Anda di halaman 1dari 19

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Pemrosesan Transaksi dan Proses Pengendalian Internaal

Oleh :

Kelompok 2

Kadek Prilia Tirana (1907531185)

Ni Made Desy Dwimayanti (1907531202)

Ida Ayu Alit Dwi Maha Dewi (1907531224)

Ni Luh Ditha Usadi Sumartho (1907531227)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
2.1 Definisi Sistem Pengendalian Internal
Semakin luas ruang lingkup aktivitas perusahaan, maka manajemen perusahaan
harus tetap atau lebih mengendalian operasi perusahaan, agar sesuai denga rencana yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, peran pengendalian internal sangat penting karena
berpengaruh baik aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya serta aspek kegiatan operasi
perusahaan. Pengendalian internal merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk
mengawasi jalannya perusahaan agar operasinya dapatberjalan dengan lancar, aktiva
perusahaan dapat terjamin keamanannya dan dapat di cegah terjadinya kecurangan,
kesalahan dan pemborosan.
Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2002,180) mengemukakan definisi struktur
pengendalian internal sebagai berikut :
“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan untuk dewan
komisaris, manajemen dan personal lain yang di desain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan sebagai berikut: (1)
keandalan pelaporan keuangan (2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, (3) efektivitas dan efisiensi operasi”.
Pengertian yang dikemukan oleh Mulyadi dan Puradiredja menyatakan bahwa
pengendalian internal merupakan proses yang dilaksanakan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan pimpinan yang berada di bawah merekauntuk memberikan kepastian yang
layak bahwa tujuan pengendalian internal tercapai.
Sedangkan pengertian pengendalian internal menurut SAK (Standar Akuntansi
Keuangan) No 45, yang dikutip oleh Guy, Wayne dan Winters (2002;226) dan dialih
bahasakan oleh Sugiyarto adalah sebagai berikut :
“Pengendalian internal sebagai sebuah proses yang dihasilkan oleh dewan
direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk
memberikan kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan kategori-kategori
berikut: (1) keandalan (reliabilitas)laporan keuangan, (2) Ketaatan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku, dan (3) Efektivitas dan Efisiensi operasi”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah sebuah
proses untuk mencapai tujuan tertentu, yang menjadi sebuah rangkaian tindakan yang tidak
terpisahkan. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup
dewan komisaris, manajemen dan personel lain. Dan pengendalian internal ditujukan untuk
mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

2.2 Tujuan Pengendalian dan Siklus Transaksi

Pengendalian berguna untuk mengurangi eksposur. Analisis eksposur dalam suatu


organisasi sering berhubungan dengan konsep siklus transaksi. Ada empat siklus aktivitas
transaksi bisnis, yaitu:
▪ Siklus pendapatan : Kejadian yg terkait dengan distribusi barang dan jasa ke entitas
lain dan penagihan atas pembayaran yg terkait dengan distribusi barang dan jasa.
▪ Siklus pengeluaran : Kejadian yag terkait dengan akusisi barang dan jasa dari
entitas lain dan pelunasan kewajiban terkait dengan akuisisi tersebut.
▪ Siklus produksi : Kejadian yang terkait dengan transformasi bahan baku menjadi
barang dan jasa.
▪ Siklus keuangan : Kejadian yang terkait dengan akuisisi dan pengelolaan dana dan
modal termasuk kas.
Manajemen harus mengembangan secara detail tujuan pengendalian untuk setiap siklus
transaksi. Tujuan pengendalian ini menjadi dasar untuk analisis.

Tujuan Pengendalian
Siklus Pelanggan harus diotorsisasi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
Pendapatan manajemen.
Harga dan termin barang dan jasa yang dijual harus diotorisasi sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan manajemen.
Semua pengiriman barang dan jasa harus diikuti dengan penagihan ke
pelanggan.
Tagihan ke pelanggan harus akurat dan dengan cepat diklasifikasikan,
diringkas, dan dilaporkan.
Siklus Vendor harus diotorisasi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
Pengeluaran manajemen.
Karyawan yang direkrut harus sesuai dengan kriteria manajemen.
Akses terhadap catatan personalia, catatan penggajian, dan catatan
potongan gaji hanya diberikan pada pihak tertentu sesuai dengan kritria
manajemen.
Tarif kompensasi&potongan gaji harus diotorisasi sesuai dgn kriteria
manajemen.
Jumlah terutang ke vendor harus akurat dan harus segera
dikelompokkan, diringkas, dan dilaporkan.
Siklus Rencana produksi harus diotorisasi sesuai dengan kriteria manajemen.
Produksi
Harga pokok produksi harus akurat dan harus segera dikelompokkan,
diringkas, dan dilaporkan.
Siklus Jumlah dan waktu transaksi utang harus diotorisasi sesuai dg kriteria
Keuangan manajemen.
Akses atas kas dan surat berharga hanya diberikan pada pihak tertentu
sesuai dengan kritria manajemen.

2.3 Komponen Proses Pengendalan Interal


Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oeh dewan direksi perusahaa,
manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait
dengan tercapainya tujuan 1) reliabilitas pelaporan keuangan, 2) efektivitas dan efisiensi operasi,
dan 3) kesesuaian dengan peraturan dan regulasi yang berlaku.
Proses pengendalian internal suatu organisasi terdiri dari lime elemen: lingkunga n
pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pengawasan. Konsep pengendalian internal didasarkan pada dua premis utama, yaitu tanggung
jawab (terkait dengan tanggung jawab manajemen dan dewan direksi untuk membangun dan
memelihara proses pengendalian internal) dan jaminan yang masuk akal (terkait dengan relativitas
biaya dan manfaat suatu pengendalian.

A. Pengaruh Eksternal yang Terkait dengan Entitas dan Pengendalian Internal


Suatu organisasi harus memastikan aktivitas yang dijalankan tidak melanggar hukum dan
regulasi yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang. Hukum, regulasi dan publikasi
merupakan faktor penting dalam proses pengendalian internal. SEC (Securities Exchange
Commission) dan FASB (Financial Accounting Standard Board) aktif dalam bidang akuntansi
keuangan.
FCPA (Federal Foreign Corrupt Practices Act) tahun 1977 menjadi salah satu syarat legal
yang perlu dipertimbangkan banyak organisasi. Bagian 102 pada FCPA mensyaratkan semua
perusahaan yang menjadi subjek dari Securities Exchange Act tahun 1934 untuk :
(a) Membuat dan memelihara buku, catatan, dan rekening yang cukup detail dan
merefleksikan transaksi dan karakteristik aktiva secara akurat dan wajar.
(b) Mengembangkan dan memelihara sistem pengendalian akuntansi internal yang dapat
memberikan jaminan yang masuk akal bahwa :
1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otoritas manajemen khusus maupun umum.
2. Transaksi dicatat guna (i) memudahkan penyajian laporan keuangan agar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterima umum atau kriteria lain yang dapat diterapkan dan (ii)
memelihara akuntabilitas aktiva.
3. Akses terhadap aktiva hanya diizinkan sesuai dengan otoritas manajemen khusus
maupun umum.
4. Akuntabilitas aktiva yang tercatat dibandingkan dengan aktiva yang saat ini ada pada
rentang yang cukup rasional, dan tindakan yang tepat perlu diambil terkait dengan
perbedaan nilai yang ditemukan.

Sarbanes-Oxley Act (SOA)


Bagi perusahaan publik, SOA memuat tuntutan dan batasan atas nama manajemen, auditor,
dan dewan audit perusahaan, serta mencakup penerapan penalti keuangan maupun kriminal.
SOA membatasi jasa selain audit yang dapat diberikan oleh auditor kepada klien mereka dan
melegalkan pentingnya komite audit. SOA melarang pembelian dan penjualan saham oleh staf
dan direktur atau pihak insider selama periode blankout. SOA mensyaratkan laporan tahunan
yang memuat laporan pengendalian internal yang (1) menyatakan tanggung jawab manajemen
untuk membangun dan memelihara struktur dan prosedur pengendalian internal yang memadai
untuk pelaporan keuangan, serta (2) memuat suatu penilaian, pada akhir tahun fiskal
perusahaan, mengenai keefektifan struktur dan prosedur pengendalian internal dari pelaporan
keuangan perusahaan.

B. Dampak Lingkungan Bisnis Terhadap Pengendalian Internal


Proses pengendalian internal suatu entitas bervariasi tergantung pada konteks ukuran
organisasi; struktur organisasi; karakteristik kepemilikan; metode transmisi, pemrosesan,
pemeliharaan, dan pengevaluasian informasi; persyaratan legal dan regulator; diversitas dan
kompleksitas operasi organisasi.

C. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk
membangun, mendukung, dan meningkatkan efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu.
Faktor yang tercakup dalam lingkungan pengendalian, yaitu :
(1) Integritas dan Nilai-Nilai Etika
Pelanggaran etika dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Setiap
perusahaan memiliki budaya sendiri, hal inilah yang mendukung atau menghalangi
perilaku etis di organisasi, maka dari itu perusahaan harus memiliki audit budaya untuk
memastikan progran etika berjalan dengan baik. Disisi lain, pengendalian yang terlalu kaku
dapat menghambat tindakan dari keputusan yang harus diambil karyawan atau membatasi
respon karyawan untuk menjalankan tugas.
(2) Komitmen Terhadap Kompetensi
Kompetensi dan kualitas karyawan merupakan hal yang penting untuk memungkinka n
proses pengendalian internal dapat berfungsi dengan baik.
(3) Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi
Pengendalian yang efektif dalam organisasi dimulai dan diakhiri dengan filosofi
manajemen. Jika manajemen percaya bahwa pengendalian penting, manajemen akan
memastikan bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian diterapkan secara efektif. Sikap
yang menyadari pentingnya pengendalian akan terkomunikasikan pada para bawahan
melalui gaya operasi manajemen. Jika manajemen hanya sekedar berbicara mengenai
perlunya pengendalian, maka para bawahan kemungkinan besar akan dapat merasakan
sikap yang sesungguhnya di balik kalimat tersebut.
(4) Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan pola otoritas dan tanggung jawab yang ada dalam
organisasi. Struktur organisasi mengindikasikan pola komunikasi formal dalam organisasi.
(5) Fungsi Dewan Direksi dan Komitenya
Dewan direksi merupakan perantara yang menghubungkan pemegang saham selaku
pemilik organisasi dengan manajemen yang bertanggungjawab menjalankan organisasi.
Pemegang saham mengontrol manajemen melalui fungsi dewan direksi dan komitenya.
Komite audit seharusnya
independen dari manajemen
organisasi. Komite audit
bertanggungjawab penuh atas
laporan keuangan perusahaan,
termasuk kesesuaian dengan
hukum dan regulasi yang
berlaku, serta meninjau reaksi
manajemen terhadap laporan
akuntan publik terkait dengan
proses pengendalian internal perusahaan.
Seorang auditor internal seharusnya melapor kepada komite audit dari dewan direksi
untuk menjaga independensi pelaksanaan audit internal dari fungsi-fungsi lain dalam
organisasi.
(6) Cara Memberikan Wewenang dan Tanggung Jawab
Metode pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi
mengindikasikan filosofi manajemen dan gaya operasi manajemen. Pada struktur
organisasi formal, dokumen tertulis sering digunakan untuk mengindikasikan pemberian
wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi. Struktur organisasi biasanya dilengkapi
dengan deskripsi pekerjaan formal.
Penganggaran merupakan proses pembuatan anggaran yang menjadi aktivitas utama
manajemen. Anggaran biasanya dibuat untuk seluruh organisasi (anggaran master) dan
setiap sub unit di dalamnya. Anggaran digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan
aktivitas dalam perusahaan.
(7) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Personel harus kompeten dan memiliki kemampuan atau mendapatkan pelatihan yang
cukup terkait dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Kualifikasi yang diisyaratkan pada
setiap posisi pekerjaan harus menggambarkan tingkat tanggungjawab terkait dengan posisi
tersebut. Fidelity bonding merupakan salah satu kontrak yang lazim diterapkan pada
karyawan yang secara langsung memiliki tanggung jawab mengelola harta kekayaan
perusahaan, hal itulah yang mampu meyakinkan organisasi sudah merekrut karyawan yang
andal.
a. Pemisahan Tugas. Tanggung jawab harus secara jelas dirancang dalam deskripsi
pekerjaan. Pemisahan yang efektif bergantung pada tingkat kerincian perencanaan
prosedur dan kehati-hatian penugasan fungsi karyawan.
b. Supervisi. Supervisi merupakan pengawasan langsung kinerja personel oleh seorang
karyawan yang diberi tanggung jawab, yang tujuannya memastikan pekerjaan tiap
karyawan dilaksanakan sesuai dengan semestinya.
c. Rotasi Pekerjaan dan Vakasi Wajib. Rotasi pekerjaan dan vakasi wajib
memungkinkan pemberi kerja untuk mengecek dan memverifikasi pekerjaan karyawan
lain pada saat mereka menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu. Rotasi
pekerjaan memungkinkan karyawan menguasai berbagai tugas dan prosedur kerja
sehingga dalam keadaan darurat memudahkan mencari karyawan pengganti.
d. Pengendalian Ganda. Penugasan ganda ialah penugasan kepada dua individu untuk
menjalankan satu pekerjaan yang sama secara harmoni, yang tujuanya bukan untuk
mengurangi pekerjaan tetapi perangkapan pekerjaan yang diasumsikan bahwa setiap
individu mengecek individu lain secara konstan.
D. Penaksiran Risiko
Penaksiran Risiko merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis,
danmengelola risiko yang memengaruhi tujuan perusahaan. Tahapan yang paling kritis
dalam menaksir risiko adalah mengidentifikasi perubahan kondisi eksternal dan internal
dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan.
E. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan komponen pengendalian kebijakan dan
prosedur yang dibangun untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen
dilaksanakan dengan baik. Ada banyak aktivitas pengendalian yang dapat diterapkan oleh
manajemen. Aktivitas pengendalian dapat berupa pengendalian akuntansi yang dirancang
untuk memberikan jaminan yang masuk akal / memadai bahwa tujuan pengendalian
tertentu tercapai untuk setiap sistem aplikasi yang material dalam organisasi:
• Rencana organisasi mencakup pemisahan tugas untuk mengurangi peluang seseorang
dalam suatu posisi pekerjaan tertentu untuk melakukan kecurangan atau kesalahan
menjalankan tugas sehari – hari mereka.
• Prosedur mencakup perancangan dan penggunaaan dokumentasi dan catatan yang
berguna untuk memastikan pencatatan transaksi dan kejadian yang tepat.
• Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai dengan otorisasi manajemen.
• Cek independen dan peninjauan dilakukan sebagai wujud akuntabilitas kekayaan
perusahaan dan kinerja
• Pengendalian proses informasi diterapkan untuk mengecek kelayakan otorisasi,
keakuratan, dan kelengkapan setiap transaksi.

Setiap tujuan pengendalian di atas akan didiskusikan di bawah ini:

a. Pemisahan tugas
Pemisahan tugas diperlukan untuk mengurangi peluang seseorang yang
ditempatkan dalam suatu posisi pekerjaan tertentu untuk melakukan kecurangan atau
kesalahan ketika menjalankan tugas sehari – hari mereka. Pemisahan tugas diterapkan
dengan cara memisahkan tanggung jawab wewenang pelaku transaksi dengan
tanggung jawab pencatat transaksi dan juga dengan tanggung jawab penyimpan
kekayaan ke orang – orang berbeda.
b. Pemisahan Wewenang Pelaksana Transaksi dari Pencatat Transaksi
Pemisahan wewenang pelaksana transaksi dari bagian pencatat transaksi
mengurangi peluang terjadinya kesalahan dan kecurangan melalui dibentuknya
independensi akuntabilitas fungsi otorisasi.
c. Pemisahan Wewenang Pelaksana Transaksi dari Penyimpanan Kekayaan.
Pemisahan wewenang pelaksana transaksi dari penyimpanan kekayaan mengurangi
peluang terjadinya kesalahan dan kecurangan dengan cara mewujudkan akuntabilitas
independen atas penggunaan (penyimpanan) harta.
d. Pemisahan Pencatat Transaksi dari Penyimpan Kekayaan
Pemisahan pencatat transaksi dari penyimpan kekayaan mengurangi peluang
kesalahan dan kecurangan dengan mewujudkan akuntabilitas yang independen atas
penggunaan harta kekayaan organisasi.
e. Dokumen dan Catatan yang Memadai
Dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu memastikan pencatatan atas
transaksi dan kejadian. Dokumen dan catatan merupakan media fisik yang digunakan
untuk menyimpan informasi. Ada berbagai macam wujud dokumen dan catatan, mulai
dari dokumen yang berupa kertas, seperti order penjualan dan order pembelian, sampai
media penyimpanan optikal dan agnetik, seperti tape magnetik dan optical disk.
f. Akses Terbatas ke Harta Kekayaan Organisasi
Akses kekayaan mestinya hanya diizinkan sesuai dengan otorisasi manajemen.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan pengendalian dan penjagaan fisik
yang memadai terhadap akses dan penggunaan harta kekayaan serta catatan seperti
fasilitas yang aman dan otorisasi atas akses ke program komputer dan file data.
g. Pengecekan Akuntabilitas dan Tinjauan Kinerja oleh Pihak Independen
Secara berkala, akuntabilitas pencatatan kekayaan mestinya dibandingkan dengan
aktiva yang ada. Selisih yang terjadi harus ditangani secara tepat. Fungsi rekonsilias i
ini harus dijalankan oleh pihak yang independen, dalam arti, bukan pihak yang
berwenang untuk memberikan otorisasi, pihak pencatat transaksi, dan pihak penjaga
kekayaan organisasi.
h. Pengendalian Pengolahan Informasi
Pengendalian pengolahan informasi memastikan adanya otorisasi, keakuratan, dan
kelengkapan transaksi individual yang memadai. Otorisasi membatasi pelaksanaan
transaksi atas suatu aktivitas oleh sejumlah individu tertentu. Persetujuan merupakan
penerimaan bahwa suatu transaksi boleh diproses lebih lanjut. Persetujuan ini terjadi
setelah otorisasi dan digunakan untuk mendeteksi transaksi yang tanpa otorisasi dan
aktivitas tanpa otorisasi. Kelengkapan dan keakuratan memastikan integritas data dan
informasi dalam suatu sistem akuntansi. Kelengkapan dan keakuratan penting untuk
memastikan bahwa informasi yang dihasilkan dari suatu sistem memang dapat
diandalkan.
F. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi mengacu pada sistem akuntansi organisasi, yang terdiri dari
metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis,
mengelompokkan, mencatat, dan melaporkan transaksi organisasi dan untuk memelihara
akuntabilitas aktiva dan utang yang terkait. Sistem informasi dirancang dan diterapkan
tidak hanya untuk menghasilkan buku besar dan laporan keuangan, tetapi juga untuk
menghasilkan informasi operasional dan informasi guna mendukung pengendalian
manajemen.
a. Dokumentasi Sistem Akuntansi
Prosedur akuntansi ditetapkan dalam manual prosedur akuntansi sehingga
kebijakan dan instruksi dapat diketahui secara eksplisit dan diterapkan secara konsisten.
Formulir yang dirancang dengan baik harus digunakan untuk melaporkan setiap transaksi.
Buku pembantu harus digunakan untuk mengakumulasi detail informasi yang terangkum
dalam buku besar. Kode rekening yang memuat deskripsi detail kegunaan dan maksud
setiap rekening buku besar harus dibuat dan direvisi sesuai kebutuhan. Kode rekening akan
membantu terwujudnya konsistensi aplikasi kebijakan akuntansi, memastikan konsistensi
pencatatan transaksi, serta memfasilitasi penyajian laporan keuangan. Rekening kontrol
harus digunakan secara ekstentif karena rekening kontrol merupakan bukti keakuratan
saldo reening sebagai dampak dari pemisahan tugas dalam sistem akuntansi double-entry.
b. Sistem Akuntansi Double – Entry
Sistem akuntansi double-entry memiliki peran sebagai alat yang akan menghasilkan
serangkaian catatan yang seimbang. Dalam menyembunyikan suatu kecurangan dalam
sistem akuntansi yang double-entry, pelaku kecurangan harus menghapus data di kedua
sisi rekening yang terkait dengan transaksi.
Jejak Audit ada jika total nilai moneter yang tercantum dalam buku besar didukung
dengan bukti – bukti berupa seluruh transaksi individual yang nilai totalnya sama dengan
jumlah moneter tersebut.
c. Komunikasi
Komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua
kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengendalian. Komunikasi yang baik
membutuhkan komunikasi oral yang efektif, manual prosedur yang memadai, manual
kebijakan, serta berbagai jenis dokumentasi yang lain.
G. Pengawasan
Pengawasan atau monitoring melibatkan proses yang berkelanjutan untuk meaksir
kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan. Pengawasan dicapai melalui aktivitas terus-menerus, atau evaluasi
terpisah, atau kombinasi keduanya. Aktivitas terus-menerus mencakup aktivitas supervisi
manajemen dan tindakan lain yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa proses
pengendalian internal secara kontinu berjalan dengan efektif.
Fungsi audit internal merupakan satu fungsi yang biasanya ada dalam perusahaan
besar untuk mengawasi dan mengevaluasi pengendalian secara terus-menerus. Tujuan
fungsi audit internal adalah untuk melayani manajemen dengan menyediakan bagi
manajemen hasil analisis dan hasil penilaian aktivitas dan sistem seperti:
• Sistem informasi organisasi
• Struktur pengendalian internal organisasi
• Sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur dan rencana
• Kualitas kinerja personel organisasi.
2.4 Pengendalian Pemrosesan Transaksi
Pengendalian pemrosesan transaksi adalah satu prosedur yang dirancang untuk
memastikan bahwa elemen proses pengendalian internal diimplementasikan dalam suatu
sistem aplikasi tertentu di setiap siklus transaksi organisasi. Pengendalian pemrosesan
transaksi terdiri dari pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum
memengaruhi semua pemrosesan transaksi sedangkan pengendalian aplikasi merupakan
pengendalian yang spesifik untuk setiap aplikasi tertentu.
A. Pengendalian Umum
Pengendalian umum mencakup hal-hal berikut :
1) Perencanaan Organisasi dan Operasi Pemrosesan Data
Perencanaan organisasi untuk pengolahan data mencakup pemisahan tugas dalam
fungsi pemrosesan data dan pemisahan organisasi pemrosesan data dari operasi lain
dalam organisasi.
Fungsi pemrosesan data harus tesentralisasi. Pemrosesan data komputer semestinya
tidak memiliki wewenang untuk memelihara atau memiliki otoritas atas aktiva selain
aktiva pemrosesan data. Fungsi-fungsi berikut ini, yang terkait dengan pemrosesan
komputer dalam departemen pemroses data, perlu juga untuk dipisahkan, yaitu :
a. Analis sistem, yang bertanggung jawab atas pengembangan perencanaan aplikasi
sistem komputer secara umum.
b. Programer, programer komputer yang mengembangkan program yang akan
menghasilkan output komputer.
c. Operator komputer, yang mengoperasikan peralatan komputer mainframe. Fungsi
operator harus dipisahkan dengan programer.
d. Pustakawan, pustakawan berfungsi untuk menjaga kode program komputer dan
dokumentasi.
e. Karyawan pengendalian data yang bertugas untuk mengendalikan pekerjaan dan
input data untuk diolah.
2) Prosedur Operasi Secara Umum
• Definisi tanggung jawab: deskripsi tugas untuk setiap fungsi pekerjaan dalam sistem
pengolahan transaksi.
• Formulir bernomor Urut Tercetak: Nomor urut di setiap formulir harus tercetak
untuk memungkinkan deteksi atas hilangnya formulir dan kesalahan penggunaan
formulir.
• Reliabilitas Personel: Personel yang menjalankan pemrosesan harus dipastikan ia
dapat konsisten menjaga kinerjanya.
• Formulir tercetak: ada kalanya, sebagian informasi dicetak dalam formulir dalam
format yang akan memudahkan mesin untuk memprosesnya.
• Pelatihan personel: personel harus diberi instruksi secara eksplisit dan harus diuji
pemahamannya sebelum ia dipercaya untuk menjalankan tugas baru.
• Persiapan yang simultan: pencatatan satu transaksi satu kali guna memfasilitasi
seluruh pemrosesan berikutnya, dengan menggunakan rangkap (kertas karbon),
untuk mencegah kesalahan penulisan ulang.
• Kompetensi Personel: orang yang diberi tugas untuk memproses atau mensupervisi
sistem pengolahan transaksi memiliki pemahaman teknis yang diperlukan untuk
menjalankan tugasnya.
• Dokumen Turnaround: dokumen yang dihasilkan oleh komputer yang dimaksudkan
untuk dimasukkan lagi ke dalam sistem.
• Rotasi Tugas: pekerjaan yang dibebankan ke orang-orang harus dirotasi secara
periodik, jika memungkinkan dengan jadwal yang sporadik, khususnya untuk
fungsi-fungsi kunci.
• Dokumentasi: catatan tertulis dengan tujuan untuk sarana komunikasi.
• Perancangan formulir: Formulir disusun sedemikian rupa sehingga formulir tersebut
mudah dipahami, jelas, serta dapat merangkum semua informasi yang dibutuhkan
dengan usaha yang paling minimal.
• Labeling : Identifikasi transaksi, file, atau item yang lain dengan tujuan
pengendalian.
3) Karakteristik Pengendalian Peralatan
• Backup dan Recovery: Backup terdiri dari peralatan file dan prosedur yang tersedia
jika data yang asli hilang atau rusak. Recovery adalah kemampuan untuk membuat
ulang file master dengan menggunakan file dan transaksi di masa lalu.
• Jejak Transaksi: Ketersediaan manual atau sarana machine-readable untuk melacak
status dan isi setiap catatan transaksi individual.
• Statistik Error-Source: Akumulasi informasi atas jenis kesalahan dan titik awal
terjadinya kesalahan.
4) Pengendalian Peralatan Akses Data
• Penyimpanan yang Aman : Aktiva informasi harus dijaga sama seperti menjaga
aktiva berwujud.
• Akses Ganda/Pengendalian Ganda : Dua tindakan kondisi yang independen dan
simultan diperlukan sebelum suatu proses diizinkan untuk dijalankan.
B. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian aplikasi dikelompokkan menjadi pengendalian input, pengendalian
proses, serta pengendalian output. Pengelompokan ini terkait dengan langkah-langkah
dalam siklus pemrosesan data.
a. Pengendalian Input
Pengendalian input dirancang untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan pada
tahap penginputan data.
b. Pengendalian Proses
Pengendalian proses dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa pemrosesan
telah terjadi sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dan bahwa tidak ada transaksi
yang terlewat yang tidak diproses atau bahwa tidak ada transaksi tambahan yang
mestinya tidak ikut diproses. Pengendalian proses biasanya mencakup hal-hal berikut
yauitu Mekanisasi, Standarisasi, Default Option, Batch Balancing, Run-to-Run Total
,Balancing ,Matching, Rekening Kliring , Tickler File dan lain-lain.
c. Pengendalian Output
Pengendalian output dirancang untuk memastikan bahwa input dan proses yang
telah dijalankan menghasilkan output yang valid dan bahwa output telah
didistribusikan secara tepat.
C. Pengendalian Preventif, Detektif, dan Korektif
Pengendalian preventif, berperan untuk mencegah terjadinya kesalahan dan
kecurangan. Pengendalian detektif, berperan untuk mengungkapkan kesalahan dan
kecurangan yang telah terjadi. Pengendalian korektif, berperan untuk membetulkan
kesalahan yang telah terjadi.
D. Mengkomunikasikan Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal adalah manusia. Sebuah proses pengendalian internal
merupakan proses seseorang mengecek pekerjaan orang lain. Fungsi prinsip dari
pengendalian internal adalah untuk memengaruhi perilaku setiap orang yang terlibat dalam
suatu sistem bisnis. Tujuan pengendalian internal harus dipandang relevan dengan tujuan
individu yang akan menjalankan sistem pengendalian.
E. Tujuan dan Pola Perilaku
Sistem informasi memiliki beberapa tujuan; salah satu tujuan utamanya adalah
produktivitas. Reliabilitas informasi dan menjaga kekayaan organisasi juga merupakan
tujuan yang penting. Perilaku yang disebabkan oleh konflik kepentingan adalah
penghapusan tugas pengendalian internal ( seperti penghitungan dokumen ) dengan tujuan
untuk meningkatkan produktivitas.
2.5 Analisis Proses Pengendalian Internal
Analisis proses pengendalian internal memerlukan pemahaman mengenai proses pada saat
proses tersebut dirancang serta pada saat proses tersebut telah dijalankan. proses pengendalian
internal secara rutin mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan tugas – tugas, transfer
otoritas, persetujuan, dan verifikasi. Dokumentasi tugas pengendalian internal ini harus
dievaluasi untuk menentukan reliabilitas operasi sistem. Reabilitas tergantung pada orang yang
mengadministrasi prosedur pengendalian internal.
Teknik Analitik
Kuisioner pengendalian internal merupakan salah satu Teknik analitik yang lazim
digunakan untuk menganalisis pengendalian internal. Kuisioner ini sering menjadi formulir
standar di kantor akuntan publik, departemen audit internal, dan organisasi lain yang secara
rutin terlibat dengan tinjauan pengendalian internal. Kuisioner tersedia untuk meninjau ulang
area aplikasi tertentu dan juga untuk meninjau bagian tertentu, seperti audit pusat komputer.
Kuisioner berperan sebagai dokumentasi yang menyatakan bahwa tinjauan telah dilakukan.
Flowchart analitik juga bisa digunakan dalam analisis pengendalian internal, khususnya
jika analisis tersebut melibatkan aplikasi sistem komputer. Matriks pengendalian aplikasi
berguna sebagai formulir analisis yang relevan dengan tinjauan pengendalain internal suatu
sistem informasi. Baris dari matriks terdiri dari berbagai teknik pengendalian. Kolom matriks
memuat aktivitas atau nilai data dalam sistem yang sedang ditinjau.

Kuis

1. Potensi kerugian finansial atas suatu kejadian dikalikan probabilitas terjadinya kejadian
tersebut dinamakan:
a. Pengendalian
b. Eksposur
c. Hazard
d. Risiko

Jawab : B

2. Kecurangan yang menguntungkan suatu perusahaan atau organisasi, dan bukan hanya
menguntungkan individu tertentu pelaku kecurangan adalah:
a. Kejahatan kerah putih
b. Kejahatan korporat
c. Kecurangan manajemen
d. Pelaporan keuangan yang curang
Jawab : B

3. Tanggung jawab untuk membangun dan menjaga struktur pengendalian internal terletak di
tangan:
a. Audit internal
b. Bendaharawan
c. Manajemen
d. Controller

Jawab : C

4. Mana dari jawaban berikut ini yang merupakan elemen dari proses pengendalian internal?
a. Informasi dan komunikasi
b. Jaminan yang memadai
c. Fungsi audit internal
d. Metode pengendalian manajemen

Jawab : A

5. Mana dari istilah berikut ini yang berarti membatasi timbulnya suatu transaksi atau kinerja
aktivitas pada individu tertentu?
a. Otorisasi
b. Persetujuan
c. Fidelity bond
d. Jejak audit

Jawab : A

6. Dari fungsi system informasi berikut ini, manakah yang bertanggung jawab untuk masalah
dan proyek untuk pemrosesan computer ?
a. User support
b. Pemrograman
c. Operasi
d. Analisis system

Jawab : B
7. Memberi tanda pada surat tagihan “Lunas” untuk mencegah adanya duplikasi pembayaran
merupakan contoh:
a. Pembatalan
b. Back up
c. Persetujuan
d. Endorsment

Jawab : A

8. Total item yang tidak bermakna yang berguna semata-mata untuk tujuan pengendalian
disebut:
a. Line control count
b. Hash total
c. Document control total
d. Ammount control total

Jawab : C

9. Suatu rekening pengecekan penggajian imprest memiliki saldo nol setelah semua cek
diluangkan. Jenis praktik pengendalian ini merupakan contoh:
a. Tickler file
b. Upstream rebmission
c. Pemrosesan redundan
d. Rekening kliring

Jawab : D

10. Kesepakatan atau konspirasi antara dua atau lebih orang untuk melaksanakan suatu
kejahatan disebut:
a. Dua control
b. Complicity
c. Intrigue
d. Kolusi

Jawab : D
Daftar Pustaka

George H. Bodnar. William S. Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 9. Penerbit
Andi, Yogyakarta

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat Jakarta

Anda mungkin juga menyukai