Anda di halaman 1dari 35

Konseling

Farmasi

PENGAMPU:
Inaratul Rizkhy Hanifah

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Definisi
• Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran, melakukan
diskusi dan pertukaran pendapat.
• Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang
membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan
dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah.
• Konseling pasien merupakan bagian tidak terpisahkan dan elemen kunci dari
pelayanan kefarmasian, karena Apoteker sekarang ini tidak hanya melakukan
kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi juga harus berinteraksi dengan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya dimana dijelaskan dalam konsep
Pharmaceutical Care
• Pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan farmasi yang mempunyai
tanggung jawab etikal serta medikasi legal untuk memberikan informasi dan edukasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• KONSELING: Mendengar, Bertanya, Mengevaluasi,
Interpretasi, Memberi Dukungan, Menjelaskan,
Memberi Informasi, Memberi Nasehat & Perintah
• EDUKASI : Menambah Pengetahuan-Ketrampilan,
Mengubah Perilaku melalui Pembelajaran & Pelatihan
• Konseling Farmasi = KONSELING + EDUKASI
• Merupakan suatu proses yang sistematis untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien
yang berkaitan dengan penggunaan obat

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• Konseling adalah diskusi, nasehat, edukasi tentang
penyakit dan pengobatan sehingga pasien memperoleh
keuntungan yang optimal dalam meningkatkan kualitas
hidup dan perawatannya
• Konseling bukan sekedar pemberian informasi
• Konseling secara psikologi membantu memecahkan
masalah kesehatan pasien, ikut mengusahakan kualitas
hidup pasien
• Konseling memberikan empati, dukungan,
membesarkan hati, arahan dan saran kepada pasien

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
(Permenkes No 73 tahun 2016 – Tentang Standar pelayanan
Kefarmasian di Apotek)

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Beda konseling & informasi:
• Konseling : komunikasi 2 arah, dalam konseling terdapat masalah dan
proses pemecahan masalah.
misalnya ada alergi obat, maka dicarikan obat yg cocok dg pasien melalui
proses diskusi
• Informasi : komunikasi 1arah (pemberi informasi hanya dari 1pihak)
dimana pemberi informasi dpt dr apoteker atau pasien.
misalnya farmasis memberitahu pasien bahwa minum obat 3xsehari
selama 6 bulan

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


KONSELING
• Bukan hanya memberi informasi tentang obat
• Bukan hanya optimasi terapi obat, tapi juga meningkatkan kualitas hidup
• Secara psikis membantu memecahkan masalah kesehatan
• Memberikan empati, dukungan, membesarkan hati, arahan dan saran
• Bertukar pikiran/ pendapat
• Interaksi langsung farmasis - pasien
• Memberikan penekanan pada pendidikan pasien
• Melibatkan perubahan tingkah laku/ sikap pasien
• Merangsang pasien belajar dan ikut aktif dalam regiman terapeutik
• Meningkatkan efek terapeutik dan menjamin keselamatan melalui
penggunaan obat yang benar
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• Apoteker/ farmasis → orang profesional yang menyalurkan
obat-obatan dengan segera sebelum digunakan untuk
pengobatan kepada pasien dan meyakinkan pasien untuk
memahami sepenuhnya bagaimana memperoleh keuntungan
maksimum dari perawatan. Ini merupakan tanggung jawab
profesional farmasis
• Tidak menyerahkan tanggung jawab kepada pelayan apotek,
tidak ada alasan menolak memberikan konseling pengobatan
karena kurang waktu, ragu-ragu akan kemampuan memberikan
konseling.
• Konseling termasuk pemberian arahan pengobatan dan
memastikan pasien mengerti petunjuk
• Catatan medik memuat banyak informasi yang dapat digunakan
untuk penuntun farmasis dalam konseling

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Alasan dilakukan konseling
• 1/3 pasien tidak menerima konseling mengenai obatnya dari dokter
• Pengobatan gagal mentaati instruksi →30 – 48%
• Geriatri → 55% salah aturan pakai
• Nonprescriptions → 15 – 66% drug misue
• Dengan konseling 85% patuh
• Tanpa konseling 63% patuh
• Dari 200 studi penggunaan obat, 50 % kurang tepat
• Pasien Rawat Jalan 36,53% alami problem ketidakpatuhan (ekonomi, alami ADR, tidak
sembuh, nunggu kelamaan dll)
• Ketidakpatuhan →perpanjang atau perparah sakit, asumsi dokter keliru thd obat shg
mis-diagnosis, bila fatal maka ke rawat inap/kecacatan/kematian
• Makin tahu pasien masalah kesehatannya, makin taat mengikuti instruksi
pengobatan
• Untuk itu KIE akan sangat membantu memperbaiki ketaatan pasien.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


MENGAPA FARMASIS HARUS TERLIBAT DALAM KONSELING PASIEN

• Konseling pasien merupakan pelayanan farmasis


• Konsep pharmaceutical care, farmasis harus aktif
• Konsep Community pharmacy
• Aspek sosial menjadi lebih penting
• Masyarakat mengetahui farmasis sebagai sumber informasi kesehatan
• Lebih banyak interaksi farmasis-pasien
• PMK NOMOR 73 TAHUN 2016
• Konseling pasien wajib
• Satisfaction (personal)
• Keuntungan dari sisi profesi dan bisnis
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


MANFAAT KONSELING BAGI PASIEN
• Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
• Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
• Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
• Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
• Menurunkan kesalahan penggunaan obat
• Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi
• Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
• Meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan
• Membantu situasi selain obat (KB, masalah emosional)
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


MANFAAT KONSELING BAGI FARMASIS
• Legal protection: Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan penggunaan
obat ( Medication error )
• Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
• Meningkatkan kepuasan pekerjaan
• Mengurangi stres pekerjaan
• Tambahan pelayanan untuk mengikat pasien dan membantu dalam berkompetisi
• Meningkatkan pendapatan melalui pembayaran saat pelayanan konseling dan mengurangi
kehilangan pasien.
• Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab profesi
apoteker.
• Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya dalam
memasarkan jasa pelayanan.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Tujuan Konseling
• Tujuan Umum
• Meningkatkan keberhasilan terapi (memaksimalkan efek terapi dan
meminimalkan resiko efek samping )
• Meningkatkan cost effectiveness
• Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• Tujuan Khusus :
• Meningkatkan hubungan kepercayaan (trust) antara apoteker dengan pasien
• Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
• Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya
• Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan penyakitnya
• Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
• Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem
• Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri
dalam hal terapi
• Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
• Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat
mencapai tujuan

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


TUJUAN mendidik pasien
• Memberi informasi yang tepat kepada perorangan dan masalah
tertentu
• Memberi ketrampilan dan metode bahwa pasien dapat
mengoptimalkan pemakaian dan efek dari obat
• Memberikan informasi dan instruksi menggunakan metode mendidik
yang tepat terhadap individu dan situasi tertentu

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Prinsip Konseling dengan Pasien
• Pendekatan Apoteker dalam komunikasi dengan pasien mengalami perubahan model pendekatan
dari pendekatan "Medical Model" menjadi pendekatan "Helping model“

Medical Model Helping Model

1. Pasien passive 1. Pasien terlibat secara aktif.


2. Dasar dari kepercayaan ditunjukkan berdasarkan 2. Kepercayaan didasarkan dari hubungan pribadi yang
citra profesi. berkembang setiap saat.
3. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan solusi. 3. Menggali semua masalah dan memilih cara
pemecahan masalah.
4. Pasien bergantung pada petugas kesehatan. 4. Pasien mengembangkan rasa percaya dirinya untuk
memecahkan masalah.
5. Hubungan seperti ayah-anak 5. Hubungan setara (seperti teman).

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Hal yang harus diperhatikan dalam
komunikasi dengan pasien
• Farmasis harus mengenal dirinya sendiri
• Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, menghargai
• Farmasis harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
• Farmasis harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental
• Farmasis harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien
• Kejujuran dan terbuka
• Mampu sebagai role model
• Altruisme : kepedulian Farmasis terhadap pasien
• Bertanggung jawab

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Hal yang harus diperhatikan dalam Komunikasi dengan
pasien
Apoteker harus mengetahui dan mengerti kebutuhan, keinginan, dan pilihan pasien
(1) Menentukan Kebutuhan
Komunikasi tidak terjadi bila pasien datang tanpa ia sadari apa yang dibutuhkannya.
Oleh karena itu dilakukan pendekatan awal dengan mengemukakan pertanyaan
terbuka dan mendengar dengan baik dan hati-hati.
(2) Perasaan
Farmasis harus dapat berempati kepada pasien sehingga dapat berinteraksi dan
menolong dengan lebih efektif. Bentuk perasaan pasien:
• Frustasi ,Takut dan cemas, Marah, Depresi, Hilang percaya diri, Merasa bersalah, Merasa berkaitan dengan
kematian dan mati

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Sasaran Konseling
• Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
• Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui
perantara (keluarga pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau
siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien).
• Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika pasien tidak
mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik,
pasien geriatrik.

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Konseling Pasien Rawat Jalan
Diutamakan pada pasien yang:
1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang.
(Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/AIDS, dll )
2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara
pemakaian yang khusus Misal : suppositoria, enema, inhaler, injeksi insulin
dll.
3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus. Misal : insulin dll
4. Mendapatkan obat-obatan dengan aturan pakai yang rumit, misalnya :
pemakaian kortikosteroid dengan tapering down.
5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya : geriatrik,
pediatri.
6. Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit ( digoxin, phenytoin, dll )
7. Mendapatkan terapi obat-obatan dengan kombinasi yang banyak
(polifarmasi )
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Konseling Pasien Rawat Inap
• Diberikan pada saat pasien akan melanjutkan terapi di rumah.
• Pemberian konseling harus lengkap seperti pemberian konseling pada
rawat jalan, karena setelah pulang dari rumah sakit pasien harus
mengelola sendiri terapi obat dirumah.
• Konseling juga diberikan pada kondisi sebagai berikut :
• Pasien dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat rendah (obat tidak
diminum tepat waktu atau tidak diminum selama perawatan)
• Ada perubahan terapi (penambahan terapi, perubahan regimen terapi,
perubahan rute pemberian)

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Masalah dalam konseling berkaitan dengan
ketidakpatuhan. Faktor penyebab ketidakpatuhan:
1. Faktor Penyakit
a. Keparahan atau stadium penyakit, kadang orang yang merasa sudah lebih
baik kondisinya tidak mau meneruskan pengobatan.
b. Lamanya terapi berlangsung, semakin lama waktu yang diberikan untuk
terapi, tingkat kepatuhan semakin rendah.
2. Faktor Terapi
a. Regimen pengobatan yang kompleks baik jumlah obat maupun jadwal
penggunaan obat.
b. Kesulitan dalam penggunaan obat, misalnya kesulitan menelan obat karena
ukuran tablet yang besar.
c. Efek samping yang ditimbulkan, misalnya : mual, konstipasi, dll.
d. Rutinitas sehari-hari yang tidak sesuai dengan jadwal penggunaan obat
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


3. Faktor Pasien
a. Merasa kurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakit dan
hasil yang didapat jika tidak diobati.
b. Menganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif
c. Motivasi ingin sembuh
d. Kepribadian / perilaku, misalnya orang yang terbiasa hidup teratur
dan disiplin akan lebih patuh menjalani terapi
e. Dukungan lingkungan sekitar / keluarga.
f. Sosio-demografi pasien : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll
4. Faktor Komunikasi
a. Pengetahuan yang kurang tentang obat dan Kesehatan
b. Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang pengobatannya.
c. Kurang mendapatkan cara atau solusi untuk mengubah gaya
hidupnya.
d. Ketidakpuasan dalam berinteraksi dengan tenaga ahli kesehatan.
e. Apoteker tidak melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Pendekatan meningkatkan kepatuhan:
1. Berkomunikasi dengan pasien
• Kepuasaan pasien dalam berkomunikasi
• Cara berkomunikasi yang baik menumbuhkan pengertian betapa pentingnya pengobatan ini
• Berkomunikasi secara alamiah ikut melibatkan pasien (ikut berpartisipasi) dalam berinteraksi dan keputusan
atau pemecahan masalah dibuat oleh pasien sendiri.
• Komunikasi yang terbuka dan intensif
• Metode dalam berkomunikasi: verbal dan non verbal
2. Informasi yang tepat
• Informasi berkaitan obat : kebenaran, instruksi yang lengkap termasuk berapa banyak, kapan, berapa lama
penggunaan obatnya dan bagaimana jika obat lupa diminum.
• Informasi tentang penyakit, kapan dan bagaimana pemakaian obat akan berguna.
• Informasi tentang efek samping
3. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan
• Apoteker bekerjasama dengan dokter untuk mempermudah jadwal pengobatan dengan menurunkan jumlah
obat, menurunkan interval dosis perhari dan penyesuaian regimen dosis untuk penggunaan terbaik pasien
sehari-hari.
• Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaan obat, misalnya alarm, chart.
• Mengingatkan pasien dengan telepon atau surat untuk pembelian (refill) obat kembali.
• Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak keluarga pasien dalam mengingatkan penggunaan
obat.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Metode pemberian motivasi dalam menangani
ketidakpatuhan:
1. Jelaskan keuntungan dari penggunaan obat
2. Tingkatkan kewaspadaan pasien dari gejala penyakit yang
diperlihatkan dan membutuhkan pengobatan.
3. Jelaskan bahwa pasien harus dapat mengevalusai dirinya sendiri
4. Bantu pasien untuk mengembangkan kepercayaan dirinya

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


KEMAMPUAN FARMASIS
• Dapat memberikan informasi yang benar dan obyektif,
akurat dan netral
• Menelaah secara kritis berbagai sumber informasi
(iklan)
• Selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya penemuan obat-obat baru.
• Mengenal penyakit dan cara pengobatannya
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


SUMBER INFORMASI
• Package insert
• Buku-buku standar (e-book)
• Makalah seminar
• Jurnal
• Buletin profesi
• Majalah
• Internet

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


INFRASTRUKTUR KONSELING
• SDM
Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut :
• Membantu dengan cara bersahabat
• Menunjukkan rasa empati pada pasien
• Kemampuan nonverbal dalam berkomunikasi
Ada beberapa kemampuan nonverbal yang sangat membantu keberhasilan konseling antara
apoteker dan pasien, yaitu :
a. Senyum dan wajah yang bersahabat
b. Kontak mata.
c. Gerakan tubuh.
d. Jarak antara apoteker dan pasien,
e. Intonasi Suara
f. Penampilan apoteker.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• SARANA PENUNJANG
Sarana yang dibutuhkan tergantung dari jumlah pelayanan, kapasitas kegiatan, dan target yang ingin dicapai.
Sarana penunjang terdiri dari :
a. Ruang atau tempat konseling
Untuk melaksanakan kegiatan konseling yang efektif sebaiknya diruang khusus untuk konseling. Kriteria ruang konseling:
• Tertutup dan tidak banyak orang keluar masuk, sehingga privacy pasien terjaga dan pasien lebih leluasa menanyakan segala
sesuatu tentang pengobatan.
• Tersedia meja dan kursi yang cukup untuk konselor maupun klien (pasien)
• Mempunyai penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang bagus
• Letak ruang konseling tidak terlalu jauh dari tempat pengambilan obat (apotek)
• Jika jumlah pasien banyak dan mempunyai beberapa tenaga Apoteker sebagai konselor, sebaiknya ruang konseling lebih dari satu.
b. Alat bantu konseling
• Alat Bantu Konseling terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai konselor dalam melakukan konseling
maupun alat bantu yang diberikan kepada pasien.
• Perlengkapan Apoteker dalam melaksanakan konseling :
• Panduan konseling, berisi daftar (check list) untuk mengingatkan Apoteker point-point konseling yang penting.
• Kartu Pasien, berisi identitas pasien dan catatan kunjungan pasien
• Literatur pendukung
• Brosur tentang obat-obat tertentu, memberikan kesempatan kepada pasien untuk membaca lagi jika lupa.
• Alat peraga, dapat menggunakan audiovisual, gambar-gambar, poster, maupun sediaan yang berisi placebo.
• Alat komunikasi untuk mengingatkan pasien untuk mendapatkan lanjutan pengobatan.
• Edukasi dengan metode ceramah atau metode dialog dan diskusi
• Leaflet (bisa buat sendiri atau dari DinKes)
• Metode audio visual (untuk konseling pemakaian alat kesehatan)
• Vidio simulasi. Sediakan sotfware untuk dpinjamkan yang berisi hal-hal umum. Bila ada pertanyaan dapat kembelai bertanya ke Farmasis.
• Demonstrasi dan praktek (khusus untuk alat Kesehatan).

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


MEMBUAT BAHAN UNTUK MENDIDIK PASIEN SECARA TERTULIS
• Kalimat pendek dan sederhana
• Gunakan kalimat perintah
• Gunakan kata-kata umum
• Buat kalimat dan paragraf pendek, 10 kata per kalimat
• Tunjukkan satu ide tiap satu kalimat dan batasi banyaknya ide tiap halaman
• Spesifik: minum dengan 1 gelas air dp minum dengan air secukupnya
• Gunakan pertanyaan diikuti dengan informasi
• Gunakan judul dan sub judul dp membebri nomor
• Gunakan margin dan space yang cukup
• Susun yang sistematis
• Tekanan point dengan berbeda type face, bold-, underlining,-, boxing, kolom
• Gunakan warna
• Gunakan tabel, diagram dan gambar yang sederhana
• Gunakan angka arab dp angka romawi
• Gunakan upper and lower dp blok dari leter kapital
• Gunakan print yang besar sesuai untuk orang tua
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• Alat bantu yang diberikan kepada pasien :
• Alat bantu pengingat pasien minum obat biasanya diperlukan pada pengobatan
penyakit kronis atau penyakit-penyakit lain yang membutuhkan terapi jangka
panjang dan dan memerlukan kepatuhan dalam penggunaannya. Misalnya :
penggunaan analgesik untuk nyeri kanker, penggunaan obat anti TBC, penggunaan
obat anti retroviral, terapi stroke, diabetes, dll.
• Alat bantu yang diberikan berupa :
• Kartu pengingat pengobatan, kartu ini diberikan Apoteker kepada pasien untuk memantau penggunaan obat pasien.
Pasien dapat memberikan tanda pada kartu tersebut setiap harinya sesuai dengan dosis yang diterimanya. Kartu
tersebut memuat nama pasien, nama obat, jam minum obat, tanggal pasien harus mengambil (refill) obat kembali.
• Pemberian Label, sebagian pasien membutuhkan bantuan untuk membaca label instruksi pengobatan yang terdapat
pada obatnya.
• Medication chart, berupa bagan waktu minum obat. Biasanya dibuat untuk pasien dengan regimen pengobatan yang
kompleks atau pasien yang sulit memahami regimen pengobatan. Berisi: Nama pasien, Nama obat, Kegunaan obat
(indikasi), Dari dokter siapa (mungkin pasien mendapat obat lebih dari satu dokter), Tanda2 tertentu ex: jika perlu,
Cara pemakaian, Auxiliary label
• Pil dispenser, akan membantu pasien untuk mengingat jadwal minum obat dan menghindari kelupaan jika pasien
melakukan perjalanan jauh dari rumah. Wadah pil dispenser bisa untuk persediaan harian maupun mingguan.
• Kemasan penggunaan obat per dosis unit, pengemasan obat per unit dosis membutuhkan peralatan yang mahal. Dapat
dilaksanakan jika regimen pengobatan terstandar dan merupakan program pemerintah.
• Medication-instruction clock: Memberi petunjuk jam berapa pasien harus minum obat dan apa obat yang harus
diminum.

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


• Alat bantu pendosisan
• Alat pembagi tablet tidak digunakan untuk obat salut, sustain release..
• Alat pengukur cairan: Untuk mengukur drop cairan dapat digunakan spuit injeksi tanpa jarum.
• Sendok / cup yang bertakar
• Drop yang bertakar
• Masker untuk nebulizer
• Spuit untuk jarum
• Assisted labeling
• Unit-of use packaging
• Brochure/ telephone call/ post card

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Pill remainder container

Sn Sl Rb Km Jm S M

So

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Dasar pemilihan metode dan alat bantu

Konteks dan tujuan tergantung dari:


• Setting
• Tujuan pasien dan farmasis
• Tingkat edukasi yang dibutuhkan pasien
• Pasient personel style
• Attitude terhadap obat

Tujuannya bisa untuk:


• Meningkatkan pengetahuan :Ceramah, dialog, bahan bacaan, audiovisual
• Meningkatkan pemahaman: demonstrasi dan diskusi
• Meningkatkan skill: prektek
• Meningkatkan attitude: video
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Thank you…
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Anda mungkin juga menyukai