Bab 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Tahapan Perkembangan Kognitif pada Anak Usia 4-5 Tahun
a. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun
Perkembangan kognitif adalah semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap
makna, penilaian, dan penalaran (Desmita, 2007). Anak harus melalui
beberapa tahapan dalam perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget,
perilaku anak dapat dikategorikan ke dalam empat tahap perkembangan
kognitif, yaitu: sensorimotor (lahir-2 tahun), pra operasional (2-7 tahun),
operasional konkret ( 7-11 tahun), dan operasional formal (11-12 tahun).
Anak TK pada Kelompok A yang berusia empat sampai lima tahun berada
pada tahap perkembangan kognitif pra operasional.
Menurut Piaget (Suyanto, 2005), pada tahap pra operasional ini
anak mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar.
Penguasaan bahasa anak pada tahap ini sudah sistematis dan anak mampu
melakukan permainan simbolis, imitasi, serta mampu mengantisipasi apa
yang akan terjadi pada waktu mendatang. Ciri khas dari tahap ini
kurangnya kemampuan mengadakan konservasi pada anak, cara
berpikirnya memusat, serta mengabaikan dimensi lainnya. Di samping itu
cara berpikir pra operasional tidak dapat dibalik (irreversible) dan terarah
statis. Karakteristik lain dari pemikiran pra operasional menurut Desmita
(2007) adalah pemusatan perhatian pada satu dimensi dan
mengesampingkan semua dimensi yang lain. Karakteristik ini diistilahkan
Piaget dengan centralization (pemusatan). Pemusatan terlihat jelas pada
anak yang kekurangan konservasi (conservation), yaitu kemampuan untuk
memahami sifat-sifat atau aspek-aspek tertentu dari suatu objek atau
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

stimulus tetap tidak berubah ketika aspek-aspek lain mengalami


perubahan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
tahap perkembangan kognitif anak TK pada Kelompok A berada pada
tahap pra operasional. Pada tahap pra operasional ini anak sudah
mengetahui beberapa simbol dan tanda. Begitupun dengan cara berpikir
anak pada tahap ini yaitu memusat pada satu dimensi saja.

b. Karakteristik Perkembangan Kognitif pada Anak Usia 4-5 Tahun


Pengembangan kognitif bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir anak. Arikunto (Yus, 2005) mengemukakan bahwa
potensi yang ingin dikembangkan pada diri anak ada enam aspek, salah
satunya adalah dimensi pengembangan kognitif. Aspek-aspek
perkembangan kognitif yang seharusnya dimiliki oleh anak khususnya
dalam bidang matematika ialah: mengenal bilangan dan lambang bilangan
dari 1-10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda),
dan menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak
tidak disuruh menulis).
Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyatakan
perkembangan anak usia empat sampai lima tahun adalah menghitung 1-
10 dan penjumlahan sampai dengan sepuluh tanpa salah. Sedangkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repubik Indonesia Nomor 58
Tahun 2009, tingkat pencapaian perkembangan kognitif (aspek
perkembangan yang diharapkan dapat dicapai) pada anak usia empat
sampai lima tahun antara lain: mengklasifikasikan benda berdasarkan
bentuk atau warna atau ukuran, mengklasifikasikan benda ke dalam
kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang
berpasangan dengan dua variasi, mengenal pola ABAB, dan ABC-ABC,
mengurutkan benda berdasarkan lima seriasi ukuran atau warna,
mengetahui konsep banyak dan sedikit, membilang banyak benda satu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan


dan mengenal huruf.

2. Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan pada Anak Usia Dini


a. Pengertian Lambang Bilangan
Bilangan merupakan konsep dasar dalam matematika. Pengertian
bilangan menurut Sutan (2003) ialah bilangan didefinisikan sebagai
sesuatu yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya anggota dari
suatu kelompok. Lambang bilangan atau numeral adalah penamaan dan
perlambangan dari kelompok tersebut. Himpunan dari bilangan dapat
diwakili “5” (lambang bilangan Hindu-Arab), “V” (lambang bilangan
Romawi).
Konsep matematika yang paling penting dipelajari anak usia tiga,
empat, dan lima tahun adalah pengembangan terhadap suatu bilangan.
Menurut Seefeldt, (2008) peka pada bilangan itu lebih dari sekedar kegiatan
menghitung, tetapi juga pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Nurhayati (2014) mengatakan bahwa bilangan
adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran, serta bersifat abstrak sebagai gambaran banyaknya anggota
suatu himpunan.
Angka adalah simbol suatu bilangan. Menurut teori Brunner,
belajar bilangan dari obyek yang nyata perlu diberikan sebelum anak belajar
angka. Oleh sebab itu pada saat kegiatan menghitung, sebaiknya anak –
anak dilatih menghitung benda – benda yang nyata setelah itu baru anak
dilatih menghubungkan antara jumlah benda dengan simbol lambang
bilangan (Suyanto, 2005).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lambang
bilangan atau angka merupakan salah satu simbol dalam matematika yang
mendasar namun bersifat abstrak dan untuk mengajarkan pada anak usia
dini harus dimulai dari hal konkret ke abstrak oleh karena itu pengenalannya
dimulai dari konsep lambang bilangan ke simbol lambang bilangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Ruang Lingkup Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan pada


Anak Usia 4-5 Tahun
Salah satu konsep penting yang perlu dipelajari oleh anak TK
adalah mengenalkan konsep lambang bilangan. Pada awalnya anak-anak
mampu menyebutkan satu, dua, tiga, tetapi ia sekedar menirukan orang
dewasa dan tidak memahami artinya. Anak seringkali menganggap
bilangan sebagai rangkaian kata-kata yang tidak bermakna. Anak tidak
mengetahui bahwa bilangan merupakan simbol dari banyaknya benda
(Sudaryanti, 2006). Setelah anak mendapatkan berbagai pengalaman dan
aspek perkembangan kognitifnya semakin berkembang, maka anak akan
memahami makna dari lambang bilangan tersebut.
Arikunto (Yus, 2005) mengemukakan bahwa potensi yang ingin
dikembangkan pada diri anak ada enam aspek, salah satunya adalah
dimensi pengembangan kognitif. Aspek-aspek perkembangan kognitif
yang seharusnya dimiliki oleh anak khususnya dalam bidang matematika
ialah: menyebut urutan bilangan dari 1-10, membilang (mengenal konsep
bilangan dengan benda-benda), dan menghubungkan konsep bilangan
dengan lambang bilangan, mengenal konsep bilangan sama dan tidak
sama, lebih dan kurang, banyak dan sedikit, menyebutkan benda yang
berbentuk geometri, mengenal ukuran panjang, berat dan isi, mengenal
alat untuk mengukur, mengenal penambahan dan pengurangan dengan
benda-benda 1-10 , mengurutkan benda 1-10 berdasarkan urutan tinggi-
rendah, besar-kecil, berat-ringan, tebal-tipis, memperkirakan urutan
berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yang berurutan, menyusun
kepingan puzzle menjadi bentuk utuh dan mengerjakan mencari jejak
(maze).
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam lingkup perkembangan kognitif pada anak usia empat hingga lima
tahun yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran salah
satunya ialah pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengenalan konsep bilangan dan lambang bilangan pada anak TK


Kelompok A adalah anak mampu untuk membilang banyak benda 1-10,
membilang/menyebut urutan bilangan 1-10, menunjuk lambang bilangan
1-10, meniru lambang bilangan 1-10, dan menghubungkan atau
memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 (anak
tidak disuruh menulis). Kemampuan mengenal lambang bilangan dalam
penelitian ini adalah kemampuan seorang anak dalam menunjuk lambang
bilangan 1-10, meniru lambang bilangan 1-10, dan menghubungkan atau
memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10.

3. Media Sandpaper Numbers


a. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari
bahasa latin medius yang secara etimologi berarti “tengah”,”perantara”,
atau “pengantar”. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada pernerima pesan. Hetlach dan Ely
dalam Arsyad (2014) yang menyatakan bahwa media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.
Menurut Fadillah (2012) Media merupakan suatu alat yang
dijadikan sebagai sarana perantara untuk menyampaikan sebuah pesan,
supaya pesan yang diinginkan dapat tersampaikan dengan tepat, mudah
dan diterima serta dipahami sebagaimana mestinya.
Latif dkk (2013) mengemukakan bahwa media pembelajaran berati
segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software) dan alat (hardware)
untuk bermain yang membuat AUD mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan menentukan sikap.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan media
pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam proses belajar mengajar
yang digunakan guru sebagai perantara untuk merangsang pikiran,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan sehingga dapat


mendorong terjadinya proses belajar.

b. Fungsi Media Pembelajaran


Media digunakan dalam proses belajar agar mempermudah siswa
dalam memahami materi pembelajaran. Latif (2013) membagi manfaat
tersebut menjadi 7 yaitu:
1) Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih
jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.
3) Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar
4) Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar
5) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa
dengan lingkungan dan kenyataan
6) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya
7) Memberikan perangsang, pengalaman, dan persepsi yang sama
bagi siswa
Pendapat lain dikemukakan oleh Kemp dan Dayton dalam Latif
dkk (2013) bahwa fungsi media pembelajaran adalah :
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori
belajar
4) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
5) Proses pembelajaran dapat langsung kapan pun dan dimana pun
diperlukan
6) Sikap positif siswa terhadap materi pelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
7) Peranan guru kearah positif
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan


bahwa fungsi media yang digunakan untuk menyampaikan pesan,
informasi atau bahan pembelajar untuk mempermudah proses
pembelajaran dikelas.

c. Prinsip-prinsip Media Pembelajaran


Media pembelajaran sebagai salah satu media yang sangat
berpengaruh terdapat kesenangan pada anak. Menurut Latif dkk (2013)
prinsip-prinsip media pembelajaran terdiri dari :
1) Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multi guna
2) Bahan mudah didapat dilingkungan sekitar paud dan murah atau
dibuat dari bahan bekas atau sisa
3) Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak
4) Dapat menimbulkan kreatifitas
5) Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana
6) Dapat digunakan secara individual, kelompok, maupun klasikal
7) Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak

d. Pengertian Sandpaper Numbers


Maria Montessori mengamati dan menyimpulkan bahwa konsep
matematika merupakan konsep yang abstrak terutama bagi anak usia dini.
Dalam pendekatan Montessori, konsep abstrak dari matematika dibuat
senyata mungkin untuk anak. Semakin dini usia anak, maka semakin
nyata kegiatan yang disiapkan untuk mengenalkan konsep numerik dasar.
Awalnya pengenalan terhadap konsep dilakukan mulai dari yang paling
konkret dulu baru lama-lama beralih ke lebih abstrak, mulai dari yang
paling simpel baru beralih ke yang lebih kompleks.
Media pembelajaran sandpaper numbers merupakan alat peraga
edukatif gagasan dari Maria Montessori yang terbuat dari kertas ampelas
dan membentuk angka. Penggunaan kertas ampelas ini bertujuan untuk
membuat media yang menarik dan bisa disentuh maupun dirasakan oleh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

anak usia dini. Sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana angka


ditulis.
Media pembelajaran sandpaper numbers ini bertujuan
mengajarkan anak tentang pengenalan angka dengan cara merasakan
bentuk-bentuk angka dan menelusuri arah bagaimana angka-angka
tersebut ditulis sehingga anak bisa mengerti bagaimana cara menulis
angka yang benar (Mutiah, 2010).
Tujuannya agar anak-anak menemukan gerakan skrip dari kertas
ampelas secara lebih bebas dan alamiah. Lewat latihan ini, mereka belajar
untuk membuat gerakan menuruti angka. Mereka suka mengulangi latihan
ini, karena mereka masih berada dalam periode kepekaan untuk
mempelajari suara dan memperbaiki indera sentuhan mereka. (Crain,
2007).

e. Manfaat dan Kelebihan Media Sandpaper Numbers


Menurut Feez (2010) sandpaper are usually the first didactic
material introduced to children that require them to associate a phonetic
sound with its written symbol. It is an important stepping stone that lays
the groundwork for reading and writing efficiency. Sandpaper adalah
media pembelajaran yang bisanya digunakan sebagai pengenalan pertama
yang dibutuhkan anak-anak untuk menghubungkan fonem-fonem dengan
simbol-simbol yang dituliskan. Ini merupakan tahapan paling penting
bagi anak-anak sebagai pijakan dasar untuk mengenal dan menulis yang
lebih baik. Kelebihan dari sandpaper numbers adalah rasa kasar ampelas
yang membentuk angka membantu anak untuk memperkuat ingatan
mengenai bentuk dan cara menulis angka yang ditelusuri (Jamaris, 2014).
Manfaat dan kegunaan bahan ini adalah dapat memberi anak tiga
kesan sekaligus. Pertama, anak dapat melihat angka yang diajarkan oleh
guru. Kedua, dapat memegang atau meraba dengan tangannya dan ketiga,
anak dapat mendengar langsung bunyi angka tersebut saat guru
memperkenalkannya. Angka yang terbuat dari sandpaper ini jauh lebih
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

baik daripada angka yang terbuat dan ditulis menggunakan tinta. Karena
sandpaper lebih membangkitkan selera anak untuk meniru angka tersebut.
Ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan kemampuan
mengenal lambang bilangan.

f. Langkah – Langkah Pelaksanaan Penggunaan Media Sandpaper


Numbers
Untuk menggunakan media sandpaper numbers dalam
pembelajaran menurut Hainstock (1999) terdapat langkah-langkah yang
bisa diikuti, diantaranya adalah:
1. Tunjukkan kepada anak dua sendi pertama dalam dua jari pertama.
Lenturkan jari tersebut dan tunjukkan bagaimana cara kerjanya,
jelaskan bahwa dua jari itulah yang melakukan semua pekerjaan.
2. Mulailah dengan angka nol, jelaskan bahwa angka ini tidak berarti
apa-apa, dan telusuri angka nol ini dengan dua jari.
3. Katakan angka ‘satu’, sambil Anda meletakkan angka tersebut di
lantai di sebelah angka nol. Telusurilah angka satu ini dan letakkan
satu alat hitung di sampingnya untuk menunjukkan bahwa satu benda
sama dengan simbol angka satu. Tunjukkan bahwa satu adalah satu
lebih besar dari nol.
4. Begitu setiap angka baru diperkenalkan, ulangi dan hitunglah:
0,1,2,3,4. Gunakan pembelajaran tiga tahap.
5. Berikan nilai pada simbol-simbol dengan menempatkan alat-alat
hitung yang sesuai angka yang dimaksud di sampingnya. Tunjukkan
bahwa angka tiga adalah satu lebih besar dari pada dua; dua adalah
satu lebih besar daripada satu, dan begitu seterusnya.
6. Pastikan bahwa anak mengetahui dan memahami arti dari angka nol
sampai angka empat; kemudian lanjutkan dengan cara yang sama
sampai angka sembilan. Ulangi angka, tambahkan benda-benda dan
kembalilah ke angka nol setiap mengajarkan angka baru.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Berdasarkan pedoman penggunaan media sandpaper numbers diatas,


peneliti menyesuaikan dengan keadaan di sekolah, maka langkah-
langkah penggunaan media sandpaper numbers yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan lambang bilangan ini dibagi menjadi dua kali, pertama
bilangan 1-5 kemudian hari berikutnya bilangan 6-10.
2. Guru mengeluarkan 5 buah sandpaper numbers lalu anak-anak
diminta untuk menyebutkan angka yang terdapat di kartu.
3. Guru mempraktikan cara menggunakan sandpaper numbers.
4. Setelah itu anak diminta mengikuti dengan menulis bilangan di udara.
5. Lalu guru meminta anak satu persatu untuk meraba sandpaper
numbers.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan atau penelitian yang memiliki kesamaan dengan
penelitian ini diantaranya:
1. Manner, Jane C. (2007) yang berjudul Montessori vs. Traditional
Education in the Public Sector: Seeking Appropriate Comparisons of
Academic Achievement. Pada penelitian ini membahas mengenai
perbandingan sekolah Montessori dengan sekolah tradisional. Pengujian
ditunjukkan dengan pencapaian skor tes Stanford dalam aspek membaca
dan matematika. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai akhir
siswa pada sekolah Montessori memiliki rata-rata lebih tinggi dari sekolah
tradisional. Perbedaan yang signifikan muncul pada tahun kedua dan
ketiga yang menunjukkan bahwa program Montessori memberikan hasil
yang lebih unggul. Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan. Peneliti menggunakan media
sandpaper numbers dimana media edukatif ini merupakan rancangan dari
Montessori.
2. Dwi Suryani, Yuni., Sumarni, Sri., & Rukiyah (2016) yang berjudul
Pengaruh Media Sandpaper Numbers Terhadap Kemampuan Menulis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Angka Anak Kelompok B PAUD Cahaya Ananda Palembang. Temuan


yang dilaporkan dalam studi ini adalah terdapat pengaruh media
sandpaper numbers terhadap kemampuan menulis angka anak Kelompok
B PAUD Cahaya Ananda Palembang. Hal ini terbukti dari 13 orang anak
ada 6 orang anak (46,15%) berada pada kategori Berkembang Sangat Baik
(BSB), Selanjutnya ada 4 orang anak (30,76%) dari 13 orang anak berada
pada kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Kemudian ada 3 orang
anak (23,07%) dari 13 orang anak berada pada kategori Mulai
Berkembang (MB), Sedangkan tidak ada anak pada kategori Belum
Berkembang (BB).
Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan. Peneliti sama-sama menggunakan media sandpaper numbers
dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang
bilangan.
3. Lillard & Else-Quest (2006) yang berjudul Evaluating Montessori
Education: An analysis of students’ academic and social scores compares
a Montessori school with other elementary school education programs.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa anak-anak yang mengikuti program
Montessori pada masa pra-sekolah menunjukkan tingkat prestasi yang
tinggi dalam matematika. Anak-anak yang dipilih secara acak untuk
mengikuti program Montessori dinilai lebih tinggi pada tes matematika
standar daripada anak-anak yang tidak dipilih dan menghadiri program
non-Montessori. Relevansi yang terdapat pada penelitian tersebut dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan ialah sama-sama memakai metode
Montessori yang mana peneliti memilih media sandpaper numbers sebagai
media dalam membantu mengenalkan lambang bilangan dimana mengenal
lambang bilangan merupakan langkah awal dalam memahami konsep
matematika.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal menunjukkan bahwa kemampuan mengenal
lambang bilangan pada anak kelompok A TK Qur’an Platinum Al Abidin
Gedongan, Colomadu, Karanganyar terbilang rendah. Hal ini disebabkan
karena TK Qur’an Platinum Al Abidin merupakan sekolah yang lebih
memfokuskan pada hafalan surat – surat pendek dan hadits sehingga
menjadi pemicu kurangnya minat dan fokus anak dalam menerima
pembelajaran konvensional. Selain itu kurangnya ketersediaan media dan
keterbatasan tenaga guru juga menjadi salah satu penghambat dalam
menguasai kelas untuk jalannya pembelajaran yang menyenangkan. Oleh
karena itu, peneliti ingin menggunakan media sandpaper numbers dalam
pembelajaran pengenalan lambang bilangan, yang sebelumnya belum
pernah digunakan. Tujuannya adalah agar anak antusias dengan media
yang baru ini sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
pembelajaran pengenalan lambang bilangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Kerangka berpikir dari pengenalan lambang bilangan melalui


media sandpaper numbers dapat digambarkan melalui bagan sebagai
berikut:

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir

Kurangnya
pemanfaatan media Pengenalan lambang
Kondisi bilangan anak belum
yang digunakan dan
awal optimal
kurangnya minat
anak

1. Perencanaan
SIKLUS 2. Pelaksanaan
I 3. Observasi
Guru 4. Refleksi
menggunakan
SIKLUS
Tindakan sandpaper
II 1. Perencanaan
numbers
dalam 2. Pelaksanaan
pembelajaran Siklus ke 3. Observasi
n 4. Refleksi

Pengenalan lambang bilangan


Kondisi pada anak meningkat dengan
akhir menggunakan sandapaper
numbers

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan di atas dapat diduga bahwa “penggunaan
media sandpaper numbers dapat meningkatkan kemampuan mengenal
lambang bilangan pada anak kelompok A TK Qur’an Platinum Al Abidin
tahun ajaran 2016/2017”.

Anda mungkin juga menyukai