Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL TUGAS PESERTA

PENGURUS CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA


KABUPATEN MAHAKAM ULU

PELATIHAN JURNALISTIK
PENGURUS DAERAH IKATAN APOTEKER INDONESIA
KALIMANTAN TIMUR
2023
PENGOBATAN TRADISIONAL YANG AMAN MERUPAKAN TANTANGAN DI DUNIA
FARMASI ERA MODEREN

I. PENGOBATAN TRADISIONAL DI INDONESIA


Apakah yang ada di pikiran kita mengenai obat tradisional (OT) ?
Ketinggalan zaman? Kuno? Lamban?
Pada kenyataannya, Obat Tradisional sudah digunakan oleh manusia selama ratusan
tahun dengan masing-masing kearifan lokalnya untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Industri farmasetika penghasil obat-obatan modern (OM) baru menapaki kehidupannya sejak
seratus tahun terakhir dengan memanfaatkan komponen aktif dan turunannya dengan mode aksi
yang presisi. Oleh karena itulah OM lebih sering diresepkan para dokter di masa kini untuk
menyembuhkan / meredakan penyakit.
Jika ditilik lewat sejarahnya, tanaman menyediakan info yang sangat berharga yang
didapatkan melalui proses trial and error langsung ke manusia selama ribuan tahun. Hal inilah
yang sebagian sudah diungkap dengan pendekatan modern masa kini. Indonesia sebagai salah
satu negara dengan biodiversitas terbesar di dunia tentu saja menawarkan kemungkinan
banyaknya tanaman obat untuk diteliti lebih lanjut berdasarkan efek obat tradisionalnya.
Obat herbal telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju. Menurut
WHO (Badan Kesehatan Dunia) hingga 65% dari penduduk negara maju dan 80 % dari penduduk
negara berkembang telah menggunakan obat herbal.
Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah
usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya
kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin
luas akses informasi.
Mengenai obat herbal di seluruh dunia. Pada th 2000 diperkirakan penjualan obat herbal
di dunia mencapai US$ 60 milyar. WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk
herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit,
terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Hal ini menunjukkan dukungan
WHO untuk back to nature yang dalam hal tertentu lebih menguntungkan.
Untuk meningkatkan keselektifan pengobatan dan mengurangi pengaruh musim dan
tempat asal tanaman terhadap efek, serta lebih memudahkan dalam standardisasi bahan obat
maka zat aktif diekstraksi lalu dibuat sediaan fitofarmaka atau bahkan dimurnikan sampai
diperoleh zat murni .
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan etnik yang tersebar di lebih dari 10.000
pulau. Tidak heran bila sebagian dari mereka mengembangkan sistem pengobatan yang unik. Oleh
karena itu, Indonesia pun sebenarnya “kecipratan” dan akhirnya memiliki banyak kekayaan
pengetahuan mengenai sumber bahan alam dan OT. Penelitian besar yang dilakukan pada tahun
2013 menyebutkan bahwa 30,4% dari subyek penelitian masih memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional.
Tingginya minat masyarakat terhadap OT membuat pemerintah Republik Indonesia
melakukan modernisasi OT dengan tetap menjaga identitas aslinya. Hal-hal seperti meningkatkan
mutu bahan baku OT dan perbaikan proses produksi serta kontrol kualitas dilakukan agar OT
mampu terus sejajar dengan OM. Langkah-langkah tersebut membutuhkan dukungan data dari
penelitian ilmiah yang cukup termasuk sampai ke uji klinik, untuk mendokumentasikan efek dari
OT. Kegiatan inilah yang diperlukan agar OT bisa diterima kalangan yang lebih luas terutama
profesi medis dan yang lebih utama lagi, agar OT juga dapat dimasukkan ke dalam berbagai
macam sistem kesehatan.
II. PRODUK OBAT TRADISIONAL DI INDONESIA

Produk OT yang beredar di masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
1. Jamu merupakan istilah dari Indonesia untuk OT dengan menggunakan bahan dari herbal
dan telah digunakan sejak dahulu kala untuk menyembuhkan berbagai gejala penyakit
secara empiris (tidak melalui serangkaian uji preklinik dan atau klinik)
2. Obat herbal terstandar (OHT merupakan versi upgrade dari jamu, yang telah mengalami

proses standardisasi bahan baku alam dan uji preklinik, sehingga tingkat keamanannya
lebih baik dan dikemas dalam sediaan yang tahan lebih lama daripada jamu
3. Fitofarmaka adalah Tingkatan tertinggi dari OT adalah fitofarmaka , sebuah sediaan yang

telah mengalami proses standardisasi bahan baku alam dan uji klinik (teruji khasiatnya
pada manusia).
Karena telah teruji khasiatnya pada manusia, fitofarmaka sejajar dengan obat-
obatan sintetik pada umumnya dan dapat diresepkan oleh para dokter.
Perkembangan positif ini jelas didukung langsung oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan terus mengawasi semua prosesnya dengan ketat.
III. SYARAT OBAT TRADISIONAL TERSTANDAR DAN AMAN

Mengapa obat herbal perlu di standaritasi ?


Standarisasi dilakukan agar dapatdiperoleh bahan baku ynag seragam yang akhirnya dapat
menjamin efekfarmakologi tanaman tersebut .
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
:HK.00.05.41.1384 tahun 2005 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
Jadi Syarat obat tradisional adalah :
1. Aman Sesuai Persyaratan yang di tetapkan
2. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah / praklinik ( pada hewan percobaan )

3. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
Tiga kelompok besar untuk pengembangan obat tradisional:
1. Industri/usaha OT
2. Saintifikasi Jamu
3. Penggunaan jamu/OT
Dalam Yankestrad Peran Apoteker dalam masing masing bidang perlu diperhatikan
bersama sesuai PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

IV. PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT PENGOBATAN


TRADISIONAL

Kemajuan industri kesehatan saat ini, khususnya farmasi tentunya tidak terlepas dari
peran para apoteker melalui pelayanan kefarmasiannya. Peran apoteker pun tak hanya sebatas
memenuhi permintaan pasien terhadap ketersediaan obat.

Pasalnya, ada sejumlah tanggung jawab atau peran penting apoteker dalam melayani
masyarakat di bidang kefarmasian. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, seorang
apoteker harus memiliki kompetensi yang memenuhi standar.
Adapun standar kompetensi yang harus dimiliki Apoteker Indonesia berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/13/2023 tentang Standar Profesi
Apoteker terdiri atas 6 (enam) area

kompetensi yang disusun berdasarkan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
praktik Kefarmasian. Area dan komponen kompetensi apoteker tersebut meliputi :
1. Profesionalisme

2. Mawas diri dan pengembangan diri.

3. Komunikasi Efektif

4. Landasan Ilmiah ilmu farmasi, ilmu biomedik, ilmu humaniora dan ilmu kesehatan masyarakat

5. Ketrampilan Apoteker

6. Pengeloalaan Praktik Kefarmasian

Peran Apoteker dalam penggunaan Obat Tradisional sangat lah penting . Apoteker dapat
memberikan informasi yang akurat tentang Obat Tradisional kepada masyarakat , seperti
manfaat dan efek samping nya . Selain Apoteker juga dapat memberikan saran tentang dosis dan
cara penggunaan obat tradisional yang tepat

V. Tantangan diBidang Industri/Usaha Obat Tradisional & IEBA:

1. Registrasi & persyaratan mutuproduk OT makinketat.

2. Pemenuhan9 aspek CPOTB di pabrik (personalia , bangunan , peralatan, sanitasi & hygiene,
penyiapan bahan baku, pengawasan mutu , inspeksi diri , dokumentasi, dan penanganan
keluhandan penarikan dari peredaran) untuk menghasilkan produk Obat Tradisional yang
memenuhimutu, keamanandan manfaat. Persyaratan CPOTB 2011 makinketat,
sudahsepertipersyaratan CPOB.

3. Rencananya April 2019 Harmonisasi ASEAN bidang Obat Tradisional dan Suplemen Makanan
akan disahkan,termasuk di dalamnya GMP ASEAN TMHS (Traditional Medicine & Health
Suplement) Masa transisi untuk implementasi 5tahun, setelah disahkan.

4. Tuntutan konsumen atas peningkatan mutu, keamanandan manfaat/khasiat OT mendorong


industri OT'meningkatkan status’ produknya menjadi Obat Herbal Terstandar atau
Fitofarmak → memerlukan bahan baku ekstrak terstandar dari Industri Ekstrak Bahan Alam
(IEBA)

Masalah-masalah tersebut harus dihadapi Apoteker di Industri/Usaha Obat Tradisional dan


Industri Ekstrak Bahan Alam. Untuk itu diperlukan kompetensi Apoteker yang cukup
memadai

→ Apoteker ahli di Industri Obat Tradisional dan Apoteker Ahli diIndustri Ekstrak Bahan
Alam.

Penggunaan Jamu /ObatTradisonal dalam Yankestrad:


PP 103 tahun2014:
PelayananKesehatan Tradisional ada 3 jenis
1. Yankestradempiris
2. Yankestradkomplementer
3. Yankestradintegrasi
Pasal26 tentang Obat Tradisional yang digunakan:
a. Menggunakan OT dariIndustri/Usaha OT yang telah memiliki NIE
b. Obat tradisionalracikan sendiri sesuaiperundang-undangan
c. Nakes traddapat memberikansurat permintaanOT kepada pasie
Dalam UU No.36/2009 pasal 108 & PP 51 tahun2009:

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan


farmasi, pengamanan,pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi ataupenyaluranan obat,
pengelolaan obat, pelayananobat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Dengan demikian pembuatan dan pemberianobat tadisional dalam Yankestrad


mustinyamasihdalamkewenanganApoteker.Sehingga perlu dipikirkan dan diantisipasi
Apotekermasukbagiandalam Tenaga Kesehatan Tradisional, sebagaimana Apoteker masuk
dalam TenagaKesehatan.

Sehingga Perlu penyiapan Apoteker pelayanan dengan kompetensi obat t radisional.

Anda mungkin juga menyukai