Anda di halaman 1dari 4

Konservasi Tanah dan Air denga Metode Vegetatif

1. Putri malu (Mimosa pudica L.)


Taksonomi (Syahid, 2009):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica, Linn
Karakteristik yang paling khas dari putri malu terletak pada daunnya, dimana daun akan
menutup ketika putri malu merasa dalam ancaman atau dalam kondisi tertentu seperti terkena
sentuhan, tertiup angin, maupun karena faktor suhu.
Manfaat: Dalam konservasi tanah dan air metode vegetatif, putri malu termasuk ke dalam
kelompok tanaman penutup tanah rendah dengan pola pertanaman rapat. Putri malu memiliki
akar yang kokoh sehingga mampu mencegah erosi ketika air menggerus permukaan tanah.
Menurut Indriyani dkk (2017), putri malu mampu berasosiasi dengan bakteri penambah
nitrogen sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah cukup baik khususnya unsur P. Selain
itu, putri malu juga bisa dimanfaatkan sebagai fungisida nabati pada antraknosa cabai yang
disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratri
(2017), menunjukkan bahwa ekstrak putri malu dengan konsentrasi 90% mempunyai persentase
daya hambat paling tinggi yaitu 28,01% dan kerapatan spora terendah (4,44×106 spora/ml) .
Ekstrak akar putri malu dengan konsentrasi 90% juga dapat menghambat gejala antraknosa
pada buah cabai dengan kejadian penyakit 0% dan memperlambat masa inkubasi menjadi 12
hari. Serbuk tanaman putri malu juga dapat dimanfaatkan sebagai larvasida dari hama ulat api.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mei diika (2019), menyatakan bahwa dengan
konsentrasi 0,6 gram serbuk putri malu dapat menyebabkan kematian pada ulat api (Setothosea
asigna). Hal ini dikarenakan putri malu mengandung saponin dan polifenol dimana dapat
meracun perut dan pernafasan ulat api itu sendiri.
2. Babadotan (Ageratum conyzoides L.)
Taksonomi (Syamsuhidayat & Hutapea (1991) dalam Ulfa (2019):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.
Babadotan dikenal sebagai tumbuhan yang mengeluarkan aroma khas mirip dengan kambing,
sehingga dalam bahasa daerah di sebut Babadotan/bandotan/wedusan.
Manfaat: Dalam konservasi tanah dan air metode vegetatif, babadotan termasuk ke dalam
kelompok tanaman penutup tanah rendah yang berperan dalam perlindungan teras atau saluran
air. Selain cepat tumbuh, babadotan mampu bertahan pada berbagai kondisi lingkungan.
Menurut Asbur dkk (2018) babadotan dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah di
perkebunan kelapa sawit menghasilkan. Hal ini dikarenakan babadotan mudah diperbanyak dan
cepat menutup lahan (8-12 MST), mampu menyumbang unsur hara N, P, K ke dalam tanah,
serta mampu memperbaiki sifat kimia tanah melalui daur ulang hara yang diserap oleh tanaman
tersebut ke dalam tanah. Berdasarkan penelitian Suwahyono (2011) dalam Rizaqussyihab
(2018) dijelaskan bahwa babadotan dapat digunakan sebagai pupuk organik dan bahan
insektisida nabati. Selain itu, babadotan juga dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida (Sari dan
Jainal, 2020).
3. Sentro (Centrosema pubescens Benth.)
Taksonomi (Reksohadiprodjo,1994):
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Family : Cesalpiniaceae
Genus : Centrosema
Spesies : Centrosema pubescens.
Karakteristik dari Tanaman sentro ialah tumbuhnya yang membelit/mer-ambat/memanjat,
Manfaat: Dalam konservasi tanah dan air metode vegetatif, tanaman sentro termasuk dalam
kelompok tanaman penutup tanah rendah dengan pola pertanaman rapat. Tanaman sentro
kurang toleran terhadap tanah miskin dan rawa-rawa.
Menurut Ginting (2017) tanaman sentro dapat ditanam sebagai cover crop, pengendali gulma,
serta sebagai tanaman konservasi untuk mengendalikan erosi tanah, meningkatkan kesuburan
tanah dan memperbaiki struktur tanah. Tanaman sentro bisa meningkatkan kesuburan tanah
karena merupakan tanaman legum yang mana dapat memberikan unsur hara, terutama nitrogen
ke dalam tanah. Selain itu juga bisa meningkatkan kualitas hijauan terutama pada kandungan
protein untuk pakan ternak (Sutendi dkk, 2005).
4. Tahi ayam atau tembelekan (Lantana camara L.)
Taksonomi (Van Steenis, 1997):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Familia : Verbenaceae
Genus : Lantana
Species : Lantana camara L.
Karakterisik dari tanaman tahi ayam ialah baunya yang sangat khas.
Manfaat: Dalam konservasi tanah dan air metode vegetatif, tanaman tahi ayam termasuk dalam
kelompok tanaman penutup tanah sedang (perdu) dengan pola pertanaman pagar. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018), dapat diketahui bahwa Lantana camara dapat
dimanfaatkan sebagai bahan alternatif bioherbisida pra tumbuh untuk pengendalian gulma di
areal perkebunan kelapa sawit. Ini sejalan dengan hasil penelitian Mirnawati (2017) yang
menyatakan bahwa dengan pemberian ekstrak lantana camara sebanyak 30% dapat
memperlambat munculnya kecambah biji Acacia nilotica. Menurut Kalita dkk (2012) tanaman
tahi ayam ini dapat dimanfaatkan dalam sistem pengobatan tradisional serta adanya
kemungkinan penggunaan tanaman ini dalam kedokteran modern.

Referensi:
Asbur,Y., Rambe, R. D. H., Purwaningrum, Y., dan Kusbiantoro, D. (2018). Potensi Beberapa
Gulma sebagai Tanaman Penutup Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan. J. Pen.
Kelapa Sawit, 26(3), 113-128.

C. G. G. J. Van Steenis. 1997. Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.

Ginting, Adetiaskatanakan (2017). Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Fosfor terhadap


Pertumbuhan Legum Calopogonium Mucunoides, Centrosema Pubescens dan Arachis Pintoi. S1
Thesis. Universitas Jambi.

Indriyani, L., Flamin, A., dan Erna. (2017). Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di
Hutan Lindung Jompi. Ecogreen, 3(1), 49-58.

Kalita, S., Kumar, G., Karthik, L., & Rao, K. V. B. (2012). A Review on Medicinal Properties of
Lantana camara Linn. Research Journal of Pharmacy and Technology, 5(6), 711-715.

Mirnawati, Ramdhanil P, I Nengah S. 2017. Uji efektivitas daun tahi ayam (Lantana camara L.)
sebagai herbisida alami terhadap perkecambahan biji Akasia Berduri (Acacia nilotica (L.) Willd.
Ex Delile). Natural Science: Journal of Science and Technology, 6(2), 116-128.

Mei Diika, Aryanti Fat (2019). Potensi Putri Malu (Mimosa Pudica L.) Sebagai Larvasida
Ulat Api (Setothosea Asigna) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Dan
Sumbangsihnya Pada Materi Metamorfosis Kelas X SMA/MA. Diploma Thesis. UIN Raden
Fatah Palembang.

Pramesti, B. E. (2019). Efektivitas Ekstrak Putri Malu (Mimosa Pudica L.) terhadap
Perkembangan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp. cepae) pada Tanaman
Bawang Merah Varietas Batu Ijo. Skripsi. Universitas Islam Neger Sunan Gunung Djati, Bandung.

Ratri, E. S. (2017). Ekstrak Putri Malu (Mimosa Pudica L.) sebagai Fungisida Nabati pada
Antraknosa Cabai yang Disebabkan Jamur Colletotrichum Sp. Secara In Vitro.

Sari, V. I. dan Jainal, R. (2020). Uji Efektivitas Ekstrak Babadotan (Ageratum Conyzoides) sebagai
Bioherbisida terhadap Perkecambahan Kacang Hijau (Vigna Radiata). Jurnal Pertanian Presisi,
4(1), 19-28.

Sutedi, E., Sajimin, dan Prawiradiputra, B. R. (2005). Agronomi dan Pemanfaatan Centrosema
pubescens. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Balai Pertanian Ternak, Bogor.

Ulfa, Maria. (2019). Pengaruh Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum Conyzoides L) terhadap
Diameter Zona Hambat Jamur Fusarium Oxysporum Secara In Vitro dan Pemanfaatannya sebagai
Sumber Belajar Biologi. Undergraduate (S1) Thesis. University Of Muhammadiyah Malang.

Syahid, M.A.N., 2009, ‘Pengaruh Ekstrak Putri Malu (Mimosa pudica, linn.) Terhadap Mortalitas
Ascaris suum, goeze in vitro’, Skripsi, Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan makanan Ternak. BPFE, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai