Megi Bunita
Megi Bunita
MEGI BUNITA
2017012
MEGI BUNITA
2017012
MEGI BUNITA
NIM : 2017012
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Pada Tanggal 27 April 2020
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Panitia Penguji
Ketua Penguji
Ns. Siska Iskandar, MAN .....................................................................
NIDN.0206048501
Anggota Penguji
1. Ns. Indaryani, M.Kep ....................................................................
NIDN.0210118201
Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Sapta Bakkti
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang saya tulis ini adalah benar-
benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Laporan Tugas Akhir ini hasil jiblakan, Maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Materai
6.000-,
iii
ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI DIABETIKUM DENGAN
FOOT CARE (PERAWATAN KAKI) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE
II
ABSTRAK
Orang dengan penyandang riwayat diabetes melitus tipe II dan sudah terdiagnosa lebih dari 3
tahun lebih besar berpotensi mengalami neuropati diabetik, neuropati diabetik adalah kerusakan
saraf yang bersifat fokal atau difus terjadi akibat paparan dari hiperglikemia kronis yang ditandai
dengan kesemutan,nyeri, kebas dan mati rasa. Jika tidak ditanggulangi segera akan menyebabkan
terjadinya kaki diabetikum, pencegahan ini dapat diatasi dengan cara menjaga kebersihan kaki dan
senam kaki selama 30 menit setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kaki
diabetikum pada klien diabetes melitus tipe II dengan melakukan foot care(perawatan kaki).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan studi
kasus pada klien diabetes melitus tipe II dengan pencegahan kaki diabetikum. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa intervensi keperawatan foot care(perawatan kaki) selama 1 minggu secara
teratur dapat mencegah kaki diabetikum pada klien diabetes melitus tipe II. Nilai Ankle Brachial
Index meningkat secara bertahap. Intervensi keperawatan ini dapat dilanjutkan dengan teaching
care kepada klien diabetes melitus tipe II untuk melakukan perawatan kaki dan senam kaki selama
30 menit setiap hari untuk mencegah terjadinya kaki diabetikum.
iv
ASUHAN KEPERAWATAN PENCEGAHAN KAKI DIABETIKUM DENGAN
FOOT CARE (PERAWATAN KAKI) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE
II
ABSTRAK
People with a history of type two diabetes melitus and have been diagnosed for more than
three years have greater potential for diabetic neuropathy, diabetic neuropathy is focal or
diffuse neurological damage resulting from exposure to chronic hiperglycemia characterized by
tingling, pain, numbness and numbness. If not addressed immediately will cause diabetic foot,
this prevention can be evercome by maintaining foot hygine and foot exercises for thirth
minutes every day. This study aims to prevent the occurence of diabetic foot in type two
diabetes melitus clients by perfoming foot care. This research is a descriptive study with a
qualitative approach and case study design in type two diabetes melitus clients with diabetic
foot prevention. The results of this study indicate that regular foot care nursing intervensions for
1 week can prevent diabetic foot in type two diabetes mellitus clients. The brachial index ankle
value increases gradually. This nursing intervention can be followed by teaching care to type
two diabetes mellitus clients to do foot care and foot exercises for 30 minutes every day to
prevent diabetic foot from occurring.
v
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga proposal Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya
Proposal Laporan Tugas Akhir ini disusun dengan bantuan dari berbagai pihak, oleh
sebab itu pada kesempatan ini secara khusus peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep sebagai pembimbing, yang bersedia
meluangkan waktu, dan pikiran untuk membimbing dalam mengerjakan Proposal Tugas Akhir ini
secara telaten dan penuh kesabaran
Selain itu peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bunda Djusmalinar, SKM, M.Kes selaku Direktur Stikes Sapta Bakti Bengkulu, yang
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk megikuti pendidikan di DIII Keperawatan
Sapta Bakti Bengkulu
2. Bunda Siska Iskandar, MAN Selaku Ka. Program DIII Keperawatan Stikes Sapta Bakti
Bengkulu yang telah membantu mendapatkan fasilitas dan dorongan moril dalam
menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir
3. Bunda Siska Iskandar, MAN selaku ketua penguji I, Bunda Ns. Indaryani, M.kep selaku
penguji II dan Bunda Ns. Novi Lasmadasari, M.Kep selaku penguji III yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis
4. Segenap Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu yang telah
memberikan pengetahuan kepada peneliti
5. Orang Tuaku tercinta yang selalu memberikan do’a dan mendidik dengan kesabaran
untuk keberhasilan putrinya, serta adikku yang selalu memberikan dukungan, semangat
dan rasa saying kepada peneliti.
6. Para sahabatku, teman-teman seperjuangan mahasiswi jurusan DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu yang banyak memberikan bantuan
baik moril dan materil kepada peneliti dan semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian
Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti,
vi
maka peneliti mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang mengembangkan
penelitian selanjutnya.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mohon maaf atas kekurangan tersebut.
Sekiannyaini dapat bermanfaat dengan baik bagi peneliti sendiri maupun pembaca, khusunya
mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
Wasaalamualaikum, Wr. Wb.
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
viii
8. Penatalaksanaan ………………………………………………………………….......... 15
9. Foot Care (Perawatan Kaki) ………………………………………………................... 19
B. Konsep Masalah Keperawatan ………………………………………………………......... 28
C. Konsep Asuhan Keperawatan …………………………………………………………......... 34
1. Pengkajian …………………………………………………………………………......... 34
2. Diagnose Keperawatan ……………………………………………………………........ 36
3. Intervensi Keperawatan ……………………………………………………………....... 39
BAB III METODELOGI PENELITIAN …………………………………………………………………. 49
A. Desain Penelitian ………………………………………………………………………......... . 49
B. Subjek Penelitian ……………………………………………………………………….......... 49
C. Definisi Operasional ……………………………………………………………………......... 49
D. Lokasi dan Waktu ………………………………………………………………………......... 49
E. Tahapan Penelitian …………………………………………………………………….......... 51
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data …………………………………………......... 52
G. Analisa Data …………………………………………………………………………….......... 52
H. Etika Penelitian ………………………………………………………………………............. 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 54
A. HASIL .............. .............................................................................................................. 54
1. Jalannya Penelitian ................................................................................................. 54
2. Hasil Studi ............................................................................................................... 54
a. Pengkajian ....................................................................................................... 54
b. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 56
c. Intervensi Keperawatan ................................................................................... 57
d. Implementasi Keperawatan ............................................................................ 61
e. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 77
B. Pembahasan .................................................................................................................. 77
1. Pengkajian .............................................................................................................. 77
2. Diagnosa Keperawatan .......................................................................................... 78
3. Intervensi Keperawatan .......................................................................................... 79
4. Implementasi Keperawatan .................................................................................... 80
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 84
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 85
B. saran .............................................................................................................................. 86
ix
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xi
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 1 Anatomi dan fisiologi pranceas 9
Gambar 2 WOC DM 13
Gambar 3 Cara menilai ankle brachial index(ABI) 20
Gambar 4 Tahap pelaksanaan penelitian 51
DAFTAR SINGKATAN
xii
ABI : Ankle Brachial Index
DM : Diabetes Melitus
DO : Data Objektif
DS : Data Subjektif
FD2PP : Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial
GDP : Gulah Darah Puasa
GDS : Gula Darah Sewaktu
GLUT : Glucose Transporter
GLUT-4 : Glucose transporter-4
HHNK : Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketolik
IRS : Insulin Recopter Substrate
IV : Intravena
IIDM : Insulin Dependen Diabetes Melitus
NIDDM : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus
Mg/dL : milligram/desiLiter
NPS : Neuropati Perfer Sekunder
NPP : Neuropati Perifer
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PP : Post Prandial
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
WOC : Woarld Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran
xiii
Lampiran 1 Lembar Form Persetujuan Judul
Lampiran 2 Lembar Konsul Dengan Pembimbing
Lampiran 3 Data Penyakit Diabetes Melitus Dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu
Lampiran 4 Format Pengkajian keperawatan untuk mendapatkan data klien
Lampiran 5 lembar Observasi
Lampiran 6 Lembar Subyek Penelitian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan kriteria ekslusi
Lampiran 7 lembar Naskah PSP
Lampiran 8 Lembar Jadwal Penelitian
Lampiran 9 lembar Informed Consent
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus tipe II adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan kadar
gula darah diatas normal (hiperglikemia), perubahan metabolisme lipid, karbohidrat,
protein dan peningkatan resiko penyakit pembuluh darah yang disebabkan
kekurangan hormon insulin dimana hormon ini memiliki fungsi sebagai pengatur
kadar gula darah dengan cara memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi
(Gabriela, Alusinsing, dkk, 2014). Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus tipe
II jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL, kadar gula darah 2 jam setelah tes
toleransi glukosa oral (TTGO) >200 mg/dL dan kadar gula sewaktu >200 mg/dL
(Perkeni, 2015).
Secara global, jumlah penderita diabetes mellitus tipe II diperkirakan berjumlah 425
juta orang dan pada tahun 2045 diperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 629
juta (International Diabetes Fereration, 2017). Indonesia menempati peringkat keenam
di dunia untuk prevalensi penderita DM setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil,
dan Rusia, dengan jumlah 10,276,1 juta jiwa. Padahal sebelumnya data International
Diabetes Melitus (2015), posisis Indonesia menempati peringkat ketujuh di Dunia
dengan jumlah 10 juta jiwa.
Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe II di Indonesia berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi
2,0% pada tahun 2018. Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta. Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta menempati posisi ketiga tertinggi di Indonesia
(RISKESDAS, 2018).
Berdasarkan data yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu diketahui
bahwa pada tahun 2018 terdapat 4.463 orang yang menderita diabetes mellitus tipe II,
yang dimana Puskesmas Telaga Dewa memiliki angka kejadian yang paling tinggi
dibandingkan dengan Puskesmas lainnya di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 1.539
orang.
2
Diabetes mellitus tipe II ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan gangguan fungsi insulin(resitensi insulin).
Resistensi insulin adalah penurunan kemampuan insulin untuk berkerja efektif pada
jaringan target, terutama otot, hati dan lemak.Resistensi insulin berkolaborasi erat
dengan beberapa faktor pencetusnya yaitu obesitas atau kegemukan, usia, gaya hidup
yang salah seperti pola makan yang sembarangan, kurang aktivitas fisik, dan
manajemen stress yang buruk (Smelzer and Bare 2010). Terjadinya resistensi insulin
tidak terlepas dari peran TNF- yang akan menghambat mekanisme persinyalan
insulin dengan cara memblokir IRS ( Insulin Receptor Substrate) yang menyebabkan
gagalnya translokasi suatu molekul transmembran GLUT-4 ke membran sel sehingga
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel yang digunakan oleh sel tersebut sebagai
sumber energi. Glukosa yang tidak terpakai ini akan menyebabkan kadar glukosa
darah meningkat dan terjadinya hiperglikemia (Immanuel, 2013).
Peran perawat dalam merawat klien diabetes adalah memberikan asuhan
keperawatan dalam manajemen hiperglikemia untuk menurunkan keluhan atau
mencegah terjadinya komplikasi. Manajemen hiperglikemia yang dapat dilakukan
ditatanan klinik meliputi observasi yang bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
informasi klien guna menentukan intervensi keperawatan, selanjutnya pelaksanaan
tindakan teraupetik berd asarkan hasil observasi. Beberapa tindakan observasi yang
dapat dilakukan yaitu pemberian nutrisi sesuai dengan program diet, kolaborasi dalam
pemberian insulin, kalium, dan cairan intravena (Rusdianti, 2008).
Pada diabetes mellitus tipe II ini individu mengalami penurunan sensitivitas terhadap
resistensi insulin dan sekresi insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula
glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2010). Tingginya kadar gula
darah dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronis yang mengakibatkan morbiditas
yang cukup tinggi, salah satunya yaitu neuropati dan Penyakit Arteri Perifer.
Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf yang bersifat fokal atau difus terjadi
akibat paparan dari hiperglikemia kronis yang ditandai dengan kesemutan,nyeri, kebas
dan mati rasa (Kengne, 2015). Sedangkan Penyakit arteri perifer(peripheral arterial
disease/PAD) merupakan salah satu tanda bahwa terjadi aterotrombosis pada
pembuluh darah tubuh lainnya. Penyempitan hingga oklusi pembuluh darah
3
nonenzimatik mailard reaction antara protein dan reactive carbonyl dan dicarbonyl
compound. Degradasi dan glikosilasi protein menghasilkan terbentuknya a-dicarbonyl,
3-deoxyglucosone (3GD), yang kemudian akan membentuk advanced glication end
product (AGEs), dan akhirnya menyebabkan terjadinya neuropati perifer diabetik
(Loughlin, D.T, & Arlett, 2012).
Pencegahan terjadinya gangguan pada vaskularisasi perifer dan gangguan sensasi
dalam pilar pengelolaan diabetes mellitus tipe II merupakan bentuk tindakan non
farmakologis. Terdapat beberapa tindakan non farmakologis untuk menengah
terjadinya penyakit arteri perifer dan neuropati. Salah satunya ialah dalam bentuk
exercise (Hinkle & Cheveer, 2014; Sogondo, dkk. 2009). Salah satu exercise yang
direkomendasikan adalah senam kaki diabetes. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa adanya hubungan senam kaki dengan nilai ABI dan sensitivitas kaki (Wahyuni,
2016; Priyanto, 2013). Senam kaki diabetes terdiri dari gerakan-gerakan yang
melibatkan sendi-sendi kaki yang dimulai dari menggerakkan sendi jari-jari kaki
kemudian pergelangan kaki dan lutut (RSI Sultan Agung, 2010; Setiawan, 2013).
Senam kaki adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredarah darah pada kaki.
Senam kaki dapat membantu melancarkan peredaran darah dan otot-otot kecil kaki dan
mencegah perubahan bentuk kaki selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis,
otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi(Anneahira, 2011). Untuk itu
senam kaki bisa dilakukan oleh pasien diabetes mellitus secara mandiri untuk
mencegah adanya luka. Latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh ke dua kaki
secara bergantian atau bersamaan untuk memperkuat atau melenturkan otot-otot di
daerah tungkai bawah kaki terutama pada kedua pergelangan kaki dan juga jari-jari
kaki (Santi Damayanti, 2016). Dalam jurnal ipteks terapan dengan judul “ senam kaki
diabetik meningkatkan ankle branchial index pasien diabetes mellitus tipe II”
menyatakan bahwa rata-rata nilai ABI sebelum dilakukan senam kaki adalah 0.62
dengan kategegori sedang dan rata-rata nilai ABI setelah dilakukan senam kaki adalah
0.93 dengan kategori normal. Senam kaki dilakukan selama 30 menit dalam waktu 7
hari menunjukan efektif dalam meningkatkan nilai ABI pada pasien diabetes mellitus
tipe II.
5
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non invasive
salah satunya adalah dengan pemeriksaan angkle brachial index . Nilai ABI pada
pasien ABI >1.0 dan apabila <0.9 beresiko terjadi gangguan perifer oleh karena itu
skrening yang tepat untuk pasien diabetes mellitus tipe II adalah dengan mengukur
ABI. Hubungan ABI dan keparahan ulkus diuji dengan analisis koefesien koreksi
spearman dan mendapatkan nilai P = 0,008 yang menunjukkan makin rendah nilai ABI
maka nilai keparahan ulkus semakin besar (Kristiani et al, 2015). Nilai ABI diambil
adalah tekanan darah sistolik yang tertinggi pada kedua kaki dibagi tekanan sistolik
tertinggi di kedua tangan. Interprestasi ABI menujukkan keadaan sirkulasi darah pada
tungkai bawah. Nilai ABI terdiri dari empat kategori yaitu normal ( 0.90-1.40), obstruksi
ringan (0.71-0.90) obstruksi sedang (0.41-0.70) dan obstruksi berat (≤ 0.40). (Aboyans
et al, 2012).
Deteksi dini terhadap adanya gangguan sensani perlu dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan neurologi. Pemeriksaan neurologi dalam hal ini pemeriksaan sensasi kaki
salah satunya melalui Ipswich Touch Test yaitu merupakan metode baru yang
sederhana dan tanpa alat untuk pemeriksaan neurosensori kaki diabetik. Yang
sederhana, cepat dilakukan, tanpa biaya, dan dapat dilakukan sebagai skrining
neuropati diabetik. Ipswich Touch Test adalah tes sederhana dalam mendeteksi
neuropati diabetik Dengan cara menyentuh ujung jari kaki pertama, ketiga dan kelima
menggunakan jari pemeriksa selama 1-2 detik. Sentuhan harus lembut. Bila pasien
tidak merasakan sentuhan ≥ 2 detik maka dinyatakan neuropati (Rayman, 2012).
Dalam peneltian Sharma, Kerry, Atkins & Rayman, (2014), IpTT bisa digunakan oleh
tenaga non professional dirumah dan diklinik dengan sensitivitas dirumah dan diklinik
(78,3-81,2%) sedangkan spesifitasnya (93,9% dan 96,4%).
Selain dengan melakukan senam kaki untuk mencegah sensitivitas pada kaki,
perawatan kaki juga sangat dibutuhkan oleh para penderita diabetes mellitus. Untuk
mencegah terjadinya ulkus kaki diabetic, penderita DM perlu melakukan perawatan
kaki. Perawatan kaki merupakan sebagian dari upaya pencegahan primer pada
pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya luka. Perawatan
kaki mencakup mengetahui adanya kelainan kaki secara dini, memotong kuku kaki
dengan benar, pemakaian alas kaki yang baik, menjaga kebersihan dan senam kaki.
6
Hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki
atau dengan penggunaan alat-alat atau benda yang tajam. Pasien perlu mengetahui
perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga tidak terjadi ulkus (Tambunan, 2014).
Pemeriksan kaki setiap hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah
cidera awal untuk mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap
hari setelah mandi, sebelum mandi atau pada saat mandi dan sebelum menggunakan
alas kaki atau kaos kaki. Pemeriksaan kaki harus dilakukan dengan pencahayan yang
bagus, untuk mengetahui ada luka atau tidak, pemeriksaan kaki dengan memeriksa
bagian atas atau punggung kaki, telapak kaki, sisi kanan, sisi kiri, atau telapak kaki bisa
dengan cara menekuk kaki menghadap wajah (Heiztman, 2010). Mencuci kaki dan
diantara jari-jari dengan air hangat dan tidak panas, menggunakan sabun, kemudian
dikeringkan dengan kain lembut. Kelembapan kaki harus dijaga tujuannya untuk
mencegah kulit menjadi kering. pemberian pelembab pada kaki tidak boleh pada celah
jari-jari kaki karena akan beresiko terjadinya infeksi oleh jamur. Pemotongan kuku
harus lurus tidak boleh melengkung untuk menghindari terjadinya lesi. Kuku tidak boleh
panjang tujuannya untuk menghindari terjadinya resiko luka pada kaki.
Klien diabetes mellitus tipe II diharuskan menggunakan alas kaki, baik didalam
ruangan maupun diluar rumah, pada musim dingin menggunakan kaos kaki katun untuk
melindungi kulit dari cuaca dingin dan basah. Kaos kaki tidak boleh memiliki lubang
atau bersambung, memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastik yang menyebabkan
cidera pada kulit. Kaos kaki wajib diganti setiap hari untuk mencegah kelembapan dari
keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit. Memakai alas kaki atau sandal untuk
melindungi kaki agar tidak terjadi luka, didalam rumah maupun diluar rumah.
Pemakaian alas kaki tidak boleh sandal jepit akan menyebabkan luka pada sela-sela
jari. Pemakaian sepatu harus nyaman dan tidak sempit, sepatu harus mengikuti bentuk
kaki, dan terbuat dari bahan yang lembut dengan tempat tumit kaku. Menyimpan
sepatu harus pada yang udara kering pada malam hari untuk mencegah penumpukan
air, yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit lebih lanjut ( Heiztman, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan penelitian untuk
mengaplikasikan asuhan keperawatan pencegahan kaki diabetikum yang tujuannya
untuk mencegah terjadinya kaki diabetik pada kaki diabetes mellitus tipe II. Pada kasus
7
diabetes mellitus tipe II masalah keperawatan yang akan diatasi secara studi kasus
tidak hanya defisit nutrisi, perfusi perifer tidak efektif, resistensi urin, keletihan,
gangguan integritas kulit tetapi juga resiko syok dan resiko infeksi. Maka dari itu penulis
tertarik untuk menyusun studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki
Diabetikum Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini adalah Bagaimanakah Asuhan Keperawan Pencegahan Kaki Diabetikum
Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah
Kerja Puskesmas Telaga Dewa.
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Kasus Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki Diabetikum
Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa.
2. Tujuan Khusus
a. Telah dikukan pengkajian pada pasien diabetes mellitus tipe II
b. Telah dilakukan diagnosa pada pasien diabetes mellitus tipe II
c. Telah dilakukan intervensi pada pasien diabetes mellitus tipe II
d. Telah dilakukan implementasi pada pasien diabetes mellitus tipe II
e. Telah dilakukan evaluasi pada pasien diabetes mellitus tipe II
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
peneliti dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus
tentang pelaksanaan pencegahan kaki diabetikum dengan cara foot care(perawatan
kaki) untuk mencegah terjadinya kaki diabetic pada pasien diabetes tipe II
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
badan. Selain itu, proses penuaan juga mengakibatkan penurunan fungsi sel
beta pankreas sebagai penghasil insulin (Brunner & Suddarth, 2015).
b. Riwayat keluarga
Diabetes mellitus tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.Seorang anak
memilikirisiko 15 % menderita diabetes mellitus tipe II jika kedua salah satu dari
kedua orang tuanyamenderita diabetes tipe II. Anak dengan kedua orang tua
menderita diabetes mellitus tipe II mempunyai risiko 75 % untuk menderita
diabetes mellitus tipe II dan anak dengan ibu menderita diabetes mellitus tipe II
mempunyai risiko 10-30 % lebih besar daripada anak dengan
ayahmenderitadiabetes mellitus tipe II(Soegondo, 2010).
c. Obesitas
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukan ketidakseimbangan antara
tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh yang melampauin
ukuran ideal, Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin
resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat
badan terkumpul di daerah sentral atau perut ( central obesity). Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah (Sumanto, 2013).
d. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
tubuh dapat memicu timbulnya diabetes mellitus, hal ini dikarenakan jumlah atau
kadar insulin oleh sel β pankreas memiliki kapasitas maksimum untuk
disekresikan. Oleh karena itu mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan
tidak diimbangin dengen sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat
menyebabkan diabetes mellitus (Wiyajakusuma, 2014).
e. Kurangnya Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan dirubah menjadi
energi pada saat beraktifitas fisik. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin
meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang
jarang berolahraga atau kurang beraktifitas fisik, zat makanan yang masuk
kedalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun didalam tubuh sebagai lemak dan
11
gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka
akan menimbulkan diabetes mellitus (Kemenkes, 2010).
f. Stress
Adanya peningkatan risiko diabetes mellitus pada kondisi stress disebabkan
oleh produksi hormone kortisol secara berlebihan pada saat seseorang
mengalami stress. Produksi kortisol yang berlebih ini akan menyebabkan sulit
tidur, depresi, yang kemudian akan membuat individu tersebut menjadi lemas
dan nafsu makan berlebih. Oleh karena itu, ahli nutrisi biologis Shawn Talbott
menjelaskan bahwa pada umumnya orang yang mengalami stres panjang juga
akan mempunyai kecenderungan berat badan berlebih yang merupakan salah
satu faktor diabetes mellitus (Siagian, 2012).
3. Anatomi dan Fisiologi
Pankreas adalah organ yang panjang dan ramping. Pankreas memiliki panjang
15-20 cm (6-8 inci), lebar 3,8 cm (1,5 inci), berat 80 gram dan terdapat ±200.000-
1.800.000 pulau Langerhans. Pankreas terletak di retroperitoneal dan dibagi
menjadi 3 segmen utama yaitu kaput, korpus dan kauda.Kaput terletak pada bagian
cekung duodenum dan kauda menyentuh limpa.Pankreas merupakan kelenjar
majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin.Jaringan eksokrin
12
sangat penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama pada
metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat berperan dalam proses utilisasi
glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak dan hati.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan
sejenis reseptor (Insulin Receptor Substrate = IRS) yang terdapat pada membrane
sel tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal
yang berguna bagi proses metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak.
Setelah berikatan, transduksinya berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4
(glucose transporter-4).Proses sintesis dan transaksi GLUT-4 inilah yang bekerja
memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami
metabolisme. Untuk menghasilkan suatu proses metabolisme glukosa normal,
selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula
aksi insulin yang berlangsung normal (Manaf A, 2010).
Resistensi insulin adalah penurunan kemampuan insulin untuk berkerja efektif
pada jaringan target, terutama otot, hati dan lemak.Resistensi insulin berkolaborasi
erat dengan beberapa faktor pencetusnya yaitu obesitas atau kegemukan, usia,
gaya hidup yang salah seperti pola makan yang sembarangan, kurang aktivitas fisik,
dan manajemen stress yang buruk (Smelzer and Bare 2010). Terjadinya resistensi
insulin tidak terlepas dari peran TNF- yang akan menghambat mekanisme
persinyalan insulin dengan cara memblokir IRS ( Insulin Receptor Substrate) yang
menyebabkan gagalnya translokasi suatu molekul transmembran GLUT-4 ke
membran sel sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel yang digunakan
oleh sel tersebut sebagai sumber energi. Glukosa yang tidak terpakai ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan terjadinya hiperglikemia
(Immanuel, 2013).
Kadar glukosa darah yang tinggi yang melewati ambang batas ginjal selanjutnya
berakibat pada proses filtrasi yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini
mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke dalam urin yang disebut
glukosuriayang menarik air dan mencegah reabsorbsi cairan oleh tubulus sehingga
volume urin meningkat dan terjadilah poliuria.Pengeluaran cairan tubuh berlebih
akibat poliuria disertai dengan adanya hiperosmolaritas ekstrasel yang
14
Usia, obesitas, pola makan, Resistensi Insulin dan Sekresi Insulin Gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk dalam
kurang aktifitas fisik. sel
Ketoasidosis
Bagan 2.2 WOC DM TIPE II(Amin Huda Nurarif & Hardi Kusuma, 2017)
17
6. Komplikasi
Menurut Brunner & Suddart (2015), komplikasi diabetes mellitus tipe II dibagi
menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Yang dimana komplikasi akut
dan kronis tersebut terdiri dari :
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar gula darah dibawah nilai normal yaitu <50
mg/dL. Gejala umum hipoglikemia adalah lapar, gemetar, mengeluarkan
keringat, jantung berdebar-debar, pusing, pandangan menjadi gelap, gelisah
serta bisa koma. Apabila tidak segera ditolong akan terjadi kerusakan otak
dan mengakibatkan kematian. Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidoses diabetik merupakan dekompensasi metabolic yang ditandai
dengan hiperglikemia, asidosis, dan ketosis terutama yang disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif.Ketoasidosis diabetik biasanya
mengalami dehidrasi berat sampai menyebabkan syok.
3) Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik (HHNK)
Hiperglikemik Hiperosmoler Non Ketotik merupakan komplikasi yang
mengancam nyawa ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
tinggi sekitar >600mh/dL disertai hyperosmolar tanpa adanya ketosis.
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi Makrovaskuler adalah terjadinya penyumbatan pada pembuluh
darah besar sehingga menyebabkan artherosklerosis.Akibat artherosklerosis
dapat timbul penyakit jantung koroner, stroke, dan gangren pada kaki.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi Mikrovaskuler adalah hiperglikemia yang persisten dan
pembentukan protein terglikasi yang menyebabkan dinding pembuluh darah
semakin lemah dan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah kecil,
18
Tabel 2.2 Hasil indikasi kadar gula darah puasa sebagai Patoka diagnosis
siabetes mellitus tipe II.
Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL)
Kadar Gula Darah Puasa Diabetes Mellitus Belum Pasti
Diabetes Mellitus
Plasma Vena >126 110-120
Darah Kapiler >110 90-110
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
1) Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan obat yang memicu sekresi insulin
(1) Sulfonyurea
(2) Khorphopamid
(3) Glibenklamid
(4) Gliklasid
(5) Glipsid
(6) Glimedpiride
(7) Glikluidon
19
(5) Bagian bawah sepatu insole tidak kasar dan licin terbuat dari bahan
busa karet.
(6) Ruang sepatu longgar sesuai dengan bentuk kaki.
(7) Periksa sepatu sebelum dipakai terutama di dalam sepatu apakah
ada kerikil, benda benda tajam (duri dan jarum), lepas sepatu
setelah 4-6 jam memakai sepatu serta gerakkan pergelangan dan
jari-jari agar sirkulasi arah baik terutama saat pemakaian sepatu
baru.
(8) Bila menggunakan sepatu baru lepas setiap 2 jam lalu periksa kaki.
b) Prosedur pencegahan cidera kaki.
(1) Memakai sepatu atau alas kaki yang sesuai dan nyaman dipakai.
(2) Selalu memeriksa bagian dalam sepatu atau alas kaki sebelum
memakainya
(3) Selalu memakai alas kaki baik di dalam ruangan maupuan di luar
ruangan.
(4) Gunakan kaos kaki saat memakai alas kaki. Hindari pemakaian
kaos kaki yang salah, kaos kaki ketat akan mengurangi atau
mengganggu sirkulasi, jangan pula menggunakan kaos kaki tebal
karena dapat mengiritasi kulit ataupun kaos kaki yang terlalu
besar karena ukurannya tidak pas pada kaki. Sepatu harus
terbuat dari bahan yang baik untuk kaki/tidak keras.
(5) Bila terdapat corns dan kalus di kaki gunakan batu pomice untuk
menghilangkannya.
(6) Selalu mengecek suhu air ketika akan membersihkan kaki.
(7) Hindari merokok untuk mencegah kurangnya sirkulasi darah ke
kaki.
(8) Melakukan senam kaki secara rutin.
(9) Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki
setiap kontrol.
(10) Jika ada luka/lecet, tutup luka/lecet tersebut dengan kasa kering
setelah diberikan antiseptik di area yang cedera.
27
(11) Bila luka tidak sembuh, segera mencari tim kesehatan khusus
yang ahli dalam menangani luka diabetes.
Tabel 2.3 Prosedur Cara perawatan kaki pada pencegahan ulkus
diabetikum
N SOP Gambar
o
1 Bersikan kaki setiap hari
dengan air bersih dan sabun
mandi pada saat mandi. Bila
perlu gosok kaki dengan
gosok lembut dan bisa juga
mengggunakan batu apung.
Keringkan kaki dengan
handuk lembut untuk
membersikan kaki termasuk
daerah selah jari.
Sumber:https://www.bing.com
2 Berikan pelembab lotion, pada
daerah kaki yang kering agar
tidak menjadi retak (bukan
disela-sela jari) Karena jika
diberikan pada sela-sela jari
menjadi lembab akan dapat
menimbulkan jamur. Sumber : https://www.bing.com
3 Gunting kuku normal
mengikuti bentuk normal jari
kaki, jangan terlalu dekat
dengan kulit, kemudian kikir
kuku agar tidak tajam.
Sumber : https://www.bing.com
4 Memakai alas kaki sepatu
atau sandal untuk melindungi
kaki agar tidak terjadi luka, di
dalam rumah maupun diluar
rumah. Hindari sandal jepit
yang dapat menyebabkan luka
pada sela jari.
Sumber : https://www.bing.com
28
Sumber : https://www.bing.com
6) Senam kaki
a) Pengertian Senam Kaki
Senam kaki adalah kegiatan yang dilakukan oleh pasien diabetes
mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredarah darah pada kaki. Senam kaki dapa membantu melancarkan
peredaran darah dan otototot kecil kaki dan mencegah perubahan bentuk
kaki selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga
mengatasi keterbatasan gerak sendi. (Anneahira, 2011). Untuk itu senam
kaki bisa dilakukan oleh pasien diabetes mellitus secara mandiri untuk
mencegah adanya luka. Latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh ke dua kaki secara bergantian atau bersamaan untuk memperkuat
atau melenturkan otot-otot di daerah tungkai bawah kaki terutama pada
kedua pergelangan kaki dan juga jari-jari kaki (Santi Damayanti, 2016).
b) Tujuan Senam Kaki
(1) Membantu melancarkan peredaran darah.
(2) Memperkuat otot-otot kecil.
(3) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
(4) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha.
(5) Mengatasi keterbatasan gerak sendi.
(6) Mencegah terjadinya luka. (Santi Damayanti, 2015)
(1) Indikasi
Saat di diagnosa diabetes mellitus sebaiknya melakukan senam
kaki untuk pencegahan dini, karena senam diabetes mellitus bisa
dilakukan atau diberikan oleh semua tipe diabetes mellitus.
(2) Kontraindikasi
Klien yang mengalami nyeri dada dan perubahan fungsi fisiologis
(dipsnu), klien yang depresi cemas dan khawatir. Keadaan keadaan
tersebut perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan senam kaki
(Anneahira, 2011).
d) Hal yang diperhatikan sebelum Senam Kaki
(1) Kesadaran dan keadaan umum klien.
(2) Tanda tanda vital klien.
(3) Cek respiratori klien.
(4) Perhatikan indikasi dan kontraindikasi.
(5) Kaji dan perhatikan status emosi klien (mood atau suasana hati,
motivasi klien).
e) Metedologi Senam Kaki
(1) Alat yang digunakan
(a) Koran
(b) Kursi duduk
(2) Persiapan Klien
(a) Kontrak topik.
(b) Kontrak waktu.
(c) Kontrak tempat.
(d) Tujuan dilakukan senam kaki.
(Anneahira, 2011).
(3) Prinsip
(a) Menggerakkan seluruh sendi kaki.
(b) Sesuaikan kemampuan dan kondisi klien.
(Santi Damayanti, 2015)
(4) Posisi Senam Kaki
(a) Duduk .
30
(b) Terbaring (jika tidak mampu untuk duduk saat melakukan senam
kaki).
(Santi Damayanti, 2015).
(5) Prosedur Senam Kaki
Tabel.2.4 Prosedur senam kaki
No SOP Gambar
1 Duduk tegak diatas bangku (tanpa
bersandar) kedua kaki menyentuh lantai,
lepas alas kaki.
Tabel 2.5 Konsep masalah keperawatan yang sering muncul pada klien diabetes
mellitus tipe II menurut SDKI (2017)
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa 8) Gangguan metabolik bawaan
Darah (misalkan : gangguan
a. Definisi penyimpanan lisosomal,
Variasi kadar gula darah galaktpsemia, gangguan
naik/turun dari rentang normal. penyimpanan glikogen)
b. Penyebab c. Gejala Tanda Mayor
Hiperglikemia 1) Subjektif
1) Disfungsi pancreas Hiperglikemia
2) Resistensi insulin a) Lelah atau lesu
3) Gangguan toleransi glukosa Hipoglikemia
darah a) Mengantuk
4) Ganggu an glukosa darah b) Pusing
puasa 2) Objektif
Hipoglikemia Hiperglikemia
1) Penggunaan insulin atau obat a) Kadar glukosa dalam
glikemik oral darah/urin tinggi
2) Hiperinsulinemia (misal : Hipoglikemia
insulinoma) a) Gangguan koordinasi
3) Endokrinopati (misalkan : b) Kadar glukosa dalam/urin
kerusakan adrenal atau rendah
pituitari) d. Gejala Tanda Minor
4) Disfungsi hati 1) Subjektif
5) Efek agen farmakologis Hiperglikemia
6) Disfungsi ginjal kronis a) Mulut kering
7) Tindakan pembedahan b) Haus meningkat
neoplasma Hipoglikemia
a) Palpitasi
b) Mengeluh lapar
2) Objektif
Hiperglikemia
33
3) Ketidakmampuan 1) Stroke
mengabsorbsi nutrient 2) Parkinson
4) Peningkatan kebutuhan 3) Mobius syndrome
metabolism 4) Cerebral palsy
5) Faktor ekonomis (misalkan : 5) Cleft lip
finansial tidak mencukupi) 6) Cleft palate
6) Faktor psikologis (misalkan : 7) Amyotropic lateral sclerosis
stres, keenganan untuk 8) Kerusakan neuromuscular
makanan) 9) Luka bakar
c. Gejala Tanda Mayor 10) Kanker
1) Subjektif 11) Infeksi
(tidak tersedia) 12) AIDS
2) Objektif 13) Penyakit Crohn’s
a) Berat badan menurun 14) Enterokolitis
minimal 10% di bawah 15) Fibrosis kistik
rentang ideal 5. Hipovolemia
d. Gejala Tanda Minor a. Definisi
1) Subjektif Penurunan volume cairan
a) Cepat kenyang setelah intravaskuler, interstisial dan atau
makan intraseluler
b) Kram/nyeri abdomen b. Penyebab
c) Nafsu makan menurun 1) Kehilangan cairan aktif
2) Objektif 2) Kegagalan mekanisme
a) Bising usu hiperaktif regulasi
b) Otot pengunyah lemah 3) Peningkatan permeabilitas
c) Otot menelan lemah kapiler
d) Membran mukosa pucat 4) Kekurangan intake cairan
e) Sariawan 5) evaporsi
f) Serum albumin turun c. Gejala Tanda Mayor
g) Rambut rontok berlebihan 1) Subjektif: -
h) Diare 2) Objektif
e. Kondisi Klinis Terkait a) Frekuensi nadi meningkat
36
b. Pemeriksaan Fisik
Tabel 2.7 Hasil Pemeriksaan fisik klien diabetes mellitus tipe II
Observasi Hasil Observasi
Sistem Kardiovaskuler Dapat ditemukan pasien dengan diabetes mellitus
bisa mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi
dikarenakan adanya komplikasi peyakit diabetes
yang kronis. Sedangkan pernapasan, nadi dan suhu
menyesuaikan dengan kondisi klien.
Sistem Integumen Berdasarkan teori biasanya klien dengan diabetes
mellitus mengalami turgor kulit menurun, terdapat
ulkus pada kaki dan proses penyembuhannya lama,
terdapat kemerahan pada kulit sekitar luka.
41
c. Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 2.8 Hasil pemeriksaan diagnostik klien dengan diabetes mellitus tipe II
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium a. Gula darah sewaktu
b. Kadar gula darah puasa
c. Tes toleransi gula darah
d. Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes
mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL
(11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >126 mg/dL (7,8
mmol/L)
e. Gula darah dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat 2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dL
42
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Tabel 2.9 Analisa Data klien dengan diabetes mellitus tipe II
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Resistensi insulin dan Ketidakstabila kadar
Hiperglikemia sekresi insulin glukosa darah
1. Lelah atau lesu
2. Mulut kering Gula dalam darah tidak
3. Haus meningkat dapat dibawa masuk
DO : dalam sel
1. Kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi Hiperglikemia
2. Jumlah urin meningkat
Ketidakstabila kadar
glukosa darah
2. DS : Hiperglikemia perfusi perifer tidak
1. Parastesia efektif
2. Nyeri ekstremitas Vikositas darah
(klaudikasi intermiten) meningkat
DO :
1. Nadi perifer menurun Aliran darah lambat
atau tidak teraba
2. Akral teraba dingin Iskemik jaringan
3. Warna kulit pucat
4. Turgor kulit menurun Perfusi perifer tidak
Pengisian kapiler >3 detik efektif
3. DS : Hiperglikemia Keletihan
1. Merasa energy tidak
pulih walaupun telah Vakositas darah
tidur meningkat
2. Merasa kurang tenaga
3. Mengeluh lelah Aliran darah lambat
4. Libido menurun
DO : Iskemik Jaringan
1. Tidak mampu
mempertahankan Keletihan
aktifitas
43
2. Tampak lesu
3. Kebutuhan istirahat
meningkat
4. DS : Hiperglikemia Defisit Nutrisi
1. Cepat kenyang
setelah makan Batas melebihi
2. Kram/nyeri abdomen ambang ginjal
3. Nafsu makan
menurun Glukosuria
DO :
1. Berat badan Kehilangan kalori
menurun minimal
10% dibawah Sel kekurangan bahan
rentang normal untuk metabolisme
2. Bising usus hiperaktif
3. Otot pengunyah Defisit Nutrisi
lemah
4. Otot menenlan
lemah
5. Membrane mukosa
kering
6. Sariawan
7. Serum albumin turun
8. Diare
5. DS : Hiperglikemia Hipovolemia
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus Batas melebihi
DO : ambang ginjal
1. Frekuensi nadi
meningkat Glukosuria
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah Dieresis Osmotik
menurun
4. Tekanan nadi Poliuri
menyempit
5. Turgor kulit menurun Hipovolemia
6. Membrane mukosa
kering
7. Volume uring menurun
8. Hemaktorit meningkat
9. Pengisian vena
menurun
10.Status mental berubah
11.Suhu tubuh meningkat
12.Konsentrasi urin
meningkat
44
Dehidrasi
Risiko syok
8. Peningkatan kadar gula Anabolisme protein Resiko infeksi
darah yang tinggi menurun
menyebabkan respon
sistem imun menjadi Kerusakan pada
lambat saat terpapar oleh antibodi
suatu kuman penyakit,
sehingga meningkatkan Kekebalan tubuh
peluang terjadinya infeksi. menurun
Risiko infeksi
9 DS : Sel kekurangan bahan Hipervolemia
1. Ortopnea untuk metabolisme
2. Dispnea
3. Paroxysmal nocturnal Pemecah protein
dyspnea (PND)
DO : Ureum meningkat
45
1. Edema anasarka
dan/atau edema Uremia
perifer
2. Berat badan Kerusakan pada ginjal
meningkat dalam
waktu singkat Hipervolemia
3. Jugular venous
pressure (JVP)
dan/atau central
venous pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular
positif
5. Distensi vena
jugularis
6. Terdengar suara
tambahan
7. Hepatomegali
8. Kadar Hb/Ht turun
9. Oliguria
10. Intake lebih banyak
dari output (balans
cairan positif)
11. Kongesti paru
b. Rumusan Diagnosa
1) Ketidakstabilan kadar guloksa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh lapar,
mengeluh haus dan lelah
2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun, akral
teraba dingin, penyembuhan luka lama
3) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis ditandai dengan tidak
mampu mempertahankan aktifitas rutin, tampak lesu, kebutuhan istirahat
meningkat
46
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan rehabilitasi medis atau ahli fisiologi olahraga
Diagnosa 6 :Risiko gangguan integritas kulit atau jaringan ditandai dengan perubahan
sirkulasi
Intervensi
Intervensi utama :
Perawatan integritas kulit/jaringan
Observasi :
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (misalkan : perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ektream,
penurunan mobilitas)
Teraupeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
3. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
4. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan pelembab (misalkan : lotion, serum)
2. Anjurkan minum air putih yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutiri
4. Anjurkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstream
6. Anjurkan untuk menggunkan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar
ruangan
54
3. Monitor pernapasan
4. Monitor subuh tubuh
Teraupeutik :
1. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan proses pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Teraupeutik :
1. Dokumentasikan informasi vaksinasi (nama produsen, tanggal kadaluwarsa)
2. Jadwalkan imunisasi pada intercval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (misalkan : hepatitis B,
BCG, difteri, tetanus, pertussis, H.influenza, polio, campak, measies, rubella)
3. Infromasikan vaksinasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah (misalkan : influenza, pneumokokus)
4. Informasikan vaksinisasi untuk kejadian khusus (misalkan : rabies, tetanus)
4. Monitor hasil pemeriksaan (mis. hemaktorit, Na, K, CI, berat jenis urin, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis, MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Teraupetik
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
56
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah
asuhan keperawatan dengan diagnosa diabetes mellitus tipe II dengan Metode
deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi
pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,
mengumpulkan, membahas studi dengan pendekatan proses keperawatan dengan
langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Notoatmodjo, 2010).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam studi kasus Diabetes Melitus Tipe II dengan
1. Kriteria Inklusi sebagai berikut :
a. Klien terdiagnosa diabetes mellitus tipe II dengan kadar glukosa sewaktu ≥ 250
mg/dL
b. Klien terdiagnosa diabetes melitus >3 tahun
c. usia ≥ 30 tahun
2. Kriteria Ekslusi sebagai berikut :
a. Klien diabetes mellitus tipe II dengan ulkus diabetikum
b. Pasien diabetes mellitus tipe II dengan komplikasi stroke
C. Definisi Operasional
1. Foot care (perawatan kaki) adalah tindakan asuhan keperawatan yang meliputi
kebersihan, kelembapan, pemotongan kuku, pemilihan sepatu, senam kaki dan
pemantauan sirkulasi.
2. Klien DM tipe II adalah responden yang berada pada wilayah kerja Puskesmas
Telaga Dewa Kota Bengkulu.
57
Tahapan penelitian
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki Diabetikum Dengan Foot Care (Perawatan
Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Tidak bersedia
Pemaparan manfaat asuhan keperawatan
pencegahan kaki diabetikum dengan foot care
pada pasien diabetes melitus tipe II
Bersedia
Pengkajian
G. Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo, 2010) etika penelitian yaitu sebuah persetujuan dari komite
etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang dilakukan ini tidak
membahayakan responden penelitian. Hal yang harus peneliti penuhi dalam etika
penelitian yaitu:
1) Informed consent (Lembar Persetujuan)
Responden telah menyetujui informed consent sebelum dilakukannya intervensi
pencegahan kaki diabetikum dengan foot care (perawatan kaki).
2) Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden penulis tidak mencantumkan
nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada lembar
pengumpulan data yang akan diisi oleh responden sehingga identitas responden
tidak diketahui oleh publik.
3) Confidential (Kerahasiaan)
Penulis tidak akan menyebarkan informasi yang diberikan oleh responden dan
kerahasiaannya akan dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitiaan.
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Jalannya Penelitian
a. Persiapan
Persiapan penelitian yang pertama dimulai dengan mencari sebuah
masalah setelah mendapatkan masalah penulis mulai menyusun proposal ±
selama sebulan. Setelah itu dilakukan ujian proposal dan perbaikan proposal
selama 2 minggu. Kemudian mengajukan surat izin penelitian ke Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Bengkulu selama 3 hari. Pada tanggal 11
maret 2020 surat perizinan untuk melakukan penelitian keluar.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian mengalami perubahan metode dan lokasi penelitian.
Hal ini dikarenakan adanya wabah pandemi covid-19 dan diberlakukan social
distancing sehingga penelitian tidak dapat dilaksanakan sesuai rencana dan
persiapan. Penelitian ini merupakan hasil penelusuran artikel kasus di media
online dan dibahas dan ditulis secara ilmiah berdasarkan literatur sumber yang
ilmiah
2. Hasil Studi Kasus
a. Pengkajian
Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
Anamnesa Hasil Anamnesa
Identitas Nama Ny.H, Usia 56 tahun, Jenis Kelamin
perempuan, Agama islam, Pendidikan SMP,
Status Perkawinan Menikah, Pekerjaan Ibu
Rumah Tangga,
Identitas penanggung jawab Nama Tn.P, Usia 58 tahun, Jenis kelamin laki-
laki, agama islam, pendidikan SMA, pekerjaan
wiraswasta
Keluhan Utama Ny.H mengatakan mudah lelah ketika
beraktivitas, telapak kaki sering terasa
kesemutan dan kebas.
62
Tabel 4.2 Hasil Pengkajian Fisik Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe
Observasi Hasil observasi
Tanda-Tanda Vital Kesadaran composmentis, GCS 15 (E=4 M=5
V=6) Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi
92x/menit, Pernapasan 22x/menit, suhu 37 0C
Sistem pernafasan Pernapasan 22x/menit, klien tidak sesak, tidak
batuk, bentuk dada simetris, pola napas teratur,
suara napas vesikuler dan pernapasan cuping
hidungntidak ada
Sistem kardiovaskuler Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi : 92x/menit,
Pernapasan : 22x/menit, tida ada keluhan nyeri,
akral dingin, konjungtiva ananemis, bunyi jantung
normal, tidak ada nyeri, CRT kembali >3 detik,
nadi perifer menurun.
Sistem persyarafan Kesadaran composmentis, GCS 15(E=4 M=5
V=6), konjungtiva ananemis, sclera anikterik,
pupil isokor dan tidak ada nyeri, istirahat/tidur 7-8
jam per hari, dan tidak mengeluh pusing,
Sistem Perkemihan Tidak ada nyeri saat buang air kecil, warna
kuning jernih dan berbau khas, intake cairan
63
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
Jenis Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan GDS Gula Darah Sewaktu : 278 mg/Dl
b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa Data
Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe
NO Data Data Masalah
1 DS : klien mengatakan Resistensi insulin dan Ketidakstabilan kadar
Sering lapar, haus, sekresi insulin glukosa darah
lemas, dan mulut
kering. Gula dalam darah tidak
DO : 1. GDS 278 mg/dL dapat dibawa masuk
64
fisiologis olahraga
2. Jelaskan jenis latihan yang sesuai
dengan kondisi kesehatan
3. Jelaskan frekuensi, duraso, dan intensitas
program latihan yang diinginkan
4. Ajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
5. Ajarkan teknik menghindari cedera saat
berolahraga
6. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan
oksigen selamat latihan fisik.
2 Perfusi perifer tidak efektif Intervensi utama :
berhubungan dengan Perawatan sirkulasi
hiperglikemia ditandai dengan Observasi :
pengisian kapiler > 3 detik, akral 4. Periksa sirkulasi perifer (misalkan : nadi
terba dingin, turgor kulit menurun perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
dan nilai ankle brachial indeks < suhu)
0.90 5. Identifikasi faktor risiko gangguan
sirkulasi (misalkan : diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi, dan kadar kolestrol
tinggi)
6. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ektremitas
Terapeutik :
6. Hindari pemasangan infus dan
pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
7. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ektremitas dengan keterbatasan perfusi
8. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
9. Lakukan perawatan kaki dan kuku
10.Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi :
8. Anjurkan untuk berhenti merokok
9. Anjurkan berolahraga rutin
10.Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
11.Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolestrol)
12.Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
13.Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (misalkan : melembabkan kulit
67
g. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.6 Hasil Implementasi Keperawatan Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
No Hari/Jam Diagnosa Implementasi Respon Hasil Evaluasi Formatif
1 Hari ke-1, Ketidakstabilan Manajemen utama : Manajemen S : klien mengatakan
jam 09.00 kadar guloksa darah hiperglikemia 1. Hasil GDS 278 mg/dL sering lapar, haus,
wib berhubungan 1. Memeriksa kadar glukosa darah dengan sering buang air kecil,
dengan resistensi mengambil sampel darah perifer dengan lemas dan mudah
insulin ditandai alat tes gula darah 2. Klien mengatakan makan lelah ketika
dengan kadar 2. Menanyakan frekuensi BAK, keinginan 5 x dalam sehari, minum beraktivitas
glukosa dalam makan, minum, serta kondisi mata 2000 cc per hari, BAK O :
darah tinggi, 2150 cc per hari, dan a. hasil GDS 278
mengeluh lapar, mengalami gangguan mg/dL,
mengeluh haus dan penglihatan sejak 2 bulan b. TTV
lelah yang lalu Tekanan darah
3. Menghitung cairan masuk (makan dan 3. Intake (makan+minum) ortotasik : 110/80
minum, infus) dan cairan keluar(urin 2500 cc output mmHg
feses, dan muntah) (urin+feses) 2150 cc ,iwl Nadi : 92x/menit,
37,5 cc Balance cairan :
Balance cairan klien : 113 113
4. Melakukan pemeriksaan darah ostostatik, cc A : masalah belum
pengukuran dilakukan setelah ≥ 15 pasien 4. Pasien berbaring : 110/80 teratasi
berbaring, dan dilakukan kembali Pasien duduk : 110/80 P : lanjutkan intervensi 1
pengukuran kembali setelah pasien duduk dan 2
serta memeriksa nadi I : mengatur pola makan
5. Memberikan edukasi kepada klien untuk E : kadar glukosa darah
tidak melakukan olahraga disaat kadar 5. Klien masih tinggi
70
gula darah diatas 250 karena berolahraga memahami/mengerti R : melakukan diet harian
akan terjadi peningkatan sekresi kadar edukasi yang diberikan
glukagon, hormon pertumbuhan, dan oleh perawat
katekolamin, semuanya ini akan memicu
glukoneogenesis hati sehingga terjadi
lonjakan gula darah.
6. Bersama klien/keluarga mengatur pola
makan harian yang meliputi 3j(jadwal, 6. klien menyetujui untuk
jumlah, jenis) melakukan diet harian
2 Hari ke-1 jam Perfusi perifer tidak Intervensi utama : perawatan sirkulasi S : klien mengatakan
09.25 wib efektif berhubungan 1. Melakukan pememeriksaan sirkulasi 1. Nilai ABI 0.70 telapak kaki sering
dengan perifer dengan melakukan pengukuran terasa kesemutan dan
hiperglikemia tekanan sistolik(lengan kanan, ateri kebas.
ditandai dengan tibialis posterior kanan, arteri dorsalis O : 1. Kulit kaki kering
pengisian kapiler > pedis kanan, arteri tibialis posterior kiri, 2. Tumit kaki pecah
3 detik, akral terba arteri tibialis pedis kiri dan lengan kiri) pecah
dingin, turgor kulit 2. Memeriksa faktor resiko gangguan 2. Klien mengatakan 3. Nilai Angkle Brachial
menurun dan nilai sirkulasi seperti pemakaian kaos kaki, telapak kaki sering Indexs : 0,70
ankle brachial alas kaki dan sepatu yang sempit dan kesemutan dan kebas, A : masalah belum teratasi
indeks < 0.90 lama akan menyebabkan gangguan dan klien tidak memakai P : lanjutkan intervensi 1,
sirkulasi kaos kaki dan sepatu. 4, 5, 6
3. Kondisi kaki klien tidak I : melakukan perawatan
3. Melakukan pemeriksaan panas, bengkak, nyeri, dan kaki
kemerahan, nyeri, bengkak pada kaki panas. E : nilai ABI masih rendah
4. Bersama klien/keluarga melihat dan 4. Klien mengikuti anjuran R : lakukan intervensi
mempehatikan keadaan kaki seperti dari perawat untuk senam kaki
adanya luka lecet, kemerahan, bengkak melihat dan
atau masalah pada kuku, melihat memperhatikan kaki
71
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak keadaan kaki setiap hari 4. Nilai Angkle Brachial
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat Indexs : 0,72
punggung kaki, telapak kaki dan jari-jari A : masalah belum teratasi
kaki 3. Klien/keluarga melakukan P : lanjutkan intervensi
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan 1,2,3,4,5,6
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya I : melakukan perawatan
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk kaki + senam kaki
4. Klien/keluarga E : nilai ABI masih rendah
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan R : lakukan edukasi dan
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan cara pemotongan kuku
bersama klien/keluarga lotion pada kaki kaki
5. Klien menggunakan alas
5. Mengingatkan kembali untuk kaki sesuai ukuran
menggunakan alas kaki sesuai ukuran
dan tidak sempir karena akan
menyebabkan terjadinya cedera pada 6. Klien/keluarga
kaki melakukan senam kaki
6. Melakukan senam senam kaki selama 30 selama 30 menit
menit bersama klien/keluarga
pengisian kapiler > kanan, arteri tibialis posterior kiri, arteri 2. nilai Angkle
3 detik, akral terba tibialis pedis kiri dan lengan kiri) Brachial Indexs :
dingin, turgor kulit 2. Bersama klien/keluarga melihat dan 2. Klien mengecek dan 0.95
menurun dan nilai mempehatikan keadaan kaki seperti memperhatikan keadaan A : masalah teratasi
ankle brachial adanya luka lecet, kemerahan, bengkak kaki setiap hari P : intervensi dihentikan
indeks < 0.90 atau masalah pada kuku, melihat I : lanjutkan intervensi
punggung kaki, telapak kaki dan jarijari 2,3, 4,5 dan 6 secara
kaki 3. Klien/keluarga melakukan mandiri
3. Melakukan kebersihan kaki dan kebersihan kaki dan E : nilai ABI 0.95 dan kaki
mengeringkan kaki dengan handuk yang mengeringkannya tidak sering
lembut bersama klien/keluarga dengan handuk kesemutan dan kebas
4. Klien/keluarga lagi, kulit kaki lembab,
4. Melakukan pemeriksaan kelembapan memeriksa kelembapan kuku kaki pendek dan
pada kaki dan pemberian lotion pada kaki kaki dan menggunakan kaki bersih
bersama klien/keluarga lotion pada kaki R : tidak ada revisi
5. Klien menggunakan alas
5. Mengingatkan klien/keluarga kaki sesuai ukuran kaki
menggunakan alas kaki sesuai ukuran 6. Klien melakukan senam
kaki kaki selama 30 menit
6. Melakukan senam kaki selama 30 menit 7. Klien
bersama klien/keluarga memahami/mengerti
7. menanyakan kembali edukasi edukasi yang diberikan
pemahaman tentang pemakaian sepatu oleh perawat tidak boleh
dan sepatu yang dianjurkan sepatu memakai sepatu yang
kepada klien sempit karena
menyebabkan gangguan
sirkulasi, pemilihan
sepatu, sepatu terbuat
86
h. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan Klien Ny.H dengan Diabetes Melitus Tipe II
No Hari/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
1 Hari ke-7 jam Ketidakstabilan S: klien mengatakan tidak sering Megi
13.00 wib kadar guloksa lapar dan haus, tidak sering
darah berhubungan buang air kecil lagi dan tidak
dengan resistensi mudah lelah ketika beraktivitas
insulin ditandai O : kadar gula darah sewaktu 226
dengan kadar mg/dL
glukosa dalam A : masalah teratasi sebagian
darah tinggi, P : intervensi dihentikan
mengeluh lapar,
mengeluh haus dan
lelah
2 Hari ke-7 jam Perfusi perifer tidak S: klien mengatakan telapak kaki Megi
13.10 wib efektif berhubungan tidak kesemutan dan kebas lagi,
dengan klien mengatakan menggunakan
hiperglikemia kaos kaki ketika cuaca dingin,
ditandai dengan serta klien mengatakan
pengisian kapiler > mengetahui sepatu yang
3 detik, akral terba dianjurkan adalah sepatu
dingin, turgor kulit berbahan kanpas
menurun dan nilai O: 1. kaki bersih
ankle brachial 2. kulit kaki tidak kering lagi,
indeks < 0.90 3. tumit kaki tidak pecah-peach
lagi
4. kuku kaki pendek
5. klien menggunakan alas kaki
sesuai ukuran dan berbahan
lembut
6. Nilai ABI 0.95.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
B. Pembahasan
Dari hasil pelaksanaaan asuhan kepeerawatan pada Ny.H dengan kasus Diabetes
Melitus Tipe II ditemukan beberapa persamaan/ kesenjangan teori yang ada dengan
data yang didapat.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Dalam mengumpulkan data antara lain Pemeriksaan fisik dilakukan secara
Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi(Nanda, 2013).
88
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapat data sebagai berikut keluhan
utama ditemukan sering lapar dan haus dengan pola makan yang tidak teratur,
sering buang air kecil, mudah lelah ketika beraktivitas, telapak kaki sering terasa
kesemutan dan kebas. Keadaan composmentis, kesadaran GCS 15, TB: 158 kg,
BB : 60 kg, tanda-tanda vital, Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 92x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu : 37,3 0C. Hasil GDS Ny.H :278 mg/dL, hasil
pemeriksaan Angkle Brachial Indexs : 0,70, dan ipswich Touch Test : 1-2 detik.
Kulit kaki kering, kuku kaki kotor dan panjang. Tumit kaki pecah pecah serta tidak
terdapat ulkus diabetikum.
Penderita diabetes melitus tipe II mengalami kelelahan karena peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh retensi insulin, insulin tidak dapat
bekerja sesuai fungsinya sehingga sel-sel tubuh gagal menyerap gula untuk
dijadikan sumber energi untuk tubuh. Penyakit diabetes melitus menyebabkan
komplikasi pada organ tubuh salah satunnya pada mata, kerusakan saraf mata atau
penurunan suplai nutrisi yang diterima oleh mata menyebabkan terjadinya
gangguan penglihatan hingga kebutaan yang disebut retinopati.
Poliuria adalah meningkatnya volume urin yang menyebabkan penderita
diabetes melitus tipe II sering BAK karena Kadar glukosa darah yang tinggi yang
melewati ambang batas ginjal selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang
melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah
masuk ke dalam urin yang disebut glukosuria yang menarik air dan mencegah
reabsorbsi cairan oleh tubulus sehinnga menyebabkan volume uring meningkat.
Pengeluaran cairan tubuh berlebih akibat poliuria disertai dengan adanya
hiperosmolaritas ekstrasel yang menyebabkan penarikan air dari intrasel ke
ekstrasel akan menyebabkan terjadinya dehidrasi, sehingga timbul rasa haus terus
menerus dan membuat penderita sering minum (polidipsi). Glukosaria
menyebabkan keseimbangan kalori berkurang sehingga menimbulkan rasa lapar
yang tinggi (polifagia) dan glukosa yang hilang bersamaan dengan urin
menyebabkan terjadinya penurunan berat badan, hal ini menyebabkan terjadinya
defisit nutrisi (Khasanah, Purwanti, & Sunarto, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
89
insulin ditandai dengan kadar glukosa dalam darah tinggi, mengeluh lapar,
mengeluh haus, sering buang air kecil dan lelah(TIM Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Diagnosa perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
ditandai dengan parastesia, pengisian capillary >3 detik, akral teraba dingin, turgor
kulit tidak elastis. Perfusi perifer tidak efektif dapat terjadi karena diabetes mellitus
merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan banyak komlikasi pada sistem
mikrovaskuler dan makrovaskuler yang akan menyebabkan hambatan aliran darah
ke seluruh organ tubuh salah satunya ke area perifer. Hambatan tersebut yang
mengakibatkan penurunan suplai darah mengawali terjadinya hipoksia jaringan,
kondisi demikian akan menjadikan oksigen dalam jaringan berkurang sehingga
mempengaruhi aktivitas vaskuler dan seluler jaringan, sehingga menimbulkan
masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (Nurul Aliyah, 2017).
3. Intervensi keperawatan
Pada diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah yang
dilakukan adalah manjamemen hiperglikemia berhubungan dengan resistensi
insulin ditandai dengan mengeluh lapar, haus dan lelah. Tujuan manajemen
hiperglikemia adalah untuk kadar gula darah, petama yang dilakukan observasi
moniitor kadar glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia (poliuria,
polidipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala), monitor
intake dan output cairan, monitor tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi,
menganjurkan menghindari olahraga saat kadar gula darah lebih dari 250 mg/dL,
lakukan diet harian
Selanjutnya diagnosa perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan
hiperglikemia ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, akral terba dingin, turgor
kulit menurun dan nilai ankle brachial indeks < 0.90. tujuan dilakukan untuk
meningkatkan nilai Angkle Brachial Index, pertama yang dilakukan adalah periksa
sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu), identifikasi
faktor resiko gangguan sirkulasi(diabetes melitus), monitor panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak, pada ekstremitas bawah, observasi keadaan kaki setiap hari,
lakukan kebersihan kaki setiap hari lakukan kebersihan kuku, edukasi pemakaian
alas kaki, pemakaian kaos kaki dan pemakaian sepatu serta melakukakan senam
91
kaki selama 30 menit. Intervensi ini dilakukan sesuai kemampuan dan ketersediaan
sarana.
4. Implementasi Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah, yang
dilakukan adalah manajemen hiperglikemia. Manajemen pertama yang dilakukan
adalah memeriksa kadar gula darah untuk mengetahui kadar gula darah klien dan
dihari petama pemeriksaan GDS klien adalah 278 mg/dL, kadar GDS 278 mg/dL
yang mana menurut PERKENI (2015) bahwa kadar gula darah sewaktu >200
mg/dL ialah salah satu tanda dan gejala dari hiperglikemia. Hal ini harus
diupayakan untuk menurunkan kadar gulah darah dengan memperhatikan atau
memonitoring kondisi klien. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk
menurunkan GDS klien dengan pengaturan diet/nutrisi, pola makan diet DM
dengan prinsip 3J sesuai dengan jumlah kalori kebutuhan tubuh per hari, menurut
Tjokroprawiro (2017) pengaturan makanan yang diberikan kepada penderita
diabetes mellitus tipe II ialah tepat jumlah kalori yang di konsumsi dalam 1 hari ,
tepat jadwal 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan selingan dengan interval
waktu 3 jam antara makanan utama dan makanan selingan, dan tepat jenis dengan
menghindari makanan manis, tinggi kalori, klien melakukan diet harian yang telah
disepakati.
Berdasarkan penelitian dari Prayugo (2012) terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap pola makan dan penurunan kadar gula darah yaitu didapatkan nilai
p=0,000 yang artinya ada penurunan gula darah. Menganjurkan kepatuhan diet
klien tampak mendengarkan anjuran dari perawat untuk melakukan kepatuhan diet
supaya kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik. Menganjurkan minum obat
oral metformin 3 kali sehari, klien minum obat metformin 3 kali sehari untuk
membantu menurunkan kadar gula darah.
Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar gula darah lebih dari 250
mg/dL,Kadar gula darah sewaktu klien dibawah 250 mg/dL dan klien
mendengarkan anjuran dari perawat untuk tidak melakukan olahraga jika kadar
gula darah lebih dari 250 mg/dL karena berdasarkan teori (Arisman,
2010)Penderita DM tidak boleh berolahraga apabila gula darahnya tidak terkendali
( > 250 mg/dl atau < 100 mg/dl), apabila tetap dipaksakan untuk berolahraga akan
92
Grafik 4.1 Hasil penurunan kadar gula darah dalam manajemen hiperglikemia
250
200
50
0
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7
Dari Grafik 4.1 dapat diketahui bahwa kadar gula darah mulai mengalami
penurunan pada hari ke 2 setelah dilakukannya manajemen hiperglikemia selama 7
hari dengan menggunakan penyusunan pola makan diet DM sesuai kebutuhan
kalori tubuh dan memberikan obat oral metformin 3x1 sehari, dimana kadar gula
darah pada hari pertama 278 mg/dL, hari kedua yaitu 270 mg/dL, hari ketiga 261
mg/dL, hari keempat 255 mg/dL, hari kelima 247 mg/dL, hari keenam 234 mg/dL
dan hari ketujuh 226 mg/dL.
Penurunan kadar gula darah pada Ny.H juga disebabkan oleh kepatuhan
klien terhadap pengontrolan pola makan menggunakan prinsip 3 J (Jenis, jumlah,
jadwal) berdasarkan jumlah kalori kebutuhan tubuh. Menurut Suyono (2016),
penyakit diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit degeneratif yang sangat
terkait pola makan. Pola makan adalah suatu cara dalam mengatur jumlah dan jenis
asupan makanan untuk mempertahankan kesehatan, stutus gizi, serta mencegah
dan membantu proses penyembuhan. Pola makan yang baik meliputi pengaturan
jadwal bagi penderita diabetes mellitus yaitu 6 kali makan per hari yang dibagi
93
menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan. Adapun jadwal makan yaitu
jam 6.30 makan pagi, jam 9.30 selingan pagi jam 12.30 makan siang, jam 15.30
selingan sore, jam 18.30 makan malam dan 21.30 selingan malam. Jumlah makan
yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus adalah makan sering tapi kecil
seperti makan pagi (20%), selingan pagi (10%), makan siang (25%), selingan siang
(10%), makan malam (25%) dan selingan malam (10%). Jenis makanan perlu
diperhatikan karena menentukan kecepatan kenaikan kadar gula darah.
Penyusunan makanan bagi penderita diabete mellitus mencakup karbohidrat,
protein, lemak, buah-buhan dan sayuran, oleh karena itu diet menjadi salah satu
pencegahan agar gula darah tidak meningkat dengan diet yang tepat dapat
membantu mengontrol gula darah(Tjokroprawiro. 2012). Serta klien meminum obat
metformin 3x1 sehari untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.
Implementasi selanjutnya, perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan
dengan hiperglikemia ditandai dengan pengisian kapiler > 3 detik, akral terba dingin,
turgor kulit menurun dan nilai ankle brachial indeks < 0.90. manajamen pertama
yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan pada nilai ABI. Melakukan
pemeriksaan kaki setiap hari bersama klien/keluarga, klien mengecek dan
memperhatikan kaki setiap hari. Melakukan kebersihan pada kaki setiap hari, klien
membersihkan kaki setiap hari dan mengeringkannya dengan handuk yang
berbahan lembut, melakukan pemeriksaan kelembapan kaki dan edukasi cara
penggunaan lotion pada kaki, klien menggunakan lotion setiap hari dan
memahami/mengerti cara pengguanaan lotion yang benar, melakukan pemotongan
kuku kaki dan edukasi cara pemotongan kuku kaki, klien melakukan pemotongan
kuku kaki dan memahami/mengerti cara pemotongan kuku kaki harus lurus tidak
dianjurkan mengikuti bentuk kaki, memberikan edukasi pemakaian alas kaki,
pemakaian kaos kaki dan pemakaian sepatu, klien memahami/mengerti pemakaian
alas kaki setiap hari, kaos kaki dan sepatu tidak boleh sempit dan harus sesuai
ukuran kaki karena menyebabkan gangguan sirkulasi, kaos kaki yang dianjurkan
kaos kaki berbahan katu karena dapat menyerap kulit sedangkan sepatu yang
dianjurkan adalah berbahan kanpas karena memiliki seart besar dan kecil dan
memiliki sirkulasi yang baik.
94
Dari Grafik 4.2 dapat diketahui bahwa ankle brachial index mulai mengalami
penurunan pada hari ke 2 setelah dilakukannya perawatan kaki dan senam kaki
diabtes melitus tipe II 30 menit selama 7 hari dengan menggunakan penyusunan
mengobservasi, membersihkan kaki, melembabkan kulit kaki, pemotongan kuku
kaki, memakai kaoas kaki, pencegahan cidera dan melakukan senam kaki diabetes
melitus tipe II. dimana nilai ankle brachial index pada hari pertama 0.70, hari kedua
yaitu 0.72, hari ketiga 0.75, hari keempat 0.80, hari kelima 0.82, hari keenam 0.87
dan hari ketujuh 0,95.
95
Hasil dari penelitian pada Ny.H mengalami penurunan nilai ankle brachial
index karena melakukan senam kaki diabetes melitus 30 menit selama 7 hari, hal ini
sesuai dengan penelitian dalam jurnal ipteks terapan yang mengatakan bahwa
senam kaki dilakukan selama 30 menit dalam waktu 7 hari menunjukan efektif
dalam meningkatkan nilai ABI pada pasien diabetes mellitus tipe II.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang harus dilakukan pada manajemen
keperawatan. Evaluasi pada tanggal 06 sampai dengan tanggal 12 april 2020.
Pada diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah didapatkan kadar gula darah
menurun dari kadar gula darah 278 mg/dL menjadi 226 mg/dL. Sedangkan untuk
diagnosa perfusi perifer tidak efektif didapatkan hasil implementasi selama 7 hari
yaitu rasa kesemutan pada telapak kaki dan kebas tidak terasa lagi. Dan nilai ankle
brachial index menurun dari 0.70 menjadi 0.95 . Hasil asuhan keperawatan dengan
hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa adanya kesesuaian terhadap
hasil yang dicapai.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengkajian didapatkan pada pemeriksaan fisik sistem pencernaan klien
mengalami peningkatan frekuensi makan 5x dalam sehari, minum air putih lebih
dari 2 liter/hari, pada sistem perkemihan klien mengalami peningkatan ±9 kali
seharikonsistensi berwarna kuning bening berbau khas urin, pada muskulokeletal
dan integumen, pada ekstremitas bawah yaitu telapak kaki klien sering terasa
kesemutan dan kebas, akral dingin, turgor kulit tidak elastis. Pemeriksaan yang
menunjang adalah pemeriksaan kadar gula darah sewaktu klien 337 mg/dL.
2. Dari analisa data yang didapatkan maka penulis menegakkan diagnosa 1)
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan mengeluh lapar, haus, sering buang air kecil. Perfusi perifer tidak
efektifberhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan pengisian capilarry >3
detik, akral teraba dingin, turgor kulit elastis.
3. Intervensi diagnosa pertama dan kedua dapat dilakukan semuanya oleh penulis
seperti diagnosa manajemen hiperglikemia diantaranya monitor kadar glukosa
darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia diantara identifikasi kemungkinan
penyebab hiperglikemia, anjurkan menghindari, olahraga saat kadar gula darah
lebih dari 250 mg/dL, anjurkan kepatuhan diet dan olahraga, menganjurkan
pengelolahan diabetes(misalkan : penggunaan insulin, terapi komplementer, obat
oral, monitor asupan cairan pergantian karbohidrat dan bantuan profesional
kesehatan), berikan edukasi susunan pola makan 3J sesuai dengan kebutuhan
kalori/hari, berikan obat metformin 3x1 sehari. Kemudian diagnosa kedua
Selanjutnya diagnose kedua yang pertama dilakukan adalah periksa sirkulasi
perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu), identifikasi faktor
resiko gangguan sirkulasi(diabetes melitus), monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak, pada ekstremitas bawah, observasi keadaan kaki setiap hari, lakukan
kebersihan kaki setiap hari lakukan kebersihan kuku, edukasi pemakaian alas kaki,
97
pemakaian kaos kaki dan pemakaian sepatu serta melakukakan senam kaki
selama 30 menit
4. Implementasi telah dilakukan selama 7 hari, hasil dari implementasi diagnosa
pertama yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah pada Ny.H pada hari pertama
nilai kadar gula darah 278 mg/dL, hari kedua yaitu 270 mg/dL, hari ketiga 261
mg/dL, hari keempat 255 mg/dL, hari kelima 247 mg/dL, hari keenam 234 mg/dL
dan hari ketujuh 226 mg/dL. Diagnosa kedua yaitu perfusi perifer tidak efektif. Hasil
yang didapatkan Ny.H yaitu telapak kaki tidak sering kesemutan dan kebas lagi,
nilai ABI meningkat, kaki bersih, kulit tidak kering dan tumit tidak pecah-pecah lagi.
5. Evaluasi pada diagnosa yaitu ketidakstabilan kadar gula darah didapatkan kadar
gula darah menurun dari kadar gula darah 278 mg/dL menjadi 226 mg/dL sehingga
masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan resistensi
insulin ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi mengeluh lapar, mengeluh
haus, sering buang air kecil dan lelah teratasi sebagian dan intervensi dihentikan.
Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu perfusi perifer tidak efektif didapatkan hasil
telapak kaki sering terasa kesemutan dan kebas sehingga masalah keperawatan
perfusi perifer tidak efekti berhubungan dengan hiperglikemia ditandai dengan
pengisian capilarry >3 detik, akral teraba dingin, turgor kulit tidak elastis, nilai ankle
brachial index menurun teratasi dan intervensi dihentikan.
A. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran,
diantaranya
1. Utuk Peneliti
Diharapkan untuk dapat dapat menambah wawasan ilmu keperawatan terutama
pada kasus diabetes melitus tipe II
2. Untuk Puskesmas
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan masukan dan sebagai
bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan dalam manajemen
hiperglikemia untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe II, dan diharapkan untuk puskesmas melakukan pemeriksaan kadar gula darah
seminggu sekali sekaligus mengajak warga wilayah kerja puskesmas untuk
98
melakukan aktivitas fisik dan penyuluhan tentang diet diabetes melitus guna
mencegah penyakit yang lebih buruk
3. Institusi Pendidikan Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu
Diharakan untuk dapat memberikan sumbangan bagi lingkungan akademik
khusunya prodi DIII keperawatan tentang asuhan keperawatan pada kasus
diabetes melitus tipe II
4. Peneliti selanjutnya
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai acuan referensi
dalam asuhan keperawatan manajemen hiperglikemia, selain itu tindakan dapat
dikembangkan sehingga dapat memberikan kriteria hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Afreen, S.,et. Al. (2017). Prevalence of Sensory Peripheral Neurophaty in Diabetic Patients at
Diabetes Cre Centre : a cross sectional study, DOI:
Amin Huda, dkk. 2015. Aplikasi sebagai berdasarkan keperawatan berdasarkan diagnose medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction
Brunner & Suddarth.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Vol. Edisi
8. Jakarta : EGC
Black, J. M. & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil
yang diharapkan Edisi 8. Singapura :Elseiver.
Clayton, W.& Elasy, T. A. (2009). A Review of the Pathophysiology, Cassification and Treatment of
foot Ulcer in Diabetic Patient.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2018. Profil Kesehatan Bengkulu Tahun 2018
Fowkes , F. G.(2013). Comparison of global estimates of prevalence and risk factors for peripheral
artery disease in 2000 and 2010: a systematic review an analysis. Dec; 75 (12):783.
Indiht Tri Utami. 2019. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai Ankle Brachial
Index (ABI) dan Nilai Ispwich Touch Test (IPTT) Pada Pasien DM Tipe 2 : Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, Vol.15, No.1, April 2019
Fitri Rahmawati, MP, 2016. Perencanaan Diet Untuk Penderita Diabetes Militus. Yogyakarta
Hanum. 2013. Hubungan Kadar Glukosa Darah Puasa Dengan Profil Lipid Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Jakarta : Universitas Islam Negeri
Syarif Hidaytullah
Hikle & Cheever.(2014). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medikal-Surgical Nursing 13 th Edition.
Wolters Kluwer: Lippincott Williams & Wilkins.
Hastuti , R. T. (2008). Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta). Universitas Diponegoro
Ilminova.,et. Al.(2015). Hubungan antara status diabetes mellitus dengan status penyakit arteri
perifer (PAP) pada pasien hipertensi.
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas 8th Edition.
Manaf, A. 2010. Comprehensive Treatment on Type 2 Diabetes Melitus for Delaying
Cardiovaskuler Complication, Sub bagian Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit
Dalam, Padang : Universitas Andalas
Perkeni . (2015) Konsesus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Priyanto. (2013). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar Gula Darah pada
Aggregate Lansia Diabetes Melitus di Magelang.
RISKESDAS. 2018. LaporanNasionalBadanPenelitiandanPengembanganKesehatan
Smeltzer,S., Bare, Bare, B. G., Hikle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Textbook of Medical-Surgical
Nursing (12th ed., Vol. 2). Philadelphia. Wolter Kluwer Health.
Switlyk, K. J & Smith, G. (2016). Updates in diabetic peripheral neuropathy [version 1; referees : 3
approved].
SDKI, Tim Pokja DPP PPNI, 2017. StandarDiagnosaKeperawatan Indonesia CetakanKe-II
DewanPengurusPusatPersatuanPerawatNasional Indonesia.Jakarta
SIKI, Tim Pokja DPP PPNI, 2017. StandarDiagnosaKeperawatan Indonesia CetakanKe-II
DewanPengurusPusatPersatuanPerawatNasional Indonesia.Jakarta
Wahyuni, A. (2016). Senam Kaki Diabetes Efektif meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien DM
Tipe 2. Skripsi..
L
N
Lampiran3. Data Diabetes Mellitus Tipe II Dari Dinkes Kota Bengkulu
Lampiran 4. Format Pengkajian Keperawatan
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI
BENGKULU
Kampus Jln. Mahakam Raya no.16 Lingkar Barat Telp (0736)
346300
email: sapta_bakti@yahoo.com
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Penanggung jawab biaya
:
Usia : Nama :
Jenis kelamin : Alamat :
Suku /Bangsa : Hub. Keluarga :
Agama : Telepon :
Pendidikan :
Status perkawinan
Pekerjaan :
Alamat :
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan saat
pengkajian : ........................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
...........................
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah di rawat ya, tidak
Jelaskan penyakit yang diderita……..
2. Riwayat Penyakit Kronik dan Menular ya, tidak
Sebutkan penyakit kronis & menular yg pernah diderita.........
3. Riwayat Penyakit Alergi ya, tidak
Jelaskan alergi yg pernah diderita....................
4. Riwayat Operasi ya, tidak
- Kapan : ...............................
- Jenis Operasi : ...............................
5. Lain-lain :
(Gangguan kesehatan lain yang pernah dialami sebelumnya)
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
GENOGRAM
E. PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan
Alkohol ya tidak
Keterangan (sejak kapan mulai konsumsi dan jumlah konsumsi per hari/minggu)
..........................................................................................................
Merokok ya tidak
Keterangan (sejak kapan mulai konsumsi dan jumlah konsumsi per hari/minggu)
..........................................................................................................
Obat ya tidak
Keterangan(nama obat yang sering dikonsumsi dan
dosis/konsumsi) ..........................................................................................................
Olahraga ya tidak
Keterangan (jenis olahraga dan
frekuensi/hari/minggu) ..........................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
3. Sistem Kardiovakuler
a. TD :
b. N :
c. HR :
d. Keluhan nyeri dada ya tidak
P : .....................................................................................
Q : .....................................................................................
R : .....................................................................................
S : .....................................................................................
T : .....................................................................................
e. CRT : ...............
f. Konjungtiva pucat ya tidak
g. Bunyi jantung: Normal Murmur Gallop lain-lain
h. Irama jantung: Reguler Ireguler S1/S2 tunggal Ya Tidak
i. Akral: Hangat Panas Dingin kering Dingin basah
j. Siklus perifer Normal Menurun
k. JVP : ..........................
l. CVP : ..........................
m. CTR : ..........................
n. ECG & Interpretasinya :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
Lain-
lain : ............................................................................................................................
............................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
4. Sistem Persarafan
a. Kesadaran composmentis apatis somnolen sopor koma
GCS :
b. Pupil isokor anisokor
c. Sclera Anikterus Ikterus
d. Konjungtiva Ananemis Anemis
e. Istirahat/Tidur : .................................................
f. IVD : ......................................................
g. EVD : ......................................................
h. ICP : ......................................................
i. Nyeri tidak ya, skala nyeri : lokasi :
j. Refleks fisiologis: patella triceps biceps lain-lain:
k. Refleks patologis: babinsky budzinsky kernig lain-lain
l. Keluhan Pusing O ya O Tidak
P : .....................................................................................
Q : .....................................................................................
R : .....................................................................................
S : .....................................................................................
T : .....................................................................................
m. Pemeriksaan saraf kranial
N1 Normal Tidak Ket : ........................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
b. Warna : ...........................................................
c. Pitting edema : +/- grade : .............................
d. Ekskoriasis : ya tidak
e. Psoriasis : ya tidak
f. Urtikaria : ya tidak
g. Lain-
lain : ............................................................................................................................
...........................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN
...................................................................................................................................
................................................................................................................................... .......
............................................................................................................................
...................................................................................................................................
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
c. Hiperglikemia Ya Tidak Hipoglikemia Ya Tidak
d. Kondisi kaki DM :
- Luka gangrene Ya Tidak
- Jenis Luka : .....................................................
- Lama luka : .....................................................
- Warna : .....................................................
- Luas Luka : .....................................................
- Kedalaman : .....................................................
- Kulit Kaki : ..............................................
- Kuku kaki : ..............................................
- Telapak kaki : ..............................................
- Jari kaki : ..............................................
- Infeksi : Ya Tidak
- Riwayat luka sebelumnya : Ya Tidak
- Tahun : ..................................................
- Jenis Luka : ..................................................
- Lokasi : ..................................................
- Riwayat amputansi sebelumnya : Ya Tidak
Jika Ya
- Tahun : ..........................
- Lokasi : .........................
- Lain-lain : .....................................................................................................
.......................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
H. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Persepsi klien terhadap penyakitnya
cobaan Tuhan hukuman lainnya
2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
3. Reaksi saat interaksi kooperatif tak kooperatif curiga
4. Gangguan konsep diri ya tidak
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
I. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah
:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
J. PERSONAL HYGIEN
a. Kebersihan diri :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
b. Kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan :
- Mandi : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku: Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan : Dibantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
MASALAH KEPERAWATAN :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
LEMBAR OBSERVASI
No nama tindakan Hari ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3 Hari Ke-4 Hari Ke-5 Hari Ke-6 Hari Ke7 Indikator
1 Observasi Kaki kotor Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih Kaki bersih
2 Kelembapan Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki Kulit kaki
kaki kering dan masih sedikit lembab, tumit lembab, tumit lembab, tumit lembab, tumit lembab, tumit lembab
tumit kaki kering, tumit kaki pecah kaki pecah- kaki pecah- kaki masih kaki tidak pecah-
peca-pecah kaki pecah- pecah pecah pecah sedikit pecah- pecah lagi
pecah pecah
3 Pemotongan Kuku kotor dan - Kuku bersih - - - Klien Kuku pendek
kuku panjang dan pendek memahami/men dan dipotong
serta gerti cara lurus
pemotongan pemotongan
kuku kaki kuku kaki harus
lurus tidak lurus tidak
mengikuti mengikuti
bentuk kuku bentuk kuku
4 Pemakaian Klien Klien Klien Klien memakaki Klien Klien Klien memakaki Klien memakai
alas kaki memakaki alas memakaki alas memakaki alas kaki sesuai memakaki alas memakaki alas alas kaki sesuai alas kaki
kaki sesuai kaki sesuai alas kaki ukuran dan kaki sesuai kaki sesuai ukuran dan sesuai ukuran
ukuran dan ukuran dan sesuai berbahan lembut ukuran dan ukuran dan berbahan lembut dan berbahan
berbahan berbahan ukuran dan berbahan berbahan lembut
lembut lembut berbahan lembut lembut
lembut
5 Pemakaian - - - Klien Klien - Klien Klien
kaos kaki memahami/men memahami/me memahami/men mengetahui
gerti jika cuaca ngerti jika gerti jika cuaca jika cuaca
dingin harus cuaca dingin dingin harus dingin harus
memakai kaos harus memakai kaos memakai kaos
kaki dan kaos memakai kaos kaki dan kaos kaki dan kaos
kaki berbahan kaki dan kaos kaki berbahan kaki berbahan
katu karena kaki berbahan katu karena katu karena
mudahmenyerap katu karena mudahmenyerap mudahmenyera
keringat mudahmenyer keringat p keringat
ap keringat
6 Pemakaian - - - - Klien Klien Klien Klien
sepatu memahami/me memahami/me memahami/men mengetahui
ngerti sepatu ngerti sepatu gerti sepatu sepatu kanvas
kanvas karena kanvas karena kanvas karena karena sepatu
sepatu kanvas sepatu kanvas sepatu kanvas kanvas
memiliki memiliki memiliki sirkulasi memiliki
sirkulasi udara sirkulasi udara udara yang baik sirkulasi udara
yang baik dan yang baik dan dan berpori yang baik dan
berpori berpori banyak. berpori banyak.
banyak. banyak.
7 Ankle Brachial TD lengan TD tangan TD tangan TD tangan TD tangan TD tangan TD tangan 0.90-1.40
Index kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110 kanan 110
mmhg, mmhg, mmhg, mmhg, posterior mmhg, mmhg, mmhg, posterior
posterior tibial posterior tibial posterior tibial kanan 91 posterior tibial posterior tibial tibial kanan 105
kanan 78 kanan 80 tibial kanan mmhg, dorsalis kanan 94 kanan 96 mmhg, dorsalis
mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis 83 mmhg, pedis kanan 88 mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis pedis kanan 102
pedis kanan 76 pedis kanan 78 dorsalis mmhg, poterior pedis kanan 92 pedis kanan 94 mmhg, poterior
mmhg, poterior mmhg, poterior pedis kanan tibial kiri 136 mmhg, poterior mmhg, poterior tibial kiri 136
tibial kiri 136 tibial kiri 136 80 mmhg, mmhg, dorsalis tibial kiri 136 tibial kiri 136 mmhg, dorsalis
mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis poterior tibial pedis kiri 132 mmhg, dorsalis mmhg, dorsalis pedis kiri 132
pedis kiri 132 pedis kiri 132 kiri 136 mmhg. Lengan pedis kiri 132 pedis kiri 132 mmhg. Lengan
mmhg. Lengan mmhg. Lengan mmhg, kiri 100 mmHg. mmhg. Lengan mmhg. Lengan kiri 100 mmHg.
kiri 100 mmHg. kiri 100 mmHg. dorsalis Kanan(0.82) kiri 100 mmHg. kiri 100 mmHg. Kanan(0.95)
Kanan(0.70) Kanan(0.72) pedis kiri 132 kiri(1.13) Kanan(0.85) Kanan(0.87) kiri(1.13)
kiri(1.13) kiri(1.13) mmhg. kiri(1.13) kiri(1.13)
Lengan kiri
100 mmHg.
Kanan(0.75)
kiri(1.13)
8 Ipswich Touch 1-2 detik - - - - - - 1-2 detik
Test
Lampiran 6. Subyek Penelitian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi
1. Kami adalah penelitian berasal dari Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu Program
Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpasitipasi dengan suka rela
dalam penelitian yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pencegahan Diabetikum
Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah
Kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu”
2. Tujuan dari penelitian Studi Kasus ini
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara yang akan berlangsung
lebih kurang 10-15 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi
anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk pengembangan asuhan/pelayanan
keperawatan
4. Keuntungan yang anda dapat peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian adalah
amda ikut terlibut aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang diberikan
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silahkan
menghubungi peneliti no. Hp : 082247704164
PENELITI
Megi Bunita
Lampiran 8. Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian
Bulan Bulan
No JadwalKegiatan
Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Data
1 AwaldanPenyusunan
Proposal KTI/TA
2 Seminar Proposal KTI/TA
3 Revisi Proposal KTI/TA
4 PerijinanPenelitian
5 PersiapanPenelitian
6 PelaksanaanPenelitian
7 Pengolahan Data
8 Laporan KTI/TA
9 Sidang KTI/TA
10 RevisiLaporan KTI/TA Akhir
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh Megi Bunita dengan judul Asuhan Keperawatan Pencegahan Kaki
Diabetikum Dengan Foot Care (Perawatan Kaki) Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Dewa Kota Bengkulu
Saya memutuskan setuju untuk berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan. Bila selama penelitian saya menginginkan mengunduran diri, maka saya
dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
Bengkulu, 2020
Saksi Yang memberi
persetujuan
……………………… ………………………………
............................2020
Megi Bunita