Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN DISIPLIN

TERHADAP KINERJA PERAWAT PADA R.S PMC PEKANBARU

By :
Nofri Yenti k
Drs. Machasin, M.Si
Drs. Chairul Amsal., MM

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau KM 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru 28293,
Phone/Fax: +62 (0) 761, 63268

Effect of Emotional Intelligence, Intellectual Intelligence and Discipline


to Nurses Performance in PMC Hospital Pekanbaru.

Abstract

The population and samples in this study is all employee about 82 people. The data recourses
used were primary and secondary data. The data accumulation technique used were taken by doing
interview and questionnaire. The method of analysis used were the method of quantitative descritive and
multiple regression analysis (simultaneously and partially analysis) with the help of SPSS 19 version.

Based on the results of multiple linear regression analysis, simultaneously (together) three variables:
emotional intelligence (X1) intelligence (X2) and discipline (X3) significantly affect the performance of nurses (Y).
The degree of influence of each independent variable on the dependent variable can be determined by performing a
partial test, the results obtained are: emotional intelligence variables (X1) significantly affects the performance of
nurses variable (Y), intellectual variables (X2) significantly affects the performance of nurses variable (Y) and the
discipline variable (X3) significantly affects the performance of nurses variable (Y).

To the authors recommend that hospitals consider the factors that affect the performance of nurses as
hospitals and nurses are working partners who need each other for survival of the hospital

Keywords: Emotional Intelligence, Intellectual Intelligence, Discipline and Performance nurse.

PENDAHULUAN
Era globalisasi menuntut perusahaan Rumah sakit negri dan rumah sakit
untuk dapat mengambil keputusan dalam hal swasta merupakan bentuk rumah sakit yang ada
strategi yang tepat agar dapat bersaing di di Indonesia pada saat sekarang ini, akan tetapi
lingkungan industri yang semakin ketat dan rumah sakit swasta lah yang lebih impresif
kompetitif. Keputusan tersebut menyangkut dalam menawarkan kualitas jasa pelayanannya.
keputusan di dalam semua bidang fungsional. Hal tersebut dikarenakan cost yang dikeluarkan
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh oleh para konsumen untuk mendapatkan jasa
perusahaan dalam mengelola fungsi-fungsi pelayanan rumah sakit swasta ini lebih besar dari
manajemennya adalah, bagaimana mengelola pada rumah sakit negri, oleh sebab itu rumah
sumber daya manusia untuk dapat meningkatkan sakit swasta tersebut dituntut untuk lebih
efisiensi dan efektivitas kerja. mengutamakan keterampilan tenaga medis
Kesuksesan dan kinerja perusahaan bisa dalam memberikan pelayanan, untuk itu
dilihat dari kinerja yang telah dicapai oleh diperlukan peningkatan kualitas dan standar
karyawannya, oleh sebab itu perusahaan pelayanan.
menuntut agar para karyawannya mampu
menampilkan kinerja yang optimal karena baik Dalam memberikan pelayanan yang baik
buruknya kinerja yang dicapai oleh karyawan pada pasien oleh perawat, maka diperlukan
akan berpengaruh pada kinerja dan keberhasilan adanya kinerja yang efektif dalam melakukan
perusahaan secara keseluruhan. aktifitas di rumah sakit. Kinerja yang efektif
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 1
tentunya dapat memberikan pelayanan yang baik dapat memotivasi diri untuk bekerja lebih baik
untuk pasiennya,dan kinerja yang efektif dapat lagi,sehingga kinerjapun meningkat.
mencapai tujuan organisasi.
Kemudian kemampuan intelektual yang
Mangkunegara (2000:67) mengatakan diperlukan untuk menjalankan kecerdasan angka,
bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas kecerdasan verbal, pelanaran induktif, penalaran
dan kuantitas seseorang dalam melaksanakan deduktif, visualisi spasial karena pekerjaan yang
fungsinya sesuai dengan tanggungjawab yang berbeda-beda menuntut karyawan tersebut untuk
diberikan padanya. menggunakan kecerdasan intelektualnya. Makin
Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam
merupakan rumah sakit yang memiliki keharusan pekerjaan, makin banyak penalaran induktif,
memberikan layanan kesehatan terbaik, maka penalaran deduktif dan kemampuan verbal
kinerja yang baik harus dapat memberikan diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaan
layanan yang prima sesuai standar organisasi tersebut dengan hasil yang maksimal.
yang ditetapkan. Hal ini bertujuan agar Selain dari faktor kecerdasan
konsumen (masyarakat) yang menggunakan emosional,dan faktor Kecerdasan Intelektual
jasanya memperoleh kepuasan. kinerja juga dipengaruhi oleh faktor disiplin.
Menurut Robert L. Mathis (2002:317)
Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari pentingnya pendisiplinan untuk meningkatkan
kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kinerja seorang karyawan. Rumah Sakit PMC
kemampuan menguasai dan mengelola diri Pekanbaru telah menetapkan beberapa peraturan
sendiri serta kemampuan dalam membina yang harus ditaati oleh setiap
hubungan dengan orang lain (Martin, 2000:22). karyawannya,salah satunya yaitu datang tepat
Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman waktu ,waktu istirahat tidak boleh melebihi
disebut dengan Emotional Intelligence atau waktu yang telah ditentukan,dan pulang sesuai
kecerdasan emosi. Goleman (2000:46) melalui jam pulang, tetapi walaupun rumah sakit sudah
penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan menetapkan peraturan, masih banyak yang tidak
emosi menyumbang 80 % dari faktor penentu mentaati peraturan yang telah di buat oleh rumah
kesuksesan sesorang, sedangkan 20% yang lain sakit tersebut. Di lihat dari masih banyak yang
ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient). terlambat masuk, istirahat melebihi waktu yang
Goleman (2001:39) menyatakan bahwa diberikan dan pulang lebih cepat dari jam yang
kecerdasan emosi adalah kemampuan memantau telah ditetapkan.
dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain serta menggunakan perasaan-perasaan Dari masalah yang ada tentunya hal ini
tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan, perlu mendapat perhatian serius dari pimpinan,
sehingga kecerdasan emosi sangat diperlukan karena keadaan ini jika dibiarkan akan
untuk sukses dalam bekerja dan menghasilkan memberikan dampak negatif terhadap rumah
kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. sakit tersebut.
Pada Rumah Sakit Pekanbaru Medical
Center, pada karyawan yang berprofesi sebagai Berdasarkan uraian fenomena
perawat sebagian besar masih banyak perawat yang penulis ungkapkan melalui latar belakang
yang kurang bisa mengelola emosi mereka, yang permasalahan di atas, maka dari itu penulis
berdampak pada pelayanan pasien tersebut dan tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap
selalu adanya komplain dari pasien setiap masalah ini dengan judul : ³3HQJDUuh
minggunya. Semuanya tertulis pada buku kritik Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
dan saran yang dimiliki Rumah Sakit Pekanbaru Intelektual dan Disiplin Terhadap Kinerja
Medical Center, berupa komplain yang harus 3HUDZDW 5XPDK 6DNLW 30& 3HNDQEDUX´
ditindak lanjuti secara lebih intensif dan
komplain yang bisa diatasi dengan
segera.Kecerdasan emosional dapat
mempengaruhi karyawan dalam membina
hubungan baik dengan orang lain, karena dengan
adanya hubungan baik dengan orang lain,maka

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 2


PERUMUSAN MASALAH 3. Kinerja organisasi/perusahaan tinggi,
apabila pelaksanaan keempat, kegiatan
Berdasarkan Latar belakang permasalah yang tersebut berlangsung secara baik dan
sudah dijelaskan sebelumnya, maka penulis terpadu (Umar, 2003:256)
merumuskan masalah dalam penelitian ini Kinerja pada dasarnya adalah apa yang
menjadi : dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
1. Bagaimana kecerdasan emosional,
seberapa banyak mereka memberi konstribusi
kecerdasan intelektual dan disiplin
kepada organisasi yang antara lain adalah
secara simultan berpengaruh
kuantitas output, jangka waktu output, kehadiran
terhadap kinerja perawat Rumah
ditempat kerja atau sikap kooperatif. Kinerja
Sakit PMC Pekanbaru?
ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai dan
2. Bagaimana kecerdasan emosional
untuk melakukannya diperlukan adanya motif.
berpengaruh secara persial terhadap
Tanpa adanya dorongan motif untuk mencapai
kinerja perawat Rumah Sakit PMC
tujuan, kinerja tidak akan berjalan.
Pekanbaru?
(simanjuntak 2005:1) kinerja adalah
3. Bagaimana kecerdasan intelektual
pencapain hasil atas pelaksanaan tugas
berpengaruh secara persial terhadap
tertentu.kinerja perusahaan adalah tingkat
kinerja perawat Rumah Sakit PMC
pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan
Pekanbaru?
tujuan perusahaan.manajemen kinerja adalah
4. Bagaimana disiplin berpengaruh
keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk
secara persial terhadap kinerja
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi
perawat Rumah Sakit PMC
atau organisasi, termaksud kinerja kinerja
Pekanbaru?
masing masing individu dan kelompok kerja
KAJIAN PUSTAKA diperusahaan tersebut.
Kinerja merupakan suatu konsep yang
KINERJA bersifat universal yang merupakan
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
Kegiatan Manajemen SDM yang terdiri organisasi, dan karyawannya berdasarkan
dari kegiatan analisis pekerjaan, perencaan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
SDM, rekrutmen dan seleksi merupakan suatu sebelumnya. Organisasi pada dasarnya
rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan atau dijalankan oleh manusia maka kinerja
proses yang terhimpun menjadi satu. Dengan sesungguhnya merupakan perilaku manusia
kata lain keempat kegiatan Manajemen SDM dalam memainkan peran yang mereka lakukan di
tersebut merupakan satu paket untuk dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar
memperoleh SDM sesuai kebutuhan perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan
organisasi/perusahaan. Dari paket tersebut akan hasil dan tindakan yang diinginkan (Winardi,
diperoleh sejumlah tenaga kerja/SDM yang 1996:44).
dalam jangka waktu relatif lama tidak lama, akan Kinerja karyawan secara umum
menunjukkan kinerjanya masing-masing. merupakan hasil yang dicapai oleh karyawan
Kinerja SDM secara keseluruhan akan dalam bekerja yang berlaku untuk suatu
menggambarkan kinerja organisasi/perusahaan pekerjaan tertentu. Robins (1996:13) lebih lanjut
dalam bentuk salah satu dari tiga kemungkinan, mendefinisikan kinerja sebagai fungsi hasil
terdiri dari : interaksi antara kemampuan dan motivasi.
1. Kinerja organisasi/perusahaan rendah, Maksud dan tujuan kinerja adalah menyusun
apabila seluruh atau salah satu dari sasaran yang berguna, tidak hanya bagi evaluasi
keempat kegiatan dalam satu paket kinerja pada akhir periode tertentu, melainkan
tersebut diatas dilakukan secara keliru hasil proses kerja sepanjang periode tersebut
2. Kinerja organisasi/perusahaan normal (Simamora, 1995:56).
atau sedang, apabila koordinasi antar Winardi (1996:150) mengemukakan
manajer bidang kerja dan atau antar bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keempat kegiatan tersebut dilakukan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor
secara kurang terpadu intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 3
meliputi motivasi, pendidikan, kemampuan, suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
keterampilan dan pengetahuan dimana tanggung jawab masing-masing, dalam rangka
kesemuanya tersebut bisa di dapat dari pelatihan. upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan kerja, secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
kepemimpinan, hubungan kerja dan gaji. dengan moral ataupun etika.
Kinerja berasal dari pengertian Seperti yang telah disebutkan di atas
Performance, ada pula yang memberikan bahwa kinerja merupakan suatu hal penting,
pengertian performance sebagai hasil dimana jika kinerja karyawan tidak baik maka
kerja/prestasi kerja. Namun sebenarnya kinerja suatu kegiatan tidak mungkin berjalan dengan
mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya baik.
hasil kerja tetapi juga termasuk bagaimana Pengelolaan kinerja merupakan salah
proses pekerja berlangsung. (Wibowo, 2007:7) satu program pengelolaan sumber daya manusia
Menurut Hasibuan (2001:34), Kinerja strategis yamg memiliki arti penting dari sudut
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang pandang karyawan dan organisasi. Dari sudut
dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung pandang organisasi, program ini merupakan
jawab yang dibebankan kepadanya didasarkan kewajiban yang harus dilakukan. Organisasi
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan memiliki kepentingan untuk memastikan
serta waktu. kesesuaian antara hasil kerja karyawan dengan
Kinerja juga merupakan hasil pekerjaaan tanggung jawab dan peran yang tercermin dalam
yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan deskripsi pekerjaan yang mendorong mencapai
strategis organisasi. Kepuasan konsumen dan sasaran organisasi. Dengan adanya penilaian
memberikan kontribusi pada ekonomi kinerja maka dapat diidentifikasi perbedaan
(Armstrong dan Baron, 2000:15) dengan kontribusi yang diberikan karyawan kepada
demikian kinerja adalah tentang melakukan organisasi, yang akan mempengaruhi kebijakan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan dalam pengembangan SDM. (Harsono, 2005:97).
tersebut. Kinerja adalah tantangan apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Penilaian Kinerja
Selain itu dalam pengertian lainnya Penilaian Kinerja merupakan proses
kinerrja adalah hasil yang diperoleh atas mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Dalam
pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan organisasi modern penilaian kinerja memberikan
seseorang/kelompok orang untuk mencapai suatu mekanisme penting bagi manajemen untuk
sasaran organisasi dalam kurun waktu tertentu digunakan dalam menjelaskan tujuan dan
dengan cara yang benar. (Sianipar, 2003:60) standar-standar kinerja dan memotivasi kinerja
Kinerja merupakan suatu keadaan yang individu diwaktu berikutnya. ( Simamora,
menunjukkan kemampuan seorang 2004:342).
pegawai/karyawan dalam menjalankan tugas Pengukuran/penilaian kinerja juga
sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh berfungsi sebagai upaya mengumpulkkan
organisasi kepada karyawan. Siagian (2002:166) informasi yang dapat digunakan untuk
Menurut Soelaiman dalam bukunya menggambarkan upaya karyawan melalui
Manajemen Kinerja (2007:279) memberikan serangkaian prioritas tertentu. (Dharma,
pengertian atas kinerja adalah sebagai sesuatu yang 2003:350).
dikerjakan dan dihasilkan dalam bentuk produk Soelaiman (2007:280) penilaian kinerja
maupun jasa, dalam suatu periode tertentu dan sering digunakan dengan pemahaman evaluasi
ukuran tertentu oleh seseorang atau sekelompok kinerja (performance appraisal / evaluation)
orang melalui kecakapan, pengetahuan dan memiliki beberapa istilah seperti: merit rating,
pengalamannya. Kemudian ia juga menjelaskan behavioral assesment, employee evaluation,
(2007:283) kinerja karyawan (employee personal review, dan sebagainya. Dengan demikian
performance) adalah tingkat terhadap mana para penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem
karyawan mencapai persyaratan ± persyaratan formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan
pekerjaan. mempengaruhi karyawan yang berkaitan dengan
Menurut Henri Simamora (2004:21) pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat
kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mengetahui seberapa produktif seorang karyawan

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 4


dan apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih seorang karyawan dapat ditingkatkan
efektif pada masa yang akan datang, sehingga (to motivate future performance
karyawan, organisasi dan masyarakat semuanya improvement)
memperoleh manfaat. Penilaian kinerja karyawan merupakan
(Soelaiman, S., 2007:280) Evaluasi / proses organisasi untuuk menilai kinerja
penilaian kinerja secara prosedur pada dasarnya karyawannya dengan tujuan secara umum adalah
meliputi: untuk memberikan umpan balik kepada karyawan
1. penetapan standar kerja dalam upaya memperbaiki kinerjanya dan
2. penilaian kinerja aktual karyawan meningkatkan produktifitas perusahaan, khususnya
dalam hubungan dengan standar ± yang berkaitan dengan kebijaksanaan terhadap
standar ini karyawan seperti untuk tujuan promosi, kenaikan
3. memberi umpan balik kepada gaji, pemberian insentif dan lain sebagainya.
karyawan dengan tujuan Sehubungan dengan hal tersebut maka penilaian
memotivasi karyawan sebagai terhadap kinerja disuatu organisasi atau perusahaan
pengakuan atas kinerja dan merupakan hal yang penting. (Sedarmayanti,
diharapkan untuk terus berkinerja 2001:50)
lebih tinggi lagi. Tujuan utama penilaian kinerja adalah
untuk mengahsilkan informasi yang akurat dan
Tujuan Penilaian Kinerja sahih tentang prilaku organisasi. Semakin akurat
Tujuan penilaian kinerja dalah untuk dan sahih informasi yang dihasilkan oleh sistem
menghasilkan informasi yang akurat dan sahih penilaian kinerja, semakin besar potensi nilainya
tentang prilaku anggota organisasi. Semakin bagi organisasi (Simamora,2004:343).
akurat dan sahih informasi yang dihasilkan oleh
sistem penilaian kinerja, semakin besar potensi Manfaat Penilaian Kinerja
nilainya bagi organisasi. (Simamora, 2004:343) Untuk mengetahui bagaimana tingkat
Dengan demikian dengan memadukan prestasi seseorang melakukan pekerjaan yang
aspek evaluasi maupun aspek ditugaskan atau diberikan kepadanya adalah
pengembangannya, penilaian kinerja haruslah: pengukuran atau penilaian kinerjanya. Penilaian
1. Menyediakan basis bagi keputusan- kerja, yaitu berupa ketentuan-ketentuan yang
keputusan sumber daya manusia, berhubungan dengan hasil yang diinginkan pada
termasuk promosi, transfer, transfer, suatu pekerjaan.
demosi atau pemberhentian. Adapun manfaat pengukuran kinerja
2. Menongkatkan pendayagunaan adalahh: (Sudiman, 2004:74)
sumber daya manusia melalui 1. Pengukuran kinerja membantu
penempatan pekerjaan yang lebih pimpinan instansi pemerintahan
baik dan spesifikasi kebutuhan dalam penentuan tingkat pencapaian
pelatihan. tujuan yang perlu dicapai.
Tujuan penilaian kinerja pada dasarnya 2. Sistem pengukuran kinerja yang
adalah: ( Dharma, 2003:350) efektif memberikan umpan balik
1. Untuk mengukur tamggumg jawab bagi para pengeloola dan pembuat
karyawan keputusan di dalam proses evaluasi
2. Sebagai peningkatan dan dan perumusan tindak lanjut, dalam
pengembangan karyawan rangka peningkatan kinerja paada
Tujuan dilakukannya penilaian kinerja masa yang akan datang.
berdasarkan periode waktunya adalah sebagai 3. Menjadi alat komunikasi pimpinan
berikut: (Soelaiman, 2007:285): organisasi, pegawai dan para
1. Untuk memberikan dasar bagi rencana stakeholders eksternal.
dan pelaksanaan pemberian 4. Sistem pengukuran kinerja yang baik
penghargaan bagi karyawan atas dapat menggerakkan ke arah yang
kinerja pada periode waktu positif. Sebaliknya sistem yang
sebelumnya (to reward past buruk dapat menyebabkaan
performance). organisasi menyimpang jauh dari
2. Untuk memotivasi agar pada periode tujuan.
waktu yang akan datang kinerja 5. Mengidentifikasi kualitas pelayanan.
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 5
Manfaat penilaian kinerja juga (job description) maupun desain
dikemukakan oleh Mangkuprawira (2003:224) pekerjaan (job design).
sebagai berikut: 10. Hasil penilaian kinerja (performance
1. Perbaikan kinerja appraisal) karyawan dapat
2. Penyesuaian kinerja kompensasi memperbaiki keputusan-keputusan
3. Keputusan penempatan personalia dan memberikan umpan
4. Kebutuhan pelatihan dan balik kepada karyawan tentang
pengembangan pelaksanaan kerja mereka.
5. Perencanaan dan pengembangan Dengan perkataan lain, hasil penilaian
karir kinerja bermanfaat bagi para karyawan baru
6. Definisi proses penempatan staf karyawan lama, para penyelia selaku atasan
7. Ketidakakuratan informasi langsung dan kelompok manajerial yang lebih
8. Kesalahan rancangan pekerjaan tinggi serta bagi manajemen sumber daya
9. Kesempatan kerja yang sama manusia. Bagi pihak manajemen sumber daya
10. Tantangan-tantangan ekstrnal manusia, hasil penilaian kinerja akan sangat
11. Umpan balik SDM membantu dalam perumusan dan penentuan
(Soelaiman, 2007:285) Manfaat penilaian kebijaksanaan manajemen sumber daya manusia
kinerja antara lain adalah: dalam hal rekrutmen, seleksi, orientasi,
1. Sebagai dasar informasi dan data penempatan dan pelatihan.
untuk pengambilan keputusan
menaikkan atau menurunkan gaji. Pelaku Penilaian Kinerja
2. Sebagai dasar informasi dan dasar Menurut Robbins (2006:687) dalam
untuk pengambilan keputusan penilaian kinerja terdapat beberapa pilihan dalam
mengenai status karyawan, penentuan mengenai yang sebaiknya melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK), penilaian tersebut antara lain:
demosi, dan lain sebagainya. 1. Atasan langsung
3. Sebagai dasar informasi dan data Semua hasil evaluasi kinerja pada tingkat
untuk kebijakan promosi. bawah dan menengah pada umumnya
4. Sebagai dasar informasi dan data dilakukan oleh atasan langsung karyawan
untuk penempatan-penempatan tersebut.
(positioning) karyawan pada tugas- 2. Rekan kerja
tugas tertentu. Evaluasi ini merupakan salah satu sumber
5. Sebagai dasar informasi dan data paling handal dimana interaksi sahari-hari
untuk menilai efektivitas setiap memberi pandangan menyeluruh terhadap
kegiatan yang ada dalam perusahaan. kinerja dalam pekerjaannya.
6. Sebagai dasar informasi dan data 3. Pengevaluasi diri sendiri
untuk memperkirakan kebutuhan Mengevaluasi kinerja sendiri apakah sudah
akan pelatihan bagi karyawan dalam konsisten dengan nilai-nilai, dengan suka rela
organisasi. dan peberian kuasa.
7. Sebagai dasar informasi dan data 4. Bawahan langsung
untuk mengevaluasi program latihan, Evaluasi bawahan langsung dapat
efektivitas jadwal kerja, metode memberikan informasi yang tepat dan, rinci
kerja, struktur organisasi, mekanisme mengenai prilaku seseorang manajer, karena
pengawasan dan monitoring, kondisi lazimnya penilaian yang mempunya kontak
kerja, peralatan-peralatan kerja, dan yang sering dinilai.
kerja karyawan. 5. Pendekatan menyeluruh
8. Sebagai dasar informasi dan data Pendekatan ini memberikan umpan balik
untuk mengetahui aspek-aspek kinerja dari lingkungan penuh kontak sehari-
kompetensi yang masih perlu hari yang mungkin dimiliki karyawan,
ditingkatkan oleh karyawan. yangdisekitar personal, ruang surat sampai
9. Sebagai dasar informasi dan data kepelanggan, atasan, rekan sekerja.
untuk memperbaikan dan
mengembangkan deskripsi pekerjaan
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Payaman J. Simanjuntak dalam bukunya 2) Dukungan organisasi
³0DQDMHPHQ GDQ (YDOXDVL .LQHUMD´ Kinerja setiap orang juga tergantung pada
Menyebutkan bahwa kinerja setiap orang dukungan organisasi dalam bentuk
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pengorganisasian, penyediaan sarana dan
sebagai berikut: prasaran kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan
1) Kompetensi Individu lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.
Kompetensi individu adalah kemampuan 3) Dukungan manajemen
dan keterampilan melakukan kerja. Kompetensi Kinerja setiap orang sangat tergantung
setiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor pada kemampuan manajerial para manajemen
yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan, atau pimpinan, baik dengan membangun sistem
yaitu; pertama, kemampuan dan keterampilan kerja dan hubungan industrial yang aman dan
kerja. Kedua, motivasi dan etos kerja. Secara harmonis, maupun dengan mengembangkan
psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri kompetensi pekerja, demikian juga dengan
dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi
reality (Knowledge + skill). Artinya pegawai pegawai untuk bekerja secara optimal.
yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) Faktor yang mempengaruhi pencapaian
dengan pendidikan yang memadai untuk kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan
jabatannnya dan terampil dalam mengerjakan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai
pekerjaan sehari-hari maka ia akan lebih mudah dengan pendapat Mangkunegara (2004:13)
mencapai kinerja yang diharapkan. 1. Faktor Kemampuan (Ability)
Sedangkan motivasi terbentuk dari sikap Secara psikologis, kemampuan
(attitude) seorang pegawai dalam menghadapi (ability) terdiri dari kemampuan
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang potensi (IQ) dan kemampuan reality
menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk (knowledge + skill). Artinya,
mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). pemimpin dan karyawan yang
Motivasi dan etos kerja sangat penting memiliki IQ di atas rata-rata (IQ
mendorong semangat kerja. Motivasi dan etos 110-120) apalagi IQ superior, very
kerja dipengaruhi oleh latarbelakang keluarga, superior, gifted dan genius dengan
lingkungan masyarakat, budaya dan nilai-nilai pendidikan yang memadai untuk
agama yang dianutnya. Seseorang yang melihat jabatannya dan terampil dalam
pekerjaan sebagai beban dan keterpaksaan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
memperoleh uang, akan mempunyai kinerja maka akan lebih mudah mencapai
yang rendah. sebaliknya, seseorang yang kinerja maksimal.
memandang pekerjaan sebagai kebutuhan, 2. Faktor Motivasi (Motivation)
pengabdian, tantangan dan prestasi, akan Motivasi diartikan suatu sikap
menghasilkan kinerja yang tinggi. (attitude pimpinan dan karyawan
David C. McClelland dalam terhadap situasi kerja di lingkungan
Mangkunegara berpendapat bahwa ada organisasinya. Mereka yang bersikap
hubungan yang positif antara motivasi positif (pro) terhadap situasi kerjanya
berprestasi dengan pencapaian kinerja. akan menunjukkan motivasi kerja
Menurutnya ada 6 (enam) karakteristik dari tinggi dan sebaliknya jika mereka
pegawai yang memiliki motivasi berprestasi bersikap negatif (kontra) terhadap
tinggi; pertama, memiliki tanggungjawab pribadi situasi kerjanya akan menunjukkan
yang tinggi. Kedua, berani mengambil resiko. motivasi kerja yang rendah. Situasi
Ketiga, memiliki tujuan yang realistis. Keempat, kerja yang dimaksud antara lain,
memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim
berjuang untuk merealisasikan tujuannya. kerja, kebijakan pimpinan, pola
Kelima, memanfaatkan umpan balik (feed back) kepemimpinan kerja dan kondisi
yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang kerja.
dilakukannya. Keenam, mencari kesempatan

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 7


Faktor-faktor yang mempengaruhi Dari uraian di atas maka dapat
kinerja yang dikemukakan oleh Amstrong dan disimpulkan bahwa kinerja sumber daya manusia
Baron dalam Wibowo (2009:98) antara lain: dapat diukur dari kualitas pekerjaan yang
1. Personal faktor, ditunjukkan oleh dihasilkan, kuantitas (jumlah) pekerjaan yang
tingkat keterampilan, kompetensi dapat diselesaikan, ketepatan waktu untuk
yang dimiliki, motivasi dalam diri, menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan efektifitas
disiplin diri dan komitmen individu. karyawan menggunakan sumber daya organisasi.

2. Leadership factor, ditentukan oleh Indikator Kinerja


kualitas dorongan, bimbingan dan
dukungan yang dilakukan oleh Penyempurnaan dibidang kepegawaian
manajer/pimpinan. selalu mendapat perhatian untuk menuju
pegawai atau karyawan yang profesional dengan
3. Team factor,ditunjukan oleh adanya berbagai pendekatan dan kebijaksaan. Salah satu
rekan kerja yang mendukung. hambatan terhadap penggunaan penilaian kinerja
secara efektif adalah bahwa para pimpinan tidak
4. Sistem factor, ditunjukan oleh adaya mampu melihat hasil pelaksanaannya, alasan
sistem kerja yang diterapkan, sistem terakhir yang membuat penilaian kinerja tidak
imbalan yangg diberikan dan mencukupi sasaran adalah ambiguitas mengenai
fasiliitas yangg diberikan oleh siapa yang memiliki tanggung jawab untuk
organisasi. mengelola sember daya manusia.

5. Situation factor, ditunjukan oleh Maka indikator kinerja menurut Gomes


tingginya tingkat tekanan dan (2003:150-151) adalah sebagai berikut:
perubahan lingkungan internal
maupun eksternal. 1. Kualitas kerja yaitu
akuransi,ketelitian dan bisa diterima
Sedangkan menurut Malthis dan Jackson atas pekerjaan yang dilakukan.
(2001:82) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah sebagai berikut: 2. Produktivitas yaitu kuantitas dan
efesiensi kerja yang dihasilkan dalam
1. Kemampuan individu untuk periode waktu tertentu.
melakukan pekerjaan tersebut yaitu
bakat, minat dan faktor kepribadian. 3. Pengetahuan pekerjaan adalah
keterampilan dan informasi praktis /
2. Tingkat usaha yang diberikan yaitu teknis yang digunakan pada
motivasi yang dimiliki, etika dalam pekerjaan.
bekerja, tingkat kedisiplinan dan
rancangan tugas. 4. Bisa diandalkan adalah sejauh mana
seorang karyawan bisa di andalkan
3. Dukungan dari organisasi yaitu atas penyelesaian dan tindak lanjut
pelatihan dan pengembangan, tugas.
fasilitas dan teknologi, standar
kinerja, imbalan yang diberikan dan 5. Kehadiran adalah sejauh mana
sistem manajemen. karyawan tepat waktu, mengamati
periode istirahat/makan yang
4. Keberadaan pekerjaan yang mereka ditentukan dan catatan kehadiran
lakukan. secara keseluruhan.

5. Hubungan mereka yang organisasi 6. Kemandirian adalah sejauh mana


dan antar rekan kerja. pekerjaan yang dilakukan dengan
atau tanpa pengawasan.
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 8
Pada dasarnya kinerja karyawan akan berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam
dinilai menggunakan informasi dari beberapa maupun di lingkungan kerja berperan penting
sumber menurut Marwansyah (2010:234) antara dalam membentuk moral dan disiplin para
lain: pekerja.
Kecerdasan emosi merupakan
1. Catatan produksi sesungguhnya kemampuan untuk menggunakan emosi secara
(misalnya volume penjualan) efektif dalam mengelola diri sendiri dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain
2. Catatan pribadi pegawai (misalnya: secara positif. Menurut Salovey dan Mayer,
jumlah ketidakhadiran) 1999 (handbook Emotional Intelligence training,
prime consulting:11) kecerdasan emosi adalah
3. Pertimbangan tentang kinerja kemampuan untuk merasakan emosi, menerima
(misalnya:nilai aspek pengawasan) dan membangun emosi dengan baik, memahami
emosi dan pengetahuan emosional sehingga
KECERDASAN EMOSIONAL dapat meningkatkan perkembangan emosi dan
intelektual.
Seorang ahli kecerdasan emosi, Goleman Goleman (2002:512) kecerdasan
(2000:13) mengatakan bahwa yang dimaksud emosional adalah kemampuan seseorang
dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk mengatur kehidupan emosinya dengan
kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap inteligensi ( to manage our emotional life with
tekun, serta dapat memotivasi diri sendiri. intelligence); menjaga keselarasan emosi dan
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh pengungkapannya (the appropriateness of
lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat emotion and its expression) melalui keterampilan
berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri,
lingkungan terutama orang tua pada masa kanak- empati, dan keterampilan sosial.
kanak sangat mempengaruhi dalam Menurut Goleman (2000: 512), bahwa
pembentukan kecerdasan emosional. kecerdasan emosional (Emotional Quotient)
Menurut Robbins (2009:335) Kecerdasan adalah Kemampuan mengenali perasaan kita
emosional (emotional inttelligencce ± EI ) adalah sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi dan dalam hubungan dengan orang lain.
emosional. Kecerdasan emosional tersebut dipilah menjadi
Orang yang pertama kali dua sisi yaitu: (1) kecakapan pribadi yang terdiri
mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain atas kesadaran diri (self awareness), pengaturan
akademik yang dapat mempengaruhi diri (self regulation), motivasi (motivation); dan
keberhasilan sesorang adalah Gardner. (2) kecakapan sosial yang terdiri atas empati
Kecerdasan lain itu disebut dengan emotional (emphaty) dan keterampilan sosial (social skill).
intelligence atau kecerdasan emosi Secara analitis, Goleman (1999: 513-514)
(Goleman, 2000:51). mengemukakan bahwa aspek-aspek kecerdasan
(Agustian 2001:17) berdasarkan emosional atau Emotional Intelligence (EI)
penelitian dan pengalamannya dalam meliputi hal-hal sebagai berikut:
memajukan perusahaan berpendapat bahwa 1. Kesadaran diri (self awareness):
keberadaan kecerdasan emosional yang baik Mengetahui apa yang kita rasakan
akan membuat seorang karyawan menampilkan pada suatu saat dan
kinerja dan hasil kerja yang lebih baik. menggunakannya untuk memandu
Daniel Goleman, seorang psikolog pengambilan keputusan diri
ternama, dalam bukunya pernah mengatakan sendiri, memiliki tolok ukur yang
bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia realistis atas kemampuan diri dan
kerja bukan hanya cognitive intelligence saja kepercayaan diri yang kuat.
yang dibutuhkan tetapi juga emotional 2. Pengaturan diri (self
intelligence (Goleman, 2000:37). Secara khusus regulation): Menangani emosi
para pemimpin perusahaan membutuhkan EQ kita sedemikian berdampak positif
yang tinggi karena dalam lingkungan organisasi,
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 9
kepada pelaksanaan tugas, peka b. Self management
terhadap kata hati dan sanggup Yaitu merupakan kemampuan menangani
menunda kenikmatan sebelum emosinya sendiri, mengekspresikan serta
tercapainya suatu sasaran, mampu mengendalikan emosi, memiliki kepekaan
pulih kembali dari tekanan. terhadap kata hati, untuk digunakan dalam
3. Motivasi (motivation): hubungan dan tindakan sehari-hari.
Menggunakan hasrat kita yang c. Motivation
paling dalam untuk menggerakkan Motivasi adalah kemampuan menggunakan
dan menuntun kita menuju hasrat untuk setiap saat membangkitkan
sasaran, membantu kita semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan
mengambil inisiatif dan bertindak yang lebih baikserta mampu mengambil inisiatif
sangat efektif dan untuk bertahan dan bertindak secara efektif, mampu bertahan
menghadapi kegagalan dan menghadapi kegagalan dan frustasi.
frustasi. d. Empati (social awareness)
4. Empati (empathy): Merasakan Empati merupakan kemampuan merasakan apa
apa yang dirasakan orang lain, yang dirasakan oleh orang lain, mampu
mampu memahami mereka, memahami perspektif orang lain, dan
menumbuhkan hubungan saling menimbulkan hubungan saling percaya serta
percaya dan menyelaraskan diri mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe
dengan bermacam-macam orang. individu
5. Keterampilan sosial (social e. Relationship management
skill): Menangani emosi dengan Merupakan kemampuan menangani emosi
baik ketika berhubungan dengan dengan baik ketika berhubungan dengan orang
orang lain dan dengan cermat lain dan menciptakan serta mempertahankan
membaca situasi dan jaringan hubungan dengan orang lain, bisa
sosial, berinteraksi dengan lancar, mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah,
menggunakan keterampilan- menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama
keterampilan ini untuk dalam tim.
memengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah Faktor-faktor yang mempengaruhi
danmenyelesaikan perselisihan kecerdasan emosional
dan untuk bekerja sama dan
bekerja dalam tim. Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak
lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses
Kecerdasan emosional menuntut kita pembelajaran. Ada beberapa faktor yang
untuk belajar mengakui dan menghargai mempengaruhi kecerdasan emosi individu
perasaan-pada diri kita dan orang lain-dan untuk menurut Goleman (2009:267-282), yaitu:
menanggapinya dengan tepat, menerapkannya a. Lingkungan keluarga. Kehidupan
dengan efektif informasi dan energi emosi dalam keluarga merupakan sekolah pertama
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. dalam mempelajari emosi. Peran serta
orang tua sangat dibutuhkan karena orang
Kecerdasan Emosi dapat diukur dari tua adalah subyek pertama yang
beberapa aspek-aspek yang ada. Goleman perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi
(2001:42-43) mengemukakan lima kecakapan yang pada akhirnya akan menjadi bagian
dasar dalam kecerdasan Emosi, yaitu: dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi
a. Self awareness ini d apat diajarkan pada saat anak
Merupakan kemampuan sesorang untuk masih bayi dengan contoh-contoh
mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk
serta menggunakannya untuk membuat dalam keluarga sangat berguna bagi anak
keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur kelak dikemudian hari, sebagai contoh:
yang realistis, atau kemampuan diri dan melatih kebiasaan hidup disiplin dan
mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu bertanggung jawab, kemampuan
mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya. berempati, kepedulian, dan sebagainya.
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 10
Hal ini akan menjadikan anak menjadi mengarahkan tindakan, kedua, kemampuan
lebih mudah untuk menangani dan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu
menenangkan diri dalam menghadapi telah dilakukan, ketiga, kemampuan untuk
permasalahan,sehingga anak-anak dapat mengkhritik diri sendiri.
berkonsentrasi dengan baik dan tidak
memiliki banyak masalah tingkah laku Menurut Robins dan Judge (2008:57)
seperti tingkah laku kasar dan negatif. kecerdasan Intelektua adlaah kemampuan yang
b. Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas
adalah lingkungan masyarakat dan mental berfikir, menalar dan memecahkan
lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi masalah. Intelligensi lebih difokuskan kepada
ini berkembang sejalan dengan kemampuannya dalam berfikir.
perkembangan fisik dan mental anak.
Menurut Armansyah (2002:17)
Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan
kecerdasan Intelektual dalah kemampuan
dalam aktivitas bermain anak seperti
Intelektual, analisa, logika dan rasio yang
bermain peran. Anak berperan sebagai
merupakan kecerdasan untuk menerima,
individu di luar dirinya dengan emosi
menyimpan dan mengolah informasi menjadi
yang menyertainya sehingga anak akan
fakta. Oleh karena itu, Inteligensi tidak dapat
mulai belajar mengerti keadaan orang
diamati secara langsung, melainkan harus
lain. Pengembangan kecerdasan emosi
disimpulkan dari tindakan nyata, yang
dapat ditingkatkan melalui berbagai
merupakan manifestasi dari berfikir rasional itu.
macam bentuk pelatihan diantaranya
adalah pelatihan asertivitas, empati dan Menurut Wechsler dalam Winarno
masih banyak lagi bentuk pelatihan yang (2001:4) Inteliginsi adalah kemampuan untuk
lainnya. bertindak secara terarah, berfikir secara rasional,
dna menghadapi lingkungannya secara efektif
Indikator Kecerdasan Emosional secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
Inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
Menurut Golemen 2002 (dalam Choiriah,
melibatkan proses berfikir secara rasional.
2013) terdapat beberapa indikator kecerdasan
Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan
emosional, yaitu:
Intelektual, analisa logika dan rasio yang
1. Mengkoordinasi emosi dalam diri
merupakn kecerdasan untuk menerima,
2. Mengelola diri sendiri
menyimpan dalih, mengolah informasi menjadi
3. Melakukan pemikiran yang tenang tanpa
nyata.
terbawa emosi
4. kemampuan menjalin hubungan dengan Dengan memiliki kecerdasan Intelektual
orang lain atau empati. yang baik dan terstandar maka masing-masing
individu memiliki kemantapan pemahaman
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
tentang potensi diri dan pengembangannya untuk
disimpulkan bahwa indikator kecerdasan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif
emosional adalah 1) kemampuan untuk
dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
mengetahui perasaan sendiri sehingga
peranannya sebagai pelaksana atau pelaku
mengetahui kelebihan dan kekurangannya, 2)
profesi karena (rasionalitas) dibutuhkan untuk
kemampuan menangani emosi sendiri, 3)
dapat memahami dan mempertimbangkan hal-
kemampuan memotivasi diri untuk terus maju, 4)
hal yang bersifat etis dan tidak etis (Mahmudi,
kemampuan merasakan emosi dan kepribadian
2001:72).
orang lain, dan 5) kemampuan menjalin
hubungan dengan orang lain. Kebanyakan perusahaan memanfaat
orang-orang ber-IQ tinggi dengan memanfaatkan
KECERDASAN INTELEKTUAL seleksi awal beruba test kecerdasan Intelegensi.
Menurut Bennet dan Simon dalam Anwar Harapan dari perlakuan seleksi seperti ini adalah
(2004:5) Intelegensia sebagai suatu kemampuan memperoleh tenaga-tenagga yang berkualitas
yang terdiri dari tiga komponen, yaitu ; pertama, yang dpaat membangun perusahaan kearah
kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau pencapaian kinerja tinggi. Walaupun IQ adalah
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 11
tolak ukur dari kepintaran seseorang, IQ bukan Pengukuran lain yang termasuk penting
merupakan satu-satunya indikator kesuksesan seperti kemampuan mekanik, motorik dan
seseorang. IQ hanya memberikan sedikit indikasi kemampuan artistik tidak diukur dengan tes yang
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak sama, melainkan dengan menggunakan alat ukur
mengambarkan kecerdasaan seseorang secara yang lain. Hal ini berlaku pula dalam
keseluruhan. Untuk itu, seseorang yang ber- IQ pengukuran motivasi, emosi dan sikap (Moustafa
tinggi, belum tentu mutlak akan berhasil dan Miller, 2003:5).
memecahkan permasalahan-permasalahan
didalam dunia kerja yang kompleks, tetapi perlu Penelitian yang pernah dilakukan oleh
adanya sisi cerdas lain dari karyawan tersebut Wiramiharja (2003:80) menemukan bahwa
(Armansyah, 2002:45). kecerdasan yang lebih bersifat kognitif memiliki
korelasi positif yang bersifat signifikan dengan
Wiramiharja (2003:73) mengemukakan prestasi kerja. Ia menyebutkan bahwa prestasi
indikator-indikator dari kecerdasan intelektual. kerja yang dimiliki oleh seorang pekerja akan
Penelitiannya tentang kecerdasan ialah membawanya pada hasil yang lebih memuaskan
menyangkut upaya untuk mengetahui keeratan untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Dalam
besarnya kecerdasan dan kemauaan terhadap penelitiannya ia memberikan bukti bahwa IQ
prestasi kerja. Ia meneliti kecerdasan dengan memberikan kontribusi sebesar 30 % didalam
menggunakan alat tes kecerdasan yang diambil pencapaian prestasi kerja dan kinerja sesorang.
dari tes inteligensi yang dikembangkan oleh Kemampuan intelektual Robbins
Peter Lauster, sedangkan pengukuran besarnya (2001:57) adalah kemampuan yang diperlukan
kemauan dengan menggunakan alat tes Pauli untuk menjalankan kegiatan mental, berpikir,
dari Richard Pauli, khusus menyangkut besarnya menalar dan memecahkan masalah. Tes IQ,
penjumlahan. Ia menyebutkan tiga indikator misalnya dirancang untuk memastikan
kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga kemampuan intelektual umum seseorang.
domain kognitif. Ketiga indikator tersebut adalah
: Ngalim Purwanto (2007:55-56)
a. Kemampuan figur yaitu merupakan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemahaman dan nalar dibidang bentuk inteligensi yaitu pembawaan, kematangan organ
b. Kemampuan verbal yaitu merupakan tubuh, pembentukan dari lingkungan, minat dan
pemahaman dan nalar dibidang bahasa. pembawaan yang khas serta kebebasan memilih
c. Pemahaman dan nalar dibidang numerik metode dalam memecahkan masalah.
atau yang berkaitan dengan angka a. Pembawaan
biasa.disebut dengan kemampuan Pembawaan ditentukan oleh sifat-
numerik . sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak
Penelitian yang dilakukan oleh lahir. Batas kemampuan kita dalam
Wiramihardja ini menunjukkan hasil korelasi memecahkan permasalahan, pertama
positif yang signifikan untuk semua hasil tes dari ditentukan oleh pembawaan kita.
indikator kecerdasan terhadap prestasi kerja dan Orang ada yang pintar dan ada yang
variabel kemauaan, baik itu kecerdasan figural, bodoh meskipun menerima latihan
kecerdasan verbal, maupun kecerdasan numerik. yang sama perbedaan itu masih tetap
Istilah kecerdasan intelektual lebih dikhususkan ada.
pada kemampuan kognitif. b. Kematangan
Pengukuran kecerdasan intelektual tidak Tiap orang dalam tubuh manusia
dapat diukur hanya dengan satu pengukuran mengalami pertumbuhan dan
tunggal. Para peneliti menemukan bahwa tes perkembangan. Tiap organ dapat
untuk mengukur kemampuan kognitif tersebut, dikatakan telah matang jika ia telah
yang utama adalah dengan menggunakan tiga mencapai kesanggupan menjalankan
pengukuran yaitu kemampuan verbal, fungsinya masing-masing. Anak-
kemampuan matematika, dan kemampuan ruang anak tidak dapat memecahlan soal-
(Moustafa dan Miller, 2003:5). soal tertentu karena soal tersebut
masih terlampau sukar baginya.
Organ tubuh dan fungsi jiwanya

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 12


belum matang untuk memecahkan 6. Visualilsasi spasial
masalah itu. Kematangan erat Merupakan kemampuan membayangkan
hubungannya dengan umur. bagaimana suatu obyek akan tampak
c. Pembentukan seandainya posisinya dalam ruang
Pembentukan adalah segala keadaan dirubah.
diluar diri seseorang yang 7. Daya ingat
mempengaruhi perkembangan Merupakan kemampuan menahan dan
intelegensi. Pembentukan ada dua mengenang kembali pengalaman masa
macam yaitu yang disengaja seperti lalu.
yang dilakukan di sekolah dan tidak Indikator kecerdasan intelektual yang
sengaja yaitu pengaruh alam sekitar. dikemukakan oleh Stenberg dalam Arie, 2009
d. Minat dan pembawaan yang khas yaitu:
Minat mengarahkan perbuatan 1. Kemampuan memecahkan masalah
kepada suatu tujuan dan merupakan yaitu mampu menunjukkan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam pengetahuan mengenai masalah yang
diri manusia terdapat motif-motif dihadapi, mengambil keputusan tepat,
yang mendorong manusia untuk menyelesaikan masalah secara
berinteraksi dengan dunia luar. Motif optimal, menunjukkan fikiran jernih.
menggunakan dan menyelidiki dunia 2. Intelegensi verbal yaitu kosa kata
luar (manipulate and exploring baik, membaca dengan penuh
motives). pemahaman, ingin tahu secara
e. Kebebasan intelektual, menunjukkan
Kebebasan mengandung makna keingintahuan.
bahwa manusia dapat memilih 3. Intelegensi praktis yaitu situasi, tahu
metode-metode tertentu dalam cara mencapai tujuan, sadar terhadap
memecahkan masalah. Dengan dunia sekeliling, menunjukkan minat
kebebasan manusia dapat terhadap dunia luar.
menentukan dan mengembangkan
cara berfikirnya secara cepat dan DISIPLIN
yang mereka anggap akurat.
Keterbelakangan, pengekangan akan Pembahasan disiplin pegawai dalam
mempengaruhi intelektual seseorang. manajemen sumber daya manussia berangkat
dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang
Tujuh dimensi menurut Robbins (2001:58) sempurna. Oleh karena itu setiap organisasi
dalam kecerdasan intelektual adalah: perrlu memiliki berbagai ketentuan yang harus
1. Kecerdasan angka ditaati oleh para anggotanya serta standar yang
Merupakan kemampuan untuk harus dipenuhi. Disiplin merrupakan tindakan
menghitung dengan cepat dan tepat. manajemen untuk mendorong para anggota
2. Pemahaman verbal organisasi memenuhi tuntutan berbagai
Merupakan kemampuan memahami apa ketentuan tersebut (Siagian,2006:305).
yang dibaca dan didengar. Menurut Handoko (2000:208) Disiplin
3. Kecepatan persepsi adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan
Merupakan kemampuan mengenali standar-standar organisasi. Sedangkan menurut
kemiripan dan beda visual dengan cepat Sastrohadiwiryo (2003:291) Disiplin kerja
dan tepat. adalah suatu sikap mengormati, mengharga dan
4. Penalaran induktif mentaati semua peraturan yang berlaku serta
Merupakan kemampuan mengenali suatu sanggup menjalankan dan tidak mengelak
urutan logis dalam suatu masalah untuk menerima sanksi apabila melanggar tugas
dan kemudian memecahkan masalah itu. dan wewenang yang telah diberikan.
5. Penalaran deduktif Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan
Merupakan kemampuan menggunakan seseorang menaati semua peraturan perusahaan
logika dan menilai implikasi dari suatu dan norma-norma sosial yang berlaku (Hasibuan,
argumen. 2009:193).
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 13
Pengertian istilah disiplin (discipline) Penskoran mengirimkan pesan yang kuat
adalah merupakan prosedur untuk mengoreksi kepada seorang karyawan bahwa perilaku
atau menghukum bawahan, karena melanggar pekerjaan yang tidak diinginkan harus
peraturan atau prosedur (Rivai: 2005:367) . diubah atau mungkin sekali akan terjadi
Sedangkan menurut Handoko (2001:208) pemberhentian. Pendekatan progresif
Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk memberikan peluang kepada seorang
menjalankan standar-standar organisasional. karyawan untuk mengoreksi kekurangan
Menurut Rivai (2005:444) disiplin kerja sebelum dipecat. Dengan mengikuti
adalah suatu alat yang digunakan para manajer urutan progresif tersebut akan
untuk berkomunikasi dengan karyawan agar memastikan bahwa baik sifat maupun
mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku keseriusan masalah dikomunikasikan
serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan dengan jelas kepada karyawan. Tidak
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua langkah dalam prosedur disiplin
semua peraturan perusahaan dan norma ± norma progresif dituruti dalam setiap kasus.
sosial yang berlaku. Beberapa pelanggaran yang serius
Sedangkan menurut Mathis (2006:511) dibebaskan dan prosedur progresif
yang dimaksud dengan disiplin adalah bentuk mungkin berakhir pada pemberhentian
pelatihan yang menjalankan peraturan dengan segera.
organisasional. Ada dua pendekatan pada
disiplin yaitu: Siagian (2004:305) mengemukakan
1. Pendekatan disiplin yang positif bahwa disiplin karyawan dalam manajemen
Pendekatan disiplin yang positif sumber daya manusia berangkat dari pandangan
bergantung pada filosofi bahwa bahwa tidak ada manusia yang sempurna, lepas
pelanggaran adalah tindakan yang dari kesalahan dan kekhilafan. Serta disiplin
biasanya dapat dikoreksi secara merupakan tindakan manejemen untuk
konstruktif tanpa hukuman. Dalam mendorong anggota organisasi memenuhi
pendekatan ini, para manajer berfokus tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
pada pencarian fakta dan bimbingan
Dengan kata lain, disiplin karyawan
untuk mendorong perilaku yang
adalah suatu bentuk pelatihan karyawan yang
diinginkan, daripada menggunakan
berusaha memperbaiki dan membentuk
hukuman untuk mencegah perilaku yang
pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan
tidak diinginkan. Keunggulan dari
sehingga perilaku karyawan tersebut secara
pendekatan yang positif ini berfokus pada
sukarela berusaha bekerja secara kooperatif
penyelesaian masalah. Kesulitan yang
dengan para karyawan lainnya, serta
paling besar pada pendekatan yang positif
meningkatkan prestasi kerja. Melihat kutipan
disiplin adalah banyaknya jumlah
tersebut, disiplin diarahkan untuk memperbaiki
pelatihan yang dibutuhkan oleh para
dan membentuk sikap dan perilaku karyawan
supervisor dan manajer untuk menjadi
secara sukarela untuk dapat bekerjasama dengan
konselor ± konselor yang efektif, dan
karyawan lainnya dalam meningkatkan prestasi
membutuhkan lebih banyak waktu dalam
kerjanya.
kedudukan sebagai supervisor daripada
pendekatan disiplin progresif. Sedarmayanti (2001:10) kedisiplinan
2. Pendekatan disiplin progresif Seperti adalah salah satu fungsi manajemen sumber daya
pada pendekatan yang lain, disiplin manusia yang terpenting dan merupakan kunci
progresif menggabungkan serangkaian terwujudnya tugas. Tanpa adanya disiplin maka
langkah, dimana setiap langkah menjadi sulit mewujudkan tujuan yang maksimal.
lebih keras progresif dan dirancang untuk
mengubah perilaku karyawan yang tidak Dari berbagai pengertian mengenai
pantas. Suatu sistem disiplin progresif disiplin kerja di atas, maka dapat disimpulkan
yang umum dan sebagian besar prosedur bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap yang
disiplin progresif menggunakan teguran ± mentaati semua peraturan atau tata tertib kerja
teguran verbal dan tertulis serta dan tidak mengelak untuk menerima sanksi
penskoran sebelum pemecatan. apabila melakkukan pelanggaran.
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 14
Tujuan Disiplin Kerja 4. Tindak lanjut
Jika tindakan indisipliner itu di ulang
Tujuan disiplin kerja menurut Sastrohadiwiryo lagi, bua lagi pertemuan dengan mereka
(2003:82): untuk melihat penyebabnya.
5. Tindakan korektif
1. Agar para pegawai menepati segala
Melakukan tindakan progresif sesuai
peraturan dan kebijakan
dengan jalur kebijaksanaan perusahaan.
ketenagakerjaan maupun peraturan dan
Dapat ditarik makna bahwa tujuan
kebijakan organisasi yang berlaku, baik
disiplin kerja dalah untuk memberikan
tertulis maupun tidak tertulis, serta
bimbingan dan penyuluuhan bagi pegawai,
melaksanakan perintah manajemen
dalam menciptakan tata tertib yang baik
dengan baik.
ditempat kerja dan juga mampu memberikan
2. Pegawai dapat melaksanakan ekerjaan
pelayanan terbaik pada piihak-pihak tertentu
dengan sebaik-baiknya serta mampu
yang bersangkutan karena dengan tata tertib
memberikan pelayanan yang maksimum
pegawai yang baik, maka semangat meningkat,
kepada pihak tertentu yang
moral kerja, efesiensi dan efektivitas kerja
berkepentinngan dengan organisasi
pegawai akan meningkat baik secara kualitas
sesuai dengan bidang pekerjaan yang
maupun kuantitas. Hal ini akan mendukung
diberikan kepadanya.
tercapainya tujuan organisasi, pegawai dan
3. Pegawai dapat menggunakan, dan
masyarakat.
memelihara sarana dan prasarana,
barangg dan jasa organisasi dengan
sebaik-baiknnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin
4. Para pegawai dapat bertindak dan Kerja
Disiplin sangat penting dalam suatu
berpartisipasi sesuai dengan norma²
organisasi pemerintah untuk menciptakan
norma yang berlaku pada organisasi.
produktivitas dan prestasi kerja yang tinggi
5. Pegawai mampuu menghsilkan kinerja
dimana setiap pegawai selalu mempengaruhi
yang tinggi sesuai dengan harapan
hasil prestasi kerja. Oleh karena itu dalam setiap
organisasi, baik dalam jangka pendek
anggota perlu ditegakkan disiplinnya. Disiplin
maupun jangka panjang.
akan berjalan dengan baik dan lancar apabila
Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo masing-masing anggota atau pegawai
(2003:83) ada lima langkah pokok guna melaksanakan kegiatan pekerjaan dengan penuh
menyiasati prilaku indisipliner kerja, yaitu: kesadaran.

1. Pendidikan Faktor-faktor yang mempengaruhi


Dengan memberikan penjelasan yang disiplin kerja: Martoyo (2002:152)
komprehensif kepada seluruh karyawan
1. Motivasi
mengenai kebijakan perusahaan
2. Kesejahteraan
menyangkut kehadiran kerja, membuat
3. Kepemimpinan
pertemuan dan mencatat pekerja yang
4. Pendidikan dan pelatihan
memiliki absen tertinggi.
5. Penegakan disiplin lewat hukum
2. Monitoring
Sedangkan menurut Hasibuan
Membuat sistem pencatat yang akurat
(2006:214), Faktor-faktor yang mempengaruhi
serta mengobservasi dengan cermat para
disiplin kerja karyawan dalam suatu organisasi
karyawan yang melakukan tindakan
diantaranya adalah:
indisiplliner dan mencatat penyebabnya.
1. Tujuan dan kemampuan
3. Konseling
2. Teladan dan pemimpin
Secara personal melakukan pertemuan
3. Balas jasa
dengan karyawan yang mempunyai
4. Keadilan
masalah dengan kehadiran mereka dan
5. Waskat
menyampaikan untuk mengobservasi
6. Sanksi hukum
prilaku mereka.
7. Ketegasan

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 15


8. Hubungan kemanusiaan disiplin diri mereka bukan semata-mata
karena dipaksa oleh pihak manajemen.
Selain itu faktor yang menunjang 2. Disiplin korektif adalah kegiatan yang
pembinaan disiplin menurut Simamora diambil untuk menangani pelanggaran-
(2004:765): pelanggaran terhadap aturan-aturan
mencoba untuk menghindari
1. Rekrutmen dan Seleksi
pelanggaran-pelangggaran lebih lanjut.
2. Pelatihan dan pengembangan
Kegiatan korektif sering berupa suatu
3. Perencanaan sumber daya manusia
bentuk hukuman dan disebut tindakan
4. Penilaian kerja
pendisiplinan (disiplinary action).
5. Kompensasi
PERUMUSAN HIPOTESIS
Indikator Disiplin Kerja
Setiap organisasi pada umumnya berdasarkan kerangka pemikiran teoritis di
menginginkan agar para pegawainya yang atas, maka ada dua hipotesis yang diajukan
bekerja dapat mematuhi tata tertib dapat dalam penelitian ini, yaitu:
mematuhi tata tertib atau aturan yang telah 1. Diduga kecerdasan emosional,
ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan baik kecerdasan Intelektual dan disiplin
tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar berpengaruh secara simultan terhadap
para karyawan dapat melaksanakan sikap kinerja perawat rumah sakit PMC
disiplin dalam bekerja sehingga kinerjanya pun Pekanbaru.
meningkat. 2. Diduga Kecerdasan Emosional
Indikator disiplin kerja pegawai menurut berpengaruh secara persial terhadap
Nitisemito (2000:40) yaitu: kinerja perawat ruumah sakit PMC
1. Tingkat kehadiran Pekanbaru.
2. Jam kerja 3. Diduga Kecerdasan Intelektual
3. Sikap dan etika dalamm melaksanakan berpengaruh secara persial terhadap
pekerjaan kinerja perawat ruumah sakit PMC
4. Tanggung jawab pada pekerjaan Pekanbaru.
5. Kepatuhan pada standar waktu penyelesaian 4. Diduga Disiplin berpengaruh seraca
pekerjaan persial terhadap kinerja perawat rumah
6. Kepatuhan pada peraturan dan tata tertib sakit PMC Pekanbaru.
Selain itu menurut (Handoko, 2001:208) METODE PENELITIAN
ada beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kedisiplinan seorang Penelitian ini dilakukan di R.S PMC
karyawan, yaitu: Pekanbaru dengan menggunakan teknik
pengumpulan data secara kuesioner, obsevasi
1. Kehadiran dan wawancara untuk mendapatkan data yang
2. Ketaatan valid. Data yang didapat kemudian di uji dengan
3. Ketepatan waktu menggunakan uji instrumen, uji asumsi klasik,
4. Prilaku uji t dan uji F serta uji determinasi. Metode
Siagian (2006:305) mengemukakan penelitian ini dilakukan agar hasil pengolahan
bahwa terdapat dua tipe kegiatan pendisipllinan data nantinya akan menghasilkan data yang
kerja yaitu: valid. Metode penelitian ini juga menggunakan
1. Disiplin preventif adalah kegiatan yang metode SPSS (Statistical Package of Social
dilaksanakan untuk mendorong para
Science).
karyawan agar mengikuti berbagai
standar dan aturan, sehingga berbagai
penyimpangan dapat dicegah. Sasaran
pokoknya adalah untuk mendorong
disiplin diri diantara para karyawan.
Dengan cara ini para karyawan menjaga

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 16


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN mampu menangani masalah-masalah
emosional ditempat kerja secara
Hasil memuaskan. Bukan saja tidak mampu
memahami perasaan sendiri, melainkan
Ada pengaruh yang signifikan antara juga perasaan orang lain yang
Kecerdasan Emosional (X1), Kecerdasan berinteraksi dengan kita.
Intelektual (X2), dan Disiplin (X3) secara
simultan terhadap kinerja karyawan (Y), karena Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman
uji F membuktikan F hitung (29,176) > F tabel dan konflik antar pribadi. Seorang yang
(2,722) dengan Sig. (0,000) < 0,05. Ada sedang emosional, tidak akan bisa
pengaruh signifikan antara Kecerdasan berpikir dengan baik, betapapun
Emosional (X1) terhadap Kinerja (Y) hipotesis tingginya IQ mereka. Karyawan dengan
diterima karena uji t membuktikan t hitung EQ yang baik mempunyai kemampuan
(3,206) > t tabel (1,991) dan Sig. (0,002) < 0,05. pribadi dan sosial seperti empati, disiplin
Ada pengaruh signifikan antara Kecerdasan diri, dan inisiatif sehingga akan
Emosional (X2) terhadap Kinerja (Y) hipoteisi menghasilkan kinerja yang lebih baik
diterrima karena uji t membuktikan t hitung dibandingkan karyawan dengan EQ yang
(2,819) > t tabel (1,991) dan Sig. (0,006) < 0,05. lebih rendah. Orang yang memiliki IQ
Ada pengaruh signifikan antara Disiplin (X3) saja, atau banyak memiliki gelar yang
terhadap Kinerja (Y) hipotesis diterima karena tinggi belum tentu sukses berkiprah di
uji t membuktikan t hitung (2,476) > t tabel dunia pekerjaan, atau lebih buruk lagi,
(1,991) dan Sig. (0,015) < 0,05. tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan
emosi mereka.
Kecerdasan Emosional merupakan
variabel yang berpengaruh dominan terhadap 2. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
Kinerja perawat. Hal tersebut dapat dibuktikan Rumah Sakit PMC Pekanbaru, diketahui
dengan uji t yang hasil koefisiennya sebesar bahwa kecerdasan intelektual
0,387 lebih besar dari pada koefisien Kecerdasan berpengeruh signifikan dan positif
Intelektual, dan 0,73 lebih besar dari koefisien terhadap kinerja perawat. Dapat diartikan
Disiplin. . bahwa semakin tinggi kecerdasan
intelektual maka akan meningkatkan
Pembahasan kinerja perawat secara signifikan. Dan
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada sebaliknya, semakin rendah kecerdasan
Rumah Sakit PMC Pekanbaru, diketahui intelektual perawat maka akan
bahwa kecerdasan emosional menurunkan kinerjanya dengan
berpengeruh signifikan dan positif signifikan.
terhadap kinerja perawat. Dapat diartikan Hasil penelitian ini sejalan
bahwa semakin tinggi kecerdasan dengan penelitian yang dilakukan oleh
emosional maka akan meningkatkan Sulistio (2012) yang menemukan bahwa
kinerja perawat secara signifikan. Dan adanya pengaruh kecerdasan emosional
sebaliknya, semakin rendah kecerdasan tingkat kinerja karyawan pada PT Bank
emosional perawat maka akan Danamon Indonesia, Tbk.Dunia kerja
menurunkan kinerjanya dengan erat kaitannya dengan kecerdasan
signifikan. intelektual yang dimiliki oleh seseorang.
Dalam konteks pekerjaan, Seorang pekerja yang memiliki IQ tinggi
kecerdasan emosional (EQ) adalah diharapkan dapat menghasilkan kinerja
kemampuan untuk mengetahui apa yang yang lebih baik dibandingkan mereka
kita dan orang lain rasakan, termasuk yang memiliki IQ lebih rendah. Hal
cara tepat untuk menangani masalah. tersebut karena mereka yang memiliki IQ
Orang lain yang dimaksudkan disini bisa tinggi lebih mudah menyerap ilmu yang
meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan diberikan sehingga kemampuannya
atau juga pelanggan. Realitas dalam memecahkan masalah yang
menunjukkan, seringkali kita tidak berkaitan dengan pekerjaannya akan

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 17


lebih baik. Kecerdasan intelektual atau perawat. Disiplin kerja selain dipengaruhi
inteligensi diklasifikasikan ke dalam dua faktor lingkungan kerja juga dipengaruhi
kategoriyaitu general cognitive ability oleh faktor kepribadian, maka
dan spesifik ability. Kinerja seseorang ketidakadilan salah satu faktor akan
dapat diprediksi berdasarkan seberapa menyebabkan pelanggaran aturan. Jika
besar orang tersebut memiliki g factor. salah satu karyawan melanggar maka
Seseorang yang memiliki kemampuan perlu dilakukan upaya-upaya tindakan
general cognitive maka kinerjanya dalam pendisiplinan agar prinsip-prinsip
melaksanakan suatupekerjaan juga akan sosialisasi disiplin seperti adil dapat
lebih baik, meskipun demikian spesifik dipertahankan. Disiplin kerja dibicarakan
ability juga berperan penting dalam dalam kondisi yang sering kali timbul
memprediksi bagaimana kinerja sesorang bersifat negatif. Disiplin lebih dikaitkan
yang dihasilkan. Walaupun demikian, dengan sangsi atau hukuman. Disiplin
harus ada keseimbangan yang baik antara dalam arti yang positif diartikan sebagai
IQ dengan EQ. Orang yang memiliki EQ sikap seseorang atau kelompok yang
yang baik tanpa ditunjang dengan IQ berniat untuk mengikuti aturan-aturan
yang baik pula belum tentu dapat berhasil yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya
dalam pekerjaannya. Hal ini karena IQ dengan pekerjaan, pengertian disiplin
masih memegang peranan yang penting kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku
dalam kinerja sesorang, sehingga yang menunjukan ketaatan karyawan
keberadaan IQ tidak boleh dihilangkan terhadap peraturan organisasi. Niat untuk
karena perbaikan kemampuan kognitif mentaati peraturan merupakan suatu
adalah cara terbaik untuk meningkatkan kemauan untuk menyesuaikan diri
kinerja para pekerja. dengan aturan-aturan. Sikap dan perilaku
dalam disiplin kerja ditandai oleh
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada berbagai inisiatif, kemauan, dan
Rumah Sakit PMC Pekanbaru, diketahui kehendak untuk mentaati peraturan.
bahwa disiplin berpengeruh signifikan Artinya orang yang dikatakan
dan positif terhadap kinerja perawat. mempunyai disiplin yang tinggi tidak
Dapat diartikan bahwa semakin disiplin semata-mata patuh dan taat terhadap
perawat maka akan meningkatkan peraturan secara kaku dan mati, tetapi
kinerjanya secara signifikan. Dan juga mempunyai kehendak (niat) untuk
sebaliknya, semakin tidak disiplin menyesuaikan diri dengan peraturan-
perawat maka akan menurunkan peraturan organisasi.
kinerjanya dengan signifikan.Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian KESIMPULAN DAN SARAN
yang dilakukan oleh Indriyani dan
Muhammadinah (2010) yang Berdasarkan hasil penelitian dan
menemukan bahwa disiplin kerja pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
berpengaruh signfikan terhadap kinerja pada bab sebelumnya, maka pada bab ini
karyawan PT. Rizky Karunia Jaya dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai
Palembang. Dari hasil analisis univariat berikut :
yang telah dilakukan dapat diketahui 1. Kecerdasan emosional mempunyai
sebagian besar responden memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
disiplin kerja yang kurang dan hasil terhadap kinerja perawat pada Rumah
analisa bivariat bahwa antara disiplin Sakit PMC Pekanbaru. Artinya semakin
kerja dengan kinerja tenaga perawat ada tinggi kecerdasan emosional perawat
hubungan. Dari hasil observasi juga, maka akan meningkatkan kinerjanya
penelitian yang telah dilakukan secara signfiikan. Sebaliknya, semakin
Puskesmas di Kota Bau-Bau diketahui rendah kecerdasan emosional perawat
sebagian besar responden memiliki maka akan menurunkan kinerjanya
disiplin kerja yang kurang dimana sangat secara signifikan.
berhubungan dengan kinerja tenaga
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 18
2. Kecerdasan Intelektual mempunyai memecahkan masalah, menganalisa,
pengaruh yang signifikan terhadap ataupun memutuskan suatu persoalan
kinerja perawat pada Rumah Sakit PMC dapat menjadi lebih baik, dan pihak
Pekanbaru. Artinya semakin tinggi Rumah Sakit diharapkan memberikan
kecerdasan intelektual perawat maka pelatihan ESQ pada perawat. ESQ
akan meningkatkan kinerjanya secara (Emotional Spiritual Quotient) adalah
signfiikan. Sebaliknya, semakin rendah salah satu lembaga pelatihan sumber
kecerdasan intelektual perawat maka daya manusia terbesar di Indonesia yang
akan menurunkan kinerjanya secara bertujuan untuk membentuk karakter
signifikan. melalui penggabungan 3 potensi manusia
3. Variabel Disiplin mempunyai pengaruh yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
yang signifikan terhadap kinerja perawat emosional, dan kecerdasan spiritual.
pada Rumah Sakit PMC Pekanbaru. Dengan pelatihan ESQ, perawat akan
Artinya semakin disiplin perawat maka dituntun untuk membangkitkan 7 nilai
akan meningkatkan kinerjanya secara dasar yaitu jujur, tanggung jawab,
signfiikan. Sebaliknya, semakin tidak visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan
disiplin perawat maka akan menurunkan peduli. Melalui pelatihan ini, perawat
kinerjanya secara signifikan. akan dibantu mengerahkan seluruh
potensi diri untuk kehidupan dan
Berdasarkan kesimpulan diperoleh pekerjaan yang lebih produktif. Pelatihan
saran penelitian sebagai berikut : ESQ dilakukan dengan berbagai macam
1. Untuk meningkatan kecerdasan seminar dan training mengenai
emosional dalam diri perawat, pihak pembangunan karakter, training
rumah sakit dapat mengadakan training pembentukan mind set pelayanan,
yang berkonteks pengendalian emosi dan training komunikasi efektif, training
membangun komunikasi dua arah yang pembekalan kepemimpinan, training
sehat antara perawat dan atasan. Para zona integritas, dan berbagai macam
pimpinan harus selalu menjadi alat yang training lain yang bertujuan untuk
mampu berkomunikasi secara baik dan meningkatkan kecerdasan intelektual,
penuh empati, untuk dapat mengelola kecerdasan emosional, dan kecerdasan
emosi perawat, dan sekaligus spiritual.
mencerdaskan emosi perawat dalam 3. Dalam melaksanakan aturan, pihak
menghadapi berbagai realitas kerja dan rumah sakit harus mempunyai ketegasan
kehidupan pribadi yang mungkin dan tidak pilih kasih terhadap perawat
dirasakan tidak adil oleh perawat. yang tidak taat kepada peraturan.
Pencerahan secara terus menerus, dan Kemudian dalam hal penindakan
membangkitkan rasa percaya diri dalam terhadap perawat yang tidak disiplin,
diri perawat. harus dilakukan dengan cara yang
2. Dalam upaya meningkatkan kecerdasan persuasive.
intelektual perawat, perusahaan
diharapkan untuk memberikan fasilitas DAFTAR PUSTAKA
berupa penyediaan komputer ataupun
wi-fi dimana perawat dapat mengakses Amstrong & Baron. 2000. Manajemen Kinerja.
pengetahuan tentang perawatan dan PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta
kesehatan sehingga dapat meningkatkan Anwar. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi.
kecerdasan intelektual mereka. Selain itu, Yogyakarta : Pustaka belajar.
Rumah Sakit PMC dapat memberikan
pelatihan peningkatan kecerdasan Armansyah. 2002. Intelegency Quotient,
intelektual perawat yang berupa pelatihan Emotional Quotient, dan Spiriyual Quotient
knowledge dan skill yang disesuaikan Dalam Membentuk Prilaku Kerja, Jurnal
dengan kebutuhan dan deskripsi Ekonomi dan Bisnis.
pekerjaan perawat sehingga
kemampuannya dalam bekerja,
Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 19
Dharma, Agus. 2003. Manajemen Supervisi. Limit Cognitive Ability Test Scores InSelection,
Edisi Revisi. PT Raaja Grafindo Persada Sam Advanced Management Journal, Vol.68.
Golemen, D, (1999), Working With Emotional Nitisemito, Alex S. 2000. Manajemen
Intelegence: Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Puncak Prestasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Purwanto, Ngalim, 2007. Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis. Remaja Rosda Karya,
Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Bandung.
Mengapa Emotional Intelligence Lebih
Tinggi Daripada IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, Rivai Veithzal, 2005. Performance Appraisal,
PT. Gramedia Pustaka PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Utama, Jakarta
Robbins, S, P, 2009, Perilaku Organisasi,
Goleman, D, 2001, Emotional Intelligense Untuk Salemba Empat, Jakarta
Mencapai Puncak Prestasi, Alih bahasa : Alex
Tri K.W, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Robbins, Stheppen P (2001). Perilaku
Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Indeks.
Golemen, Daniel. 2005. Working With Terjemahan Ti m Indeks, Jilid II. Jakarta.
Emotional Intelligence. (Terjemahan Alex Tri
Kancono Widodo), PT Gramedia : Jakarta. Robbins, S, P, 1996, Perilaku Organisasi, PT.
Prehallindo, Jakarta
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen
Personalia Dan Sumber Daya Manusia Edisi dua. Robbins, P. Steven dan Timothy A. Judge. 2008.
Yogyakarta: BPFE Organizational Behavior. New Jersey.
Sastrohadiwiryo, DR. B Siswanto, 2003,
Harsono.2005. Manajemen Sumber Daya
Manajemen Tenaga Kerja. Jakarta. Bumi Aksara
Manusia. UPFE-UMY. Yogjakarta.
Sedarmayanti, 2001. Sumber Daya Manusia dan
Hasibuan, Melayu SP, 2001, Manajemen Sumber
Produktivitas Kerja, Penerbit CV Mandar Maju :
Daya Manusia, Jakarta: CV Mas Agung.
Bandung.
Hasibuan. Malayu. 2009. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi Revisi Cetakan Sianipar.2003. Teknik-Teknik Analisis
Ketigabelas. PT Bumi Aksara. Jakarta Manajemen. Lembaga Administrasi Negara.
Jakarta.
Mahtis. RL dan Jakson JH. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung Siagian, Sondang P.2004. Manajemen Sumber
:PT Remaja Rosda Karya. Daya Manusia. Edisi Revisi. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Mathis,R, L, dan Jackson, 2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Salemba Empat , Siagian, P. Sondang. (2006). Manajemen
Jakarta. Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Mangkunegara, A.A., Prabu, 2000,Manajemen Simanjuntak, Payaman J, 2005. Manajemen dan


Sumber Daya Manusia Perusahaan,cet.II, Evalusi Kinerja, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
penerbit PT. Remaja Resdakarya Offset, Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber
Bandung. Daya Manusia. STIE YKPN. Yogjakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu.. 2004. Simamora, H, 1995, Manajemen Sumber Daya


Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Manusia, Badan Penerbit YKPN,
Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Yogyakarta.

Moustafa, K,S, and, Miller, T,R, 2003, Too Sudiman. 2004. Pengukuran Kinerja. Cetakan
Intelligent For The Job? The Validity of Upper- Kedua. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 20


Sugiono, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis,
Alfabeta, Bandung
Umar. Husein. 2003. Evaluasi Kinerja
Perusahaan. Cetakan Ketiga. Jakarta. PT
Gramedia Pustaka Utama
Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Winardi, 1996, Perilaku Konsumen, Bandung
Winarno, A dan Tri Saksono. 2001. Kecerdasan
Emosional. LAN Jakarta.
Wiramiharja S. A. 2003. Pengantar Psikologi
Klinis. Bandung: PT Refika Aditama
Yenny Indriyani, SE., Ak., M. Si,
Muhammadinah, SE. M. Si,
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/532/jbptuniko
mpp-gdl-widimulyad-26581-9-unikom_w-2.pdf
Wahyu kartikasari,
http://ejournal.unisridigilib.ac.id/index.php/Man
ajemen/article/view/105/77
Herman Sulistio,
http://blog.binadarma.ac.id/magister_manajemen
/wp-content/uploads/2012/12/Herman-
Sulistio.pdf

Jom FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 21

Anda mungkin juga menyukai