.
Sehingga dengan adanya luka terbuka, infeksi lebih mudah terjadi karena distribusi
nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan dan melawan kuman menjadi
terhambat, sehingga resiko infeksi akan mudah terjadi (Price at al, 2012).
Neuropati sensori perifer akan menyebabkan terjadinya kerusakan saraf baik
saraf sensoris maupun saraf otonom. Kerusakan sensori akan menyebabkan
penurunan sensori nyeri, panas, raba sehingga penderita mudah terkena trauma
yang akan menyebabkan luka dan terjadi gangguan intergritas jaringan (Khasanah,
Purwanti, & Sunarto,2016).
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis atau pemecahan
glukosa yang disimpan dan glukoneogenesis atau pembentukan gluksa baru dari
asam-asam amino dan substansi lain. Namun pada penderita defisensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan. Di samping itu akan terjadi pemecahan
15

lemakyang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan


produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang disebabkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, munta, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemia (Hanum,2013).
16

5. WOC Diabetes Mellitus Tipe II

Usia, obesitas, pola makan, Resistensi Insulin dan Sekresi Insulin Gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk dalam
kurang aktifitas fisik. sel

Glukosuria Anabolisme protein


Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Hipoglikemia menurun
Diuresis Osmotik
Vikositas darah meningkat Ketidakstabilan Kadar
Syok hiperglikemik Gula Darah Kerusakan pada
poliuri antibodi
Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh
Hipovolemia menurun
Iskemik Jaringan Keletihan
Resiko Infeksi
Kehilangan elektrolit dalam sel Resiko integritas
Perfusi perifer tidak efektif
kulit/jaringan
dehidrasi Kehilangan kalori Hipervolemia
Resiko Syok
Sel kekurangan bahan untuk metabolisme
Kerusakan pada ginjal
Defisit Nutrisi
Katabolisme Lemak Pemecah Protein
uremia
Asam lemak
Keton meningkat Ureum meningkat

Ketoasidosis
Bagan 2.2 WOC DM TIPE II(Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma, 2017)
17

6. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddart (2015), komplikasi diabetes mellitus tipe II dibagi
menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Yang dimana komplikasi akut
dan kronis tersebut terdiri dari :
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar gula darah dibawah nilai normal yaitu <50
mg/dL. Gejala umum hipoglikemia adalah lapar, gemetar, mengeluarkan
keringat, jantung berdebar-debar, pusing, pandangan menjadi gelap, gelisah
serta bisa koma. Apabila tidak segera ditolong akan terjadi kerusakan otak
dan mengakibatkan kematian. Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidoses diabetik merupakan dekompensasi metabolic yang ditandai
dengan hiperglikemia, asidosis, dan ketosis terutama yang disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif.Ketoasidosis diabetik biasanya
mengalami dehidrasi berat sampai menyebabkan syok.
3) Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik (HHNK)
Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik merupakan komplikasi yang
mengancam nyawa ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
tinggi sekitar >600mh/dL disertai hyperosmolar tanpa adanya ketosis.
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi Makrovaskuler adalah terjadinya penyumbatan pada pembuluh
darah besar sehingga menyebabkan artherosklerosis.Akibat artherosklerosis
dapat timbul penyakit jantung koroner, stroke, dan gangren pada kaki.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi Mikrovaskuler adalah hiperglikemia yang persisten dan
pembentukan protein terglikasi yang menyebabkan dinding pembuluh darah
semakin lemah dan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah kecil,
18

seperti nefropati diabetic (ginjal diabetik), retinopati (kebutaan) dan neuropati


(kerusakan pada saraf).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik untuk memastikan peningkatan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :
a. Metode Enzimatik
Tabel 2.1 Hasil indikasi kadar gula darah sewaktu sebagai patokan diagnosis
diabetes mellitus tipe II menurut Perkeni, 2015.
Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dL)
Kadar Gula Darah Diabetes Mellitus Belum Pasti
Sewaktu Diabetes Mellitus
Plasma Vena >200 100-200
Darah Kapiler >200 80-100

Tabel 2.2 Hasil indikasi kadar gula darah puasa sebagai Patoka diagnosis
siabetes mellitus tipe II.
Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL)
Kadar Gula Darah Puasa Diabetes Mellitus Belum Pasti
Diabetes Mellitus
Plasma Vena >126 110-120
Darah Kapiler >110 90-110

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan obat yang memicu sekresi insulin
(1) Sulfonyurea
(2) Khorphopamid
(3) Glibenklamid
(4) Gliklasid
(5) Glipsid
(6) Glimedpiride
(7) Glikluidon
19

b) Penambah sensitivitas terhadap insulin


(1) Biguanid
Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan terutama bekerja
dihati dengan mengurangi haptic glucose output dan menurunkan
kadar glukosa dalam darah sampai normal(euglikemia) serta tidak
pernah menyebabkan hiperglikemia.
(2) Thiazolindon/glitazon
Thiazolindon berkaitan pada peroxisome proliferator active gamma
suatu reseptor inti sel otot dan sel lemak. Obat golongan ini
memperbaiki transport glukosa ke dalam sel.
c). Penambah alfa glukosidase/acarbos
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dengan demikian dapat
menurunkan glikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan
tidak berpengaruh pada kadar insulin (Soegondo, 2011).
2) Terapi Insulin
Adapun terapi insulin yang akan digunakan tergantung pada :
a) Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
b) Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan mnyesuaikan
dosisnya
c) Aktifitas penuh harian penderita
d) Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari ke hari dan hari
Empat tipe insulin yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan
puncak dan jangka waktu efeknya :
a) Insulin kerja singkat (short acting)
Insulin regular merupakan satu-satunya insulin jernih atau larutan
insulin.Sementara lainnya adalah suspense.Insulin regular adalah satu-
satunya produk insulin yang cocok untuk pemberian intravena.
b) Insulin kerja cepat (rapid acting)
Cepat diabsrobsi adalah insulin anaglog seperti novorapid, humalog,
apidra.
c) Insulin kerja sedang
20

Yaitu insulin isophane termasuk monogard, insulated, humulin.


d) Insulin kerja panjang
Mempunyai kadar zing yang tinggi untuk memperpanjang waktu
kerjanya. Contohnya : ultralenta
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Manajemen Hiperglikemia
Yaitu mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah diatas nilai
normal terdiri dari :
a) Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Hiperglikemia dapat disebabkan karena adanya kerusakan sel beta
pankreas, adanya resistensi insulin, seseorang terlalu sering
mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, dan
tingkat olahraga rendah.
b) Memonitor kadar gula darah
Klien dengan hiperglikemia harus dipantau secara teratur.Pemantauan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat digital gula darah sewaktu.
Pada dasarnya pemantauan ini dilakukan untuk melihat apakah target
pengobatan yang telah diberikan sudah tercapai atau belum.
c) Memonitor tanda dan gejala 3p (poliuria, polifagia, polidipsia)
Dengan memonitor tanda dan gejala kita dapat memberikan tindakan
yang efektif.
d) Anjurkan menghindari olahraga saat kadar gula darah lebih dari 250
mg/dL
Karena berolahraga dengan kadar gula darah lebih dari 250mg/dL
beresiko ketoasidosis yang dapat mengancam nyawa karena kurangnya
insulin dalam darah.
e) Ajarkan pengelolaan diabetes
Selain dengan penggunaan obat oral dan insulin, komplikasi diabetes
mellitus dapat dicegah dengan foot care (perawatan kaki). Foot Care
merupakan terapi tambahan (adjunct) yang memberikan pengaruh positif
pada diabetes dan dapat menunjang pengendalian penyebab Neuropati
Perifer Sensori (NPS) melalui penurunan progresivitas Diabetes Mellitus.
21

Mempertahankan dan meningkatkan fungsi optimal seluruh sistem organ


tubuh (Potter & Perry, 2009). Pada kondisi Diabetes Mellitus, latihan fisik
memperbaiki sensitivitas insulin dan peningkatan penggunaan glukosa
oleh otot (American Diabetic Association [ADA], 2012).
Perawatan kaki merupakan sebagian dari upaya pencegahan primer
pada pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
luka. Perawatan kaki mencakup mengetahui adanya kelainan kaki secara
dini, memotong kuku kaki dengan benar, pemakaian alas kaki yang baik,
menjaga kebersihan dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan
adalah mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau dengan
penggunaan alat-alat atau benda yang tajam. Pasien perlu mengetahui
perawatan kaki diabetic dengan baik sehingga tidak terjadi ulkus
(Tambunan, 2014).
f) Kolaborasi dalam pemberian insulin
Jika gula darah selama 3-6 bulan masih terus diatas 250 mm/dL
dianjurkan untuk menggunakan insulin karena insulin dapat dengan cepat
bereaksi menurunkan kadar gula darah.
2) Manajemen Nutrisi
Prinsip pengaturan diet pada penyandang DM adalah menu seimbang
sesuai kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing klien, serta perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal, jenis, dan jumlah
makanan. Keteraturan jadwal makan penderita DM adalah 6 kali makan per
hari yang dibagi menjadi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan
selingan.
Penentuan jumlah kalori dapat ditentukan berdasarkan persentase Berat
Badan
Realtif dengan rumus :
BBR = BB x 100%
TB – 100
BB = kg , TB = cm
Adapun kriteria sebagai berikut:
(1) Kurus (underweight): BBR < 90%
22

(2) Normal (ideal): BBR 90-110%


(3) Gemuk(overweight):BBR > 110%
(4) Obesitas: BBR > 120%
Pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari pada penderita DM
(1) Kurus : BB x 40-60 kalori
(2) Normal : BB x 30 kalori
(3) Gemuk : BB x 20 kalori
(4) Obesitas : BB x 10-15 kalori
Contoh menghitung kalori
Seorang ibu berusia 45 tahun mempunyai tinggi badan160 cm dan berat
badan 65kg, selama 15 tahun menderita DM dengan Aktifitas biasa.
BBR= BB x 100% = 65 x 100 %
TB – 100 = 160 - 100
= 10 8 (normal)
Jadi energi ibu perhari adalah 65x30 kalori= 1950 kalori/hari
3) Manajemen Aktifitas Fisik
Kegiatan aktifitas fisik sehari-hari yang dilakukan secara teratur (3-4 kali
semingguselama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes mellitus tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan
dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah.. Ada beberapa latihan fisik yang disarankan bagi penderita diabetes
melitus, diantaranya: jalan, bersepeda santai, jogging dan berenang.Prinsip latihan
fisik yang dilakukan yaitu :
a) Berkesinambungan, misalnya jogging 30 menit maka klien harus melakukannya
selama 30 menit tanpa henti
b) Pilih latihan yang berirama yaitu yang dapat membuat otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur, misalnya : berlari, berenang, jalan kaki
c) Interval, latihan di lakukan secara selang seling antara gerak cepat dan lambat.
Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi lari.
23

9. Foot Care (Perawatan kaki)


a. Pengertian Foot Care (Perawatan Kaki)
Perawatan kaki pada klien Diabetes Mellitus adalah salah satu pencegahan
terjadinya kaki diabetik. (waspandji, 2007) sedangkan menurut word diabetes
foundation ( WDF), 2013;Huang dan chin, 2013 perawatan kaki Diabetes Mellitus
adalah tindakan untuk mencegah luka pada kaki klien Diabetes Mellitus yang
meliputi tindakan seperti pemeriksaan kaki, mencuci kaki dengan air dengan
benar, mengeringkan kaki, menggunakan pelembab, memakai alas kaki, dan
melakukan pertolongan pertama jika terjadi cedera.
b. Cara Perawatan Kaki
Menurut WDF (2013), National Diabetes Education Program (NDEP) (2014),
dan ADA (2014) penderita Diabetes Mellitus perlu melakukan perawatan kaki
untuk mencegah terjadinya kaki diabetik. Beberapa cara melakukan perawatan
kaki Diabetes Mellitus meliputi :
1) Observasi
a) Lihat dan perhatikan keadaan kaki setiap hari. Periksa adanya luka, lecet,
kemerahan, bengkak atau masalah pada kuku, memeriksa bagian atas
atau punggung kaki, telapak kaki, sisi kanan dan kiri kaki dan sela-sela jari
b) Untuk melihat bawah kaki atau telapak kaki bisa dengan cara menekuk
kaki menghadap wajah (bila sulit, minta bantuan orang lain untuk
memeriksa telapak kaki) menggunakan kaca untuk mengecek keadaan
kaki,
c) Bila terdapat tanda-tanda tersebut segera hubungi dokter.
d) Cara menilai Ankle Brachial Index(ABI)
Nilai ABI diambil adalah tekanan darah sistolik yang tertinggi pada
kedua kaki dibagi tekanan sistolik tertinggi di kedua tangan. Interprestasi
ABI menujukkan keadaan sirkulasi darah pada tungkai bawah. Nilai ABI
terdiri dari empat kategori yaitu normal ( 0.90-1.40), obstruksi ringan (0.71-
0.90) obstruksi sedang (0.41-0.70) dan obstruksi berat (≤ 0.40). (Aboyans
et al, 2012).
24

Gambar 2.3 cara menilai Angkle Brachial Index(ABI)


e) Cara menilai Ipswich Touch Test
Dengan cara menyentuh ujung jari kaki pertama, ketiga dan kelima
menggunakan jari pemeriksa selama 1-2 detik tanpa melakukan
tekanan pada kedua kaki dengan subjek diminta untuk menutup mata.
Bila pasien tidak merasakan sentuhan ≥ 2 detik maka dinyatakan
neuropati (Rayman, 2012).
2) Menjaga kebersihan kaki :
a) Bersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat
(bukan air panas).
b) Bersihkan menggunakan sabun lembut sampai ke sela-sela jari kaki.
c) Keringkan kaki menggunakan kain atau handuk bersih yang lembut
sampai ke sela jari kaki.
d) Berikan pelembab pada kaki, tetapi tidak pada celah jari-jari kaki.
Pemberian bertujuan untuk mencegah kulit kering. Pemberian pelembab
pada celah jari tidak dilakukan karena akan berisiko terjadinya infeksi oleh
jamur.
3) Menjaga kelembapan kulit kaki
Berikan pelembab lotion, pada daerah kaki yang kering agar tidak menjadi
retak (bukan disela-sela jari) Karena jika diberikan pada sela-sela jari menjadi
lembab akan dapat menimbulkan jamur.
25

4) Memotong kuku kaki dengan benar:


Kuku harus dipotong lurus bukan melengkung untuk menghindari lesi. Klien
yang mengalami kesulitan melihat, atau kesulitan mencapai jari-jari kaki
mereka, memiliki kuku kaki yang menebal harus dibantu oleh orang lain atau
perawat kesehatan untuk memotong kuku kaki.
a) Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku
lembut.
b) Gunakan gunting kuku yang dikhususkan untuk memotong kuku.
c) Memotong kuku kaki secara lurus, tidak melengkung mengikuti bentuk
kaki, kemudian mengikir bagian ujung kuku kaki.
d) Bila terdapat kuku kaki yang menusuk jari kaki dan kapalan segera
hubungi dokter.
5) Pencegahan cidera kaki
Klien diabetes mellitus menggunakan alas kaki,baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan. Kaos kaki tidak memiliki lubang atau bersambung.
Memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastis yang menyebabkan cidera
pada kulit. Kaos kaki wajib diganti setiap hari untuk mencegah kelembaban
dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.
Klien membeli sepatu yang tepat adalah waktu sore hari Karena pada sore
hari kaki membesar dan harus diukur saat membeli sepatu baru Karena
struktur berubah. Menghindari suatu yang diujung sepatunya sempit, sepatu
hak tinggi, sol keras dan tali yang melewati jari kaki. Sepatu harus nyaman
dan tidak semit, sepatu harus mengikuti bentuk kaki, dan terbuat dari bahan
yang lembut dengan tempat tumit kaku. Menyimpan sepatu harus pada yang
udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan air, yang dapat
menyebabkan iritasi pada kulit lebih lanjut. (Monalisa & gulton 2009).
a) Syarat sepatu yang baik untuk kaki diabetic adalah:
(1) Ukuran sepatu lebih dalam.
(2) Panjang sepatu setengah inchi lebih panjang dari jari-jari kaki
(sesuai bentuk kaki).
(3) Bentuk : ujung sepatu lebar sesuai dengan lebar jari-jari
(4) Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.
26

(5) Bagian bawah sepatu insole tidak kasar dan licin terbuat dari bahan
busa karet.
(6) Ruang sepatu longgar sesuai dengan bentuk kaki.
(7) Periksa sepatu sebelum dipakai terutama di dalam sepatu apakah
ada kerikil, benda benda tajam (duri dan jarum), lepas sepatu
setelah 4-6 jam memakai sepatu serta gerakkan pergelangan dan
jari-jari agar sirkulasi arah baik terutama saat pemakaian sepatu
baru.
(8) Bila menggunakan sepatu baru lepas setiap 2 jam lalu periksa kaki.
b) Prosedur pencegahan cidera kaki.
(1) Memakai sepatu atau alas kaki yang sesuai dan nyaman dipakai.
(2) Selalu memeriksa bagian dalam sepatu atau alas kaki sebelum
memakainya
(3) Selalu memakai alas kaki baik di dalam ruangan maupuan di luar
ruangan.
(4) Gunakan kaos kaki saat memakai alas kaki. Hindari pemakaian
kaos kaki yang salah, kaos kaki ketat akan mengurangi atau
mengganggu sirkulasi, jangan pula menggunakan kaos kaki tebal
karena dapat mengiritasi kulit ataupun kaos kaki yang terlalu
besar karena ukurannya tidak pas pada kaki. Sepatu harus
terbuat dari bahan yang baik untuk kaki/tidak keras.
(5) Bila terdapat corns dan kalus di kaki gunakan batu pomice untuk
menghilangkannya.
(6) Selalu mengecek suhu air ketika akan membersihkan kaki.
(7) Hindari merokok untuk mencegah kurangnya sirkulasi darah ke
kaki.
(8) Melakukan senam kaki secara rutin.
(9) Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki
setiap kontrol.
(10) Jika ada luka/lecet, tutup luka/lecet tersebut dengan kasa kering
setelah diberikan antiseptik di area yang cedera.
27

(11) Bila luka tidak sembuh, segera mencari tim kesehatan khusus
yang ahli dalam menangani luka diabetes.
Tabel 2.3 Prosedur Cara perawatan kaki pada pencegahan ulkus
diabetikum
N SOP Gambar
o
1 Bersikan kaki setiap hari
dengan air bersih dan sabun
mandi pada saat mandi. Bila
perlu gosok kaki dengan
gosok lembut dan bisa juga
mengggunakan batu apung.
Keringkan kaki dengan
handuk lembut untuk
membersikan kaki termasuk
daerah selah jari.

Sumber:https://www.bing.com
2 Berikan pelembab lotion, pada
daerah kaki yang kering agar
tidak menjadi retak (bukan
disela-sela jari) Karena jika
diberikan pada sela-sela jari
menjadi lembab akan dapat
menimbulkan jamur. Sumber : https://www.bing.com
3 Gunting kuku normal
mengikuti bentuk normal jari
kaki, jangan terlalu dekat
dengan kulit, kemudian kikir
kuku agar tidak tajam.

Sumber : https://www.bing.com
4 Memakai alas kaki sepatu
atau sandal untuk melindungi
kaki agar tidak terjadi luka, di
dalam rumah maupun diluar
rumah. Hindari sandal jepit
yang dapat menyebabkan luka
pada sela jari.

Sumber : https://www.bing.com
28

5 Menggunnakan sepatu atau


sandal yang baik sesuai
dengan ukuran dan enak
untuk dipakai, dengan ruang
dalam cukup untuk jari-jari.
Pakailah kaos kaki yang pas
dan bersih terbuat dari bahan
katun yang bisa menyerap
keringat.

Sumber : https://www.bing.com

6) Senam kaki
a) Pengertian Senam Kaki
Senam kaki adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasien diabetes
mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredarah darah pada kaki. Senam kaki dapa membantu melancarkan
peredaran darah dan otototot kecil kaki dan mencegah perubahan bentuk
kaki selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga
mengatasi keterbatasan gerak sendi. (Anneahira, 2011). Untuk itu senam
kaki bisa dilakukan oleh pasien diabetes mellitus secara mandiri untuk
mencegah adanya luka. Latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh ke dua kaki secara bergantian atau bersamaan untuk memperkuat
atau melenturkan otot-otot di daerah tungkai bawah kaki terutama pada
kedua pergelangan kaki dan juga jari-jari kaki (Santi Damayanti, 2016).
b) Tujuan Senam Kaki
(1) Membantu melancarkan peredaran darah.
(2) Memperkuat otot-otot kecil.
(3) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
(4) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha.
(5) Mengatasi keterbatasan gerak sendi.
(6) Mencegah terjadinya luka. (Santi Damayanti, 2015)

c) Indikasi dan Kontraindikasi


29

(1) Indikasi
Saat di diagnosa diabetes mellitus sebaiknya melakukan senam
kaki untuk pencegahan dini, karena senam diabetes mellitus bisa
dilakukan atau diberikan oleh semua tipe diabetes mellitus.
(2) Kontraindikasi
Klien yang mengalami nyeri dada dan perubahan fungsi fisiologis
(dipsnu), klien yang depresi cemas dan khawatir. Keadaan keadaan
tersebut perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan senam kaki
(Anneahira, 2011).
d) Hal yang diperhatikan sebelum Senam Kaki
(1) Kesadaran dan keadaan umum klien.
(2) Tanda tanda vital klien.
(3) Cek respiratori klien.
(4) Perhatikan indikasi dan kontraindikasi.
(5) Kaji dan perhatikan status emosi klien (mood atau suasana hati,
motivasi klien).
e) Metedologi Senam Kaki
(1) Alat yang digunakan
(a) Koran
(b) Kursi duduk
(2) Persiapan Klien
(a) Kontrak topik.
(b) Kontrak waktu.
(c) Kontrak tempat.
(d) Tujuan dilakukan senam kaki.
(Anneahira, 2011).
(3) Prinsip
(a) Menggerakkan seluruh sendi kaki.
(b) Sesuaikan kemampuan dan kondisi klien.
(Santi Damayanti, 2015)
(4) Posisi Senam Kaki
(a) Duduk .
30

(b) Terbaring (jika tidak mampu untuk duduk saat melakukan senam
kaki).
(Santi Damayanti, 2015).
(5) Prosedur Senam Kaki
Tabel.2.4 Prosedur senam kaki
No SOP Gambar
1 Duduk tegak diatas bangku (tanpa
bersandar) kedua kaki menyentuh lantai,
lepas alas kaki.

2 Menggerakkan jari-jari kedua kaki seperti


bentuk cakar dan luruskan kembali

3 a) Angkat ujung kaki, tumit tetap


diletakkan diatas lantai.
b) Turunkan ujung kaki, kemudian
angkat tumitnya dan turunkan
kembali.

4 a) Angkat kedua tumit.


b) Putar kedua tumit ke arah samping.
c) Turunkan kembali dan gerakkan ke
tengah.

5 a) Angkat salah satu lutut dan luruskan


kaki.
b) Gerakkan jari-jari kaki ke depan.
c) Turunkan kembali kaki anda dan
bergantian kiri dan kanan.
31

6 a) Luruskan kaki anda diatas lantai.


b) Kemudian angkat kaki tersebut.
c) Gerakkan ujung-ujung jari kaki kearah
muka.
d) Turunkan kembali tumit anda ke
lantai.

7 seperti latihan sebelumnya (latihan 6)


tetapi kali ini dengan kedua kaki secara
bersamaan.

8 a) Angkat kedua kaki secara lurus dan


pertahankan posisi tersebut.
b) Putar kaki pada pergelangan kearah
luar.
c) Turunkan kembali kedua kaki di
lantai.
9 a) Luruskan salah satu kaki dan angkat
secara lurus
b) Putar kaki pada pergelangan kaki
c) Tuliskan di udara dengan kaki anda
angka 0-9.

10 a) Letakkan koran dilantai dan


dibuka.
b) Sobek menjadi dua bagian.
c) Satu bagian disobek sekecil-kecil
mungkin dengan menggunakan
jari-jari kaki.
d) Kumpulkan sobekan kecil koran
tadi di sobekan besar, lipatlipat
dan dibuang ke tempat sampah.
Sumber : (Santi Damayanti, 2015).

B. Konsep Masalah Keperawatan


32

Tabel 2.5 Konsep masalah keperawatan yang sering muncul pada klien diabetes
mellitus tipe II menurut SDKI (2017)
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa 8) Gangguan metabolik bawaan
Darah (misalkan : gangguan
a. Definisi penyimpanan lisosomal,
Variasi kadar gula darah galaktpsemia, gangguan
naik/turun dari rentang normal. penyimpanan glikogen)
b. Penyebab c. Gejala Tanda Mayor
Hiperglikemia 1) Subjektif
1) Disfungsi pancreas Hiperglikemia
2) Resistensi insulin a) Lelah atau lesu
3) Gangguan toleransi glukosa Hipoglikemia
darah a) Mengantuk
4) Ganggu an glukosa darah b) Pusing
puasa 2) Objektif
Hipoglikemia Hiperglikemia
1) Penggunaan insulin atau obat a) Kadar glukosa dalam
glikemik oral darah/urin tinggi
2) Hiperinsulinemia (misal : Hipoglikemia
insulinoma) a) Gangguan koordinasi
3) Endokrinopati (misalkan : b) Kadar glukosa dalam/urin
kerusakan adrenal atau rendah
pituitari) d. Gejala Tanda Minor
4) Disfungsi hati 1) Subjektif
5) Efek agen farmakologis Hiperglikemia
6) Disfungsi ginjal kronis a) Mulut kering
7) Tindakan pembedahan b) Haus meningkat
neoplasma Hipoglikemia
a) Palpitasi
b) Mengeluh lapar
2) Objektif
Hiperglikemia
33

a) Jumlah urin meningkat hidup monoton, trauma


Hipoglikemia obesitas asupan garam,
a) Gemetar imobilitas)
b) Kesadaran menurun 7) Kurang terpapar informasi-
c) Perilaku aneh informasi
d) Sulit bicara proses penyakit (misalkan :
e) Berkeringat diabetes
e. Kondisi Klinis Terkait meliitus, hiperlipidemia)
1) Diabetes mellitus 8) Kurang aktivitas fisik
2) Ketoadidosis diabetic c. Gejala Tanda Mayor
3) Hipoglikemia 1) Subjektif
4) Hiperglikemia (tidak tersedia)
5) Diabetes gestasional 2) Objektif
6) Penggunaan kortikosteroid a) Pengisian kapiler >3 detik
Nutrisi parenteral total (TPN) b) Nadi perifer menurun atau
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif tidak teraba
a. Definisi c) Akral teraba dingin
Penurunan sirkulasi darah pada d) Warna kulit pucat
level kapiler e) Turgor kulit menurun
yang dapat menggangu d. Gejala Tanda Minor
metabolisme tubuh. 1) Subjektif
b. Penyebab a) Parastesia
1) Hiperglikemia b) Nyeri pada ekstremitas
2) Penurunan konsentrasi (klaudikasi
hemoglobin intermiten)
3) Peningkatan tekanan darah 2) Objektif
4) Kekurangan volume cairan a) Edema
5) Penurunan aliran arteri b) Penyembuhan luka
dan/atau vena lambat
6) Kurang terpapar informasi c) Indeks pada ankle-
tentang faktor pemberat brachial <0,90
(misalkan: merokok, gaya d) Bruit femoral
34

e. Kondisi Klinis Terkait c) Mengeluh lelah


1) Tromboflebitis 2) Objektif
2) Diabetes mellitus a) Tidak mampu
3) Anemia mempertahankan aktifitas
4) Gagal jantung kongestif rutin
5) Kelainan jantung kongential b) Tampak lesu
6) Trombosis arteri d. Gejala Tanda Minor
7) Varises 1) Subjektif
8) Trombosis vena dalam a) Merasa bersalah karena
9) Sindrom kompartemen tidak bisa menjalankan
3. Keletihan tanggung jawab
a. Definisi b) Libido menurun
Penurunan kapasitas kerja fisik 2) Objektif
dan mental yang tidak pulih a) Kebutuhan istirahat
dengan istirahat. meningkat
b. Penyebab e. Kondisi Klinis Terkait
1) Gangguan tidur 1) Anemia
2) Gaya hidup monoton 2) Kanker
3) Kondisi fisiologis (misalkan : 3) Hipotiroidisme/Hipertiroidisme
penyakit kronis, penyakit 4) AIDS
terminal, anemia, malnutrisi, 5) Depresi
kehamilan) 6) Menopause
4) Program 4. Defisit Nutrisi
perawatan/pengobatan jangka a. Definisi
panjang Asupan nutrisi tidak cukup untuk
5) Stress berlebihan memenuhi kebutuhan
6) Depresi metabolisme.
c. Gejala Tanda Mayor b. Penyebab
1) Subjektif 1) Ketidakmampuan menelan
a) Merasa energy tidak pulih makanan
walaupun telah tidur 2) Ketidakmampuan mencerna
b) Merasa kurang tenaga makanan
35

3) Ketidakmampuan 1) Stroke
mengabsorbsi nutrient 2) Parkinson
4) Peningkatan kebutuhan 3) Mobius syndrome
metabolism 4) Cerebral palsy
5) Faktor ekonomis (misalkan : 5) Cleft lip
finansial tidak mencukupi) 6) Cleft palate
6) Faktor psikologis (misalkan : 7) Amyotropic lateral sclerosis
stres, keenganan untuk 8) Kerusakan neuromuscular
makanan) 9) Luka bakar
c. Gejala Tanda Mayor 10) Kanker
1) Subjektif 11) Infeksi
(tidak tersedia) 12) AIDS
2) Objektif 13) Penyakit Crohn’s
a) Berat badan menurun 14) Enterokolitis
minimal 10% di bawah 15) Fibrosis kistik
rentang ideal 5. Hipovolemia
d. Gejala Tanda Minor a. Definisi
1) Subjektif Penurunan volume cairan
a) Cepat kenyang setelah intravaskuler, interstisial dan atau
makan intraseluler
b) Kram/nyeri abdomen b. Penyebab
c) Nafsu makan menurun 1) Kehilangan cairan aktif
2) Objektif 2) Kegagalan mekanisme
a) Bising usu hiperaktif regulasi
b) Otot pengunyah lemah 3) Peningkatan permeabilitas
c) Otot menelan lemah kapiler
d) Membran mukosa pucat 4) Kekurangan intake cairan
e) Sariawan 5) evaporsi
f) Serum albumin turun c. Gejala Tanda Mayor
g) Rambut rontok berlebihan 1) Subjektif: -
h) Diare 2) Objektif
e. Kondisi Klinis Terkait a) Frekuensi nadi meningkat
36

b) Nadi teraba lemah atau jaringan (membrane


c) Tekanan darah menurun mukosa, kornea, fasia, otot,
d) Tekanan darah menyempit tendon, tulang, kartilago,
e) Turgor kulit menurun kapsul sendi dan ligament)
f) Membrane mukosa kering b. Faktor Risiko
g) Volume urin menurun 1) Perubahan sirkulasi
h) Hemaktorit meningkat 2) Perubahan status nutrisi
d. Gejala Tanda Minor (kelebihan atau
1) Subjektif kekurangan)
a) Merasa lemah 3) Kekurangan atau
b) Mengeluh haus kelebihan volume cairan
2) Objektif 4) Penurunan mobilitas
a) Pengisian vena menurun 5) Bahan kimia iritatif
b) Status mental berubah 6) Suhu lingkungan yang
c) Suhu tubuh meningkat ekstream
d) Konsntrasi urin meningkat 7) Terapi radiasi
e) Berat badan turun tiba-tiba 8) Kelembaban
e. Kondisi Klinis Terkait 9) Proses penuaan
1) Penyakit Addison 10) Perubahan pigmentasi
2) Trauma/perdarahan 11) Neuropati perifer
3) Luka bakar 12) Perubahan hormone
4) AIDS 13) Penekanan paa tonjolan
5) Penyakit crohn tulang
6) Muntah 14) Kurang terpapar informasi
7) Diare tentang upaya
8) Colitis ulseratif mempertahankan atau
Hipoalbuminemia melindungi integritas
6. Risiko Gangguan Integritas jaringan
Kulit/Jaringan c. Kondisi Klinis Terkait
a. Definisi 1) Imobilisasai
Berisiko mengalami kerusakan 2) Gagal jnatung kongestif
kulit (dermis atau epidermis) 3) Diabetes mellitus
37

4) Gagal ginjal e) Vaksinasi tidak adekuat


5) Imunodefisuensi c. Kondisi Klinis Terkait
(misalkan : AIDS) 1) AIDS
6) Kateterisasi jantung 2) Luka bakar
7. Risiko Infeksi 3) Penyakit paru obstruktif kronis
a. Definisi 4) Diabetes mellitus
Berisiko mengalami peningkatan 5) Tindakan invasive
terserang organisme patogenik. 6) Kondisi penggunaan terapi
b. Faktor Risiko steroid
1) Penyakit kronis (misalkan : 7) Penyalahgunaan obat
diabetes mellitus) 8) Ketuban pecah sebelum
2) Efek prosedur invasive waktunya (KPSW)
3) Malnutrisi 9) Kanker
4) Peningkatan paparan 10) Gagal ginjal
organisme patogen lingkungan 11) Imunosupresi
5) Ketidakadekuatan pertahanan 12) Lymphedema
tubuh primer : 13) Laukositopenia
a) Gangguan peristaltik 14) Gangguan fungsi hati
b) Kerusakan integritas kulit 8. Risiko Syok
c) Perubahan sekresi pH a. Definisi
d) Penurunan kerja siliaris Berisiko mengalami
e) Ketuban pecah lama ketidakcukupan aliran darah ke
f) Letuban pecah sebelum jaringan tubuh yang dapat
waktunya mengakibatkan disfungsi seluler
g) Merokok yang mengancam jiwa.
h) Statis cairan tubuh b. Faktor Risiko
6) Ketidakadekuatan pertahanan 1) Hipoksemia
tubuh sekunder : 2) Hipoksia
a) Penurunan hemoglobin 3) Hipotensi
b) Imununosupresi 4) Kekurangan volume cairan
c) Leukopenia 5) Sepsis
d) Supresi respon inflamasi
38

6) Sindrom respons inflamasi c. Gejala dan tanda mayor


sistemik (systemic inflammatory 1) Subjektif :
response syndrome [SIRS]) a) Ortopnea
c. Kondisi Klinis Terkait b) Dispnea
1) Perdarahan c) Paroxysmal nocturnal
2) Trauma multiple dyspnea (PND)
3) Pneumothoraks 2) Objektif :
4) Infark miokard a) Edema anasarka
5) Kardiomiopati dan/atau edema perifer
6) Cedera medulla spinalis b) Berat badan meningkat
7) Anafilaksis dalam waktu singkat
8) Sepsis c) Jugular venous pressure
9) Koagulasi intravaskuler (JVP) dan/atau central
diseminata venous pressure (CVP)
10) Sindrom respons meningkat
inflamasi sistemik d. Gejala dan tanda minor
9. Hipervolemia 1) Subjektif : -
a. Definisi 2) Objektif :
Peningkatan volume cairan a) Distensi vena jugularis
intravaskuler, interstisial, dan/atau b) Terdengar suara napas
intraseluler tambahan
b. Penyebab c) Hepatomegali
1) Gangguan mekanisme d) Kadar Hb/Ht turun
regulasi e) Oliguria
2) Kelebihan asupan cairan f) Intake lebih banyak dari
3) Kelebihan asupan natrium output (balans cairan
4) Gangguan aliran balik vena positif)
5) Efek agen farmakologis (mis. g) Kongesti paru
Kortikosteroid, e. Kondisi klinis terkait
chlorpropamide,, a) Penyakit ginjal : gagal ginjal
tolbutamide, vincristine, akut/kronis, sindrom nefrotik
tryptilinescarbamazepine) b) Hipoalbuminemia
39

c) Gagal jantung kongesif


d) Kelainan hormone
e) Penyakit hati (mis. Varises
vena, thrombus vena,
plebitis)
f) imobilitas
40

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian Anamnesa
Tabel 2.6 Anamnesa klien dengan diabetes mellitus
Anamnesa Gambaran Anamnesa
Identitas Nama, usia, jenis kelamin, status, agama, alamat, no
RM, diagnosa masuk, pendidikan dan pekerjaan.
Keluhan Utama Dapat ditemukan pasien dengan mengeluh
penglihatan kabur, rasa haus dan lapar berlebihan,
banyak buang air kecil, lemas, suhu tubuh
meningkat dan rasa sakit kepala.
Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Adanya pasien mengatakan banyak buang air
kecil, sering haus dan lapar, berat badan
berlebih, dan lemas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering kali diabetes mellitus dapat terjadi saat
kehamilan, penyakit pancreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal,
konsumsi obat-obat seperti glukokortikoid,
furosemide, thiazide, beta bloker, kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dapat ditemukan diabetes mellitus menurun ke
silsilah keluarga karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilka insulin dengan baik.

b. Pemeriksaan Fisik
Tabel 2.7 Hasil Pemeriksaan fisik klien diabetes mellitus tipe II
Observasi Hasil Observasi
Sistem Kardiovaskuler Dapat ditemukan pasien dengan diabetes mellitus
bisa mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi
dikarenakan adanya komplikasi peyakit diabetes
yang kronis. Sedangkan pernapasan, nadi dan suhu
menyesuaikan dengan kondisi klien.
Sistem Integumen Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabetes
mellitus mengalami turgor kulit menurun, terdapat
ulkus pada kaki dan proses penyembuhannya lama,
terdapat kemerahan pada kulit sekitar luka.
41

Sistem Pernapasan Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabetes


mellitus mudah mengalami infeksi, pernapasan
cepat dan dalam, frekuensi meningkat dan nafas
berbau aseton.
Sistem Gastrointestinal Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabtes
mellitus mengalami polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lebar abdomen, obesitas.
Sistem Perkemihan Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabetes
mellitus mengalami poliuria, retensio urine,
inkontensia urine, rasa panas atau rasa sakit saat
berkemih.

Sistem Muskuloskletal Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabetes


mellitus mengalami cepat merasa lelah, adanya
gangrene di ekstremitas.

Sistem Neurologi Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabetes


mellitus mengalami penurunan sensori, letargi,
disorientasi, dan reflek tendon menurun.

c. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 2.8 Hasil pemeriksaan diagnostik klien dengan diabetes mellitus tipe II
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium a. Gula darah sewaktu
b. Kadar gula darah puasa
c. Tes toleransi gula darah
d. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes
mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL
(11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >126 mg/dL (7,8
mmol/L)
e. Gula darah dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat 2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dL
42

2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Tabel 2.9 Analisa Data klien dengan diabetes mellitus tipe II
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Resistensi insulin dan Ketidakstabila kadar
Hiperglikemia sekresi insulin glukosa darah
1. Lelah atau lesu
2. Mulut kering Gula dalam darah tidak
3. Haus meningkat dapat dibawa masuk
DO : dalam sel
1. Kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi Hiperglikemia
2. Jumlah urin meningkat
Ketidakstabila kadar
glukosa darah
2. DS : Hiperglikemia perfusi perifer tidak
1. Parastesia efektif
2. Nyeri ekstremitas Vikositas darah
(klaudikasi intermiten) meningkat
DO :
1. Nadi perifer menurun Aliran darah lambat
atau tidak teraba
2. Akral teraba dingin Iskemik jaringan
3. Warna kulit pucat
4. Turgor kulit menurun Perfusi perifer tidak
Pengisian kapiler >3 detik efektif
3. DS : Hiperglikemia Keletihan
1. Merasa energy tidak
pulih walaupun telah Vakositas darah
tidur meningkat
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah Aliran darah lambat
4. Libido menurun
DO : Iskemik Jaringan
1. Tidak mampu
mempertahankan Keletihan
aktifitas
43

2. Tampak lesu
3. Kebutuhan istirahat
meningkat
4. DS : Hiperglikemia Defisit Nutrisi
1. Cepat kenyang
setelah makan Batas melebihi
2. Kram/nyeri abdomen ambang ginjal
3. Nafsu makan
menurun Glukosuria
DO :
1. Berat badan Kehilangan kalori
menurun minimal
10% dibawah Sel kekurangan bahan
rentang normal untuk metabolisme
2. Bising usus hiperaktif
3. Otot pengunyah Defisit Nutrisi
lemah
4. Otot menenlan
lemah
5. Membrane mukosa
kering
6. Sariawan
7. Serum albumin turun
8. Diare
5. DS : Hiperglikemia Hipovolemia
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus Batas melebihi
DO : ambang ginjal
1. Frekuensi nadi
meningkat Glukosuria
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah Dieresis Osmotik
menurun
4. Tekanan nadi Poliuri
menyempit
5. Turgor kulit menurun Hipovolemia
6. Membrane mukosa
kering
7. Volume uring menurun
8. Hemaktorit meningkat
9. Pengisian vena
menurun
10.Status mental berubah
11.Suhu tubuh meningkat
12.Konsentrasi urin
meningkat
44

13.Berat badan turun


tiba-tiba
6 Klien diabetes melitus tipe Hiperglikemia Resiko gangguan
II biasanya mengalami integritas
kulit kering, kulit bersisik Vikositas darah kulit/jaringan
atau tumit pecah-pecah meningkat
yang bisa menyebabkan
kulit menjadi luka dan Aliran darah lambat
menjadi ulkus
Iskemik jaringan

Perfusi perifer tidak


efektif
7. Klien diabetes mellitus Hiperglikemia Risiko syok
biasanya mengalami
dehidrasi, sehingga Batas melebihi
terjadinya timbul rasa ambang ginjal
haus terus menerus dan
membuat penderita sering Glukosuria
minum (polidipsi).
Dehidrasi dapat Dieresis Osmotik
berkelanjutan pada
hipovolemia dan resiko Poliuri
syok.
Kehilangan elektrolit
dalam sel

Dehidrasi

Risiko syok
8. Peningkatan kadar gula Anabolisme protein Resiko infeksi
darah yang tinggi menurun
menyebabkan respon
sistem imun menjadi Kerusakan pada
lambat saat terpapar oleh antibodi
suatu kuman penyakit,
sehingga meningkatkan Kekebalan tubuh
peluang terjadinya infeksi. menurun

Risiko infeksi
9 DS : Sel kekurangan bahan Hipervolemia
1. Ortopnea untuk metabolisme
2. Dispnea
3. Paroxysmal nocturnal Pemecah protein
dyspnea (PND)
DO : Ureum meningkat
45

1. Edema anasarka
dan/atau edema Uremia
perifer
2. Berat badan Kerusakan pada ginjal
meningkat dalam
waktu singkat Hipervolemia
3. Jugular venous
pressure (JVP)
dan/atau central
venous pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular
positif
5. Distensi vena
jugularis
6. Terdengar suara
tambahan
7. Hepatomegali
8. Kadar Hb/Ht turun
9. Oliguria
10. Intake lebih banyak
dari output (balans
cairan positif)
11. Kongesti paru

b. Rumusan Diagnosa
1) Ketidakstabilan kadar guloksa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh lapar,
mengeluh haus dan lelah
2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun, akral
teraba dingin, penyembuhan luka lama
3) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan tidak
mampu mempertahankan aktifitas rutin, tampak lesu, kebutuhan istirahat
meningkat
46

4) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme


ditandai dengan berat badan menurun, otot menelan lemah, membrane
mukosa kering, diare
5) Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
6) Risiko gangguan integritas kulit atau jaringan ditandai dengan perubahan
sirkulasi
7) Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume cairan
8) Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis diabetes mellitus
9) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
3. Intervensi
Tabel 2.10 Intervensi keperawatan yang sering muncul pada klien diabetes mellitus
tipe II menurut SDKI (2017)
Diagnosa 1 :Ketidakstabilan kadar guloksa darah berhubungan dengan resistensi
insulin ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh
lapar, mengeluh haus dan lelah
Intervensi
Intervensi utama :
Manajemen hiperglikemia
Observasi :
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
3. Monitor kadar gula darah
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (misalkan : poliuria, polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan output cairan
6. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik
dan frekuensi nadi
Teraupeutik :
1. Berikan asupan oral
2. Konsultasikan dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi :
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar gula darah lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
4. Anjarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine
5. Ajarkan pengolahan diabetes (misalkan : penggunaan insulin, terapi
keperawatan komplementer, obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
47

karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan)


Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
3. Kolaborasi pemberian kalium
Manajemen Hipoglikemia
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
Terapeutik :
1. Berikan karbohidrat sederhana
2. Berikan glukagon
3. Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Pertahankan akses IV
6. Hubungin layanan medis darurat
Edukasi :
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
2. Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
3. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
4. Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan
5. Jelaskan interaksi anatar diet, insulin/agen oral, dan olahraga
6. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia (misalkan: tanda dan gejala, faktor, risiko dan
pengobatan hipoglikemia)
7. Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (misalkan :
mengurangi insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan maknan untuk
berolahraga)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian dekstrose
2. Kolaborasi pemberian glukagon
Intervensi Pendukung :
Edukasi Latihan Fisik
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga
2. Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
3. Jelaskan frekuensi, duraso, dan intensitas program latihan yang diinginkan
4. Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat
5. Ajarkan teknik menghindari cedera saat berolahraga
6. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk memaksimalkan penyerapan
48

oksigen selamat latihan fisik.

Diagnosa 2 :Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia


ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun,
akral teraba dingin, penyembuhan luka lama
Intervensi
Intervensi utama :
Perawatan sirkulasi
Observasi :
1. Periksa sirkulasi perifer (misalkan : nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu)
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (misalkan : diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ektremitas
Terapeutik :
1. Hindari pemasangan infus dan pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ektremitas dengan keterbatasan
perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
4. Lakukan perawatan kaki dan kuku
5. Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi :
1. Anjurkan untuk berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol)
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
6. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (misalkan : melembabkan kulit
kering pada kaki)
7. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (misalkan : rendah lemak
jenuh, minyak ikan omega 3
Intervensi Pendukung :
Dukungan kepatuhan program pengobatan
Observasi :
1. Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Teraupeutik :
1. Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
2. Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani klien selama
menjalani program pengobatan
3. Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat berjalannya
program pengobatan
4. Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses perngobatan
Edukasi :
49

1. Informasikan program pengobatan yang harus dijalanin


2. Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program
pengobatan
3. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalani program pengobatan
Intervensi Foot Care
1. Kebersihan kaki
Observasi
a. Lihat dan perhatikan keadaan kaki setiap hari.
b. Periksa adanya luka, lecet, kemerahan, bengkak atau masalah pada kuku,
memeriksa bagian atas atau punggung kaki, telapak kaki, sisi kanan dan kiri
kaki dan sela-sela jari
Edukasi :
a. Menganjurkan membersihkan kaki setiap hari dengan air bersih dan sabun
mandi pada saat mandi.
b. Bila perlu gosok kaki dengan gosok lembut dan bisa juga menggunakan
batu apung.
c. Keringkan kaki dengan handuk lembut untuk membersihkan kaki termasuk
daerah sela jari
2. Kelembapan kaki
Observasi
a. Lihat kelembapan kulit kaki setiap hari
Edukasi :
a. Menganjurkan memberikan pelembab lotion, pada daerah kaki yang kering
agar tidak menjadi retak (bukan disela sela jari) karena jika diberikan pada
sela-sela jari menjadi lembab akan dapat menimbulkan jamur
3. Pemotongan kuku kaki
Observasi
a. Lihat keadaan kuku kaki setiap hari
b. Lihat apakah ada tanah yang menempel pada kaki
Edukasi :
a. Menganjurkan gunting kuku normal mengikuti bentuk normal jari kaki,
jangan terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir kuku agar tidak tajam
4. Pencegahan cidera
Observasi
a. Cek keadaan kondisi kaos kaki sebelum dipakai
b. Cek kembali sepatu yang akan dipakai
Edukasi :
a. Menganjurkan pakai kaos kaki yang pas dan bersih terbuat dari bahan katun
yang bisa menyerap keringat.
b. Menganjurkan memakai alas kaki sepatu atau sandal untul melindungi kaki
agar tidak terjadi luka, di dalam rumah maupun diluar rumah. Hindari sandal
jepit yang dapat menyebabkan luka pada sela jari
c. Menganjurkan gunakan sepatu atau sandal yang baik sesuai dengan ukuran
dan enak untuk dipakai, dengan ruang dalam cukup untuk jari-jari.
50

Diagnosa 3 :Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan tidak


mampu
mempertahankan aktifitas rutin, tampak lesu, kebutuhan istirahat
meningkat
Intervensi
Intervensi utama :
Edukasi aktifitas/istirahat
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupeutik :
1. Sediakan materi dan media pengaturan aktifitas dan istirahat
2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan klien dan keluarga bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya melakukan aktifitas fisik/olahraga secara rutin
2. Anjurkan terlibat dalam aktifitas kelomok, aktifitas bermain atau aktifitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (misalkan : kelelahan, sesak
napas saat aktifitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktifitas sesuai kemampuan
1. Intervensi pendukung :
Promosi latihan fisik
Observasi
1. Identifikasi keyakinan kesehatan tentang latihan fisik
2. Identifikasi pengalaman olahraga sebelumnya
3. Identifikasi motivasi individu unntuk memulai atau melanjutkan program
olahraga
4. Identifikasi hambatan untuk berolahraga
5. Monitor kepatuhan menjalankan program latihan
6. Monitor respon terhadap program latihan
Teraupeutik :
1. Motivasi mengungkapkan perasaan tentang olahraga/krbutuhan berolahraga
2. Motivasi memulai dan melanjutkan olahraga
3. Fasilitasi dalam mengembangkan program latihan yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan
4. Fasilitasi dalam menjadwalkan periode regular latihan rutin mingguan
5. Lakukan aktifitas olahraga bersama klien
6. Libatkan keluarga dalam merencanakan dan memelihara program latihan
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga
2. Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
3. Jelaskan frejuensi, durasi, dan intensitas program latihan yang diinginkan
4. Ajarkan latihan pemanasan dan pedinginan yang tepat
5. Ajarkan teknik menghidari cedera saat berolahraga
51

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan rehabilitasi medis atau ahli fisiologi olahraga

Diagnosa 4 :Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolisme ditandai dengan berat badan menurun, otot menelan
lemah, membrane mukosa kering, diare
Intervensi
Intervensi utama :
Manajemen nutrisi
Observasi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (misalkan : piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan : pereda nyeri,
antiemetik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
diperlukan
Intervensi Pendukung :
Edukasi Diet
Observasi :
1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini
3. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang diet yang diprogramkan
Teraupeutik :
1. Persiapkan materi, media, dan alat peraga
52

2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan


3. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya
4. Sediakan rencana makan tertulis
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang
3. Infromasikan kemugkinan interaksi obat dan makanan
4. Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) 20-3- menit
setelah makan
5. Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet yang diprogramkan
6. Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program
7. Rekomendasikan resep makanan yang sesuai dengan diet
Kolaborasi :
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga

Diagnosa 5 :hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan


Intervensi
Intervensi utama :
Manajemen Hipovolemia
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misalkan: frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menururn, membrane
mukosa kering, volume urin menurun, hemaktorit meningkat, haus, lemah.
2. Monitor intake dan output cairan
Teraupeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari asupan cairan oral
3. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan iv isotonis (mis. NaCl, RL).
2. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%).
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate).
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
4. Intervensi Pendukung :
Pemantauan cairan
Observasi :
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor berat badan
4. Monitoe waktu pengisian kapiler
5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
53

6. Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urine


7. Monitor kadar albumin dan protein total
8. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hemaktorit, natrium,
kalium, BUN)
9. Monitor intake dan output cairan
10. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadai meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hemaktorit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dlam waktu singkat.
11.Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. Dispnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, reflex hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu singkat.
12.Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur perubahan
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis, obsruksi intestinal,
peradangan prankeas, penyakit ginjal dan kalenjar, disfungsi intestinal).
Teraupeutik :
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemanatauan, jika perlu.

Diagnosa 6 :Risiko gangguan integritas kulit atau jaringan ditandai dengan perubahan
sirkulasi
Intervensi
Intervensi utama :
Perawatan integritas kulit/jaringan
Observasi :
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (misalkan : perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ektream,
penurunan mobilitas)
Teraupeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
3. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab (misalkan : lotion, serum)
2. Anjurkan minum air putih yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutiri
4. Anjurkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstream
6. Anjurkan untuk menggunkan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar
ruangan
54

7. Anjurkan mandi menggukan sabun secukupnya


Intervensi pendukung :
Edukasi perawatan kulit
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai jadwal yang telah di tentukan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Kolaborasi :
1. Anjurkan minum cukup cairan
2. Anjurkan mandi menggunakan sabun secukupnya
3. Anjurkan menggunakan pelembab
4. Anjurkan melaporkan jika ada lesi kulit yang tidak biasa
5. Anjurkan menggunakan tabir surya saat berada diluar rumah

Diagnosa 7 : Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume cairan


Intervensi
Intervensi utama :
Pencegah syok
Observasi :
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi)
3. Monitot status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Periksa riwayat alergi
Teraupeutik :
1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
2. Pasang jalur IV, jika perlu
3. Lakukan skin test untuk mencegah alergi
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala syok
3. Anjurkan melaporkan jika menenmukan tanda dan gejala syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan enghindari alergan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah
2. Kolaborasi pemberian IV
Intervensi pendukung :
Pemantaun tanda vital
Observasi :
1. Monitor tekanan darah
2. Monitor nadi
55

3. Monitor pernapasan
4. Monitor subuh tubuh
Teraupeutik :
1. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan proses pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

Diagnosa 8 : Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis diabetes mellitus


Intervensi
Intervensi utama :
Pencegahan infeksi
Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi loak dan sistematik
Terapeutik :
1. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
3. Pertahakan teknik aseptic pada pasien yang beresiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Jelaskan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
Intervensi pendukung :
Manajemen imunisasi/vaksin
Observasi :
1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
2. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (misalkan : reaksi alergi
anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya atau sakit parah dengan atau tanpa
demam
56

Teraupeutik :
1. Dokumentasikan informasi vaksinasi (nama produsen, tanggal kadaluwarsa)
2. Jadwalkan imunisasi pada intercval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (misalkan : hepatitis B,
BCG, difteri, tetanus, pertussis, H.influenza, polio, campak, measies, rubella)
3. Infromasikan vaksinasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah (misalkan : influenza, pneumokokus)
4. Informasikan vaksinisasi untuk kejadian khusus (misalkan : rabies, tetanus)

Diagonsa 9 : Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan


Intervensi
Intervensi utama :
Manajemen hipervolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea, edema,
JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, CI, jika perlu)
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN, hemaktorit, berat
jenis urine)
6. Monitor kecepatan infuse secara ketat
7. Monitor efek samping diuretik( mis. Hipotensi,, ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
Teraupetik
1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-400
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluan urin <0,5 mL/Kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah <1kg dalam sehari
3. Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan cairan dan haluan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Kolaborasi pergantian kehilangan kalium akibat diuretik
3. Kolaborasi pemberian continous renal replacement therapy (CRRT), jika perlu
Intervensi pendukung
Manajemen cairan
Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
57

4. Monitor hasil pemeriksaan (mis. hemaktorit, Na, K, CI, berat jenis urin, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Teraupetik
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
56

BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah
asuhan keperawatan dengan diagnosa diabetes mellitus tipe II dengan Metode
deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi
pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,
mengumpulkan, membahas studi dengan pendekatan proses keperawatan dengan
langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Notoatmodjo, 2010).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam studi kasus Diabetes Melitus Tipe II dengan
1. Kriteria Inklusi sebagai berikut :
a. Klien terdiagnosa diabetes mellitus tipe II dengan kadar glukosa sewaktu ≥ 250
mg/dL
b. Klien terdiagnosa diabetes melitus >3 tahun
c. usia ≥ 30 tahun
2. Kriteria Ekslusi sebagai berikut :
a. Klien diabetes mellitus tipe II dengan ulkus diabetikum
b. Pasien diabetes mellitus tipe II dengan komplikasi stroke
C. Definisi Operasional
1. Foot care (perawatan kaki) adalah tindakan asuhan keperawatan yang meliputi
kebersihan, kelembapan, pemotongan kuku, pemilihan sepatu, senam kaki dan
pemantauan sirkulasi.
2. Klien DM tipe II adalah responden yang berada pada wilayah kerja Puskesmas
Telaga Dewa Kota Bengkulu.
57

D. Lokasi dan Waktu Studi Kasus


1) Lokasi
Penelitian ini semula akan dilakukan di Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu
tetapi seiring perjalanan telah terjadi pandemi covid-19 sehinngga lokasi penelitian
menyesuaikan dengan hasil penelusuran literatur kasus yang ditemukan
2) Waktu
Penelitian ini direncanakan di Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu selama 7
hari akan tetapi dengan alasan yang sama yaitu pandemi covid-19 sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini lebih kurang 7
hari.
58

Tahapan penelitian
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki Diabetikum Dengan Foot Care (Perawatan
Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Menentukan kriteria inklusi


Izin Puskesmas Ruang Poli Umum dan ekskulusi

Tidak bersedia
Pemaparan manfaat asuhan keperawatan
pencegahan kaki diabetikum dengan foot care
pada pasien diabetes melitus tipe II
Bersedia

Pengkajian

Masalah keperawatan : Intervensi :


1. Ketidakstabilan kadar glukosa 1. Intervensi sesuai dengan SIKI,
darah intervensi utama dan pendukung
2. Perfusi perifer tidak efektif
3. Keletihan
4. Defisit nutrisi Implementasi :
5. Hipovolemia 1. Melakukan pemeriksaan ABI
6. Resiko gangguan integritas dan Ipswich Touch Test
kulit sebelum dan sesudah
7. Resiko syok melaksanakan tindakan foot
8. Resiko infeksi
Evaluasi :
Dengan dilakukannya senam kaki diabetik dan
perawatan kaki agar klien dengan diabetes
mellitus tipe II dapat mencegah terjadinya ulkus
diabetic dengan mendapatkan nilai normal
pada Ankle Brachial Index (0.90-1.40) dan
Ipswich Touch Test.

Bagan 3.1 Tahap pelaksaanan penelitian


59

E. Metode dan instrument pengumpulan data


1. Metode pengumpulan data
a. Wawancara/interview
Wawancara dilakukan dengan mengisi format pengkajian yang mana akan
didapatkan data responden meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, keluarga, dll.
b. Pengamatan
Disini peneliti mengamati perubahan fisik dan psikologis responden dengan
memperhatikan perubahan ekspresi wajah, perilaku dan tanda- tanda vital, nilai
Ankle Brachial Index dan Ipswich Touch Test.
c. Studi dokumentasi
Peneliti menggunakan studi dokumentasi dengan melihat hasil pemeriksaan
diagnostik.
2. Instrument dan pengumpulan data
a. Format pengkajian keperawatan untuk mendapatkan data klien
b. Lembar observasi untuk mendokumentasikan respon fisik dan psikologis klien
c. Nursing kit digunakan untuk mengukur vital sign dan mengukur nilai Ankle
Brachial Index.
d. Ember untuk menampung air digunakan untuk membersihkan kaki, sabun
digunakan untuk membersihkan kaki, lap kaki digunakan untuk mengkeringkan
kaki setelah dibersihkan, lotion digunakan untuk pelembab kulit kaki
e. Gunting kuku digunakan untuk memotong kuku kaki, Koran digunakan untuk
bahan senam kaki, kursi digunakan untuk klien melaksanakan senam kaki.
f. Kaos kaki, alas kaki, dan sepatu canvas untuk bahan edukasi pada klien
diabetes mellitus tipe II.
F. Analisa Data
Hasil asuhan keperawatan dan hasil nilai Ankle Brachial Index serta hasil Ipswich
Touch Test sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi keperawatan diabetes
mellitus tipe II ini untuk dilakukukannya anlisa data secara kualitatif, dibandingkan
dengan teori yang ada serta didukung oleh hasil penelitian sebelumnya.
60

G. Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo, 2010) etika penelitian yaitu sebuah persetujuan dari komite
etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang dilakukan ini tidak
membahayakan responden penelitian. Hal yang harus peneliti penuhi dalam etika
penelitian yaitu:
1) Informed consent (Lembar Persetujuan)
Responden telah menyetujui informed consent sebelum dilakukannya intervensi
pencegahan kaki diabetikum dengan foot care (perawatan kaki).
2) Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden penulis tidak mencantumkan
nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada lembar
pengumpulan data yang akan diisi oleh responden sehingga identitas responden
tidak diketahui oleh publik.
3) Confidential (Kerahasiaan)
Penulis tidak akan menyebarkan informasi yang diberikan oleh responden dan
kerahasiaannya akan dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitiaan.
61

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Jalannya Penelitian
a. Persiapan
Persiapan penelitian yang pertama dimulai dengan mencari sebuah
masalah setelah mendapatkan masalah penulis mulai menyusun proposal ±
selama sebulan. Setelah itu dilakukan ujian proposal dan perbaikan proposal
selama 2 minggu. Kemudian mengajukan surat izin penelitian ke Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Bengkulu selama 3 hari. Pada tanggal 11
maret 2020 surat perizinan untuk melakukan penelitian keluar.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian mengalami perubahan metode dan lokasi penelitian.
Hal ini dikarenakan adanya wabah pandemi covid-19 dan diberlakukan social
distancing sehingga penelitian tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana dan
persiapan. Penelitian ini merupakan hasil penelusuran artikel kasus di media
online dan dibahas dan ditulis secara ilmiah berdasarkan literatur sumber yang
ilmiah
2. Hasil Studi Kasus
a. Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
Anamnesa Hasil Anamnesa
Identitas Nama Ny.H, Usia 56 tahun, Jenis Kelamin
perempuan, Agama islam, Pendidikan SMP,
Status Perkawinan Menikah, Pekerjaan Ibu
Rumah Tangga,
Identitas penanggung jawab Nama Tn.P, Usia 58 tahun, Jenis kelamin laki-
laki, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan
wiraswasta
Keluhan Utama Ny.H mengatakan mudah lelah ketika
beraktivitas, telapak kaki sering terasa
kesemutan dan kebas.
62

Riwayat Penyakit 1) Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian didapatkan bahwa Ny.H
mengatakan ia sering lapar dan haus dengan
pola makan yang tidak teratur, sering buang
air kecil, mudah lelah ketika beraktivitas,
telapak kaki sering terasa kesemutan dan
kebas.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Ny.H mengatakan 2 bulan yang lalu pernah
dirawat di RS selama 5 hari karena DBD,
dan 5 tahun yang lalu Ny.H terdiagnosa
diabetes melitus tipe II. Klien tidak
mempunyai alergi makanan ataupun obat-
obatan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ny.H mengatakan di dalam keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit turunan seperti
diabetes, hipertensi, dan lainnya.
Perilaku yang mempengaruhi Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
kesnehatan alkohol, tidak merokok, tidak berolahraga dan
tidak mengkonsumsi obat-obatan.
Riwayat kesehatan lingkungan Klien mengatakan tinggal di lingkungan yang
bersih dan nyaman

Tabel 4.2 Hasil Pengkajian Fisik Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe
Observasi Hasil observasi
Tanda-Tanda Vital Kesadaran composmentis, GCS 15 (E=4 M=5
V=6) Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi
92x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37 0C
Sistem pernafasan Pernapasan 22x/menit, klien tidak sesak, tidak
batuk, bentuk dada simetris, pola napas teratur,
suara napas vesikuler dan pernapasan cuping
hidungntidak ada
Sistem kardiovaskuler Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi : 92x/menit,
Pernapasan : 22x/menit, tida ada keluhan nyeri,
akral dingin, konjungtiva ananemis, bunyi jantung
normal, tidak ada nyeri, CRT kembali >3 detik,
nadi perifer menurun.
Sistem persyarafan Kesadaran composmentis, GCS 15(E=4 M=5
V=6), konjungtiva ananemis, sclera anikterik,
pupil isokor dan tidak ada nyeri, istirahat/tidur 7-8
jam per hari, dan tidak mengeluh pusing,
Sistem Perkemihan Tidak ada nyeri saat buang air kecil, warna
kuning jernih dan berbau khas, intake cairan
63

2000 cc/hari, balance cairan 113cc


Sistem Pencernaan Tinggi badan 158 cm, berat badan 60 kg, indeks
masa tubuh 24, mulut bersih, mukosa mulut
kering, tidak ada nyeri ketika menelan, nafsu
makan meningkat, frekuensi makan 4-5x perhari,
minum lebih dari 1-2 liter perhari, BAB : 1-2 x
dalam sehari dan klien tidak melakukan diet
khusus.
Sistem penglihatan Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil
isokor, bentuk mata simetris, klien mengalami
gangguan penglihatan sejak 2 bulan yang lalu
Sistem Pendengaran Pendengaran baik dan tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
Sistem Muskulokeletal dan Kekuatan otot
integumen
5 5
5 5

pergerakan sendi bebas, dan tidak ada keluhan


nyeri, turgor kulit menurun, akral teraba dingin,
odema tidak ada, turgor kurang, Nadi perifer
menurun, nilai ankle brachial index 0.70

Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kalenjar tyroid dan


pembesaran kalenjar getah bening, hasil
pemeriksan GDS 278 mg/dL, kulit kaki kering,
tumit kaki pecah-pecah, kuku kaki kotor dan
panjang dan tidak terdapat ulkus dekubitus.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
Jenis Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan GDS Gula Darah Sewaktu : 278 mg/Dl

b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa Data
Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe
NO Data Data Masalah
1 DS : klien mengatakan Resistensi insulin dan Ketidakstabilan kadar
Sering lapar, haus, sekresi insulin glukosa darah
lemas, dan mulut
kering. Gula dalam darah tidak
DO : 1. GDS 278 mg/dL dapat dibawa masuk
64

2. Jumlah urin dalam sel


meningkat(1-2
liter per/hari) Hiperglikemia
3. TTV
TD : 110/80 Ketidakstabilan kadar
mmHg glukosa darah
N : 92x/menit
P : 22x/menit
S : 370C
2 DS :klien mengatakan Hiperglikemia Perfusi perifer tidak
telapak kaki sering efektif
terasa kesemutan Vikositas darah
dan kebas meningkat
DO :1 pengisian kapiler >
3 detik Aliran darah lambat
2. Akral teraba
dingin Iskemik jaringan
3. Nadi perifer
menurun atau Perfusi perifer tidak
tidak teraba efektif
4. Turgor kulit
menurun
5. Nilai ankle
brachial indeks <
0.90 (0.70)
2) Rumusan diagnosa
a) Ketidakstabilan kadar guloksa darah berhubungan dengan resistensi
insulin ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh
lapar, mengeluh haus dan lelah
b) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai
dengan pengisian kapiler > 3 detik, akral terba dingin, turgor kulit
menurun dan nilai ankle brachial indeks < 0.90
c. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.5 Hasil Intervensi Keperawatan Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
NO Diagnosa Intervensi Keperawatan
1 Ketidakstabilan kadar guloksa Intervensi utama :
darah berhubungan dengan Manajemen hiperglikemia
resistensi insulin ditandai dengan Observasi :
kadar glukosa dalam darah 7. Identifikasi kemungkinan penyebab
tinggi, mengeluh lapar, mengeluh hiperglikemia
haus dan lelah 8. Identifikasi situasi yang menyebabkan
kebutuhan insulin meningkat
65

9. Monitor kadar gula darah


10.Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
(misalkan : poliuria, polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur,
sakit kepala)
11.Monitor intake dan output cairan
12.Monitor keton urin, kadar analisa gas
darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik
dan frekuensi nadi
Teraupeutik :
4. Berikan asupan oral
5. Konsultasikan dengan medis jika tanda
dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
6. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi :
6. Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar gula darah lebih dari 250 mg/dL
7. Anjurkan monitor kadar gula darah secara
mandiri
8. Anjurkan kepatuhan diet dan olahraga
9. Anjarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine
10. Ajarkan pengolahan diabetes (misalkan :
penggunaan insulin, terapi keperawatan
komplementer, obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian insulin
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
6. Kolaborasi pemberian kalium
Intervensi Pendukung :
Edukasi Latihan Fisik
Observasi :
1. dentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Teraupeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
66

fisiologis olahraga
2. Jelaskan jenis latihan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
3. Jelaskan frekuensi, duraso, dan intensitas
program latihan yang diinginkan
4. Ajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
5. Ajarkan teknik menghindari cedera saat
berolahraga
6. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan
oksigen selamat latihan fisik.
2 Perfusi perifer tidak efektif Intervensi utama :
berhubungan dengan Perawatan sirkulasi
hiperglikemia ditandai dengan Observasi :
pengisian kapiler > 3 detik, akral 4. Periksa sirkulasi perifer (misalkan : nadi
terba dingin, turgor kulit menurun perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
dan nilai ankle brachial indeks < suhu)
0.90 5. Identifikasi faktor risiko gangguan
sirkulasi (misalkan : diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi, dan kadar kolestrol
tinggi)
6. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ektremitas
Terapeutik :
6. Hindari pemasangan infus dan
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
7. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ektremitas dengan keterbatasan perfusi
8. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
9. Lakukan perawatan kaki dan kuku
10.Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi :
8. Anjurkan untuk berhenti merokok
9. Anjurkan berolahraga rutin
10.Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
11.Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol)
12.Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
13.Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (misalkan : melembabkan kulit
67

kering pada kaki)


14.Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (misalkan : rendah lemak jenuh,
minyak ikan omega 3
Intervensi Pendukung : Intervensi Foot Care
5. Kebersihan kaki
Observasi
c. Lihat dan perhatikan keadaan kaki
setiap hari.
d. Periksa adanya luka, lecet,
kemerahan, bengkak atau masalah
pada kuku, memeriksa bagian atas
atau punggung kaki, telapak kaki, sisi
kanan dan kiri kaki dan sela-sela jari
Edukasi :
d. Menganjurkan membersihkan kaki
setiap hari dengan air bersih dan
sabun mandi pada saat mandi.
e. Bila perlu gosok kaki dengan gosok
lembut dan bisa juga menggunakan
batu apung.
f. Keringkan kaki dengan handuk
lembut untuk membersihkan kaki
termasuk daerah sela jari
6. Kelembapan kaki
Observasi
b. Lihat kelembapan kulit kaki setiap hari
Edukasi :
b. Menganjurkan memberikan pelembab
lotion, pada daerah kaki yang kering
agar tidak menjadi retak (bukan disela
sela jari) karena jika diberikan pada
sela-sela jari menjadi lembab akan
dapat menimbulkan jamur
7. Pemotongan kuku kaki
Observasi
c. Lihat keadaan kuku kaki setiap hari
d. Lihat apakah ada tanah yang
menempel pada kaki
Edukasi :
b. Menganjurkan gunting kuku normal
mengikuti bentuk normal jari kaki,
jangan terlalu dekat dengan kulit,
kemudian kikir kuku agar tidak tajam
8. Pencegahan cidera
Observasi
68

c. Cek keadaan kondisi kaos kaki


sebelum dipakai
d. Cek kembali sepatu yang akan dipakai
Edukasi :
d. Menganjurkan pakai kaos kaki yang
pas dan bersih terbuat dari bahan
katun yang bisa menyerap keringat.
e. Menganjurkan memakai alas kaki
sepatu atau sandal untul melindungi
kaki agar tidak terjadi luka, di dalam
rumah maupun diluar rumah. Hindari
sandal jepit yang dapat menyebabkan
luka pada sela jari
f. Menganjurkan gunakan sepatu atau
sandal yang baik sesuai dengan
ukuran dan enak untuk dipakai,
dengan ruang dalam cukup untuk jari-
jari.
69

g. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.6 Hasil Implementasi Keperawatan Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
No Hari/Jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil Evaluasi Formatif
1 Hari ke-1, Ketidakstabilan Manajemen utama : Manajemen S : klien mengatakan
jam 09.00 kadar guloksa darah hiperglikemia 1. Hasil GDS 278 mg/dL sering lapar, haus,
wib berhubungan 1. Memeriksa kadar glukosa darah dengan sering buang air kecil,
dengan resistensi mengambil sampel darah perifer dengan lemas dan mudah
insulin ditandai alat tes gula darah 2. Klien mengatakan makan lelah ketika
dengan kadar 2. Menanyakan frekuensi BAK, keinginan 5 x dalam sehari, minum beraktivitas
glukosa dalam makan, minum, serta kondisi mata 2000 cc per hari, BAK O :
darah tinggi, 2150 cc per hari, dan a. hasil GDS 278
mengeluh lapar, mengalami gangguan mg/dL,
mengeluh haus dan penglihatan sejak 2 bulan b. TTV
lelah yang lalu Tekanan darah
3. Menghitung cairan masuk (makan dan 3. Intake (makan+minum) ortotasik : 110/80
minum, infus) dan cairan keluar(urin 2500 cc output mmHg
feses, dan muntah) (urin+feses) 2150 cc ,iwl Nadi : 92x/menit,
37,5 cc Balance cairan :
Balance cairan klien : 113 113
4. Melakukan pemeriksaan darah ostostatik, cc A : masalah belum
pengukuran dilakukan setelah ≥ 15 pasien 4. Pasien berbaring : 110/80 teratasi
berbaring, dan dilakukan kembali Pasien duduk : 110/80 P : lanjutkan intervensi 1
pengukuran kembali setelah pasien duduk dan 2
serta memeriksa nadi I : mengatur pola makan
5. Memberikan edukasi kepada klien untuk E : kadar glukosa darah
tidak melakukan olahraga disaat kadar 5. Klien masih tinggi
70

gula darah diatas 250 karena berolahraga memahami/mengerti R : melakukan diet harian
akan terjadi peningkatan sekresi kadar edukasi yang diberikan
glukagon, hormon pertumbuhan, dan oleh perawat
katekolamin, semuanya ini akan memicu
glukoneogenesis hati sehingga terjadi
lonjakan gula darah.
6. Bersama klien/keluarga mengatur pola
makan harian yang meliputi 3j(jadwal, 6. klien menyetujui untuk
jumlah, jenis) melakukan diet harian
2 Hari ke-1 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pememeriksaan sirkulasi 1. Nilai ABI 0.70 telapak kaki sering
dengan perifer dengan melakukan pengukuran terasa kesemutan dan
hiperglikemia tekanan sistolik(lengan kanan, ateri kebas.
ditandai dengan tibialis posterior kanan, arteri dorsalis O : 1. Kulit kaki kering
pengisian kapiler > pedis kanan, arteri tibialis posterior kiri, 2. Tumit kaki pecah
3 detik, akral terba arteri tibialis pedis kiri dan lengan kiri) pecah
dingin, turgor kulit 2. Memeriksa faktor resiko gangguan 2. Klien mengatakan 3. Nilai Angkle Brachial
menurun dan nilai sirkulasi seperti pemakaian kaos kaki, telapak kaki sering Indexs : 0,70
ankle brachial alas kaki dan sepatu yang sempit dan kesemutan dan kebas, A : masalah belum teratasi
indeks < 0.90 lama akan menyebabkan gangguan dan klien tidak memakai P : lanjutkan intervensi 1,
sirkulasi kaos kaki dan sepatu. 4, 5, 6
3. Kondisi kaki klien tidak I : melakukan perawatan
3. Melakukan pemeriksaan panas, bengkak, nyeri, dan kaki
kemerahan, nyeri, bengkak pada kaki panas. E : nilai ABI masih rendah
4. Bersama klien/keluarga melihat dan 4. Klien mengikuti anjuran R : lakukan intervensi
mempehatikan keadaan kaki seperti dari perawat untuk senam kaki
adanya luka lecet, kemerahan, bengkak melihat dan
atau masalah pada kuku, melihat memperhatikan kaki
71

punggung kaki, telapak kaki dan jarijari setiap hari


kaki
5. Melakukan kebersihan kaki dan 5. Klien/keluarga melakukan
mengeringkan kaki dengan handuk yang kebersihan pada kaki dan
lembut bersama klien/keluarga mengeringkannya
dengan handuk yang
berbahan lembut
6. Melakukan pemeriksaan kelembapan 6. Klien/keluarga
pada kaki dan mengajarkan cara memeriksa kelembapan
menggunakan lotion pada kaki bersama kaki dan menggunakan
klien/keluarga, lotion digunakan di lotion sesuai yang
punggung kaki, disamping kaki dan dianjurkan perawat
telapak kaki tidak boleh diberikan di sela-
sela jari karena akan menyebabkan
timbulnya jamur yang mengakibatkan kulit
menjadi iritasi
3 Hari ke-2 jam Ketidakstabilan Manajemen utama : hiperglikemia S : klien mengatakan
09.00 wib kadar guloksa darah 1. Memeriksa kadar glukosa darah 1. GDS : 270 mg/dL masih sering lapar,
berhubungan 2. Menanyakan frekuensi BAK, keinginan 2. klien mengatakan masih haus sering buang air
dengan resistensi makan, minum, dan lelah sering lapar, haus sering kecil dan mudah lelah
insulin ditandai buang air kecil dan ketika beraktivitas
dengan kadar mudah lelah ketika O : Hasil GDS 270 mg/dL
glukosa dalam 3. Melakukan diet harian bersama beraktivitas A : masalah belum teratasi
darah tinggi, klien/keluarga 3. Klien melakukan diet P : lanjutkan intervensi 1,
mengeluh lapar, harian yang telah 2, 3
mengeluh haus dan disepakati I : melakukan diet harian
lelah Makan Pagi (06.30) : E : kadar glukosa darah
Bubur kacang hijau 150 gr masih tinggi
72

Snack pagi (9.30) : R : menganjurkan


Roti marie susu 50 gr mengkonsumsi obat
Teh manis 1 gelas metformin 3x 1sehari
Makan Siang (12.30) :
Bubur nasi 165 gr
Pindang ikan 100 gr
Tahu goreng 100 gr
Tumis bayam 100 gr
Snack Siang (15.30) :
Kue lapis/lapis legit 30 gr
Kue bolu 50 gr
Makan Malam (18.30) :
Bubur nasi 150 gr
Ikan bumbu kuning 100 gr
Sayur bayam jagung 100
gr
Pisang Ambon 70 gr
Snack Malam (21.30) :
Jus jambu biji 100 gr
4 Hari ke-2 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer 1. Nilai ABI : 0.72 telapak kaki sering
dengan dengan melakukan pengukuran tekanan terasa kesemutan dan
hiperglikemia sistolik(lengan kanan, ateri tibialis kebas.
ditandai dengan posterior kanan, arteri dorsalis pedis O : 1. Kulit kering
pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri 2. Tumit kaki masih
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) pecah pecah
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien melakukan melihat 3. Kuku kaki kotor dan
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti dan memperhatikan panjang
73

ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak keadaan kaki setiap hari 4. Nilai Angkle Brachial
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat Indexs : 0,72
punggung kaki, telapak kaki dan jari-jari A : masalah belum teratasi
kaki 3. Klien/keluarga melakukan P : lanjutkan intervensi
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan 1,2,3,4,5,6
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya I : melakukan perawatan
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk kaki + senam kaki
4. Klien/keluarga E : nilai ABI masih rendah
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan R : lakukan edukasi dan
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan cara pemotongan kuku
bersama klien/keluarga lotion pada kaki kaki
5. Klien menggunakan alas
5. Mengingatkan kembali untuk kaki sesuai ukuran
menggunakan alas kaki sesuai ukuran
dan tidak sempir karena akan
menyebabkan terjadinya cedera pada 6. Klien/keluarga
kaki melakukan senam kaki
6. Melakukan senam senam kaki selama 30 selama 30 menit
menit bersama klien/keluarga

5 Hari ke-3 jam Ketidakstabilan Manajemen utama : hiperglikemia S : klien mengatakan


09.00 wib kadar guloksa darah 1. Memeriksa kadar glukosa darah 1. Hasil GDS : 261 mg/dL masih sering lapar,
berhubungan 2. Menanyakan kembali frekuensi BAK, 2. klien mengatakan masih haus, sering buang air
dengan resistensi makan dan rasa lelah sering lapar, haus, sering kecil dan lelah
insulin ditandai buang air kecil dan lelah O : Hasil GDS 261 mg/dL
dengan kadar 3. Melakukan diet harian 3. Klien melakukan diet A : masalah belum teratasi
glukosa dalam harian yang telah P : lanjutkan intervensi 1,
darah tinggi, disepakati 2,3,4
74

mengeluh lapar, Makan Pagi (06.30) : I : melakukan diet nutrisi


mengeluh haus dan Nasi putih 100 gr E : kadar glukosa darah
lelah Telur rebus 50 gr masih tinggi
Sayur asem 100 gr R : tidak ada revisi
Lalapan sawi putih dan
terong 100 gr
Kerupuk udang 40 gr
Snack pagi (9.30) :
Buah potong apel jambu
bol 150 gr
Makan Siang (12.30) :
Nasi putih 115 gr
Sop daging sapi 50 gr
Lodeh tahu dan tempe
100 gr
Snack Siang (15.30) :
Puding manga 65 gr
Makan Malam (18.30) :
Nasi putih 100 gr
Ayam goreng bagian
dada 50 gr
Sayur cah tahu 90 gr
Snack Malam (21.30) :
Roti selai nanas 50 gr
Buah papaya potong 100
4. Menganjurkan mengkonsumsi obat gr
metformin 3x1 sehari untuk menurunkan
kadar glukosa darah 4. Klien minum obat
75

metformin 3x1 sehari


6 Hari ke-3 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer 1. Nilai ABI 0.75 telapak kaki masih
dengan dengan melakukan pengukuran tekanan terasa kesemutan dan
hiperglikemia sistolik(lengan kanan, ateri tibialis kebas.
ditandai dengan posterior kanan, arteri dorsalis pedis O : Tumit kaki masih
pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri pecah pecah, nilai
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) Anklle Brachial
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien mengecek dan Indexs : 0,75
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti memperhatikan keadaan A : masalah belum
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak kaki setiap hari teratasi
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat P : lanjutkan intervensi
punggung kaki, telapak kaki dan jarijari 1,2, 3,4,5,6
kaki 3. Klien/keluarga melakukan I : melakukan perawatan
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan kaki dan senam kaki
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya E : nilai ABI masih rendah
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk R : lakukan edukasi
4. Klien/keluarga pemakaian kaos kaki
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan
pada kaki dan edukasi cara pemberian kaki dan menggunakan
lotion pada kaki bersama klien/keluarga lotion pada kaki dengan
benar
5. Mengingatkan kembali klien/keluarga 5. Klien menggunakan alas
menggunakan alas kaki sesuai ukuran kaki sesuai ukuran kaki
kaki 6. Klien/keluarga
6. Melakukan senam kaki selama 30 menit) melakukan senam kaki
bersama klien/keluarga selama 30 menit
7. Klien
76

7. Melakukan edukasi cara pemotongan memahami/mengerti


kuku kaki, pemotongan kuku kaki harus edukasi yang diberikan
lurus dan tidak boleh mengikuti bentuk oleh perawat dan
kuku kaki karena akan menyebabkan memotong kuku kaki
terjadinya infeksi kulit disekitar kuku secara lurus dan tidak
kemudian melakukan pememotongan mengikuti bentuk kuku
kuku kaki bersama klien/keluarga
7 Hari ke-4 jam Ketidakstabilan Manajemen utama : hiperglikemia S : klien mengatakan
09.00 wib kadar guloksa darah 1. Melakukan pemeriksaan kadar glukosa 1. hasil GDS : 255 mg/dL masih sering lapar,
berhubungan darah 2. klien mengatakan masih dan tidak haus lagi,
dengan resistensi 2. Menanyakan frekuensi BAK, minum, sering lapar, dan tidak tidak sering buang air
insulin ditandai makan dan rasa lelah haus lagi, tidak sering kecil dan masih lelah
dengan kadar buang air kecil dan masih O : Hasil GDS 255 mg/dL
glukosa dalam lelah A : masalah belum
darah tinggi, 3. Melakukan diet harian 3. klien melakukan diet teratasi
mengeluh lapar, harian yang telah P : lanjutkan intervensi
mengeluh haus dan disepakati 1,2 ,3,4
lelah Makan Pagi (06.30) : I : melakukan diet harian
Bubur kacang hijau 150 gr dan minum obat
Snack pagi (9.30) : metformin 3x1 sehari
Roti marie susu 50 gr E : kadar glukosa darah
Teh manis 1 gelas masih tinggi
Makan Siang (12.30) : R : tidak ada revisi
Bubur nasi 165 gr
Pindang ikan 100 gr
Tahu goreng 100 gr
Tumis bayam 100 gr
Snack Siang (15.30) :
77

Kue lapis/lapis legit 30 gr


Kue bolu 50 gr
Makan Malam (18.30) :
Bubur nasi 150 gr
Ikan bumbu kuning 100 gr
Sayur bayam jagung 100
gr
Pisang Ambon 70 gr
4. Menganjurkan mnnum obat metformin Snack Malam (21.30) :
3x1 sehari untuk menururnkan kadar Jus jambu biji 100 gr
glukosa darah 4. klien minum obat
metformin 3x1 sehari
8 Hari ke-4 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer 1. Nilai ABI 0.80 telapak kaki masih
dengan dengan melakukan pengukuran tekanan terasa kesemutan dan
hiperglikemia sistolik(lengan kanan, ateri tibialis kebas.
ditandai dengan posterior kanan, arteri dorsalis pedis O : 1. Tumit kaki masih
pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri pecah pecah
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) 2. nilai Angkle
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien mengecek dan Brachial Indexs :
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti memperhatikan keadaan 0,80
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak kaki setiap hari A : masalah belum
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat teratasi
punggung kaki, telapak kaki dan jarijari P : lanjutkan intervensi
kaki 3. Klien/keluarga melakukan 1,2,3,4,5 dan 6, 7
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan I : melakukan perawatan
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya kaki +senam kaki
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk E : nilai ABI masih rendah
78

4. Klien/keluarga R : tidak ada revisi


4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan
bersama klien/keluarga lotion pada kaki
5. Klien menggunakan alas
5. Mengingatkan klien/keluarga kaki sesuai ukuran kaki
menggunakan alas kaki sesuai ukuran 6. Klien melakukan senam
kaki kaki selama 30 menit
6. Melakukan senam kaki selama 30 menit) 7. Klien
bersama klien/keluarga memahami/mengerti
7. Memberikan edukasi pememakaian kaos edukasi yang diberikan
kaki tidak boleh sempit karena akan oleh perawat
menyebabkan gangguan sirkulasi pada
kaki dan gunakan kaos kaki ketika cuaca
dingin dan memakai kaos kaki yang pas
dan bersih terbuat dari bahan katun yang
bisa menyerap keringat serta mengecek
keadaan kondisi kaos kaki sebelum
dipakai

9 Hari ke-5 jam Ketidakstabilan Manajemen utama : hiperglikemia S : klien mengatakan


09.00 wib kadar guloksa darah 1. Melakukan pemeriksaan kadar glukosa 1. Hasil GDS : 247 mg/dL masih sering lapar dan
berhubungan darah sedikit masih lelah
dengan resistensi 2. Menanyakan kembali frekuensi makan O : Hasil GDS 247 mg/dL,
insulin ditandai dan rasa lelah 2. Klien melakukan diet A : masalah belum
dengan kadar 3. Melakukan diet harian harian yang telah teratasi
glukosa dalam disepakati P : lanjutkan intervensi
darah tinggi, Makan Pagi (6.30) : 1,2,3,4
79

mengeluh lapar, Nasi goreng toge 150 gr I : melakukan diet harian


mengeluh haus dan Telur dadar 55 gr dan minum obat
lelah Jeruk peras 100 gr metformin 3x1 sehari
Snack Pagi (9.30) E : kadar glukosa darah
Roti mini burger ikan 80 masih tinggi
gr R : tidak ada revisi
Teh tawar
Makan Siang (12.30) :
Nasi tim 165 gr
Pepes ikan mas 70 gr
Tempe goreng 50 gr
Oseng kembang kol
paprika wortel 100 gr
Snack Siang (15.30) :
Jus tomat 100 gr
Makan Malam (18.30) :
Nasi tim 100 gr
Cumi sambal ijo 57 gr
Tumis kacang panjang 50
gr
Kerupuk udang 40 gr
4. Menganjurkan minum obat metformin 3x1 Snack Malam (21.30) :
sehari untuk menurunkan kadar glukosa Buah papaya potong 100
darah gr
3. Klien minum obat
metformin 3x1 sehari
10 Hari ke-5 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer 1. Nilai ABI 0.82 telapak kaki sering
80

dengan dengan melakukan pengukuran tekanan terasa kesemutan


hiperglikemia sistolik(lengan kanan, ateri tibialis O : 1. Tumit kaki masih
ditandai dengan posterior kanan, arteri dorsalis pedis pecah pecah
pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri 2. nilai Angkle
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) Brachial Indexs :
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien mengecek dan 0,82
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti memperhatikan keadaan A : masalah belum
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak kaki setiap hari teratasi
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat P : lanjutkan intervensi
punggung kaki, telapak kaki dan jarijari 1,2,3,4,5,6
kaki 3. Klien/keluarga melakukan I : melakukan perawatan
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan kaki dan senam kaki
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya E : nilai ABI masih rendah
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk R : memberikan edukasi
4. Klien/keluarga pemakaian sepatu
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan
bersama klien/keluarga lotion pada kaki
5. Klien menggunakan alas
5. Mengingatkan klien/keluarga kaki sesuai ukuran kaki
menggunakan alas kaki sesuai ukuran 6. Klien melakukan senam
kaki kaki selama 30 menit
6. selama 30 menit) bersama klien/keluarga 7. Klien/keluarga
memahami/mengerti
7. menanyakan kembali edukasi tentang edukasi yang diberikan
pemakaian kaos kaki kepada oleh perawat kaos kaki
klien/keluarga tidak boleh sempit karena
menyebabkan gangguan
81

sirkulasi dan berbahan


katu karena
mudahmenyerap keringat
11 Hari ke-6 jam Ketidakstabilan Manajemen utama : hiperglikemia S : klien mengatakan rasa
09.00 wib kadar guloksa darah 1. Melakukan pemeriksaan kadar glukosa 1. Hasil GDS : 234 mg/dL lapar masih terasa
berhubungan darah 2. klien mengatakan rasa sedikit
dengan resistensi 2. Menanyakan frekuensi makan lapar masih terasa sedikit O : hasil GDS 234 mg/dL,
insulin ditandai 3. Klien melakukan diet A : masalah belum
dengan kadar 3. Melakukan diet harian harian yang telah teratasi
glukosa dalam disepakati P : lanjutkan intervensi
darah tinggi, Makan pagi (06.30) : 1,2,3,4
mengeluh lapar, Nasi putih 100 gr I : melakukan diet harian
mengeluh haus dan Semur daging 50 gr dan minum obat
lelah Tempe bacem 75 gr metformin 3x1 sehari
Sayur bening bayam E : kadar glukosa darah
wortel 100 gr masih tinggi
Snack Pagi (09.30) : R : tidak ada revisi
Jus alpukat 50 gr
Makan Siang (12.30) :
Nasi Putih 100 gr
Telur ceplok 60 gr
Tahu bumbu teriyaki 110
gr
Tumis selada air
kangkung 100 gr
Snack Siang (15.30) :
Buah Apel 75 gr
Makan Malam (18.30) :
82

Nasi putih 100 gr


Ati ayam sambal 50 gr
Tempe goring 100 gr
Tumis bayam dan sawi
100 gr
Snack Malam (21.30) :
4. Menganjurkan minum obat metformin 3x1 Pisang Kepok 100 gr
sehari untuk menurunkan kadar glukosa 4. Klien minum obat
darah metformin 3x1 sehari
12 Hari ke-6 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer 1. Nilai ABI 0.87 telapak kaki masih
dengan dengan melakukan pengukuran tekanan terasa terasa
hiperglikemia sistolik(lengan kanan, ateri tibialis kesemutan tatapi tidak
ditandai dengan posterior kanan, arteri dorsalis pedis terlalu sering
pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri O : 1. Tumit kaki masih
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) pecah pecah
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien mengecek dan 2. nilai Angkle
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti memperhatikan keadaan Brachial Indexs :
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak kaki setiap hari 0,87
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat A : masalah belum
punggung kaki, telapak kaki dan jarijari teratasi
kaki 3. Klien/keluarga melakukan P : lanjutkan intervensi
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan 1,2,3,4,5 dan 6,7
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya I : melakukan perawatan
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk kaki dan senam kaki
4. Klien/keluarga E : nilai ABI masih rendah
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan R : menanyakan kembali
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan edukasi cara
83

bersama klien/keluarga lotion pada kaki pemotongan kuku dan


5. Klien menggunakan alas pemakaian kaos kaki
5. Mengingatkan klien/keluarga kaki sesuai ukuran kaki
menggunakan alas kaki sesuai ukuran 6. Klien melakukan senam
kaki kaki selama 30 menit
6. Melakukan senam kaki selama 30 menit 7. Klien
bersama klien/keluarga memahami/mengerti
7. melakukan edukasi tentang pemakaian edukasi yang diberikan
sepatu, sepatu tidak boleh sempit dan oleh perawat
harus sesuai ukuran kaki, sepatu yang
dianjurkan adalah sepatu berbahan
kanpas karena terbuat dari bahan kain
yang memiliki serat besar maupun serat
kecil serta memiliki sirkulasi udara yang
baik dan tidak mudah berbau karna
dibuat dari bahan kain dan berpori
banyak.
13 Hari ke-7 jam Ketidakstabilan Manajemen utama : hiperglikemia S : klien mengatakan
09.00 wib kadar guloksa darah 1. Melakukan pemeriksaan kadar glukosa 1. Hasil GDS : 226 mg/dL tidak terasa lapar lagi
berhubungan darah 2. klien mengatakan tidak O : Hasil GDS 226 mg/dL
dengan resistensi 2. Menanyakan kembali frekuensi makan terasa lapar lagi A : masalah teratasi
insulin ditandai 3. Klien melakukan diet sebagian
dengan kadar 3. Melakukan diet harian harian yang telah P : intervensi dihentikan
glukosa dalam disepakati I : lanjutkan intervensi 3
darah tinggi, Makan Pagi (6.30) : dan 4 secara mandiri
mengeluh lapar, Nasi goreng toge 150 gr E : kadar glukosa 226
mengeluh haus dan Telur dadar 55 gr mg/dL dan klien tidak
lelah Jeruk peras 100 gr mengeluh lapar, haus
84

Snack Pagi (9.30) dan lelah lagi


Roti mini burger ikan 80 R : tidak ada revisi
gr
Teh tawar
Makan Siang (12.30) :
Nasi tim 150 gr
Pepes ikan mas 75 gr
Tempe goreng 60 gr
Oseng kembang kol
paprika wortel 100 gr
Snack Siang (15.30) :
Jus tomat 100 gr
Makan Malam (18.30) :
Nasi tim 100 gr
Cumi sambal ijo 57 gr
Tumis kacang panjang 50
gr
Kerupuk udang 40 gr
4. Menganjurkan minum obat metformin 3x1 Snack Malam (21.30) :
sehari untuk menurunkan kadar glukosa Buah papaya potong 100
darah gr
4. Klien minum obat
metformi 3x1 sehari
14 Hari ke-7 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer 1. Nilai ABI 0.95 telapak kaki tidak
dengan dengan melakukan pengukuran tekanan sering kesemutan lagi
hiperglikemia sistolik(lengan kanan, ateri tibialis O : 1. Tumit kaki tidak
ditandai dengan posterior kanan, arteri dorsalis pedis pecah pecahlagi
85

pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri 2. nilai Angkle
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) Brachial Indexs :
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien mengecek dan 0.95
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti memperhatikan keadaan A : masalah teratasi
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak kaki setiap hari P : intervensi dihentikan
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat I : lanjutkan intervensi
punggung kaki, telapak kaki dan jarijari 2,3, 4,5 dan 6 secara
kaki 3. Klien/keluarga melakukan mandiri
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan E : nilai ABI 0.95 dan kaki
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya tidak sering
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk kesemutan dan kebas
4. Klien/keluarga lagi, kulit kaki lembab,
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan kuku kaki pendek dan
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan kaki bersih
bersama klien/keluarga lotion pada kaki R : tidak ada revisi
5. Klien menggunakan alas
5. Mengingatkan klien/keluarga kaki sesuai ukuran kaki
menggunakan alas kaki sesuai ukuran 6. Klien melakukan senam
kaki kaki selama 30 menit
6. Melakukan senam kaki selama 30 menit 7. Klien
bersama klien/keluarga memahami/mengerti
7. menanyakan kembali edukasi edukasi yang diberikan
pemahaman tentang pemakaian sepatu oleh perawat tidak boleh
dan sepatu yang dianjurkan sepatu memakai sepatu yang
kepada klien sempit karena
menyebabkan gangguan
sirkulasi, pemilihan
sepatu, sepatu terbuat
86

dari bahan kanpas


karena memiliki serat
besar atau kecil serta
memiliki sirkulasi udara
yang baik dan tidak
mudah berbau karna
dibuat dari bahan kain
dan berpori banyak.
8. Klien
8. Menanyakan kembali edukasi memahami/mengerti
pemahaman tentang edukasi cara pemotongan kuku harus
pemotongan kuku kaki yang baik dan lurus dan tidak boleh
benar kepada klien/keluarga yang telah mengikuti bentuk kuku
diberikan sebelumnya karena akan
menyebabkan luka yang
menyebabkan kulit kaki
infeksi
9. Menanyakan kembali edukasi 9. Klien
pemahaman kepada klien/keluarga memahami/mengerti cara
tentang edukasi cara pemakaian kaos pemakaian kaos kaos
kaki dan pemilihan bahan kaos kaki yang kaki tidak boleh sempit
telah diberikan sebelumnya karena menyebabkan
gangguan sirkulasi dan
pemilihan bahan kaos
kaki yang dianjurkan
berbahan katun karena
mampu menyerap
keringat
87

h. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan Klien Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
No Hari/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Hari ke-7 jam Ketidakstabilan S: klien mengatakan tidak sering Megi
13.00 wib kadar guloksa lapar dan haus, tidak sering
darah berhubungan buang air kecil lagi dan tidak
dengan resistensi mudah lelah ketika beraktivitas
insulin ditandai O : kadar gula darah sewaktu 226
dengan kadar mg/dL
glukosa dalam A : masalah teratasi sebagian
darah tinggi, P : intervensi dihentikan
mengeluh lapar,
mengeluh haus dan
lelah
2 Hari ke-7 jam Perfusi perifer tidak S: klien mengatakan telapak kaki Megi
13.10 wib efektif berhubungan tidak kesemutan dan kebas lagi,
dengan klien mengatakan menggunakan
hiperglikemia kaos kaki ketika cuaca dingin,
ditandai dengan serta klien mengatakan
pengisian kapiler > mengetahui sepatu yang
3 detik, akral terba dianjurkan adalah sepatu
dingin, turgor kulit berbahan kanpas
menurun dan nilai O: 1. kaki bersih
ankle brachial 2. kulit kaki tidak kering lagi,
indeks < 0.90 3. tumit kaki tidak pecah-peach
lagi
4. kuku kaki pendek
5. klien menggunakan alas kaki
sesuai ukuran dan berbahan
lembut
6. Nilai ABI 0.95.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

B. Pembahasan
Dari hasil pelaksanaaan asuhan kepeerawatan pada Ny.H dengan kasus Diabetes
Melitus Tipe II ditemukan beberapa persamaan/ kesenjangan teori yang ada dengan
data yang didapat.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Dalam mengumpulkan data antara lain Pemeriksaan fisik dilakukan secara
Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi(Nanda, 2013).
88

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapat data sebagai berikut keluhan
utama ditemukan sering lapar dan haus dengan pola makan yang tidak teratur,
sering buang air kecil, mudah lelah ketika beraktivitas, telapak kaki sering terasa
kesemutan dan kebas. Keadaan composmentis, kesadaran GCS 15, TB: 158 kg,
BB : 60 kg, tanda-tanda vital, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 92x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu : 37,3 0C. Hasil GDS Ny.H :278 mg/dL, hasil
pemeriksaan Angkle Brachial Indexs : 0,70, dan ipswich Touch Test : 1-2 detik.
Kulit kaki kering, kuku kaki kotor dan panjang. Tumit kaki pecah pecah serta tidak
terdapat ulkus diabetikum.
Penderita diabetes melitus tipe II mengalami kelelahan karena peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh retensi insulin, insulin tidak dapat
bekerja sesuai fungsinya sehingga sel-sel tubuh gagal menyerap gula untuk
dijadikan sumber energi untuk tubuh. Penyakit diabetes melitus menyebabkan
komplikasi pada organ tubuh salah satunnya pada mata, kerusakan saraf mata atau
penurunan suplai nutrisi yang diterima oleh mata menyebabkan terjadinya
gangguan penglihatan hingga kebutaan yang disebut retinopati.
Poliuria adalah meningkatnya volume urin yang menyebabkan penderita
diabetes melitus tipe II sering BAK karena Kadar glukosa darah yang tinggi yang
melewati ambang batas ginjal selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang
melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah
masuk ke dalam urin yang disebut glukosuria yang menarik air dan mencegah
reabsorbsi cairan oleh tubulus sehinnga menyebabkan volume uring meningkat.
Pengeluaran cairan tubuh berlebih akibat poliuria disertai dengan adanya
hiperosmolaritas ekstrasel yang menyebabkan penarikan air dari intrasel ke
ekstrasel akan menyebabkan terjadinya dehidrasi, sehingga timbul rasa haus terus
menerus dan membuat penderita sering minum (polidipsi). Glukosaria
menyebabkan keseimbangan kalori berkurang sehingga menimbulkan rasa lapar
yang tinggi (polifagia) dan glukosa yang hilang bersamaan dengan urin
menyebabkan terjadinya penurunan berat badan, hal ini menyebabkan terjadinya
defisit nutrisi (Khasanah, Purwanti, & Sunarto, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
89

Dalam asuhan keperawataan secara teori penulis menemukan sembilan


diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Ketidakstabilan kadar guloksa darah
berhubungan dengan resistensi insulin ditandai dengan kadar glukosa dalam darah
tinggi, mengeluh lapar, mengeluh haus dan lelah, Perfusi jaringan perifer tidak
efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan pengisian kapiler >3
detik, nadi perifer menurun, akral teraba dingin, penyembuhan luka lama, Keletihan
berhubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan tidak mampu
mempertahankan aktifitas rutin, tampak lesu, kebutuhan istirahat meningkat, Defisit
nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ditandai dengan
berat badan menurun, otot menelan lemah, membrane mukosa kering, diare,
Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan, Risiko gangguan
integritas kulit atau jaringan ditandai dengan perubahan sirkulasi, Risiko syok
dibuktikan dengan kekurangan volume cairan, Risiko infeksi dibuktikan dengan
penyakit kronis diabetes mellitus, Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan (SDKI PPNI, 2017).
Sedangkan pada tinjauan kasus, penulis hanya menemukan dua (2) diagnosa
keperawatan yaitu Ketidakstabilan kadar guloksa darah berhubungan dengan
resistensi insulin ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh
lapar, mengeluh haus dan lelah, Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan
dengan hiperglikemia ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, akral terba
dingin, turgor kulit menurun dan nilai ankle brachial indeks < 0.90. Karena diagnosa
yang ditemukan oleh penulis bedasarkan keluhan pasien. Diagnosa pada teori ada
9 sedangkan pada tinjauan kasus hanya 2 diagnosa hal ini disebabkan oleh
keluhan mengeluh sering lapar, sering haus, mudah lelah kali sering terasa
kesemutan kebas, yang di keluhkan oleh pasien dan penulis tidak mendapatkan
keluhan yang lain yang bisa menegakkan diagnosa lainnya.
Hiperglikemia dapat terjadi karena adanya resistensi insulin didalam tubuh,
resistensi insulin berkolaborasi erat dengan beberapa faktor pencetusnya yaitu pola
hidup yang tidak seimbang seperti kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat
dan tidak seimbang.Bersadarkan data yang didapatkan, diagnosa keperawatan
yang muncul yaitu ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan resistensi
90

insulin ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh lapar,
mengeluh haus, sering buang air kecil dan lelah(TIM Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan parastesia, pengisian capillary >3 detik, akral teraba dingin, turgor
kulit tidak elastis. Perfusi perifer tidak efektif dapat terjadi karena diabetes mellitus
merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan banyak komlikasi pada sistem
mikrovaskuler dan makrovaskuler yang akan menyebabkan hambatan aliran darah
ke seluruh organ tubuh salah satunya ke area perifer. Hambatan tersebut yang
mengakibatkan penurunan suplai darah mengawali terjadinya hipoksia jaringan,
kondisi demikian akan menjadikan oksigen dalam jaringan berkurang sehingga
mempengaruhi aktivitas vaskuler dan seluler jaringan, sehingga menimbulkan
masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Nurul Aliyah, 2017).
3. Intervensi keperawatan
Pada diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah yang
dilakukan adalah manjamemen hiperglikemia berhubungan dengan resistensi
insulin ditandai dengan mengeluh lapar, haus dan lelah. Tujuan manajemen
hiperglikemia adalah untuk kadar gula darah, petama yang dilakukan observasi
moniitor kadar glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia (poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala), monitor
intake dan output cairan, monitor tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi,
menganjurkan menghindari olahraga saat kadar gula darah lebih dari 250 mg/dL,
lakukan diet harian
Selanjutnya diagnosa perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan
hiperglikemia ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, akral terba dingin, turgor
kulit menurun dan nilai ankle brachial indeks < 0.90. tujuan dilakukan untuk
meningkatkan nilai Angkle Brachial Index, pertama yang dilakukan adalah periksa
sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu), identifikasi
faktor resiko gangguan sirkulasi(diabetes melitus), monitor panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak, pada ekstremitas bawah, observasi keadaan kaki setiap hari,
lakukan kebersihan kaki setiap hari lakukan kebersihan kuku, edukasi pemakaian
alas kaki, pemakaian kaos kaki dan pemakaian sepatu serta melakukakan senam
91

kaki selama 30 menit. Intervensi ini dilakukan sesuai kemampuan dan ketersediaan
sarana.
4. Implementasi Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah, yang
dilakukan adalah manajemen hiperglikemia. Manajemen pertama yang dilakukan
adalah memeriksa kadar gula darah untuk mengetahui kadar gula darah klien dan
dihari petama pemeriksaan GDS klien adalah 278 mg/dL, kadar GDS 278 mg/dL
yang mana menurut PERKENI (2015) bahwa kadar gula darah sewaktu >200
mg/dL ialah salah satu tanda dan gejala dari hiperglikemia. Hal ini harus
diupayakan untuk menurunkan kadar gulah darah dengan memperhatikan atau
memonitoring kondisi klien. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk
menurunkan GDS klien dengan pengaturan diet/nutrisi, pola makan diet DM
dengan prinsip 3J sesuai dengan jumlah kalori kebutuhan tubuh per hari, menurut
Tjokroprawiro (2017) pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita
diabetes mellitus tipe II ialah tepat jumlah kalori yang di konsumsi dalam 1 hari ,
tepat jadwal 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval
waktu 3 jam antara makanan utama dan makanan selingan, dan tepat jenis dengan
menghindari makanan manis, tinggi kalori, klien melakukan diet harian yang telah
disepakati.
Berdasarkan penelitian dari Prayugo (2012) terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap pola makan dan penurunan kadar gula darah yaitu didapatkan nilai
p=0,000 yang artinya ada penurunan gula darah. Menganjurkan kepatuhan diet
klien tampak mendengarkan anjuran dari perawat untuk melakukan kepatuhan diet
supaya kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik. Menganjurkan minum obat
oral metformin 3 kali sehari, klien minum obat metformin 3 kali sehari untuk
membantu menurunkan kadar gula darah.
Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar gula darah lebih dari 250
mg/dL,Kadar gula darah sewaktu klien dibawah 250 mg/dL dan klien
mendengarkan anjuran dari perawat untuk tidak melakukan olahraga jika kadar
gula darah lebih dari 250 mg/dL karena berdasarkan teori (Arisman,
2010)Penderita DM tidak boleh berolahraga apabila gula darahnya tidak terkendali
( > 250 mg/dl atau < 100 mg/dl), apabila tetap dipaksakan untuk berolahraga akan
92

terjadi peningkatan sekresi kadar glukagon, hormon pertumbuhan, dan


katekolamin, semuanya ini akan memicu glukoneogenesis hati sehingga terjadi
lonjakan gula darah. Melakukan pemeriksaan tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi untuk membandingkan hasil tekanan darah berbaring dan tekanan
darah setelah berbaring/duduk, melakukan pemeriksaan tanda dan gejala diabetes
melitu tipe II(polidipsia, polifagia, poliuria, serta kondisi mata).

Grafik 4.1 Hasil penurunan kadar gula darah dalam manajemen hiperglikemia

Nilai Kadar Gula Darah Sewaktu


300

250

200

150 Nilai Kadar Gula


Darah Sewaktu
100

50

0
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7

Dari Grafik 4.1 dapat diketahui bahwa kadar gula darah mulai mengalami
penurunan pada hari ke 2 setelah dilakukannya manajemen hiperglikemia selama 7
hari dengan menggunakan penyusunan pola makan diet DM sesuai kebutuhan
kalori tubuh dan memberikan obat oral metformin 3x1 sehari, dimana kadar gula
darah pada hari pertama 278 mg/dL, hari kedua yaitu 270 mg/dL, hari ketiga 261
mg/dL, hari keempat 255 mg/dL, hari kelima 247 mg/dL, hari keenam 234 mg/dL
dan hari ketujuh 226 mg/dL.
Penurunan kadar gula darah pada Ny.H juga disebabkan oleh kepatuhan
klien terhadap pengontrolan pola makan menggunakan prinsip 3 J (Jenis, jumlah,
jadwal) berdasarkan jumlah kalori kebutuhan tubuh. Menurut Suyono (2016),
penyakit diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit degeneratif yang sangat
terkait pola makan. Pola makan adalah suatu cara dalam mengatur jumlah dan jenis
asupan makanan untuk mempertahankan kesehatan, stutus gizi, serta mencegah
dan membantu proses penyembuhan. Pola makan yang baik meliputi pengaturan
jadwal bagi penderita diabetes mellitus yaitu 6 kali makan per hari yang dibagi
93

menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan. Adapun jadwal makan yaitu
jam 6.30 makan pagi, jam 9.30 selingan pagi jam 12.30 makan siang, jam 15.30
selingan sore, jam 18.30 makan malam dan 21.30 selingan malam. Jumlah makan
yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus adalah makan sering tapi kecil
seperti makan pagi (20%), selingan pagi (10%), makan siang (25%), selingan siang
(10%), makan malam (25%) dan selingan malam (10%). Jenis makanan perlu
diperhatikan karena menentukan kecepatan kenaikan kadar gula darah.
Penyusunan makanan bagi penderita diabete mellitus mencakup karbohidrat,
protein, lemak, buah-buhan dan sayuran, oleh karena itu diet menjadi salah satu
pencegahan agar gula darah tidak meningkat dengan diet yang tepat dapat
membantu mengontrol gula darah(Tjokroprawiro. 2012). Serta klien meminum obat
metformin 3x1 sehari untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.
Implementasi selanjutnya, perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan
dengan hiperglikemia ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, akral terba dingin,
turgor kulit menurun dan nilai ankle brachial indeks < 0.90. manajamen pertama
yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan pada nilai ABI. Melakukan
pemeriksaan kaki setiap hari bersama klien/keluarga, klien mengecek dan
memperhatikan kaki setiap hari. Melakukan kebersihan pada kaki setiap hari, klien
membersihkan kaki setiap hari dan mengeringkannya dengan handuk yang
berbahan lembut, melakukan pemeriksaan kelembapan kaki dan edukasi cara
penggunaan lotion pada kaki, klien menggunakan lotion setiap hari dan
memahami/mengerti cara pengguanaan lotion yang benar, melakukan pemotongan
kuku kaki dan edukasi cara pemotongan kuku kaki, klien melakukan pemotongan
kuku kaki dan memahami/mengerti cara pemotongan kuku kaki harus lurus tidak
dianjurkan mengikuti bentuk kaki, memberikan edukasi pemakaian alas kaki,
pemakaian kaos kaki dan pemakaian sepatu, klien memahami/mengerti pemakaian
alas kaki setiap hari, kaos kaki dan sepatu tidak boleh sempit dan harus sesuai
ukuran kaki karena menyebabkan gangguan sirkulasi, kaos kaki yang dianjurkan
kaos kaki berbahan katu karena dapat menyerap kulit sedangkan sepatu yang
dianjurkan adalah berbahan kanpas karena memiliki seart besar dan kecil dan
memiliki sirkulasi yang baik.
94

Kemudian selanjutnya menganjurkan senam kaki diabetes mellitus untuk


mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredarah darah pada kaki.
Senam kaki dapat membantu melancarkan peredaran darah dan otot-otot kecil kaki
dan mencegah perubahan bentuk kaki selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot
betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi(Anneahira, 2011).
Latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh ke dua kaki secara bergantian
atau bersamaan untuk memperkuat atau melenturkan otot-otot di daerah tungkai
bawah kaki terutama pada kedua pergelangan kaki dan juga jari-jari kaki (Santi
Damayanti, 2016). Dalam hal ini sesuai dengan penelitian dalam jurnal ipteks
terapan yang mengatakan bahwa senam kaki dilakukan selama 30 menit dalam
waktu 7 hari menunjukan efektif dalam meningkatkan nilai ABI pada pasien diabetes
mellitus tipe II.
Grafik 4.2 Hasil peningkatan nilai ankle brachial index

Nilai Ankle Brachial Index


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5 Nilai Ankle Brachial
Index
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7

Dari Grafik 4.2 dapat diketahui bahwa ankle brachial index mulai mengalami
penurunan pada hari ke 2 setelah dilakukannya perawatan kaki dan senam kaki
diabtes melitus tipe II 30 menit selama 7 hari dengan menggunakan penyusunan
mengobservasi, membersihkan kaki, melembabkan kulit kaki, pemotongan kuku
kaki, memakai kaoas kaki, pencegahan cidera dan melakukan senam kaki diabetes
melitus tipe II. dimana nilai ankle brachial index pada hari pertama 0.70, hari kedua
yaitu 0.72, hari ketiga 0.75, hari keempat 0.80, hari kelima 0.82, hari keenam 0.87
dan hari ketujuh 0,95.
95

Hasil dari penelitian pada Ny.H mengalami penurunan nilai ankle brachial
index karena melakukan senam kaki diabetes melitus 30 menit selama 7 hari, hal ini
sesuai dengan penelitian dalam jurnal ipteks terapan yang mengatakan bahwa
senam kaki dilakukan selama 30 menit dalam waktu 7 hari menunjukan efektif
dalam meningkatkan nilai ABI pada pasien diabetes mellitus tipe II.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang harus dilakukan pada manajemen
keperawatan. Evaluasi pada tanggal 06 sampai dengan tanggal 12 april 2020.
Pada diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah didapatkan kadar gula darah
menurun dari kadar gula darah 278 mg/dL menjadi 226 mg/dL. Sedangkan untuk
diagnosa perfusi perifer tidak efektif didapatkan hasil implementasi selama 7 hari
yaitu rasa kesemutan pada telapak kaki dan kebas tidak terasa lagi. Dan nilai ankle
brachial index menurun dari 0.70 menjadi 0.95 . Hasil asuhan keperawatan dengan
hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa adanya kesesuaian terhadap
hasil yang dicapai.
96

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengkajian didapatkan pada pemeriksaan fisik sistem pencernaan klien
mengalami peningkatan frekuensi makan 5x dalam sehari, minum air putih lebih
dari 2 liter/hari, pada sistem perkemihan klien mengalami peningkatan ±9 kali
seharikonsistensi berwarna kuning bening berbau khas urin, pada muskulokeletal
dan integumen, pada ekstremitas bawah yaitu telapak kaki klien sering terasa
kesemutan dan kebas, akral dingin, turgor kulit tidak elastis. Pemeriksaan yang
menunjang adalah pemeriksaan kadar gula darah sewaktu klien 337 mg/dL.
2. Dari analisa data yang didapatkan maka penulis menegakkan diagnosa 1)
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan mengeluh lapar, haus, sering buang air kecil. Perfusi perifer tidak
efektifberhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan pengisian capilarry >3
detik, akral teraba dingin, turgor kulit elastis.
3. Intervensi diagnosa pertama dan kedua dapat dilakukan semuanya oleh penulis
seperti diagnosa manajemen hiperglikemia diantaranya monitor kadar glukosa
darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia diantara identifikasi kemungkinan
penyebab hiperglikemia, anjurkan menghindari, olahraga saat kadar gula darah
lebih dari 250 mg/dL, anjurkan kepatuhan diet dan olahraga, menganjurkan
pengelolahan diabetes(misalkan : penggunaan insulin, terapi komplementer, obat
oral, monitor asupan cairan pergantian karbohidrat dan bantuan profesional
kesehatan), berikan edukasi susunan pola makan 3J sesuai dengan kebutuhan
kalori/hari, berikan obat metformin 3x1 sehari. Kemudian diagnosa kedua
Selanjutnya diagnose kedua yang pertama dilakukan adalah periksa sirkulasi
perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu), identifikasi faktor
resiko gangguan sirkulasi(diabetes melitus), monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak, pada ekstremitas bawah, observasi keadaan kaki setiap hari, lakukan
kebersihan kaki setiap hari lakukan kebersihan kuku, edukasi pemakaian alas kaki,
97

pemakaian kaos kaki dan pemakaian sepatu serta melakukakan senam kaki
selama 30 menit
4. Implementasi telah dilakukan selama 7 hari, hasil dari implementasi diagnosa
pertama yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ny.H pada hari pertama
nilai kadar gula darah 278 mg/dL, hari kedua yaitu 270 mg/dL, hari ketiga 261
mg/dL, hari keempat 255 mg/dL, hari kelima 247 mg/dL, hari keenam 234 mg/dL
dan hari ketujuh 226 mg/dL. Diagnosa kedua yaitu perfusi perifer tidak efektif. Hasil
yang didapatkan Ny.H yaitu telapak kaki tidak sering kesemutan dan kebas lagi,
nilai ABI meningkat, kaki bersih, kulit tidak kering dan tumit tidak pecah-pecah lagi.
5. Evaluasi pada diagnosa yaitu ketidakstabilan kadar gula darah didapatkan kadar
gula darah menurun dari kadar gula darah 278 mg/dL menjadi 226 mg/dL sehingga
masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan resistensi
insulin ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi mengeluh lapar, mengeluh
haus, sering buang air kecil dan lelah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan.
Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu perfusi perifer tidak efektif didapatkan hasil
telapak kaki sering terasa kesemutan dan kebas sehingga masalah keperawatan
perfusi perifer tidak efekti berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan
pengisian capilarry >3 detik, akral teraba dingin, turgor kulit tidak elastis, nilai ankle
brachial index menurun teratasi dan intervensi dihentikan.
A. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran,
diantaranya
1. Utuk Peneliti
Diharapkan untuk dapat dapat menambah wawasan ilmu keperawatan terutama
pada kasus diabetes melitus tipe II
2. Untuk Puskesmas
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan masukan dan sebagai
bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan dalam manajemen
hiperglikemia untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe II, dan diharapkan untuk puskesmas melakukan pemeriksaan kadar gula darah
seminggu sekali sekaligus mengajak warga wilayah kerja puskesmas untuk
98

melakukan aktivitas fisik dan penyuluhan tentang diet diabetes melitus guna
mencegah penyakit yang lebih buruk
3. Institusi Pendidikan Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
Diharakan untuk dapat memberikan sumbangan bagi lingkungan akademik
khusunya prodi DIII keperawatan tentang asuhan keperawatan pada kasus
diabetes melitus tipe II
4. Peneliti selanjutnya
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai acuan referensi
dalam asuhan keperawatan manajemen hiperglikemia, selain itu tindakan dapat
dikembangkan sehingga dapat memberikan kriteria hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Afreen, S.,et. Al. (2017). Prevalence of Sensory Peripheral Neurophaty in Diabetic Patients at
Diabetes Cre Centre : a cross sectional study, DOI:
Amin Huda, dkk. 2015. Aplikasi sebagai berdasarkan keperawatan berdasarkan diagnose medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction
Brunner & Suddarth.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Vol. Edisi
8. Jakarta : EGC
Black, J. M. & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil
yang diharapkan Edisi 8. Singapura :Elseiver.
Clayton, W.& Elasy, T. A. (2009). A Review of the Pathophysiology, Cassification and Treatment of
foot Ulcer in Diabetic Patient.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2018. Profil Kesehatan Bengkulu Tahun 2018
Fowkes , F. G.(2013). Comparison of global estimates of prevalence and risk factors for peripheral
artery disease in 2000 and 2010: a systematic review an analysis. Dec; 75 (12):783.
Indiht Tri Utami. 2019. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai Ankle Brachial
Index (ABI) dan Nilai Ispwich Touch Test (IPTT) Pada Pasien DM Tipe 2 : Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, Vol.15, No.1, April 2019
Fitri Rahmawati, MP, 2016. Perencanaan Diet Untuk Penderita Diabetes Militus. Yogyakarta
Hanum. 2013. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa Dengan Profil Lipid Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Jakarta : Universitas Islam Negeri
Syarif Hidaytullah
Hikle & Cheever.(2014). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medikal-Surgical Nursing 13 th Edition.
Wolters Kluwer: Lippincott Williams & Wilkins.
Hastuti , R. T. (2008). Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta). Universitas Diponegoro
Ilminova.,et. Al.(2015). Hubungan antara status diabetes mellitus dengan status penyakit arteri
perifer (PAP) pada pasien hipertensi.
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas 8th Edition.
Manaf, A. 2010. Comprehensive Treatment on Type 2 Diabetes Melitus for Delaying
Cardiovaskuler Complication, Sub bagian Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit
Dalam, Padang : Universitas Andalas
Perkeni . (2015) Konsesus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Priyanto. (2013). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar Gula Darah pada
Aggregate Lansia Diabetes Melitus di Magelang.
RISKESDAS. 2018. LaporanNasionalBadanPenelitiandanPengembanganKesehatan
Smeltzer,S., Bare, Bare, B. G., Hikle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Textbook of Medical-Surgical
Nursing (12th ed., Vol. 2). Philadelphia. Wolter Kluwer Health.
Switlyk, K. J & Smith, G. (2016). Updates in diabetic peripheral neuropathy [version 1; referees : 3
approved].
SDKI, Tim Pokja DPP PPNI, 2017. StandarDiagnosaKeperawatan Indonesia CetakanKe-II
DewanPengurusPusatPersatuanPerawatNasional Indonesia.Jakarta
SIKI, Tim Pokja DPP PPNI, 2017. StandarDiagnosaKeperawatan Indonesia CetakanKe-II
DewanPengurusPusatPersatuanPerawatNasional Indonesia.Jakarta
Wahyuni, A. (2016). Senam Kaki Diabetes Efektif meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien DM
Tipe 2. Skripsi..
L

N
Lampiran3. Data Diabetes Mellitus Tipe II Dari Dinkes Kota Bengkulu
Lampiran 4. Format Pengkajian Keperawatan
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI
BENGKULU
Kampus Jln. Mahakam Raya no.16 Lingkar Barat Telp (0736)
346300
email: sapta_bakti@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian tgl. : Jam :


MRS tanggal : No. RM :
Diagnosa Masuk : Hari Rawat Ke :
Ruangan/kelas :

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Penanggung jawab biaya
:
Usia : Nama :
Jenis kelamin : Alamat :
Suku /Bangsa : Hub. Keluarga :
Agama : Telepon :
Pendidikan :
Status perkawinan
Pekerjaan :
Alamat :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan saat
pengkajian : ........................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
...........................
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah di rawat ya, tidak
Jelaskan penyakit yang diderita……..
2. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular ya, tidak
Sebutkan penyakit kronis & menular yg pernah diderita.........
3. Riwayat Penyakit Alergi ya, tidak
Jelaskan alergi yg pernah diderita....................
4. Riwayat Operasi ya, tidak
- Kapan : ...............................
- Jenis Operasi : ...............................
5. Lain-lain :
(Gangguan kesehatan lain yang pernah dialami sebelumnya)
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


ya : ........................................ tidak

GENOGRAM
E. PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan
Alkohol ya tidak
Keterangan (sejak kapan mulai konsumsi dan jumlah konsumsi per hari/minggu)
..........................................................................................................
Merokok ya tidak
Keterangan (sejak kapan mulai konsumsi dan jumlah konsumsi per hari/minggu)
..........................................................................................................
Obat ya tidak
Keterangan(nama obat yang sering dikonsumsi dan
dosis/konsumsi) ..........................................................................................................
Olahraga ya tidak
Keterangan (jenis olahraga dan
frekuensi/hari/minggu) ..........................................................................................................

F. RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

G. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda-tanda vital
KesadaranCompos mentis Apatis Somnolen Sopor Koma
S: N: TD : RR :
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
2. Sistem Pernafasan
a. RR : ...............................
b. Keluhan : Sesak Nyeri waktu sesak Orthopnea
Batuk Produktif Tidak Produktif
Sekret : .................... Konsistensi : .......................
Warna : ................... Bau : ....................................
c. Pola nafas irama:  Teratur  Tidak teratur
d. Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain :
e. Bentuk dada simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
f. Suara napas vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S
g. Alat bantu nafas Ya Tidak
Jenis .........................Flow ................Lpm
h. Penggunaan WSD :
- Jenis : .................................................................................................................
...
- Jumlah
Cairan :.........................................................................................................
- Undulasi : ..............................................................................................................
...
- Tekanan : .............................................................................................................
....
i. Trakeostomy Ya Tidak
............................................................................................................................
............................................................................................................................
j. Lain-lain :
....................................................................................................................
...............................................................................................................................
.............................................................................................................................

MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

3. Sistem Kardiovakuler
a. TD :
b. N :
c. HR :
d. Keluhan nyeri dada ya tidak
P : .....................................................................................
Q : .....................................................................................
R : .....................................................................................
S : .....................................................................................
T : .....................................................................................
e. CRT : ...............
f. Konjungtiva pucat ya tidak
g. Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop lain-lain
h. Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak
i. Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah
j. Siklus perifer Normal Menurun
k. JVP : ..........................
l. CVP : ..........................
m. CTR : ..........................
n. ECG & Interpretasinya :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Lain-
lain : ............................................................................................................................
............................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

4. Sistem Persarafan
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS :
b. Pupil isokor anisokor
c. Sclera Anikterus Ikterus
d. Konjungtiva Ananemis Anemis
e. Istirahat/Tidur : .................................................
f. IVD : ......................................................
g. EVD : ......................................................
h. ICP : ......................................................
i. Nyeri tidak ya, skala nyeri : lokasi :
j. Refleks fisiologis: patella triceps  biceps lain-lain:
k. Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain
l. Keluhan Pusing O ya O Tidak
P : .....................................................................................
Q : .....................................................................................
R : .....................................................................................
S : .....................................................................................
T : .....................................................................................
m. Pemeriksaan saraf kranial
N1 Normal Tidak Ket : ........................................................

N2 Normal Tidak Ket : ...........................................


N3 Normal Tidak Ket : ............................................
N4 Normal Tidak Ket : ............................................
N5 Normal Tidak Ket : .............................................
N6 Normal Tidak Ket : ........................................................
N7 Normal Tidak Ket : ........................................................

N8 Normal Tidak Ket : ........................................................

N9 Normal Tidak Ket : ........................................................

N10 Normal Tidak Ket : ........................................................

N11 Normal Tidak Ket : ........................................................

N12 Normal Tidak Ket : ........................................................

MASALAH KEPERAWATAN :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

5. Sistem Perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia : Bersih Kotor
b. Sekret : Ada Tidak
c. Ulkus : Ada Tidak
d. Kebersihan Meatus uretera : Bersih Kotor
e. Keluhan Kencing Ada Tidak
Bila ada jelaskan :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
f. Kemampuan berkemih
Spontan Alat bantu, sebutkan : ....................................
Jenis : ........................................................................................
Ukuran : ........................................................................................
Hari Ke: ........................................................................................
g. Produksi urine : ...........................ml/jam
Warnah : ...............................
Bau : ...............................
h. Kandung kemih : Membesar Ya
Tidak
i. Nyeri Tekan : Ya
Tidak
j. Intake Cairan : Oral :....................cc/hari Parenteral :
..............cc/hari
k. Balance Cairan
: .............................................................................................................
.....
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
o. Lain-
lain : ................................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
6. Sistem Pencernaan
a. TB : ............. cm BB : ..............kg
b. IMT : ............. Interpretasi : .........................................
c. LOLA : .............

MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

d. Mulut : Bersih Kotor


e. Mukosa mulut : Lembab Kering Merah stomatitis
f. Tenggorokan Nyeri telan Sulit menelan
Pembesaran Tonsil Nyeri Tekan
g. Abdomen Supel Tegang nyeri tekan, lokasi :
Luka operasi Jejas lokasi :
Pembesaran hepar ya tidak
Pembesaran lien ya tidak
Ascites ya tidak
Drain Ada Tidak
- Jumlah : ......................
- Warna : ......................
- Kondisi area sekitar insersi : .....................................
Mual ya tidak
Muntah ya tidak
Terpasang NGT ya tidak
Bising usus :..........x/mnt
h. BAB :........x/hr, konsistensi : lunak cair lendir/darah
konstipasi inkontinensia kolostomi
i. Diet padat lunak cair
Diet
Khusus : ......................................................................................................................
Nafsu Makan Baik Menurun
Frekuensi :...............x/hari jumlah:............... jenis : .......................
Lain –
lain : ..........................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
OD OS
Visus
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO

b. Keluhan nyeri Ya Tidak


P : ..................................................................
Q : ..................................................................
R : ..................................................................
T : ..................................................................
c. Luka opreasi Ada Tidak
Tanggal operasi : ........................
Jenis Operasi : ........................
Lokasi : ........................
Keadaan : ........................
d. Pemeriksaan penunjang lain
..............................................................................................................................
e. Lain .......................................................................................................
.......................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen dan posterior
OD OS
Aurcicula
MAE
Membran Tympani
Rinne
Webber
Swabach
b. Tes audiometri
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
c. Keluhan nyeri Ya Tidak
P : ..................................................................
Q : ..................................................................
R : ..................................................................
S : ..................................................................
T : ..................................................................
d. Luka opreasi Ada Tidak
Tanggal operasi : ........................
Jenis Operasi : ........................
Lokasi : ........................
Keadaan : ........................
e. Alat bantu dengar : .......................................................
f. Lain-
lain. ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
9. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
a. Kekuatan otot

b. Pergerakan sendi bebas terbatas


c. Kelainan ekstremitas ya tidak
d. Kelainan tlg. belakang ya tidak
Frankel : .......................................................................................................................
.....
e. Fraktur ya tidak
- Jenis :..............................................................
f. Traksi/spalk/gips ya tidak
- Jenis : ............................................
- Beban : ............................................
- Lama pemasangan : ...........................................
g. Penggunaan spalk/gips ya tidak
h. Keluhan nyeri : ya tidak
P : ..................................................................
Q : ..................................................................
R : ..................................................................
S : ..................................................................
T : ..................................................................
i. Sirkulasi perifer : ...........................................
j. Kompartemen sindrom ya tidak
k. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Akral hangat panas dingin kering basah
m. Turgor baik kurang jelek
n. Odema:  Ada  Tidak ada
o. Lokasi
p. Luka operasi : jenis :............. bersih kotor
q. luas : ...............
r. Tanggal operasi : ..................
s. Jenis operasi : ..................
t. Lokasi : ..................
u. Keadaan : ..................
v. Drain : Ada Tidak
w. Jumlah : ...................................................
x. Warna : ...................................................
y. Kondisi area sekitar insersi : ......................................
z. ROM : ..................................................
aa. POD : ..................................................
bb. Cardial Sign : ..................................................
Lain-lain
: ....................................................................................................
...........
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
10. Sistem Integumen
a. Penilaian risiko decubitus :
Aspek yang KRITERIA YANG DINILAI NILAI
dinilai 1 3 3 4
PERSEPSI TERBATAS SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA
SENSORI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN GANGGUAN
KELEMBABAN TERUS SANGAT KADANG- JARANG BASAH
MENERUS LEMBAB KADANG BASAH
BASAH
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG- LEBIH SERING
KADANG JALAN JALAN
MOBILISASI IMMOBILE SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA
SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN KETERBATASAN
NUTRISI SANGAT KEMUNGKINAN ADEKUAT SANGAT BAIK
BURUK TIDAK
ADEKUAT
GESEKAN & BERMASALAH POTENSIAL TIDAK
PERGESERAN BERMASALAH MENIMBULKAN
MASALAH
NOTE : Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien beresiko
mengalami dekubitus (Pressure ulcers) TOTAL NILAI
(15 or 16 =low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less= high risk)

b. Warna : ...........................................................
c. Pitting edema : +/- grade : .............................
d. Ekskoriasis : ya tidak
e. Psoriasis : ya tidak
f. Urtikaria : ya tidak
g. Lain-
lain : ............................................................................................................................
...........................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN
...................................................................................................................................
................................................................................................................................... .......
............................................................................................................................
...................................................................................................................................
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
c. Hiperglikemia Ya Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak
d. Kondisi kaki DM :
- Luka gangrene Ya  Tidak
- Jenis Luka : .....................................................
- Lama luka : .....................................................
- Warna : .....................................................
- Luas Luka : .....................................................
- Kedalaman : .....................................................
- Kulit Kaki : ..............................................
- Kuku kaki : ..............................................
- Telapak kaki : ..............................................
- Jari kaki : ..............................................
- Infeksi :  Ya  Tidak
- Riwayat luka sebelumnya :  Ya  Tidak
- Tahun : ..................................................
- Jenis Luka : ..................................................
- Lokasi : ..................................................
- Riwayat amputansi sebelumnya :  Ya  Tidak
Jika Ya
- Tahun : ..........................
- Lokasi : .........................
- Lain-lain : .....................................................................................................
.......................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

H. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak

MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
I. PENGKAJIAN SPIRITUAL

a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah
:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

J. PERSONAL HYGIEN
a. Kebersihan diri :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan :
- Mandi : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku: Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG(Laboratorium, radiologi, EKG, USG)


Tanggal
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Interpretasi
dan jam
L. TERAPI
Rute terapi
Tanggal
Jenis terapi (oral/iv/ic/sc Dosis Fungsi
dan jam
dll)
Ch:
antibiotik/vitamin/
analgesik
Lampiran 5. Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
No nama tindakan Hari ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke-6 Hari Ke7 Indikator
1 Observasi Kaki kotor Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih
2 Kelembapan Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki
kaki kering dan masih sedikit lembab, tumit lembab, tumit lembab, tumit lembab, tumit lembab, tumit lembab
tumit kaki kering, tumit kaki pecah kaki pecah- kaki pecah- kaki masih kaki tidak pecah-
peca-pecah kaki pecah- pecah pecah pecah sedikit pecah- pecah lagi
pecah pecah
3 Pemotongan Kuku kotor dan - Kuku bersih - - - Klien Kuku pendek
kuku panjang dan pendek memahami/men dan dipotong
serta gerti cara lurus
pemotongan pemotongan
kuku kaki kuku kaki harus
lurus tidak lurus tidak
mengikuti mengikuti
bentuk kuku bentuk kuku
4 Pemakaian Klien Klien Klien Klien memakaki Klien Klien Klien memakaki Klien memakai
alas kaki memakaki alas memakaki alas memakaki alas kaki sesuai memakaki alas memakaki alas alas kaki sesuai alas kaki
kaki sesuai kaki sesuai alas kaki ukuran dan kaki sesuai kaki sesuai ukuran dan sesuai ukuran
ukuran dan ukuran dan sesuai berbahan lembut ukuran dan ukuran dan berbahan lembut dan berbahan
berbahan berbahan ukuran dan berbahan berbahan lembut
lembut lembut berbahan lembut lembut
lembut
5 Pemakaian - - - Klien Klien - Klien Klien
kaos kaki memahami/men memahami/me memahami/men mengetahui
gerti jika cuaca ngerti jika gerti jika cuaca jika cuaca
dingin harus cuaca dingin dingin harus dingin harus
memakai kaos harus memakai kaos memakai kaos
kaki dan kaos memakai kaos kaki dan kaos kaki dan kaos
kaki berbahan kaki dan kaos kaki berbahan kaki berbahan
katu karena kaki berbahan katu karena katu karena
mudahmenyerap katu karena mudahmenyerap mudahmenyera
keringat mudahmenyer keringat p keringat
ap keringat
6 Pemakaian - - - - Klien Klien Klien Klien
sepatu memahami/me memahami/me memahami/men mengetahui
ngerti sepatu ngerti sepatu gerti sepatu sepatu kanvas
kanvas karena kanvas karena kanvas karena karena sepatu
sepatu kanvas sepatu kanvas sepatu kanvas kanvas
memiliki memiliki memiliki sirkulasi memiliki
sirkulasi udara sirkulasi udara udara yang baik sirkulasi udara
yang baik dan yang baik dan dan berpori yang baik dan
berpori berpori banyak. berpori banyak.
banyak. banyak.
7 Ankle Brachial TD lengan TD tangan TD tangan TD tangan TD tangan TD tangan TD tangan 0.90-1.40
Index kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110
mmhg, mmhg, mmhg, mmhg, posterior mmhg, mmhg, mmhg, posterior
posterior tibial posterior tibial posterior tibial kanan 91 posterior tibial posterior tibial tibial kanan 105
kanan 78 kanan 80 tibial kanan mmhg, dorsalis kanan 94 kanan 96 mmhg, dorsalis
mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis 83 mmhg, pedis kanan 88 mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis pedis kanan 102
pedis kanan 76 pedis kanan 78 dorsalis mmhg, poterior pedis kanan 92 pedis kanan 94 mmhg, poterior
mmhg, poterior mmhg, poterior pedis kanan tibial kiri 136 mmhg, poterior mmhg, poterior tibial kiri 136
tibial kiri 136 tibial kiri 136 80 mmhg, mmhg, dorsalis tibial kiri 136 tibial kiri 136 mmhg, dorsalis
mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis poterior tibial pedis kiri 132 mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis pedis kiri 132
pedis kiri 132 pedis kiri 132 kiri 136 mmhg. Lengan pedis kiri 132 pedis kiri 132 mmhg. Lengan
mmhg. Lengan mmhg. Lengan mmhg, kiri 100 mmHg. mmhg. Lengan mmhg. Lengan kiri 100 mmHg.
kiri 100 mmHg. kiri 100 mmHg. dorsalis Kanan(0.82) kiri 100 mmHg. kiri 100 mmHg. Kanan(0.95)
Kanan(0.70) Kanan(0.72) pedis kiri 132 kiri(1.13) Kanan(0.85) Kanan(0.87) kiri(1.13)
kiri(1.13) kiri(1.13) mmhg. kiri(1.13) kiri(1.13)
Lengan kiri
100 mmHg.
Kanan(0.75)
kiri(1.13)
8 Ipswich Touch 1-2 detik - - - - - - 1-2 detik
Test
Lampiran 6. Subyek Penelitian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

Penetapan Subyek Penelitian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi


No Kriteria Inklusi Nama Pasien
Ny.H
1 Klien yang √
terdiagnosa DM Tipe
II dengan kadar gula
≥ 250 mg/dL
2 Klien terdiagnosa > 3 √
tahun
3 Usia > 30 tahun √
Kriteria Ekslusi √
1 Klien diabetes √
mellitus tipe II
dengan ulkus
diabetic
2 Klien diabetes √
mellitus tipe II
dengan komplikasi
stroke
Lampiran 7. Naskah PSP

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN


(PSP)

1. Kami adalah penelitian berasal dari Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu Program
Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpasitipasi dengan suka rela
dalam penelitian yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pencegahan Diabetikum
Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah
Kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu”
2. Tujuan dari penelitian Studi Kasus ini
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara yang akan berlangsung
lebih kurang 10-15 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi
anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk pengembangan asuhan/pelayanan
keperawatan
4. Keuntungan yang anda dapat peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian adalah
amda ikut terlibut aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang diberikan
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silahkan
menghubungi peneliti no. Hp : 082247704164

PENELITI

Megi Bunita
Lampiran 8. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian

Bulan Bulan
No JadwalKegiatan
Desember Januari Februari Maret April
    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Data
1 AwaldanPenyusunan
Proposal KTI/TA                                        
2 Seminar Proposal KTI/TA                                        
3 Revisi Proposal KTI/TA                                        
4 PerijinanPenelitian                                        
5 PersiapanPenelitian                                        
6 PelaksanaanPenelitian                                        
7 Pengolahan Data                                        
8 Laporan KTI/TA                                        
9 Sidang KTI/TA                                        
10 RevisiLaporan KTI/TA Akhir                                        

Lampiran 9. Informed Consent


INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh Megi Bunita dengan judul Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki
Diabetikum Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu
Saya memutuskan setuju untuk berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan. Bila selama penelitian saya menginginkan mengunduran diri, maka saya
dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Bengkulu, 2020
Saksi Yang memberi
persetujuan

……………………… ………………………………

............................2020

Megi Bunita

Anda mungkin juga menyukai