Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan, sebagai
persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara
bayi. Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-
perubahan anatomi dan fisiologi pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai
trimester I, trimester II, sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan- perubahan
anatomi dan adaptasi fisiologi tersebut diantaranya adalah perubahan Sistem Reproduksi,
Payudara, Sistem Endokrin, Sistem Kekebalan, Sistem Perkemihan, Sistem Pencernaan,
Sistem Muskuloskeletal, Sistem Kardiovaskuler, Sistem Integumen, Metabolisme, IMT,
Darah dan Pembekuan Darah, Sistem Pernafasan, dan system Persyarafan. Selama
perubahan- perubahan yang sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam
proses kehamilan berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal.
Sebaiknya bila gejala- gejala tersebut mulai berlebihan dan menyebabkan masalah dalam
kehidupan sehari- hari, seperti mengganggu aktivitas bukan hal yang normal lagi.

2.1 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Reproduksi?
2. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Payudara?
3. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Endokrin?
4. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Kekebalan?
5. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Perkemihan?
6. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Pencernaan?
7. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Muskuloskeletal?
8. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Kardiovaskuler?
9. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Integumen?
10. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Metabolisme?
11. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
IMT?

1
12. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Darah dan Pembekuan Darah?
13. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Pernafasan?
14. Bagaimana perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil Trimester I, II, III pada
Sistem Persyarafan?

3.1 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Reproduksi.
2. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Payudara.
3. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Endokrin.
4. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Kekebalan.
5. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Perkemihan.
6. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Pencernaan.
7. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Muskuloskeletal.
8. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem kardiovaskuler.
9. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Integumen.
10. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Metabolisme.
11. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
IMT.
12. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Darah dan Pembekuan Darah.
13. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Pernafasan.
14. Mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hami Trimester I, II, III pada
Sistem Persyarafan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTEM REPRODUKSI

ORGAN-ORGAN YANG BERPERAN DALAM REPRODUKSI


1. Struktur/Anatomi organ reproduksi laki-laki Secara anatomi organ reproduksi laki-laki terdiri
dari organ reproduksi eksternal yaitu skroturn dan penis, dan organ reproduksi internal yaitu
testis ( menghasilkan sperma dan hormone), kelenjar aksesoris (mensekresikan produk esensial
bagi pergerakan sperma), dan sekurnpulan duktus yang membawa sperma dan kelenjar.
SKROTUM
Skrotum merupakan pembungkus testis, dimana. penurunan testis kedalam skrotum
(Decensus testikulorum) terjadi semenjak didalam kandungan , Suhu testis lebih rendah 2OC
dari suhu tubuh. Ada beberapa mekanisme untuk mempertahankan suhu testis:
 Terdapatnya kelenjar keringat
 Terdapatnya pleksus pampiniform berupa anyarnan-anyaman vena dari testis
 Terdapatnya otot dartos berupa otot-otot halus

Dinding skrotum terdiri dari beberapa lapisan yaitu:


 Bagian luar yaitu berupa kulit tipis relative tanpa bulu, mengandung kelenjar keringat
 Tunika dartos : bagian yang melekat pada kulit yaitu berupa otot-otot halus
 Lapisan jaringan keringat
 Membran serous merupakan dasar dari dinding skrotum

TESTIS
Merupakan saluran-saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
disebut Tubulus seminiferus (tempat terbentuknya sperma). Di tubulus seminiferus juga terdapat
sel-sel leydig yang tersebar , dimana sel ini akan menghasilkan testosteron dan androgen yang
merupakan hormone seks pria.
DUKTUS EFERENS
Tubulus serniniferus dibagian atas lobus membentuk tubulus lurus (tubulus rectus) dan
masuk kebagian testis yang disebut Rete testis dan keluar sebagai duktus eferens.
EPIDIDIMIS
Saluran ini menempel pada testis. Saluran epididimis merupakan duktus eferens bersatu
yang berkelok-kelok. Sperma membutuhkan waktu 20 hari di epididimis yang panjangnya
hampir mencapai 6 meter. Selama perjalanan sperma di epididimis, sperma menjadi motil dan

3
mendapatkan kemampuan untuk membuahi. Lapisan otot saluran ini, makin tebal kearah ekor,
ini sesuai dengan fungsi epididimis untuk mendorong sperma menuju ke vas deferens.
VAS DEFERENS
Merupakan saluran berotot yang keluar dari ekor epididimis menuju keuretra, tetapi
sebelum sampai di uretra, terjadi pelebaran saluran yang disebut ampula, diakhir saluran ampula
akan bersatu dengan saluran vesika seminalis membentuk saluran kecil yang disebut duktus
ejakulasi, duktus ini masuk kedalam prostate dan bermuara pada uretra. Saluran uretra disamping
merupakan saluran eksresi juga sebagai saluran reproduksi .
KELENJAR AKSESORIS
 Kelenjar Vesikula Seminalis

Kelenjar ini menyumbang 60% total volume semen. Cairan dari vesika sernininalis
mempunyai sifat kental kekuning-kuningan dan alkalis (basa). Cairan ini mengandung mucus,
gulaftuktosa (sumber energi bagi sperma), enzim pengkoagulasi, asam askrobat, dan prostaglan
 Kelenjar Prostat

Kelenjar pensekresi semen cukup besar, mensekresikan secara langsung melalui saluran-
saluran kecil. Cairan ini mempunyai sifat encer seperti susu dan sedikit asam, serta mengandung
enzim antikoagulan (seminin), sitrat ( nutrient bagi sperma) . Kelenjar ini merupakan
permasalahan bagi laki-laki yang berumur diatas 40 th keatas, karena pada umumnya terjadi
pembesaran kelenjar prostat (non kanker). Biasanya diatasi dengan pembedahan atau dengan
obat-obatan mengandung gonadotropin yang dapat menghentikan aktivitas dan ukuran kelenjar
prostat.
 Kelenjar Bulbouretralis / Cawper

Secara langsung tidak terlibat dalam sekresi semen, merupakan sepasang kelenjar kecil,
mensekresikan mukus bening sebelum ejakulasi, gunanya untuk menetralkan setiap urin asam
yang masih tersisa dalam uretra, juga mengandung enzim spermin (bau khas). Kadang-kadang
cairan ini juga membawa sebagian sperma yang dibebaskan sebelurn terjadinya ejakulasi. Ini
merupakan alasan tingginya kegagalan kontrol kelahiran menggunakan metode menarik penis
sebelum terjadinya ejakulasi ( KB angkat).
PENIS
Penis manusia terdiri dari 3 silinder jaringan erektil yang mirip spon yang terdiri dari
ruang-ruang dimana pembatasnya disebut trabekula. Jaringan erektil ini berasal dari vena dan
kapiler yang dimodifikasi. Ke-tiga jaringan erektil ini adalah: a. 2 (dua) buah corpus cavernosum
dari penis, pada bagian dorsal dan b. 1(satu) buah corpus cavernosum dari uretra (corpus
spongiosum).
Selama kebangkitan gairah seks, maka jaringan ini akan terisi penuh oleh darah, dimana
akan terjadi penutupan vena oleh peningkatan tekanan sehingga penis penuh dengan darah yang

4
menyebabkan terjadinya ereksi. Ereksi sangat penting artinya untuk memasukkan penis ke dalam
vagina saat terjadi kopulasi.
Setiap laki-laki normal akan mengejakulasikan semennya sebanyak 2-5 ml, dan setiap 1
ml mengandung sperma 50-150 juta sperma (normozoospermia : ≥ 20 juta/ml). Pada saat semen
berada di saluran wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mukus pada permukaan
uterus dan menggerakan otot uterus serta merangsang untuk membantu masuknya semen ke
uterus. Semen yang bersifat alkalis akan membantu menetralkan suasana lingkungan vagina yang
sedikit asam, sehingga melindungi sperma dan meningkatkan motilitasnya. Saat pertama kali
diejakulasikan , semen berkoagulasi sehingga memudahkan untuk digerakan oleh kontraksi
uterus, sampai diuterus antikoagulan mencairkan semen guna membantu sperma untuk bisa
berenang melalui saluran perempuan menuju sel telur.
Anatomi Organ Reproduksi
PerempuanSecara anatomi organ reproduksi perempuan terdiri dari :
1) organ reproduksi ekstemal yaitu klitoris, dua pasang labia yang mengelilingi klitoris, dan
lubang vagina. 2) Organ reproduksi internal yaitu sepasang ovarium, duktus dan ruang untuk
menghantarkan sperma serta menampung embrio dan fetus (uterus).
OVARIUM (Ovary)
Terletak di dalam rongga abdomen, menggantung dan bertautan melalui mesenterium ke
uterus. Setiap ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak
folikel. Tiap folikel mengandung satu sel telur dan dikelilingi oleh satu atau lebih sel-sel folikel,
yang memberikan makanan dan melindungi sel telur yang sedang berkembang. Seorang
perempuan memiliki kira-kira 400.000 buah folikel yang dibawanya sejak lahir dan folikel ini
sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Dari jumlah folikel tersebut, hanya beberapa, ratus ribu
saja yang dapat membebaskan sel telur selama tahun-tahun reproduksi seorang perempuan, mulai
dari pubertas sampai tercapainya masa menopause.
Umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus
menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormon seks utama yaitu ; estrogen.Ovulasi terjadi
apabila sel telur yang matang didorong keluar dari folikel, sedangkan sisa jaringan folikel akan
berkembang di dalam ovarium membentuk massa yang padat yang disebut korpus luteum.
Korpus luteum mensekresikan tambahan estrogen dan progesteron yaitu hormon yang
mempertahankan dinding uterus selama kehamilan. Apabila sel telur tidak dibuahi, korpus
luteum akan lisis dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan selama siklus berikutnya.
Sistem reproduksi wanita tidak sepenuhnya tertutup, sel telur dilepaskan kedalam rongga
abdomen dekat pembukaan oviduk atau saluran telur atau tubafalofi. Oviduk mempunyai
pembukaan yang mirip corong dan silia yang terdapat pada epitelium bagian dalam yang
melapisi duktus akan membantu menarik sel telur dengan cara menarik cairan dari rongga tubuh
kedalam duktus tersebut. Silia (rambut getar) juga mengirimkan sel telur tersebut menuruni
duktus tersebut sampai ke uterus atau rahim. Uterus adalah organ tebal dan berotot yang dapat

5
mengembang selama kehamilan untuk menampung fetus dengan bobot 4 kg. Lapisan bagian
dalam uterus yang disebut endometrium dialiri oleh pembuluh darah yang sangat banyak.
Leher uterus disebut serviks, yang membuka ke dalam vagina. Vagina merupakan
ruangan berdinding tebal yang membentuk saluran kelahiran yang dilalui bayi saat lahir, dan
juga merupakan tempat singgah bagi sperma selama kopulasi. Himen merupakan membran
bervaskuler yang menutupi sebagian lubang vagina mulai saat kelahiran , dan umumnya sampai
pada saat pertama kali hubungan kelamin atau kegiatan fisik yang dapat merobeknya. Lubang
vagina dan lubang uretra, yang terpisah terletak didalam daerah yang disebut vestibula, yang
dibatasi oleh sepasang lipatan kulit tipis yaitu labia minora dan satu pasang tonjolan lagi yang
berlemak dan tebal disebut labia mayora yang merupakan pembungkus dan pelindung dari labia
minora dan vestibula. Dibagian ujung depan dari vestibula terdapat klitoris yang terdiri atas
batang pendek yang menyokong sebuah gland atau kepala, yang bundar, dan ditutupi oleh
tudung kulit kecil yang disebut preputium.
Selama proses perangsangan seksual, klitoris, vagina, dan labia minora dipenuhi dengan
darah dan membesar. Sebagian besar dari tubuh klitoris terdiri dari jaringan erektil. Klitoris
merupakan salah satu titik paling sensitif dalam perangsangan seksual dan diperkaya oleh saraf.
Selarna proses perangsangan seksual, kelenjar Bartholin yang terletak dilubang vagina,
mensekresikan mukus ke dalam vestibula yang menjaganya tetap terlumasi dan memudahkan
hubungan kelamin
SPERMATOGENESIS
Suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulusseminiferus yang
mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah menjadi
spermatozoa. Spermatogenesis terdiri dari tiga fase:
 Fase spermatositogenesis : spermatogonium membelah menghasilkan generasi sel baru
yang nantinya akan menghasilkan spermatosit (pembelahan secara mitosis)
 Fase meiosis : spermatosit mengalami 2x pembelahan secara berturutan dengan
mereduksi sampai ½ jumlah kromosom dan jumlah DNA per sel dan menghasilkan
spermatid
 Fase Spermiogenesis : spermatid mengalami proses sitodiferensiasi sehingga
menghasilkan spermatozoa.Spermatogenesis berlangsung di dalam tubulus seminiferus
secara terus menerus dan berkesinambungan sepanjang masa reproduksi dan selama
fungsi spermatogonia induk tidak terganggu oleh peranan hormon ( FSH, LH,
testosteron).
2. Payudara
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar, fibrosa, dan
jaringan ikat. Jaringan ikatmemisahkan payudara dari otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan
otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior
dada dan meluas dari pinggir lateralsternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas

6
payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major danmasuk ke axilla.
Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costaII–IV.
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpusadalah bagian yang
membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasilASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan
bagian yang kecokelatan ataukehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkelMontgomery adalah
kelenjar sebasea pada permukaan areola. Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang
menonjol dan berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI (Faiz & Moffat, 2003).
Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa.
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang
arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan
dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior
sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola adalah
melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar.
3. Fisiologi Payudara
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarke; pada bayi,
anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya berbentuk rudimenter. Fungsi utama payudara
wanita adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen
dan progesterone.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan
pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama menstruasi terjadi
pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga menyebabkan payudara mengalami
pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa
hamil dan menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan
duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum karena
adanya sekresi hormon prolaktin dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus
kemudian melalui duktus ke puting susu.Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih lambat
bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan menghilang meninggalkan
payudara yang kecil dan menggantung.
3. Histologi Payudara
Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia dan status
fisiologis. Setiap kelenjar payudara terdiri dari 15−25 lobus yang tersusun radier di sekitar

7
puting, yang berfungsi menyekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, dipisahkan oleh jaringan
ikat dan jaringan lemak, yang merupakan kelenjar ductus ekskretorius lactiferus. Ductus ini
bermuara ke papilla mammae.
Jaringan ikat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi
lemak. Pita ini mengikat lapisan dalam dari fascia subkutan payudara pada kulit. Pita tersebut
disebut dengan ligamentum cooper atau ligamentum suspensorium payudara. Setiap lobus
berbeda–beda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya.
Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang sinus
ini, yaitu duktus laktiferus. Struktur khas kelenjar dan lobus pada wanita dewasa berkembang
pada ujung duktus terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam
satu duktus terminal dan terdapat dalam jaringan ikat longgar. Duktus laktiferus menjadi lebar
dan membentuk sinus laktiferus di dekat papilla mammae. Sinus laktiferus dilapisi epitel berlapis
gepeng pada muara luarnya yang kemudian berubah menjadi epitel berlapis silindris atau
berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid
dan dibungkus sel mioepitel yang berhimpitan (Junqueira &Carneiro, 2007).
A. Kalang Payudara

Kalang payudara terletaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan.. Warnanya
akan menjadi lebih gelap saat kehamilan dan warna ini akan menetap. Pada daerah ini akan
didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery yang membentuk tuberkel dan
akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang
dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di bawah kalang payudara terdapat duktus
laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa - ½ dari
payudara.
B. Puting Susu
Puting susu terletak setinggi interkosta IV. Pada tempat ini terdapat muara duktus laktiferus,
ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat- serat otot polos yang
tersusun secara sirkular. Otot ini dapat berkontraksi dan menyebabkan puting susu ereksi.
Berkebalikan dengan otot-otot yang longitudinal yang akan menarik kembali puting susu ereksi.
Pada puting susu akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah
kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampungan
air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus.
Tiap-tiap duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam
alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan
mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.1.3

C. Pengaruh faktor kesehatan ibu menyusui


Ada beberapa kendala hal yang dapat menggangu pemberian ASI seperti produksi ASI
kurang, ibu kurang mengerti tata laksana laktasi, ibu bekerja, ibu hamil lagi padahal masih
menyusui, rasa khawatir pada ibu, dan keadaan payudara ibu Rasa khawatir dan tidak bahagia

8
dapat mengganggu produksi ASI. Ketika Ibu menyusui bayinya dapat menjadi stimulan bagi
produksi ASI. Asupan gizi untuk ibu yang baik juga diperlukan untuk menjamin kualitas ASI
yang sempurna. Keadaan payudara berupa kelainan puting susu lecet, puting tenggelam,
bengkak, mendatar atau puting terlalu besar dapat mengganggu proses menyusui
D. Kandungan ASI11
ASI memliki antibodi bakteri dan virus. ASI juga memiliki kadar antibodi IgA sekretori
yang relatif tinggi, yang mencegah mikroorganisme melekat pada mukosa usus. Pertumbuhan
beberapa virus seperti virus parotitis, influenza, vaksinia, rotavirus, dan virus ensefalitis
kapanese B dapat dihambat oleh ASI. Antibodi kolostrum ASI dan ASI juga memberikan
kekebalan gastrointestinal lokal.
Pada kolostrum dan ASI terdapat makrofag yang mungkin dapat mensintesis komplemen,
lisozim, dan laktoferin. ASI merupakan sumber laktoferin, protein whey pengikat besi, yang
mempunyai pengaruh menghambat pertumbuhan Escherechia coli dalam usus. Bayi peminum
ASI memliki flora usus dapat melindunginya terhadap infeksi yang disebabkan oleh beberapa
spesies E. Coli. Lipase yang dirangsang garam empedu membunuh Giardia lamblia dan
Entamoeba histolytica. ASI dari ibu yang dietnya cukup dan imbang akan memasok nutrien yang
diperlukan, kecuali, mungkin flourida dan sesudah beberapa bulan, vitamin D.
Simpanan besi cukup untuk 6 bulan pertama bayi cukup bulan. Kandungan Besi pada
ASI diserap dengan baik oleh bayi, tetapi dietnya harus ditambah pada usia 4-6 bulan dengan
tambahan tepung dan biji-bijian dan makanan bayi diperkaya dengan besi atau dengan salah satu
preparat besi fero. ASI berisi vitamin C cukup untuk kebutuhan bayi, asalkan masukan ibu
cukup.
Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena kolostrum
mengandung berbeda dengan air susu yang matur, karena kolostrum dan hanya sekitar 1% dalam
air susu matur, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah
putih, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit
(infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan
lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
3. Sistem endokrin
Kelenjar Endokrin yaitu Organ yang menghasilkan hormon yang tidak memiliki duktus /
pembuluh / saluran (duct), sehingga hormon yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah.
• Contoh : kelenjar tiroid,kelenjar adrenal, ovarium, testis, pankreas, dsb.
Struktur Kelenjar Endokrin
• Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh
darah.Sekresinyadisebut hormon.
• Mekanisme kerjanya :

9
 Hormon dilepas dari sel" khusus .
 Kedalam aliran darah.
 Hormon dibawah kesel" target .
 Terjadi efek hormon.

Struktur Dasar Hormon secara Kimiawi


 Derivat Asam Amino  dikeluarkan : Sel kelenjar buntu yg berasal dari jaringan Nervus
Medilla Supra Renal & Neurohipofise. (Contoh : Epinefrin & Nor-Epinefrin)
 Petide/Derivat Peptide  Dibuat : Kelenjar Buntu yg berasal dari jaringan alat cerna
 Steroid  dibuat : kelenjar buntu yg berasal dari mesotelium (Contoh : Hormon testes,
ovarium, & korteks suprarenal
 Asam Lemak  merupakan biosintesis, contoh Hormon prostaglandin.

Klasifikasi Hormon
 Hormon Perkembangan : hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan &
pertumbuhan. (Dihasilkan: kelenjargonad)
 Hormon metabolisme : hormon yg mengatur proses homeostasis glukosa tubuh. (Macam
glukosa : glukokortikoid,glukagon,katekolamin)
 Hormon tropik : dihasilkan dari kelenjar hipofise sbg hormon perangsang
pertumbuhanfolikel (FSH) pada ovarium & proses spermatogonesis (LH)
 Hormon pengatur metabolisme air & mineral (Kalsitonin) : Dihasilkan oleh kelenjar
tiroiduntukatur metabolismekalsium & fosfor

Struktur Sistem Endokrin


• Kelenjar Eksokrin : Melepas sekresi ke dalam duktus pada permukaan tubuhSeperti : Kulit atau
Organinternal (Lapisantraktus intestinal)
• Kelenjar Endokrin : Melepas sekresi langsung ke dalam darahSeperti :
Hepar, Pankreas (kelenjar endokrin & eksokrin), payudara, kelenjar lakrimalis (untuk air mata).
Fungsi Sistem Endokrin
 Membedakan sistem saraf & sistem reproduktif pada janin yg sedang berkembang
 Menstimulasi urutan perkembangan
 Mengkoordinasi sistem reproduktif
 Memelihara lingkungan internal ygoptimal
 Klasifikasi Sistem Endokrin
Hormon yg larut dalam air termasuk polipeptida (Misal = insulin, glukagon,
adrenokortikotropik/ACTH, dan gastrin) serta katekolamin (Misal=dopamin,
norepinefrin, epinefrin).

10
 Hormon yg larut dalam lemak termasuk steroid (misal = estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) serta dantironin (misal=tiroksin).

Karakteristik Sistem Endokrin


 Sekresi Diurnal : pola naik-turun dalam periode 24 jam. Contoh : Kortisol kadarnya akan
meningkat di pagi hari, dan menurun di malam hari.
 Sekresi hormonal pulsatif & siklik : naik-turun sepanjang waktu tertentu (bulanan)
Contoh : Estrogen merupakan non-siklik dgn puncak & lembahnya menyebabkan siklus
menstruasipada wanita.
 hormonal variabel : berubah dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Contoh :
paratiroid disekresi dlm berespon thdp kadal Ca serum.

Karakteristik Sistem Endokrin


 Hormon bekerja : dalam sistem umpan balik (memungkinkan tubuh untuk
dipertahankandalam situasi lingkungan optimal
 Hormon mengontrol lajuaktivitas selular
 Hormon tidak mengawali perubahan biokimia : tapi hanya pengaruhi sel2 yg
mengandungreseptorygsesuai (yg melakukanfungsi spesifik)
 Hormon punya fungsi dependen & interdependen : suatu pelepasan hormon dari 1
kelenjar sering merangsangpelepasanhormondari kelenjar lainnya
 Hormon bekerja : bekerja secara konstan di reactivated oleh hepar / mekanisme lain &
diekskresi oleh ginjal

4. Sistem kekebalan tubuh


Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia;
mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan
bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan merusak invader
(penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia.
Fungsi sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas
tubuh melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respons imun dengan peningkatan usia. Hal
ini bukan berarti manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua maka
resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit
kronik. Hal ini disebabkan oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat
dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di samping itu, produksi
imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga berkurang jumlahnya sehingga
vaksinasi yang diberikan pada kelompok lansia kurang efektif melawan penyakit.
Masalah lain yang muncul adalah tubuh orang tua kehilangan kemampuan untuk
membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu bagian dari dalam
tubuhnya sendiri.

11
Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring pertambahan usia adalah proses thymic
involution 3.Thymus yang terletak di atas jantung di belakang tulang dada adalah organ tempat
sel T menjadi matang. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan
membantu tipe sel lain dalam sistem imun.
Seiring perjalanan usia, maka banyak sel T atau limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya
melawan penyakit. Volume jaringan timus kurang dari 5% daripada saat lahir. Saat itu tubuh
mengandung jumlah sel T yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya (saat usia muda), dan
juga tubuh kurang mampu mengontrol penyakit dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Jika hal ini terjadi, maka dapat mengarah pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat
mengidentifikasi dan melawan kanker atau sel-sel jahat. Inilah alasan mengapa resiko penyakit
kanker meningkat sejalan dengan usia.
Salah satu komponen utama sistem kekebalan tubuh adalah sel T, suatu bentuk sel darah
putih (limfosit) yang berfungsi mencari jenis penyakit pathogen lalu merusaknya. Limfosit
dihasilkan oleh kelenjar limfe yang penting bagi tubuh untuk menghasilkan antibodi melawan
infeksi. Secara umum, limfosit tidak berubah banyak pada usia tua, tetapi konfigurasi limfosit
dan reaksinya melawan infeksi berkurang. Manusia memiliki jumlah T sel yang banyak dalam
tubuhnya, namun seiring peningkatan usia maka jumlahnya akan berkurang yang ditunjukkan
dengan rentannya tubuh terhadap serangan penyakit.
Kelompok lansia kurang mampu menghasilkan limfosit untuk sistem imun. Sel
perlawanan infeksi yang dihasilkan kurang cepat bereaksi dan kurang efektif dari pada sel yang
ditemukan pada kelompok dewasa muda. Ketika antibodi dihasilkan, durasi respons kelompok
lansia lebih singkat dan lebih sedikit sel yang dihasilkan. Sistem imun kelompok dewasa muda
termasuk limfosit dan sel lain bereaksi lebih kuat dan cepat terhadap infeksi daripada kelompok
dewasa tua.
Di samping itu, kelompok dewasa tua khususnya berusia di atas 70 tahun cenderung
menghasilkan autoantibodi yaitu antibodi yang melawan antigennya sendiri dan mengarah pada
penyakit autoimmune. Autoantibodi adalah faktor penyebab rheumatoid arthritis dan
atherosklerosis. Hilangnya efektivitas sistem imun pada orang tua biasanya disebabkan oleh
perubahan kompartemen sel T yang terjadi sebagai hasil involusi timus untuk menghasilkan
interleukin 10 (IL-10). Perubahan substansial pada fungsional dan fenotip profil sel T dilaporkan
sesuai dengan peningkatan usia.
Fenotip resiko imun dikenalkan oleh Dr. Anders Wikby yang melaksanakan suatu studi
imunologi longitudinal untuk mengembangkan faktor-faktor prediktif bagi usia lanjut. Fenotip
resiko imun ditandai dengan ratio CD4:CD8 < 1, lemahnya proliferasi sel T in vitro, peningkatan
jumlah sel-sel CD8+CD28-, sedikitnya jumlah sel B, dan keberadaan sel-sel CD8T adalah CMV
(Cytomegalovirus). Efek infeksi CMV pada sistem imun lansia juga didiskusikan oleh Prof. Paul
Moss dengan sel T clonal expansion (CD8T) 4.Secara khusus jumlah sel CD8 T berkurang pada
usia

12
lanjut. Sel CD8 T mempunyai 2 fungsi yaitu: untuk mengenali dan merusak sel yang terinfeksi
atau sel abnormal, serta untuk menekan aktivitas sel darah putih lain dalam rangka perlindungan
jaringan normal.
Para ahli percaya bahwa tubuh akan meningkatkan produksi berbagai jenis sel CD8 T sejalan
dengan bertambahnya usia. Sel ini disebut TCE (T cell clonal expansion) yang kurang efektif
dalam melawan penyakit. TCE mampu berakumulasi secara cepat karena memiliki rentang hidup
yang panjang dan dapat mencegah hilangnya populasi TCE secara normal dalam organisme. Sel-
sel TCE dapat tumbuh lebih banyak 80% dari total populasi CD8. Perbanyakan populasi sel TCE
memakan ruang lebih banyak daripada sel lainnya, yang ditunjukkan dengan penurunan
efektifitas sistem imunitas dalam memerangi bakteri patogen. Hal itu telah dibuktikan dengan
suatu studi yang dilakukan terhadap tikus karena hewan ini memiliki fungsi sistem imunitas
mirip manusia. Ilmuwan menemukan tifus berusia lanjut mempunyai tingkat TCE lebih besar
daripada tikus normal, populasi sel CD8 T yang kurang beragam, dan penurunan kemampuan
melawan penyakit. Peningkatan sel TCE pada tikus normal menggambarkan berkurangnya
kemampuan melawan penyakit. Ilmuwan menyimpulkan bahwa jika produksi TCE dapat ditekan
pada saat terjadi proses penuaan, maka efektifitas sistem imunitas tubuh dapat ditingkatkan dan
kemampuan melawan penyakit lebih baik lagi. Aging juga mempengaruhi aktivitas leukosit
termasuk makrofag, monosit, neutrofil, dan eosinofil. Namun hanya sedikit data yang tersedia
menjelaskan efek penuaan terhadap sel-sel tersebut.
1. Jumlah dan Sub-populasi Limfosit

Aging mempengaruhi fungsi sel T dengan berbagai cara. Beberapa sel T ditemukan dalam
thymus dan sirkulasi darah yang disebut dengan sel T memori dan sel T naive. Sel T naive
adalah sel T yang tidak bergerak/diam dan tidak pernah terpapard engan antigen asing,
sedangkan sel T. Memori adalah sel aktif yang terpapar dengan antigen. Saat antigen masuk,
maka sel T naive menjadi aktif dan merangsang sistem imun untuk menghilangkan antigen
asing dari dalam tubuh, selanjutnya merubah diri menjadi sel T memori. Sel T memori menjadi
tidak aktif dan dapat aktif jika menghadapi antigen yang sama. Pada kelompok usila, hampir
tidak ada sel T naive sejak menurunnya produksi sel T oleh kelenjar timus secara cepat sesuai
usia. Akibatnya cadangan sel T naive menipis dan sistem imun tidak dapat berespons secepat
respons kelompok usia muda. Jumlah sel B, sel T helper (CD4+) juga berubah pada orang tua.
Selain terjadi perubahan jumlah sel T, pada kelompok usila juga mengalami perubahan
permukaan sel T. Ketika sel T menggunakan reseptor protein di permukaan sel lalu berikatan
dengan antigen, maka rangsangan lingkungan harus dikomukasikan dengan bagian dalam sel T.
Banyak molekul terlibat dalam transduksi signal, proses perpindahan ikatan signal-antigen
melalui membran sel menuju sel. Sel T yang berusia tua tidak menunjukkan antigen CD28, suatu
molekul penting bagi transduksi signal dan aktivasi sel T. Tanpa CD28, sel T tidak berespons
terhadapnya masuknya patogen asing. Pada tubuh kelompok elderly juga terdapat kandungan
antigen CD69 yang lebih rendah. Sel T dapat menginduksi antigen CD69 setelah berikatan
dengan reseptor sel T. Bila ikatan signal-antigen tidak dipindahkan ke bagian dalam sel T, maka
antigen CD69 akan hilang di permukaan sel dan terjadi penurunan transduksi signal.

13
2. Respons Proliferasi Limfosit
Perubahan utama pada fungsi imun orang tua adalah perubahan respons proliferatif
limfosit seperti berkurangnya Interleukin-2 (IL-2) yang tercermin dari rusaknya proses signal
pada orang tua, minimnya kadar Ca dalam tubuh, dan perubahan membran limfosit sehingga
mempengaruhi fungsi imun. Penurunan Calcium (Ca) pada orang tua mempengaruhi
perpindahan signal dengan gagalnya merangsang enzim termasuk protein kinase C, MAPK dan
MEK; serta menghambat produksi cytokines, protein yang bertanggung jawab untuk koordinasi
interaksi dengan antigen dan memperkuat respons imun. Salah satu cytokine yang dikenal adalah
interleukin 2 (IL-2), cytokine diproduksi dan disekresi oleh sel T untuk menginduksi proliferasi
sel dan mendukung pertumbuhan jangka panjang sel T. Sesuai peningkatan usia sel T, maka
kapasitas sel T untuk menghasilkan IL-2 menurun. Jika terpapar antigen, maka sel T memori
akan membelah diri menjadi lebih banyak untuk melawan antigen. Jika produksi IL-2 sedikit
atau sel T tidak dapat berespons dengan IL-2, maka fungsi sel T rusak. Perubahan cytokine lain
adalah interleukin 4, tumor necrosis factor alpha, dan gamma interferon. Viskositas membran sel
T juga berubah pada orang tua, tetapi viskositas sel B tetap.
Kompoisisi lipid pada membran limfosit orang tua menunjukkan peningkatan proporsi
kolesterol dan fosolipid dibandingkan orang muda. Serum darah orang tua mengandung banyak
VLDL dan LDL. Perubahan komposisi lipid di atas dapat meningkatkan penurunan imunitas
tubuh orang tua. Pembatasan asupan lemak mempengaruhi komposisi membran lipid limfosit,
meningkatkan level asam linoleat, menurunkan kadar asam docosatetraenoat dan arakhidonat.
2. Peningkatan Respons Sistem Imun
Fungsi organ-organ menurun sejalan dengan peningkatan usia manusia. Organ kurang efisien
dibandingkan saat usia muda, contohnya timus yang menghasilkan hormon terutama selama
pubertas. Pada lansia, sebagian besar kelenjar timus tidak berfungsi. Tetapi ketika limfosit
terpapar pada hormon timus, maka sistem imun meningkat sewaktu-waktu. Sekresi hormon
termasuk hormon pertumbuhan dan melatonin menurun pada usia tua dan mungkin dihubungkan
dengan sistem imun. Sistem endokrin dipengaruhi oleh penuaan dan sirkulasi hormon-hormon
menurun dengan umur.
Hormon DHEA (Dehydroepiandrosterone) erat hubungannya dengan penurunan fungsi
kekebalan tubuh. Prostaglandin, hormon yang mempengaruhi proses tubuh seperti suhu dan
metabolisme tubuh mungkin meningkat pada usia tua dan menghambat sel imun yang penting.
Kelompok lansia mungkin lebih sensitif pada reaksi prostaglandin daripada dewasa muda, yang
menjadi penyebab utama defisiensi imun pada lansia. Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan
tubuh, tetapi respons sistem imun pada kelompok dewasa muda lebih baik saat produksi
prostaglandin ditekan.Nutrisi berperan penting dalam sistem imun tubuh.
Pada kelompok dewasa tua yang sehat dan mengalami defisiensi gizi, maka asupan vitamin
dan suplemen makanan dapat meningkatkan respons sistem imun, ditunjukkan dengan lebih
sedikitnya hari-hari penyakit yang diderita.
Orang tua sering mengalami perasaan kehilangan dan stress, dan penekanan imunitas
dihubungkan dengan perasaan kehilangan, depresi, dan rendahnya dukungan sosial. Memelihara

14
kehidupan sosial yang aktif dan memperoleh pengobatan depresi dapat meningkatkan sistem
imun kelompok lansia. Secara umum kelompok lansia lebih sering menderita infeksi atau tingkat
keparahan infeksi yang lebih besar dan penurunan respons terhadap vaksin lebih rendah
(contohnya kematian akibat penyakit tetanus dan flu).
5. Sistem perkemihan
a) Defenisi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam melakukan
ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh, dan dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang dan mereabsorbsi
air dan substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setiap substansi yang tidak
dibutuhkan dalam tubuh (Wylie,2011).

b) Fungsi sistem perkemihan

Sistem perkemihan mempunyai fungsi, yaitu sebagai berikut:

a. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah cairan ke
dalam urin dan melepaskan eritropoietin, serta melepas rennin.
b. Melakukan kontribusi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah keluarnya ion
hidrogen dan ion bikarbonat ke dalam urin.
c. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran nutrisi tersebut
pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat pembuangan nitrogen seperti urea dan
asam urat.
d. Membantu organ hati dalam mendetoksikasi racun selama kelaparan, deaminasi asam amino
yang dapat merusak jaringan.
c. Organ sistem perkemihan
Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, kandung kemih, dan uretra. Sistem perkemihan
mempunyai dua ginjal untuk menjaga fungsi ekskresi. Organ ini memproduksi urin yang
berisikan air, ion-ion, dan senyawa-senyawa solute yang kecil. Urin meninggalkan kedua ginjal
dan melewati sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih,
selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang dinamakan miksi, terjadi ketika adanya kontraksi
dari otot-otot kandung kemih menekan urin untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh.
d. Ginjal
Ginjal adalah organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperiotoneal bagian atas.
Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini
disebut sebagai hilus renalis, yang didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain
yang merawat ginjal, yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf. Besar dan berat
ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya pada sisi
yang lain.

15
lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada perempuan. Ukuran rerata ginjal orang dewasa
adalah 11,5 cm (Panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal), dengan beratnya bervariasi antara 120-
170 gram,atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis
dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim
ginjal.
Ginjal berperan dalam mempertahankan homeostasis dengan fungsi mempertahankan
stabilitas volume, komposisi elektrolit, dan osmolaritas (konsentrasi zat terlarut ) CES. Ginjal
dapat mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, dengan menyesuaikan jumlah air dan
berbagai konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan di urin dalam kisaran
yang sangat sempit yang memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan dan penge luaran
konstituen-konstituen ini melalui saluran lain sangat bervariasi. Organ ginjal melakukan
tugasnya mempertahankan homeostasis sehingga komposisi urin dapat bervariasi. Ginjal
mempunyai fungsi yang sebagian besar membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan
internal antara lain: pengaturan keseimbangan air dan elektrolit di tubuh, pengaturan
keseimbangan asam basa tubuh, pengaturan volume plasma, mengeluarkan ( mengekskresikan )
produk-produk akhir (sisa) metabolism tubuh, mengeluarkan banyak senyawa asing,
meghasilkan eritropoietin dan rennin (Sherwood,2009)
e. Fungsi Ginjal.
Ginjal merupakan organ yang memproduksi dan mengeluarkan urin dari dalam tubuh.
Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostasis (kekonstanan
lingkungan internal). Organ ginjal mempunyai fungsi dan peranan :
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh, kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh
ginjal sebagai urin yang encer dalam jumlah besar. Dalam keadaan kekurangan air (kelebihan
keringat) meyebabkan urin yang diekskresi jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat
sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
b. Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion, fungsi ini terjadi dalam plasma bila
terdapat pemasukan dan pengeluaran yang abnormal dari ion-ion.
c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh, ginjal menyekresi urin sesuai dengan
perubahan pH pada darah dimana hasil akhir metabolisme protein dalam tubuh dipengaruhi oleh
sifat urin yaitu asam dan basa. pH urin bervariasi antara 4,8 – 8,2.
f. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin dari
pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Setiap ureter pada orang dewasa memiliki panjang
kurang lebih 20 cm, memiliki dinding yang terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel
transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltic
(berkontraksi) untuk mengeluarkan urin ke kandung kemih (Muttaqin & Sari, 2014).

16
g.Kandung kemih
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot destrusor yang
saling beranyaman. Dinding kandung kemih terdapat dua bagian besar yakni ruangan yang
berdinding otot polos yang terdiri dari badan (korpus) yang merupakan bagian utama dimana
urin berkumpul dan leher (kolum) yang merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong.
Kandung kemih berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui
uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal
dalam menampung urin, dimana pada orang dewasa besarnya adalah ± 300-450 ml. Kadung
kemih pada saat kosong terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas
simfisis sehingga dapat di palpasi dan diperkusi (Muttaqin & Sari, 2014).
h. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari kandung kemih melalui
proses miksi. Uretra secara anatomi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu uretra posterior dan uretra
anterior. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan
kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra
anterior dan posterior.
uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatetik sehingga pada
saat kandung kemih penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris
yang dipersarafi oleh sistem somatik.Panjang uretra pada pria dewasa antara 23-25 cm yang
berfungsi sebagai saluran reproduksi sedangkan panjang uretra pada wanita antara 3-5 cm.
Perbedaan panjang inilah yang memyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urin lebih sering
terjadi pada pria (Purnomo, 2014).
g.Urin
1. Pengertian Urin
Urin atau air seni merupakan produk akhir dari sistem saluran kemih (tractus urinarius)
yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinarius) dan uretra, melalui proses
filtrasi oleh glomerulus, sekresi dan absorpsi oleh tubuli ( Priyana, 2010). Urin merupakan cairan
terkonsentrasi yang mengandung sedikit air dan berbagai produk sisa metabolisme untuk
dibuang dari tubuh melalui urinasi. Urin di dalam tubuh apabila tidak dikeluarkan, maka produk
sisa metabolism akan menumpuk selanjutnya akan menyebabkan disfungsi sistem tubuh (Wylie,
2011).
2. Komposisi urin
Urin terdiri atas 95% air yang mengandung zat terlarut sebagai berikut;
a. Zat buangan nitrogen, meliputi urea dari protein, asam urat dari katabolisme asam nukleat, dan
kreatinin fosfat dalam jaringan otot.
b. Asam hipurat (asam Kristal), merupakan suatu produk sampingan pencernaan sayuran dan
buah-buahan.
c. Badan Keton (atom karbon), dihasilkan dalam metabolism Elektrolit, meliputi ion natrium,

17
klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium.
e. Hormon (catabolic hormone), terdapat secara normal dalam urin.
f. Berbagai jenis toksinatau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal
ditemukan dalam jumlah kecil.
g. Konstituen abnormal, meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan keton
6. SISTEM PENCERNAAN

Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan tidak enak (nausae akibat kadar hormon
estrogen yang meningkat). Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga morbilitas
seluruh taktus digestivusi juga kurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah
dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Gejalah muntah biasanya terjadi pada pagi hari
yang biasa dikenal dengan morning sickness hal ini di sebabkan karna hormon Estrogen dan
HCG meningkat. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin
berkaitan dengan persepsi wanita tersebut tentang suatu keinginan yang berlebihan terhadap
suatu makanan. Terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang meningkat.
Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus
besar,kearah atas dan lateral dan penurunan asam lambung, melambatkan pengosongan lambung.
Sistem gastrointestinal terpengaruh dalam beberapa hal karena kehamilan, tingginya kadar
progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Sekresi saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak dan
asam lambung menurun, pembesaran uterus menekan diagfragma, lambung dan intestine. Gigi
berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam selama masa kehamilan dan
membutuhkan perawatan yang baik untuk mencegah karies gigi. Pada bulan-bulan terakhir, nyeri
ulu hati dan regurgitas (pencernaan asam) merupakan ketidak nyamanan yang disebabkan
tekanan keatas dari pembesaran uterus. Pelebaran pembuluh darah rectum (hemoroid) dapat
terjadi. Pada persalinan, rectum dan otot-otot yang memberikan sokongan sangat tegang.

7. SISTEM MUSKULOSKELETAL

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada muskuloskeletal, keseimbangan kadar
kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisi khususnya produk susu
terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal. Selama masa
kehamilan wanita membutuhkan kira-kira 1/3 lebih banyak kalsium dan posfor. Karies gigi tidak
disebabkan oleh dekalasifikasi, sejak kalsium dan gigi dibentuk. Terdapat bukti bahwa saliva
yang sama pada saat hamil membuat aktifitas penghancur bakteri email yang menyebabkan
karies Pada trimester II, peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan
wanita berubah secara menyolok. Otot dinding perut meregang dan akhirnya sedikit kehilangan
tonus otot. Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis dapat memisah menyebabkan isi
perut menonjol digaris tengah. Umbilikus menjadi lebih datar atau menonjol.
Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali tetapi, pemisahan otot (diastasi recti)
menetap. Dilain pihak, sendi pelvis pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Postur tubuh
wanita secara bertahap mengalami perubahan karenan janin membesar dalam abdomen. Untuk
mengkompensasikan penambahan berat ini, bahu lebih tertarik kebelakang dan tulang belakang

18
lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dapat menyebabkan nyeri tulang
punggung pada wanita. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk saat berdiri akan
semakin membuat kurva punggung dan lumbal menonjol. Pergerakan menjadi lebih sulit. Kram
otot-otot tungkai dan kaki merupakan masalah umum selama kehamilan. Penyebabnya tidak
diketehui, tetapi berhubungan dengan metabolisme otot, atau postur yang tidak seimbang.
Wanita muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi
wanita yang tua dapat mengalami gangguan punggung atau nyeri punggung yang cukup berat
selama kehamilan.

8. SISTEM KARDIOVASKULER/SIRKULASI DARAH


Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada, bagian kanan dan
kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan
ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam
satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.

Fungsi sistem kardiovaskuler ( jantung )


Memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ
tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh
akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh
menerima nutrisi dengan adekuat.
Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme
yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu, darah
akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara
sistem sirkulasi organ tersebut.

Komponen Sistem Kardiovaskular


Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transpor tertutup yang terdiri atas:
A. Jantung, sebagai organ pemompa.
B. Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
C. Pembululi darah, sebagai media yang mengalirkan komponen darah.

Perubahan anatomi dan fisiologi adaptasi pada ibu hamil kardiovaskuler


1. Trimester I
Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi ke plasenta, uterus yang
membesar pula, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula, mammae
dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume plasenta maternal
mulai meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan terus menerus meningkat sampai 30-
34 minggu, sampai ia mencapai titik maksimum. Perubahan rata-rata volume plasenta maternal
berkisar antara 20-100%. RBC meningkat 18% tanpa suplemen-suplemen zat besi dan terjadi
peningkatan yang lebih besar yaitu 30% jika ibu meminum suplemen zat besi. Karena volume
plasma meningkat rata-rata 50% sementara massa RBC meningkat hanya 18-30%, maka terjadi
penurunan hematokrit selama kehamilan normal sehingga disebut anemia fisiologis.
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunandalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot halus oleh
progestrone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolic pada 10-15 mmHg.

19
Selama kehamilan normal cardiac output meningkatkan sekitar 30-50% dn mencapai level
maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap tinggi selama persalinan.
Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas
dan berotasi ke depan dan ke kiri. Impuls pada apeks, titik impuls maksimum (point of
maksimum impuls/PMII) bergerak ke atas dan lateral sekitar 1-1,5 cm. Derajat pergeseran
tergantung pada lama kehamilan dan ukuran serta posisi uterus. Pada akhir trimester I mulai
terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahanya cardiac output. Hidung
tersembat /berdasas karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone terjadi pembesaran
kapiler, relaksai otot vaskuler serta peningkatan sirkulasi darah.
2. Trimester II
Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi, setelah 24
minggu tekanan darah sedikit demmi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterem.
Perbubahan auskultasi mengiringi perubahaqn ukuran dari posisi jantung, peningkatan volume
darah dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil uskultasi yang umum terjadi selama
masa kehamilan.
Bunyi splitting S1 dan S2 lebih jelas terdengar. S3 lebih jelas terdengar setelah minggu ke-20
gestasi. Selain itu murmurejeksi sistoloik tingkat II dapat didengar didaerah pulmonal. Antara
minggu ke-14 dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali permenit,
kemudian menetap sampai aterm, dapat timbul palpitasi.
3. Trimester III
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000 penyebab
peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelh
melakukan latihan yang berat, distribusi tipe sel juga kan mengaami perubahan. Pada kehamilan,
terutama trimesetr ke-3, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara bersamaan
limfosit dan monosit.

9. SISTEM INTEGUMEN / KULIT


Sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi terhadap lingkungan sekitarnya,
merupakan organ terbesar (16 % dari BB), yang membungkus seluruh permukaan tubuh.
membungkus seluruh permukaan tubuh .

CIRI-CIRI KULIT :
1. Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh lingkungan.
2. Alat tubuh yang terberat : 15 % dari berat badan.
3. Luas : 1,50 – 1,75 m.
4. Tebal rata – rata : 1,22mm.
5. Daerah yang paling tebal : 66 mm, pada telapak tangan dan telapak kaki dan palingtipis : 0,5
mm.pada daerah penis.

FUNGSI KULIT :
 Perlindungan Mencegah dehidrasi
 Rangsangan luar
 Menyimpan lemak
 Sintesis Vitamin D

20
 Menghasilkan bau
 Pengaturan suhu/ homeostasis

KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT :


1. Kelenjar Sebasea
berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang
rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
2. Kelenjar keringat Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a. kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu
lingkungan dan suhu tubuh.Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf
simpatik.pengekuaran keringat oada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap
setress, nyeri dll.
b. kelenjar Apokrin. Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel
rambut, kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada
sklus haid. Kelenjar apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh
bajkteri menghasilkan bau khas pada aksila.Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin
khusus yang disebut K. seruminosa yang menghasilkan serumen.

Perubahan anatomi dan fisologi adaptasi pada ibu hamil system integument
1. Trimerster I
Perubahan keseimbangan hormon dan peregagangan mekanis menyebabkan timbulnya
beberapa perubahan dalam sistem integumen selama masa kehamilan. Perubahan yang umum
terjadi adalah peningkatan penebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan
rambut dan kuku, percepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan
sirkulasi dan aktifitas vasomotor. Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan strie-
gravidarum, atau tanda regangan, respon alegri kulit meningkat.
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu, pigmentasi ini
disebabkan pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini
adalah salah satu hormon yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis, kadang-kadang terdapat
deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung, dikenal sebagai diasmagravidarum, didaerah leher sering
terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mammae. Linea alba pada kehamila menjadi
hitam dikenal sebagai linea grisea, linea nigra adalah garis pigmentasi dari simpisis pubisa
sampai kebagian atas fundus di garis tengah tubuh, kulit perut juga tampak seolah-olah retak,
warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut striae livide. Setelah partus, striae
livide ini berubah menjadi putih disebut striae albicans, pada seorang multigraviada sering
tanpak striae livide dan bersama dengan striae albicans, angioma atau telengiektasis umumnya
disebut vascular spiders. Angioma adalah ujung arteriola yang berdenyut dan sedikit menonjol,
berbebtuk kecil seperti bintang atau cabang, spiders hasil peningkatan kadar estrogen dalam
sirkulasi, biasanya ditemukan di leher, daa, lengan, spiders juga dideskripsikan berwarna
kebiruan dan tidak hilang bila ditekan. Vascular spiders terlihat pada bulan ke-2 – ke-5
kehamilan pada 65% wanita kulit putih dan 10% wanita afrka-amerika. Biasanya hilang setelah
melahirkan, bercak berbatas tegas atau mottling difus yang berwarna kemerahan tanpak pada
permukaan telapak tangan 60% wanita hamil berkulit putih dan 35% wanita afrika=amerika.
Epulis ialah suatu noddul berwarna merah pada gusi yang mudah berdarah lesi ini dapat
imbul pada sekitar bulan ke-3 dan biasasanya terus memebesar seiring kemajuan kehamilan.
Pertumbuhan kuku mengalami percepatan selama masa hamil. Kulit berminyak dan acne

21
vulgaris dapat timbul selama kehamilan, pada wanita lain, kulit bersih dan kulit berseri, dapat
terjadi peningkatan pertumbuhan rambut halus, tapi akan hilang setelah kehamilan berakhir.
1. Trimester II
Akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron, kadar MSH pun meningkat, pada
terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh MSH dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae-gravidarum livide atau alba, areola
mammae, papila mammae, linea nigra, pipih (chloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan menghilang.
2. Trimester III
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan
striae gravidarum. Pada mutipara selain striae kemerahan itu sering kali di temukan garis
berwarna perak berkilau yangmerupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada kebanyakan
perempuan kulit digaris pertengahan perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang di sebut
dengan linea nigra, kadang-kadang muncul dalam ukuran yang variasi pada wajah dan leher yang
disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum, selain itu pada areola dan daerah genetalia
juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan biasanya akan hilang
setelah persalinan.

10. Metabolisme 

a. Metabolisme Air 
Peningkatan retensi air adalah suatu perubahan fisiologis yang normal pada akhir kehamilan.
Akumulasi cairan ini disebabkan oleh peningkatan tekanan vena dibagian yang lebih rendah dari
uterus akibat oklusi parsial vena kava. Penurunan tekanan osmotikkoloid interstisial yang
ditimbulkan olrh kehamilan normal juga cenderung menimbulkan edema pada akhir kehamilan. 

b. Metabolisme Protein 
Produk konsepsi, sebagaimana uterus dan darah ibu, relatif kaya akan protein dari pada
lemak atau karbohidrat. Saat aterm, janin dan plasenta bila digabungkan akan berberat sekitar 4
kg dan mengandung kurang lebih 500g protein, atau sekitar separuh dari pertamabahan total pada
kehamilan. Balans nitrogen pada wanita hamil tampak bahwa penggunaan nitrogen yang
sebenarnya hanya 25%. Oleh karena itu, kebutuhan harian asupan protein selama kehamilan
meningkat cukup besar. 

c. Metabolisme Karbohidrat 
Metabolisme ibu dipengaruhi oleh perubahan sekresi hormon tiroid dan perubahan respons
terhadap insulin. Pada paruh kehamilan, peningkatan kepekaan terhadap insulin mendorong
pengendapan lemak ibu. Pada paruh kedua keamilan, resistensi terhadap insulin menyebabkan
peningkatan kadar berbagai substrat di plasma ibu yang meningkatkan penyaluran melalui
plasenta dan pertumbuhan janin. 

22
11. BERAT BADAN DAN INDEKS MASSA TUBUH
Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg, 9 kg
diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini berkaitan dengan resiko
komplikasi terendah selama kehamilan dan persalinan serta berat badan bayi lahir rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan. Tingkat edema,laju
metabolik, asupan diet, muntah atau diare, merokok, jumlah cairan amniotik  dan ukuran janin,
semuanya harus diperhitungan.  Usia maternal, ukuran tubuh prekehamilan, paratis, ras-
etenisitas, hipertensi, dan diabetes juga mempengaruhi pola peningkatan berat badan maternal.
Peningkatan berat badan yang tepat  bagi setiap ibu hamil saat ini didasarkan pada indeks
masa tubuh prekehamilan (body mass index) yang mengambarkan perbandingan berat badannya
lebih sedikit  daripada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat.
1.      Trimester I
Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami penambahan berat badan, namun
penambahan tersebut masih tergolong rendah, kira-kira 1-2 kg. karena pada masa ini saat dimana
otak, alat kelamin, dan panca indra janin sedang dibentuk.
2. Trimester II
Seorang wanita hamil akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih banyak
dibandingkan pada saat trimester I, karena pada trimester II ini pertumbuhan janin juga semakin
besar. Dan sebagian besar penambahan berat badan selama masa kehamilan berasal dari uterus
dan isi-isinya. Pada trimester II ini seorang wanita yang sedang hamil akan mengalami
penambahan berat badan kira – kira 0,35 – 0,4 kg per minggu. Kenaikan berat badan yang baik
memang secara bertahap dan kontinyu. Bisa jadi catatan bahwa adanya penambahan berat badan
yang berlebih dan secara cepat bisa jadi indikasi awal keracunan kehanilan atau diabetes.
3. Trimester III
 Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal kehamilan
sampai akhir kehamilan adalah 11 – 12 kg. Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal
12,5 kg adalah :
JARINGAN DAN CAIRAN BERAT BADAN (Kg)
Janin 3-4
Placenta 0,6
Cairan Amnion 0,8
Peningkatan Berat Uterus 0,9
Peningkatan Berat Payudara 0,4
Peningkatan Volume Darah 1,5
Cairan Ekstra Seluler 1,4
Lemak 3,5
Total 12,5 Kg

23
Rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut :
BBIH  adalah  Berat Badan Ideal Ibu Hamil yang akan dicari.
BBI = ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm
           (TB – 105 ) jika TB dibawah 160 cm.
           Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100) oleh Broca untuk orang
Eropa dan disesuaikan olehKatsura untuk orang Indonesia.
UH  adalah  Umur kehamilan dalam minggu,
           Diambil perminggu agar kontrol faktor resiko penambahan berat badandapat dengan
dini diketahui. 0,35  adalahTambahan berat badan kg per minggunya 350-400 gram diambil nilai
terendah 350 gram atau 0,35 kg.Dasarnya  diambil nilai terendah adalah penambahan berat
badan lebih ditekankan pada kualitas (mutu) bukan pada kuantitas (banyaknya).
Berikut ini contoh menghitung berat badan ideal ibu hamil, ada tiga contoh. Yaitu:
1.   Contoh Pertama
Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata = Berat Badan Ideal
Diketahui  :
Seorang ibu dengan TB = 162 cm, BB sebelum hamil 53 kg, umur kehamilan 30 minggu.
Ditanya  : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?
Dijawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160 cm)
BBI Hamil = 52+ (30 x 0,35) = 52 + 10,5 kg = 62,5 kg
             Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan sebesar 9.5
kg dari berat badan sebelum hamil.
2. . Contoh Kedua
      Diketahui :
      Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata 10 % > Berat Badan Ideal.Seorang ibu dengan TB
= 162 cm, BB sebelum hamil 57 kg, umur kehamilan 30 minggu.
      Ditanya : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?
      Dijawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110 karena TB > 160 cm)
      BBI Hamil = 52+ (30 x 0,35) = 52 + 10,5 kg = 62,5 kg
 Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan sebesar 5,5
kg atau (62,5 – 57) dari berat badan sebelum hamil.

24
3. Contoh Ketiga
      Diketahui :
      Berat Badan Ideal jika Berat Badan Nyata 10% < Berat Badan Ideal.Seorang ibu dengan TB
= 162 cm, BB sebelum hamil 47 kg, umur kehamilan 30 minggu.
      Ditanya : Berapa BBI Ibu hamil tersebut ?
      Dijawab : BBI sebelum hamil = 162 -110 = 52 kg (dikurangi 110  karena TB > 160 cm)
      BBI Hamil = 52+ (30 x 0,35) = 52 + 10,5 kg = 62,5 kg
                  Jadi berat badan ideal ibu hamil tersebut adalah 62,5 kg atau ada tambahan sebesar
15,5 kg atau (62,5 – 47) dari berat badan sebelum hamil.
Penghitungan berat badan berdasarkan indeks massa tubuh :
IMT = BB / (TB)2
Dimana : IMT =  Indeks masa tubuh
                  BB  =  Berat badan (kg)
                  TB  =  Tinggi badan (m)
Contoh :
Diketahui : BB 50 kg
                    TB 160 kg
Ditanya    : IMT ?
Dijawab   : IMT = 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53  
KATEGORI IMT REKOMENDASI
Rendah < 19,8 12,5 - 18
Normal 19,8 – 26 11,5 - 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas >29 >7
Gemeli 16 – 20,5

12. DARAH DAN PEMBEKUAN DARAH


Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme ke seluruh
tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam basa, perlindungan dari
infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh.
Darah terdiri dua komponen yaitu plasma (55%) dan sel-sel darah (45%). Plasma
mengandung air, protein plasma, dan elektrolit. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (99%), leukosit
dan trombosit.
25
Volume darah merupakan kombinasi dari volume plasma dan volume sel darah merah.
Peningkatan volume darah selama kehamilan berkisar 30-50% dan bahkan bisa lebih pada
kehamilan ganda. Peningkatan volume darah berhubungan dengan peningkatan CO mulai
kehamilan 6 minggu. Peningkatan volume darah juga berhubungan dengan mekanisme
hormonal.
 Peningkatan volume plasma yaitu sekitar 50%, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat hubungannya dengan berat badan
bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami peningkatan volume plasma yang lebih besar
daripada ibu dengan kehamilan biasa.
Volume plasma meningkat pada minggu ke-6 kehamilan Sehingga terjadi pengenceran
darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur kehamilan 32 – 34 mg. Serum darah (volume
darah) bertambah 25 – 30 % dan sel darah bertambah 20 %. Massa sel darah merah terus naik
sepanjang kehamilan. Hemotokrit meningkat dari TM I – TM III.
Peredaran darah dipengaruhi oleh faktor :
1. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
dan pertumbuhan dalam rahim.
2. Terjadi hubungan langsung antara arteri & vena pada sirkulasi retro – plasenter.
3. Pengaruh Hormon Progesteron dan estrogen.
4. Volume darah : Meningkat, jumlah serum lebih besar dari pertambahan sel darah, sehingga
terjadi pengenceran darah (haemodilusi).
5. Sel darah
Sel darah meningkat 20 %, Protein darah dalam bentuk albumin dan gammaglobulin menurun
pada TM I.
Sel Darah Putih
             Jumlah “Peripheral WBC” makin meningkat dengan cepat selama kehamilan. Selama
trimester pertama rata-rata jumlah “WBC” adalah sekitar 9500/mm3  meningkat menjadi rata-
rata 20-30.000/ mm3 pada saat ”at term”. Jumlah ini menurun dengan cepat setelah persalinan
dan kembali ke kadar sebelum hamil pada akhir minggu pertama pasca persalinan. Adanya
hemodilusi maka LED sangat meningkat ( 4 x dari angka normal )
Pembekuan/Koagulasi
Perubahan pada kadar fibrinogen, faktor-faktor pembekuan dan pleteles selama
kehamilan berakibat pada peningkatan kapasitas untuk pembekuan, dengan akibat peningkatan
risiko terjadinya DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) seperti yang terjadi pada
komplikasi-komplikasi antara lain molahidatidosa dan abrupsiv plasenta/solusio plasenta.

26
CONTOH KASUS :
Ibu Herni mengalami pusing, lemah, letih dan lesu. Ketika dites Hb-nya ternyata rendah
yaitu 9, ibu herni mengalami anemia ringan. Hal ini terjadi karena volume darah bertambah,
tetapi penambahan plasmanya jauh lebih besar dari volume eritrosit sehingga konsentrasi
hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Ini merupakan adaptasi fisiologi ibu hamil pada
darah.
13.  SISTEM PERNAFASAN
Kehamilan mempengaruhi perubahan sistem pernafasan pada volume paru-paru dan
ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan diperlukan untuk
memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan
tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia.
Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan bentuk dada berubah. Diafragma menjadi
lebih naik sampai 4cm dan diameter melintang dada menjadi 2cm. Perubahan ini menyebabkan
perubahan sistem pernapasan yang tadinya pernapasan perut menjadi pernapasan dada oleh
karena itu diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan.
Kapasitas inspirasi meningkat progresif selama kehamilan selain itu
volume tidal meningkat sampai 40%. Peningkatan volume tidal ini menyebabkan peningkatan
ventilasi pernapasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu menit. Karena
pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas
dalam daripada nafas cepat. Pada akhir kehamilan, ventilasi pernapasan permenit meningkat
40%. Perubahan ini mengakibatkan resiko hiperventilasi pada ibu. Walaupun hiperventilasi
secara normal menyebabkan alkalosis, hal ini tidak diakibatkan adanya peningkatan kompensasi
ekskresi bikarbonat di ginjal. Namun hiperventilasi ini disebabkan oleh efek progesteron secara
langsung di pusat pernapasan. Ibu hamil mungkin merasa cemas akan terjadinya dyspnoe.
Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan kebutuhan
ibu dan janin. .Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju
metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin
membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang karbon dioksida.
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi
sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Karena rahim membesar, panjang paru-paru
berkurang. Diameter transversal kerangka toraks meningkat sekitar 2 cm dan lingkaran kerangka
iga meningkat 5 sampai 7 cm. Besar sudut kostal, yang pada masa sebelum. hamil sekitar 68°,
meningkat menjadi sekitar 103° pada trimester ketiga. Kerangka iga bagian bawah tampak
melebar. Setelah melahirkan, rongga dada mungkin tidak kembali ke keadaan sebelum hamil.
Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil. Dengan semakin tuanya
kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan
pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.

27
Peningkatan vaskularisasi, yang merupakan respons terhadap peningkatan kadar estrogen,
juga terjadi pada traktus pernapasan atas. Karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan
hiperemia di hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus. Kongesti di dalam jaringan traktus
respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa kondisi yang umum terlihat selama masa hamil.
Kondisi-kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, hidung berdarah (epistaksis),
perubahan suara, dan respons. Peradangan yang menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan
bagian atas yang ringan sekalipun. Peningkatan vaskularitas juga membuat membran timpani dan
tuba eustaki bengkak, menimbulkan gejala kerusakan pendengaran, nyeri pada telinga, atau rasa
penuh di telinga.
CONTOH KASUS :
Ibu Rina merasa lebih banyak menggunakan pernafasan dada, dan sulit inspirasi
pernafasan serta pusing saat napas pendek yang biasanya terjadi ketika duduk di bawah. Hal ini
merupakan bentuk adaptasi anatomi dan fisiologi ibu hamil pada sistem pernafasan.
14. SISTEM PERSYARAFAN
 Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala neurologis
dan neuromuskular sebagai berikut:
1. Kompresi syaraf panggul atau statis vaskular akibat pembesaran uterus dapat menyebabkan
perubahan sensori di tungkai bawah.
2. Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada syaraf atau kompresi akar
syaraf.
3. Edema yang melibatkan syaraf perifer dapat menyebabkan carpal tunned syndrome selama
trimester akhir kehamilan.
4. Akroestesia (rasa gatal di tangan) yang timbul akibat posisi tubuh yang membungkuk
berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus barkialis.
5. Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang
kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti
kesalahan refraksi, sinusitis atau migran
6. Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal
kehamilan. Ketidakstabilan vasomotor hipotensi postural atau hipoglikemi mungkin keadaaan
yang bertanggung jawab atas keadaan ini.
7. Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuscular, seperti kram otot atau
tetanus.
8. Saraf pelvik yang menekan / vasculas tetap disebabkan oleh perbesaran uterus yang
merupakan hasil perubahan sensori pada kaki.

28
9. Pembengkakan melibat kan saraf pherifera  gejala lubang antara persendian sampai lengan &
tangan selama 3 mgg terakhir kehamilan. Pembengkakan yang menekan saraf median dibawah
ligmen persendian antara lengan & tangan.
10. Gelaja pharethesia ( terbakar / gatal karna kekacauan sistem saraf sensori ) & rasa sakit pada
tangan yang menyebar sampai siku. tangan yang dominan biasa nya berpengaruh.
11. Acroesthesia ( kaku & gatal pada tangan ) di sebabkan oleh stoop-snouldered sikap
menerima oleh beberapa wanita selama kehamilan pada kondisi ini dihunbungkan dengan
penarikan pada segmen dari brachial plexus yaitu nervus plexus yang berasal dari percabangan
ventral empat nervus spinalis servikalis terakhir dengan nervus spinalis torakalis pertama,
memecah menjadi beberapa nervus utama bahu, dada & lengan
12. Tekanan sakit kepala datang bersama kecemasan, sinusitis, kunang2, letih, lesu, dan pingsan
adalah umum terjadi selama kehamilan
13. Hypocalcemia (penurunan kalsium darah yang kurang dari normal) dekarenakan persyarafan
otot seperti kejang otot / tetanus
Beberapa hal yang dirasakan ibu hamil diantaranya :
a. Pusing dan kunang-kunang
Pusing dan perasaan seperti melihat kunang-kunang disebabkan oleh hipotensi supine
syndrome (vena cava sindrom). Hal ini terjadi karena ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi
postural khususnya setelah duduk atau berdiri dengan periode yang lama. Hipotensi postural bisa
jadi karena kekurangan volume darah sementara.
b. Meralgia Paresthetica
Merupakan penyakit seperti (kesakitan, mati rasa, berkeringat, terasa gatal di daerah
paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus pada saraf kutan lateral femoral.
c. Sindrom Karpel Tunel
 Sindrom ini bisa menimbulkan perasaan terbakar, gatal dan sakit di tangan (biasanya di
jempol dan 3 jari pertama) sakitnya bisa sampai ke pergelangan tangan, naik ke lengan bagian
bawah, dan kadang-kadang sampai ke pundak, leher dan dada.Sindrom ini menyebabkan luka
pada pergelangan tangan sehingga menyebabkan inflamasi dan penyempitan di saraf tengah yang
menjalar ke telapak tangan.
d.     Kejang kaki mendadak
                  Biasanya terjadi dengan menarik kontraksi otot betis secara berulang. Hal ini terjadi
karena ibu sedang istirahat atau bangun tidur. Kejang ini dikarenakan rendahnya serum ion
kalsium dan meningkatnya fosfat atau ketidakcukupan intake kalsium. Ketika itu terjadi
seharusnya ibu melenturkan atau meluruskan kaki atau berdiri. Ibu tidak dianjurkan untuk
memijat kakinya karena mungkin saja rasa  sakit itu berasal dari tromboplebitis.

29
CONTOH KASUS :
Ibu Susan mengeluhkan masalah nyeri kepala, gangguan penglihatan dan gangguan
pemusatan perhatian, konsentrasi dan memori selama kehamilan. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada sistem syaraf.

30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.Sistem Reproduksi

Struktur/Anatomi organ reproduksi laki-laki Secara anatomi organ reproduksi laki-laki


terdiri dari organ reproduksi eksternal yaitu skroturn dan penis, dan organ reproduksi internal
yaitu testis (menghasilkan sperma dan hormone), kelenjar aksesoris (mensekresikan produk
esensial bagi pergerakan sperma), dan sekurnpulan duktus yang membawa sperma dan kelenjar.

Perempuan secara anatomi organ reproduksi perempuan terdiri dari :Organ reproduksi
ekstemal yaitu klitoris, dua pasang labia yang mengelilingi klitoris, dan lubang vagina. 2) Organ
reproduksi internal yaitu sepasang ovarium, duktus dan ruang untuk menghantarkan sperma serta
menampung embrio dan fetus (uterus).

2. Payudara
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar
3. Sistem endokrin
Kelenjar Endokrin yaitu Organ yang menghasilkan hormon yang tidak memiliki duktus /
pembuluh / saluran (duct), sehingga hormon yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah.
4. Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia;
mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan
bakteri dan virus asing ke dalam tubuh.
5.Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam melakukan
ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh, dan dalam keseimbangan
cairan dan elektrolit
6.Sistem Pencernaan
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan tidak enak (nausae akibat kadar hormon
estrogen yang meningkat). Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga morbilitas
seluruh taktus digestivusi juga kurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah
dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus.
7. Sistem Muskuloskeletal

31
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada muskuloskeletal, keseimbangan
kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisi khususnya produk susu
terpenuhi.
8. Sistem Kardiovaskuler
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada, bagian kanan
dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah
dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah.
9. Sistem Integunem
Sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi terhadap lingkungan
sekitarnya, merupakan organ terbesar (16 % dari BB), yang membungkus seluruh permukaan
tubuh. membungkus seluruh permukaan tubuh .

10. Metabolisme
Ada 3:
1. Metabolisme Air 

Peningkatan retensi air adalah suatu perubahan fisiologis yang normal pada akhir kehamilan.

2. Metabolisme Protein 

Produk konsepsi, sebagaimana uterus dan darah ibu, relatif kaya akan protein dari pada lemak
atau karbohidrat.

3. Metabolisme Karbohidrat 

Metabolisme ibu dipengaruhi oleh perubahan sekresi hormon tiroid dan perubahan respons
terhadap insulin.

d. Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh


Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg, 9 kg
diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini berkaitan dengan resiko
komplikasi terendah selama kehamilan dan persalinan serta berat badan bayi lahir rendah.
e. Darah dan Pembekuan Darah
Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme ke seluruh
tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam basa, perlindungan dari
infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh.
f. Sistem Pernafasan
Kehamilan mempengaruhi perubahan sistem pernafasan pada volume paru-paru dan
ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan diperlukan untuk

32
memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan
tersebut terjadi karena pengaruh hormonal dan biokimia.
g. Sistem Persyarafan
                  Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya gejala
neurologis dan neuromuscular.

33
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/6397/12/BAB%20II.%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf
http://repository.unimal.ac.id/3178/1/SISTEM%20ENDOKRIN.pdf
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/05/Sistem-Reproduksi.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/12._Sistem_Urinary_.pdf&
ved=2ahUKEwi75KTXx7DoAhW7lEsFHYMiA7wQFjACegQICBAB&usg=AOvVaw0Qj0Qgi
n0kPUZqQ6_4Njio&cshid=1584965275745
http://bit.ly/money_crypto

34

Anda mungkin juga menyukai