Anda di halaman 1dari 3

Pedulla Rizky Noor – 244004524

LAWS6164028 Legal Reasoning


Session 3

1. Kreasikan satu kasus hukum sederhana, kemudian buatlah uraian yang


mengalirkan kasus itu secara langkah demi langkah mengikuti enam langkah
penalaran hukum! Ingat, ujungnya harus berupa putusan yang menawarkan satu
penyelesaian atas kasus tersebut!

Inisial O tinggal di apartemen bersama Inisial E. Pada tanggal 15 Oktober 2015, O telah
melakukan Tindakan pembunuhan terhadap E, sidik jarinya ditemukan di pisau dapur yang
digunakan untuk membunuhnya. Lebih dari sepuluh luka tusukan ditemukan di tubuh E, yang
kemudian dilumuri bensin dan dibakar, sehingga apartemen yang mereka tinggali ikut terbakar.
Ketika petugas pemadam kebakaran tiba, mereka menyelamatkan O dari apartemen yang
terbakar. Setelah diproses, O sedang didalam keadaan mabuk dan tidak sepenuhnya sadar saat
membunuh E. Sebelumnya, O memiliki Riwayat Tindakan kekerasan terhadap seorang
perempuan dalam keadaan mabuk dengan mematahkan jarinya lebih tepatnya 6 tahun yang lalu
dan sejak itu O mengaku ia tidak pernah menyentuh minuman beralkohol lagi. O berserikas
mengaku tidak bersalah dalam kasus pembunuhan ini.

Berikut adalah penalaran hukum kasus tersebut:

1. Berdasarkan Fakta-fakta yang relevan dalam kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa O
(dalam keadaan mabuk) menggunakan pisau dapur untuk membunuh E dengan menusuknya
sebanyak sepuluh kali dan membakar tubuh E setelah melumurinya dengan bensin, hal ini
juga menyebabkan kebakaran. Patut diperhatikan bahwa O memiliki riwayat tindakan
kekerasan sebelumnya saat mabuk.

2. O telah melakukan tindakan pembunuhan dan pembakaran, maka sumber hukumnya adalah
Pasal 338 KUHP (“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum,
karena makar mati, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.”) dan Pasal
187 KUHP Ayat 3 (“Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau
banjir, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling
lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul bahaya bagi nyawa
orang lain dan mengakibatkan orang mati.”)

3. Melihat pada rumusan Pasal 338 KUHP dan Pasal 187 KUHP, dapat dilihat bahwa tindak
pidana yang diatur dalam pasal-pasal ini bukanlah tindak pidana kelalaian, melainkan
kesengajaan. Hal itu tegas terlihat di bagian awal kalimat kedua pasal tersebut yang
menyatakan ‘Barangsiapa dengan sengaja...’. Berdasarkan kandungan pasal 338 KUHP,
Pembunuhan merupakan bentuk kejahatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain
dan pembunuhan berencana (diatur dalam pasal 340 KUHP) merupakan salah satu tindak
pidana yang dikenai pemberatan. Unsur rencana merupakan unsur penting yang harus
dibuktikan dan adanya unsur itu membedakan dengan pembunuhan biasa. Berdasarkan
kandungan pasal 187 KUHP, unsur tindakan yang dilarang ialah mengadakan kebakaran,
melakukan ledakan, atau menimbulkan banjir. Yang dimaksud dengan “mengadakan
kebakaran” ialah membakar sesuatu, karenanya terjadi kebakaran dan kebakaran itulah yang
dikehendakinya.

4. Pada kasus ini, perbuatan O telah menghilangkan nyawa E dan menyebabkan terbakarnya
gedung karena membakar tubuh E dengan bensin. Namun, O sedang didalam keadaan mabuk
saat itu, Dalam kaitannya dengan tindak pidana pembunuhan yang didasari oleh keadaan
mabuk, O yang mabuk melakukan pembunuhan tanpa sengaja. karena membunuh dalam
keadaan mabuk, kemungkinan kondisi akal pikiran tidak sepenuhya sadar dan jika dirinya
menyadari perbuatannya yaitu membunuh dan membakar E. keadaan mabuk tidak
dirumuskan dalam penjatuhan pidana karena dalam pertimbangan hakim keadaan mabuk
tersebut hanya dijadikan sebagai unsur keterangan, penjatuhan pidana yang diputuskan
hakim hanya memfokuskan pada pasal-pasal yang sudah diatur dalam KUHP sehingga
keadaan mabuk disini tidak dianggap sebagai alasan kurang mampu
bertanggungjawab/alasan ketidakmampuan bertanggung jawab yang dapat dijatuhi pidana
secara tersendiri. Keadaan mabuk juga tidak dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan dan tidak termasuk penyakit mental dalam pasal 44 ayat (1)
KUHP. Maka, tindakan O memenuhi unsur-unsur Pasal 338 KUHP dan Pasal 187 KUHP
dengan terbuktinya bahwa O dengan sengaja menghilangkan nyawa E dan membakarnya.
5. O berserikeras tidak mengakui atas perbuatannya. Alternatif dari penyelesaian kasus adalah
terdakwa dapat diproses kembali untuk memastikan niat O dalam membunuh E. Untuk
menentukan jika adanya jiwa yang cacat dalam tubuh O dan jiwa yang terganggu karena
penyakit, sangat dibutuhkan kerjasama antar pihak yang terkait, yaitu ahli dalam ilmu jiwa
(dokter jiwa atau kesehatan jiwa), yang dalam persidangan nanti muncul dalam bentuk Visum
et Repertum Psychiatricum, Untuk dapat mengungkapkan keadaan pelaku perbuatan
(tersangka) sebagai alat bukti surat yang dapat dipertanggungjawabkan.

6. Kasus ini diselesaikan dengan O diberi sanksi pidana penjara berdasarkan ketentuan yang
dijelaskan dalam Pasal 338 KUHP dan 187 KUHP.

2. Pada langkah kelima, ada kemungkinan muncul banyak alternatif untuk


menyelesaikan suatu kasus. Menurut Anda, faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan dapat muncul banyak alternatif yang ditawarkan? Banyaknya
alternatif tersebut merupakan pertanda baik atau buruk dalam penegakan hukum?

Penyebab banyaknya alternatif dalam menyelesaikan kasus ini adalah adanya kontradiksi atas
keputusan tersebut dari pihak yang tergugat, dengan itu adanya alternatif ini juga dapat
memastikan niat terdakwa atas tindakannya, jika tindakannya sengaja atau tidak disengaja karena
akalnya tidak sempurna saat peristiwa tersebut dan memastikan kondisi psikologisnya sehingga
terdakwa dapat diberi keringanan atas perbuatannya. Banyaknya alternatif ini merupakan
pertanda buruk karena memunculkan keambiguan.

Anda mungkin juga menyukai