Anda di halaman 1dari 15

Tugas :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

( PEMBUATAN PRODUK PUDDING BUAH )

Disusun Oleh :

 KIRANI PUSPITA SARI


 NURUL AYU
 INTAN SARIDEWI
 ASWAN PRATAMA
 KASMAN
 YAHYA ZULKARNAIN

“ XII – IPA 3 ”

MAN 1 KENDARI

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan kimia kami tentang Pembuatan
Produk Pudding Buah.

Kami percaya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penulisan karya ilmiah
kimia yang berjudul Pembuatan Produk Pudding Buah ini tidak dapat berjalan lancar. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Kami sadar sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada ibu guru,
semua pihak maupun para pembaca.

Semoga karya ilmiah yang kami buat ini dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat
bagi para pembaca pada khususnya. Apabila ada salah dalam penulisan karya lmiah ini, Kami
mohon maaf yang sebesarnya. Karena sesuai dengan pepatah “Tiada Gading yang Tak
Retak” maka takkan ada yang sempurna.

Kendari, 05 Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................

Daftar Isi............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................

1.3. Tujuan............................................................................................

1.4 Manfaat............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori...................................................................................................

BAB III ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat............................................................................................

3.2. Bahan............................................................................................

BAB IV WAKTU DAN CARA KERJA

4.1. Waktu............................................................................................

4.2. Cara Kerja............................................................................................

BAB V HASIL PRAKTIKUM

5.1. Hasil Praktikum............................................................................................

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan............................................................................................

6.2. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat
tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu
untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk
seperti itu adalah sistem koloid. Agar mempermudah mempelajari sistem koloid, maka pada
praktikum kali ini kami akan membahas mengenai salah satu produk koloid yaitu pudding.

1.2. Rumusan Masalah

1. Termasuk ke dalam jenis koloid apakah pudding?

2. Cara apakah yang digunakan dalam membuat pudding?

3. Bagaimanakah pudding dapat menjadi suatu koloid?

4. Apakah sifat-sifat dari koloid ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis koloid dalam pudding

2. Untuk mengetahui cara dalam membuat pudding

3. Untuk mengetahui pudding dapat menjadi suatu koloid

4. Untuk mengetahui sifat-sifat dari koloid

1.4. Manfaat

1. Agar dapat mengetahui jenis koloid dalam pudding

2. Agar dapat mengetahui cara dalam membuat pudding

3. Agar dapat mengetahui pudding dapat menjadi suatu koloid

4. Agar dapat mengetahui sifat-sifat dari koloid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm (10.7 – 10.5 cm).

Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid dapat
digolongkan seperti berikut :

 Koloid Liofil dan Koloid Liofob

- Koloid Liofil

Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.

- Koloid Liofob

Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil,
cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium
pendispersi dari elektrolit.

 Cara Pembuatan Koloid

1. Cara Kondensasi

Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa
molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid
dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.

Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis,
dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).

a. Cara Mekanik

Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah). Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid.

Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-
lain.

c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.

 Pudding

Puding adalah nama untuk berbagai hidangan penutup yang umumnya dibuat dari bahan-
bahan yang direbus, dikukus, atau dipanggang. Istilah puding juga dipakai untuk berbagai
jenis pai berisi lemak hewan, daging, atau buah-buahan yang dipanggang.

Puding dengan bahan baku susu (yogurt), tepung maizena, tapioka, atau telur dihidangkan
setelah didinginkan lebih dulu. Puding seperti ini rasanya manis dengan perisa coklat,
karamel, vanila, atau buah-buahan. Puding agar-agar dibuat dengan mencampur agar-agar
bersama susu, tepung maizena, atau telur kocok. Puding agar-agar sering dihidangkan dengan
saus yang disebut vla. Tepung puding instan memudahkan orang membuat puding karena
hanya perlu dicampur susu atau air panas.

 Kandungan yang terdapat pada puding :


- Jumlah per 0.5 cangkir (142 g)
- Kalori 170

Total lemak 4.5 g 6%
   Lemak Jenuh 2.6 g 13%
   Polyunsaturated fat (Lemak tak jenuh ganda/lebih) 0.3 g
   Monounsaturated fat (Lemak tak jenuh tunggal) 1.2 g
Kolesterol 13 mg 4%
Sodium 139 mg 5%
Potassium 213 mg 6%
Total Karbohidrat 28 g 9%
Serat Pangan 1.1 g 4%
Gula 17 g
Protein 4.5 g 9%
Kafein 3 mg

Vitamin A 3% Vitamin C 0%
Kalsium 15% Besi 2%
Vitamin D 15% Vitamin B-6 0%
Vitamin B-12 6% Magnesium 7%

 Sifat-sifat Koloid
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul
akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Sifat Fisika

Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat
seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya.
Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan
mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.

2. Sifat Koligatif

Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung
pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih
rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna
untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan
osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.

3. Sifat Optis

Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada
larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang
sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal
sebagai efek Tyndall.

4. Sifat Kinetik

Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra
nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut
gerakan Brown.

Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat
dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.

Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh


gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan
mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.

5. Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan
listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut
elektroforesis.

6. Koagulasi

Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi,
sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap
didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut
koagulasi.

7. Adsorpsi

Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada
permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi.
Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang
langsung keseluruh bagian benda itu

BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1. Alat :

§ Cetakan puding 2 buah

§ Panci 1 buah

§ Sendok sup besar 1 buah

§ Gunting 1 buah

§ Kamera 1 buah

§ Pisau 1 buah

§ Kap-kap secukupnya

3.2. Bahan :

§ Nutrijel tanpa rasa (6 bungkus )

§ Gula putih 700 gram

§ Tepung Custard

§ Air 3500 ml

§ Buah Anggur

§ Buah Apel

§ Buah Kiwi

§ Nata de coco

§ Susu UHT ( 1000 ml )

BAB IV
WAKTU DAN CARA KERJA

4.1. Waktu

Waktu : Senin, 05 Maret 2018

Tempat : Rumah Annisa Rahayu

4.2. Cara Kerja

Puding :

· Siapkan panci, lalu masukkan air (sesuai takaran), 6 bungkus pudding tanpa rasa, tepung
custard ( 5 sdm ), dan susu UHT.

· Lalu aduk sampai rata

· Setelah itu taruh panic di atas kompor dan tambahkan 700 gram gula putih atau sesuai
selera.

· Aduk hingga merata sampai air mendidih, aduk terus agar tidak ada yang menggumpal.

· Sambil menunggu mendidih potong-potong buah dan susun rapi di dalam pireks dan di
kap-kap.

· Setelah mendidih tuangkan pudding tadi ke dalam pireks pudding dan kap-kap.

· Setelah itu susun rapi buah di atas pudding sesuai kreasi

· Tunggu hingga dingin, lalu simpan di dalam kulkas dan tunggu hingga puding dingin
dan mengeras.

· Puding siap disajikan.

BAB V

HASIL PRAKTIKUM
5.1. Hasil Praktikum

Puding merupakan salah satu contoh koloid. Puding merupakan koloid jenis emulsi
padat yang dimana fase terdispersinya adalah cair (air), sedangkan fase pendispersinya adalah
padat (bubuk agar-agar/nutrijel). Gelatin yang terkandung dalam puding merupakan
emulgator yang berfungsi sebagai pengemulsi dan pengikat air.

Selain itu, puding bersifat sol liofil. Dimana, sol liofil adalah sol dengan fase
terdispersinya senang akan medium pendispersinya (senang akan cairan) atau di katakan juga
afinitas atau daya tarik terhadap mediumnya sangat kuat.

Proses pembuatan puding adalah dengan cara kondensasi. Kondensasi adalah cara
pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Yang dimana proses
kondensasinya dilakukan secara fisika yaitu pendinginan, penggantian pelarut dan
pengembunan.

Sedangkan, puding instan menebal oleh pati, yang merupakan molekul rantai panjang
yang terdiri dari molekul glukosa. Sifat penebalan pati harus dilakukan dengan cara molekul
pati terurai dalam cairan dasar, umumnya berbasis air. Mereka menggabungkan molekul air
ke dalam struktur intrinsik mereka, menjebak mereka, dan menahan mereka dalam suspensi
(Suspensi merupakan suatu campuran dimana paling sedikit satu komponen yang secara
relatif mempunyai partikel besar yang akan saling tersebar dengan komponen lainnya) (Ini
bukanlah proses yang sama seperti emulsifikasi[Emulsifikasi adalah campuran dua cairan
yang semula tidak campur, dengan membiarkan salah satunya mendispersi ke dalam cairan
lain sebagai partikel kecil]).

Perbedaan puding instan adalah penggunaan modifikasi pati makanan, yang tidak
memerlukan panas untuk mengaktifkan proses ini.Pati lainnya, seperti tepung, tepung
maizena, dan tepung kentang, memerlukan pemanasan sampai mendidih untuk mencapai hal
ini. Molekul tepung jagung dan kentang pati akan putus setelah pemanasan berulang,
menyebabkan makanan untuk kembali mencair, setidaknya sebagian .Salah satu pati yang
tidak rusak adalah tepung arrowroot, yang saya sarankan untuk setiap resep pati menebal
yang akan dipanaskan kembali. Tepung memiliki komponen lain yang dapat memberikan
rasa seperti tepung, kecuali mereka matang , baik sebelum dimasukkan ke dalam resep , atau
memasak berkepanjangan setelah penggabungan.

BAB VI

PENUTUP
6.1. Kesimpulan

Puding merupakan koloid jenis emulsi padat. fase terdispersinya adalah cair,
sedangkan fase pendispersinya adalah padat. Puding dibuat dengan cara kondensasi dan
termasuk ke dalam produk koloid yang bernutrisi dan mudah dibuat.

Jadi, Pudding merupakan salah satu wujud koloid yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan memiliki cita rasa yang tingi. Pudding bermanfaat bagi kesehatan tubuh
dikarenakan pudding terbuat dari bahan-bahan makanan yang sehat dan bermutu bagi
kesehatan.

6.2. SARAN

Sebaiknya konsumen mengonsumsi Puding karena ternyata sangat membantu


metabolisme tubuh kita. Menurut beberapa sumber, ternyata puding ini terdiri atas 600 kalori,
protein, serta karbohidrat. Puding coklat sebaiknya dimakan pada waktu pagi hari, ketika
metabolisme tubuh sedang aktif.

Dengan begitu, biasanya seseorang dapat bekerja justru lebih baik dengan kelebihan
kalori sepanjang hari. Sarapan pagi penting dalam menyediakan energi untuk melaksanakan
perkerjaan, juga membantu fungsi otak dan mendorong dimulainya metabolisme. Oleh karena
itu, alangkah baiknya jika pada waktu sarapan, juga ditambahkan jenis makanan penutup,
seperti puding coklat.

Hal ini dapat mengontrol nafsu makan sepanjang hari, dan semua itu ternyata penting
untuk menurunkan berat badan. Itulah salah satu manfaat puding ini sebagai makanan
penutup pada waktu sarapan.

DAFTAR PUSTAKA
http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/koloid/

http://infookesehatan.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://kelompokkimiapuding.blogspot.com/

http://www.sharing-informasi.com/2013/09/mengenal-perbedaan-pudding-agar-agar.html

http://tekpem2012.blogspot.com/p/cara-pembuatan-koloid.html

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

Keenan,dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai