Anda di halaman 1dari 5

RETORIKA

Estuasih Dyah Pertiwi


1. Pengertian
Retorika yaitu suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik
pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun
baik. Ada dua aspek yang perlu diketahui seseorang dalam retorika, yaitu pengetahuan
mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik, dan pengetahuan mengenai
obyek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa.

Retorika mencakup pengertian :


a. Prinsip-prinsip mengenai komposisi pidato yang persuasif dan efektif, maupun
keterampilan yang harus dimiliki seorang orator (ahli pidato);
b. Prinsip-prinsip mengenai komposisi prosa pada umumnya, baik yang dimaksudkan
untuk penyajian lisan maupun penyajian tertulis, entah yang bersifat fiktif atau
ilmiah;
c. Kumpulan ajaran teoritis mengenai seni komposisi verbal, baik prosa maupun puisi,
beserta upaya-upaya yang digunakan dalam kedua jenis komposisi verbal.
Berdasarkan perkembangan dan pergeseran tekanan dan makna retorika, dapat
dikatakan bahwa retorika yaitu suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan,
maupun tertulis, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik.

2. Tujuan
Retorika bertujuan menerangkan kaidah-kaidah yang menjadi landasan dari tulisan yang
bersifat prosa atau wacana lisan yang berbentuk pidato atau ceramah, untuk
mempengaruhi sikap dan perasaan orang.

3. Sistematika Oratori
Orang yang pertama dianggap memperkenalkan oratori (seni berpidato) ialah orang
Yunani Sicilia,. Tetapi tokoh pendiri sebenarnya ialah Corax dari Sirakusa (500 SM).
Bagian sistematika oratori, adalah :
a. Proem atau pengantar dari pidato yang akan disampaikan.
b. Diegesis (narration) yaitu bagian yang mengandung uraian tentang pokok persoalan
yang akan dikemukakan.
c. Agon (argument) yaitu bagian pidato yang mengemukakan bukti-bukti mengenai
pokok persoalan yang dikemukakan.
d. Prekbasis (digressio) yaitu catatan pelengkap yang mengemukakan keterangan-
keterangan lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan persoalan tadi.
e. Peroratio yaitu bagian penutup pidato yang mengemukakan kesimpulan dan saran-s

4. Metode Retorika Klasik


Masalah Pidato
Pada umumnya ahli-ahli retorika jaman klasik (Aristoteles, Cicero, Quintilianus)
membagi pidato atas lima bagian, yaitu :
a. Proem (exordium) : bagian pembukaan (introduksi) harus jelas, sopan, dan singkat.

48
b. Narratio (diegesis) : pernyataan mengenai kasus yang dibicarakan, mengandung
pernyataan mengenai fakta-fakta awal yang jelas, dipercaya, singkat, dan
menyenangkan.
c. Agon (argument) : menyajikan fakta-fakta untuk membuktikan masalah atau kasus
yang tengah dibicarakan.
d. Refutatio (lysis) : bagian yang menolak fakta-fakta yang berlawanan.
e. Peroratio (Epilogos) : sebuah kesimpulan atau suatu rekapitulasi dari apa yang telah
dikemukakan dengan suatu emosional pada pendengar.

PENYAJIAN LISAN

1. Peranan Pidato
Penyajian lisan dapat berguna bagi masyarakat jika kemahiran itu digunakan untuk
memajukan masyarakat, untuk mengembangkan suatu tingkat kebudayaan yang lebih
tinggi dan lebih luhur. Seorang tokoh atau pemimpin yang tidak bisa berbicara di depan
umum akan menjauhkan dirinya sendiri dari masyarakat yang dipimpinnya; ia tidak
sanggup mengadakan komunikasi langsung dengan anggota-anggota masyarakatnya.
Betapapun cemerlang teori yang dirumuskannya, betapapun gemerlapan penerapan-
penerapan teorinya dalam penemuan-penemuan yang baru, tetapi jika tidak sanggup
mengungkapkan pengetahuannya itu kepada orang lain, sukar ia mendapat pengikut
dalam bidang pengetahuannya itu. Sebab itu setiap mahasiswa harus berusaha pula
memiliki kemampuan ini, di samping keahliannya mengungkapkan pikirannya secara
tertulis. Kemahiran mengungkapkan pikiran secara lisan atau dengan singkat penyajian
lisan, bukan saja menghendaki penguasaan bahasa yang baik dan lancar, tetapi
menghendaki pula persyaratan-persyaratan lain, seperti : keberanian, ketenangan sikap
di depan massa, sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat, sanggup
menampilkan gagasan-gagasannya secara lancar dan teratur, dan memperlihatkan suatu
sikap dan gerak-gerik yang tidak kaku dan canggung.

2. Jenis Pidato
Jenis pidato yang didasarkan pada pendengarnya, yaitu :
a. Pidato yudisial (legal/forensik), yaitu pidato mengenai perkara di pengadilan,
mengenai apa yang telah terjadi dan tidak pernah terjadi. Pendengarnya ialah para
hakim atau yuri dalam suatu mahkamah pengadilan.
b. Pidato deliberatif (politik/suasoria), yaitu pidato yang berisi nasihat yang
disampaikan para penasihat mengenai hal-hal yang patut atau tidak patut dilakukan.
Para pendengarnya adalah anggota badan legislatif atau eksekutif.
c. Pidato epidiektik (demonstratif), yaitu pidato-pidato baik untuk pementasan,
upacara-upacara ibadah maupun bukan ibadah, biasanya berisi kecaman atau pujian
mengenai hal-hal yang terjadi sekarang

3. Metode Penyajian Oral


Persiapan-persiapan menyusun komposisi untuk disampaikan secara lisan pada
umumnya sama dengan persiapan komposisi tertulis.
49
Perbedaannya terletak pada :
a. Penyajian lisan perlu diperhatikan gerak-gerik, sikap, hubungan langsung dengan
hadirin, sedangkan dalam komposisi tertulis sama sekali tidak diperhitungkan.
b. Penyajian lisan tidak ada kebebasan bagi pendengar untuk memilih mana yang
harus didahulukan, dan mana yang dapat diabaikan, pendengar harus mendengar
seluruh uraian itu. Dalam komposisi tertulis pembaca bebas memilih mana yang
dianggapnya paling menarik, sedangkan bagian lain dapat ditunda.
Empat macam metode penyajian lisan, yaitu :
a. Metode impromptu (serta merta) yaitu : metode penyajian berdasarkan kebutuhan
sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta-merta berbicara
berdasarkan pengetahuannya dan kemahirannya.
b. Metode menghafal, bukan saja direncanakan, tetapi ditulis secara lengkap
kemudian dihafal kata demi kata. Metode ini sering menjemukan dan tidak
menarik, ada kecenderungan berbicara cepat-cepat mengeluarkan kata-kata tanpa
menghayati maknanya.
c. Metode naskah
Metode ini jarang dipakai, kecuali dalam pidato-pidato resmi atau pidato radio,
sifatnya masih agak kaku, jika tidak mengadakan latihan pembicara seolah-olah
menimbulkan suatu tirai antara pembicara dengan pendengar. Mata pembicara
selalu ditujukan ke naskah, sehingga tidak bebas menatap pendengarnya. Jika
pembicara bukan seorang ahli, ia tidak bisa memberi tekanan dan variasi suara
untuk menghidupkan pembicaranya.
d. metode ekstemporan (tanpa persiapan naskah)
` Metode ini sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian direncanakan
dengan cermat dan dibuat catata-catatan yang penting, yang sekaligus menjadi
urutan bagi uraian itu. Pembicara bebas berbicara dan memilih kata-katanya sendiri.
Catatan hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan idenya. Lebih banyak
memberikan fleksibilitas dan variasi dalam memilih diksinya.

4. Persiapan Penyajian Lisan


Persiapan-persiapan untuk penyajian lisan, dapat dilihat melalui langkah :
a. Meneliti Masalah
1) Menentukan maksud
2) Menganalisis pendengar dan situasi
3) Memilih dan menyampaikan topik
b. Menyusun Uraian
1) Mengumpulkan bahan
2) Membuat kerangka uraian
3) Manguraikan secara mendetail
c. Mengadakan Latihan (melatih dengan suara nyaring).

5. Menentukan Maksud dan Topik


Dalam menentukan maksud, pembicara harus selalu memikirkan tanggapan apa yang
diinginkan dari para pendengar. Topik dan tujuan merupakan persoalan dasar bagi tema
uraian dan wujud tema itu sendiri, dan bertalian sangat erat dengan tanggapan yang
diharapkan dari para pendengar dengan mengemukakan tema tadi.
50
6. Menganalisis Situasi dan Pendengar
a. Menganalisis Situasi
Dalam menganalisis situasi akan muncul persoalan-persoalan :
1) Apa maksud hadirin semua berkumpul untuk mendengarkan uraian itu.
2) Adat kebiasaan atau tata-cara mana yang mengikat mereka (apakah mereka
senang dan berani mengajukan pertanyaan atau senang pembicaraan yang
formal atau informal).
3) Apakah ada acara-acara yang mendahului atau mengikuti pembicaraan itu.
4) Di mana pembicaraan itu akan dilangsungkan.
b. Menganalisis Pendengar
Beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar yang akan
dihadapi, antara lain :
1) Data umum
Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisis hadirin adalah : jumlah,
jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial.
2) Data khusus
a) Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan.
b) Minat dan keinginan pendengar.
c) Sikap pendengar

7. Penyesuaian Diri
Pembicara yang berpengalaman akan menghadapi situasi ini dengan melakukan :
a. Menyiapkan dan mempelajari topik pembiacaraannya dengan sebaik-baiknya.
b. Mengadakan konsentrasi kepada kebutuhan pendengar, sehingga nilai informasinya
tidak akan diragukan.
Menyesuaikan diri tidak diartikan sebagai pembicara harus mengikuti sikap dan
kemauan pendengar, sebaliknya harus merebut sikap pendengar.
Beberapa macam penyesuaian yang harus dilakukan adalah :
a. Penyesuaian terhadap sikap bermusuhan
Beberapa metode untuk menguasai pendengar yang bersikap bermusuhan :
1) Menunjukkan sikap bersahabat dengan mereka;
2) Menunjukkan kesesuaian atau kesamaan pandangan antara pembicara dan
pendengar;
3) Menunjukkan sikap jujur, sopan, serta menciptakan humor yang sehat dan
menyenangkan;
4) Menunjukkan pengalaman-pengalaman yang umum, yang juga dialami para
pendengar;
5) Menunjukkan rasa penghargaan terhadap kesanggupan pendengar dan hasil-
hasil yang mereka capai, atau yang dicapai sahabat-sahabat mereka.
b. Penyesuaian terhadap sikap angkuh
Pembicara harus menunjukkan kepercayaan atas diri sendiri, diimbangi dengan rasa
sopan santun. Merebut penghargaan pendengar dengan menguraikan pikirannya
dengan baik dan teratur, berusaha untuk memperkuat pembiacaraannya dengan
fakta-fakta dan bukan dengan menonjolkan dirinya.

51
c. Penyusunan Bahan
1) Bagian pengantar, menyampaikan suatu orientasi mengenai apa yang akan
diuraikan, serta bagaimana usaha untuk menjelaskan tiap bagian itu.
2) Tiap bagian yang ditonjolkan diikuti dengan penjelasan, ilustrasi, atau
keterangan-keterangan yang sifatnya kurang penting.
3) Pada akhir uraian pembicara menyampaikan ikhtisar seluruh uraian, agar
hadirin dapat memperoleh gambaran secara bulat.
d. Penyajian Lisan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian lisan pada :
1) Kelompok Kecil
a) Gerak-gerik
Pembicara harus memperlihatkan dirinya betul-betul sebagai seorang
manusia yang hidup. Gerak-geriknya harus lincah, bebas, tidak kaku.
Mengadakan komunikasi melalui tatapan matanya, air muka, dsb. Mimik,
Wajah mukanya harus diekspresi sesuai dengan isi pembicaraannya.
b) Teknik bicara
Jika pembicara mengetahui ada hadirin yang saling berbicara sendiri atau
berbuat gaduh, pembicara yang berpengalaman biasanya merendahkan
suaranya dan bukan berteriak untuk mengatasi kegaduhan itu.
c) Transisi
Dalam penyajian lisan transisi berbentuk bahasa lebih banyak diperlukan.
Transisi dari suatu topik ke topik yang lain dapat dilakukan dengan cara :
(1) Sesudah menyelesaikan suatu topik, pembicara berhenti sebentar
sebelum mulai dengan topik baru.
(2) Pada saat menyampaikan topik baru, pembicara menggunakan satu-
dua kalimat sebagai pengantar bagi topik yang baru tersebut.
(3) Peralihan itu dapat juga dinyatakan dengan perubahan sikap, dari
sikap duduk berubah ke sikap berdiri.
d) Alat Peraga
Alat peraga yang biasa dipergunakan adalah : proyektor geser, film,
gambar, mesin perekam, dll.
2) Kelompok Besar
a) Pembukaan
Sebelum mulai, pembicara menggunakan satu dua menit untuk mengukur
situasi, melayangkan pandangannya sebentar untuk mendapatkan suatu
kesan singkat mengenai semua orang yang berkumpul.
b) Kecepatan Bicara
Kecepatan dan volume suara harus disesuaikan dengan jumlah pengunjung,
besarnya ruangan, serta sifat mudah atau sulitnya topik pembicaraan.
c) Artikulasi

52

Anda mungkin juga menyukai