Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR II

PENGUAT DAYA PUSH-PULL KELAS B

Nama : FAZARA INDONESIANA

NIM : 195090801111022

Kelompok : 01

Tanggal Praktikum : 12 DESEMBER 2020

Nama Asisten : Muhammad Ivan Syaiful A

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN PENGUKURAN

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM LAPORAN

ELEKTRONIKA DASAR II
PENGUAT DAYA PUSH-PULL KELAS B

Tanggal Masuk Laporan : _____________________________________________________

Pukul : _____________________________________________________

Korektor Asisten

Muhammad Ivan Syaiful A


Muhammad Ivan Syaiful A

CO Asisten

Otniel Dwimartin Hutapea


Catatan:

______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________

Tnggal Masuk Revisi : ______________________________________________________

Pukul : ______________________________________________________

Nilai Sementara Nilai Akhir


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Praktikum Elektronika Dasar II kali ini bertujuan untuk dipelajari prinsip kerja penguat daya
Push-pull kelas B serta diukur impedansi masukan dan keluaran kemudian diukur besar penguat
dayanya dan diamati cacat penyeberangan.

1.2 Dasar Teori


Penguat kelas B dimiiki operasi kelas B yang terdapat dititik operasi diam terletak pada
sumbu X. Hal ini dikarenakan arus collector dialirkan hanya untuk setengah siklus yang
bertujuan untuk satu siklus penuh dari sinyal masukan. Maka hal itu ddisebut sinyal keluaran
distorsi. Sehingga didapatkan siklus penuh yang dilintasi beban, sepasang transistor yang
digunakan dalam operasi kelas tersebut. Kedua transistor pada penguat kelas b dapat bergantung
pada jenis dari dua transisitor PNP atau NPN yaitu
1. Terdapat jenis yang sama pada kedua transisitor NPN atau PNP maka rangkaian tersebut
dinamakan busur penguat daya kelas BAF Push Pull
2. Pasangan komplementer leone NPN dan PNP terbentuk dari kedua transistor. Hal itu
sebut komplementer simetri kelas B kekuatan AF sirkuit penguat (Godse,2009).
Pengabungan antara pasangan yang biasa dikenal sebagai penguat tekan-tarik (Push-Pull).
Setengah gelombang masukan secara berlawanan yang diperkuat oleh masing masing unsur.
Dengan keluaran yang digabungkan kembali. Efisiensi yang diberikan oleh gabungan ini
diperoleh sangat baik namun terdapat kelemahan dibagian sambungan antara dua setengah
gelombang yang berlawanan dikenal sebagai cacat sambungan (crossover distortion). Pencegahan
pada cacat sambungan dengan diberikan prategangan pada saat unsur penguat mulai bekerja
daripada dimatikan ketika tidak digunakan yang disebut operasi kelas AB. Berikut adalah gambar
penguat kelas B Tekan-Tarik:
Gambar 1.1 Penguat kelas B tekan-tarik (Mismail,2011).
(Mismail,2011).

Dalam rangkaian kelas B tekan-tarik pada gambar dibawah ini, dua transistor Q dan Q1
terdiri dari basa dan collector yang dihubungkan dikedua ujung transformator masukan dan
keluaran yang di sadap tengah dari masing masing T dan T1. Apabila tidak ada tegangan wiknal
masukan apapun kedua transistan terputus yang dipastikannya operasi kelas. Didalam satu
setengah siklus usia volt sinyal input terdapat pada gambar di bawah, ujung atas tranformator
input (T) sekunder dicapai polaritas positif sehubungan dengan titik pusatnya sedangkan ujung
bawah diperoleh polaritas negative. Berikut adalah gambar rangkaian :

Gambar 1.2 Rangkaian Fush-Full (Chattopadhyay,2006)


(Chattopadhyay,2006).

Salah satu contoh lagi yaitu rangkaian yang mirip dengan di atas yang ditunjukannya penguat
Fush-Full yang terdiri atas dua transistor bias sebagai penguat kelas B. Setelah itu dapat dilihat
dihubungkan dengan transformator 180 ° atau dalam skala yang tinggi. Dalam konfigurasi
tersebut salah satu transistor bekerja ketika siklus eksitansi positif dan yang lain ketika negative
dengan hasil penguat linier (Mass,2003).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Peralatan percobaan


Percobaan Praktikum kali ini digunakan beberapa alat yang digunakan dalam percobaan
yaitu Power Supply, Signal Generator, Oscilloscope, Digital Multimeter, Unit Rangkaian
Penguat Daya B, serta Kabel Penghubung.

2.2 Tata Laksana Percobaan


Beberapa langkah langkah yang dapat dilakukan dalam praktikum yaitu yang pertama
dihubungkan unit rangkaian penguat push pull kelas B sesuai skema rangkaian pada diktat
dengan power supply Vcc = 12V, Signal generator, (Vi = 0, frekuensi 1kHz) dan
oscilloscope (Vi dan V0) kemudian dihubungkan beban R L ke bagian keluaran penguat
melalui saklar . Berikut adalah gambar skema rangkaian:

Gambar 1.2 Skema Rangkaian (diktat)


Langkah kedua yaitu dihidupkan power supply , Signal generator serta Oscilloscope
selanjutnya dengan dimanfaatkan Oscilloscope dapat diukur dan digambarkan tegangan pada
titik titik 1 sampai dengn 8 dengan pengukuran dilakukakan saat Vi = 0.
Langkah ketiga yaitu dinaikkan tegangan keluaran signal generator (Vi) sampai didapat
tegangan keluaran penguat (V0) yang masih belum terpotong serta diperhatikan apakah
terdapat cacat penyeberangan pada bagian keluaran selanjutnya cacat besarnya tegangan Vi.
Langkah keempat yitu diukur kembali dan digambarkan tegangan pada titik titik 1 sampai
dengan 8.
Langkah kelima yaitu dilepas tahana RL dan diukur tegangan keluaran penguat (V0) tanpa
beban.
Langkah keenam yaitu dipindahkan posisi saklar untuk dipilih beban RV dan diatur nilai
tahanan RV sehingga diperoleh V0 (dengan beban RV) = 0,5 V V0 ( tanpa beban). Selanjutnya
dapat diukur nilai tahanan RV digunakan multimeter.
Langkah ketujuh yaitu langkah terakhir dimatikan semua alat serta dilepas rangkaian.

2.3 Gambar Alat dan Rangkaian Percobaan

Gambar 2.2 Alat dan Rangkaian (diktat)


BAB III
ANALISIS DA PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

R L = 10 Ω V out (beban) = 0 V V CC = 12 V

F = 1 kHz V out (tanpa beban) = 0,48 V

A = 1050 mVp R v = 10 kΩ

Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan (Amplitudo: 0 Vp)

Vin = 2,06 pV = 2,06 x 10−12 V V6 = 8,573 Pv = 8,573 x 10−12 V

V1 = 1,828 pV = 1,828 x 10−12 V V7 = 22,47 pV = 22,47 x 10−12 V

V2 = 1,821 pV = 1,821 x 10−12 V V8 = 7,334 pV = 7,334 x 10−12 V

V3 = 9,264 pV = 9,264 x 10−12 V Vout = 7,428 Pv = 7,428 x 10−12 V

V4 = 8,554 pV = 8,554 x 10−12 V Vout (Tanpa Beban RL) = 0,01 fV

V5 = 8,607 pV = 8,607 x 10−12 V

Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan (Amplitudo: 1050 mVp)

Vin = 742,27 mV = 0,74227 V V6 = 2,04 V

V1 = 666,58 mV = 0,66658 V V7 = 626,40 Mv = 0,6264 V


V2 = 666,56 mV = 0,666559 V V8 = 618,51 Mv = 0,61851 V

V3 = 2,18 V Vout = 621,78 Mv = 0,62178 V

V4 = 1,99 V Vout (Tanpa Beban) = 2,38 V

V5 = 2,18 V

3.2 Perhitungan

3.2.1 AMPLITUDO : 0 Vp

● Impedansi Masukan

Vin x RL
Rin = . . . . . . (Rin 1 – Rin 8)
Vin x V 1

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 1 = = = =0,547 x 10 Ω
Vin x V 1 2,06 x 10 x 1,828 x 10
−12 −12
3,765 x 10−24

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 2 = = = =0,549 x 10 Ω
Vin x V 2 2,06 x 10 x 1,821 x 10
−12 −12
3,751 x 10 −24

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 3 = = = =0,107 x 10 Ω
Vin x V 3 2,06 x 10−12 x 9,264 x 10−12 19,083 x 10−24

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 4 = = = =0,116 x 10 Ω
Vin x V 4 2,06 x 10−12 x 8,554 x 10−12 17,621 x 10−24

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 5 = = = =0,116 x 10 Ω
Vin x V 5 2,06 x 10 x 8,607 x 10
−12 −12
17,730 x 10 −24

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 6 = = = =0,116 x 10 Ω
Vin x V 6 2,06 x 10 x 8,573 x 10
−12 −12
17,660 x 10 −24
Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13
Rin 7 = = = =0,044 x 10 Ω
Vin x V 7 2,06 x 10 x 22,47 x 10
−12 −12
46,288 x 10−24

Vin x RL 2,06 x 10−12 x 10 2,06 x 10−11 13


Rin 8 = = = =0,136 x 10 Ω
Vin x V 8 2,06 x 10 x 7,334 x 10
−12 −12
15,108 x 10−24

● Impedansi Keluaran

Vi x RL
Ri =
Vin x Vi

Rout = Rv = 10 Ω

● Daya AC Maksimum

Vcc2 122
PL = = =7,2W
2 RL 2 x 10

● Daya yang Diserap Catu Daya

Vcc2 122
PCC = = =14,4 W
RL 10

● Efisiensi

PL 7,2
η= x 100% = x 100 %=50 %
PCC 12

3.2.2 AMPLITUDO : 1050 mPv

● Impedansi Masukan

Vin x RL
Rin = . . . . . . (Rin 1 – Rin 8)
Vin x V 1

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 1 = = = =15,0044 Ω
Vin x V 1 0,74227 x 0,66658 0,4947

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 2 = = = =15,0044 Ω
Vin x V 2 0,74227 x 0,666559 0,4947

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 3 = = = =4,5872Ω
Vin x V 3 0,74227 x 2,18 1,6181

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 4 = = = =5,0251 Ω
Vin x V 4 0,74227 x 1,99 1,4771
Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227
Rin 5 = = = =4,5872Ω
Vin x V 5 0,74227 x 2,18 1,6181

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 6 = = = =4,9020Ω
Vin x V 6 0,74227 x 2,04 1,5142

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 7 = = = =15,9662Ω
Vin x V 7 0,74227 x 0,6264 0,4649

Vin x RL 0,74227 x 10 7,4227


Rin 8 = = = =16,1679 Ω
Vin x V 8 0,74227 x 0,61851 0,4591

● Impedansi Keluaran

Vi x RL
Ri =
Vin x Vi

Rout = Rv = 10 Ω

● Daya AC Maksimum

Vcc2 122
PL = = =7,2W
2 RL 2 x 10

● Daya yang Diserap Catu Daya

Vcc2 122
PCC = = =14,4 W
RL 10

● Efisiensi

PL 7,2
η= x 100% = x 100 %=50 %
PCC 12

3.3 Pembahasan

3.4.1 Analisis Prosedur

3.4.1.1 Fungsi Alat

Terdapat beberapa alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum


Elektronika Dasar II seperti Power Supply yang digunakan untuk diberikannya sumber
tegangan. Terdapat pula Signal Generator digunakan untuk ditampilkan gelombang
listrik. Kemudian Oscilloscope yang digunakan untuk memproyeksikan bentuk sinyal
listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Digital Multimeter yang digunakan untuk
diukurnya arus listrik. Kabel Penghubung yang digunakan untuk dihubungkannya
rangkaian satu dengan rangkaian lain serta Unit Rangkaian Penguat Daya B sebagai
rangkaian uji.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan

Praktikum kali ini dengan digunakannya aplikasi Multisim sebagai penguji


rangkaian untuk diambilnya data hasil percobaan. Digunakan rangkaian Push kelas B
dihubungkan dengan power supply (VCC=12V), signal generator (VI=0, frekuensi
1kHz), dan osiloskop (VI dan V0) sehingga tegangan mengalir serta sirnyal dapat
dihasilkan kemudian gelombang dapat ditampilkan. RL dihubungkan ke bagian
keluaran penguat melalui saklar agar arus yang masuk dapat dibatasi. Selanjutnya
power supply, signal generator, dan osiloskop dihidupkan kemudian dengan osiloskop
dapat dimanfaatkan, tegangan pada titik-titik 1 sampai dengan 8 diukur. Tegangan
keluaran sinyal generator (VI) dinaikkan sampai didapat tegangan keluaran penguat
(VO) yang masih belum terpotong. Perhatikan apakah terdapat cacat penyeberangan
pada bagian keluaran. Selanjutnya tegangan VI dicatat besarnya. Tegangan pada titik-
titik 1 sampai dengan 8 diukur kembali dan digambar. Tahanan RL dilepas dan
tegangan keluaran penguat (VO) diukur tanpa beban. Posisi saklar dipindah untuk
beban dapat dipilih dan nilai tahanan RV diatur. Semua alat dimatikan dan rangkaian
dilepas.

3.4.2 Analisis Hasil

Dari percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh data hasil percobaan kemudian
akan diperhitungkan sebagai data yang nantinya akan dibahas lebih lanjut. Dari perhitungan
yang telah dilakukan maka diperoleh nilai Impedansi masukan pada amplitudo 0 Vp yaitu
0,547 x 10 13 Ω , 0,549 x 1013 Ω , 0,107 x 10 13 Ω , 0,116 x 1013 Ω ,0,116 x 1013 Ω , 0,116 x 1013 Ω ,
0,044 x 1013 Ω ,dan 0,136 x 10 13 Ωdengan rata rata 0,216 x 10 13 Ω dan dapat dilihat terdapat data
yang dimiliki nilai yang sama yaitu 0,116 x 1013 Ω. Sedangkan pada amplitudo 1050 mPv
diperoleh nilai Impedansi masukan yaitu 15,0044 Ω , 15,0044 Ω , 4,5872 Ω , 5,0251Ω ,
4,5872 Ω , 4,9020 Ω , 15,9662Ω ,dan 16,1679 Ω dengan rata rata 10,1555 Ω dan dapat dilihat
terdapat 2 data yang dimiliki nilai yang sama yaitu 15,0044 Ω sebanyak 2 nilai dan 4,5872 Ω
sebanyak 2 nilai. Nilai keluaran dari amplitudo 0 Vp maupun 1050 mPv adalah sama dengan
Rv yaitu 10 Ω. Kemudian keduanya juga dimiliki nilai efisiensi sebesar 50 % .

Keluran Push Pull atau tarik ulur adalah sebuah sirkuit elektronik yang dapat
digerakkan baik arus positif ataupun negative kepada beban. Keluaran Push Pull adalah
standar untuk logika digital TTL dan CMOS serta beberapa jenis penguat dan biasanya
terbuat dari pasangan transisitor komplementer, salah satu membenamkan arus dari beban ke
catu negative sedangkan yang lain menyuplai arus sari catu positif ke beban. Karena biasanya
skema sirkuit digambar vertical dengan dua transistor yang ditumpuk sirkuit ini seri juga
disebut keluaran tiang totem (totem pole). Distorsi crossover adalah distorsi pada daerah
persilangan dengan titik nol, atau dengan kata lain cacat sinyal yng terjadi pada persimpangan
nol antara simpangan sinyal positif dan negatif. Distorsi crossover ini sering terjadi pada
penguat sinyal dengan power output totem pool atau komplementer yang bias basisnya tidak
tepat sehingga terjadi crossover secara lead maupun leag. Distorsi crossover ini terjadi pada
penguat tegangan kelas B, sehingga penguat tegangan tersebut dimodifikasi dan diperoleh
penguat kelas AB. Sifat-sifat distorsi pada penguat kelas B ini terjadi bila karakteristik
transfernya tidak linear. Distorsi ini akibat sifat nonlinear dari transistor dikenal sebagai
distorsi cross-over, hal ini secara sederhana akibat kedua transistor tidak konduksi pada
tegangan -Vγ < Vi < Vγ.

Cacat silang dapat dihilangkan dengan cara memberikan tegangan bias basis-emiter
kedua transistor penguat tersebut, yaitu dipasang secara paralel dengan dioda yang berbahan
sama dengan transistor (silicon/germanium) sehingga kedua transistor tidak mengambil
sebagian signal input (digunakan sebagai VBE) yang mengakibatkan cacat silang

Saat Vin = 0 nilai tegangan dapat terlihat karena pada rangkaian diterapkan sebuah
diode yang memberikan bias tegangan ketika input AC masih bernilai 0. Bias tegangan ini
membentuk tegangan yang sesuai dengan nilai minimum tegangan transistor dapat bekerja
yaitu sekitar 0,6 V atau 0,7 V sehingga saat Vin = 0 ada nilai tegangan yang terukur.

Efisiensi yang didapat dari data hasil percobaan dengan perhitungan yaitu 50%. Hal ini
dapat dibenarkan karena pada literature efisiensi dari penguat kelas B itu sendiri dimiliki nilai
maksimal yaitu 75% karena setengah daur berikutnya penguat ini tidak bekerja sehingga tidak
menggunakan daya sama sekali pada saat itu. Begitu juga dengan penggunaan penguat kelas
B jarang digunakan dalam praktik meskipun dapat dimanfaatkan sebagai penguat daya
frekuensi radio (RF) yang tidak terlalu memperhatikan cacat yang timbul (Mismail,2011).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam Praktikum Elektronika Dasar II kali ini telah dipelajari prinsip kerja penguat daya
Push-pull kelas B adalah penguat yang bekerja dengan titik operasinya terletak pada ujung kurva
karakteristik (titik cut off), sehingga daya operasi tenang (quescent power)-nya sangat kecil.
Apabila sinyal input merupakan gelombang sinus, maka penguatan yang terjadi hanya
berlangsung selama setengah siklus. serta diukur impedansi masukan dari amplitudo 0 Pv dan
1050 mPv yang diperoleh rata rata 0,216 x 10 13 Ω dan 10,1555 Ω . Impedansi keluaran adalah
sama dengan Rv yaitu 10 Ω kemudian diukur besar penguat dayanya dan diamati cacat
penyeberangan.
4.2 Saran

Pada saat praktikum dilakuakan dapat dipersiapkan lagi kebutuhan yang akan digunakan saat
praktikum seperti aplikasi serta jaringan yang baik sehingga praktikum dapat berjalan sesuai
dengan keinginan

DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhyay,D.2006.Elektronika Fundamental and Applications.Delhi:New Age


International
Godse,A.P.2009.Basic Elektronics.India:Teknical Publications pune
Maas,Stephen A.2003.Nonlinier Microwave and RF Circuit.Norwood:Artech house
Mismail,Budiono.2011.Dasar Teknik Elektro.Malang:UbPress
LAMPIRAN
(Godse,2009)
(Mismail,2011).
(Chattopadhyay,2006)
v
(Mass,2003).
(Mismail,2011).
PUSH PULL (PENGUAT KELAS B)

Pengukuran

Amplitudo: 0 Vp

Vin = 0 V6 = 8,573 pV

V1 = 1,828 pV V7 = 22,47 pV

V2 = 1,821 pV V8 = 7,334 pV

V3 = 9,264 pV Vout = 7,428

V4 = 8,554 pV Vout (Tanpa Beban) = 0,01 fV

V5 = 8,607 pV

Amplitudo: 1050 mVp

Vin = 742,27mV V6 = 2,04 V

V1 = 666,58 mV V7 = 626,40 mV

V2 = 666,56 mV V8 = 618,51 mV

V3 = 2,18 V Vout = 621,78 mV

V4 = 1,99 V Vout (Tanpa Beban) = 2,38 V


V5 = 2,18 V

Perhitungan

Vin x RL
Rin = (Impedansi Masukan)
Vin x V 1

Vi x RL
Ri = (Impedansi Keluaran)
Vin x Vi

Rout = Rv (Impedansi Keluaran)

Vcc2
PL =
2 RL

Vcc2
PCC =
RL

PL
η= x 100% (efisiensi)
PCC

Pembahasan :

- Bahas data

- Apa itu push-pull? Apa itu cacat penyebrangan?

- Bagaimana cara memperkecil cacat penyebrangan?

- Kenapa ada tegangan di tiap titik saat Vin = 0

- Bandingkan efisiensi dan beri dapus

Anda mungkin juga menyukai