Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SAP KEPERAWATAN KOMUNITAS

DIABETES MELITUS
Ditujuakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas, dengan dosen
penganpu :
Drs Sugiyanto, AMK., M.Kes

Disususn oleh :
Ikhsanuriah Happy Putranti (1910201034)
Saiful Dani Setiawan (1910201032)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARATA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : DM
Pokok Bahasan : Pengertian DM, klasifikasi DM, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi,
penatalksanaan DM
Sasaran : Pasien DM
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : 12 November 2021
Tempat Penyuluhan : Rumah Pasien

I. ANALISIS DATA
A. Latar belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Glukosa secara normal bersikulasi dalam
jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Insulin, hormon yang diproduksi pankreas, berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner dan Suddarth,
2002 dalam Mayawati dan Isnaeni, 2017 ).
Kejadian DM di dunia diperkirakan 8,3% orang dewasa (382 juta orang) memiliki
diabetes, dan diperkirakan jumlah orang yang menderita penyakit ini akan bertambah
melampaui 592 juta jiwa (meningkat 55%) dalam waktu kurang dari 25 tahun. Indonesia
sendiri menempati urutan ke7 sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes (20-70
tahun) terbanyak di dunia setelah China, India, USA, Brazil, Rusia, dan Mexico
(International Diabetes Federation, 2013, dalam Yunanto, 2017).
Menurut WHO (World Health Organisazation), prevalensi DM Indonesia menempati
urutan keempat terbesar di dunia. Laporan dari RISKESDAS (2013) menyebutkan terjadi
peningkatan prevalensi pada penderita DM di Indonesia yaitu 1,1% pada tahun 2007
menjadi 1,5% pada tahun 2013. Prevalensi DM menurut konsensus Perkeni 2011 pada
penduduk umur ≥15 tahun meningkat dari 6,9% menjadi 8,5% selama tahun 2013-2018,
sedangkan prevalensi DM menurut Konsensus Perkeni 2015 pada penduduk umur ≥15
tahun pada tahun 2018 mencapai 10,9% (RISKESDAS,2018).
II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menitdiharapkan pasien dapat menjelaskan
kembali tentang penyakit Diabetes Melitus
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien mampu :
1. Mengetahui penegrtian dari DM
2. Mengetahui klasifikasi DM
3. Mengetahui penyebab DM
4. Mengetahui tanda gejala DM
5. Menegetahui komplikasi DM
6. Mengetahui penatalaksanaan DM

III. MATERI
1. Pengertian
DM merupakan penyakit metabolik yang terjadi oleh interaksi berbagai faktor :
genetik, imunologik, lingkungan dan gaya hidup. Diabetes mellitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin progresif dilatar belakangi oleh
resistensi insulin.Pernyataan ini selaras dengan IDF (2017) yang menyatakan bahwa
diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang terjadi saat meningkatnya kadar glukosa
dalam darah karena tubuh tidak mampu memproduksi banyak hormon insulin atau
kurangnya efektifitas fungsi insulin.Menurut American Diabetes Association (ADA)
diabetes sangatlah kompleks dan penyakit kronik yang perlu perawatan medis secara
berlanjut dengan strategi pengontrolan indeks glikemik berdasarkan multifaktor resiko.
American Diabetes Association (2012) mendefinisikan diabetes mellitus adalah
salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena
gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan
berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa diabetes
mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak
mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran
utama dalam mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah

2. Klasifikasi DM
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association 2018 dibagi dalam
4 jenis yaitu
1. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel
penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu,
pada tipe I, pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk
bertahan hidup harus diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh
penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri,
disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh
karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif
insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada
adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β pankreas dan
resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan
ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun
pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Gejala pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik. Dengan pola
hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara
teratur biasanya penderita brangsur pulih. Penderita juga harus mampu
mepertahannkan berat badan yang normal. Namun pada penerita stadium akhir
kemungkinan akan diberikan suntik insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik
kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain,
iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan penyakit DM.17 Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau
bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam
jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

3. Penyebab
Diabetes melitus menurut Kowalak, (2011); Wilkins, (2011). dan Andra, (2013)
mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
1. Hereditas
Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan antibodi autoimun
terhadap penghancuran sel-sel beta.
2. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas. Infeksi virus
coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress fisiologis dan emosional
meningkatkan kadar hormon stress (kortisol, epinefrin, glucagon, dan hormon
pertumbuhan), sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.
3. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan gaya hidup.
menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan kegemukan dan beresiko
tinggi terkena diabetes melitus.
4. Kehamilan
Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan kehamilan,
yang mengantagoniskan insulin.
5. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus
6. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalarh tubuh. Insulin yang
tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolic.
7. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain
druretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.

4. Tanda gejala
Tanda dan gejala diabetes melitus menurut Smeltzer et al, (2013) dan Kowalak (2011),
yaitu:
1. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang
disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang
meningkat!
2. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena ghukosuria
yang menyebabkan keseimbangan kalori negatif.
3. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa
oleh sel menurun.
4. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit.
5. Sakit kepala, mengantuk, dan gauguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa
intrasel yang rendah.
6. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidaksembangan
elektrolit.
7. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena
pembengkakan akibat glukosa.
8. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan jaringan
saraf.
9. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati
otonom yang menimbulkan konstipasi.
10. Mual. diare dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan ketidakseimibảngan
elektrolit serta neuropati otonom.

5. Komplikasi
Menurur Riyadi Sikarmin (2008), beberapa komplikasi diabetes meius adalah:
1. Komplikasi akut
a) Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemis terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetic yang melebihi
dosis yang dianjurkan singga terjadi penurunan glukosa dalam daralı. Glukosa
yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
b) Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber alternalif
untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak ada elukosa maka benda-benda
keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatka penumpukan residu
pembongkaran benda-benda keton vang berlebih dapat mengakibatkan asidosis.
c) Koma hipersmolar non ketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena
banyak diekresi lewat urine.
2. Komplikasi kronik
a) Makroangiopati
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah otak, Pembuhuh darah pada pembuluh darah besar dapat
mengalamı atherosklerosis sering terjadi pada DMTTI/ NIDDM. Komplikasi
magroangiopati adalah penyakit vaskuler otak, penyakit arteri koronaria dan
penyakit vaskuler parifer.
b) Mikroangiopati
Mikroangipati yang mengalami pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,
nefropati diabetik. Perubahan- perubahan mikrovasku yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar.
Terjadi pada penderita DMTTI/ IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan
retinopati.
c) Neuropati diabetika
Akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan
fungsi sensork dan motorik saraf menurun kehilangan Sensori mengakibatkan
penurunan persepsi nyeri.
d) Infeksi
Retansi infeksi seperti tuberculusis paru, gingivilis, dan infeksi saluran kemih
e) Kaki diabetik
Pembuluh mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan
perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan
sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saral
sensorik dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang
mengakibatkan ganggren

6. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien diabetes menurut Perkeni (2015) dan Kowalak (2011)
dibedakan menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan non farmakologi:
1. Terapi farmakologi
Pemberian terapi farmakologi harus diikuti dengan pengaturan pola makan dan gaya
hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan obat suntikan, yaitu:
2. Obat antihiperglikemia oral
Menurut Perkeni, (2015) berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi
beberapa golongan, antara lain:
a. Pemacu sekresi insulin: Sulfonilurea darn Glinid
Efek utama obat sulfonilurea yaitu memacu sekresi insulin oleh sel beta
panereas. cara kerja obat glinid sama dengan cara kerja obat sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama yang dapat
mengatasi hiperglikemia post prandial.
b. Penurunan sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion (TZD)
Efek utama metformin yaitu mengurangi produksi glukosa hati
(gluconeogenesis) dan memperbaiki glukosa perifer. Sedangkan efek dari
Tiazolidindion (TZD) adalah menurunkan resistensi insulin dengan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan glukosa di perifer.
c. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa Fungsi obat ini
bekerja dengan memperlambat absopsi glukosa dalam usus halus, sehingga
mnemiliki efek menurunkan kadar gula darah dalam tubunh sesudah makan.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) Obat golongan penghambat
DPP-IV berfungsi untuk menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-1
(Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk
aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi
glukagon sesuai kadar glukosa darah (glucose dependent).
3. Kombinasi obat oral dan suntikan insulin
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak dipergunakan
adalah kombinasi. obat antihiperglikemia oral dan insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja panjang), yang diberikan pada malam hari menjelang
tidur. Terapi tersebut biasanya dapat mengendalikan kadar glukosa darah dengan baik
jika dosis insulin kecil atau cukup. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10
unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut
dengan melihat nilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Ketika kadar
glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat
insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial, serta
pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan (Perkeni, 2015).
4. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi menurut Perkeni. (2015) dan Kowalak, (2011) vaitu:
a. Edukasi
Edukasi bertujuan untuk promosi kesehatan supaya hidup menjadi sehat. Hal ini
perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan bisa digunakan sebagai
pengelolaan DM secara holistic.
b. Terapi nutrisi medis (TNM)
Pasien DM perlu diberikan pengetahuan tentang jadwalmakan yang teratur jenis
makanan yang baik beserta jumlah kalorinya, terutama pada pasien yang
menggunakan obat penurun glukosa darah maupun
c. Latihan jasmani atau ölahraga
Pasien DM harus berolahraga secara teratur yaitu 3 sampai 5 hari dalam
seminggu selama 30 sampai 45 menit, dengan total 150 menit perminggu, dan
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Jenis olahraga
yang dianjurkan bersifat aerobic dengan intensitas sedang yaitu 50 sampai 70%
denyut jantung haksimal seperti: jalan cepat, sepeda santai, berenang,dan
jogging. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara: 220 – usia pasien.
IV. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi dan tanya jawab

V. MEDIA
a. PPT
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 09.00-09.05 - Memberi salam Menjawab salam,
- Memperkenalkan diri menyetujui kegiatan
- Menyampaikan tujuan
- Memberikan apresiasi
- Kontrak waktu
09.05-09.20 - Penyampaian isi kegiatan Menyimak materi yang
- Memaparkan materi terkait disampaikan oleh
DM pemateri
09.20-09.28 Memberi kesempatan kepada Mengajukan pertanyaan
peserta untuk bertanya dan kepada pemateri
menjawab pertanyaan terkait
materi yang telah disampaikan
09.28-09.30 Penutup : Menjawab salam
- Mengucapkan
terimakasih
- Menyampaikan maaf
- Memberi salam

VII. EVALUASI
a. Peserta aktif dalam penyuluhan
b. Tidak ada gangguan teknis yang menghambat penyuluhan
c. Seluruh materi tersampaikan

VIII. DAFTAR PUSTAK


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1352/4/Chapter2.pdf
http://repository.unimus.ac.id/973/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/5036/3/Bab%202.pdf
SELESAI.pdf (poltekkes-kaltim.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai