Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU 1

MATA KULIAH HERBAL ESTETIK

“FITOFARMAKA “

Disusun Oleh :

Nama : Imas Kurniasari

NPM : 205401446320

Kelas : C6

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan badan, iman dan pikiran
tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya sehingga dapat diselesaikannya Makalah “
FITOFARMAKA “

Dengan selesainya Makalah “FITOFARMAKA” ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan serta dukungan berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Putri Azzahroh, S.Si.T.,M.Kes. selakau Dosen Pengampu Mata Kuliah Herbal Estetik

Saya menyadari bahwa terdapat kekurangan dari Tugas Individu ini baik dari materi
maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca diharapkan demi
kesempurnaan Tugas individu ini. Terima kasih.

Tangerang, 10 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… I
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….II

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitofarmaka ……………………………………………………………3


B. Kriteria Fitofarmaka ………………………………………………………………..3
C. Manfaat Fitofarmaka ……………………………………………………………….4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..7
B. Saran ………………………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies
tumbuhan dan 940 spesies diantaranya termasuk tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah
dimanfaatkan oleh industri jamu tradisional) merupakan potensi pasar obat herbal dan
fitofarmaka. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya
naskah lama pada daun lontar Husodo (jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi
Selatan), dokumen Serat Primbon Jambi.

Dengan melihat jumlah tanaman di Indonesia yang berlimpah dan baru 180
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri maka peluang bagi
profesi kefarmasian untuk meningkatkan peran sediaan herbal dalam pembangunan
Kesehatan masih terbuka lebar. Standardisasi bahan baku dan obat jadi, pembuktian efek
farmakologi dan informasi tingkat keamanan obat herbal merupakan tantangan bagi
farmasi agar obat herbal semakin dapat diterima oleh masyarakat luas.

Jenis obat-obatan fitofarmaka, obat herbal berstandar (OHT) dan jamu,


merupakan alternatif dalam mendukung ketersediaan obat nasional. Pemanfataan jenis
obat-obatan tersebut juga diharapkan mampu berperan dalam Jaminan Kesehatan
Nasional.

Fitomarka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk
jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004).

Dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para profesi medis untuk
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan Kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong
menggunakan herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.

Jenis sediaan obat ini masih belum begitu popular dikalangan masyarakat,
dibandingkan jamu-jamuan dan herbal terstandar. Akan tetapi pada dasarnya sediaan
fitofarmaka mirip dengan sediaan jamu-jamuan karena juga berasal dari bahan-bahan

iv
alami. Dalam ilmu pengobatan, fitofarmaka dapat diartikan sebagai sediaan jamu-jamuan
yang telah tersentuh oleh imu pengetahuan dan teknologi modern. Dengan demikian,
khasiat dan penggunaan fitofarmaka dapat lebih dipercaya dan efektif daripada sediaan
jamu-jamuan biasa, karena telah memiliki dasar ilmiah yang jelas.

Adapun masyarakat menggunakan bahan alam yang sudah di produksi oleh per
industrian, salah satunya adalah minyak kayu putih asal Maluku Utara untuk persediaan
obat. Minyak kayu putih mempunyai aktivitas farmasi yang cukup luas karena dapat
menyembuhkan sakit perut, bila ditetes kedalam gigi dapat mengurangi rasa nyeri gigi.
Selain itu juga sebagai obat luar untuk menyembuhkan penyakit pilek, gatal, keseleo,
pusing, reumatik dan lain-lain. Pemanfaatan kayu putih sampai pada tahapan minyak
memberikan nilai jual yang rendah, nilai ekonomis dari minyak kayu putih perlu
ditingkatkan melalui pengolahan selanjutnya menjadi bahan yang berhasil guna secara
komesial. Peningkatan nilai ekonomis dapat dilakukan melalui sintesis derivative
kompenan utama minyak kayu putih seperti melakukan isolasi atau fraksinasi senyawa
1,8 Sineol.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitofarmaka
Fitomarka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk
jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004).

v
Fitofarmaka adalah obat dari bahan alam terutama dari alam nabati, yang
khasiatnya jelas dan terbuat dari bahan baku, baik berupa simplisia atau sediaan galenic
yang telah memnuhi persyaratan minimal, sehingga terjamin keseragaman komponen
aktif, keamanan dan kegunaannya.

Dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para profesi medis untuk
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan Kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong
menggunakan herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah.

B. Kriteria Fitofarmaka
Fitofarmarka merupakan jenis obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan
obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar dan khasiatnya telah
dibuktikan melalui uji klinis.
Fitofarmaka juga bisa diartikan sebagai sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanannya dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis
bahan baku serta produk jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004). Dari sini
jelas bahwa dari tiga golongan 3 obat tradisional tersebut, fitofarmaka menempati level
paling atas dari segi kualitas dan keamanan.
Fitofarmaka telah melewati beberapa proses yang Panjang yang setara dengan
obat-obatan modern, diantaranya Fitofarmaka telah melewati standarisasi mutu, baik
dalam proses pembuatan hingga pengemasan produk, sehingga dapat digunakan sesuai
dengan dosisi yang efektif dan tepat. Selain itu sediaan fitofarmaka juga telah melewati
beragam pengujian yaitu uji preklinis seperti uji toksisitas, uji efektivitas, dll dengan
menggunakan hewan percobaan dan pengujian klinis yang dilakukan terhadap manusia.

Beberapa kriteria fitofarmaka, yaitu :

1. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan


2. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
3. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
4. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

Kemasan produk fitofarmaka berupa jari-jari daun yang membentuk bintang dalam
lingkaran. Saat ini di Indonesia baru terdapat 5 fitofarmaka, contoh produk fitofarmaka
yang sudah beredar adalah : Nodiar (PT kimia Farma ), Stimuno (PT Dexa Medica),
Rheumaneer PT. Nyonya Meneer), Tensigard dan X-Gra (PT Phapros).

vi
Logo Fitofarmaka

C. Manfaat Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan salah satu jenis obat selain jamu dan obat terstandar
yang berasal dari bahan alam dan yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik. Jenis obat fitofarmaka bahan baku dan produk
jadinya telah distandarisasi, sehingga dapat digunakan dalam pratek kedokteran dan
pelayanan Kesehatan formal. Permasalahan di Indonesia obat herbal yang tergolong
fitofarmaka ini masih sangat sedikit jumlahnya sedangkan potensi pengembangannya
sangat banyak. Penyebab alasannya karena biaya yang dibutuhkan untuk uji klinik
danpra klinik ini cukup mahal. Sebagian besar obat herbal Indonesia masih berupa jamu
meskipun sudah dikemas dengan kemasan yang modern seperti kapsul atau puyer. Perlu
dilakukan penelitian terkait badan alam potensial yang dapat dikembangkan sebagai
sediaan untuk obat fitofarmaka.

Contoh pemanfaatan fitofarmaka yang berkhasiat bagi tubuh :

1. Minyak Kayu Putih


Minyak kayu putih (Melaleuca leucadendra (L) (L), merupakan salah satu tumbuhan
penghasil minyak atsiri dengan rendaman sekitar 0,5 – 1,5% yang sangat tergantung
pada aktivitas penyulingan dan kadar minyak yang terkandung terhadap bahan yang
disuling.

vii
Minyak kayu putih mengandung komponen utama yaitu sineol (65-75%). Mutu
minyak kayu putih ditentukan oleh kandungan sineol semakin tinggi kadar sineol
maka semakin tinggi mutunya. Minyak kayu putih adalah salah satu minyak atsiri
yang banyak digunakan sebagai bahan medis atau produk farmasi, ini membuat
minyak kayu putih menjadi produk yang paling dicari di dunia industry minyak.
Permintaan minyak kayu putih saat ini semakin meningkat dengan semakin
beragamnya pemanfaatan minyak kayu putih. Produksi minyak kayu putih di
Indonesia mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi produksi dan kualitas minyak kayu putih, dan salah satunya adalah
teknologi penyulingan. Selain itu Teknik fraksinasi atau isolasi senyawa 1,8 Sineol
yang merupakan senyawa komersial juga belum dilalukan oleh pengusaha minyak
kayu putih di Indonesai.
Penelitian untuk mengisolasi minyak kayu putih telah dilakukan oleh Wisdmandrah
(2005) dengan menggunakan metode destilasi uap dan berhasil mengidentifikasi 26
komponen dalam minyak kayu putih (melaleuca Leucaddendron Linn) asal kebun
raya Purwodadi dengan rendaman minyak 0,13% (b/b) dan mempunyai empat
komponen utama, yaitu : sineol, karifilen, aterpienol dan firidiforal. Menurut Dwi
Aryani dkk (1993), bahwa pada umumnya minyak menguap diketahui mempunyai
sifat anti bakteri. Selanjutnya Sri Gunarti dkk (1995), mengatakan bahwa minyak
kayu putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama Eschiricia coli dan
bacilius substilis.

2. Stimuno
Stimuno adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh (system
imun). Obat yang mengandung mineral hijau (Phyllanthus niruri) yang sudah
terstandarisasi dan melalui berbagai proses pengolahan. Setiap 5 ml obat sirup
mengandung 25 mg ekstrak meniran hijau yang dikemas dalam botol berukuran 60 ml
dan 100 ml, serta kemasan stick pack atau sachet sekali minum.

3. VipAlbumin plus
VipAlbumin merupakan suplemen makanan yang digunakan untuk meningkatkan
kadar albumin hemoglobin (Hb) serta nutrisi tambahan bagi anak-anak, ibu hamil,
hingga lansia. VipAlbumin diformulasikan dari ekstrak ikan gabus (Ophiocephalus
striatus) melalui proses teknologi tinggi bersuhu rendah (40ºC) agar tidak terjadi

viii
denaturasi serta kerusakan protein. Kadar albumin sangat dibutuhkan oleh tubuh
untuk menjaga fungsi normal organ tubuh, mempercepat penyembuhan luka pasca
operasi, dan mengilangkan edema.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Fitomarka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk
jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004).

Fitofarmaka merupakan salah satu jenis obat selain jamu dan obat terstandar
yang berasal dari bahan alam dan yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik. Jenis obat fitofarmaka bahan baku dan produk
jadinya telah distandarisasi, sehingga dapat digunakan dalam pratek kedokteran dan
pelayanan Kesehatan formal. Permasalahan di Indonesia obat herbal yang tergolong
fitofarmaka ini masih sangat sedikit jumlahnya sedangkan potensi pengembangannya
sangat banyak. Penyebab alasannya karena biaya yang dibutuhkan untuk uji klinik
danpra klinik ini cukup mahal. Sebagian besar obat herbal Indonesia masih berupa jamu
meskipun sudah dikemas dengan kemasan yang modern seperti kapsul atau puyer. Perlu
dilakukan penelitian terkait badan alam potensial yang dapat dikembangkan sebagai
sediaan untuk obat fitofarmaka.

B. Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuanterutama


pada penulis dan masih banyak kekurangan dalam membuat makalah ini

ix
DAFTAR PUSTAKA

https://www.k24klik.com/p/vipalbumin-plus-10g-sach-3s-19776#

https://www.alodokter.com/stimuno-anak#:~:text=Stimuno%20syrup%20atau%20Stimuno
%20anak,dan%20melalui%20berbagai%20proses%20pengolahan.

Badan POM. RI., 2004

Anda mungkin juga menyukai