Anda di halaman 1dari 10

Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

ASPEK HUKUM ARBITRASE ONLINE SEBAGAI ALTERNATIF


PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

Anisa Fitria
Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara No.9, Jakarta Barat
Anisa.fitria@esaunggul.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to determine the effectiveness of the settlement of trade disputes via the internet
(ecommerce) using the mechanism of electronic arbitration Usually the parties use online arbitration because
there are differences in countries, places and times. The research method used is to use the normative
approach, the main data used as a source of study using primary data and secondary data then data analysis
is done by qualitative descriptive methods. The purpose of this research is whether this online arbitration
model can be valid according to positive law in Indonesia and what online arbitration award can be carried
out by parties such as offline arbitration. The results of the discussion according to Article 4 paragraph (3) of
Law 30 of 1999 online arbitration election can occur provided there is an agreement between the parties and
the online arbitration award is recognized as valid as long as it does not violate the principles of arbitration.

Keywords: Arbitration, online, business

Abstrak
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas Penyelesaian sengketa perdagangan
melalui internet (ecommerce) menggunakan mekanisme arbitrase elektornik Biasanya para pihak
menggunakan arbitrase online dikarenakan ada perbedaan negara, tempat dan waktu. Metode
penelitian yang digunakan ialah menggunakan pendekatan normative, data utama yang dijadikan
sumber kajian menggunakan data primer dan data sekunder kemudian Analisis data dilakukan
dengan metode diskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah apakah model arbitrase
online ini dapat sah menurut hukum positif di Indonesia dan putusan arbitrase online tersebut
apa bisa dilaksanakan para pihak seperti arbitrase offline. Hasil pembahasan menurut Pasal 4 ayat
(3) UU 30 Tahun 1999 pemilihan arbitrase secara online dapat terjadi asalkan terdapat kesepakatan
antara para pihak dan putusan arbitrase online ini diakui keabsahannya selama tidak melanggar
prinsip-prinsip arbitrase.

Kata Kunci : Arbitrase, online, bisnis

Pendahuluan terjadinya sengketa bisnis perlu dihindari untuk


Penyelesaian sengketa di bidang kontrak menjaga reputasi dan relasi yang baik ke depan.
bisnis yang dipilih oleh para pihak yang Meskipun demikian sering kali sengketa tidak
bersengketa di luar pengadilan adalah suatu bisa dielakkan, hal itu disebabkan terdapat
kecenderungan yang menjadi suatu pilihan perbedaan persepsi, atau pelanggaran
masyarakat dalam kenyataan yang kian perundangan, wanprestasi, konflik kepentingan
mendapat tempat. Sengketa dalam menjalankan (conflict of interest) dan lain sebagainya. (Sanusi
aktivitas bisnis merupakan sesuatu hal yang Bintang dan Dahlan, 2000).
sangat mungkin terjadi. Namun hal itu tidak Penyelesaian sengketa perdagangan
diinginkan terjadi karena dapat mengakibatkan melalui internet (ecommerce) akan lebih efektif
kerugian untuk mereka yang bersengketa, baik apabila dilakukan melalui media internet pula
mereka yang berada pada posisi yang benar (arbitrase on-line) Pada transaksi elektronik,
maupun pada posisi yang salah. Oleh karena itu, penggunaan mekanisme alternatif penyelesaian

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 163


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

sengketa dalam hal ini melalui arbitrase secara hukum kebiasaan dan yurisprudensi. Bahan
elektronik (arbitrase on line) yang efektif, efisien, hukum sekunder berupa bahan kepustakaan
serta biaya murah, merupakan hal yang sangat seperti buku-buku, jurnal dan hasil kegiatan
penting bagi terciptanya kepercayaan. ilmiah seperti laporan penelitian, seminar,
Penyelesaian sengketa menjadi suatu hal penting lokakarya dan diskusi – diskusi. Data primer
dalam transaksi bisnis, yang mana semakin diperoleh dari informan dengan cara wawancara
beragam dan luas sengketa yang dihadapi dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah
terlebih pada pada zaman sekarang, baik bisnis disiapkan sebelumnya. Analisis data dilakukan
secara langsung maupun melalui media internet dengan metode diskriptif kualitatif.
(cyber space). (Onno W Purbo. 2001). Sengketa
bisnis juga mungkin terjadi dalam konteks bisnis Hasil dan Pembahasan
melalui internet (Interconnected Networking). Tinjauan Arbitrase
Perkembangan teknologi informasi telah Di dalam hukum positif Indonesia
mempengaruhi perubahan terhadap aerbitrase diatur di dalam Pasal 1 ayat (1)
perdagangan internasional, begitu pula halnya Undang undang Republik Indonesia Nomor 30
dengan penyelesaian sengketa alternatif atau Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
ADR yang turut berkembang akibat terpengaruh Penyelesaian Sengketa, menyatakan bahwa:
dengan kemajuan teknologi informasi. ODR “arbitrase adalah cara penyelesaian suatu
sebagai penyelesaian sengketa alternatif yang sengketa perdata di luar peradilan umum yang
terpengaruh dengan kemajuan teknologi didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
informasi dan merupakan metode penyelesaian secara tertulis oleh para pihak yang
sengketa yang sama dengan metode APS. bersengketa”. Dengan demikian jika dalam suatu
Perbedaannya terletak pada medianya yang kontrak (perjanjian) yang telah disepakati oleh
menggunakan media Internet (International para pihak bahwa mereka memilih untuk
Network). (Ethan Online, diunduh 20 Juni 2020). menyelesaikan perselisihan diantara mereka
Biasanya para pihak menggunakan melalui lembaga penyelesaian sengketa maka
arbitrase online dikarenakan ada perbedaan hapuslah tanggungjawab pengadilan negeri dari
negara, tempat dan waktu. Yang dijadikan pada kewenangan untuk mengadili sengketa
pertanyaan apakah model arbitrase online ini tersebut (Pasal 3 UU Arbitrase dan APS).
dapat dilakukan secara sah menurut hukum dan Kemudian pendapat dari Priyatna
putusan arbitrase online tersebut apa bisa Abdurrasyid menyatakan bahwa arbitrase
dilaksanakan para pihak seperti arbitrase offline adalah suatu proses pemeriksaan suatu sengketa
dan apakah putusan dari arbitrase online yang dilakukan yudisial seperti oleh para pihak
memiliki kekuatan mengikat seperti offline yang bersengketa, dan pemecahannya akan
arbitration? didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan
oleh para pihak. (Priyatna Abdurrasyid, 1996).
Metode Penelitian Mengenai Arbitrase Online media yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan dipergunakan untuk penyelesaian sengketa
normative. Pendekatan normative dimaksudkan seperti tidak mengharuskan pihak lain untuk
bahwa pendekatan ini melihat hukum sebagai pergi ke yurisdiksi negara lain, dengan kata lain
suatu sistem peraturan-peraturan yang abstark, secara penyelesaian sengketa secara online atau
dan sebagai subyek yang berdiri sendiri atau lebih sering disebut Online Dispute Resolution
lembaga otonom yang terlepas dari kaitan- (ODR). Menurut I Made Widnyana bahwa pada
kaitannya dengan hal-hal di luar peraturan- dasarnya, Online Dispute Resolution sama
peraturan tersebut. Data sekunder dan data seperti penyelesaian sengketa konvensional
primer merupakan data utama yang dijadikan lainnya, namun terdapat perbedaan pada
sumber kajian. Data sekunder akan diperoleh medianya yang menggunakan media internet
dari bahan hukum primer dan sekunder. Bahan (International Network). Maka ODR termasuk ke
hukum primer berupa perundang-undangan, dalam kategori ADR, yang mana ADR memiliki

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 164


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

3 (tiga) tipe penyelesaian sengketa, yaitu meliputi:


negosiasi, mediasi dan arbitrase. (I Made (http://www.arbitrationlaw.com/online..).
Widyana, 2014).
Sebagai contoh kasus yang diselesaikan 1. Perjanjian untuk menyelesaikan sengketa
melalui ODR yaitu kasus antara Nexcess.net, melalui arbitrase online.
LLC v. Md. Asaduzzaman. Kasus yang bermula a) Para pihak harus mempertimbangkan
pihak pemohon yaitu Nexcess.net mengalami mengenai prosedur dari provider tertentu
kerugian setelah adanya pelanggaran hak merek yang akan digunakan dalam penyelesaian
yang dilakukan oleh M.dAsaduzzaman. sengketa sebagai bagian dari perjanjian
Pelanggaran yang dilakukan oleh termohon arbitrase, misalnya melalui AAA (American
merupakan pembuatan merek website/domain Arbitration Association). Oleh karenanya,
name yang hampir mirip dengan Nexcess.net dalam pemeriksaan permulaan akan
yaitu nexcesshot.com. Namun, kedua merek dilakukan berdasarkan prosedur yang telah
tersebut sama-sama telah terdaftar di WIPO dipilih oleh para pihak.
dengan nomor registrasi yang sah. (Brief History b) Provider yang telah dipilih tidak dapat
of the First 25 Years of the World Intellectual menjalankan tugas sebagaimana mestinya
PropertyOrganization,Jenevahttps://www.wipo apabila para pihak tidak mempunyai
.int/edocs/pubdocs/en/wipo_pub_882.pdf.). kapasitas untuk menyelesaikan sengketa
Daripada uraian di atas mengenai ORD melalui arbitrase dan/ atau sengketa yang
bahwa penyelesaian sengketa tersebut dilakukan terjadi tidak berkaitan dengan bidang
secara online dikarenakan kedua pihak yang perdagangan atau bidang-bidang lainnya
berbeda domisili. Sistem online yang digunakan yang telah ditentukan.
dalam sengketa ini, yaitu : c) Dengan menyetujui prosedur dari provider
i) sistem permintaan verifikasi secara online, tertentu, maka para pihak juga menyetujui
dan. perubahan portal terms. ( www.adr.org).
ii) pengiriman bukti yang juga secara online ketika dilakukan pemeriksaan permulaan.
(dikirimkan melalui e-mail. d) Ketika para pihak menyatakan setuju untuk
Keputusan yang didapat dari sengketa ini menyelesaikan sengketanya melalui
yaitu penghapusan merek nexcesshot.com arbitrase secara online, maka pada saat itu
dikarenakan melakukan tindakan penipuan yang provider yang telah dipilih mempunyai
mengatas-namakan nexcess.net yang kewenangan untuk menyelesaikan sengketa
menimbulkan kerugian bagi pihak pemohon. tersebut.
(Nexcess.net, LLC v. Md. Asaduzzaman Case
No. D2017-0003.) 2. Pemberitahuan kepada para pihak dan
Dalam konteks penyelesaian sengketa perhitungan jangka waktu penyelesaian
melalui arbitrase online di Indonesia bahwa sengketa.
terdapat kelemahan dan kelebihan. Dari segi a) Apabila tidak ditentukan lain, berdasarkan
kelebihan diantaranya yaitu: i) dari segi waktu kesepakatan para pihak dan persetujuan
dan mekanismenya cepat; dan ii) murah dan dari arbiter maka setiap dokumen yang
sederhana. Adapun sisi kelemahan penyelesaian dibuat berdasarkan prosedur dari provider
sengketa melalui arbitrase online disebabkan yang telah dipilih harus sudah dikirim
kekurangannya prosedur beracara arbitrase kepada case site pada waktu dan hari yang
online antara lain yaitu: i) tidak adanya petunjuk telah ditentukan. Waktu dan hari
praktis yang terperinci dalam aturan hukum; penerimaan dokumen melalui e-mail akan
dan ii) akses internet yang masih terbatas yang ditetapkan sebagai waktu dibuatnya
akan menjadi kedala saat pelaksanaannya. dokumen tersebut oleh para pihak.
Adapun prosedur dasar dalam proses b) Jangka waktu penyelesaian sengketa akan
penyelesaian sengketa melalui arbitrase online, dihitung sejak diterimanya dokumen
tersebut di case site.

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 165


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

3. Tuntutan yang diajukan dalam arbitrase online. termohon harus menjawab tuntutan, yang
a) Pemohon harus membuat dokumen yang mencakup:
berisi tuntutan kepada administrative site. a) Jawaban dari tuntutan yang diajukan oleh
Tuntutan dalam arbitrase harus para pihak pemohon, yang meliputi: fakta-
mencakup: perjanjian arbitrase, perjanjian fakta, dokumen, dan alasan hukum.
diantara para pihak berkaitan dengan jumlah, b) Keberatan kepada arbiter, berkaitan dengan
identitas, kualifikasi, dan cara penunjukkan jumlah, identitas, kualifikasi, dan/atau cara
arbiter, pernyataan mengenai sengketa yang penunjukkan arbiter.
terjadi, alasan hukum yang melatarbelakangi c) Alamat e-mail dari termohon.
tuntutan, jumlah ganti kerugian yang d) Jika termohon akan mengajukan tuntutan
diinginkan (jika ada). balasan, maka dokumen yang diajukan
b) Tuntutan yang diajukan oleh pemohon juga disesuaikan dengan persyaratan yang
harus memuat informasi berikut: dinyatakan dalam poin 3.
1) Alamat e-mail dari pemohon;
2) Alamat e-mail dari termohon; 6. Jawaban atas tuntutan balasan. Apabila
3) Nama, alamat, nomor telepon dan faximili termohon mengajukan tuntutan balasan,
dari para pihak. maka pihak pemohon harus menjawab
c) Pemohon harus membayar sejumlah biaya 5 tuntutan balasan tersebut dalam jangka waktu
hari sebelum diajukan tuntutan ke 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
admistrative site. Biaya tersebut dapat dibayar tuntutan balasan di case site. Jawaban dari
secara elektronik atau metode lainnya yang pemohon tersebut harus mencakup informasi
telah ditentukan oleh provider. yang ditentuan dalam poin 5.

4. Pemberitahuan isi tuntutan. 7. Perpanjangan jangka waktu penyelesaian


a) Setelah pembayaran dilakukan, kemudian sengketa.
provider tersebut akan memeriksa tuntutan Provider atau arbiter, dengan suatu alasan
yang diajukan oleh pemohon apakah sudah yang logis, dapat memperpanjang jangka
sesuai dengan point 3 diatas. Apabila sudah waktu, seperti jangka waktu dari termohon
sesuai, maka dalam jangka waktu 5 (lima) hari untuk menjawab tuntutan dari pemohon atau
kerja, provider akan memberitahukan kepada dari pemohon untuk menjawab tuntutan
para pihak alamat internet dari case site yang balasan dari termohon.
telah dibuat untuk digunakan oleh para
pihak. Waktu dan tanggal diberitahukannya 8. Bahasa yang digunakan.
alamat case site kepada para pihak melalui e- Bahasa yang digunakan dalam penyelesaian
mail ditetapkan sebagai waktu dan tanggal sengketa adalah Bahasa yang digunakan
dibuatnya case site tersebut. dalam perjanjian arbitrase, kecuali ditentukan
b) Jika termohon tidak dapat diberitahukan lain oleh para pihak atau berdasarkan
melalui e-mail, maka provider akan kewenangan dari arbiter.
menetapkan bahwa prosedur yang telah
dipilih tidak dapat digunakan. 9. Proses hearing.
c) Jika provider menetapkan bahwa tuntutan yang a) Apabila para pihak dengan persetujuan dari
tidak memenuhi syarat secara formal, maka arbiter setuju untuk melaksanakan proses
provider tersebut tidak akan membuat case site hearing, maka arbiter akan membuat putusan
dan pemohon harus melengkapinya terlebih arbitrase berdasarkan kepatuhan para pihak.
dahulu. Apabila tidak dilakukan proses haering, maka
arbiter akan membuat putusan dalam jangka
5. Jawaban atas tuntutan. waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari proses ditutup.
terhitung sejak dibuatnya case site, pihak

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 166


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

b) Dalam proses haering, kesaksian dapat bahwa:


diterima, pemeriksaan silang dari para saksi (1) Dalam hal para pihak memilih penyelesaian
dapat dilakukan, dan dokumen tambahan sengketa melalui arbitrase setelah sengketa
dapat diterima sebagai alat bukti oleh arbiter. terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut
harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis
10. Tempat dari putusan. yang ditandatangani oleh para pihak.
Tempat dari putusan dapat ditentukan oleh (2) Dalam hal para pihak tidak dapat
para pihak, apabila para pihak tidak menandatangani perjanjian tertulis
menentukan, maka tempat dari putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ditentukan oleh arbiter. perjanjian tertulis tersebut harus dibuat dalam
bentuk akta notaris.
11. Memberitahukan isi putusan. (3) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud
Arbiter harus menyediakan putusan di dalam ayat (1) harus memuat : 1. masalah
dalam case site. Waktu dan tanggal yang dipersengketakan;
dikirimnya putusan kepada para pihak dari 2. nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
case site, ditetapkannnya sebagai waktu dan 3. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau
tanggal putusan dibuat. Case site akan tetap majelis arbitrase;
tersedia selama 30 (tiga puluh) hari sejak 4. tempat arbiter atau majelis arbitrase akan
dibuatnya putusannya. mengambil keputusan;
5. nama lengkap sekretaris;
12. Metode komunikasi yang digunakan. 6. jangka waktu penyelesaian sengketa;
a) Arbiter dapat menentukan metode 7. pernyataan kesediaan dari arbiter; dan
komunikasi yang akan digunakan di luar dari 8. pernyataan kesediaan dari pihak yang
metode komnukasi yang digunakan dalam bersengketa untuk menanggung segala biaya
case site. yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa
b) Provider harus menyediakan alamat e-mail melalui arbitrase.
untuk para pihak dan arbiter, yang mana para (4) Perjanjian tertulis yang tidak memuat hal
pihak dan provider atau arbiter dengan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) batal
provider dapat tepat berhubungan. Penetapan demi hukum.
peraturan tentang tata cara proses online Oleh karena itu, UU No. 30 Tahun 1999
haruslah sesuai dengan kebutuhan dari mensyaratkan perjanjian arbitrase dalam bentuk
aturan hukum wajib yang dapat dipakai pada tertulis, karena tidak terdapat ketentuan
tempat atau kedudukan arbitrase walaupun mengenai arbitrase yang dibuat secara
tempat atau kedudukan arbitrase. elektronik. Hal ini juga dinyatakan dalam
ketentuan Konvensi New York Pasal II ayat (2),
Konsep Online Dispute Resolution (ODR) yaitu: “The trem “agreement in writing shall
di Indonesia Ditinjau dari Undang-Undang included an arbitral clause in a contract or an
Nomor 30 Tahun 1999 arbitration agreement, signed by the parties or
Pasal 1 ayat (3) UU No. 30 Tahun 1999, contained in an exanged of letters or telegrams”
menyatakan bahwa perjanjian arbitrase harus Sedangkan dalam Pasal 54 UU No. 30
dibuat secara tertulis, seperti dinyatakan sebagai Tahun 1999, menyatakan bahwa putusan
berikut: “Perjanjian arbitrase adalah suatu arbitrase internasional harus dibuat secara
kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum tertulis dan ditandatangani oleh para pihak serta
dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para arbiter yang menangani sengketa tersebut.
pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian Undang-undang No. 30 Tahun 1999
arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah membedakan antara putusan arbitrase nasional
timbul sengketa.” dan putusan arbitrase asing. Dalam pelaksanaan
Kemudian diperkuat lagi oleh Pasal 9 UU putusan arbitrase nasional berlaku ketentuan
No. 30 Tahun 1999 yang menyatakan

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 167


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

yang dinyatakan dalam Pasal 59, yang putusan yang tidak bertentangan dengan
menyatakan sebagai berikut: ketertiban umum;
(1) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari d. Putusan Arbitrase Internasional dapat
terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, dilaksanakan di Indonesia setelah
lembar asli atau salinan otentik putusan memperoleh eksekuatur dari Ketua
arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan
arbiter atau kuasanya kepada Panitera e. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana
Pengadilan Negeri. dimaksud dalam huruf a yang menyangkut
(2) Penyerahan dan pendaftaran sebagaimana Negara Republik Indonesia sebagai salah
dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan satu pihak dalam sengketa, hanya dapat
pencatatan dan penandatanganan pada dilaksanakan setelah memperoleh
bagian akhir atau di pinggir putusan oleh eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik
Panitera Pengadilan Negeri dan arbiter atau Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan
kuasanya yang menyerahkan, dan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
pendaftaran.
(3) Arbiter atau kuasanya wajib menyerahkan Dalam pelaksanaan putusan arbitrase
putusan dan lembar asli pengangkatan internasional berlaku ketentuan dalam Pasal 67,
sebagai arbiter atau salinan otentiknya yaitu:
kepada Panitera Pengadilan Negeri. (1) Permohonan pelaksanaan Putusan Arbitrase
(4) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana Internasional dilakukan setelah putusan
dimaksud dalam ayat (1), berakibat putusan tersebut diserahkan dan didaftarkan oleh
arbitrase tidak dapat dilaksanakan. arbiter atau kuasanya kepada Panitera
(5) Semua biaya yang berhubungan dengan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
pembuatan akta pendaftaran dibebankan (2) Penyampaian berkas permohonan
kepada para pihak. pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Namun, untuk pelaksanaan putusan ayat (1) harus disertai dengan:
arbitrase asing, harus memenuhi persyaratan a. lembar asli atau salinan otentik Putusan
yang dinyatakan dalam Pasal 66 UU No. 30 Arbitrase Internasional, sesuai ketentuan
Tahun 1999, sebagai berikut: perihal otentifikasi dokumen asing, dan
Putusan Arbitrase Internasional hanya naskah terjemahan resminya dalam Bahasa
diakui serta dapat dilaksanakan di wilayah Indonesia;
hukum Republik Indonesia, apabila memenuhi b. lembar asli atau salinan otentik perjanjian
syarat-syarat sebagai berikut : yang menjadi dasar Putusan Arbitrase
a. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan Internasional sesuai ketentuan perihal
oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu otentifikasi dokumen asing, dan naskah
negara yang dengan negara Indonesia terjemahan resminya dalam bahasa
terikat pada perjanjian, baik secara bilateral Indonesia; dan
maupun multilateral, mengenai pengakuan c. keterangan dari perwakilan diplomatik
dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Republik Indonesia di negara tempat
Internasional; Putusan Arbitrase Internasional tersebut
b. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana ditetapkan, yang menyatakan bahwa
dimaksud dalam huruf a terbatas pada negara pemohon terikat pada perjanjian,
putusan yang menurut ketentuan hukum baik secara bilateral maupun multilateral
Indonesia termasuk dalam ruang lingkup dengan negara Republik Indonesia perihal
hukum perdagangan; pengakuan dan pelaksanaan Putusan
c. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana Arbitrase Internasional.
dimaksud dalam huruf a hanya dapat Berkaitan dengan penetapan klausul
dilaksanakan di Indonesia terbatas pada arbitrase dalam perjanjian pokok secara online,
dalam UU No. 30 Tahun 1999, dikenal 2 (dua)

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 168


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

macam klausula arbitrase, yaitu: pactum de Dapat diakuinya atau tidak ODR ini
compremitendo. dan akta kompromis. Bentuk dalam hukum di Indonesia yang termaktub
klausul pactum de compremitendo ditetapkan dalam UU No. 30 Tahun 1999 dan
sebelum sengketa terjadi, yang mana pelaksanaannya di Indonesia, bisa dicermati dari
pembuatannya dapat bersamaan dengan saat pengaturan hukum konvensional yang
pembuatan perjanjian pokok atau sesudahnya. menyatakan bahwa setiap pelaksanaan putusan
Ini berarti perjanjian arbitrase tersebut menjadi arbitrase domestik maupun asing senantiasa
bagian dari perjanjian. mensyaratkan adanya pendaftaran di Pengadilan
Sedangkan akta kompromis adalah Negeri, dan untuk putusan arbitrase asing
perjanjian khusus yang ditetapkan setelah pendaftaran dilakukan di Pengadilan Negeri
terjadinya sengketa guna mengatur tentang cara Jakarta Pusat. Dari konteks ini yang menjadi
mengajukan sengketa yang telah terjadi kepada pertanyaan adalah apakah ODR ini dapat juga
seorang atau beberapa orang arbiter untuk didaftarkan di Pengadilan Negeri.
diselesaikan, berarti akta kompromis dibuat Dalam hukum Indonesia, dalam hal ini
sebagai perjanjian yang tersendiri di luar UU No. 30 Tahun 1999 belum memberikan
perjanjian pokok. pengaturan secara tegas. Sehingga jika dilihat
Dalam Pasal 37 ayat (1) UU No. 30 Tahun dari sisi yuridisnya wajar apabila ODR
1999 menentukan bahwa tempat kedudukan merupakan sesuatu yang patut dipertanyatakan
arbitrase oleh para pihak, namun apabila para dalam system hukum acara perdata di Indonesia
pihak tidak menentukan tempat kedudukan yang mengatur tentang masalah penyelesaian
arbitrase, maka tempat kedudukan ditentukan sengketa. Walaupun dalam kenyataanya, di
oleh arbiter. Indonesia belum ada situs yang mencoba
Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (2) mengembangkan sistem penyelesaian sengketa
menyatakan peraturan dan acara yang akan secara ODR ini, namun harus diingat bahwa
digunakan dalam proses penyelesaian sengketa keberadaan situs negara lain yang memberikan
juga ditentukan oleh para pihak, tetapi apabila layanan ODR (seperti www.adronline.com) ini
para pihak tidak menentukannya, maka juga pada akhirnya dan sekarangpun sudah
peraturan dan acara yang akan digunakan masuk ke wilayah hukum Indonesia. (Bambang
dilakukan menurut peraturan dan acara dari Sutiyoso,2008)
lembaga yang dipilih. Hal ini memungkinkan para users di
Dalam UU No. 30 Tahun 1999, celah Indonesia memanfaatkan jasa layanan internet
untuk melakukan arbitrase online dapat dilihat ini untuk menyelesaikan sengketa sengketa
dari ketentuan Pasal 4 ayat (3) sebagai berikut: mereka. Dari uraian di atas, bahwa Online
“Dalam hal disepakati penyelesaian sengketa melalui Dispute Resolution (ODR), memang belum
arbitrase terjadi dalam bentuk pertukaran surat, maka diatur secara rinci dan secara tegas dalam UU
pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau No. 30 Tahun 1999, namun kewenangan
dalam bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk
disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para menerima ODR sebagai bentuk putusan arbitrase
pihak. “ internasional (berdasarkan Pasal 66).
Dari ketentuan tersebut diatas, maka Lebih lanjut, jika kembali kepada asas
pemilihan arbitrase secara online dapat terjadi kebebasan berkontrak, pada prinsipnya arbitrase
asalkan terdapat kesepakatan antara para pihak. terjadi berdasarkan kesepakatan para pihak.
Redaksi pasal di atas terdapat kata“e-mail” yang Misalnya, para pihak sepakat bahwa
memungkinkan para pihak dapat menggunakan penyelesaian sengketa yang akan ditempuh
internet sebagai sarana penyelesaian sengketa melalui arbitrase online. Namun karena Undang-
baik melalui arbitrase konvensional maupun undang menentukan putusan arbitrase harus asli
secara lainnya. Karena e-mail atau surat dan otentifikasi terjamin, maka untuk memenuhi
elektronik pengiriman dan penerimaannya ketentuan Undang-undang tersebut harus ada
hanya dapat dilakukan melalui sarana internet. kesepakatan yaitu putusan dapat dikirim aslinya

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 169


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

melalui pos atau sejenisnya. Dengan demikian, file-file informasi elektronik.( Hetty Hassanah,
putusan arbitrase yang diperoleh para pihak 2010).
akan asli, karena putusan tersebut secara fisik Arbitrase online pada dasarnya tidak
diterima langsung oleh para pihak. dilarang untuk dilakukan dalam hal
Lebih lanjut masalah arbitrase online menyelesaikan sengketa antara para pihak. Hal
tidak dapat lepas dari sudut pandang tekhnologi tersebut sesuai dengan Pasal 31 ayat (1) Undang-
informasi. Maka dari itu, sejak disahkannya UU Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang
Transaksi Elektronik maka Indonesia telah menerangkan bahwa para pihak dalam suatu
memasuki era baru dalam penggunaan perjanjian yang tegas dan tertulis, bebas untuk
tekhnologi dan informasi. UU No. 11 Tahun 2008 menentukan arbitrase yang digunakan dalam
sangat diperlukan bagi Indonesia, karena pemeriksaan sengketa sepanjang tidak
Indonesia merupakan salah satu negara yang bertentangan dengan ketentuan dalam undang-
telah menggunakan dan memanfaatkan undang ini.
tekhnologi informasi secara luas. Selanjutnya, ketentuan Pasal 31 ayat (2)
Pelanggaran hukum dalam transaksi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
elektronik dan perbuatan hukum di dunia maya Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
merupakan fenomena yang banyak terjadi saat mengatur, dalam hal para pihak tidak
ini, yang memanfaatkan informasi untuk menentukan sendiri ketentuan mengenai acara
menjadi bagian dari aktivitas pelaku kejahatan arbitrase yang akan digunakan, maka semua
internet. Teknologi informasi dan komunikasi ini sengketa yang penyelesaiannya diserahkan
dapat memberikan manfaat yang positif, namun kepada arbiter atau majelis arbitrase akan
di sisi yang lain, juga perlu disadari bahwa diperiksa dan diputus menurut ketentuan dalam
teknologi ini memberikan peluang pula untuk undang-undang ini. (Solikhah, 2009) Jadi,
dijadikan media melakukan tindak pidana atau arbitrase online di Indonesia telah sesuai dan
kejahatan-kejahatan yang disebut secara popular tidak bertentangan dengan peraturan
sebagai cyber crime (kejahatan di dunia maya) perundang-undangan yang ada, khususnya
sehingga diperlukan hukum dunia maya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
(CyberLaw).(http://mustaghfirin.blog.unissula.a Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
c.id/2011/10/18/ fenomena-kejahatan-dunia- namun masih perlu dikembangkan kembali
maya-cyber-criemdan- aplikasi-hukumannya- pengaturan serta sarana dan prasarananya.
menuju-ketertiban-dankedamean- masyarakat/.) Peluang untuk diterapkannya arbitrase online di
Perjanjian arbitrase termasuk arbitrase Indonesia dinilai cukup menjanjikan.
online harus ditanda tangani sesuai ketentuan
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Kesimpulan
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Dalam UU No. 30 Tahun 1999, celah untuk
Penyelesaian Sengketa. Konsep mengenai tanda melakukan arbitrase online dapat dilihat dari
tangan mengalami penafsiran yang berkembang ketentuan Pasal 4 ayat (3) sebagai berikut:
dengan pesat, hal ini terjadi seiring dengan “Dalam hal disepakati penyelesaian sengketa melalui
perkembangan masyarakat dan teknologi yang arbitrase terjadi dalam bentuk pertukaran surat, maka
menyertainya. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau
ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dalam bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para
Sengketa, mengenai adanya dokumen dan tanda pihak. “ Dari ketentuan tersebut diatas, maka
tangan para pihak, dalam hal ini tidak dijelaskan pemilihan arbitrase secara online dapat terjadi
mengenai ketentuan dokumen termaksud asalkan terdapat kesepakatan antara para pihak.
apakah harus berupa berkas- berkas yang terbuat Redaksi pasal di atas terdapat kata“e-mail ”yang
dari kertas atau meliputi dokumen dalam media memungkinkan para pihak dapat menggunakan
lain, sehingga dokumen ini dapat pula berupa internet sebagai sarana penyelesaian sengketa

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 170


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

baik melalui arbitrase konvensional maupun Brief History of the First 25 Years of the World
secara lainnya. Karena e-mail atau surat Intellectual PropertyOrganization, Jeneva
elektronik pengiriman dan penerimaannya https://www.wipo.int/edocs/pubdocs/
hanya dapat dilakukan melalui sarana internet. en/wipo_pub_882.pdf.
Putusan arbitrase internasional, Menurut
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Ethan Katsh, Online Dis pute Resolution: Some
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Implications for the Emergence of Law in
juga memerlukan putusan untuk dibuat secara Cyberspace,http://www.lex-el
tertulis, asli namun tidak jelas apakah ectronica.org/files/sites/103/10-
memerlukan tanda tangan. Hal ini dapat dilihat 3_katsh.pdf.
dalam Pasal 67 ayat (2) huruf (a). Dengan
ketentuan dalam pasal tersebut, tampaknya Hetty Hassanah. Februari. (2010). Penyelesaian
penggunaan mekanisme penyelesaian sengketa Sengketa Perdagangan Melalui Arbitrase
secara online menjadi tidak ada artinya, jika secara Elektronik (Arbitrase Online)
putusan arbitrase yang diperoleh para pihak berdasarkan Undang- Undang Nomor 30
secara online dianggap bukan asli. Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Penyelesaian Sengketa. Jurnal Wawasan
putusan arbitrase online tidak dapat memenuhi Hukum. Vol. 22. No. 01.
persyaratan sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang http://mustaghfirin.blog.unissula.ac.id/2011/10
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. /18/ fenomena-kejahatan-dunia maya-
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 cyber-criemdan- aplikasi-hukumannya-
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menuju-ketertiban-dankedamean-
menjelaskan bahwa informasi elektronik masyarakat/
dan/atau dokumen elektronik dianggap sah
sepanjang informasi yang tercantum didalamnya http://www.wipo.int/amc/en/domains/decisi
dapat diakses, ditampilkan, dijamin ons/text/2017/d2017-0003.html.
keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menerangkan suatu keadaan. http://www.arbitrationlaw.com/online.
Permasalahan dalam putusan arbitrase online
karena dalam dunia elektronik lebih mudah I Made Widnyana, (2014), Alternatif Penyelesaian
untuk menyalin atau copy segala sesuatu, Sengketa dan Arbitrase, Jakarta: PT.Fikahati
sementara itu sulit untuk mengidentifikasi Aneska.
keaslian dokumen-dokumen yang dibuat secara
online tersebut. Sehingga solusi yang dapat Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
diberikan untuk permasalahan demikian adalah Tentang Arbitrase dan Alternatif
dengan mengirimkan putusan yang sudah Penyelesaian Sengketa. ( Lembaran Negara
ditandatangani oleh arbiter melalui pihak ketiga Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
yang terpercaya dengan paket pos kepada para 138).
pihak yang terkait, mengenai keabsahan putusan Onno w.Purbo. (2001), Mengenai Electronic
arbitrase online, putusan arbitrase online ini Commerce, Jakarta : Elex Media
diakui keabsahannya selama tidak melanggar Komputindo.
prinsip-prinsip arbitrase.
Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017
Keberadaan Arbitrase Online Sebagai
Daftar Pustaka Cara Penyelesaian Sengketa Bisnis Di
Bambang Sutiyoso.(2008), Hukum Arbitrase dan Indonesia ( Studi Di Badan Arbitrase
Alternatif Penyelesaian Sengketa, Nasional Indonesia Jakarta) Sarah Meilita
Yogyakarta : Gama Media. Indrani.

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 171


Aspek Hukum Arbitrase Online Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis

Priyatna Abdurrasyid, (1996). Penyelesaian


Sengketa Komersial Nasional dan
Internasional diluar Pengadilan”, Makalah,
September.

Sanusi Bintang. (2000), Pokok-Pokok Hukum


Ekonomi dan Bisnis, Bandung : Citra
Aditya Bakti.

Solikhah. (2009). Prospek Arbitrase Online Sebagai


Upaya Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan Ditinjau dari Hukum Bisnis.
Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Nexcess.net, LLC v. Md. Asaduzzaman Case No.


D2017-0003.

http://www.wipo.int/amc/en/domains/decisi
ons/text/2017/d2017-0003.html.

http://www.arbitrationlaw.com/online

www.adr.org

Lex Jurnalica Volume 17 Nomor 2, Agustus 2020 172

Anda mungkin juga menyukai