Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MENCERMATI WACANA, ANALISIS DAN WACANA ANALISIS KRITIS

OLEH:

NURZALINA (1930201084)

DOSEN PENGAMPU

Dr. Idawati, S.Ag.M.Pd

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021

i
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

A. Mencermati Wacana ..............................................................................................1

1. Hakikat wacana ............................................................................................1

2. Pengertian wacana.........................................................................................2

3. Ruang lingkup wacana..................................................................................3

B. Mencermati Analisis...............................................................................................3

C. Analisis Wacana Kritis...........................................................................................4

KESIMPULAN ...................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7

ii
Mencermati wacana, Analisis dan Wacana Analisis Kritis

A. Mencermati wacana

1. Hakikat Wacana

Dalam realitas penggunaan bahasa, di samping teredapat kalimat yang berdiri sendiri,
juga terdapat kalimat yang berhubungan dengan kalimat yang lain, baik dengan kalimat
yang mendahuluinya maupun kalimat yang mengukutinya.Kalimat yang saling berhubungan
itu dapat membentuk satuan yang lebih besar, yaitu gugus kalimat atau sentence cluster
(Pike, 1977, 262). Hubungan antara gugus kalimat yang satu dengan gugus kalimat yang lain
dapat membentuk sebuah paragraf. Paragraf-paragraf yang saling berhubungan dapat
membentuk sebuah wacana.

Kalimat-kalimat bila dilesapkan dari ikatannya dengan kalimat yang mendahuluinya


atau kalimat yang mengikutinya menyebabkan timbulnya masalah-masalah Sintaksis yang
tidak bisa dipecahkan tanpa menghadirkan kembali ikatan yang terlepas ke dalam kesatuan
wacana. Masalah yang timbul karena perenggutan dari wacana itu umpamanya
kemungkinan salah nmenafsirkan tentang makna sebuah konstruksi yang sebenarnya tidak
perlu terjadi. Konstruksi itu sebenarnya telah dibantu dari wacana tempat konstruksi dipakai
dan berperan (Samsuri 1984). Perhatikan contoh berikut.

1) Kaitannya dengan kepentingan pembagian tugas mengajar pada semester genap yang
akan datang, program sangat mengharapkan data/daftar tersebut, dan secepatnya
diserashkan kepada fakultas.

Kalimat di atas tidak perlu menimbulkan kesalahan penafsiran apabila kalimat


tersebut tidak direnggutkan dari jaringannya dengan kalimat yang lain dalam kesatuan
wacana. Paling tidak wacana akan memberikan petunjuk tentang penafsiran yang
diharapkan, sehingga kesalahan penafsira tidak mungkin terjadi. Salah satu kunci untuk
memecahkan masalah kesalahan penafsiran makna pada kalimat di atas adalah terletak pada
kata tersebut Jika diperhatikan bentuk kata tersebut sebenarnya merupakan salah satu
penanda antarkalimat selanjutnya disingkat dengan PAK, dengan kalimat yang
mendahuluinya atau mengikutinya.

1
Bentuk kata tersebut sebenarnya berfungsi sebagai pengganti salah satu konstituen
kalimat dari kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Sebagai contoh kata tersebut yang
menggantikn salah satu dari kalimat yang mendahuluinya.

2) (a.) Diberitahukan guna memperlancar pembagian pengampu mata kuliah pokok dan
mata kuliah tambahan bagi Bapak/Ibu dosen PBSI, FKIP, Univet Bantara Sukoharjo,
kami mohon bantuan Bapak/Ibu agar dapat menyerahkan data/daftar satu mata kuliah
pokok dan dua mata kuliah tambahan yang ada relevansinya dengan bidang studi
yang ditekuninya.

(b) Kaitannya dengan kepentingan pembagian tugas mengajar pada semester genap yang
akan datang, program sangat mengharapkan data/daftar tersebut, dan secepatnya
diserahkan kepada fakultas.

Kata tersebut menggantikan kalimat yang mendahuluinya, yakni data/daftar satu


mata kuliah pokiok dan dua mata kuliah tambahan yang ada relevansinya dengan bidang
studi yang ditekuninya. Dalam contoh data kalimat di atas terdapat penanda hubungan
antarkalimat berupa penggantian atau substitusi. Masih terdapat penanda hubungan
antarkalimat yang lain, yakni penunjukkan, penggantian, ellipsis, perangkaian, dan
pengulangan.

Kalimat-kalimat yang saling berhubungan itu dapat membentuk satuan yang lebih
besar, yaitu gugus kalimat atau Sentence Cluster (Pike, 1977: 262). Hubungan antara gugus
kalimat yang satu dengan gugus kalimat yang lain dapat membentuk sebuah paragraf.
Paragraf-paragraf yang saling berhubungan dapat membentuk sebuah wacana.

2. Pengertian Wacana

Wacana merupakan satuan gramatik yang tertinggi, yang realisasinya mungkin


berupa karangan utuh, paragraf, kalimat, bahkan mungkin juga berupa kata, yang
menyatakan pesan yang lengkap. Istilah wacana muncul pada tahun.1970-am sebagai
terjemahan dari istilah discourse yang bermakna ‘lari kian kemari, (Wijana, 2011: 67).

2
Wacana pembeberan atau expository discourse, yaitu wacana yang tidak
mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan dan bagian-
bagiannya diikat secara logis (Kridalaksqana, 1982: 208).

3. Ruang lingkup wacana

Ditinjau dari sudut tataran gramatis, ruang lingkup wacana minimal sampai pada
tataran dialog dan maksimal sampai pada tataran paragraf. Perhatikan contoh berikut.

A: ”Film yang ditonton di Yogya Theater ... begini pokoknya (sambil mengacungkan ibu
jarinya).

B: ”Oh...yang pemainnya meraih aktris terbaik itu”

Contoh kalimat di atas merupakan dialog. Pada dialog tersebut tidak akan menjadi
jelas sebagai ungkapan yang utuh kalau tidak disertai gerak-gerik dan tindakan si penutur.
Dalam dialog ini si B tidak akan menangkap maksud si A secara utuh, jika si A tidak
membuat gerakan (seperti misalnya mengacungkan ibu jarinya (dalam percakapan tersebut
situasi ikut berbicara dalam mendukung adanya kesatuan pesan yang dibawa dalam dialog
tersebut.

Berdasarkan ada dan tidaknya situasi yang ikut dalam suatu wacana, maka yang
dimaksud dengan wacana bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu wacana dalam tuturan atau
apa yang dimaksud dengan ko-tekstual dan wacana luar tuturan atau apa yang disebut
dengan kontekstual. Wacana kontekstual adalah semua kalimat yang mendahului atau
mengikuti suatu kalimat dalam wacana (tidak mnemperhitungkan situasi, hanya semata-mata
melihat hubungan antarsatuan gramatik yang ada), sedangkan yang disebut dengan
kontekstual adalah semua faktor dalam proses komunikasi yang tidak menjadi bagian dari
wacana (yang mengikut sertakan situasi dalam peranannya membentuk keutuhan pesan atau
amanat yang disampaikannya)

B. Mencermati analisis

Analisis dapat didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa yang


dapat berupa karangan atau perbuatan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (KBBI,

3
2008). Definisi di atas mengandung makna bahwa dalam proses melakukan analisis terdapat
aktivitas penyelidikan dengan maksud mengetahui keadaan sebenarnya. Aktivitas
penyelidikan ini tentunya dilengkapi dengan tahapan-tahapan kerja yang prosedural yaitu:
pertama, mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan tatarankebahasaan, misalnya
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, atau semantic; kedua, mengurutkan kesalahan
berbahasa tersebut berdasarkan frekuensi kemunculannya dalam suatu karya; ketiga,
menggambarkan letak kesalahan dan memperkirakan penyebab kesalahan tersebut; dan
keempat, mengoreksi kesalahan tersebut serta merekomendasikan solusi perbaikan atas
kesalahan tersebut (Tarigan dan Sulistyaningsih, 1998).

C. Analisis wacana kritis

Analisis wacana kritis (AWK) didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu
teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. Wacana
sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan AWK untuk mengetahui hubungan
antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam
dimensi linguistik (Eriyanto, 2009:7).

Menurut Teun A. van Djik (1998) AWK yang menitik beratkan kekuatan dan
ketidaksetaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk
menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender,
hegemoni, budaya, dan kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis
wacana kritis yakni: tindakan, konteks, histori, kekuasaan, dan ideologi.Perkembangan
analisis wacana kritis oleh para ahli telah melahirkan beragam teori dengan pendekatan.

Dalam perkembangannya, AWK membantu memahami bahasa dalam


penggunaannya. Bahasa bukan hanya sekadar menjadi alat komunikasi, tetapi juga
digunakan sebagai alat dalam menerapkan strategi kekuasaan. Kemampuan memahami
fungsi bahasadapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan strategi wacana. Berbagai cara
untuk mendeskripsikan realitas/ muatan dalam bahasa yang menyiratkan adanya
kepentingan, maksud dan tujuan tertentu, membutuhkan ketajaman dalam penafsiran.

Keberhasilan suatu komunikasi sangat bergantung kepada keefektifan dan


kekonsistensian dalam penggunaan kalimat dalam wacana. Begitu juga halnya komunikasi
4
yang digunakan dalam dunia perpolitikan untuk sebuah kepentingan, yang sering disebut
dengan komunikasi politik. Strategi komunikasi politik sangat diperlukan sebagai upaya
menyalurkan isu politik melalui komunikasi agar tanpa hambatan untuk mencapai tujuan
politik yang diharapkan. Media yang paling besar pengaruhnya sebagai strategi komunikasi
politik untuk memperjuangkan ideologi partai adalah bahasa. Oleh karena itu, tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa bahasa adalah senjata yang keampuhannya tidak diragukan lagi dalam
segala aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan di panggung politik.

FUNGSI ANALISIS WACANA KRITUS BAGI MASYARAKAT

Fungsi analis wacana kritis bagi masyarakat adalah memberikan kesadaran nyata atas
peran mereka di masyarakat. Pemikiran ini bersumber dari bahwa ilmu Itu " value vree"
dalam hal ini peneliti wacana kritis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut agar efektif
dalam mencapai tujuannya, yaitu:

a) karena termasuk riset yang marginal, penelitian wacana kritis harus menjadi lebih
baik daripada riset lainnya agar dapat diterima.
b) fokus utamanya pada permasalahan sosial dan isu-isu politik, daripada paradigma
dan kebiasaan/tren saat ini.
c) secara empiris, analisa kritis masalah sosial biasa bersifat multidisipliner.
d) bukan hanya menjelaskan struktur wacana, tetapi ini mencoba menjelaskan
pengertian interaksi sosial dan khususnya struktur sosial.
e) lebih khusus lagi, AWK memfokuskan pada struktur wacana yang membuat,
mengkonfirmasikan, melegitimasi, mereproduksi, atau menentang hubungan
kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat.
Dalam kaitan itu, Fairclough (1997:271-280) menyimpulkan prinsip utama AWK sebagai
berikut.
1. CDA tertuju pada masalah sosial
2. Hubungan power itu diskursif
3. Wacana membentuk masyarakat dan budaya
4. Wacana mengkaji (melakukan kerja) ideologi
5. Wacana itu historis
6. Keterkaitan antara teks dan masyarakat itu termediasi
7. Analisa wacana itu interpretatif dan eksplanatoris
8. Wacana adalah sebuah bentuk tindakan sosial
KESIMPULAN
5
Dengan demikian dapat disimpulkan, Wacana merupakan salah satu mata kuliah dalam
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia membutuhkan buku ajar yang sesuai
dengan kebutuhan. Wacana adalah mata kuliah yang penting. Pentingnya Wacana dalam bahasa
Indonesia adalah disadari atau tidak, setiap hari manusia melakukan percakapan.

Dalam percakapan itu, gagasan yang disampaikan seseorang akan dapat dipahami oleh
mitra wicaranya dengan benar, apabila dinyatakan dengan kalimat-kalimat dalam wacana
gramatikal yang baik dengan benar. Demikian pula dalam bahasa tulis diperlukan keterampilan
penulisan kalimat efektif sehingga tidak terjadi keambiguitasan dalam penangkapan maknanya.

DAFTAR PUSTAKA

6
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisa Teks Media. Yogyakarta:LKIS

Samsuri. 1975. Morfosinyaksis. Dalam Majalah Ilmu-ilmu Sastra IndonesiaNo 3 Jilid VI


Agustus.

Djago, Tarigan dan Sulistyaningsih, Lilis Siti. 1998. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Depertemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorst Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah

Anda mungkin juga menyukai